You are on page 1of 17

LAPORAN SKILLS LA

LAPORAN SKILLS LAB


DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN KONSERVASI GIGI



Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Blok Diagnosis dan Rencana Perawatan Penyakit Dentomaksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember





Disusun oleh :
Haris Mega Prasetyo
121610101076
Kelompok 1

Pembimbing : drg. Sri Lestari, M.kes


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Skills Lab Diagnosa dan Rencana
Perawatan Konservasi pada Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan
Penyakit Dentomaksilofasial.
Penyusunan laporan ini tidak lepas oleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Sri Lestari, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
membimbing, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Kelompok Tutorial I yang telah melakukan skill lab Oral Diagnosis
Klinik Konservasi Gigi.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih ada beberapa bagian yang
tidaklah sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangatlah
diharapkan untuk perbaikan kesempurnaan laporan ini. Demikian, penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Jember, 13 April 2013


Penulis











PEMBAHASAN


Skills Lab blok oral diagnosa dan rencana perawatan penyakit
dentomaksilofasial pada klnik konservasi gigi merupakan pembelajaran kepada
mahasiswa tentang tata cara melakukan anamnesa, pemeriksaan ekstra oral,
pemeriksaan intra oral serta pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakan
diagnosa dan menentukan rencana perawatan penyakit dentomaksilofasial pada
pasien secara langsung dengan indikasi pasien yang dirawat pada klinik
konservasi gigi. Maka dari itu perlu dilakukan tahap-tahap persiapan dan
pemeriksaan pasien sebelum melakukan perawatan, antara lain:

A. Persiapan
Persiapan ini dilaksanakan sebelum pasien datang sampai pasien siap
diperiksa. Persiapan tersebut meliputi:
1. Mempersiapkan dental chair, dental chair direndahkan, ditegakkan dan
ditegakkan pula sandanran tangannya agar pasien dapat mudah untuk
masuk dan duduk di dental chair.
2. Mempersiapkan alat dan bahan, meliputi:
Eskavator
Dental probe
Kaca mulut 2 buah
Pinset
Jarum miller
Sonde lurus dan sonde bengkok
Baki stainless steel kecil
Tempat tampon
Petri dish bersekat
Tempat alkohol
Tempat sampah

Botol irigasi
Jarum irigasi
Tampon
Cotton roll
Cotton Pellet
Alkohol
Gutta percha
Chlor etil
Mata bur highspeed dan lowspeed
Contra angel hand piece
Saliva ejector
Stick saliva ejector
Gelas kumur
Lap dada
Bunsen
Masker
Sarung tangan

Gambar: Persiapan Alat dan Bahan serta tata letaknya

3. Pasien datang kemudian disambut secara ramah dan dipersilahkan masuk
dan duduk di dental chair. Setelah pasien duduk, dental chair dapat sedikit
direbahkan dan ditinggikan agar mempermudah kerja operator dan pasien
juga merasa nyaman sampai pasien siap didiagnosa.
4. Sebelum dilakukan pengisian kartu status, perlu diperhatikan simbol-
simbol yang digunakan pada kartu status RSGM Universitas Jember, antar
lain:
Bila jawaban iya / ada diberi tanda +
Bila jawaban tidak / tidak ada diberi tanda
Bila tidak dilakukan diberi tanda 0




B. Anamnesa
Anamnesa ini bertujuan untuk mengetahui identitas pasien yang meliputi:
1. Nama : Bapak Busari
Dalam nama pasien biasanya ada unsur suku atau ras sehingga kita dapat
memprediksi bentuk rahangnya dan kekuatan gigitnya. Dari nama tersebut
dapat diperkirakan pasien dati suku jawa yang bentuk gigi dan rahangnya
rata-rata kecil.
2. Jenis kelamin : Laki-laki
Jenis kelamin diperlukan untuk membantu memperkirakan panjang rata-
rata gigi dan kekuatan gigit pasien.
3. Umur : 60 tahun
Umur diperlukan untuk mengetahui tumbuh kembang gigi serta kooperatif
dari pasien. Dan pasien tersebut dapat diperkirakan bentuk pulpanya sudah
mengalami penyempitan karena pertumbuhan dentin sekunder.
4. Pekerjaan : Petani
Pekerjaan diperlukan untuk mengetahui keadaan fianansial dari pasien
untuk menentukan jenis perawatan sesuai kemampuan.

