You are on page 1of 28

16

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lanjut Usia (Lansia)
1.1 Pengertian Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 70 tahun
3. Lanjut usia tua (old) = antara 70 dan 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun (Nugroho, 2000).
Menurut Budi Anna Keliat (1999) usia lanjut dikatakan sebagai tahap
akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1
ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam
dkk, 2008).
1.2 Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008) lansia dapat diklasifikasikan ke dalam lima
kelompok, antara lain:
1. Paralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45 59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
17
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada orang lain (Depkes RI, 2003).
1.3 Karakeristik Lansia
Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam (2008) mengungkapkan bahwa
lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Pada saat menua, terjadi beberapa perubahan pada lansia, yaitu perubahan
fisik, perubahan mental,dan perubahan pada psikososial lansia. Terkait dengan
perubahan fisik, terjadi perubahan pada sistem persarafan lansia, yaitu berat otak
menurun atau mengalami penyusutan (atropi) sebesar 10 20% seiring dengan
18
penuaan, dan hal ini berkurang setiap hari. Hal ini dikarenakan terjadinya
penurunan jumlah sel otak serta terganggunya mekanisme perbaikan sel otak
(Nugroho, 2000). Otak mengalami penyusutan, namun jumlah neuron yang hilang
relatif kecil. Pengurangan volume dan massa otak pada penuaan yang normal
tidak diakibatkan terutama oleh hilangnya jumlah neuron, melainkan karena
adanya perubahan di dalam neuron: berkurangnya cabang-cabang neuron (spina
dendrit), pengurangan kerapatan sinapsis, dan merosotnya lapisan myelin yang
melapisi akson pada neuron (Nelson, 2008).
2. Ingatan Manusia
2.1 Pengertian Ingatan
Secara fisiologis, ingatan adalah hasil perubahan kemampuan penjalaran
sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari akivitas neural
sebelumnya. Perubahan ini kemudian menghasilkan jaras-jaras baru atau jaras-
jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasan
neural otak. Jaras yang baru atau yang terfasilitasi disebut jejak-jejak ingatan
(memory traces). Jaras-jaras ini penting karena begitu jaras-jaras ini menetap/ada,
maka akan diaktifkan oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan
yang ada (Guyton, 1997). Menurut Sternberg (2008) ingatan adalah cara-cara
yang dengannya seseorang mempertahankan dan menarik pengalaman-
pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini.
19
2.2 Klasifikasi Ingatan
Kemampuan mengingat sesuatu dapat berlangsung beberapa jam, berhari-
hari atau bertahun-tahun. Secara umum, ingatan dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu:
1. Ingatan jangka pendek
Ingatan jangka pendek (short-term memory) dicirikan oleh ingatan
seseorang mengenai 7 sampai 10 angka dalam nomor telepon (atau 7 sampai 10
kenyataan yang jelas lainnya) selama beberapa detik sampai beberapa menit pada
saat tersebut, tetapi hanya akan menjadi berlangsung beberapa lama jika seseorang
terus-menerus memikirkan tentang nomor-nomor atau kenyataan-kenyataan
tersebut (Guyton, 1997).
Ingatan jangka pendek seharusnya cepat berlalu. Perputarannya sangat
tinggi karena ingatan jangka pendek yang baru terus-menerus akan menggantikan
yang lama, dan hanya ada beberapa informasi yang dapat disimpan dalam pikiran
pada saat yang bersamaan. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang
hanya dapat mempertahankan antara lima hingga sembilan potong informasi yang
tidak berhubungan di dalam pikiran. Itulah sebabnya lebih mudah untuk
mengingat nomor telepon tujuh digit dibandingkan nomor yang lebih panjang,
misalnya nomor akun kartu kredit. Sifat dasar dari ingatan jangka pendek yang
silih berganti sebenarnya menguntungkan. Karena, seseorang akan dapat lebih
mudah membuang informasi yang tidak berguna. Jika seseorang menyimpan
setiap ingatan jangka pendek, maka pikiran akan kelebihan beban oleh hal-hal
20
kecil sehingga orang tersebut akan kesulitan untuk mengingat kembali memori
yang benar-benar penting (Nelson, 2008).
Selain memiliki kemampuan yang terbatas, sistem otak yang menangani
ingatan jangka pendek juga rapuh secara fungsional. Ingatan jangka pendek
mudah terganggu oleh interupsi. Jika saat seseorang (orang pertama) sedang
berusaha untuk mengingat suatu nomor telepon dan masuk seseorang yang lain
(orang kedua) dan bertanya kepada orang yang pertama, kemungkinan besar orang
pertama akan lupa nomor telepon tersebut dan harus melihat catatannya lagi.
Informasi tambahan tadi (pertanyaan yang diajukan) cukup untuk menghilangkan
ingatan jangka pendek (Nelson, 2008).
2. Ingatan jangka panjang
Ingatan jangka panjang (long-term memory) terdiri dari potongan-
potongan informasi yang disimpan di dalam otak manusia selama lebih dari
beberapa menit dan yang dapat ditarik kembali ketika dibutuhkan. Dengan kata
lain, ingatan jangka panjang adalah jumlah total dari apa yang kita ketahui
misalnya ikhtiar dari data, mulai dari nama pribadi, alamat, dan nomor telepon
serta nama-nama teman dan saudara hingga informasi yang lebih rumit seperti
suara dan gambar dari kejadian yag terjadi bertahun-tahun yang lalu. Ingatan
jangka panjang juga meliputi informasi rutin yang digunakan setiap hari, seperti
cara membuat kopi, mengoperasikan komputer, dan menjalankan segala urutan
perilaku rumit yang merupakan bagian dari pekerjaan di kantor atau di rumah
(Nelson, 2008).
21
Perbedaan antara ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang bukan
hanya pada jangka waktu penyimpanannya saja, namun juga pada kapasitasnya
seberapa banyak informasi yang dapat disimpan oleh otak. Walaupun otak hanya
dapat mempertahankan beberapa ingatan jangka pendek pada saat yang
bersamaan, kapasitasnya untuk menyimpan ingatan jangka panjang dapat
dikatakan tak terbatas (Nelson, 2008).
Ingatan jangka panjang juga tidak serapuh ingatan jangka pendek, yang
artinya ingatan jangka panjang kurang lebih menetap meskipun ada sesuatu yang
mengganggu alur pemikiran seseorang. Tetapi tidak semua ingatan jangka
panjang tersimpan selamanya, bahkan meskipun ada perubahan. Beberapa ingatan
jangka panjang yang tidak dipakai atau menjadi tidak relevan menghilang sejalan
dengan berjalannya waktu. Misalnya seseorang yang membaca buku tertentu yang
disukai, namun setelah bertahun-tahun kemudian orang tersebut tidak lagi
mengingat lebih banyak selain dari judulnya. Hal ini disebabkan karena orang
tersebut tidak memikirkan lagi plot dan karakter di dalamnya dalam jangka waktu
yang lama. Di sisi lain, beberapa ingatan jangka panjang tetap bertahan walaupun
ingatan tersebut jarang digunakan. Misalnya pada orang-orang yang masih
mampu mengingat detail-detail masa kecil yang pernah dialami, yang tanpa
disadari masih terus dapat diingat walaupun hal tersebut jarang digunakan
(Nelson, 2008).
Ingatan jangka panjang dapat dibagi ke dalam dua kategori umum yaitu
ingatan deklaratif dan ingatan prosedural. Ingatan deklaratif lebih mudah
22
melemah akibat pengaruh usia dan juga penyakit otak (misalnya penyakit
Alzheimer), dibandingkan dengan ingatan prosedural (Nelson, 2008).
a. Ingatan deklaratif
Ingatan deklaratif meliputi informasi yang mengharuskan melakukan
usaha secara sadar untuk mengingat. Ada dua jenis ingatan deklaratif, yaitu
ingatan episodik dan ingatan semantik. Ingatan episodik terkait dengan kejadian
yang terjadi pada waktu dan tempat yang spesifik. Misalnya liburan yang dijalani
musim panas yang lalukejadian yang terkait dengan konteks waktu dan ruang
tertentu. Ketika seseorang mencoba mengingat kembali suatu ingatan mengenai
kejadian, orang tersebut akan mengingat informasi temporal (kapan hal itu terjadi)
dan informasi ruang (di mana hal itu terjadi) yang terkait dengan kejadian
tersebut. Ingatan semantik adalah pengetahuan faktual. Ingatan jenis ini sebagian
besar terdiri dari informasi dasar yang dipelajari selama masa-masa sekolah
misalnya berhitung. Berbeda dengan ingatan episodik, ingatan semantik tidak
terkait dengan waktu atau tempat. Ketika seseorang mampu belajar berhitung, ia
tidak akan mengingat kapan pertama kali ia mampu berhitung dan walaupun ia
masih mampu mengingatnya, waktu tersebut tidaklah begitu penting bagi
pengetahuan atau kenangan tentang fakta-fakta tersebut.
b. Ingatan prosedural
Ingatan prosedural merujuk kepada prosedural; keterampilan dan rutinitas
yang muncul secara otomatis untuk melakukan tindakan seperti berpakaian atau
mengendarai sepeda. Bukti tentang ingatan prosedural yang utuh terletak pada
keakuratan performa suatu keterampilan atau perilaku. Meskipun untuk
23
menghadirkan ingatan prosedural secara relatif tanpa usaha, setiap ingatan
tersebut membutuhkan usaha dan latihan agar dapat dipelajari. Namun setelah
keterampilan yang terkait dapat dikuasai, seseorang dapat melakukannya tanpa
perlu mengingat bagaimana cara mempelajarinya atau langkah-langkah yang
terkait di dalamnya. Misalnya saat seseorang mengeluarkan sepeda untuk
mengendarainya, ia tidak perlu mengingat kembali bagaimana cara ia berlatih
mengendarai sepeda tersebut, Ia cukup menaiki sepeda tersebut dan pergi.
Ingatan prosedural tidak menghilang atau berubah seiring bertambahnya
usia. Misalnya seseorang yang sudah lama tidak menaiki sepeda, ia tidak perlu
mempelajari keterampilan tersebut dari awal. Dengan sedikit latihan dan
keterampilan maka rutinitas tersebut akan muncul kembali. Bahkan penderita
penyakit Alzheimer dapat melakukan banyak tugas rutin sampai tahap akhir dari
penyakit tersebut. Para ilmuwan percaya ingatan prosedural dapat bertahan lama
karena ingatan tersebut disimpan secara meluas di seluruh otak, dan karena
ingatan tersebut tidak tergantung pada hipokampus, salah satu struktur ingatan di
dalam otak yang secara khusus peka terhadap efek penuaan normal (Nelson,
2008).
2.3 Pengukuran Ingatan
Richardson-Klavehn dan Bjork (1988) dalam Hastjarjo (1994),
membedakan cara-cara mengukur ingatan ke dalam dua golongan berdasarkan
instruksi yang diberikan dalam tahap pengetesan ingatan yaitu (a) tes ingatan
langsung, dan (b) tes ingatan tidak langsung. Sedangkan Roediger dkk (1989)
24
dalam Hastjarjo (1994) menggolongkan tes ingatan ke dalam (a) tes ingatan
eksplisit dan (b) tes ingatan implisit.
A. Tes Ingatan Langsung/Eksplisit
Richardson-Klavehn dan Bjork (1988) merumuskan tes-tes ingatan
langsung sebagai tugas-tugas yang perintahnya mengacu kepada peristiwa-
peristiwa sasaran dalam sejarah pribadi subjek, yaitu yang menunjuk pada konteks
ruang dan waktu (jam, tanggal, atau lingkungan di mana peristiwa tersebut
terjadi). Peristiwa-peristiwa khas yang menjadi sasaran tersebut dapat berupa
penyajian daftar kata-kata, penyajian daftar gambar-gambar, penyajian daftar
kalimat-kalimat maupun bisa juga berupa peristiwa yang terjadi dalam sejarah
kehidupan subjek.
Tes ingatan langsung dapat berbentuk (a) tes rekognisi (recognition) dan
(b) tes recall, baik yang free-recall maupun cued-recall.
1. Tes rekognisi
Dalam tes rekognisi, subjek diminta untuk membedakan antara stimulus-
stimulus yang ada pada saat terjadinya peristiwa sasaran dengan stimulus-
stimulus yang tidak ada pada saat peristiwa berlangsung. Dengan kata lain,
subjek diminta mengenali kembali apakah stimulus yang ada pada tahap
pengetesan ingatan sama dengan stimulus yang ada pada tahap belajar.
2. Tes recall
Dalam tes recall, subjek diminta untuk memproduksi stimulus-stimulus
yang terdapat dalam peristiwa sasaran. Atau dengan kata lain, pada tahap
pengetesan ingatan maka subjek diminta menghasilkan kembali stimulus-
25
stimulus yang telah disajikan dalam tahap belajar. Tes recall dapat
dilakukan tanpa bantuan tanda-tanda (free-recall) maupun dengan bantuan
tanda-tanda (cued-recall). Mengingat dapat dibantu oleh tanda-tanda.
Tanda-tanda yang dipakai untuk membantu me-recall dapat merupakan
bagian-bagian dari stimulus yang telah disajikan pada tahap belajar
(intralist cues). Contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Shimamura dan Squire (1984) mengenai ingatan terhadap pasangan kata-
kata pada penderita amnesia. Pada tahap belajar, dua belas pasangan kata
disajikan kepada 8 pecandu alkohol yang menderita sindrom Korsakoff.
Salah satu pasangan kata tersebut misalnya STAIR-DIAMOND. Masing-
masing pasangan kata disajkan dalam 3 detik. Antara dua sampai empat
menit sesudah penyajian keduabelas pasangan kata selesai, kepada subjek
disajikan kata STAIR dan mereka diminta mengingat kembali pasangan
katanya. Tanda-tanda yang dipakai membantu mengingat bisa juga
merupakan tanda-tanda yang berhubungan dengan stimulus yang disajikan
pada tahap belajar (extralist cues). Hubungan antara tanda-tanda dengan
stimulus sasaran dapat berdasarkan kesamaan makna (semantik), atau
kemiringan tulisan serta bunyinya (graphemic).
B. Tes Ingatan Tidak Langsung/Implisit
Tes ingatan tidak langsung dirumuskan sebagai tugas-tugas yang
mengharuskan subjek melakukan kegiatan-kegiatan kognitif atau motorik,
sementara perintah-perintah tes tersebut hanya mengacu pada tugas yang sedang
dihadapi dan tidak mengacu pada peristiwa sebelumnya (Richardson-Klavehn &
26
Bjork, 1988). Dalam tes ingatan tidak langsung, tugas-tugas yang harus
diselesaikan tidak mengarahkan subjek untuk mengacu pada peristiwa yang
sebelumnya dialami oleh subjek. Atau dengan kata lain, pada tahap pengetesan
ingatan subjek tidak diinstruksikan untuk menggunakan tahapan belajar sebagai
acuan.
Doerflinger (2007) mengungkapkan ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk melakukan screening kerusakan kognitif, antara lain:
Tabel 1. Perbandingan dari Tiap Alat yang Digunakan untuk Screen
Kerusakan Kognitif
Jenis Instrumen Deskripsi Skor Waktu
pelaksanaan
Blessed
Dementia Scale
22 item yang mengukur
perubahan aktivitas
sehari-hari, perawatan
diri, kepribadian dan
perjalanannya.
0 (normal)
sampai 28
(kerusakan berat)
20 menit
Clinical
Dementia Rating
Wawancara dalam
bentuk semi sruktur;
penilaian kerusakan
dibagi dalam lima skala
poin dalam tiap enam
domain fungsi kognitif:
ingatan, orientasi,
keputusan dan
pemecahan masalah,
masalah dalam
komunitas; rumah dan
Tingkat
kerusakan:
0 = tidak ada
kerusakan;
0.5 =
dipertanyakan;
1 = mild (ringan);
2 = moderate
(sedang);
3 = severe (berat)
20 menit
27
hobi, dan perawatan diri.
FROMAJE 7 item yang
berhubungan dengan
fungsi mental,
pemikiran/pertimbangan,
orientasi, ingatan,
aritmatika, keputusan,
dan tingkat emosional.
Tiap tingkat item
dibagi dalam tiga
skala poin;
Jarak slor total
dari 7 (ringan
sampai tidak ada
kerusakan)
sampai 21 (13
atau lebih,
mengindikasikan
dementia berat
atau depresi
10 20 menit
Set Test Penyampaian secara
lisan beberapa hal yang
mungkin (bisa sampai 10
hal) yang dibagi dalam
empat kategori: warna,
binatang, buah-buahan,
dan kota.
10 merupakan
skor sempurna
untuk tiap
kategori;
Total skor adalah
40; beberapa
subjek memiliki
skor dibawah 15
2 5 menit
Clock Drawing
Test
Menggambar jam
dengan jarum jam
menunjuk pada 11:10
Tidak ada
pembagian skor
yang umum
2 5 menit
6-Item Cognitive
Impairment Test
(6CIT)
6 item singkatan pada
Blessed-Information-
Memory-Concentration
Scale
0 (skor
sempurna)
sampai 28
(kerusakan
maksimum); skor
8 atau lebih
1 2 menit
28
mengindikasikan
kerusakan
kognitif
Mini-Mental
State
Examination
(MMSE)
11 hal yang mengukur
orientasi, registrasi,
perhatian dan
perhitungan, recall, dan
bahasa
0 (buruk) sampai
30 (normal)
10 menit
7 Minute Screen Terdiri dari 4 tes:
orientasi, ingatan,
menggambar jam, dan
kelancaran verbal
0 (skor
sempurna)
sampai 113 (skor
error maksimum);
0 (kerusakan
maksimum)
sampai 16 (skor
sempurna), 0 7
(skor sempurna);
dan sejumlah
nama binatang
dalam waktu 1
menit
7 10 menit
Dari kedelapan instrument di atas, Mini Mental State Examination
(MMSE) merupakan instrumen yang paling umum digunakan untuk melakukan
screening fungsi kognitif. Pemeriksaan ini tidak digunakan untuk mendiagnosa
tetapi dapat digunakan untuk menunjukkan munculnya kerusakan kognitif, seperti
seseorang dengan dementia atau cedera kepala. MMSE jauh lebih sensitif dalam
29
mendeteksi kerusakan kognitif daripada penggunaan pertanyaan-pertanyaan
informal atau kesan keseluruhan dari orientasi pasien (Thomas, 2009).
3. Demensia
3.1 Pengertian Demensia
Demensia (pikun) berasal dari kata de yang berarti kehilangan dan kata
mensia yang berarti jiwa. Namun, demensia (pikun) lebih umum diartikan sebagai
penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak
(cortex). Di samping itu, pengertian lain menyebutkan bahwa pikun merupakan
suatu penurunan kualitas intelektual yang disertai gangguan pengamatan, hingga
menurunnya daya ingat yang sangat menggangu kemampuan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan
dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam pengendalian emosi (Yatim,
2003).
3.2 Penyebab Demensia
Yatim (2003) menyebutkan ada beberapa penyebab demensia antara lain:
1. Tumor
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita, antara lain:
Tumor pada jaringan otak
Metastase tumor dari luar jaringan otak
2. Trauma
Orang yang bersangkutan mengalami, antara lain:
30
Perdarahan kronis pada bawah selaput otak (chronic subdural
hematoma)
Pengaruh setelah trauma
3. Infeksi kronis
Orang yang bersangkutan didiagnosa terinfeksi, antara lain:
Penyakit Siphilis
Penyakit Creutzfeld-Jacob (sapi gila)
Penyakit AIDS
4. Kelainan jantung dan pembuluh darah
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengalami:
Kematian jaringan di salah satu daerah jaringan otak (single
infarction)
Kematian jaringan otak di beberapa daerah (multiple infarction),
terutama di daerah korteks otak
Kematian jaringan otak yang luas (large infarction)
Kematian jaringan otak di daerah lekukan (lacunar infarction)
5. Kelainan kongenital
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap:
Penyakit Huntington (chorea)
Penyakit Methachromatic leukodystrophy (kelainan dari bagian
putih jaringan otak)
6. Penyakit psikiatri
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap:
31
Pseudodementia (terjadi demensia yang berat tetapi intelektual
tetap baik)
7. Kelainan faali
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengidap:
Epilepsi (ayan)
Penekanan dari cairan selaput otak (normal pressure
hydrocephalus)
8. Kelainan metabolik
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita:
Kekurangan vitamin B12 dan B6 (asam folat)
Kelainan metabolik yang kronis
Kekurangan oksigen yang kronis (chronic anoxic state)
Kelainan hormon endokrin yang kronis (chronic endocrinophati)
9. Demensia karena kerusakan sel-sel otak (degenerative dementia)
Orang yang bersangkutan didiagnosa menderita, antara lain:
Penyakit Alzheimer
Penyakit Pick
demensia karena kerusakan sel-sel otak di daerah frontal
dan temporal, dan batang otak [daerah badan Pick].
Penyakit Parkinson
terjadi karena hipokinesia (kemampuan/ gerakan otot
berkurang),
gemetar (tremor), dan
32
otot-otot kaku (rigidity)
Progressive supra nuclear palsy:
Kelumpuhan otot akibat kerusakan sel otak di daerah
korteks
Penyakit Fahr (pengendapan zat besi pada jaringan otak)
Penyakit Wilson:
di samping penyakit hati juga terjadi kerusakan jaringan
otak (hepatolenticular degeneration)
10. Hilangnya bungkus saraf (demyelinating)
Orang yang bersangkutan didiagnosa mengalami:
Penyakit multiple sclerosis (penyakit yang pada sumsum tulang
belakang dan otak terjadi bercak-bercak yang mengeras)
11. Obat-obatan dan racun
Orang yang bersangkutan didiagnosa terkontaminasi:
Alkohol
Logam berat
Keracunan CO
2
Obat-obatan lain, seperti obat penenang (sedatif), obat anti-kejang,
obat anti- depresi, dan obat untuk mengendalikan gangguan irama
jantung (aritmia).
33
3.3 Kriteria Diagnosa Pikun
Yatim (2003) menetapkan beberapa kriteria diagnosa pikun (demensia),
antara lain:
1. Kemampuan intelektual menurun sedemikian rupa sampai mengganggu
pekerjaan dan lingkungannya.
2. Gangguan berpikir abstrak dan menganalisa masalah serta memberi
pertimbangan, tidak mampu melakukan gerakan bertujuan meskipun tidak
ada kelumpuhan (apraxia), sulit mengartikan rangsangan luar (agnosia)
seperti suara, sentuhan sehingga penderita mengalami kesulitan
menunjukkan dan mengenal objek, memperkirakan lamanya kejadian, dan
menggambarkan yang dilihat.
3. Kesadaran tetap baik.
Kelompok yang paling beresiko pikun menurut Yatim (2003), yakni:
1. Orang tua usia > / = 65 tahun dan hidup sendiri.
2. Orang tua yang baru kehilangan keluarga.
3. Lanjut usia yang baru pulang dari perawatan sakit.
4. Lanjut usia yang kesehariannya memerlukan bantuan orang sekitarnya.
5. Lanjut usia yang karena suatu kondisi, tergantung pada orang lain.
3.4 Tahapan Gejala Demensia
Demensia memiliki beberapa karakteristik pada tiap tingkatannya dan
saling tumpang-tindih dan tidak terpisah dari yang lain. Demensia dalam
perkembangan penyakitnya dapat dibagi dalam beberapa tahapan gejala, yaitu:
34
1. Tahap Awal
Tahap ini ditandai dengan hilangnya memori terbaru yang menyebabkan
sulitnya mendapatkan informasi baru. Selain itu, terdapat kesulitan dalam hal
angka; membayar tagihan, menyeimbangkan buku cek, mengatur uang, dan
menelepon dapat menjadi hal yang menyulitkan. Perubahan-perubahan
kepribadian juga terjadi, misalnya seseorang yang tenang mulai menunjukkan
ledakan emosi dan menjadi cemas dan gelisah. Terdapat kebingungan antara
orientasi waktu dan jarak; seseorang dapat datang memenuhi janji pada waktu
atau tempat yang salah,dan bahkan tidak dapat menemukan jalan pulang. Juga
terjadi anomia (kesulitan menyebutkan nama benda) (Stanley & Beare, 2006).
