You are on page 1of 33

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

1
LO 1 Memahami dan menjelaskan anatomi prostat

MAKROSKOPIK

Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak di
sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada
disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang
lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm








a. Apex : bagian terbawah dari prostat, terletak kira-kira 12 cm posterior dari tepi bawah symphisis pubis.
b. Basis : bagian prostat yang terletak pada bidang horisontal setinggi pertengahan symphisis pubis.
c. Permukaan inferolateral : bagian yang convex yang dipisahkan dari facies superior diafragma urogenital
oleh plexus venosus.
d. Permukaan anterior: dipisahkan dari symphisis oleh jaringan lemak retro pubic legamentum pubo-
prostatikum medialis melekat pada permukaan anterior ini.
e. Permukaan posterior : datar dan berbentuk segitiga dimana terdapat median groove, permukaan
posterior ini dapat diraba dengan colok dubur.


KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
2
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus, yaitu :
Lobus medius
Lobus lateralis (2 lobus)
Lobus anterior
Lobus posterior
(Anonim, 1997)



Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjadi satu dan disebut
lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain
tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar
prostat.
Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada
zona transisional yang letaknya proksimal dari sfincter eksternus di kedua sisi dari verumontanum dan di zona
periuretral. Kedua zona tersebut hanya merupakan 2% dari seluruh volume prostat. Sedangkan pertumbuhan
karsinoma prostat berasal dari zona perifer. (B.P. Purnomo, 2000; D. Rahardjo, 1993)
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari verumontanum dibagian posterior
dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan ligamentum pubo prostatika, di sebelah bawah
ligamentum triangulare inferior dan di sebelah belakang didapatkan fascia denonvilliers.
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan vesika seminalis,
sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan
rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang
berisi pleksus prostatovesikal.

Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :
1. Kapsul Anatomis
Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar prostat.
2. Jaringan Stroma
Terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler.
3. Jaringan Kelenjar
Terbagi atas 3 kelompok bagian:
a. Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang menghasilkan
bahan baku sekret.
b. Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatous zone.
c. Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan bagian
terkecil. Bagian ini sering membesar atau mengalami hipertrofi pada usia lanjut.

Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1. Kapsul anatomis
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
3
2. Kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya (outer zone) sehingga
terbentuk kapsul
3. Kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone) dan bagian luar (outer
zone) dari kelenjar prostat

BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak jaringan kelenjar,
tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang
merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior
kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar. (Anonim, 1997)
Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis dan di bagian
basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai epitel berlapis.

Vaskularisasi
Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (cabang dari a. iliaca interna),
a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a. pudenda interna (cabang dari a. iliaca
interna). Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic Junction. Penyebaran
arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu:
1. Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral dari vesico prostatic junction dan
memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar periurethral.
2. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi beberapa cabang yang
memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar paraurethral).
(A.T.K. Cockett dan K. Koshiba, 1979; Snell, 1992)

Aliran Limfe
Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian bersatu untuk
membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna , iliaca eksterna,
obturatoria dan sakral. (A.T.K. Cockett dan K. Koshiba, 1979; Snell, 1992)

Persarafan
Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari Hipogastricus dan medula
sakral III-IV dari plexus sakralis. (Snell, 1992)

MIKROSKOPIK

Prostat terdiri atas 30-50 kelenjar tubulo alveolar yang mencurahkan sekretnya ke dalam 15-25 saluran
keluar yang terpisah. Saluran ini bermuara ke uretra pada kedua sisi kolikulus seminalis. Otot membentuk masa
padat dan dibungkus oleh kapsula yang tipis dan kuat serta melekat erat pada stroma. Alveoli dan tubuli
kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk ukurannya, alveoli dan tubuli bercabang berkali-kali
dan keduanya mempunyai lumen yang lebar, lamina basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat.
Sitoplasma mengandung sekret yang berbutir-butir halus, lisosom dan butir lipid. Nukleus biasanya satu, bulat
dan biasanya terletak basal. Nukleoli biasanya terlihat di tengah, bulat, dan kecil



KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
4
Menurut konsep terbaru kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran terdiri atas berbagai unsur
glandular dan non glandular. Telah ditemukan lima daerah/ zona tertentu yang berbeda secara histologi
maupun biologi, yaitu:
1. Zona Anterior atau Ventral
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular. Zona ini meliputi
sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona ini rentan terhadap
inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak.
3. Zona Sentralis.
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah meliputi 25% massa glandular
prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
4. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik. Merupakan
bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat melebar bersama jaringan stroma
fibromuskular anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia (BPH).
5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar sepanjang segmen
uretra proksimal.



Keterangan:
1 - utama kelenjar prostat
2 - stroma terdiri dari sel-sel otot polos dan jaringan ikat
3 - stroma terdiri dari sel-sel otot polos dan jaringan ikat
4 - kapsul FIBRO-elastis
5 - prostat bagian dari uretra

Pada kelenjar prostat, asini sekretorisnya merupakan bagian kelenjar tubuloasinar dengan banyak cabang
kecil yang tidak teratur; ukuran asini ini bermacam-macam. Asini yang lebih besar memiliki lumen lebar yang
tidak teratur dan epitel yang bervariasi. Kelenjar itu terbenam didalam stroma fibromuskular khas dengan
berkas otot polos, serat-serat kolagen dan elastin yang terorientasi di berbagai arah. Meskipun epitel kelenjar
umumnya selapis atau bertingkat atau bertingkat silindris dan sel-selnya pucat dibagian distal, namun dapat
sangat bervariasi. Pada daerah tertentu, epitel ini dapat berbentuk gepeng atau kuboid tergantung pada status
endokrin dan kegiatan kelenjar.
Sekret mengandung fosfatase asam. Konkremen (corpora amylacea) : kondensasi sekret yg mungkin
mengalami perkapuran
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
5




LO 2 Memahami dan menjelaskan fisiologi prostat

Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung ion sitrat, kalsium, dan ion fosfat,
enzim pembeku, dan profibrinolisis. Selama pengisian, sampai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan
kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah
lebih banyak lagi jumlah semen. Sifat yang sedikit basa dari cairan prostat mungkin penting untuk suatu
keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir
metabolisme sperma, dan sebagai akibatnya, akan menghambar fertilisasi sperma. Sekret vagina juga bersifat
asam (ph 3.5 4). Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH sekitarnya meningkat kira kira 6 6.5.
sehingga merupakan suatu kemungkinan bahwa cairan prostat menetralkan sifat asam dari cairan lainnya
setelah ejakulasi dan juga meningkatkan moyilitas dan fertilisasi sperma. Sel-sel kelenjar prostat dapat
membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif bekerja pada ph 5
Kelenjar prostat secara relatif tetap kecil sepanjang masa kanak kanak dan mulai tumbuh pada masa
pubertas di bawah rangsangan testosteron. Kelenjar ini mencapai ukuran hampir tetap pada usia 20 tahun dan
tetap dalam ukuran itu sampai pada usia kira kira 50 tahun. Pada waktu tersebut, beberaoa orang tua
kelenjarnya mulai berinvolusi, bersamaan dengan penurunan pembentukan testosteron oleh testis. Sekali
kelenjar prostat terjadi, sel sel karsinogen biasanya dirangsang untuk tumbuh lebih cepat oleh testosteron,
dan dihambat dengan pengangkatan testis, sehingga testosteron tidak dapat dibentuk lagi.

