Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan karena meny
ebabkan vasodilatasi dan memberikan efek takikardi. d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat diberikan vaso pressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik penumbra yang mungkin terjadi akibat vasospasme. 7. Hiponatremi Bila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3 L/hari. Bila perlu dibe rikan NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari. Diharapkan dapat terkoreksi 0,5-1 mEq/L/jam dan tidak melebihi 130 mEq/L dalam 48 jam pertama.1 Ada yang menambahkan fludrokortison dengan dosis 0,4 mg/hari oral atau 0 ,4 mg dalam 200 mL glukosa 5% IV 2 kali sehari. Cairan hipotonis sebaiknya dihin dari karena menyebabkan hiponatremi. Pembatasan cairan tidak dianjurkan untuk pe ngobatan hiponatremi.1 8. Kejang Resiko kejang pada PSA tidak selalu terjadi, sehingga pemberian antikonvulsan ti dak direkomendasikan secara rutin, hanya dipertimbangkan pada pasien-pasien yang mungkin timbul kejang, umpamanya pada hematom yang luas, aneurisma arteri sereb ri media, kesadaran yang tidak membaik. Akan tetapi untuk menghindari risiko per darahan ulang yang disebabkan kejang, diberikan anti konvulsan sebagai profilaks is.1 Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau IV. Ini tial dosis 100 mg oral atau IV 3 kali/hari. Dosis maintenance 300-400 mg/oral/ha ri dengan dosis terbagi. Benzodiazepine dapat dipakai hanya untuk menghentikan k ejang.1 Penggunaan antikonvulsan jangka lama tidak rutin dianjurkan pada penderi ta yang tidak kejang dan harus dipertimbangkan hanya diberikan pada penderita ya ng mempunyai faktor-faktor risiko seperti kejang sebelumnya, hematom, infark, at au aneurisma pada arteri serebri media.1 9. Hidrosefalus 1 a. Akut (obstruksi) Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari pert ama. Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk ventrikulostomi (ata u drainase eksternal ventrikuler), walaupun kemungkinan risikonya dapat terjadi perdarahan ulang dan infeksi. b. Kronik (komunikan) MG;LAEMF;AMG;LAEG;ME;GWE;L,G;ELMF;LEWQ WEQG;LQEMG'MWE;GELG;QLEMGL;QE;LQEMG;LEGKL EG;WRGHMQELLEQNH;KWEMH;LEMHQEH ;LMG;LSMH;LSMH;LSRMH;LSMLHSMHM;SLMH;SLGMS;LGHSD D.,D/BM;LSML;SFMB;SFMB;LFN;LSFLDFNM;FMNB;KEL;BE;GN;EHsa k saklv laks DAFTAR PUSTAKA 1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Guid eline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: J akarta, 2007. 2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview] 3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3. Neurologica l Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003. 4. Tsementzis, Sotirios. A Clinicians Pocket Guide: Differential Diagnosis i n Neurology and Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000. 5. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003 6. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New York, 2005. 7. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New Y ork. Thieme Stuttgart. 2000. 8. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta, 2007. 9. MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Diperoleh dari: http://www.merck .com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html [Tanggal: 23 Mei 2010]. 10. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM, 2007. Diunduh dari: http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@u uzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik %20M.doc?nmid=88 307927 [Tanggal: 24 Mei 2010] 11. Samino. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006. Diunduh dari: