You are on page 1of 38

Peran Dinkes dalam

Akselerasi Pencapaian MDGs


melalui JAMKESMAS

Triono Soendoro
Banjarmasin, 3 Nov 2009
Session: I

MDGs
dan
Hasil National Summitt
MDGs: RISKESDAS 2008
• KIA, Infeksi, Sanitasi, dan Air bersih.
• GIKUR Balita, AKB, AKI,
• Kelahiran ditolong tenaga kesehatan,
ANC,
• Prevalensi kontrasepsi,
• Prevalensi fertilitas,
• Imunisasi Balita,
• Sanitasi, Akses air bersih,
• Infeksi: Campak, HIV, TBC, Malaria,
Diare
3
Kita Telah Bekerja Keras !?
 Apakah kita
melakukan hal yang
sama selama puluhan
tahun ini?
 Apakah kita
menghadapi persoalan
yang sama selama
puluhan tahun ini?

4
Kerja Keras = Kerja Cerdas?
Kegilaan adalah peristiwa
ketika orang melakukan hal
yang sama, tetapi
mengharapkan hasil yang
berbeda

Bisakah melakukan yang


berbeda?
5
Analisis bivariat:

Variabel Daerah (%) N Nilai p


Tertinggal Tidak Kab
1. Kemiskinan 0,000*
- Diatas Nas (≥16,60%) 68,8 31,2 218
- Dibawah Nas (<16,60%) 22,1 77,9 222
2. Gizi Buruk 0,000*
- Diatas Nas (≥5,4%) 63,3 36,7 229
- Dibawah Nas(<5,4%) 25,6 74,4 211
3. Gizi Buruk-Kurang 0,000*
- Diatas Nas (≥18,4%) 62,4 37,6 237
- Dibawah Nas (<18,4%) 25,1 74,9 203
4. Balita Sangat Pendek 0,000*
- Diatas Nas (≥18,8%) 58,1 41,9 234
- Dibawah Nas (<18,8%) 30,6 69,4 206
5. Balita Sangat Kurus 0,018*
- Diatas Nas (≥6,2%) 50,2 49,8 229
- Dibawah Nas (<6,2%) 39,8 60,2 211
*signifikan(p<0,05) 6
6
KEMISKINAN DAN PREVALENSI GIZI BUKUR
PREVALENSI GIZI
Rendah Tinggi

I (BAIK) II
Rendah 127 kab/kota 93 kab/kota

IV III (JELEK)

78 kab/kota 138 kab/kota


Tinggi Kemiskinan :
17.1% - 53.3%

Kemiskinan <=16.5% = RENDAH , Prevalensi Giburkur <= 18.5 = RENDAH,


> 16,5% = TINGGI Giburkur > 18.5 = TINGGI 7
Gizi Bur/Kur (Nas: 18,4%)
1 Aceh Tenggara, NAD 48.7
2 Rote Ndao, NTT 40.8
3 Kepulauan Aru, Maluku 40.2
4 Timor Tengah Selatan, NTT 40.2
5 Simeulue, NAD 39.7
6 Aceh Barat Daya, NAD 39.1
7 Mamuju Utara, Sulbar 39.1
8 Tapanuli Utara, Sumut 38.3
9 Kupang, NTT 38.0
10 Buru, Maluku 37.6
8
(

