You are on page 1of 15

PERCOBAAN V

IMOBILISASI ENZIM SECARA PENJERATAN



I. Tujuan Percobaan
Mempelajari cara imobilisasi enzim lipase secara penjeratan
menggunakan bahan pengamobil alginat.

II. Alat dan Bahan
2.1 Alat
1. Neraca analitik
2. Gelas ukur 100 ml
3. Gelas ukur 10 ml
4. Gelas kimia 600 ml
5. Batang pengaduk
6. Autoklaf
7. Erlenmeyer 100 ml
8. Erlenmeyer 250 ml
9. Cawan petri
10. Buret 50 ml
11. Pipet tetes
12. Penangas air
13. Corong kaca
14. Stopwatch
15. Botol semprot
16. Corong Buchner
17. Shaker
18. Lemari pendingin
19. Hot plate

2.2 Bahan
1. Dedak padi
2. Alginat
3. Indikator pp
4. NaOH 0,1 M
5. Aquadest
6. Kapas
7. CaCl
2
0,1 M
8. CaCl
2
1 M
9. Aluminium foil
10. Kertas saring
11. Minyak Kelapa
12. Amonium sulfat

III. Prosedur Kerja
3.1. Imobilisasi Enzim Lipase dari Dedak Padi
1. Mangambil 50 g dedak padi, kamudian memasukkan ke dalam
erlenmeyer 500 ml dan menambahkan larutan kalsium klorida 0,01 M
sebanyak 300 ml.
2. Mengocok campuran selama 0,5 jam di atas mesin kocok kocok agitasi
300 rpm.
3. Selanjutnya menyaring campuran untuk mendapatkan filtrat enzim
lipase, mengukur volume filtrat dan menentukan aktivitasnya.
4. Mencampur enzim lipase yang diperoleh dengan amonium sulfat dengan
kejenuhan 65%, artinya jika cairan enzim jumlahnya 1 liter maka
amonium sulfat yang ditambahkan adalah 650 g, kemudian mengaduk
campuran dan menyimpan di dalam lemari pendingin selam 24 jam.
5. Memisahkan endapan yang terbentuk pada permukaan dan menampung
di dalam gelas kimia 100 ml, kemudian menimbang untuk mengetahui
beratnya.
6. Mencampur enzim yang dihasilkan dengan larutan alginat 2 % yang
telah disterilkan dengan perbandingan enzim dan alginat 1:3, dan
mengaduknya sampai homogen.
7. Memasukkan campuran ke dalam injektor, membiarkan menetes ke
dalam gelas kimia yang berisi CaCl
2
1 M yang diaduk dengan pengaduk
magnetik.
8. Menyimpan enzim lipase amobil yang dihasilkan dalam lemari
pendingin sebelum digunakan.
9. Melakukan penentuan aktivitas enzim lipase amobil.




3.2. Penentuan Aktivitas Lipase
1. Mengambil minyak kelapa sebanyak 0,5 ml dan memasukkannya ke
dalam erlenmeyer 100 ml yang berkode A dan B, kemudian
menambahkan 12,5 ml air pada masing-masing erlenmeyer tersebut.
2. Menambahkan 1,5 ml enzim lipase hasil ekstraksi pada erlenmeyer A,
dan 2,5 g enzim lipase amobil pada erlenmeyer B.
3. Mengocok kedua erlenmeyer tersebut dengan mesin kocok agitasi 300
rpm selama 30 menit, kemudian memasukkan ke dalam air panas selama
10 menit.
4. Menambahkan masing-masing 3 tetes indikator PP pada erlenmeyer
yang berkode A dan B, kemudian menitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
sampai larutan berwarna merah muda yang tidak hilang selama 10
menit.
5. Menentukan aktivitas lipase, yaitu jumlah NaOH yang digunakan untuk
titrasi/menit/ml enzim atau mg enzim.














IV. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 50 g dedak padi + 300 ml CaCl
2

0,1 M + pengadukkan 30 menit
+ penyaringan
Filtrat enzim lipase
berwarna kuning sebanyak 188 ml
2. 188 ml filtrat enzim lipase +
122,2 g Amonium sulfat
+ pengadukkan + diamkan pada
lemari pendingin selama 24 jam
+ saring enzim lipase yang
terbentuk
Filtrat berwarna krem dengan
endapan berwarna coklat sebanyak
2,074 gram.
3. 2 gram alginat + 100 ml air +
pemanasan + sterilisasi
Larutan putih kental
4. Enzim lipase + 6,222 ml
alginat
Larutan berwarna coklat kental
5. Memasukkan campuran ke
dalam injector dan biarkan
menetes ke dalam larutan CaCl
2

