You are on page 1of 8

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING SOSIAL

"KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING SOSIAL"


DISUSUN OLEH :
1. ACH.KHOLIL

2. DEWI MEI SINTA

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Bimbingan
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris guidance.
Kata guidance adalah kata dalam bentukmashdar (kata benda) yang bersasal dari kata kertja
to guide artinya menunjukan, bimbingan, atau menuntun orang lain ke jalaan yang benar.
Jadi, kata guiadance berarti pemberian petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan
kepada orang lain yang membutuhkan.
Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum dapat diatikan sebagai suatu bantuan atau
tuntunan. Namun, walaupun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah
bimbingan. Jika misalnya, ad seorang mahasiswa datang kepada dosen wali sebagai pembimbing
akademiknya menyampaikan bahwa sampai saat terakhir pembayaran uang SPP hari ini, uang
kirimanya

belum

datang,

kemudian

dosen

pembimbing

akademiknya

meminjamkan

mahasiswanya tersebut uang untuk membayar SPP, tentu bantuan ini bukan termasuk bentuk
bantuan yang dimaksudkan dengan pengertian bimbingan (guidance).1[1][1]
Menut beberapa ahli bimbingan yaitu:

Menurut Chiskolm, dalam Mc Daniel, 1959


1[1][1] Samsul Munir Amin, AMZAH, Bimbingan dan Konseling Islam. Hal 3-4

Bimbingan adalah membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang
dirinya sendiri.

Menurut Tiedeman, dalam Bernard & fullmer, 1969


Bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna, tidak sekedar mengikuti kegiatan
yang berguna.

Menurut Failor, salah seorang pembimbing dan konseling disekolah mengartikan bimbingan
sebagai berikut
Bimbingan adalah bantuan kepada seseorang dalam proses pemahaman dan penerimaan terhadap
kenyataan

yang

ada

pada

dirinya

sendiri

serta

perhitungan

(penilaian) terhadap lingkungan sosio-ekonomisnya masa sekarang dan kemungkinan masa


mendatang dan bagaimana mengintegrasikan kedua hal tersebut melalui pemilihan-pemilihan
serta penyesuaian-penyesuaian diri yang membawa pada kepuasan hidup pribadi dan
kedayagunaan hidup ekonomi sosial.

Stoops dan Walquist menyatakan bimbingan yaitu


Bimbingan adalah proses yang terus-menerus dalam membantu perkembangan individu
untuk mencapai kemapuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesarbesarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.

Model bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan perkembangan. Visi
bimbingan perkembangan berrsifat edukatif, pengembangan, dan outreach. Edukatif karena
titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan
bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan.
B. Pengertian Konseing
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkunganya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli
merasa bahagia dan efektif perilakunya.

Dalam berbagai literatur diuraikan konseling dalam bermacam-macam pengertian. Sebagian


ahli memaknakan konseling dengan menekankan pada pribadi klien, sementara yang lain
menekankan pada pribadi konselor, serta berbagai fariasi definisi yang bmemiliki penekanan
sendiri-sendiri. Perbedaan-perbedaan ini terjadi karena setiap ahli memiliki latar belakang
falsafah yang berbeda. Sebagai ilustrasi pada bagian berikut akan dikemukakan beberapa
pengertian konseling, yang kemudian akan dirumuskan benang merahnya. 2[2][2]
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling
merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self diri
pada pihak klien. Rogers menegaskan pengertian konseling sebagai akibat dari stuktur hubungan
konselor dengan klienya.
Ahli lain, Hackney dan Cormier (1979) lebih memberikan penekanan pada fungsi pihakpihak yan terlibat. Mereka menegaskan bahwa konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan
untuk membantu klien.
Pietrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan
rumusan sebelumnya, mengemukakaan secara singkat bahwa konseling adalah proses yang
melibatkan seseorna profesional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahan
dirinya (self understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah.
Meskipun bukan bermaksut merangkum berbagai beberapa pengertian yang dikemukakan
banyak ahli, stefflre Grant menyunsun pengertian yang cukup lengkap mengenai konseling ini.
Kedua penulis ini menegaskan setidaknya ada empat hal yang ditekankan sebagai berikut:
1. Konseling sebagai proses
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Proses
mberarti ada selang waktu tertentu yang diperlukan dalam hubungan konseling dan dalam
menyelesaikan masalah yang dialami klien. Dalam beberapa hal, konseling tidak hanya
dilakukan sekali pertemuan. Untuk membantu klien yang memiliki masalah cukup berat dan
kompleks, konseling dapat dilakukan beberapa kali pertemuan secara berkelanjutan.
2. Konseling sebagai hubungan spesifik

