You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laut kita memiliki karakteristik yang sangat spesifik Dikatakan spesifik, karena
memiliki keaneragaman biota laut (ikan dan vegetasi laut) dan potensi lainnya seperti
kandungan bahan mineral. Sumberdaya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh
suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumberdaya tidak selalu bersifat
fisik, tetapi juga non-fisik (intangible). Sumberdaya ada yang dapat berubah, baik
menjada semakin besar atau menghilang, dan ada pula sumber daya yang kekal
(selalu tetap). Selain itu, dikenal pula istilah sumberdaya yang dapat diperbarui dan
atau sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Sebagai contoh sumberdaya yag
dapat di perbaharui diantaranya tumbuhan dan hewan. Dalam hal ini sumberdaya
yang tidak diperbarui seperti minyak bumi dan gas, batu bara, dan jenis tambang lain
yang masuk ke dalam jenis sumberdaya lam. Sumber daya terbagi atas dua jenis
yaitu sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.
Dalam pengertian umum, sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang
dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah
komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi
kebutuhan manusia. Difinisik sumberdaya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan
dan utilitas manusia lebih jauh mengatakan bahwa sesuatu untuk dapat dikatakan
sebagai sumberdaya harus memiliki dua kreteria, yakni:
1. Harus ada pengetahuan, teknologi atau ketrampilan (skill) untuk
memanfaatkannya.
2. Harus ada permintaan (demand) terhadap sumberdaya tersebut.
Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak
dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi, dan
berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta
lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004,
kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan. Menurut Listiana (2010), potensi sumberdaya perikanan yang
dimiliki Indonesia sangat besar. Namun, potensi ini belum dikelole dan dimanfaatkan
secara benar dan bertanggung jawab, demi kesejahteraan masyrakat.
Dalam definisi undang-undang no 31 tahun 2004 tentang perikanan,
dikatakan bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebahagian
hidupnya berada dalam lingkungan perairan. Sumber daya perikanan, merupakan
hasil kekayaan laut yang memiliki potensi besar untuk menambah devisa negara.
Potensi pembangunan pesisir dan lautan kita terbagi dalam tiga kelompok yaitu: (1)
sumber daya dapat pulih (renewable recorces), (2) sumber daya tak dapat pulih (non-
renewable recorces) dalam hal ini mineral dan bahan tambang, (3) jasa-jasa
lingkungan (Environmental service). Sayangnya ketiga potensi ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, akan menarik kiranya bila kita
membeberkan ketiga kelompok potensi kelautan kita.
Sumberdaya dapat pulih terdiri dari ikan dan vegetasi lainnya. Namun yang
menjadi primadona kita selama ini adalah pada sebatas ikan konsumsi seperti ikan
pelagis, ikan demersal, ikan karang, udang dan cumi-cumi. Sedangkan untuk
vegetasinya adalah terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan hutan
mangrove. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat pulih sering
kita salah tafsirkan sebagai sumber daya yang dapat eksploitasi secara terus
menerus tanpa batas.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari makalah tentang sumberdaya perikanan ini dalah untuk
mengetahui apa definisi tentang sumberdaya perikanan, macam- macam
sumberdaya perikanan dan potensi sumberdaya perikanan. Tujuannya adalah agar
dapat memplajari masalah sumberdaya perikanan dan dapat mengetahui cara
pemulihan (konservasi) agar sumberdaya ini terjaga dan terbarukan.
1.3. Rumusan Masalah
Potensi Sumberdaya Perikanan yang Terabaikan
Pengaruh Ekonomi Dalam Usaha Sumberdaya Perikanan
Pemulihan Sumberdaya Perikanan


















BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya
bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan airsekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik
bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup
berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan
untuk hidup dan bergerak. Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah
dikenal sebagai ilmu tanah. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting
sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat
tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air
dan udara merupakan bagian dari tanah. Menurut Kurniawan (2010), Jenis tanah
yang baik untuk adalah campuran tanah liat dan rndapan lempung yang
mengandung bahan organik.
a. Tanah Untuk Usaha Perikanan
Tanah yang baik untuk usaha perikanan memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan ikan adalah jenis tanah
liat/lempung. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan
tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
Jenis tanah yang baik untuk tambak adalah campuran tanah liat dan endapan
lempung yang mengandung bahan organik. Tanah liat berlempung tersebut
dikenal dengan silty loam. Untuk mengetahui jenis tanah ini dapat diketahui
dengan menggunakan alat ukur atau secara manual. Tanah yang
mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang. Namun, tanah yang
mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan mengahasilkan pilinan tanah
yang pendek saja.
b. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah terjadi akibat masuknya benda asing (misalnya senyawa
kimia buatan manusia) ke tanah dan mengubah suasana/lingkungan asli tanah
sehingga terjadi penurunan kualitas tanah. Pencemaran dapat terjadi karena
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah secara sembarangan (illegal dumping).



2.2. Perairan
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu,baik
bersifat dinamis (bergerak) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang)
seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin
(laut) a. Air Asin (Laut)
Laut adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra.
Laut adalah kumpulan air asin yang sangat banyak dan luas di permukaan bumi yang
memisahkan atau menghubungkan suatu benua dengan benua lainnya dan suatu
pulau dengan pulau lainnya. Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan
3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik
dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5%
air murni.
b. Sungai
Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam
tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan
cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau
tampungan air yang besar sepertidanau. Sungai terdiri dari beberapa bagian,
bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan
bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan
kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung
sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Sungai
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan
di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air,
sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
c. Danau
Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu
tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai,
atau karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi,
dan olahraga. Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi
oleh air bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh
daratan. Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan
bumi utara pada ketinggian yang lebih atas. Sebuah danau periglasial adalah danau
yang di salah satunya terbentuk lapisan es, "ice cap" atau gletser, es ini menutupi
aliran air keluar danau. Istilah danau juga digunakan untuk menggambarkan
fenomena seperti Danau Eyre, di mana danau ini kering di banyak waktu dan hanya
terisi pada saat musim hujan. Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun
untuk penyediaan tenaga listrik-hidro, rekreasi (berenang, selancar angin, dll),
persediaan air.
d. Jenis Usaha Peraiaran
Usaha perikanan itu sendiri mencakup setiap usaha perseorangan atupun
badan hukum dalam menangkap ataupun membudidayakan ikan demi menciptakan
nilai tambah ekonomi bagi para pelaku usaha. Perikanan jika dikelola dengan baik
dan benar bisa mendatangkan keuntungan finansial yang tidak sedikit; karena seperti
kita ketahui medan bumi kita tediri dari 70% air dan 30% daratan. Melakukan
pengoptimalisasian dari fakta tersebut jelas akan memberikan keuntungan tak terkira
bagi manusia.
1. Usaha Perikanan Budidaya
Yaitu suatu usaha yang bertujuan untuk memproduksi ikan dalam suatu wadah
pemeliharaan yang terkontrol dan berorientasi kepada suatu keuntungan.
Usaha ini biasa dilakukan dalam bentuk tambak-tambaj, kolam-kolam atau
empang-empang ang diatur sedemikian rupa sehingga memiliki kondisi
sempurna untuk mengembangkan sumberdaya yang dibiakkan disana.
2. Usaha Perikanan Pengolahan
Yaitu suatu kegiatan usaha dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah
yang dimilki oleh suatu produk perikanan. Selain itu, usaha perikanan
pengolahaan ini bertujuan sebagai penekatan produk perikanan terhadap pasr
dengan harapan agar dapat diterima oleh konsumen secara luas dan
menyeluruh. Misalnya saja dalam pembuatan nugget ikan, kerupuk ikan, bakso
ikan, dan usaha-usaha sejenis lainnya.
3. Usaha Perikanan Tngkap
Usaha satu ini dalah suatu kegiatan usaha yang terfokus dalam
produksi ikan dengan jalan mengkap ikan yang berasal dari perairan darat
maupun perairan laut. Misalnya saja usaha penangkapan ikan tuna, ikan bawal
laut, ikan sarden, dan jenis ikan lainnya. Usaha ini dilakukan dengan kapal-
kapal yang dilengkapi perlatan khusus untuk menangkap hasil laut yang dituju
guna mendapatkan hasil optimal. Sempat metode ini mendapatkan banyak
sorotan karena tidak sedikit usaha ini menyebabkan kerusakan alam karena
penangkapan dengan metode yang tidak bertanggung jawab. Namun sekarang
sudah dipertegas dengan undang-undang.
Masing-masing jenis usaha perikanan di atas memiliki sistem operasionalnya
sendiri yang nantinya akan berpengaruh langsung terhadap munculnya berbagai
macam pendataan dan sebaiknya patut untuk diketahui sebelum terjun secara
langsung dalam bisnis ini. Menurut Satria (2013), perikanan tangkap adalah kegiatan
memproduksi ikan dengan menangkap (capture) dari perairan di daratan (inland
capture atau inland fisheries), seperti sungai, muara sungai, danau, waduk, dan rawa
serta perairan laut.