No. Dibawah Nas (<18,4%) %


1 Kota Tomohon 4,8

2 Minahasa 6,0

3 Kota Madiun 6,8

4 Gianyar 6,8

5 Tabanan 7,1

6 Bantul 7,4

7 Badung 7,5

8 Kota Magelang 8,2

9 Kota Jakarta Selatan 8,3

10 Bondowoso 8,7
9
9
Arahan SBY-BOED-I
• Meningkatkan program preventif,
disamping program kuratif.
• Puskesmas akan lebih difungsikan untuk
secara aktif meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sekitar (diluar
gedung); bukan balai pengobatan
• PKK, posyandu, PAUD makin
diaktifkan dengan mengkoordinasikan dan
menyelaraskan program-program
mereka, bersama Pemda dan masyarakat
setempat.
Arahan SBY-BOED II
• Sasaran utama adalah meningkatkan
kesehatan ibu dan anak.
• Kuantitas dan Kualitas bidan desa
ditingkatkan.
• Penempatan dokter dan sistem
insentifnya disempurnakan.
• Mutu dan Status paramedis akan
ditingkatkan sesuai dengan standar
internasional
Arahan SBY-BOED III
• Program Keseteraan Gender
ditingkatkan antara lain: intensifikasi
program KB dan penyediaan prog KB,
penyediaan beasiswa dan bantuan biaya
pendidikan yang setara antara siswa
laki-laki dan perempuan
• SJSN akan mulai dilaksanakan
dengan secara bertahap.
• Sistem Jamkesmas menjadi suatu
sistem asuransi kesehatan nasional yang
handal.
National Summit: 4 Isu & Output
 Peningkatan pembiayaan kesehatan utk
jaminan kes mas
 Peningkatan kesmas untuk mempercepat
pencapaian MDGs
 Pengendalian penyakit dan
penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana
 Meningkatkan ketersediaan, pemerataan,
dan kualitas nakes terutama dacil, danggal,
dan kepulauan
13
Paradoks: Salah Kita?
 1998: JPSBK, dana langsung ke BIDES
dan Puskesmas via kantor pos
 Target: Vulnerable group (KIA, dll); MDGs
 Hasil: indikator MDGs > baik ketimbang
sekarang; HDI juga demikian (< 100 vs
>100.
 Banyak protes, justru dari DINKES
 Mengapa?
Analisis: Pemicu Dialog
 Mengapa tidak ditemukan hubungan yang
jelas (linier) antara intervensi/pengaruh
belanja/anggaran pemerintah terhadap
status kesehatan?
atau
 Mengapa meningkatnya belanja
kesehatan pemerintah pada Departemen
Kesehatan tidak selalu diikuti dengan
membaiknya derajat kesehatan
masyarakat?
Misalokasi
 Alokasi aktivitas intervensi (primer) dan
sekunder (kuratif), meningkat (tahun 1999
Rp 1,5 triliun dibanding Rp 20 triliun tahun
2010), namun masih belum cost effektif.
 Kegiatan intervensi untuk program
kesehatan masyarakat, terutama untuk
masyarakat miskin, yang seharusnya
memperoleh pembiayaan lebih besar,
justru masih belum memadai.
Apakah Kita Mengendalikan
Masalah
atau
Resiko?
Apa Resiko Itu?
 Kemungkinan Kejadian Yang Merugikan.
 Ada 3 unsur penting dari sesuatu yang
dianggap resiko.
 Merupakan suatu kejadian
 Kejadian tersebut masih merupakan
kemungkinan, bisa YA bisa juga
TIDAK
 Jika sampai terjadi, akan
menimbulkan kerugian
Mengapa & Bagaimana
Mengetahui Kemungkinan
 Resiko
IDENTIFIKASI: buat daftar resiko (RISKESDAS?)
 UKUR resiko tersebut.
 Tujuan: menghasilkan STATUS dan PETA RESIKO
—yi menunjukkan tingkatan resiko.
 PETA resiko adalah gambaran sebaran resiko
dalam sebuah peta sehingga kita mengetahui
DIMANA resiko tsb.
 Jadi, INDIKATOR apakah telah melaksanakan
MANAJ resiko dengan benar dan profesional
adalah jika setiap unit memiliki peta resiko dan
ada status resikonya.
Session: II

