You are on page 1of 11

BAB II

Pembahasan

2.1.Pendidikan
Soedijarto (1977:4) mengemukakan bahwa pembangunan nasional di
bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya
mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun
rohaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya Tilaar (1998:22)
mengemukakan bahwa pendidikan sebagai bagian dari usaha untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian
dari Pembangunan Nasional. Menghadapi perubahan-perubahan yang besar
dalam era reformasi serta proses globalisasi yang juga mempengaruhi
kehidupan nasional kita, maka kita memerlukan suatu visi dan misi serta
rencana pendidikan yang lebih terarah yang merupakan rencana strategi
pendidikan nasional. Berkaitan dengan pendidikan ini juga dikemukakan oleh
Widodo (1990:110). Pendidikan Nasional yang modern adalah pembentukan
manusia Indonesia yang sadar iptek, kreatif dan solidaritas-etis. Tujuan
pendidikan adalah membentuk manusia seutuhnya. Dan juga harus menjaga
keserasian antara pendidikan sebagai unsur perkembangan sosial, alat
transportasi sosial dan alat integrasi nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka pendidikan adalah
proses pengembangan potensi manusia secara totalitas. Dengan
pengembangan potensi manusia tersebut sehingga mereka memperoleh nilai-
nilai tambah.
Berkenaan dengan nilai tambah ini Habibie (1997:17) mengemukakan
bahwa pembangunan dapat dikatakan berhasil, apabila dalam proses
pembangunan terjadi akumulasi nilai tambah. Pengertian nilai tambah tidak
hanya terjadi dalam kegiatan fisik saja, tetapi meliputi seluruh proses
kehidupan manusia. Kehidupan manusia mengalami proses nilai tambah yang
bisa terus meningkat (apresiasi) dan bisa merosot (depresiasi). Dalam diri
manusia, proses nilai tambah tersebut akan berhenti, atau bahkan merosot
apabila seseorang telah pension atau berhenti dari pekerjaannya. Akumulasi
nilai tambah merupakan proses yang berkesinambungan, selama seorang
bekerja dan tetap berpikir, terutama dalam bidang yang disenanginya. Nilai
tammbah merupakan proses yang berkesinambungan, bila seorang bekerja
sesuai dengan pendidikan yang dikuasai dan diminati oleh orang yang
bersangkutan. Pengertian nilai tambah secara luas adalah peningkatan
efisiensi. Untukn itu, pendidikan berperan untuk memberikan nilai tambah
dalam proses kehidupan manusia

2.2.Sejarah Pendidikan di Indonesia
Pada zaman purba, sebelum nenek moyang kita yang berasal dari
tiongkok dan yunani menetap di Indonesia. Disini sudah ada kebudayaan
yakni kebudayaan penduduk asli, yang disebut dengan kebudayaaan
palaeolitis (palaios=lama atau tua). Mungkin kebudayaan asli merupakan
campuran antara kebudayaan Melayu dengan kebudayaan palaeolitis.
Kebudayaan Indonesia asli (kebudayaan nenek moyang kita 1500
sebelum masehi) disebut kebudayaaan neolitis (neos=baru). Sisanya masih
kita jumpai di pedalaman kalimantan dan sulawesi.
Pada zaman itu pendidikan dalam lingkungan keluarga sudah
mencukupi kebutuhan, karena masyarakat masih bersahaja .Yang menjadi
pendidik adalah ayah dan ibu. Ayah mengajarkan pengetahuan dan
kepandaian yang ada pada anak anak lelaki dan ibu juga berbuat demikian
pula terhadap anak perempuan. Tujuan pada zaman tersebut ialah supaya
anak-anak itu kelak dapat memegang kekuasaan dalam masyarakat sebagai
manusia yang mempunyai kecakapan istemewa.
Setelah zaman purba, maka masuklah zaman hindu-budha. Pada
zaman ini, yang mula-mula menjadi guru adalah kaum brahmana. Mereka
mengganti para empu di Indonesia. Brahmana menjadi manusia yang
istimewa. Para Empu segera belajar kepada Brahmana. Baru setelah itu para
empu baru menjadi guru dan mengganti kedudukan Brahmana. Pada masanya,
guru digolongkan menjadi dua, yaitu guru karaton dan guru pertapa. Guru
karaton adalah jenis guru yang dijamin kehidupannya, sedangkan guru pertapa
adalah golongan guru yang menginsyafi tugasnya. Murid-murid guru keraton
bukanlah anaknya atau rakyat jelata, tetapi anak-anak raja dan bangsawan.