2[2][2] Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.P.d, Pt Refika Aditama, Bimbingan dan Konseling.Hal 6

Hubungan antara konselor dengan klien merupakan unsur penting dalam


konseling. Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling dapat meningkatkan
keberhasilan konseling dan dapat pula membuat konseling gagal. Dalam kehidupan sosial
sebenarnya hubungan satu dengan yang lain itu selalu ada. Ada hubungan guru dengan murit,
hubungan dokter dan pasien, hubungan orang tua dan anak, dan dalam konseling hubungan
konselor dengan (beberapa) klien. Namun demikian, hubungan konseling harus dibangun secara
spesifik berbeda dengan pola hubungan sosial biasa, karena konseling membutuhkan hubungan
yang diantarannya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa
syarat, dan impati.
3. Konseling adalah membantu klien
Hubungasn dalam konseling itu bersifat membantu (helping). Hubungan
membantu itu berbeda ddengan memberi (giving) atau mengambil alih pekerjaan orang lain.
Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk bertanggung jawab dan
menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Hubungan konseling tidak bermaksud
mengalihkan pekerjaan klien kepada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya.
4. Konseling untuk mencapai tujuan hidup
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri,
proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman
yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat know about tetapi juga belajar how to
sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya sejalan dengan
tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1986) disebut aktualisasi diri.3[3][3]
C. Pengertian Bimbingan Konseling Sosial
Bimbingan dan konseling sosial adalah proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar
mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial atau hubungan insani
(human realtionship) dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dialaminya.
Menurut Sukardi, bimbingan sosial membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosialnya yang dilandasinya budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan
kenegaraan.
3[3][3] Universitas Muhammadiyah Malang, Ridlo S, Psikologi Konseling. Hal 6-7

Bimbingan sosial, menyangkut pengembangan yaitu


(a) pemahaman tentang keragaman budaya atau adat istiadat,
(b) sikap-sikap sosial (sikap empati, altruis, toleransi, dan kooperasi), dan
(c) kemampuan berhubungan sosial secara positif dengan orang tua, guru, teman, dan staf
sekolah (Yusuf, 2009: 55).
Bimbingan dan konseling sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan sosial
sekolah yang kondusif, dan membangun interaksi pendidikan atau proses pembelajaran yang
bermakna (memberikan nilai manfaat bagi perkembangan protensi siswa secara optimal.4[4][4]
D. Dimensi-dimensi kemanusiaan
Kalau ditilik lebih mendalam, keberadaan dan kehidupan manusia, baik perseorangan
maupun kelompok, tampak gejala-gejala mendasar sebagai berikut.
Pertama, antara orang yang satu dengan orang-orang lainnya terdapat berbagai
perbedaan yang kadang-kadang bahkan sangat besar. Persamaan di antara orang-orang itu
memang banyak, seperti sama-sama memerlukan makanan dan minuman serta udara segar,
sama-sama menghendaki kesenangan dan kebahagiaan, sama-sama dapat menderita dan
mengalami kesembuhan, sama-sama dapat mempelajari sesuatu, ingat dan lupa, sama-sama
menginginkan untuk dicintai dan mencintai, sama-sama dapat merespon peransangan yang
datang dari dalam dan dari luar dirinya, dan lain sebagainya. Namun demikian, perbedaan yang
terdapat, diantara setiap orang cukup, atau sangat banyak, atau bahkan tak terhitung jumlahnya.
Dari segi penampilan fisik misalnya dapat diketahui yang seorang berjenis kelamin pria,
sedangkan yang lain wanita, seorang cebol sedangkan yang lain pendek, sedang, jankung, atau
amat jangkung, kurus-kering. Kerempeng, gembrot, kekar, atletis, tampak tak berdaya, loyo,
sakit-sakitan, sehat, cantik, gagah, sederhana, berwajah kriminal, mata sipit, mata besar, mata
sayu, mata tajam, dan lain sebagainya. Kualitas perbedaan yang disebutkan itu terlalu sederhana.
Apabila keadaan perseoragan itu ditelusuri lebih jauh dan dibandingkan yang satu terhadap yang
lainnya akan tampak seribu satu macam perbedaan yang semakin halus. Orang
sering

