You are on page 1of 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Industri merupakan bidang yang memiliki fungsi dan pengaruh yang
sangat vital dalam bidang perekonomian di seluruh dunia. Industri merupakan
proses membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Seiring dengan peningkatan
populasi di dunia, kebutuhan akan barang juga meningkat. Hal ini memacu
pertambahan jumlah dari industri-industri barang. Sebelum teknologi berkembang
secara pesat seperti sekarang ini, industry masih sangat bergantung kepada
manusia dalam pengoperasian mesin-mesin industri. Kebergantungan ini memiliki
kelemahan pada proses industri yang sulit dilakukan oleh manusia. Masalah
terjadi saat sebuah proses di dalam industry memerlukan respon yang cepat
terhadap situasi atau perubahan yang terjadi di lapangan. Manusia dalam hal ini
sebagai aktor utama,sejatinya memiliki keterbatasan untuk melakukan kegiatan
monitor,pengawasan dan mengontrol secara bersamaan. SCADA merupakan
suatu solusi yang dibuat oleh manusia untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
yang terjadi di industry.
SCADA merupakan suatu sistem pengendalian alat secara jarak jauh,
dengan kemampuan memantau data-data dari alat yang dikendalikan. SCADA
merupakan bidang yang secara kontinyu selalu dikembangkan di seluruh bagian
dunia pada berbagai tipe industri yang menghabiskan bertrilyun-trilyun rupiah.
Dengan SCADA, sebuah industri dapat berjalan lebih terintegrasi dan terkontrol
meskipun daerah yang terlingkupi sangat luas dan susah untuk dijangkau oleh
manusia.
SCADA telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang industri.
Mulai dari sistem pembuangan air limbah kota, pengolahan minyak dan gas,
pendistribusian listrik kota, pengontrolan dan pengawasan sistem lalu lintas kota
dan kereta api dsb.
2

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi SCADA
SCADA (SUPERVISORY CONTROL AND DATA ACQUISITION )
adalah suatu sistem pengakuisisian suatu data untuk digunakan sebagai control
dari sebuah obyek. Sistem SCADA yang paling sederhana yang mungkin bisa
dijumpai di dunia adalah sebuah rangkaian tunggal yang memberitahu anda
sebuah kejadian (event). Sebuah sistem SCADA skala-penuh mampu memantau
dan (sekaligus) mengontrol proses yang jauh lebih besar dan kompleks.
2.2 Perkembangan SCADA
SCADA telah mengalami perubahan generasi, dimana pada awalnya
design sebuah SCADA mempunyai satu perangkat MTU yang melakukan
Supervisory Control dan Data Acquisition melalui satu atau banyak RTU yang
berfungsi sebagai (dumb) Remote I/O melalui jalur komunikasi Radio, dedicated
line Telephone dan lainnya. Generasi SCADA pertama ini disebut monolitik.
Generasi berikutnya yaitu jaringan, membuat RTU yang intelligent,
sehingga fungsi local control dilakukan oleh RTU di lokasi masingmasing RTU,
dan MTU hanya melakukan sury control yang meliput beberapa atau semua RTU.
Dengan adanya local control, operator harus mengoperasikan masing-masing
local plant dan membutuhkan MMI local.Banyak pabrikan yang mengalihkan
komunikasi dari MTU RTU ke tingkatan MMI (Master) MMI (Remote)
melalui jaringan microwave satelit. Ada juga yang mengimplementasi
komunikasinya pada tingkatan RTU, karena berpendapat bahwa kita tidak bisa
mengandalkan system padter, dan komunikasi pada tingkatan computer (MMI)
membutuhkan banwidth yang lebar dan mahal.
3