5. Alamat : Jl. Tapak Siring, Antirogo
Alamat diperlukan untuk mengetahui lingkungan yang mendukung untuk
proses perawatan.
6. Telp. : -
Telepon diperlukan untuk menghubungi pasien apabila diperlukan
sewaktu-waktu.
7. Nomor RM : 015540
Nomor Rekam Medik diperlukan untuk pendataan pasien pada instansi
rumah sakit.
8. Nama Operator : Haris Mega Prasetyo
Operator yaitu sebagai orang yang mendiagnosa merawat serta
bertanggungjawab atas perawatannya.
9. Perawatan gigi : 35
Merupakan gigi yang dikeluhkan dan yang akan dirawat.



C. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif didapatkan hasil:
1. Keluhan Penderita
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang
dapat diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang diutarakan
pasien dengan bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang
membuatnya cepat-cepat datang mencari perawatan. Keluhan utama
dicatat sebagai berikut: Pasien datang dengan keluhan gigi berlubang
sejak satu tahun yang lalu. Gigi tersebut pernah sakit cekot-cekot secara
tiba-tiba, tidak bengkak dan sakit saat digunakan untuk makan terutama
pada makanan manis dan ketika sakit diberi obat antalgin.
Untuk mcnghindari informasi yang menyesatkan, pasien
hendaknya diupayakan menyatakan secara lisan masalahnya demikian
rupa sehingga keinginan mereka untuk meredakan sakitnya akan

terungkap: Tolong gigi saya ini ditambal agar bisa dibuat makan. Jika
pasien tidak menyadari adanya masalah, atau merupakan pasien yang
dirujuk untuk diagnosis atau perawatan.
2. Riwayat Dental
Riwayar dental merupakan ringkasan dari penyakit gigi yang
pernah dan sedang diderita. Riwayat ini memberi informasi yang sangat
berharga mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi, peineliharaan,
serta perawatan yang pernah dilakukan. Informasi demikian tidak hanya
berperan penting dalam penegakan diagnosis, me1ain kan berperan pula
pada rencana perawatan.
Pertanyaan yang diajukan hendaknya menanyakan inlofmasi
mengenai tanda dan geala baik kini maupun di masa lalu. Pertanyaan yang
dilakukan juga menanyakan apakah gigi yang akan dirawat tersebut pernah
dirawat sebelumnya dan perawatan apa yang dilakukan maupun bahan apa
yang digunakan. Riwayat dental ini merupakan Iangkah awal teramat
penting dalam menentukan diagnosis yang spesifik.
Pada pasien yang kami periksa menyatakan bahwa beliau sedang
merawatkan gigi 36 di RSGM Universitas Jember. Namunm pada gigi
yang kami periksa, gigi 35, hanya dibersihkan saja dan belum dilakukan
perawatan.
3. Keadaan Umum Penderita dan Riwayat Medis
Suatu riwayat medis yang lengkap dan teliti tidak hanya membantu
penegakan diagnosis, tetapi juga menyediakan informasi mengenai
kerentanan dan reaksi pasien terhadap infeksi, hal-hal mengenai
pendarahan, obat-obat yang telah diberikan dan status emosionalnya.
Karena riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan kilnis
lengkap, pertanyaan medis yang luas tidak diperlukan. Cukup formulir
pemenksaan singkat yang bend penyakit serius yang sedang dan pernah
diderita, dan cedera.
Pada pemeriksaan ini, pasien menyatakan bahwa dirinya tidak
pernah dan tidak sedang mengalami penyakit sistemik apapun.