1 M
Enzim Lipase amobil
6. 0,5 ml minyak kelapa + 12,5ml
air + 1,5 ml enzim lipase +
pengadukkan 30 menit+
pemanasan 10 menit pada suhu
60
o
C+ 3 tetes ind pp + 26,4 ml
NaOH 0,1 M
Larutan berwarna merah muda
7. 0,5 ml minyak kelapa + 12,5ml
air + 2,5 g enzim lipase
amobil+ pengadukkan 30
menit+ pemanasan 10 menit
pada suhu 60
o
C+ 3 tetes ind pp
+ 1,4 ml NaOH 0,1 M
Larutan berwarna merah muda


V. Analisa Data
Penentuan Aktivitas Lipase
Retensi Aktivitas Enzim Lipase =


x 100%
=


x 100%
= 5,3%



















VI. Pembahasan
Amobilisasi enzim adalah proses pengikatan enzim pada suatu bahan
padatan pendukung sehingga gerakannya menjadi terbatas pada suatu ruang.
Tujuan amobilisasi enzim adalah enzim dapat dipakai secara berulang-ulang,
kualitas produk terjaga dan enzim mudah dipisahkan dari produk (Muchtadi dkk.,
1990).
Imobilisasi enzim secara penjeratan merupakan salah satu metode
imobilisasi enzim yang didasarkan atas penjeratan enzim terhadap kisi-kisi
matriks polimer atau membran semipermiabel. metode imobilisasi enzim secara
penjeratan relatif lebih sukar dibandingkan dengan imobilisasi enzim secara
penyerapan fisik. Hal ini dikarenakan pada metode penjeratan memiliki tahapan-
tahapan yang lebih banyak dibandingkan dengan metode penyerapan fisik
(Mappiratu, 2014).
Metode penjebakan dengan menggunakan matriks alginat, merupakan
penjebakan enzim di dalam kapsul (mikrokapsul), yang memiliki diameter
dengan ukuran yang bervariasi mulai dari satu mikron sampai beberapa mikron.
Menurut Sasmito (1990), model mikrokapsul adalah pemasukan enzim dalam
membran semipermeabel dengan menggunakan prinsip bahwa monomer-
monomer dari polimer terpolimerisasi pada antar permukaan sehingga memiliki
diameter 1-100 mikron.
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara imobilisasi enzim lipase
secara penjeratan menggunakan bahan pengamobil alginat. Enzim lipase yang
diperoleh dari dedak padi. Menurut Ganjar (2006) enzim lipase adalah enzim
yang berperan dalam proses hidrolisis lipid dan mengubahnya menjadi
diasilgliserol, monoasilgliserol, gliserol atau asam lemak.
Menurut Djaafar (2006), amobilisasi enzim dapat menggunakan berbagai
polimer seperti k-carrageenan, Ca-alginat dan poliakrilamida. Alginat dipilih
sebagai matriks dalam percobaan ini karena menurut Sheu dan Marshall (1993),
amobilisasi dengan gel alginat bersifat aman, cepat, murah, ringan, sederhana
dan dapat digunakan untuk hampir semua jenis biokatalisator. Hasil penelitian
El-katatny, Hetta, Shaban dan El-komy (2003), penjebakan konidia di dalam
matriks alginat menunjukkan produktivitas yang tinggi terhadap enzim,
meskipun sudah diulang 4 kali. Aktivitas enzim amobil berbeda-beda untuk
enzim yang sama tetapi dari sumber yang berbeda.
Salah satu bahan yang paling banyak digunakan untuk penjebakan adalah
alginat. Alginat termasuk bahan makanan, memiliki kekuatan gel yang baik,
mampu mempertahankan aktivitas enzim dan mampu menjaga stabilitas aktivitas
biokimia (Bucke, 1982). Gel alginat dapat dibentuk dari pembentukan jaringan
ionik dengan adanya ion kalsium (Ca
2+
). Secara kimia, alginat sangat stabil pada
pH 510.
Keuntungan amobilisasi dengan gel alginat bersifat aman, cepat, murah,
sederhana dan dapat digunakan untuk hampir semua jenis biokatalisator (Sheum
dan Marshall, 1993). Amobilisasi dilakukan dengan meneteskan larutan enzim
dan alginat pada larutan CaCl2 sehingga diperoleh enzim yang terjebak dalam
alginat. Menurut Bucke (1982), terbentuknya gel ini disebabkan oleh kation
bivalen bereaksi dengan monovalen anion karboksilat alginat membentuk
jaringan tiga dimensi. Kekuatan gel akan meningkat dengan kenaikan konsentrasi
alginat dan CaCl2 (Suhartono, 1989).
Langkah awal yang dilakukan yaitu menghaluskan bahan yang akan
diekstraksi, bahan yang digunakan disini yaitu dedak padi, karena diketahui
bahwa dedak padi mengandung enzim lipase. Ekstraksi bertujuan untuk
mengisolasi enzim lipase dari dedak padi menggunakan pelarut CaCl
2
0,01 M.
Awalnya dedak padi terlebih dahulu diayak dengan ayakan 60 mesh yang
bertujuan untuk memperluas permukaan dari dedak padi, dimana diketahui
bahwa luas permukaan akan mempengaruhi proses dan hasil ekstraksi. Setelah
itu memasukkan bahan tersebut ke dalam erlenmeyer 500 ml kemudian
menambahkan larutan kalsium klorida 0,01 M, yang dilanjutkan dengan
pengocokkan di atas mesin kocok agitasi 300 rpm selama setengah jam. Tujuan
dari pengocokan tersebut yaitu agar enzim lipase yang terkandung dalam bahan
terekstraksi dengan bantuan larutan kalsium klorida 0,01 M tersebut.
Untuk mendapatkan filtrat enzim lipase maka campuran yang telah
dikocok kemudian disaring dengan menggunakan corong buhner agar proses
penyaringannya dapat berlangsung dengan cepat. Kemudian mengukur volume
filtrat yang telah diperoleh untuk diketahui jumlahnya. Filtrat yang diperoleh ini