Dengan majunya teknologi dan internet saat ini, concept SCADA diatas
berubah menjadi lebih sederhana yang disebut dengan generasi ketiga
terdistribusi dan memanfaatkan infrastruktur internet yang pada saat ini
umumnya sudah dibangun oleh perusahaanperusahaan besar seperti Pertamina.
Apabila ada daerahdaerah atau wilayah yang belum terpasang infrastruktur
internet, saat ini dipasaran banyak bisa kita dapatkan Wireless LAN device yang
bisa menjangkau jarak sampai dengan 40 km (tanpa repeater) dengan harga relatif
murah. Setiap Remote Area dengan sistem kontrolnya masingmasing yang sudah
dilengkapi dengan OPC (OLE for Process Control; OLE = Object Linking &
Embedding) Server, bisa memasangkan suatu Industrial Web Server dengan
Teknologi XML yang kemudian bisa dengan mudah diakses dengan Web Browser
biasa seperti yang kita gunakan.
2.3 Komponen SCADA

Sebuah sistem SCADA memiliki 4 (empat) fungsi , yaitu:
1. Akuisisi Data,
2. Komunikasi data jaringan,
3. Penyajian data, dan
4. Kontrol (proses).

Fungsi-fungsi tersebut didukung sepenuhnya melalui 4 (empat) komponen
SCADA, yaitu:
1. Sensor (baik yang analog maupun digital) dan relai kontrol yang langsung
berhubungan dengan berbagai macam aktuator pada sistem yang dikontrol.
2. RTUs (Remote Telemetry Units). Merupakan unit-unit komputer kecil
(mini), maksudnya sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri
seperti sebuah komputer, yang ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat
tertentu di lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang
mendapatkan datanya dari sensor-sensor dan mengirimkan perintah
langsung ke peralatan di lapangan.
3. Unit master SCADA (Master Terminal Unit - MTU). Merupakan
komputer yang digunakan sebagai pengolah pusat dari sistem SCADA.
4

Unit master ini menyediakan HMI (Human Machine Iterface) bagi
pengguna, dan secara otomatis mengatur sistem sesuai dengan masukan-
masukan (dari sensor) yang diterima.
4. PLC atau Programmable Logic Control
5. Jaringan komunikasi, merupakan medium yang menghubungkan unit
master SCADA dengan RTU-RTU di lapangan

2.4 Hubungan Yang Terjadi Dalam SCADA

2.4.1 Akuisisi Data
Pada kenyataannya, kita membutuhkan pemantauan yang jauh lebih
banyak dan kompleks untuk pengukuran terhadap masukan dan beberapa sensor
digunakan untuk pengukuran terhadap keluaran (tekanan, massa jenis, densitas
dan lain sebagainya).
Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian secara sederhana
yang bisa dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan seperti ini disebut
sebagai masukan diskrit ataumas ukan digital. Misalnya untuk mengetahui apakah
sebuah alat sudah bekerja (ON) atau belum (OFF),
konveyornya sudah jalan (ON) atau belum (OFF), mesinnya sudah
mengaduk (ON) atau belum (OFF), dan lain sebagainya. Beberapa sensor yang
lain bisa melakukan pengukuran secara kompleks, dimana angka atau nilai
tertentu itu sangat penting, masukan seperti ini disebut masukan analog, bisa
digunakan untuk mendeteksi perubahan secara kontinu pada, misalnya, tegangan,
arus, densitas cairan, suhu, dan lain sebagainya.
Untuk kebanyakan nilai-nilai analog, ada batasan tertentu yang
didefinisikan sebelumnya, baik batas atas maupun batas bawah. Misalnya, Anda
ingin mempertahankan suhu antara 30 dan 35 derajat Celcius, jika suhu ada di
bawah atau diatas batasan tersebut, maka akan memicu alarm (baik lampu
dan/atau bunyi-nya). Terdapat empat alarm batas untuk sensor analog: Major
Under, Minor Under, Minor Over, dan Major Over Alarm.
5

2.4.2 Komunikasi Data
Pada awalnya, SCADA melakukan komunikasi data melalui radio,
modem atau jalur kabel serial khusus. Saat ini data-data SCADA dapat disalurkan
melalui jaringan Ethernet atau TCP/IP. Untuk alasan keamanan, jaringan
komputer untuk SCADA adalah jaringan komputer lokal (LAN - Local Area
Network) tanpa harus mengekspos data-data penting di Internet.
Komunikasi SCADA diatur melalui suatu protokol, jika jaman dahulu
digunakan protokol khusus yang sesuai dengan produsen SCADA-nya, sekarang
sudah ada beberapa standar protokol yang ditetapkan, sehingga tidak perlu
khawatir masalah ketidakcocokan komunikasi lagi.
Karena kebanyakan sensor dan relai kontrol hanyalah peralatan listrik
yang sederhana, alat- alat tersebut tidak bisa menghasilkan atau menerjemahkan
protokol komunikasi. Dengan demikian dibutuhkan RTU yang menjembatani
antara sensor dan jaringan SCADA. RTU mengubah masukan-masukan sensor ke
format protokol yang bersangkutan dan mengirimkan ke master
SCADA, selain itu RTU juga menerima perintah dalam format protokol
dan memberikan sinyal listrik yang sesuai ke relai kontrol yang bersangkutan.