2. Tahap Pertengahan
Tahap ini ditandai dengan kemunduran kondisi seseorang yang semakin
cepat, ingatan masa kini dan ingatan masa lampau memburuk, dengan
konsekuensi adanya tingkah laku yang tidak pantas , keluyuran dengan atau tanpa
tujuan, tingkah laku yang berulang (menggambarkan perilaku yang sia-sia).
Selain itu, terjadi perubahan dalam kepribadian dan pada sebagian orang, terjadi
ketidakmampuan yang lengkap dalam melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
bantuan. Dengan kata lain seseorang membutuhkan perawatan fisik pada tingkat
yang tinggi. Bagaimanapun, kemunduran dalam kemampuan kognitif seperti
seseorang yang tidak dapat mengingat lokasi toilet, atau bahkan meminta diantar
ke toilet meski mereka sudah menemukan toilet. Kadang individu demensia tidak
mengetahui arti toilet. Jika tidak mendapatkan toilet, mungkin mereka
menganggap ruangan lain sebagai toilet (Watson,2003).
35
Perubahan makan juga merupakan konsekuensi kemunduran kognitif yang
dihubungkan dengan demensia. Perubahan ini telah dinyatakan sebagai masalah
demensia yang unik, meski saat diobservasi, perubahan makan ini tidak terlihat
sebagai gangguan kognitif. Pada demensia tingkat dua, masalah ini menyebabkan
nafsu makan seseorang menjadi hilang atau mulai makan berlebihan. Tingkah
laku makan biasanya benar-benar tidak tepat dan dapat menyebabkan kegemukan
atau kehilangan berat badan. Dalam masalah makan yang berlebihan, individu
mungkin makan makanan aneh, misalnya makan asinan atau mungkin memakan
makanan yang sebelumnya mereka tidak suka. Perilaku tersebut merupakan
gangguan tingkah laku. Hal ini mengindikasikan bahwa klien demensia tidak bisa
tinggal di rumah tanpa perawatan (Watson, 2003).
Perubahan lain yang terjadi adalah agresi. Agresi adalah perilaku yang
umum dalam demensia tingkat dua dan berhubungan dengan kemunduran kognitif
(Page, 1992). Klien demensia mungkin mengalami kesalahan dalam
menginterpretasi kegiatan orang lain. Dalam bayangannya, seolah-olah mereka
adalah pengacau dan mungkin menuduh orang lain mencuri barangnya, padahal
ia sendiri yang salah menyimpan barang itu atau ia memang tak pernah
memilikinya. Salah satu ciri umum penyakit ini adalah penurunan kemampuan
individu untuk beradaptasi dengan stres sehingga dapat menyebabkan kerusakan
mental yang lengkap. Kadang-kadang, masalah yang sangat sederhana dan tidak
menyusahkan orang lain sebelum individu menderita demensia berubah menjadi
masalah yang dibesar-besarkan (Watson, 2003).
36
Sebenarnya, tidak ada ciri khas yang tampak pada saat terjadi transisi ke
tingkat tiga demensia. Masalah yang terlihat di tingkat dua menjadi lebih buruk
dan progresif sehingga banyak masalah yang termanifestasi (Watson, 2003).
3. Tahap Akhir
Tingkat akhir atau tingkat tiga ditandai oleh kehilangan kemampuan
kognitif yang hampir total, yang menyebabkan apati yang ekstrem dan
ketidakmampuan untuk berkomunikasi. Inkontinensia urine dan feses semakin
memburuk dan klien akan kehilangan rasa ketertarikan terhadap makanan dan
kehilangan nafsu makan. Masalah ini sering membuat individu bergantung penuh
pada bantuan orang lain untuk semua aktivitas sehari-hari, termasuk makan.
Terdapat kehilangan berat badan jika nutrisi tidak tercapai secara adekuat. Hal ini
tidak perlu sepenuhnya dipermasalahkan karena klien demensia yang kehilangan
berat badan disebabkan oleh asupan nutrisi yang relatif rendah untuk ukuran
normal (Watson, 2003).