2.3. Ekosistem Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di
atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi
oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung
dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati
proses adaptasi dan evolusi. Menurut Awwaludin, Sucipto dan Trisnadi (2010), jenis
mangrove dari empat famili yaitu Avicenniaceae, Rhizoporzceae, Soneratiaceae dan
Meliaceae.
Salah satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi
garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk
tsunami. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah
dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau.
Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di Indonesia rawan terkena tsunami
karena hutan bakau sudah banyak beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit
dan alih fungsi lain. Luas bakau di Indonesia mencapai 25 persen dari total luas
mangrove dunia. Namun sebagian kondisinya kritis. Di Indonesia, hutan-hutan
mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan
merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra,
dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah
lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan. Di bagian timur
Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat
di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua
mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia
2.4. Ekosistem Padang Lamun
Lamun atau "rumput laut" adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah
beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Semua lamun
adalah anggota bangsa Alismatales yang berasal dari salah satu dari empat suku
berikut: Posidoniaceae, Zosteraceae, Hydrocharitaceae, da nCymodoceaceae.
Lamun tumbuh berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat dangkal dan
menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang. Wilayah perairan laut
yang ditumbuhi lamun disebut padang lamun, dan dapat menjadi suatu ekosistem
tersendiri yang khas. Duyung (Dugong) dan sapi laut adalah pemakan lamun.
Wilayah: di seluruh perairan Indonesia. Faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan padang lamun: a. Perairan laut dangkal berlumpur dan mengandung
pasir. b. Kedalaman tidak lebih dari 10 m agar cahaya dapat menembus. c. Suhu
antara 20-30 C. d. Kadar garam antara 25-35/mil. e. Kecepatan arus sekitar 0,5
m/detik. Fungsi padang lamun: a. Sebagai tempat berkembangbiaknya ikan- ikan
kecil dan udang. b. Sebagai perangkap sedimen sehingga terhindar dari erosi. c.
Sebagai penyedia bahan makanan bagi biota laut. d. Bahan baku pupuk. e. Bahan
baku kertas.
Menurut Sutiknowati (2010), padang lamun merupakan salah satu ekosistem
bahari paling produktif, mempunyai produktivitas tinggi; mempunyai fungsi ekologis
sebagai produsen primer; memfiksasi dan pendaur ulang unsur hara; penstabil
substrat dan penangkap sedimen, mencegah dan melindungi pantai dari erosi;
sebagai habitat dan tempat mencari makan serta tempat berlindung bagi organisme
laut lainnya





2.5. Ekosistem Trumbu Karang
Ekosistem terumbu karang dapat ditemui di perairan jernih. Terumbu
karang terbentuk sebagai hasil dari kegiatan berbagai hewan laut
seperti kerang, siput, cacing, Coelenterata dan alga kapur (Halimeda). Syarat hidup
binatang kerang, yaitu airnya jernih, arus gelombang kecil, dan lautnya dangkal.
Ekosistem ini dapat kita temukan di pantai sebelah barat Sumatra, pantai selatan
Jawa,Bali, Nusa Tenggara, serta pantai utara Sulawesi dan Maluku. Terumbu
karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam
bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk
tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi
oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan pesies, satu individu polip karang akan
berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk
unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO
3
. Terumbu karang
merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut,
dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui. Estimasi jenis manfaat yang
terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat dari terumbu karang yang langsung
dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah:
sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang
pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang,
pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya.
penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai
penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai
sumber keanekaragaman hayati. Menurut Akbar, Tjut dan Junun (2008), mngrove
merupakan karakteristik formasi tumbuhan pesisir di daerah tropis dan subtropis yang
melindungi desa-desa pesisir dari abrasi dan intrusi air laut.












BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Potensi Sumberdaya Perikanan
Laut kita memiliki karakteristik yang sangat spesifik Dikatakan spesifik, karena
memiliki keaneragaman biota laut (ikan dan vegetasi laut) dan potensi lainnya seperti
kandungan bahan mineral. Dalam definisi undang-undang no 31 tahun 2004 tentang
perikanan, dikatakan bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau
sebahagian hidupnya berada dalam lingkungan perairan. Sumber daya perikanan,
merupakan hasil kekayaan laut yang memiliki potensi besar untuk menambah devisa
negara.
Sumberdaya dapat pulih terdiri dari ikan dan vegetasi lainnya. Namun yang
menjadi primadona kita selama ini adalah pada sebatas ikan konsumsi seperti ikan
pelagis, ikan demersal, ikan karang, udang dan cumi-cumi. Sedangkan untuk
vegetasinya adalah terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan hutan
mangrove. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat pulih sering
kita salah tafsirkan sebagai sumber daya yang dapat eksploitasi secara terus
menerus tanpa batas. Potensi sumber daya perikanan laut di indonesia terdiri dari
sumber daya perikanan pelagis besar dengan potensi produksi sebesar 451.830
ton/tahun dan pelagis kecil sebesar 2.423.000 ton/tahun sedangkan sumberdaya
perikanan demersal memiliki potensi produksi sebesar 3.163.630 ton/tahun, udang
sebesar 100.728 ton/tahun, ikan karangdengan potensi produksi sebesar 80.082
ton/tahun dan cumi-cumi sebesar 328.968 ton/tahun. Dengan demikian potensi lestari
sumber daya perikanan laut dengan tingkat pemanfaatan baru sekitar 48%.
Sementara itu, potensi vegetasi biota laut juga sangat besar. Salah satunya
adalah terumbu karang. Dimana terumbu karang ini memilki fungsi yang sangat
startegis bagi kelangsungan hidup ekosistem laut yakni fungsi ekologis yaitu sebagai
penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat
bermain dan asuhan berbagai biota. Terumbu karang juga menghasilkan produk
yang memiliki nilai ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang
karang, alga, teripang dan kerang mutiara Data Ditjen Perikanan tahun 1991
menunjukan, potensi lestari sumber daya ikan pada terumbu karang di perairan
indonesia diperkirakan sebesar 80.802 ton/km
2
/tahun, dengan luas total terumbu
karang 50.000 km
2
. Vegetasi lainnya adalah rumput laut. Rumput laut memiliki
potensi lahan untuk budidaya sekitar 26.700 ha dengan kemampuan potensi produksi
sebesar 482.400 ton/tahun.
Disamping potensi sumber daya dapat pulih (renewable recources), wilayah
pesisir dan laut kita juga memiliki potensi sumber daya tak terbaharukan (non-
renewable recources). Potensi ini meliputi mineral dan bahan tambang diantaranya
berupa minyak, gas, batu bara, emas, timah, nikel, bauksit dan juga granit, kapur dan
pasir. Potensi lain yang tidak kalah pentingnya lagi adalah kawasan pesisir dan laut
kita sangat potensial untuk pengelolaan jasa lingkungan (environmental service).yang
dimaksud dengan jasa lingkungan adalah pemanfaatan kawasan pesisir dan lautan
sebagai sarana rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sarana
pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, kawasan perlindungan dan sistem
penunjang kehidupan serta fungsi ekologis lainnya.
Potensi lain yang juga belum tergarap adalah pemanfaatan wilayah pesisir
dan laut sebagai penghasil daya energi, belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal
wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu sumber energi alternatif yang
sangat ramah lingkungan. Sumber energi yang dapat dimanfaatkan antara lain
berupa; arus pasang surut, gelombang, perbedaan salinitas, angin, dan pemanfaatan
perbedaan suhu air laut di lapisan permukaan dan lapisan dalam perairan atau yang
kita kenal dengan OTEC (Ocean Thermal Energy Convertion).