Sedangkan Murid-murid guru pertapa adalah anak-anak rakyat jelata. Guru
pertapa lebih memilih rakyat dan menjauh dari wilayah kerajaan dan
bangsawan.Cita-cita guru pertapa adalah mengakat derajat anak rakyat jelata.
Dan jika hal tersebut diketaui oleh raja maka guru pertapa tersebut akan
dipenjarakan. Peran guru pertapa penting sekali pada zaman penyebaran
agama islam. Sistem pendidikan disesuaikan dengan cara di india yaitu sistem
guru kula. Sistem ini sama dengan pendidikan asrama (murid-murid tingal
serumah dengan gurunya). Murid harus melayani guru dan isteri guru
dianggap ibu. Karena guru dianggap seseorang yang sakti, selamanya dia
dihormati. Ia tidak memiliki penghasilan yang tetap, tapi terkadang ia
mendapat pemberian sukarela dari orang tua murid-muridnya.
Setelah zaman hindu-budha, masuklah zaman permulaan agama islam.
Di zaman ini ada 2 lembaga yang memegang peranan penting pada
penyebaran agama islam di pulau Jawa, yakni : Langgar dan Pesantren.
Karena islam berprinsip demokrasi ,maka pengajaranya merupakan
pengajaran rakyat. Tujuan untuk memberi pengetauan tentang agama bukan
pengetauan umum .
a. Langgar
Pengajaran di langgar merupakan pengajaran agama permulaaan .Mula-
mula murid mempelajari abjad arab, kemudian mengejah ayat-ayat Quran
sampai tamat. Yang menjadi guru nya adalah seseorang yang sudah
memiliki pengetauan agama yang agak mendalam. Mengecam guru
dianggap berdosa.untuk biaya dibebaskan dalam hal ini .
b. Pesantren
Pelajaran yang lebih lanjut dan mendalam diberikan pada pesantren
.Murid muridnya disebut santri ,pada santri yang berasal dari berbagai
daerah dikumpulkan dalam 1 ruangan yang disebut pondok. Guru lazim
disebut dengan kyai.
Mata pelajaran yang terpenting adalah
1) Usuluddin (pokok pokok ajaran kepercayaan)
2) Usul fiqh (alat penggali hukum dari quran dan hadits)
3) Fiqh (cabang dari usuluddin)
4) Ilmu arobiyah (untuk mendalami bahasa agama)
Pesantren itu banyak menujukkan kesamaan pusat-pusat pendidikan di india.
Jika ada perbedaan hanya terletak pada bahan pengajarannya saja serta pada
faktor murid-muridnya saja, Jika ajaran hindu diberikan kepada para
bangsawan, akan tetapi ajaran islam diperuntukan kepada siapapun yang
menghendakinya.
Setelah melewati masa agama Islam, maka masuklah bangsa Indonesia
pada masa pengaruh Portugis dan Spanyol. Waktu portugis datang meyerbu
Indonesia, mereka bersama missionarisme ,yang diberi tugas utuk
menyebarkan agama nasrani di indonesia. Maka pada tahun 1536 didirikan
sebuah seminari, yang merupakan sekolah agama bagi anak-anak orang
terkemuka. Selain pelajaran agama juga diberikan pelajaran membaca dan
menulis serta menghitung.
Setelah pada masa pengaruh Portugis dan Spanyol, Indonesia dijajah
oleh Belanda untuk waktu yang lama. Maka masuklah Indonesia pada zaman
pengaruh Belanda. Di zaman ini sekolah didirikan pertama kali di Ambon
pada tahun 1607. Pelajaran-pelajaran yang diberikan berupa membaca,
menulis dan sembayang. Guru diangkat seorang belanda dan mendapatkan
upah setiap bulannya. Kelak beberapa murid yang cerdas dikirim ke Belanda
untuk belajar menjadi guru. Mula-mula bahasa yang digunakan dalam proses
belajar adalah bahsa Belanda, karena banyak kesulitan dalam penerapanya
kemudian dipilihlah bahasa Melayu sebagai bahasa pengajaran. Dimasanya
tujuan pendidikan didedikasikan untuk mengisi tenaga-tenaga kerja yang
dapat menguntungkan pihak Belanda.
Untuk mengatasi kekurangan staaf guru di Indonesia maka pemerintah
kolonial membuka sekolah guru pertama di Surabaya yang bernama
Kweekschool yang murid-muridnya berasal dari anak-anak bangsawan. Isi
rencana pelajarannya terutama sekali disesuaikan dengan keharusan sekolah
untuk mendidik calon-calon pegawai. Dan dibekali pelajaran yang dapat
menunjang menjadi pegawai-pegawai berkompeten menurut kolonial, serta
diberi wawasan untuk mengukur tanah. Ini diadakan karena untuk
melaksanakan program Tanah Paksa, yang sedang dijalankan oleh Belanda.