berkata:

Kepala

sama

berbulu,

pendapat

berlain-lain.

Kalimat

itu

menggambarkan betapa luasnya kemungkinan perbedaan pendapt orang yang satu dari orang
4[4][4] Farid Mashudi, IRCiSoD, Psikologi Konseling. Hal 67

lain. Meskipun peribahasa Air cucuran dari atap jatuhnya ke pelimbanhan juga
Menggambarkan bahwa anak mewarisi sifat-sifat orang tuanya, namun betapa banyak kenyataan
yang menunjukan adanaya perbedaan-perbedaan yang sering kali amat besar antara sifat-sifat
anak dan oarang tuanya itu. Bahkan diantara dua orang saudara kembar bpun sering kali
dijumpai adanya perbedaan-perbedaan yang nyata.
Kedua, semua orang memerlukan orang lain. Tiada seorang oun memperoleh kehidupan
yang menyenangkan dan membahagiakan apabila oarang tidak pernah berperan terhadapnya.
Dari tinjauan agama, Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan Tuhan memerlukan
kawan, maka diciptakan Siti Hawa. Kemudian keturunan Adam dan Hawa saling berinteraksi
sesama mewujudkan keberadaan dan kehidupan mereka di dunia.
Seorang bayi yang terlahir ke dunia memerlukan orang lain agar ia dapat terus hidup dan
berkembang nmenjadi manusia. Tanpa ada dan berperannya orang lain (ibu, bapaknya, saudara
dan famili-famili, guru-gurunya, teman-temanya, dokternya dan sebagainya), bayi itu
kemungkinan akan meninggal dunia. Dalam kenyataan memang pernah dijumpai seorang
manusia srigala. Dari namanya manusia srigala, diketahui bahwa ia bukanlah manusia yang
sebenar-benarnya manusia. Ia adalah seorang manusia yang dibesarkan oleh serigala dihutan.
Konon ceritanya, ia semula adalah seorang bayi terlantar ditinggalkan oleh orang tuanya di hutan
yang kemudian ditemukan dan dipelihara oleh keluarga mserigala. Dalam lingkungan serigala
itulah bayi tersebut dibesarkan sehingga ia menjadi manusia yang bertingkah laku serigala. Dari
gambaran tersebut dapat diketahui bahwa bayi itu dapat terus hidup karena adanya orang lain,
yaitu yang memeliharanya, dan dari serigala itulah bayi itu memperoleh makanan, pendidikan
pengajaran dan bimbingan dari serigala. Dengan demikian, jelaslah betapa besarorang lain
terhadap kehidupan dan perkembangan seseorang sejak masa keberadaanya yang paling awal di
dunia.
Lebih jauh, kehidupan sehari-hari setiap orang menampilkan kebersamaanya dengan
orang lain. Hampir setiap kegiatan seseorang melibatkan berperananya orang lain. Kegitan
makan misalnya, melibatkan sejumlah besar orang : yang memasak, yang menciptakan resep,
yang mengadakan bahan-bahan masakan, dan lain sebagainya.5