4. Senam Otak
4.1 Pengertian Senam Otak
Senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian latihan gerak sederhana yang
digunakan untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan
sehari-hari. Metode belajar dikembangkan oleh Paul E. Dennison, Ph.D bersama
isterinya Gail E. Dennison yang merupakan pelopor pendidik di Amerika dalam
penerapan penelitian otak. Keduanya adalah pemberi seminar, ceramah dan
pelatihan mengenai Educational Kinesiology (Edu-K) di banyak negara dan telah
37
menulis beberapa buku tentang ilmu ini. Kata Education berasal dari bahasa Latin
educare, yang berarti menarik keluar. Sedangkan kata Kinesiology dikutip dari
bahasa Yunani kinesis, yang berarti gerakan dan merupakan pelajaran gerakan
tubuh manusia. Edu-K adalah suatu sistem yang memberdayakan semua orang
yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakan-gerakan
untuk menarik keluar seluruh potensi seseorang (Dennison, 2008).
Senam otak (brain gym) adalah rangkaian latihan berbasis gerakan tubuh
sederhana. Dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Sebelum
melakukan rangkaian gerakan senam otak dianjurkan terlebih dahulu meminum
air, karena air adalah unsur pembawa energi listrik. Air mengandung mineral. Air
putih bahkan membantu memperlancar peredaran darah dan oksigen ke seluruh
tubuh. Kekurangan air akan membuat otot menegang sehingga tubuh tidak merasa
nyaman (Tammase, 2009).
4.2 Tiga Dimensi Otak menurut Edu-K
Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan
sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut saraf secara
sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya, otak bagian kiri bertanggung jawab
untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya otak bagian kanan
bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kiri tubuh (Fianti, 2007). Otak
manusia terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan
sebagai satu kesatuan. Otak manusia memiliki tugas yang spesifik, di mana dalam
aplikasi senam otak (brain gym) dipakai istilah dimensi lateralitas, dimensi
38
pemfokusan, dan dimensi pemusatan (Dennison, 2008). Dengan senam otak
(brain gym), maka ketiga dimensi otak ini akan diaktifkan secara keseluruhan.
1. Dimensi Lateralitas (belahan otak kanan dan kiri)
Gerakan untuk menyeberang garis tengah, menyangkut sikap positif:
mendengar, melihat, bergerak. Otak bagian kiri aktif jika sisi kanan tubuh
digerakkan dan bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Gerakan
menyeberang garis tengah, mengaktifkan kerjasama tersebut.
2. Dimensi Pemfokusan (bagian belakang otak/ brainsteam dan bagian depan
otak/ frontal lobes
Gerakan meregangkan otot, menyangkut: konsentrasi, pengertian, dan
pemahaman. Gerakan ini menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan
mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Apabila sulit memahami inti
keseluruhan pelajaran atau tidak dapat berkonsentrasi, sebaiknya gerakan ini
dilakukan agar otot lega dan semangat belajar meningkat.
3. Dimensi Pemusatan (sistem limbis/ midbrain dan otak besar/ cerebral
cortex)
Gerakan untuk meningkatkan energi, menyangkut: mengorganisasi,
mengatur, berjalan, tes atau ujian. Otak terdiri dari milyaran sel saraf kecil
(neuron) yang jalurnya dihubungkan seperti kabel pada telepon. Bila gerakan-
gerakan ini dibuat berarti hubungan elektrik jaringan dapat diaktifkan agar dapat
berfungsi baik dalam memberikan informasi dari badan ke otak dan sebaliknya
(Fianti, 2007).
39
4.3 Gerakan Senam Otak
Dennison (2008) menyatakan beberapa gerakan dasar senam otak yang
dapat dilatih diantaranya adalah:
1. Gerakan Silang
Cara: Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan, seperti pada gerakan jalan
di tempat, dapat pula dilakukan sambil menyentuhkan tiap tangan ke lutut yang
berlawanan secara bergantian. Agar lebih ceria, bisa menyelaraskan gerakan
dengan irama musik.
Manfaat: Merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan
bagian yang menggunakan informasi (expressive) sehingga memudahkan proses
mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
2. Olengan Pinggul
Cara: Duduk di lantai. Posisi tangan ke belakang, menumpu ke lantai dengan siku
di tekuk. Angkat kaki sedikit lalu oleng-olengkan pinggul ke kiri dan ke kanan
dengan rileks. Bila tidak dapat melakukan di lantai, dapat dilakukan dengan
menggunakan kursi, dengan cara berpegangan pada sisi-sisi kursi atau lengan-
lengannya untuk menyangga badan sewaktu mengangkat kaki dan bergoyang.
Manfaat: mengaktifkan otak untuk kemampuan belajar, melihat ke kiri dan ke
kanan, kemampuan memperhatikan dan memahami. Manfaat yang lain yaitu
fokus lebih baik; sikap tubuh yang lebih mengarah ke depan, mampu duduk tegak
di kursi, koordinasi seluruh tubuh meningkat, peningkatan energi (mengurangi
kelelahan mental).