LO 3 Memahami dan menjelaskan benign hyperplasia prostat (BPH)

DEFINISI

Hiperplasia prostat adalah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang arah ke
perifer. Merupakan proliferasi elemen epitel dan stroma, yang menyebabkan kelenjar membesar dan pada
sebagian, obstruksi aliran kemih.

ETIOLOGI

1. Teori Hormonal (Teori ketidakseimbangan Estrogen dan Testosteron)
Semakin tua testosteron menurun (produktivitas nya berkurang) yang menyebabkan terjadinya konversi
testosteron menjadi estrogen yang dibantu oleh enzim aromatase di jaringan adiposis di daerah perifer.
Estrogen menyebabkan
1. Hiperplasia stroma, sehingga testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel
kelenjar prostat tetapi kuman sensitivitas sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen
2. jumlah / konsentrasi relatif testosteron / esterogen menyebabkan produksi dan potensiasi
3. Faktor pertumbuhan lain menyebabkan terjadinya pembesaran prostat
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
6
4. jumlah reseptor androgen
5. jumlah kematian sel prostat / apoptosis sehingga sel prostat memiliki umur lebih panjang
sehingga prostat lebih besar

2. Teori Dihidro Testosteron (DHT)
DHT : metabolit androgen penting untuk pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari
testosteron di dalam sel prostat yang dibantu oleh enzim 5 reduktase dan NADPH yang diubah
menjadi NADP lalu membentuk dehidrotestosteron




DHT berikatan dengan reseptor anadrogen (RA) di dalam sitoplasma sel prostat lalu membentuk DHT-
Reseptor Kompleks dan kemudian masuk ke dalam di inti sel dan akan mempengaruhi (RNA) setelah itu
terjadi sintesis protein growth factor dan akhirnya terjadi stimulasi pertumbuhan sel (proliferasi sel).
(Mc.Connel 1990)

3. Teori Peptic Growth Factor (faktor pertumbuhan)
Sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu sendiri,
yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma. Peranan dari growth factor ini
sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat 4 peptic growth factor, yaitu:
a. Basic transforming growth factor
b. Basic transforming B1
c. Basic transforming B2
d. Epidermal growth factor
(Cunha, 1973)
4. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkurangnya Sel yang Mati
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis sehingga jumlah sel-sel prostat
meningkat dan massa menjadi positif.
Faktor-faktor yang menghambat apoptosis :
1. Hormon androgen menghambat proses kematian sel
2. Estrogen memperpanjang usia sel prostat
5. Teori Sel (stem cell hypothesis) (Issacs / 1984,1987)
Keadaan normal kelenjar periuretral apoptosis (mati) = sel yang baru (tumbuh) (steadystate). Sel yang
baru tumbuh dari sel stem yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat efektif. Kehidupan ini
bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi),
menyebabkan terjadinya apoptosis. Penyebab : usia, gangguan kesehatan hormonal, faktor pencetus
lain maka sel stem tersebut berpoliferasi lebih cepat dan terjadi hiperplasia kelenjar periuretral

6. Teori Re-awakening
Jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral
dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya. Mc Neal 1978 membagi prostat menjadi 3 zona
yaitu:
1. Zona sentral
2. Zona periferal
3. Zona peralihan
EPIDEMIOLOGI

Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua
Jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun.
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
7
Di Jakarta hiperplasia prostat merupakan kelainan ke-2 tersering setelah batu saluran kemih.
Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat
dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada
usia 60 yahun mencapai angka sekitar 43%. Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah
diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan
Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus.

FAKTOR RESIKO
1. Kadar Hormon
Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko BPH.Testosteron akan
diubah menjadi androgen yang lebih poten yaitu dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5-reductase, yang
memegang peran penting dalam proses pertumbuhan sel-sel prostat .

2. Usia
Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot detrusor) dan penurunan
fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh usia tua menurunkan kemampuan buli-buli dalam
mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh adanya obstruksi karena pembesaran prostat,
sehingga menimbulkan gejala. Testis menghasilkan beberapa hormon seks pria, yang secara keseluruhan
dinamakan androgen. Hormon tersebut mencakup testosteron,dihidrotestosteron dan androstenesdion.
Testosteron sebagian besar dikonversikan oleh enzim5-alfa-reduktase menjadi dihidrotestosteron yang
lebih aktif secara fisiologis di jaringansasaran sebagai pengatur fungsi ereksi. Tugas lain testosteron adalah
pemacu libido, pertumbuhan otot dan mengatur deposit kalsium di tulang. Sesuai dengan pertambahan
usia,kadar testosteron mulai menurun secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih cepat padausia
60 tahun keatas.

3. Ras
Orang dari ras kulit hitam memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk terjadi BPH dibanding raslain. Orang-orang
Asia memiliki insidensi BPH paling rendah.

4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi yang sama pada
anggota keluarga yang lain. Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap penyakitini, semakin besar
risiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena BPH. Bila satuanggota keluarga mengidap penyakit
ini, maka risiko meningkat 2 kali bagi yang lain. Bila 2anggota keluarga, maka risiko meningkat menjadi 2-5
kali.

5. Pola Diet
Kekurangan mineral penting seperti seng, tembaga, selenium berpengaruh pada fungsi reproduksi pria.
Yang paling penting adalah seng, karena defisiensi seng berat dapatmenyebabkan pengecilan testis yang
selanjutnya berakibat penurunan kadar testosteron. Selainitu, makanan tinggi lemak dan rendah serat juga
membuat penurunan kadar testosteron. Aktivitas Seksual

6. Kebiasaan merokok
Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas enzim perusak
androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron
7. Kebiasaan minum-minuman beralkohol

Konsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan zink dan vitamin B6 yang penting untuk prostat yang
sehat. Zink sangat penting untuk kelenjar prostat. Prostat menggunakan zink 10kali lipat dibandingkan
dengan organ yang lain. Zink membantu mengurangi kandungan prolaktin di dalam darah. Prolaktin
meningkatkan penukaran hormon testosteron kepada DHT.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
8
8. Olah raga
Olahraga akan mengontrol berat badan agar otot lunak yang melingkari prostat tetap stabil. Olahraga
yangdianjurkan adalah jenis yang berdampak ringan dan dapat memperkuat otot sekitar pinggul dorongan
seksual.Olahraga yang baik apabila dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam waktu 30 menit setiap
berolahraga, olahraga yang dilakukan kurang dari 3 kali dalam seminggu terdapat sedikit sekali perubahan
pada kebugaran fisik tetapi tidak ada tambahan keuntungan yang berarti bila latihandilakukan lebih dari 5
kali dalam seminggu.Olahraga akan mengurangi kadar lemak dalamdarah sehingga kadar kolesterol
menurun.