2.4.3 Penyajian Data
Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor (baik
analog maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah dibuatkan
HMI-nya (Human Machine INterface) atau HCI-nya (Human Computer
Interface). Akses ke kontrol panel ini bisa dilakukan secara lokal maupun melalui
website. Bahkan saat ini sudah tersedia panel-panel kontrol yang TouchScreen.
2.4.4 Kontrol
Kita bisa melakukan penambahan kontrol ke dalam sistem SCADA
melalui HMI-nya. Bisa dilakukan otomasi kontrol atau otomasi proses, tanpa
melibatkan campur tangan manusia.
6


2.5 Manfaat SCADA :
1. Memudahkan operator untuk memantau keseluruhan jaringan tanpa harus
melihat langsung ke lapangan.
2. Memudahkan pemeliharaan, terutama yang memerlukan pemadaman.
3. Mempercepat pemulihan gangguan.


2.6 Protokol pada sistem SCADA
Salah satu hal yang penting pada sistem SCADA adalah komunikasi data
antara sistem remote ( remote station / RTU ) dengan pusat kendali. Komunikasi
pada sistem SCADA mempergunakan protokol khusus, walaupun ada juga
protokol umum yang dipergunakan. Protokol yang dipergunakan pada sistem
SCADA untuk sistem tenaga listrik diantaranya :
1. IEC Standar meliputi IEC 60870-5-101 yang berbasis serial komunikasi dan IEC
60870-5-104 yang berbasis komunikasi ethernet.
2. DNP 3.0
3. Modbus
4. Proprietary solution, misalnya KIM LIPI, HNZ, INDACTIC, PROFIBUS dan
lain-lain (wikipedia)


2.7 Istilah-istilah dalam SCADA

a. ASCII :
American Standard Code for Information Interchange. ASCII
mendefinisikan pola rangkaian bit yang menotasikan karakter-karakter alfa
numeris, kontrol, dan simbol-simbol khusus.
b. COM :
7

Communication. Port Com adalah suatu port yang digunakan untuk
menyediakan komunikasi serial.
c. EEPROM :
Electrically Erasable Programmable Read Only Memory. EEPROM dapat
menyimpan data walau satu dayanya off. Data bisa dihapus dengan suatu sengatan
listrik.
d. IO :
Input and Output.
e. IP :
Internet Protocol. Suatu protocol yang bersifat packet switched yang
membentukbasis transmisi data pada Internet.
f. KB :
KiloBytes. Satu kilobyte = 1024 bytes.
g. PIC :
Programmable Interrupt Control.
h. RS-232 :
Suatu protokol komunikasi serial yang umum digunakan.
i. RTUs :
Remote Telemetry Units.
j. TCP :
Transmission Control Protocol. Suatu protokol koneksi primer pada
Internet, berada di atas IP










8

BAB III
APLIKASI SCADA DALAM SISTEM JARINGAN LISTRIK
3.1 Tenaga Listrik
3.1.1Proses Penyampaian Tenaga Listrik ke Pelanggan

