You are on page 1of 4

Komunikasi Interpersonal: Konseling

Nama : Raja Andriany


NPM : 1206257714
Fakultas Farmasi

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi dengan pihak lain,
misalnya perawat dengan pasien, dosen dengan mahasiswa, dan sebagainya. Pada dunia
kesehatan, komunikasi interpersonal ini terbagi menjadi beberapa jenis seperti
konseling, penyampaian berita buruk, komunikasi dalam kelompok dan komunikasi
dalam masyarakat atau publik. Konseling merupakan komunikasi interpersonal yang
dapat memberikan informasi yang cukup banyak mengenai keadaan seseorang. Berikut
beberapa pengertian konseling menurut para ahli:
a) Konseling dapat didefinisikan sebagai bantuan atau pertolongan yang disediakan
oleh seorang profesional secara personal, baik secara psikologi maupun
kesehatan. (Schiavo, R : 2007)
b) Konseling adalah interaksi yang terjadi antar dua individu, masing-masing disebut
konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang profesional, dilakukan dan dijaga
sebagai alat untuk memudahkan perubahan pada tingkah laku klien. (Pepensky &
Pepensky; Luddin, A.B : 2010)
c) Konseling adalah hubungan tolong-menolong yang berpusat kepada
perkembangan dan pertumbuhan individu serta penyesuaian dirinya dan
kehendaknya terhadap penyelesaian masalah. (Gibson; Luddin, A.B: 2010 )
d) Konseling adalah hubungan tatap muka oleh individu yang terganggu oleh
masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang
profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang
lain untuk mencapai pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.
(McLean; Luddin, A.B: 2010 )
Terdapat banyak sekali definisi-definisi konseling menurut para ahli. Pada
intinya, konseling adalah hubungan interpersonal yang melibatkan seorang konselor
yang profesional, baik itu dokter, perawat, farmasi, psikolog, dan profesional-
profesional lainnya, dengan seorang klien yang bersifat rahasia dengan tujuan untuk
membantu klien mengatasi masalahnya dengan pengetahuan dan keterampilan yang
konselor tersebut miliki.
Pada konseling, seorang konselor perlu memiliki kemampuan personal selling
yang baik. Personal selling dapat diartikan sebagai keterlibatan satu-satu antara
konselor dengan klien dan kemampuan untuk menjual pencitraan dan keahlian yang
dimiliki. Kemampuan personal selling ini akan menentukan kemampuan seorang
konselor untuk memberi pengaruh kepercayaan, sikap, dan perilaku kepada klien. Hal
ini sangat penting agar klien memiliki kepercayaan terhadap konselor sehingga klien
akan mau mengikuti saran dan nasihat dari konselor. Adapun ciri-ciri konseling antara
lain sebagai berikut:
a) Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan berkomunikasi
langsung
b) Model komunikasi pada konseling terbatas pada komunikasi verbal
c) Interaksi antara konselor dan klien relatif berlangsung lama dan terarah pada
pencapaian tujuan
d) Konseling merupakan proses dinamis. Klien dibantu untuk terus mengembangkan
kemampuan dirinya dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi
e) Konseling didasari atas penerimaan konselor secara sukarela atas diri klien
Pada konseling, metode yang digunakan adalah wawancara. Konselor dapat
mengajukan pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup kepada klien. Ketika
melakukan konsultasi, fasilitas yang digunakan harus sangat diperhatikan. Misalnya,
ruangan yang digunakan. Konselor harus memperhatikan privasi dan kenyamanan
ruangan tersebut. Dalam konseling privasi klien adalah hal yang sangat penting, untuk
itu letak ruangan perlu sekali diperhatikan. Pastikan suara klien tidak akan terdengar
oleh orang dari ruangan sebelah, atur suhu ruangan senyaman mungkin, dan perhatikan
juga pengaturan tempat duduk. Jarak yang terlalu jauh antara tempat duduk konselor
dengan klien dapat membuat klien merasa bahwa konselor tidak terlalu peduli dengan
masalahnya, sedangkan jarak yang terlalu dekat dapat membuat klien merasa terancam.
Sebaiknya atur jarak tempat duduk sekitar 4-9 kaki. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan jarak ini dapat berubah, misalnya konselor dapat mendekat ketika ingin
menghibur klien.
1. Memulai Konsultasi
Untuk memulai kegiatan ini, seorang konselor harus menciptakan suasana yang
dari awal dapat membuat klien nyaman. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan di
awal konsultasi:
a) Menyapa klien dengan namanya dan menjabat tangannya. Misalnya: Selamat
pagi Mr. Watson.
b) Persilahkan klien untuk duduk
c) Perkenalkan diri anda. Misalnya: Saya Joyce. Saya adalah perawat maternitas.
2. Bagian Isi dari Konsultasi
Setelah membuka konsultasi dengan sikap-sikap yang dapat membuat klien
merasa nyaman, seperti yang telah disebutkan di atas, selanjutnya adalah memulai inti
dari konsultasi tersebut. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan ketika konsultasi itu
berlangsung:
a) Pertahahan suasana yang nyaman, cara yang hangat, dan kontak mata yang baik
b) Mulailah dengan pertanyaan terbuka di awal konsultasi
c) Mendengar dengan seksama
d) Tanggap terhadap pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien
e) Fasilitasi klien dengan komunikasi verbal (misalnya: Ceritakan lebih lengkap
kepadaku) dan komunikasi non verbal (misalnya menganggukkan kepala).
f) Gunakan pertanyaan tertutup ketika diperlukan
g) Klarifikasi apa yang klien sampaikan
h) Dorong klien untuk menyampaikan informasi yang relevan
i) Memberikan klien alternatif-alternatif untuk mengatasi masalahnya beserta
penjelasan tentang kekurang dan kelebihan masing-masing alternative
j) Berempati terhadap perasaan atau kesulitan klien
k) Menyatakan dukungan kepada klien (menyampaikan keprihatinan, pengertian,
dan keinginan unuk membantu
3. Menutup Konsultasi
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan mengakhiri konsultasi atau
konseling:
a) Rangkum apa yang telah klien ceritakan kepada Anda dan validasi apakah
rangkuman kita benar dengan menanyakannya kepada klien
b) Membuat rencana untuk mengatasi masalah klien
c) Ucapkan terima kasih ketika konseling diakhiri.


Daftar Pustaka

Lloyd, M & Bor, R. (2004). Communication Skills For Medicine. 2
nd
Eds. Churchill
Livingstone Elsevier Publisher
Luddin, A.B. (2010). Dasar-Dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktik.
Bandung: Citapustaka Media Perintis
Schiavo, R. (2007). Health Communication: From Theory to Practice.

You might also like