9. Penyakit Diabetes Mellitus
Laki-laki yang mempunyai kadar glukosa dalam darah > 110 mg/dL mempunyai risiko tiga kaliterjadinya
BPH, sedangkan untuk laki-laki dengan penyakit Diabetes Mellitus mempunyairisiko dua kali terjadinya BPH
dibandingkan dengan laki-laki dengan kondisi normal.Penelitian terdahulu didapatkan Odds Ratio (OR) pada
penderita Diabetes Mellitus adalah 2,25.

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine.
Keadaan ini akan menyebakan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli
harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang terus-menerus ini akan
menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sakula dan divertikel buli-buli.
Perubahan struktur buli-buli dirasakn oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah
atau lower urinary tract simptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatimus.
Tekanan intravesikal yang tinggi akan diteruskan keseluruh bagian buli-buli, tak terkecuali pada kedua
muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke
ureter atau terjadi refluks vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis bahkan akhirnya dapat jatuh kedalam gagal ginjal.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
9

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat
aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-
buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan
perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan
divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah
bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan
akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin
tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada
kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-
ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya
dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.






































KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
10
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen mekanik
dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra
yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal)
sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha
adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat
ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung
dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.
MANIFESTASI KLINIS

Gejala hiperplasia prostat menurut Boyarsky dkk pada tahun 1977 dibagi atas gejala obstruktif dan gejala
iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh
prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama
saehingga kontraksi terputus-putus. Gejalanya ialah :
1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency)
2. Pancaran miksi yang lemah (Poor stream)
3. Miksi terputus (Intermittency)
4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying)

Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris yang tidak sempurna pada saat miksi
atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan
rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya ialah :
1. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
2. Nokturia
3. Miksi sulit ditahan (Urgency)
4. Disuria (Nyeri pada waktu miksi) (P/UI)




KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
11


Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga faktor yaitu :
1. Volume kelenjar periuretral
2. Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
3. Kekuatan kontraksi otot detrusor

Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga meskipun
volume kelenjar periuretal sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul
prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka
gejala obstruksi belum dirasakan.

Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi, yaitu:
1. Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (colokdubur) ditemukan penonjolan
prostat dan sisa urine kurangdari 50 ml.
2. Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostatlebih menonjol, batas atas masih
teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
3. Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagidan sisa urin lebih dari 100 ml.
4. Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.


DIAGNOSIS

ANAMNESIS
Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis atau wawancara yang cermat guna
mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang dideritanya. Anamnesis itu meliputi:
o Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu
o Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi, atau
pem-bedahan)
o Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual
o Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi
o Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahan.

Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat
pembesaran prostat adalah International Prostate Symptom Score (IPSS). WHO dan AUA telah mengembangkan
dan mensahkan prostate symptom score yang telah distandarisasi. Skor ini berguna untuk menilai dan
memantau keadaan pasien BPH. Analisis gejala ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0
hingga 5 dengan total maksimum 35 tiap-tiap pertanyaan. Keadaan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan
skor yang diperoleh adalah sebagai berikut:
o Skor 0-7: bergejala ringan
o Skor 8-19: bergejala sedang
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
12
o Skor 20-35: bergejala berat.

PEMERIKSAAN DERAJAT OBSTRUKSI
Pemeriksaan derajat beratnya obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara mengukur :
a. Residual urine yaitu jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan. Sisa urin ini dapat dihitung
dengan pengukuran langsung yaitu dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi spontan atau
ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat
foto post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang
pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc
biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat
hipertrofi.

b. Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menghitung jumlah urin
dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflowmetri yang menyajikan
gambaran grafik pancaran urin. Untuk dapat melakukan pemeriksaan uroflow dengan baik diperlukan
jumlah urin minimal di dalam vesika 125 sampai 150 ml. Angka normal untuk flow rata-rata (average
flow rate) 10 sampai 12 ml/detik dan flow maksimal sampai sekitar 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan
flow rate dapat menurun sampai average flow antara 6-8 ml/detik, sedang maksimal flow menjadi 15
mm/detik atau kurang. Dengan pengukuran flow rate tidak dapat dibedakan antara kelemahan
detrusor dengan obstruksi infravesikal.

Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga mengganggu faal ginjal karena hidronefrosis,
menyebabkan infeksi dan urolithiasis. Tindakan untuk menentukan diagnosis penyebab obstruksi maupun
menentukan kemungkinan penyulit harus dilakukan secara teratur.

Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat gejala
prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing < 50 ml
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150 ml
7

Derajat berat gejala klinik prostat hiperplasia ini dipakai untuk menentukan derajat berat keluhan subyektif,
yang ternyata tidak selalu sesuai dengan besarnya volume prostat. Gejala iritatif yang sering dijumpai ialah
bertambahnya frekuensi miksi yang biasanya lebih dirasakan pada malam hari. Sering miksi pada malam hari
disebut nocturia, hal ini disebabkan oleh menurunnya hambatan kortikal selama tidur dan juga menurunnya
tonus spingter dan uretra. Simptom obstruksi biasanya lebih disebabkan oleh karena prostat dengan volume
besar. Apabila vesica menjadi dekompensasi maka akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih
ditemukan sisa urin didalam vesica, hal ini menyebabkan rasa tidak bebas pada akhir miksi. Jika keadaan ini
berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Oleh karena
produksi urin akan terus terjadi maka pada suatu saat vesica tidak mampu lagi menampung urin sehingga
tekanan intravesica akan naik terus dan apabila tekanan vesica menjadi lebih tinggi daripada tekanan spingter
akan terjadi inkontinensia paradoks (over flow incontinence). Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya
refluk vesico uretra dan meyebabkan dilatasi ureter dan sistem pelviokalises ginjal dan akibat tekanan
intravesical yang diteruskam ke ureter dari ginjal maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dapat dipercepat bila ada infeksi. Disamping kerusakan tractus urinarius bagian atas akibat dari
obstruksi kronik penderita harus selalu mengedan pada waktu miksi, maka tekanan intra abdomen dapat
menjadi meningkat dan lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya hernia, hemoroid. Oleh karena selalu
terdapat sisa urin dalam vesica maka dapat terbentuk batu endapan didalam vesica dan batu ini dapat
menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Disamping pembentukan batu, retensi kronik dapat pula
menyebabkan terjadinya infeksi sehingga terjadi systitis dan apabila terjadi refluk dapat terjadi juga
pielonefritis.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
13
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Eamination (DRE) sangat penting. Pemeriksaan colok dubur dapat
memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya
kelainan lain seperti benjolan pada di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus
diperhatikan :
Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
E Adakah asimetris
E Adakah nodul pada prostate
E Apakah batas atas dapat diraba
E Sulcus medianus prostate
E Adakah krepitasi



















Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada carcinoma prostat,
konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu
prostat akan teraba krepitasi. Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas
kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pnielonefritis akan disertai sakit pinggang dan
nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal
harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk
melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa
navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa kistus di
daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah :
Ureum dan Kreatinin normal fungsi ginjal dan VU normal tidak ada urolithiasis, Ca
atau hiperplasia prostat berat
Elektrolit
Blood urea nitrogen
Gula darah

b. Urin :
Kultur urin + sensitifitas test
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
14
Sedimen
Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. BPH yang
sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit lain yang
menimbulkan keluhan miksi, di antara-nya: karsinoma buli-buli in situ atau striktura uretra,
pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya kelainan. Untuk itu pada kecurigaan
adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine, dan kalau terdapat 3
kecurigaan adanya karsinoma buli-buli perlu dilakukan pemeriksaan sitologi urine. Pada
pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah memakai kateter, pemeriksaan
urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria maupun
eritostiruria akibat pemasangan kateter


c. PSA (Prostate Spesific Antigen)
Prostate Specific Antigen (PSA) merupakan suatu glikoprotein protease yang diproduksi dan
disekresi oleh sel epitel prostat, yang merupakan tanda paling efektif untuk mengetahui adanya
kanker prostat dan keadaanya meningkat pada BPH. Peningkatan PSA juga sebagai dari akibat colok
dubur (DRE = Digital Rectal Examination), pemasangan kateter, sistoskopi, biospsi jarum,
ultrasonografi trasnrectal Transrectal Ultrasound), reseksi prostat transuretra (TURP, Transurethral
Resection of the Prostate), bertambahnya umur dan retensi urin serta besarnya volume

PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific. Jika
kadar PSA tinggi berarti:
a. pertumbuhan volume prostat lebih cepat
b. keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan
c. lebih mudah terjadinya retensi urine akut.
d. pemasangan kateter, sistoskopi, biospsi jarum, ultrasonografi trasnrectal Transrectal
Ultrasound), reseksi prostat transuretra (TURP, Transurethral Resection of the Prostate)

Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Dikatakan oleh
Roehrborn et al (2000) bahwa makin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan prostat. Laju
pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2- 1,3 ng/dl laju adalah 0,7
mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl sebesar 2,1 mL/tahun, dan kadar PSA 3,3-9,9
ng/dl adalah 3,3 mL/tahun19. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada
keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut,
kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Sesuai yang dikemukakan oleh Wijanarko
et al (2003) bahwa serum PSA meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya
perlahanlahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi. Rentang kadar PSA yang
dianggap normal berdasarkan usia adalah:
40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml

Meskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma prostat, tetapi kelompok usia
BPH mempunyai resiko terjangkit karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok
dubur lebih superior daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma
prostat. Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSA menjadi sangat penting guna mendeteksi
kemungkinan adanya karsinoma prostat. Sebagian besar petunjuk yang disusun di berbagai negara
merekomendasikan pemeriksaan PSA sebagai salah satu pemeriksaan awal pada BPH, meskipun
dengan sarat yang berhubungan dengan usia pasien atau usia harapan hidup pasien.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
15
Tes PSA ini sebaiknya dilakukan setiap tahun sejak berumur 50 tahun, namun untuk pria yang
memiliki riwayat penyakit kanker prostat atau orang keturunan Afrika-Amerika, tes PSA sebaiknya
dimulai sejak umur 40 tahun.

PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL
Obstruksi infravesika akibat BPH menyebabkan gangguan pada traktus urinarius bawah ataupun bagian atas.
Dikatakan bahwa gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%. Gagal ginjal
menyebabkan resiko terjadinya komplikasi pasca bedah (25%) lebih sering dibandingkan dengan tanpa disertai
gagal ginjal (17%), dan mortalitas menjadi enam kali lebih banyak. Pasien LUTS yang diperiksa ultrasonografi
didapatkan dilatasi sistem pelvikalises 0,8% jika kadar kreatinin serum normal dan sebanyak 18,9% jika terdapat
kelainan kadar kreatinin serum10. Oleh karena itu pemeriksaan faal ginjal ini berguna sebagai petunjuk perlu
tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas.

PEMERIKSAAN PENCITRAAN
a. Foto polos abdomen (BNO)
Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit lain misalnya batu saluran kemih,
hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga dapat untuk menghetahui adanya metastasis ke
tulang dari carsinoma prostat.

b. Pielografi Intravena (IVP)











o pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling defect/indentasi
prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok keatas berbentuk
seperti mata kail (hooked fish).
o mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter ataupun
hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel
atau sakulasi buli buli.
o foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin

IVP memerlukan persiapan yaitu :

g Malam sebeleum pemeriksaan diberi pencahar untuk membersihakan kolon dari feses yang
menutupi daerah ginjal
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
16

g Pasien tidak diberi cairan mulai dari jam 10 sebelum pemeriksaan untuk mendapatkan kondisi
dehidrasi

g Keesokan hari pasien diminta untuk berpuasa

g Sebelum pasien disuntukian urografin 60 mg%, terlebih dahulu dilakukan penngujian subkutan atau
intravena kontras (conray/ meglumineiothalamat 60%) jika pasien alergi terhadap kontras, maka IVP
dibatalkan