4. Alergi
Pemeriksaan alergi meliputi apakah pasien memiliki alergi pada
lateks, obat-obatan, obat anastesi maupun alat dan bahan kedokteran gigi
yang akan digunakan. Pemeriksaan alergi ini dapat ditanyakan secara tidak
langsung seperti Apakah dulu sewaktu dirawat dengan dokter gigi
sebelumnya mulut tidak gatal-gatal?.
Dan ternyata pasien ini tidak pernah mengalami kejadian alergi
sebelumnya.
5. Gejala Subyektif
Merupakan gejala yang menimbulkan rasa sakit pada gigi yang
akan diperiksakan. Gejala-gejala tersebut ditanyakan sebelum diperiksa
secara obyektif untuk mengetahui macam rangsangan apa saja yang dapat
memberikan respon sakit dan memprediksi vitalitas gigi. Gejala tersebut
meliputi:
Dingin
Panas
Manis
Asam
Tajam
Linu
Cekot-cekot

Dari seluruh gejala tersebut tidak menunjukan respon yang positif
satupun. Hal tersebut berarti gigi tidak terangsang oleh rangsangan.







Berulang
Kemeng
Lamanya terasa
Mengunyah/tekanan
Spontan
Setempat
Menjalat ke


D. Pemeriksan Obyektif
Pemeriksaan obyektif didapatkan hasil:
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstraoral dilakukan dengan melihat asimetrim wajah dan
pembesaran kelenjar limfe submandibula dan submental dengan cara
palpasi untuk mengetahui seberapa besar penjalaran infeksinya. Pada
pemeriksaan pasien tidak didapatkan adanya pembengkakan pada kelenjar
limfe.
2. Pemeriksaan Intra Oral
Pembengkakan intraoral
Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui seberapa besar inflamasi pada
intra oral. Pada pemeriksaan, tidak ditemukan adanya pembengkakan
intra oral.
Fistula
Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui seberapa besar penjalaran
infeksi dengan adanya jalan abses yang keluar. Pada pemeriksaan,
tidak ditemukan adanya fistula
Gigi karies
Karies merupakan infeksi pada jaringan keras gigi. Pada pemeriksaan
gigi karies didapatkan hasil gigi 35 karies profunda perforasi.
Perforasi
Pemeriksaan perforasi dapat menggunakan jarum miller yaitu dengan
cara memasukkan jarum miller kedalam kavitas. Namun perlu
dilakukan tes kavitas terlebih dahulu apabila tes vitalitas (-). Pada
pemeriksaan perforasi,didapatkan hasil gigi 35 perforasi karena karies.
Tekanan
Pemeriksaan tekanan dilakukan untuk mengetahui adanya keradangan
pada jaringan periapikal dan periodontal. Tes tekan dilakukan dengan
cara menekan sisi oklusal, labial, lingual, palatal, bukal, mesial, dan
distal sesuai dengan alat (handle) yang bisa menjangkau dilakukannya
tekanan dari gigi yang normal sebelah menyebelah sampai pada gigi

yang akan didiagnosa. Pada pemeriksaan tekanan pasien tidak merasa
sakit.
Perkusi
Pemeriksaan perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya keradangan
pada jaringan periapikal dan periodontal namun kekuatannya lebih
ringan dari pada tekanan. Tes perkusi ini dilakukan dengan cara
mengetuk permukaan oklusal, labial, lingual, palatal, bukal, mesial,
dan distal sesuai dengan alat (handle) yang bisa menjangkau
dilakukannya tes perkusi dari gigi yang normal sebelah menyebelah
sampai pada gigi yang akan didiagnosa. Pada pemeriksaan perkusi
pasien tidak merasakan sakit.
Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara perabaan pada gingival yang bengkak
dimulai dari tepi ke tepi dengan menggunakan ujung jari telunjuk dan
jari tengah. Pada pemeriksaan palpasi tidak didapatkan adanya
fluktuasi ataupun pembengkakan.
Warna Gigi
Pemeriksaan warna gigi digunakan untuk mengetahui apakah gigi
tersebut masih dalam keadaan vital atau telah nekrosis. Pada
pemeriksaan warna gigi, gigi 35 pasien masih belum menandakan
adanya perubahan warna
Kegoyangan Gigi
Pemeriksaan kegoyangan gigi digunakan untuk mengetahui derajat
kerusakan jaringan periodontal. Cara tes kegoyangan yaitu pegang
gigi yang bersangkutan dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
lalu gerakkan gigi ke arah buko-lingual dan mesio-distal dan semua
gerakan yang dapat dimungkinkan gigi tersebut dapat bergoyang.
Pada pemeriksaan kegoyangan gigi 35 tidak terdapat kegoyangan
gigi.