merupakan enzim lipase yang telah terekstraksi, kemudian mencampurnya
dengan ammonium sulfat dengan tingkat kejenuhan 65%. Artinya, jika cairan
enzim jumlahnya 1 liter maka ammonium sulfat yang ditambahkan adalah 650
gram. Prinsip penambahan ammonium sulfat disini dinamakan proses fraksinasi.
Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan
berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan
protein ini disebut salting out. Efek salting out disebabkan garam dengan
konsentrasi tinggi dapat menghidrasi air dari permukaan molekul protein
sehingga protein terendapkan. Proses fraksinasi bertujuan untuk memekatkan
atau menjenuhkan larutan sehingga diperoleh larutan pekat yang mengandung endapan
protein (Kartika, Diah, 2012).
Setelah itu mengaduk campuran dan menyimpannya dalam lemari
pendingin selama 24 jam. Hal ini dilakukan agar terbentuk endapan pada
permukaan cairan. Endapan inilah yang merupakan enzim lipase.
Setelah 24 jam, endapan yang tebentuk dipisahkan dan menampungnya
dalam gelas kimia kemudian ditimbang untuk mengetahui beratnya. Dari hasil
yang diperoleh berat enzim yang diperoleh yaitu 2,074 gram. Sementara itu
membuat larutan alginat 2% dengan cara memanaskannya hingga menjadi gel.
Selanjutnya mencampur enzim yang diperoleh dengan larutan alginat 2% dengan
perbandingan enzim dan alginat yaitu 1:3 lalu mengaduknya hingga homogen.
Setelah campuran homogen selanjutnya memasukkannya ke dalam injektor dan
membiarkannya menetes ke dalam gelas kimia yang telah berisi larutan kalsium
klorida 1 M yang diaduk secara kontinu agar enzim terbentuk dengan sempurna.
Larutan CaCl2 merupakan larutan yang bertindak sebagai ion penetral akan akan
membentuk enzim amobil yang terperangkap dalam padatan Ca Alginat.
Komponen Ca penting dalam mempertahankan struktur padatan, sebab alginat
akan membentuk gel dengan ion-ion divalen pada konsentrasi tinggi. Struktur gel
alginat disebabkan oleh pengikatan ion divalen dengan monomer guluronat
membentuk suatu struktur egg box. Ion Ca2+ adalah ion yang paling umum
digunakan untuk tujuan imobilisasi karena toksisitasnya paling rendah (Hasna,
2012).
Enzim lipase amobil yang dihasilkan kemudian disimpan dalam lemari
pendingin sebelum digunakan. Hal ini bertujuan untuk mendegradasi protein dan
mendapatkan endapan yang sempurna, dimana menurut Scopes (1987) filtrat
enzim yang telah dijenuhi dengan ammonium sulfat dibiarkan satu malam pada
suhu 4
o
C agar protein terdegradasi dan mengendap sempurna, endapan yang
diperoleh adalah protein.
Perlakuan yang terakhir yaitu menentukan aktivitas enzim lipase dengan
cara menambahkan 1,5 ml enzim lipase hasil ektraksi dan 2,5 gram enzim lipase
amobil pada masing-masing erlenmyer yang berisi minyak dan 25 ml air yang
diikuti dengan pengocokan agar campuran dapat tercampur secara sempurna dan
mempercepat proses hidrolisis. Selanjutnya dilakukan pemanasan selama 10
menit yang bertujuan untuk mengaktivasi enzim. Menurut Aizono (1971) lipase
dari dedak padi memiliki suhu optimum 37
o
C, pada suhu ini enzim dapat bekerja
lebih cepat.
Setelah itu dilakukan titrasi terhadap campuran yang telah dipanaskan
tersebut menggunakan larutan NaOH dengan penambahan 3 tetes indikator PP
sebagai larutan penunjuk titik eqivalen titrasi yang ditandai dengan perubahan
warna menjadi warna merah muda yang tidak hilang bila dikocok selama 10
menit. Sehingga diperoleh volume NaOH 0,1 yang digunakan untuk titrasi enzim
lipase bebas yaitu 26,4 ml dan 1,4 ml untuk enzim lipase amobil. Larutan NaOH
disini berfungsi sebagai larutan yang dapat menghidrolisis lipid, dimana
diketahui bahwa lipid akan terhidrolisis pada suasana basa membentuk asam
lemak dan alkohol. Proses ini akan mempermudah proses penentuan asam lemak
bebas yakni penguraian lemak atau trigliserida oleh molekul air yang
menghasilkan asam-asam lemak bebas dan gliserol. Menurut Winarno (1997)
dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak.
Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Dengan adanya lipase,
lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10%.
Dari volume titrasi tersebut dapat dihitung retensi aktivitas enzim lipase
yaitu sebesar 5,3%. Menurut Fardiaz (1998), enzim yang diamobilisasi dapat
kehilangan aktivitasnya karena beberapa hal, yaitu: 1) beberapa enzim mungkin
diamobilisasi pada matriks dengan konfigurasi sedemikian rupa sehingga
menghambat kontak antara substrat dengan sisi aktif enzim, 2) gugus reaktif pada
sisi aktif enzim mungkin ikut terikat pada matriks. Perlindungan sisi aktif oleh
inhibitor reversibel selama pengikatan akan mempertahankan aktivitasnya, 3)
molekul enzim selama pengikatan mungkin berubah menjadi konfigurasi inaktif,
4) kondisi reaksi selama pengikatan mungkin menyebabkan denaturasi atau
inaktivasi enzim.