Perbedaan IVP normal dan abnormal









































KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
17

















.Rontgen IVP normal





















Foto rontgen IVP pada 5 menit













KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
18


















Foto rontgen IVP pada 10 menit
























Foto rontgen IVP pada 20 menit









KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
19
















Keuntungan dan kerugiaan IVP

Yang dapat mempengaruhi pemeriksaan IVP
Pasien yang tidak bisa diam
Masih terdapat fese, gas dalam kolon
Pasien belum lama melakukan tes enema barium tes untuk pemeriksaan kolon

c. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram retrograd
dapat pula memberi gambaran indentasi.
d. Transrektal Ultrasonografi (TRUS)
- deteksi pembesaran prostat
- mengukur volume residu urin
e. MRI atau CT jarang dilakukan
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam macam potongan.
f. Uretrosistoskopi
Pemeriksaan ini secara visual dapat mengetahui keadaan uretra prostatika dan buli-buli. Terlihat
adanya pembesaran prostat, obstruksi uretra dan leher buli-buli, batu buli-buli, trabekulasi buli-buli,
selule, dan divertikel bulibuli. Selain itu sesaat sebelum dilakukan sistoskopi diukur volume residual
urine pasca miksi. Sayangnya pemeriksaan ini tidak mengenakkan bagi pasien, bisa menimbulkan
komplikasi perdarahan, infeksi, cedera uretra, dan retensi urine sehingga tidak dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin pada BPH.
Uretrosistoskopi dikerjakan pada saat akan dilakukan tindakan pembedahan untuk menentukan
perlunya dilakukan TUIP, TURP, atau prostatektomi terbuka. Disamping itu pada kasus yang disertai
dengan hematuria atau dugaan adanya karsinoma buli-buli sistoskopi sangat membantu dalam mencari
lesi pada buli-buli.

PEMERIKSAAN LAIN
/ Catatan harian miksi (voiding diaries)
Voiding diaries saat ini dipakai secara luas untuk menilai fungsi traktus urinarius bagian bawah dengan
reliabilitas dan validitas yang cukup baik. Pencatatan miksi ini sangat berguna pada pasien yang mengeluh
nokturia sebagai keluhan yang menonjol. Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang
dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan dapat diketahui seorang pasien
menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor akibat obstruksi infra-vesika, atau karena poliuria akibat
asupan air yang berlebih. Sebaiknya pencatatan dikerjakan 7 hari berturut-turut untuk mendapatkan hasil
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
20
yang baik2,10, namun Brown et al (2002) mendapatkan bahwa pencatatan selama 3-4 hari sudah cukup
untuk menilai overaktivitas detrusor.

/ Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh:
daya kontraksi otot detrusor
tekanan intravesica
resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detik.
Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15
ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.














laju pancaran urin

/ Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies) / urodinamika
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat membedakan
apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk
membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan
Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran
urin dapat diukur

/ Pemeriksaan Volume Residu Urin
Residual urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine yang tertinggal di dalam buli-buli
setelah miksi. Jumlah residual urine ini pada orang normal adalah 0,09-2,24 mL dengan rata-rata 0,53 mL.
Tujuh puluh delapan persen pria normal mempunyai residual urine kurang dari 5 mL dan semua pria normal
mempunyai residu urine tidak lebih dari 12 mL.

Pemeriksaan residual urine dapat dilakukan secara invasif, yaitu dengan melakukan pengukuran langsung
sisa urine melalui kateterisasi uretra setelah pasien berkemih, maupun non invasif, yaitu dengan mengukur
sisa urine melalui USG atau bladder scan. Pengukuran melalui kateterisasi ini lebih akurat dibandingkan
dengan USG, tetapi tidak mengenakkan bagi pasien, dapat menimbulkan cedera uretra, menimbulkan
infeksi saluran kemih, hingga terjadi bakteriemia.

Pengukuran dengan cara apapun, volume residual urine mempunyai variasi individual yang cukup tinggi,
yaitu seorang pasien yang diukur residual urinenya pada waktu yang berlainan pada hari yang sama
maupun pada hari yang berbeda, menunjukkan perbedaan volume residual urine yang cukup bermakna.

Variasi perbedaan volume residual urine ini tampak nyata pada residual urine yang cukup banyak (>150 ml),
sedangkan volume residual urine yang tidak terlalu banyak (<120 ml) hasil pengukuran dari waktu ke waktu
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
21
hampir sama. Dahulu para ahli urologi beranggapan bahwa volume residual urine yang meningkat
menandakan adanya obstruksi, sehingga perlu dilakukan pembedahan; namun ternyata peningkatan
volume residual urine tidak selalu menunjukkan beratnya gangguan pancaran urine atau beratnya
obstruksi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Prasetyawan dan Sumardi (2003), bahwa volume residual urine
tidak dapat menerangkan adanya obstruksi saluran kemih.

Namun, bagaimanapun adanya residu uirne menunjukkan telah terjadi gangguan miksi. Watchful waiting
biasanya akan gagal jika terdapat residual urine yang cukup banyak, demikian pula pada volume residual
urine lebih 350 ml seringkali telah terjadi disfungsi pada buli-buli sehingga terapi medikamentosa biasanya
tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Beberapa negara terutama di Eropa merekomendasikan
pemeriksaan PVR sebagai bagian dari pemeriksaan awal pada BPH dan untuk memonitor setelah watchful
waiting. Karena variasi intraindividual yang cukup tinggi, pemeriksaan PVR dikerjakan lebih dari satu kali
dan sebaiknya dikerjakan melalui melalui USG transabdominal.

KRITERIA PEMBESARAN PROSTAT
Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah :
1) Rektal grading
Berdasarkan penonjolan p1rostat ke dalam rektum :
- derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum
- derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum
- derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum
- derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum
2) Berdasarkan jumlah residual urine
- derajat 1 : < 50 ml
- derajat 2 : 50-100 ml
- derajat 3 : >100 ml
- derajat 4 : retensi urin total
3) Intra vesikal grading
- derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet
- derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter
- derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter
- derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter
4) Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi :
- derajat 1 : kissing 1 cm
- derajat 2 : kissing 2 cm
- derajat 3 : kissing 3 cm
- derajat 4 : kissing >3 cm
8


DIAGNOSIS BANDING

A. Kelemahan Detrusor Kandung Kemih
o Kelainan medula spinalis
o Neuropatia diabetes mellitus
o Pasca bedah radikal di pelvis
o Farmakologik
B. Kandung Kemih Neuropati, disebabkan oleh :
o Kelainan neurologik
o Neuropati perifer
o Diabetes mellitus
o Alkoholisme
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
22
o Farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)

C. Obstruksi Fungsional
o Dissinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor dengan relaksasi
sfingter
o Ketidakstabilan detrusor

D. Kekakuan Leher Kandung Kemih
o Fibrosis

E. Resistensi Urethra yang Meningkat, disebabkan oleh :
o Hiperplasia prostat jinak atau ganas
o Kelainan yang menyumbatkan uretra
o Uretralitiasis
o Uretritis akut atau kronik
o Striktur uretra
o Prostatitis akut atau kronis




































KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
23
TATALAKSANA

Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang kepada
dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan
sisa volume urin.

Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin
I Penonjolan prostat, batas atas mudah
diraba
< 50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat
dicapai
50- 100 ml
III Batas atas prostat tidak dapat diraba >100 ml
IV Retensi urin total
derajat gejala klinik BPH
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang
disebut WHO PSS (WHO prostate symptom score).



Jumlah skor: 0 = baik sekali ; 1 = baik ; 2 = kurang baik ; 3 = kurang ; 4 = buruk ; 5 = buruk sekali
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
24
Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan
bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi
bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.
Di dalam praktek pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara
penanganan. Pada penderita dengan derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan
dapat diberikan pengobatan secara konservatif. Pada penderita dengan derajat dua sebenarnya sudah ada
indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih
ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi,
dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif. Pada derajat tiga, TUR masih dapat
dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman melakukan TUR oleh karena biasanya pada derajat tiga
ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi
tidak akan selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Pada hiperplasia prostat derajat
empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi urin total,
dengan jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TUR P atau operasi terbuka.

Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup dan
menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama
untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula
beberapa terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah.
Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran kelenjar periuretral,
menurunnya elastisitas leher vesika, dan berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik
ditujukan untuk :
Menghilangkan atau mengurangi volume prostat
Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor
Terdapat beberapa pilihan tindakan terapi didalam penatalaksanaan hiperplasia prostat

Benigna yang dapat dibagi kedalam 4 macam golongan tindakan, yaitu :
1. Observasi (Watchful waiting)

Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang-kadang mereka yang
mengeluh pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) ringan dapat sembuh sendiri dengan observasi ketat
tanpa mendapatkan terapi apapun. Tetapi diantara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi
medikamentosa atau tindakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah.

2. Medikamentosa

A. Penghambat adrenergik

Seperti kita ketahui persyarafan trigonum leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat terutama
oleh serabut-serabut saraf simpatis, terutama mengandung reseptor alpha, jadi dengan pemberian obat
golongan alpha adrenergik bloker, terutama alpha 1 adrenergik bloker maka tonus leher vesika, otot
polos prostat dan kapsul prostat akan berkurang, sehingga sehingga menghasilkan peningkatan laju
pancaran urin dan memperbaiki gejala miksi. Bila serangan prostatismus memuncak menjurus kepada
retensio urin ini adalah pertanda bahwa tonus otot polos prostat meningkat atau berkontraksi sehingga
pemberian obat ini adalah sangat rasional. Episode serangan biasanya cepat teratasi.

Fenoksibenzamin (- bloker non selektif)
Farmokodinamik : karena sifat hambatan yang praktis irreversibel. Fenoksibenzamin dapat
dianggap bekerja dengan cara mengurangi jumlah adrenoreseptor yang tersedia untuk
dirangsang. Fenoksibenzamin memblok reseptor
1
maupun
2
pada otot polos arteriol dan
vena sehingga menimbulkan vasodilatasi dan venodilatasi.
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
25
Farmakokinetik : absorpsi dari saluran cerna hanya 20-30%. Waktu paruhnya kurang dari 24
jam, tetapi lama kerjanya bergantung juga pada kecepatan sintesis reseptor .
Intoksikasi dan efek samping : yang utama adalah hipotensi ortostatik. Hambatan ejakulasi yang
reversibel dapat terjadi akibat hambatan kontraksi otot polos vas deferens dan saluran
ejakulasi.
Penggunaan terapi : sebagai kompensasi berkurangnya produksi testoteron, dibentuk lebih
banyak enzim 5 reduktase yang mereduksi testoteron menjadi dihidrotestoteron (DHT) yang
lebih aktif. Tetapi DHT merangsang pertumbuhan prostat. Obat ini dapat memperbaiki aliran
urin dan mengurangi gejala-gejala akibat obstruksi prostat. Dosis 2x10 mg/hari. Pengobatan ini
efektif untuk BPH tetapi karena efek samping yang ditimbulkan obat ini tidak lagi digunakan.

Prazosine, Terazosin, Tamzulosin dan Doxazosin (
1
- bloker selektif)
Farmakodinamik : efeknya yang utama adalah hasil hambatan reseptor
1
pada otot polos
arteriol dan vena, yang menimbulkan vaso- dan venodilatasi sehingga menurunkan resistensi
perifer dan alir balik vena. Kelompok obat ini cenderung mempunyai efek yang baik terhadap
lipid serum pada manusia, menurunkan kolesterol LDL dan trigliserid serta meningkatkan kadar
kolesterol HDL.
Farmakokinetik : diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral, terikat kuat pada protein plasma
(terutama
1
-glikoprotein), mengalami metabolisme yang ekstensif di hati, dan hanya sedikit
yang dieksresi utuh melalui ginjal.
Obat Waktu paruh Waktu diberikan
Prazosine 2-3 jam 2-3 x/hari
Terazosin 12 jam 1-2 x /hari
Doxazosin 20-22 jam 1x/hari
Tamzulosin 5-10 jam

Efek samping : yang utama adalah fenomena dosis pertama, yakni hipotensi posturnal yang
hebat dan sinkop yang terjadi 30-90 menit setelah pemberian dosis pertama. Efek samping yang
paling sering berupa pusing (hipotensi postural), sakit kepala, ngantuk, palpitasi, edema perifer
dan mual.
Penggunaan terapi : pemberian obat ini menyebabkan relaksasi otot-otot trigon dan sfingter di
leher kandung kemih serta otot polos kelenjar prostat yang membesar, sehingga memperbaiki
aliran urin serta gejala-gejala lain yang menyertai obstruksi prostat tersebut adalah 1-5 mg/hari.
(Gunawan,2007)

B. Fitoterapi

Kelompok kemoterapi pada umumnya telah mempunyai informasi farmakokinetik dan farmakodinamik
terstandar secara konvensional dan universal. Kelompok obat ini juga disebut dengan obat modern.
Tidak semua penyakit dapat diobati secara tuntas dengan kemoterapi ini. Banyak penyakit kronis,
degeneratif, gangguan metabolisme, dan penuaan yang belum ada obatnya seperti: kanker, hepatitis,
HIV, demensia, dll. Banyak pula yang belum bisa dituntaskan pengobatannya. Termasuk ini adalah: BPH,
DM, hipertensi, rematik, dll. Sehingga diperlukan terapi komplementer atau alternatif. Kelompok terapi
ini disebut Fitoterapi. Disebut demikian karena berasal dari tumbuhan. Bahan aktifnya belum diketahui
dengan pasti, masih memerlukan penelitian yang panjang.