Pada setiap mata pelajaran yang diajarkan tampaknya adanya penyesuain
dengan keperluan dan kebutuhan kantor kantor Pemerintahan kolonial. Untuk
kelancaran pekerjaan segera ditetapkan beberapa peraturan untuk sekolah-
sekolah bumi putera dan sekolah-sekolah Belanda.
a. Sekolah-sekolah Bumi Putera :
1) Menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan guru sebagai
persiapan untuk mendirikan sekolah-sekolah bumi putera yang
baru.
2) Sekolah terutama sekali untuk anak-anak kyai.
3) Bahasa pengantar disekolah-sekolah bumi putera ialah bahasa
daerah atau bahasa melayu.
4) Hak-hak wajib adalah : membaca, menulis dan berhitung.
Disamping itu ada berbagai hak fakultatip, diantaranya bahasa
Belanda.
5) Biaya sekolah dipikul seluruhnya oleh negara.
b. Sekolah-sekolah Belanda :
Anak-anak Indonesia dan Cina dapat diterima di sekolah-sekolah ini,
setelah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Gubernur
Jenderal.
Diabat ke 20an pemerintahan belanda mulai menaruh perhatian kepada rakyat
indonesia dibidang lapangan pendidikan. Kemudian pemerintahan Belanda
mendirikan sekolah desa, yang semua tanggungan biayanya ditanggung oleh
desa. Pada hakekatnya sekolah-sekolah ini hanya bertujuan memberantas buta
huruf belaka. Pendidikan dalam arti sesungguhnya tidak diberikan, kecuali
membaca, menulis, dan menghitung dengan durasi belajar selama 3 tahun.
2.3.Pendidikan Matematika
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diletakan sebagai
mata pelajaran wajib bagi peserta didik pada setiap tingkatan, mulai dari
tingkat dasar, menengah sampai pada tingkatan atas baik dulu maupun
sekarang. Dulu, matematika lebih berfokus pada konsep hitung dan cara
berhitung. Melalui sekolah, untuk pertama kalinya siswa dikenalkan dengan
bilangan dan bagaimana mengoperasikannya. Perbedaaan pendidikan
matematika zaman dahulu dan sekarang, terlihat jelas pada penekanannya.
Jika sekarang lebih ditekankan tentang konsep, maka zaman dahulu lebih
ditekankan hafalannya, semuanya serba dihafal. Mungkin masih dapat ditemui
dibeberapa sekolah dimana guru yang sudah tua masih mengajar dengan
menyuruh siswa menghafal, ini dikarenakan pendidikan yang dia peroleh pada
masanya adalah melalui menghafal bukan memahami konsep. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi monoton, kurang aktif dan tidak kreatif.
Sekarang pendidikan matematika telah berkembang. Hal ini berawal
dari perkembangan teknologi di negara-negara maju, sehingga menyebabkan
kurangnya kemampuan orang untuk mengelola teknologi tersebut. Secara
resmi, pendidikan matematika secara modern dimulai pada tahun 1975 yang
disusun untuk menutupi kekurangan dari pembelajaran matematika yang
banyak menerapkan hafalan daripada menerapkan pengertian, kontinuitas dan
tidak merangsang pemikiran siswa. Karakter kurikulum 1975 adalah:
a. Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang
muncul adalah himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem
numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non desimal.
b. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan
berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.
c. Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih
kontinu
d. Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur
e. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang
kemampuannya hetrogen
f. Menggunakan bahasa yang lebih tepat
g. Pusat pengajaran pada murid tidak lagi pada guru
h. Metode pembelajaran lebih banyak. Menggunakan metode
menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi
i. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
Setelah adanya kurikulum 1975 dilanjutkan kembali dengan kurikulum 1980
yang merupakan awal dari pendidikan masa kini. Pada tahun 1980 terjadi lagi
revolusi dalam pendidikan matematika di Indonesia walau tak sedasyat
sebelumnya. Penyebabnya masih sama yaitu kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga pada tahun 1984 indonesia meluncurkan kurikulum 1984.
Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat
materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi,
adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan
pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya
materi kurikulum dengan taraf kemampuan anak didik. Dan, cara belajar
siswa aktif menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum
tersebut. Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan agar kurikulum tersebut
berhasil, sebagai berikut :
a. Guru supaya meningkatkan profesinalisme
b. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan
kalkulator dan komputer
c. Sikronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan
sekolah lanjutan
d. Pengevaluasian hasil pembelajaran
e. Prinsip cara belajar siswa aktif dilanjutkan terus
Awal tahun 1990an mulailah berkembang PMR (Pembelajaran Matematika
Realistik). Disini, Indonesia bekerja sama dengan Belanda untuk menindak
lanjuti metode ini. Menurut Freudenthal matematika sebaiknya diajarkan
dengan mengaitkannya dengan realitas sejalan dengan pengalaman murid
serta relefan terhadap masyarakat. Bahan pelajaran hendaknya diatur
sedemikian rupa sehingga para siswa berpeluang menemukan kembali
(guided re-invention ) matematika atau rumusnya. Ini berarti bahwa dalam
pendidikan matematika, pusat perhatian bukanlah pada matematika sebagai
suatu produk yang siap pakai melainkan pada kegiatan, pada proses
mematematisasi.
Lalu dirumuskan ke dalam dua jenis matematisasi : secara vertical dan secara
horizontal. Dalam matematisasi horisontal, permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari (real) berusaha dirumuskan atau diterjemahkan ke dalam bahasa
atau rumus matematika. Sedangkan matematisasi vertikal berarti kita bekerja
dalam sistem matematika itu sendiri; jadi permasalahan sudah dirumuskan
dalam bahasa atau rumus matematika dan diselesaikan secara matematika.
Namun pengertian realistik di sini sering disalahartikan. Pengertian realistik
dalam pendidikan matematika realistik bukan hanya karena bahan pelajaran
terkait dengan dunia real atau nyata tetapi karena tekanannya pada
permasalahan yang bagi murid terasa real atau nyata. Ini berarti bahwa
permasalahan tidak perlu berasal dari dunia nyata tapi juga mungkin dari
dunia fantasi tapi dapat dibayangkan oleh siswa. PMR bukan suatu produk
yang telah selesai tapi masih banyak ruang untuk berkembang sesuai dengan
tuntutan budaya setempat dan jaman.
Pada tahun 1994 kegiatan metematika internasional begitu marak
diadakan, seperti olimpiade-olimpiade matematika. Indonesia juga tidak
ketinggalan mengikuti olimpiade namun jarang mendapatkan medali. Berawal
dari ketidakpuasan tersebutlah, maka disusunlah kurikulum yang baru yaitu
kurikulum 1994. Kurikulum ini memiliki kekhasan struktur materi sudah
disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti
komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika
kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran
matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan
hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian
menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan
agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi
sehari-hari. Terakhir adalah kurikulum 2004, kurikulum yang saat ini
digunakan. Disini, guru dituntut aktif dalam proses pembelajaran dikelas.
Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut
mempunyai tujuan antara lain :
a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan iskonsistensi
b. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
c. Mengembangkan kemampuan memcahkan masalah
Mengembangkan keemapuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

2.4.Profesi Pendidikan Matematika
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan keahlian, bukan sekedar
pekerjaan belaka. Untuk memiliki profesi, seorang haruslah mempunyai
kemampuan atau keahlian dibidang tersebut. Seperti seorang tambal ban, itu
bukanlah sebuah profesi. Namun akan bisa dikatakan sebuah profesi apabila
seorang tambal ban tersebut benar-benar mengerti seluk beluk tentang ban,
seperti kualitasnya, ketahanannya, harganya dipasaran dan sebagainya.
Seperti seorang tambal ban, sebagai seorang guru atau pendidik sebaiknya
bukan sekedar pekerjaan semata melainkan dijadikan sebagai sebuah profesi.
Pendidik sebaiknya mampu mengembangkan dirinya, bukan hanya menjadi
fasilitator yang mampu berbicara dan menjelaskan didepan kelas melainkan
juga menjadi seorang ahli yang mampu memberikan penjelasan lebih luas
dalam bidang keahliannya. Untuk memenuhi tuntutan seperti inilah maka
diadakan sejumlah cara untuk membuat guru menjadi profesional, antara lain
dengan memberikan batas minimum pendidikan seorang guru yang semakin
hari semakin tinggi, diadakan diklat untuk meningkatkan kualitas kerja
pendidik, serta banyak hal lainnya. Selain itu, banyak kemampuan dasar atau
kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang pendidik. Kompetensi-
kompetensi ini, bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan seorang
pendidik dan menjadi suatu kualifikasi yang wajib untuk dimiliki oleh para
calon pendidik.
2.5.c

You might also like