Derajat kegoyangan gigi ini meliputi:
1 : mobilitas ringan lebih dari normal.
2 : mobilitas sedang lebih dari normal.
3 : mobilitas parah dalam arah fasiolingual/mesio-distal,
dikombinasi dengan pemindahan/pergerakan vertical.
Fraktur Mahkota
Pemeriksaan fraktur mahkota dilakukan untuk mengetahui keparahan
dari kerusakan gigi tersebut dan etiologinya (seperti adanya bekas
trauma). Pada pemeriksaan fraktur mahkota, gigi 35 tidak ditemukan
adanya fraktur.
Lokasi Fraktur
Pemeriksaan ini adalah kelanjutan dari pemeriksaan fraktur mahkota.
Jadi pada pasien, gigi 35 tidak tedapat letak frakturnya.
Gingiva Sekitar Gigi
Pemeriksan gingival sekitar gigi ini dilakukan untuk mengetahui
penyebaran infeksi maupun kelainan pada jaringan periodontal.
Pemeriksaan ini bisa di nilai gingival normal, hiperemis atau retraksi.
Pada pemeriksaan menunjukkan gingival gigi 35 pasien normal.
Polip
Pemeriksaan polip dilakukan apabila terdapat polip pulpa atau polip
gingiva. Pada pemeriksaan tidak didapatkan adanya polip pulpa
maupun polip gingival pada gigi 35 pasien.
Tes Vitalitas
Tes Vitalitas digunakan untuk mengetahui apakah gigi tersebut masih
vital atau tidak dengan rangsangan yang diberikan. Pada pemeriksaan
gigi 35 pasien tidak dilakukan tes vitalitester, tes kavitas (di bur)
maupun tes termal panas dan dingin karena gigi sudah menunjukkan
karies profunda perforasi sehingga langsung dilakukan tes jarum
miller. Pada pemeriksaan tes kavitas penderita merasa sakit ketika
ujung jarum miller memasuki kavitas sedalam 18 mm. Dapat
disimpulkan pemeriksaan vitalitasnya positif.


E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnose pasien
ini adalah pemeriksaan radiologi. Permeriksaan radiologi gigi 35 didapatkan
hasil:


Gambar: Radiorgafi gigi 35 pada pasien KPP

Gambaran radiografi diatas menunjukan:
1. Ruang pulpa / saluran akar
Ruang pulpa pada keseluruhan gigi pasien mengalami pengecilan saluran akar
namun belum sampai tertutup / obliterasi, pengecilan tersebut terjadi karena
faktor usia pasien yaitu 60 tahun yang dapat diprediksi pertumbuhan dentin
sekundernya telah menumpuk sekian banyak sehingga pulpa semakin sempit.
Pengecilan ini bersifat fisiologis, jadi ruang pulpa gigi 35 pasien normal.
2. Akar gigi
Dapat dilihat bahwa akar gigi 35 pada pasien normal yaitu tidak bengkok dan
tidak fraktur.
3. Hipersementosis
Dapat dilihat bahwa akar gigi yang mengalami hipersementosis adalah gigi 34
sedangkan pada gigi 35 tidak terdapat hipersementosis (-).


4. Resobsi eksternal
Resorpsi eksternal merupakan resorpsi akar bagian luar yang dapat disebabkan
penyakit periradikuler. Gambaran radiografi di atas tidak menunjukan adanya
resorpsi eksternal dari gigi 35 pada pasien.
5. Resorpsi internal
Resorpsi internal merupakan resorpsi progresif yang lambat atau cepat yang
timbul pada dentin atau saluran akar gigi. Pada gambaran radiografidapat
dilihat tidak adanya resopsi internal gigi 35 pasien..
6. Lamina Dura
Gambaran radiografi di atas menunjukan adanya lamina dura yang terputus
pada gigi 35 pada pasien. Hal ini menunjukan adanya periodontitis namun
belum tergolong parah karena resorpinya masih sedikit.
7. Membran periodontal
Gambaran radiografi di atas menunjukan adanya membrane periodontal yang
terputus pada bagian alveolar crest dari gigi 35 pada pasien. Hal ini
menunjukan adanya periodontitis namun belum tergolong parah karena
resorpinya masih sedikit. Namun kerusakan masih sangat minimal dan masih
dapar dimungkinkan untuk enyembuhan apabila oral hygiene pasien
menunjang.
8. Daerah periapikal
Gambaran radiografi di atas menunjukan daerah periapikal yang masih
radiopak pada bagian alveolar crest dari gigi 35 pada pasien. Sehingga dapat
diketahui bahwa masih belum ada kelainan periapikal.