Karena berbagai persoalan teknis, tenaga listrik hanya dibangkitkan pada
tempat-tempat tertentu. Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga
listrik tersebar diberbagai tempat, maka penyampaian tenaga listrik dari tempat
dibangkitkan sampai ketempat pelanggan memerlukan berbagai penanganan
teknis. Tenaga Listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA,
PLTU, PLTG, PLTP dan PLTDkemudian disalurkan melalui saluran transmisi
setelah terlebih dahulu dinaikkantegangannya oleh transformator penaik tegangan
(step-up transformer) yang ada diPusat Listrik. . Saluran transmisi tegangan tinggi
di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66 KV, 150 KV dan 500 KV. Khusus
untuktegangan 500 KV dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra
tinggi.Masih ada beberapa saluran transmisi dengan tegangan 30 KV namun tidak
dikembangkan lagi oleh PLN. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara
dan adapula yang berupa kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh tebih
murahdibandingkan dengan kabel tanah maka saluran transmisi PLN kebanyakan
berupasaluran udara. Kerugian dan saluran udara dibandingkan dengan kabel
tanah adalahbahwa saluran udara mudah terganggu misalnya karena kena petir,
kena pohon dan lainlain.Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi
maka sampailah tenagalistrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya
melalui transformatorpenurun tegangan (step-down transfomer) menjadi tegangan
menengah atau yang jugadisebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan
distribusi primer yang dipakaiPLN adalah 20 KV, l 2 KV dan 6 KV.
Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwategangan distribusi primer PLN yang
berkembang adalah 20 KV.Jaringan setelah keluar dan GI biasa disebut jaringan
distribusi, sedangkanjaringan antara Pusat Listrik dengan GI biasa disebut
jaringan transmisi. Setelah tenagalistrik disalurkan melalui jaringan distribusi
primer maka kemudian tenaga listrik,diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu
9

distribusi menjadi tegangan rendah dengantegangan 380/220 Volt atau 220/127
Volt, kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah untuk selanjutnya
disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN melalui Sambungan
Rumah..

3.1.2 Persoalan-persoalan Operasi Sistem Tenaga Listrik
Dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik ditemui berbagai persoalan.
Hal ini antara lain disebabkan karena pemakaian tenaga listrik selalu berubah dari
waktu ke waktu, biaya bahan bakar yang relatif tinggi serta kondisi alam dan
lingkungan yang sering rnengganggu jalannya operasi.Berbagai persoalan pokok
yang dihadapi dalam pengoperasian sistem tenaga listrik adalah :
a. Pengaturan Frekuensi.
Sistem Tenaga Listrik harus dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga
listrik dari para konsumen dari waktu ke waktu. Untuk ini daya yang dibangkitkan
dalam sistem tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem, hal ini diamati
melalui frekuensi sistem. Kalau daya yang dibangkitkan dalam sistem lebih kecil
daripada beban sistem maka frekuensi turun dan sebaliknya apabila daya yang
dibangkitkan lebih besar daripada beban maka frekuensi naik.
b. Pemeliharaan Peralatan.
Peralatan yang beroperasi dalam sistem tenaga.listrik perlu dipelihara
secara periodik dan juga perlu segera diperbaiki apabila megalami kerusakan.
c. Biaya Operasi.
Biaya operasi khususnya biaya bahan bakar adalah biaya yang terbesar
dari suatu perusahaan listrik sehinigga perlu dipakai teknik-teknik optimisasi
untuk menekan biaya ini.
d. Perkembangan Sistem.
Beban selalu berubah sepanjang waktu dan juga selalu berkembang
seirama dengan perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan
secara eksak, sehingga perlu diamati secara terus menerus agar dapat diketahui
langkah pengembangan sistem yang harus dilakukan agan sistem selalu dapat
mengikuti perkembangan beban sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga
listrik dalam sistem.
10

e. Gangguan Dalam Sistem.
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat
sepenuhnya dihindarkan. Penyebab gangguan yang paling besar adalah petir, hal
ini sesuai dengan isokeraunic level yang tinggi di tanah air kita.
f. Tegangan Dalam Sistem.
Tegangan merupakan salah satu unsur kualitas penyediaan tenaga listrik
dalam sistem oleh karenanya perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem.