Peran DINKES
dan
Pemimpin Lini Depan

20
Pemicu Berpikir
1. Apakah sumber daya (dana dan SDM)?
2. Apakah kegiatan luar gedung memerlukan
dukungan >>>
3. Mengapa ada yg baik, ada yg jelek?
4. Mobilisasi, peran kader, bides, gizi,
imunisasi
5. Team work, konflik, rivalitas?
6. Ignorance (lalai)? Kurang serius?
7. Perhatian Dinkes ke puskesmas,
puskesmas thdp SDM-nya?
8. Puskesmas >> Balai Pengobatan?
Jamkesmas: Sasaran
 Sasaran: 76,4 juta jiwa
 Bumil: 1.57 juta; bulin: 1.50 juta; bufas
 Bayi: 1.42 juta; Balita: 5.05 juta
 Seluruh puskesmas & jaringannya,
Poskesdes; bidan dan dokter praktek
swasta utk pertolongan persalinan
 Gelandangan, pengemis, antar:
rekomendasi Din Sos
Jamkesmas: Ruang Lingkup
 Preventif s/d kuratif (hulu hilir)
 UKBM (Poskesdes, Psydu, Pos UKK, dll).
 Rawat jalan primer: didalam dan luar
gedung termasuk ”rumah penduduk”.
 Biaya operasional: Dx dini/awal
berkembangnya faktor resiko, dan
tindakan yang tepat utk mengurangi
ancaman resiko menjadi masalah
 Surveilans: peny, gizi, KIA, dll
BPS: PODES 2008
 Jumlah Desa 75.410 & Kecamatan 6.4493.
 Jumlah Puskesmas 8.5704.
 Jumlah Pustu 23.1635.
 Jumlah Bidan 97.8796
 Jumlah Dukun 54.6077.
 Bidan Desa 52.9749.
 Puskesmas yang ada Dokter 13.8308.
 Desa ada puskesmas dan ada dokter 6.025.
 Desa ada puskesmas, tdk ada dokter 2.545.
 Desa TIDAK ada Bidan 22.43612.
 Posyandu aktif 63.589 24
Fakta: Lini Depan
 BUMIL, BULIN, KB: BIDES (di DESA):
tangkas, cermat, sigap; tanggung jawab.
Siapa dan bagaimana supervisi?
 GIZI: Nutisionist; apa peran, fungsi, dan
tanggungjawabnya? Di puskesmas, TIDAK
di desa.
 Imunisasi: siapa?
 Posyandu: benarkah berfungsi?
 Kunjungan rumah? TBC: PMO
25
Jenis Manusia: Dua (2)
 Mereka yang selalu membuat alasan dan
mereka yang mencapai keberhasilan
 Alasan mengapa sebuah pekerjaan tidak
terselesaikan, dan mengapa berhasil
 Pemimpin tidak menyalahkan orang lain
ketika keadaan menjadi sulit.
 Mereka tahu apa yang dpt dilakukan, dan
perlu dilakukan, dan mengambil tanggung
jawab untk melakukannya.
Penyakit-2 Kita
Saya adalah Posisi Saya
 Saya adalah jabatan yang saya
emban (kepentingan)
 Sulit belajar karena terkungkung
struktur
 Keatas : Ini sebabnya diluar
kemampuan saya
 Kebawah : struktur menjadi kekuasaan
Musuh Ada Diluar Sana
 Penyebab masalah ada di luar
sana, tidak pernah dirinya
 Menyalahkan pihak lain
 Selalu ada kambing hitam:
pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dana kurang, masyarakat
tidak tahu, dst
Dinkes vs Lini Depan
Aturan dianggap bermakna mencegah
terjadinya situasi memburuk, malahan
menghambat timbulnya perbaikan.

Apa saja
Yg anda
Rasakan?
Fokus dan Konteks
 Kemana kita akan pergi? Apa yang
menuntun kita untuk tiba disana?
Mengapa kita semua ingin tiba disana?
 Pemimpin: luangkan waktu utk
menciptakan identitas organisasi, nilai,
misi, tujuan, bgmn bertindak sbg tim;
bukan mengeluh….
 Ini ttg kesepakatan2; mengatur diri,
fleksibel, bergerak seirama.
 Tidak menunggu kesempatan, petunjuk,
melakukan dan membuat …terjadi
Pemimpin
 Pemimpin adalah pemupuk
perubahan.
 Pemimpin adalah pengaruh
 Pemimpin adalah tindakan
 Kekeliruan kita, menganggap
pemimpin adalah atasan (kita)—
atas dasar jabatan;
 Ada di semua tingkatan
organisasi.
Memobilisasi dan Memperkuat
 Para pemimpin bekerja dari dalam,
menginspirasi orang-2 utk memotivasi
 Membantu/menarik energi mereka
keluar untuk membantu organisasi
melakukan loncatan dan manuver
atas tantangan.
 Menyemangati dengan cara bekerja
untuk mereka (melayani); mereka
bukan benda, bukan sekedar manusia
sbg Sumber Daya, sbg INSAN
Nilai dan Organisasi
 Sebuah kultur organisasi ditentukan oleh
cita-cita dan keyakinan dasar, tidak
sekedar dideklarasikan, namun
dilaksanakan.
 Tidak seorangpun dapat berhasil dlm
tindakannya, jika tidak dalam kesatuan.
 Tidak seorangpun dpt melakukan dlm
kesatuan, tanpa keyakinan
 Tidak seorangpun dpt bertindak dengan
keyakinan, jika tidak memiliki pendapat,
afeksi, dan minat yang sehat.
Tim Pembelajar…
 Tim yang hebat jarang mengawali
langkahnya dengan tiba-tiba.
 Memulainya sebagai kelompok individu.
 Dibutuhkan waktu untuk dapat berjalan
sebagai suatu kesatuan
 Tim hebat: komunitas ”pemimpin”
pembelajar--yang dari waktu ke waktu
meningkatkan kemampuan mereka
untuk menciptakan apa yang benar-
benar ingin mereka ciptakan.
Winners…

• Winner don’t do different things,


they do things differently

38

You might also like