F. Diagnosa Klinik
Diagnosa klinik dapat diperoleh dengan cara menganalisis pemeriksaan
mulai dari anamnesa, pemeriksaan subyekif, pemeriksaan obyektif serta
pemeriksaan penunjang.
Hasil pemeriksaan dapat menunjuka sebuah diagnosa klinik pada gigi 35
yaitu nekrosis pulpa parsialis karena pada saat tes jarum miller, ujung jarum miller
masuk hingga 18 mm, pada gambaran radiografi dapat dilihat bahwa ujung jarum

miller masih belum mencapai ujung apikal dan gigi tersebut masih tersa sakit
ketika dimasuki jarum miller yang berarti gigi tersebut masih vital.

G. Diagnosa Kelainan Periapikal
Pada pemeriksaan radiografi tidak Nampak adanya kelainan periapikal. Oleh
karena itu kami member tanda negtif (-) pada diagnose kelainan periapikal.
H. Rencana Perawatan
Diagnosa pasien menderita nekrosis pulpa parsialis, maka rencana
perawatan endodontik yang dapat diberikan adalah pulpektomi. Pulpektomi
ialah perawatan saluran akar vital dengan mengeluarkan jaringan pulpa (sehat
atau patologis) setelah gigi dianastesi ataupun didevitalisasi.
Indikasi pulpektomi:
Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi
vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah non vital.
Saluran akar dapat dimasuki instrument.
Kontra indikasi pulpektomi:
Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
Kondisi pasien buruk.
Jaringan penyangga kurang mampu untuk mempertahankan gigi.
Restorasi tetap yang dapat digunakan adalah restorasi tetap Onlay.
Restorasi onlay adalah restorasi rigid yang rekonstruksi giginya lebih luas atau
melebihi cusp gigi. Restorasi ini dipilih karena jaringan korona gigi
diperkirakan akan dikurangi lagi untuk pembersihan dan perawatan saluran
akarnya sehingga diperlukan jangkauan yang cukup luas dan kekuatan strength
yang kuat karena gigi 35 ini termasuk gigi posterior yang juga digunakan aktif
mengunyah.
Teknik pengisian menggunakan teknik step-back. Teknik step-back
adalah teknik yang menciptakan ketirusan dari apeks ke korona menggunakan
instrument baja anti karat. Teknik ini dipilih karena akar gigi sempit.
Bahan restorasi yang digunakan adalah alloy dan disesuaikan dengan
kondisi financial pasien, mengingat pekerjaan pasien seorang petani.

I. Prognosis
Prognosis pada pasien adalah baik karena pasien tersebut kooperatif
walaupun usianya sudah 60 tahun.





























KESIMPULAN

Pasien mengeluhkan gigi 35 yang berlubang. Pemeriksaan subjektif,
pemeriksaan objektif dan pemeriksaan penunjang menunjukan diagnosa nekrosis
pulpa parsialis. Rencana perawatan yang akan diberikan adalah pulpektomi
kemudian direstorasi onlay dengan teknik step-back dan menggunakan bahan
alloy. Prognosa pasien dinyatakan baik.

























Daftar Pustaka

Walton, Richard E; Torabinejad, Mahmoud. 2003. Prinsip & Prektik Ilmu
Endodonsia. Jakarta: EGC
Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik dalam Preaktek. Jakarta: EGC
Taringan, Rasinta. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), E/2. Jakarta: EGC

You might also like