5[5][5] Prof. Dr. Priyanto, Rineka Cipta, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 12-13

Ketiga, kehidupan manusia tidak bersifat acak ataupun sembarangan, tetapi mengikuti
aturan-aturan tertentu. Hampir semua kegiatan manusia, baik perseorangan maupun kelompok,
mengikuti aturan-aturan tertentu.
Sementara itu, manusia berbeda dengan binatang adalah pengambil keputusan dan
mengadakan penyesuaian-penyesuaian ketika menghadapi situasi yang berubah-ubah. Ini
menghasilkan perubahan-perubahan pola porilakunya. Dalam pergaulan dengan orang lain
aturan-aturan dimaksudkan justru semakin diperlukan. Bersama orang lain seseorang tidak boleh
sembarangan; tidak boleh menang sendiri; dan sebagainya. Dalam bermain bersama orang lain
harus mengikuti aturan permainan. Seluruh aturan dan ketentuannya yang dimaksudkan itu pada
dasarnya ditunjukan demi tercapainya kesenangan dan kebahagiaan manusia, baik secara
perseorangan maupun kelompok dalam artin yang seluas-luasnya.
Keempat, juga dari suduttinjauan agama, kehidupan semata-mata kehidupan di dunia
fana, melainkan juga menjangkau kehidupan di akhirat. Semakin di sadari keterkaitan pada sang
pencipta. Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran tersebut pada giliranya mewarnai perikehidupan
manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok. Kegiatan-kegitan kemanusiaan, baik
sehari-hari maupun yang berjangka lebih panjang, di beri warna dan jangkauan yang tidak
sekedar saat ini atau hari ini saja, melainkan berjangkauan kedepan yang lebih jauh dan lebih
jauh lagi sampai mengingatkan bahwa apa yang dikerjakan saat ini atau hari ini bukan sematamata untuk kepentingan saat ini atau hari ini saja, melainkan juga untuk kepentingan hari esok,
bahkan untuk kepentingan kelak di kemudian hari. Apa yang di kerjakan sekarang akan di petik
hasilnya kelak di kemudian hari. Lebih jauh, apa yang dilakukan sekarang merupakan perbuatan
yang derajat imbalanya akan di perhitungkan bagi kehidupan di akhirat.
Gejala-gejala mendasar yang urainya di sajikan secara ringkas pada empat nomer di
muka membedakan dengan nyata keberadaan dan kehidupan manusia dari mahkluk-makluk
lainnya. Pada binatang sepertinya memang terdapat perbedaan, kebersamaan dan aturan-aturan
sebagaimana digambarkan pada nomer pertama, kedua dan ketiga di muka, seperti ada kambing
yang badanya besar dan kecil, kambing betina dan jantan, kambing yang tanduknya besar dan
kecil; sejumlah semut bersama-sama mengangkut bangkai lipas; dua ekor semut besar saling
menyapa; waktu berpapasan; ribuan lebah yang sedang membangun sarangnya mremperlihatkan
adannya pembagian tugas antar warga di sarang lebah dan sebagainya; tetapi, perbedaan,
kebersamaan dan aturan yang terdapat pada binatang itu sifatnya tertutup, sedangkan yang ada
pada manusia sifatnya terbuka. Tertutup arti maknanya amat terbatas dan tidak dapat
dikembangkan oleh binatang itu sendiri, sedangkan terbuka arti maknanya amat luas dan dapat

dikembangkan oleh manusia sendiri. Kebersamaan yang ada pada binatang bersifat instingsing,
artinya disebabkan oleh insting pada binatang itu.6

6[6][6] Prof. Dr. Priyanto, Rineka Cipta, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Hal 12-14-15

You might also like