Namun secara empirik, manfaat sudah lama tercatat dan semakin diakui. Diantara sekian banyak
fitoterapi yang sudah masuk pasaran, diantaranya yang terkenal adalah Serenoa repens atau Saw
Palmetto dan Pumpkin seeds yang digunakan untuk pengobatan BPH. Keduanya, terutama Serenoa
repens semakin diterima pemakaiannya dalam upaya pengendalian prosatisme BPH dalam kontek
watchfull waiting strategy. Di Jerman 90% kasus BPH di terapi dengan Serenoa repens tunggal atau
kombinasi, dan di negara-negara Eropa dan Amerika pemakaiannya terus meningkat dengan cepat.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
26
C Saw Palmetto Berry (SPB) yang disebut juga Serenoa repens adalah suatu obat tradisional
Indian. Catatan empiriknya tentang manfaat tumbuhan ini untuk gangguan urologis sudah
ada sejak tahun 1900. Isu back to nature memberikan iklim yang kondusif bagi pemakaian
obat ini.

Bukti-bukti empirik lapangan dan empirik uji klinik semakin banyak mencatat efektifitas dan
keamanannya. Dalam Current Medical Diagnosis and Treatment (2001) dinyatakan bahwa
Saw Palmetto Berry (SPB) ini didalam 18 RCT (Randomized Clinical Trial) dengan 2939 subyek
adalah superior terhadap placebo dan efektifitasnya sama dengan finasteride. Efek samping
obat berupa disfungsi ereksi = 1,1% sedangkan finasteride = 4,9%. Dalam Life Extension
Update dimuat, dari sebanyak 32 publikasi studi terdapat catatan bahwa extract dari SPB ini
secara signifikan menunjukan perbaikan klinis dalam hal :
- Frekuensi nokturia berkurang
- Aliran kencing bertambah lancar
- Volume residu dikandung kencing berkurang
- Gejala kurang enak dalam mekanisme urinoir berkurang

Mekanisme kerja obat ini belum dapat dipastikan tetapi diduga kuat ia :
- Menghambat aktifitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptor androgen
- Bersifat anti inflamasi dan anti udem dengan cara menghambat aktifitasenzim
cycloxygenase dan 5 lipoxygenase.

C Pumpkin seeds (Cucurbitae peponis semen)

Testimoni empirik tradisional bahan ini telah digunakan di Jerman dan Austria sejak abad 16
untuk gangguan urinoir dan belakangan ini ekstraknya dipakai untuk mengatasi gejala yang
berhubungan dengan BPH didalam konteks farmakoterapi maupun uji klinis kombinasi
dengan ekstraks serenoa repens.

Penelitian di Jerman melakukan studi terhadap preparat yang mengandung komponen
utama beta-sitosterol dengan sedikit campuran campesterot dan stigmasterol untuk
mengobati hiperplasia prostat. Hasilnya, terjadi perbaikan seperti halnya terapi
menggunakan penghambat reseptor alpha dan 5-alpha reduktase, tetapi dengan efek
samping yang lebih minimal. Walaupun mekanisme kerja dari preparat campuran fitosterol
ini belum dapat dibuktikan, penelitian terus dikembangkan untuk keperluan di masa
depan.

C Hormonal

Pada tingkat supra hypofisis dengan obat-obat LH-RH (super) agonist yaitu obat yang menjadi
kompetitor LH-RH mempunyai afinitas yang lebih besar dengan reseptor bagi LH-RH,
sehingga obat ini akan menghabiskan reseptor dengan membentuk LH-RH super agonist
reseptor kompleks. Sehingga mula-mula oleh karena banyaknya LH-RH super agonist yang
menangkap reseptor, pada permulaan justru akan terjadi kenaikan produksi LH oleh
hypofisis. Tetapi setelah reseptor habismaka LH-RH tidak dapat lagi mencari reseptor ,
maka LH akan menurun. Contoh obat adalah Buserelin, dengan dosis minggu I 3dd 500 mg
s.c. (7 hari) dan minggu II intra nasal spray 200 mg, 3 kali sehari.

Pemberian obat-obat anti androgen yang dapat mulai pada tingkat hipofisis misalnya dengan
pemberian Gn-RH analogue sehingga menekan produksi LH, yang menyebabkan produksi
testosteron oleh sel leydig berkurang. Cara ini tentu saja menyebabkan penurunan libido
oleh karena penurunan kadar testosteron darah. Pada tingkat infra hipofisis pemberian
estrogen dapat memberikan umpan balik dengan menekan produksi FSH dan LH, sehingga
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
27
produksi testosteron juga menurun. Contoh preparatnya ialah Diaethyl Stilbestrol (DES) dosis
satu kali 1-5 mg sehari.
Pada tingkat testikular, orchiectomi untuk pengobatan pembesaran prostat jinak hanya
dikenal pada sejarah, sekarang cara pengobatan ini untuk hiperplasia prostat telah
ditinggalkan. Untuk karsinoma prostat tentu saja orchiectomi masih dikerjakan oleh karena
pertimbangan kemungkinan penyebaran ca prostat dan juga biasanya penderita telah tua.

Pada tingkat yang lebih rendah dapat pula diberikan obat anti androgen yang mekanisme
kerjanya mencegah hidrolise testosteron menjadi DHT dengan cara menghambat 5 alpha
reduktase, suatu enzim yang diperlukan untuk mengubah testosteron menjadi
dehidrotestosteron (DHT), suatu hormon androgen yang mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar prostat, sehingga jumlah DHT berkurang tetapi jumlah testosteron tidak berkurang,
sehingga libido juga tidak menurun. Penurunan kadar zat aktif dehidrotestosteron ini
menyebabkan mengecilnya ukuran prostat. Contoh obat tersebut ialah Finesteride, Proscar
dengan dosis 5 mg/hari dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan, Finasteride mengurangi
volume prostat sampai 30%. Penelitian lain di Kanada menyatakan bahwa Finasteride
mengurangi volume prostat pada 613 pria dengan angka rata-rata 21%, mengurangi gejala
dan memperbaiki laju pancaran urin sampai 12%. Obat ini mempunyai toleransi baik dan
tidak mempunyai efek samping yang bermakna.

Obat anti androgen lain yang juga bekerja pada tingkat prostat ialah obat yang mempunyai
mekanisme kerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap reseptor DHT sehingga DHT tidak
dapat membentuk kompleks DHT-Reseptor.
Contoh obatnya ialah :
- Cyproterone acetate 100 mg 2 kali/hari
- Flutamide
- medrogestone 15 mg2 kali/hari
- Anandron
Obat ini juga tidak menurunkan kadar testosteron pada darah, sehingga libido tidak
menurun. Golongan gestagen dan ketokonazole, obat-obat ini mempunyai khasiat :
- mengurangi enzim dehidrogenase dan isomerase yang berguna untuk metabolisme
steroid
- menekan LH dan FSH,
- menjadi saingan testosteron untuk 5 alpha reduktase sehingga DHT tidak terbentuk.
Contoh obatnya adalah Megestrol acetat 160 mg empat kali sehari dan MPA 300-500
mg/hari. Kesulitan pengobatan konservatif ini adalah menentukan berapa lama obat harus
diberikan dan efek samping dari obat.