40
3. Pengisi Energi
Cara: Duduk nyaman di kursi, kedua lengan bawah dan dahi diletakkan di atas
meja. Tangan ditempatkan di depan bahu dengan jari-jari menghadap sedikit ke
dalam. Ketika menarik napas, rasakan nafas mengalir ke garis tengah seperti
pancuran energi, mengangkat dahi, kemudian tengkuk, dan terakhir punggung
atas. Diafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.
Manfaat: Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktifitas yang
melelahkan, mengusir stres, meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta
meningkatkan kemampuan memahami dan berpikir rasional.
4. Menguap Berenergi
Menguap merupakan refleks pernafasan alami yang meningkatkan peredaran
udara ke otak dan merangsang seluruh tubuh. Sebaiknya menutup mulut pada saat
menguap, tetapi jangan menahannya karena akan menimbulkan ketegangan
rahang. Menguap baik dalam senam otak. Menguap sambil menyentuh tempat-
tempat yang tegang di rahang menolong menyeimbangkan tulang tengkorak dan
menghilangkan ketegangan di kepala dan rahang (Dennison, 2008).
Cara: Ketika seolah-olah menguap, tutup mata rapat-rapat dan pijat pipi setingkat
geraham atas dan bawah. Otot yang terasa dekat geraham atas berperan membuka
mulut, sedangkan pada geraham bawah berperan menutupnya. Ulangi gerakan ini
tiga hingga enam kali.
Manfaat: Mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen agar otak berfungsi
secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan daya penglihatan,
41
memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta meningkatkan kemampuan
untuk memilah informasi.
5. Luncuran Gravitasi
Cara: Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan lengan ke
depan bawah. Buang napas ketika turun dan ambil napas ketika naik. Ulangi tiga
kali. Lakukan dengan posisi kaki berganti-ganti.
Manfaat: Mengaktifkan rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan
kemampuan mengorganisasi dan meningkatkan energi.
6. Tombol Imbang
Tombol imbang dengan segera menyeimbangkan ketiga dimensi: kiri-kanan, atas-
bawah, dan belakang depan. Tombol imbang terletak di belakang telinga, pada
sebuah lekukan di batas rambut antara tengkorak dan tengkuk (4-5 cm ke kiri dan
ke kanan dari garis tengah tulang belakang) dan persis di belakang tulang mastoid
(Processus mastiodeus).
Cara: Sentuhkan dua jari ke belakang telinga, pada lekukan di belakang telinga
sementara tangan satunya lagi menyentuh pusar selama 30 detik, lalu ganti
dengan tangan yang satu untuk menyentuh Tombol Imbang yang lain.
Manfaat: memusatkan perhatian, berkonsentrasi, kepekaan indrawi untuk
keseimbangan dan kesetimbangan (equilibrium).
7. Tombol Bumi
Cara: Ujung jari salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya di
pinggir atas tulang kemaluan (15 cm di bawah pusar). Disentuh selama 30 detik
42
atau 4-6 kali tarikan napas penuh. Lakukan dengan benapas dengan perlahan dan
dalam serta merasakan relaksasinya.
Manfaat: Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara vertikal dan
horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca kolom dalam tabel),
mengurangi kelelahan mental (stres), mengoptimalkan jenis pekerjaan seperti
organisasi, perancangan seni, pembukuan.
8. Kait Relaks
Kait relaks menghubungkan lingkungan elektris di tubuh, dalam kaitannya dengan
pemusatan perhatian dan kekacauan energi. Pikiran dan tubuh relaks bila energi
mengalir lagi dengan baik di daerah yang semula mengalami ketegangan. Pola
angka 8 untuk tangan dan kaki (bagian 1) mengikuti garis aliran energi tubuh.
Sentuhan ujung jari berpasangan (bagian 2) menyeimbangkan dan
menghubungkan kedua bagian otak.
Cara: Pada posisi duduk, silangkan kaki kiri di atas kaki kanan, kemudian
julurkan tangan ke depan, lalu silangkan pergelangan tangan kiri ke atas tangan
kanan, kemudian kedua tangan saling menggenggam dan meletakkannya di dada.
Pejamkan mata dan bernapas dalam dan rileks selama 1 menit, dan saat menarik
napas, lidah ditempelkan ke langit-langit mulut dan lepaskan saat mengembuskan
napas. Berikutnya, buka silangan kaki, dan ujung jari kedua tangan saling
bersentuhan secara halus di dada atau di pangkuan, sambil mengambil napas
dalam 1 menit lagi.
43
Manfaat: Meningkatkan koordinasi motorik halus dan pemikiran logis, dan
pemusatan emosional. Mendengar aktif, berbicara lugas, menghadapi tes dan
bekerja dengan papan ketik, pengendalian diri dan keseimbangan.

You might also like