3.2. Kerusakan dan Kerugaian Sumberdaya Perikanan
a. Pencemaran Peraiaran
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi juga
mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap
sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat
mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage)
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang
mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap
seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air
limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan
b. Penngkapan Berlebih
Overfishing secara sederhana dapat kita pahami sebagai penerapan
sejumlah upaya penangkapan yang berlebihan terhadap suatu stok ikan. Terdapat
berbagai bentuk overfishing.

Growth Overfishing
Ikan ditangkap sebelum mereka sempat tumbuh mencapai ukuran dimana
peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan akan mampu membuat seimbang
dengan penyusutan stok yang diakibatkan oleh mortalitas alami (misalnya
pemangsaan.)
Recruitment Overfishing
Pencegahan terhadap recruitment overfishing meliputi proteksi (misalnya
Melalui reservasi) terhadap sejumlah stok induk (parental stock, broodstock)
yang memadai.
Biological Overfishing
Kombinasi dari growth overvishing dan recruitment overfishing akan terjadi
manakala tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan tertentu
melampaui tingkat yang diperlukan untuk menghasilkan MSY.
Economic Overfishing
Terjadi bila tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan
melampaui tingkat yang diperlukan untuk menghadilkan MEY, yang
dirumuskan sebagai perbedaan maksimum antara nilai kotor dari hasil
tangkapan dan seluruh biaya dari penangkapan.
Ecosystem Overfishing
Overfishing jenis ini dapat terjadi sebagai hasil dari suatu perubahan
komposisi jenis dari suatu stok sebagai akibat dari upaya penangkapan yang
berlebihan, dimana spesies target menghilang dan tidak digantikan secara
penuh oleh jenis pengganti.
Malthusian Overfishing
Malthusian overfishing merupakan suatu istilah untuk mengungkapkan
masuknya tenaga kerja yang tergusur dari berbagai aktifitas berbasis darat
(land-based activities) kedalam perikanan, pantai dalam jumlah yang
berlebihan yang berkompetisi dengan nelayan tradisional yang telah ada
dan yang cenderung menggunakan cara-cara penangkapan yang bersifat
merusak.

c. Ilegal Fishing
Pencurian ikan (ilegal fishing) di perairan Indonesia menjadi sangat marak.
Kegiatan penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal berbendera asing di perairan
indonesia, bukan terjadi beberapa tahun terakhir ini saja. Akan tetapi kegiatan ini
sudah berlangsung sejak puluhan tahun. Kapal berbendera asing tersebut menyamar
sebagai kapal nelayan indonesia, ada juga yang menggunakan surat ijin
penangkapan palsu. Harus kita akui juga, bahwa kebijakan kelautan kita yang masih
longgar, sehingga memungkinkan kapal-kapal asing untuk masuk menjarah hasil laut
kita. Faktor yang teridentifikasi sebagai penyebab terjadinya illegal fishing di perairan
indonesia yaitu: (1) Luasnya potensi laut yang belum terolah, (2) Peluang bisnis ikan
yang menggiurkan, (3) Kelemahan penegakan hukum, (4) Mentalitas aparat, dan (5)
Hambatan dari faktor perundang-undangan. Maraknya pencurian ikan secara ilegal
(ilegal fishing) oleh kapal asing merupakan fenomena yang kontras dan menyakitkan
hati masyarakat kita. Betapa tidak kekayaan laut kita dengan seenaknya dirampas
oleh nelayan asing, sementara nelayan kita tidak bisa menikmati hasil laut sendiri.
Data Kompas (27/9) menyebutkan bahwa Thailand merupakan salah satu negara
yang memiliki kapal penangkap ikan terbanyak yang beroperasi secara ilegal
sebanyak 500 unit. Sedangkan yang legal sebanyak 306 unit. Menurut Anonymous
(2010), Thailand mampu memproduksi hasil tangkapan dengan total penangkapan
sebesar 72.540 ton/tahun, meliputi 27.540 ton ditangkap secara legal, sisanya 45.000
ton merupakan hasil tangkapan secara ilegal. Hasil tangkapan tersebut dibawa
langsung ke Thailand. Ironisnya lagi selama ini, indonesia sebagai pengambil
kebijakan sekaligus sebagai penghasil ikan justru tidak mampu berbuat banyak.
Bukan rahasia umum lagi, kalo model kerja sama seperti ini cenderung
menguntungkan pihak asing.