3.1.3 Manajemen Operasi Sistem Tenaga Listrik

Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek luas, khususnya
karena menyangkut biaya yang tidak sedikit serta menyangkut penyediaan tenaga
listrik bagi masyarakat sehingga menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh
karenanya operasi sistem tenaga listrik memerlukan manajemen yang baik. Trik
dengan baik perlu ada hal-hal sebagi berikut :
a. Perencanaan Operasi
Yaitu pemikiran mengenai bagaimana sistem tenaga listrik akan
dioperasikan untuk jangka waktu tertentu.
b. Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi
Yaitu pelaksanaan dari Rencana Operasi serta pengendaliannya apabila
terjadi hal-hal yang menyimpang dari Rencana Operasi.
c. Analisa Operasi
Yaitu analisa atas hasil-hasil operasi untuk memberikan umpan balik bagi
perencanaan Operasi maupun bagi pelaksanaan dan pengendalian operasi. Analisa
operasi juga diperlukan untuk memberikan saran-saran bagi pengembangan sistem
serta penyempurnaan pemeliharaan instalasi.

Mengatasi gangguan hanyalah merupakan sebagian kecil dari kegiatan
manajemen operasi dan sifatnya represif/defensif, tetapi jika langkah-langkah
prevetif telah banyak dilakukan maka tindakan-tindakan represif/defensif seperti
mengatasi ganggan bisa dikurangi.

11

3.1.4 Penyajian Data Operasi

Data dan informasi berasal dari Gardu-gardu Induk serta Pusat-pusat
Listrik dalam sistem dikumpulkan di Komputer yang ada di Pusat Pengatur Beban
kemudian disajikan dalam berbagai bentuk melalui peripheral komputer.
Penyajian ini perlu disesuaikan dengan keperluan operasi sebagai yang lazimnya
diperlukan oleh operator sistem (dispatcher). Data yang telah dikumpulkan
dengan mengikuti prosedur yang diatur oleh software komputer kemudian perlu
disajikan melalui berbagai peripheral komputer antara lain, melalui Videol
Display Unit (VDU) yang dalam bahasa Indonesia disebut Layar Monitor.
Penyajian data ini juga diatur oleh software komputer. Untuk keperluan
pengoperasian sistem, software komputer umumnya mampu menyajikan data ini
dengan cara-cara sebagai beikut :
a. Data Real Time
Semua data yang mutakhir harus dapat disajikan melalui Layar Monitor.
Apabila dikehendaki dapat dicetak oleh Printer. Disamping itu data tertentu
disusun melalui program komputer dapat disajikan secara kontinyu melalui Plotter
adalah data yang memerlukan perhitungan, misalnya jumlab MW yang
dibangkitkan dalam sistem. Sedangkan data yang disajikan melalui Recorder
adalah data yang tidak melalui proses perhitungan, misalnya tegangan dari salah
satu rel dalam sistem.
b. Data Periodik
Data tertentu dalam sistem misalnya arus dan Transformator dapat
diperoleh komputer agar disajikan secara periodik oleh Printer, misalnya satu jam
sekali. Biasanya ada Printer khusus untuk keperluan ini dan dalam bahasa Inggris
disebut Cyclic Logger. Data yang akan diamati secara periodik bisa dipilih
melalui program komputer.
c. Data Pelampauan Batas
Apabila ada batas yang dilampaui, misalnya batas arus sebuah penghantar
tidak dilampaui, maka peristiwa membunyikan alarm dalam ruang operasi dan
langsung mencetak data mengenai pelampauan batas melalui Printer. Biasanya
ada Printer khusus untuk keperluan ini yang dalam bahasa Inggris disebut Event
12

Logger. Nilai mencapai batas suatu besaran yang diawasi, dalam bahasa Inggris
disebut Threshold Value, dapat diprogram melalui komputer. Data mengenai
kejadian pelampauan batas ini juga bisa dilihat melalui Layar Monitor (VDU).
d. Data Perubahan Status
Perubahan status PMT dari status masuk menjadi status keluar atau
sebaliknya,baik hal ini terjadi karena relay maupun atas tindakan operator harus
selalu membunyikan alarm diruang operator dan dicetak datanya oleh Event
Logger seperti halnya kejadian Pelampauan Batas. Juga data mengenai hal ini
harus dapat dilihat melalui Layar Monitor (VDU).
e. Data Masa Lalu
Data masa lalu perlu disimpan dalam memori komputer dan kalau perlu
bisa dilihat kembali melalui Layar Monitcr (VDU) atau dicetak melalui Printer.
Untuk menghemat memori komputer perlu ada pembatasan mengenai data masa
lalu yang akan disimpan dalam memori Komputer misalnya sampai dengan data
24 jam yang lalu.
f. Load Frequency Control
Jika ada program Load Frequency Control (LFC) maka dari program ini
harus bisa disajikan melalui Layar Monitor (VDU) dan melalui Printer data dan
Informasi sebagai berikut :
1. Nilai Frekuensi yang diinginkan
2. Nilai Frekuensi yang sesungguhnya terjadi serta penyimpangannya terhadap
nilai yang diinginkan
3. Nilai daya nyata dan daya reaktif yang mengalir melalui Saluran Penghubung
(tie Line) yang dikehendaki
4. Nilai-nilai untuk butir c yang sesungguhnya terjadi dan penyimpannnya
terhadap nilai yang diinginkan
5. Konstanta-konstanta pengaturan yang dipergunakan.