VII. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Imobilisasi enzim secara penjeratan merupakan salah satu metode
imobilisasi enzim yang didasarkan atas penjeratan enzim terhadap kisi-kisi
matriks polimer atau membran semipermiabel.
2. Imobilisasi enzim lipase secara penjeratan dilakukan dengan meneteskan
larutan enzim dan alginat pada larutan CaCl2 sehingga diperoleh enzim yang
terjebak dalam alginat.
3. Volume NaOH enzim lipase amobil yaitu 1,4 mL sedangkan volume NaOH
enzim lipase bebas 26,4 mL, sehingga retensi aktivitas enzim lipase adalah
5,3%.










DAFTAR PUSTAKA
Bucke, C. 1982. Industrial Use of Immobilized Enzymes and Cells. Immobilized
Microbial Enzymes and Cells. Proceeding of Regional Workshop. Mahidol
University. Bangkok.

Djaafar, I. R. 2004. Penggunaan Teknik Amobilisasi pada Peningkatan Kestabilan
Enzim Penisilin Asilase dengan Berbagai Bahan Pendukung.
http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-1991-irzanrosni-1746.
Diakses tanggal 07 April 2014.

Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. PAU IPB. Bogor.
Ganjar, Irawati. 2006. Buku Teks Online Metabolisme Lipid.
http://buku.teks.online.com. Diakses tanggal 07 April 2014

Hasna, S. 2012. Studi Esterifikasi Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa
dengan Glukosa Menggunakan Lipase Candida rugosa EC 3.1.1.3
Terimobilisasi Pada Matriks Ca-Alginat. Prodi Kimia. FMIPA. Universitas
Indonesia. Depok.

Kartika S, Diah. 2012. Lipase Isolat Lokal Pada Sintesis Biodiesel. Pendidikan
Kimia. Universitas Sriwijaya. Riau.
Mappiratu. 2014. Penuntun Praktikum Imobilisasi Enzim dan Sel. Jurusan Kimia
FMIPA. Universitas Tadulako. Palu

Muchtadi, D., Palupi S.R dan Astawan, M. 1992. Enzim dalam Industri Pangan. PAU
Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Sasmito. 1990. Enzim Amobil. PAU Bioteknologi UGM. Yogyakarta.

Scopes. 1987. Protein Purification: Principle and Practice. Springer-Verlag. New
York.

Sheu T.Y. and Marshall, R.T. 1993. Microentrapment of Lactobacilli in Ca-Alginat
Gel. J. Food Sci. 54 (3): 557-561

Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. IPB Bogor.

Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta


















LEMBAR ASISTENSI

Nama : Faradisa Anindita
Stambuk : G 301 11 020
Kelompok : V (Lima)
Asisten : Kurniawati
No Hari/Tanggal Perbaikan Tanda Tangan

You might also like