d. Kerusakan Terumbu Karang
Terumbu karang, selain berfungsi untuk kembangbiak ikan, pelindung pantai
dari erosi dan abrasi, juga bermanfaat untuk sektor pariwisata. Terumbu karang
merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat pesisir dan 60
persen penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir. Terumbu karang di
Indonesia diperirakan sudah 30 persen yang rusak. Untuk terumbu karang dunia,
total sudah mencapai 10 persen yang rusak. Dikutip dari Tourism News, setidaknya
ada enam penyebab kerusakan terumbu karang:
1. Penggemar terumbu karang sangat banyak. Akhirnya, banyak orang yang
menyelam untuk menjarah karang ini sebagai koleksi di rumah. Saat penjarahan
makin terakumulasi, jumlah terumbu karang menyusut secara drastis.
2. Pencemaran air laut sekarang ini makin mengkhawatirkan. Sampah dan limbah
yang ikut mengalir ke laut membuat terumbu karang bermasalah dan
mengganggu ekosistem.
3. Pertanian pasang surut yang ada di tepi pantai juga mempengaruhi kerusakan
terumbu karang. Terutama, hal tersebut dipicu oleh pemakaian pupuk kimia dan
pestisida yang masuk ke air laut setelah terbawa air hujan.
4. Kapal yang membuang jangkar juga menjadi pemicu rusaknya terumbu karang.
Sebab, jangkar bisa secara tidak sengaja membentur terumbu karang.
5. Aktivitas menangkap ikan dengan memakai bom, secara langsung mematikan
terumbu karang tepat di lokasi peledakan. Hasil ikan yang didapat tidak sebanding
dengan kelestarian penghuni lautan dalam jangka panjang.
6. Penambangan pasir pantai hingga pembangunan pemukiman di sekitar pantai
secara tidak langsung mempengaruhi ekosistem laut, termasuk terumbu karang.

3.2. Konservasi dan Pelestarian Sumberdaya Perikanan

Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi
berasal dari bahasa Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya pelestarian atau
perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan. Konservasi adalah pengelolaan
sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai serta keanekaragamannya. Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan,
dan kesinambungan. Sumber Daya Pesisir dan Pulau- pulau dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
Pemahaman bahwa sebagian besar perikanan Laut sudah mengalami
penangkapan berlebih (over-fishing) dan mempelajari kemungkinan Kawasan
Konservasi Perairan (KKP) sebagai alat pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan.
Tata pengelolaan (governance) atau mengelola perikanan laut ialah usaha mengatur
atau mengendalikan jumlah pengambilan (oleh penangkapan) agar tidak terjadi
penangkapan berlebih (over-fishing). Penangkapan berlebih ialah pengambilan
(penangkapan ikan) pada laju atau kecepatan yang melebihi kemampuan alam untuk
melakukan pemulihan secara alami.
Berbagai upaya dalam melestarikan sumberdaya perikanan dapat dilakukan
sebagai berikut: (a) pelarangan penangkapan ikan dengan bahan dan alat yang
berbahaya (racun, bom, setrum). Penggunaan alat-alaI ini merusak bukan hanya
terhadap anak-anak ikan, tetapi juga berbahaya bagi si pengguna. (b) penetapan
daerah tutupan (reservation-area). Daerah tutupan ini berhubungan tempat yang
diperkirakan menjadi area pemijahan ikan (c) penutupan waktu penangkapan.
Penangkapan dilarang selama musim pemijahan ikan. (d) pembatasan ukuran
maupun jenis alat tangkap. Larangan ini dimaksudkanagar anak ikan tumbuh dewasa
pada ukuran tertentu dan mempunyai kesempatan untuk bereproduksi. (e) budidaya
perikanan, seperti kepadatan/intensitas kantung jaring terapung yang tidak melebihi
daya dukung perairan. (f) penebaran ikan (Syafei, 2005).




BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Sumberdaya dalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang
dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Sumberdaya perikanan
meliputi: tanah, peraiaran, ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan
ekosistem trumbu karang.
Sumber daya perikanan, merupakan hasil kekayaan laut yang memiliki
potensi besar untuk menambah devisa negara. Potensi pembangunan pesisir dan
lautan kita terbagi dalam tiga kelompok yaitu: (1) sumber daya dapat pulih
(renewable recorces), (2) sumber daya tak dapat pulih (non-renewable recorces)
dalam hal ini mineral dan bahan tambang, (3) jasa-jasa lingkungan (Environmental
service). Sayangnya ketiga potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi
lain yang juga belum tergarap adalah pemanfaatan wilayah pesisir dan laut sebagai
penghasil daya energi, belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal wilayah pesisir
dan lautan merupakan salah satu sumber energi alternatif yang sangat ramah
lingkungan.
Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya
perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan
kesinambungan. Sumber Daya Pesisir dan Pulau- pulau dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya
4.2. Saran
Sebaiknya, dilakukan upaya lebih utnuk melindungi sumberdaya perikanan di
Indonesia, mengingat potensi besar yang dimiliki. Diharapakan ada tindak lanjut
terhadap perusakaan maupun pelnggaran yang terjadi dalam sumberdaya perikanan.
Dan kita sebagai masyarakat wajib menjaga dan melindungi sumberdaya di
Indonesia.










DAFTAR PUTAKA

Anonymous. 2010. Sumberdaya Perikanan, Kekyaan Kita Yang Merana. Artikel
Prikanan. http://aryabimantara.wordpress.com/2006/09/29/sumber-daya-
perikanan-kekayaan-kita-yang-masih-merana/
Akbar, Aji A., Tjut Sugandawaty D dan Junun Sartohadi. 2008. Ekosistem Mangrove
Dan Abrasi Di Pesisir Kalimantan Barat. Vol. 22,No. 1. Forum Geograpi.
Yogyakarta.
Awwaludin, Asyeb., Sucipto Hariyanto., dan Trisnadi Widyaleksana C.P. 2010.
Struktur Status Mangrove Di Ekosistem Muara Kali Lamong Jawa Timur.
Fakutas Sains Dan Teknologi, Universitas Airlangga. Surabaya.
Kurniawan, Ardiansyah. 2010. Pemilihan Lokasi Dan Persiapan Wadah Budidaya
Ikan. Arttikel Prikanan.
Satria, Fembri. 2013. Usaha Perikanan Tangkap Dan Budidaya Sebagai Mata
Pencaharian Alternatif. STMIK AMIKOM. Yogyakarta.
Sutiknowati, Lies I. 2010. Kelimpahan BakteriFosfat Di Padang Lamun Telu
Banten. 36(1): 21-35. ISSN 0125-9830. LIPI.
Syafei, Leny S. 2005. Penebaran Ikan Untuk Pellestarian Sumberdaya
Perikanan. (Fish Restocking fo Sustaining Fisheries Resources). Vol. 5 No.
2. Jurnal Ikhtiologi Indonesia.

















TUGAS MATA KULIAH EKONOMI PERIKANAN


Sumberdaya Perikanan






Oleh :

HURIYATUL FITRIYAH NOOR (105080501111027)

KELAS MO3

















FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013


TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI PEDESAAN

TEMA KEBUDAYAAN

Judul

Kebudayaan Masyarakat Pesisir Lampung






Oleh :

HURIYATUL FITRIYAH NOOR (105080501111027)

KELAS MO6















FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

You might also like