3.2 Pengolahan Minyak dan Gas
Pada suatu ladang minyak dan gas (Oil and Gas Field) ada beberapa sumur
minyak (Oil Well) yang berproduksi. Hasil minyak mentah (Crude Oil) dari
13

masing-masing sumur produksi tersebut dikumpulkan di stasiun pengumpul atau
Gathering Station (GS) di mana proses lanjutan terhadap minyak mentah yang
terkumpul tersebut dilakukan. Biasanya pada masing-masing sumur minyak
produksi terpasang suatu sistem (RTU) yang memonitor dan mengontrol beberapa
kondisi dari sumur minyak produksi tersebut. Kendali lokal dilakukan pada
masing-masing production well dan supervisory control yang berada di stasiun
pengumpul, melakukan control dan monitoring kepada semua production well
yang ada di bawah supervisi. Jika salah satu production well mengalami
gangguan, dan stasiun pengumpul tetap harus memberikan dengan production rate
tertentu, maka supervisory control akan melakukan koordinasi pada production
well lainnya agar jumlah produksi bisa tetap dipertahankan.
Pada umumnya jarak antara RTU dengan MTU cukup jauh sehingga diperlukan
media komunikasi antara keduanya. Cara yang paling umum dipakai
adalah Komunikasi Radio (Radio Communication) danKomunikasi Serat Optik
(Optical Fiber Communication).
















14

BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Pada sistem tenaga listrik, media komunikasi yang dipergunakan adalah
Power Line Communication (PLC), Radio Data, Serat Optik dan kabel
pilot.Pemilihan media komunikasi sangat bergantung kepada jarak antar
site,media yang telah ada dan penting tidaknya suatu titik (gardu).Pengaturan
sistem tenaga listrik yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa
adanya sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti seorang
pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrument dihadapannya.Pengaturan
sistem tenaga listrik dapat dilakukan secara manual ataupun otomatis.
Pada pengaturan secara manual, operator mengatur pembebanan
pembangkit dengan melihat status peralatan listrik yang mungkin dioperasikan
misalnya Circuit Breaker (CB), beban suatu pembangkit, beban trafo, beban suatu
transmisi atau kabel dan mengubah pembebanan sesuai dengan frekuensi sistem
tenaga listrik. Pengaturan secara otomatis dilakukan dengan aplikasi Automatic
Generating Control (AGC) atau Load Frequency Control (LFC) yang mengatur
pembebanan pembangkit berdasar setting yang dihitung terhadap simpangan
frekuensi.
Sedangkan pada sistem industri pengolahan minyak dan gas, penerapan
sistem SCADA bisa membantu mempertahankan kestabilan dari hasil produksi.
Selain itu, dengan lokasi-lokasi pengeboron minyak yang jauh dan biasanya
terletak pada daerah terpencil, dengan menggunakan sistem SCADA maka
pengawasan dan pengontrolan dapat dilakukan dari kejauhan dengan aman.
Power Line Communication (PLC), Radio Data,
ntung kepadaDA.
Tanpa adanya sistem SCADA, sistem tenaga
listrik dapat diibaratkan seperti
15

seorang pilot membawa kendaraan tanpa
adanya alat instrumen
dihadapannya.
Pengaturan sidilakukan secara manual a

You might also like