3. Operatif
a) Prostatektomi terbuka
- Retropubic infravesika (Terence millin)
Keuntungan :
Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal
Mortaliti rate rendah
Langsung melihat fossa prostat
Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli
Perdarahan lebih mudah dirawat
Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila
membuka vesika

Kerugian :
o Dapat memotong pleksus santorini
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
28
o Mudah berdarah
o Dapat terjadi osteitis pubis
o Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal
o Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam
vesika

Komplikasi :
E Perdarahan
E Infeksi
E Osteitis pubis
E Trombosis

- Suprapubic transvesica/TVP (Freyer)
Keuntungan :
Baik untuk kelenjar besar
Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat
Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit :
Batu buli
Batu ureter distal
Divertikel
Uretrokel
Adanya sistsostomi
Retropubik sulit karena kelainan os pubis
Kerusakan spingter eksterna minimal

Kerugian :
o Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica sembuh
o Sulit pada orang gemuk
o Sulit untuk kontrol perdarahan
o Merusak mukosa kulit
o Mortality rate 1 -5 %

Komplikasi :
E Striktura post operasi (uretra anterior 2 5 %, bladder neck stenosis 4%)
E Inkontinensia (<1%)
E Perdarahan
E Epididimo orchitis
E Recurent (10 20%)
E Carcinoma
E Ejakulasi retrograde
E Impotensi
E Fimosis
E Deep venous trombosis

- Transperineal
Keuntungan :
o Dapat langssung pada fossa prostat
o Pembuluh darah tampak lebih jelas
o Mudah untuk pinggul sempit
o Langsung biopsi untuk karsinoma

Kerugian :
Impotensi
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
29
Inkontinensia
Bisa terkena rektum
Perdarahan hebat
Merusak diagframa urogenital

b) Endourologi
- Trans urethral resection prostat (TURP)

Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya terdiri
dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bersama kapsulnya. Metode ini
cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa terjadi ejakulasi retrograd dan pada sebagaian
kecil dapat mengalami impotensi. Hasil terbaik diperoleh pasien yang sungguh
membutuhkan tindakan bedah. Untuk keperluan tersebut, evaluasi urodinamik sangat
berguna untuk membedakan pasien dengan obstruksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini
berperan selektif dalam penentuan perlu tidaknya dilakukan TUR. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa hasil obyektif TUR meningkat dari 72% menjadi 88% dengan
mengikutsertakan evaluasi urodinamik pada penilaian pra-bedah dari 152 pasien.
Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%.

Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di seluruh
dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan mempergunakan cairan irigan
(pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh
darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar
tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya
cukup murah adalah H2O steril (aquades). Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya
yang hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh
darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan air dapat menyebabkan terjadinya
hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TUR P.
Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan
darah meningkat, dan terdapat bradikardi.

Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam
keadaan koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TUR P ini adalah sebesar 0,99%.
Karena itu untuk mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan non ionik yang lain
tetapi harganya lebih mahal daripada aquades, antara lain adalah cairan glisin , membatasi
jangka waktu operasi tidak melebihi 1 jam, dan memasang sistostomi suprapubik untuk
mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat.



Keuntungan :
o Luka incisi tidak ada
o Lama perawatan lebih pendek
o Morbiditas dan mortalitas rendah
o Prostat fibrous mudah diangkat
o Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
30

Kerugian :
Tehnik sulit
Resiko merusak uretra
Intoksikasi cairan
Trauma spingter eksterna dan trigonum
Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar
Alat mahal
Ketrampilan khusus

- Trans urethral incision of prostate (TUIP)

Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran
prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan pada
pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher
buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini juga dilakukan secara
endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti yangg dipakai pada TUR P tetapi
memakai alat pemotong yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari dekat
muara ureter sampai dekat ke verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak
kapsul prostat. Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya
kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR.


- Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy)

Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP)
Trans urethral evaporation of prostate (TUEP)
Teknik koagulasi

Keuntungan bedah laser ialah :
- Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akibat
bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi
- Teknik lebih sederhana
- Waktu operasi lebih cepat
- Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat
- Tidak memerlukan terapi antikoagulan
- Resiko impotensi tidak ada
- Resiko ejakulasi retrograd minimal

Kerugian :
Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional)

4. Invasif minimal
a) Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
31

Cara memanaskan prostat sampai 44,5C 47C ini mulai diperkenalkan dalam tiga tahun
terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini dengan
gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau gelombang radio kapasitif
akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan tonus otot
polos dan kapsul prostat sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. Prinsip
cara ini ialah memasang kateter semacam Foley dimana proximal dari balon dipasang antene
pemanas yang baru dipanaskan dengan gelombang mikro melalui kabel kecil yang berada didalam
kateter. Pemanasan dilakukan antara 1-3 jam. Dengan cara pengobatan ini dengan
mempergunakan alat THERMEX II diperoleh hasil perbaikan kira-kira 70-80% pada symptom
obyektif dan kira-kira 50-60% perbaikan pada flow rate maksimal. Mekanisme yang pasti mengenai
efek pemanasan prostat ini belum semuanya jelas, salah satu teori yang masih harus dibuktikan
ialah bahwa dengan pemanasan akan terjadi perusakan pada reseptor alpha yang berada pada
leher vesika dan prostat.

Di Jakarta telah tersedia dua macam alat yaitu Prostatron yang menggunakan gelombang mikro
dan dipanaskan selama satu jam. Cara ini disebut dengan Trans Urethral Microwave Treatment
(TUMT). Sedangkan alat yang lain menggunakan radio capacitive frequency yang dapat
memanaskan prostat sampai 44,5C 47C selama 3 jam (TURF). Pengobatan di RS. Pondok Indah
pada 112 kasus yang diobati dengan cara ini didapatkan hasil : perbaikan symptom score pada 79
penderita (75%) dan perbaikan pada sisa kencing pada 62 penderita (60%) tetapi perbaikan pada
maximal flow rate hanya ditemukan pada 55 penderita (50%). Cara pengobatan hypertermia ini
masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai cara kerja dasar klinikal, efektifitasnya serta
side efek yang mungkin timbul.

Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan microwave
kedalam jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan tinggi maka perlu dilengkapi
dengan surface costing agar tidak merusak mucosa ureter. Dengan proses pendindingan ini
memang mucosa tidak rusak tetapi penetrasi juga berkurang.
Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang radio frequency
yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya prostat juga arah dari gelombang radio
frequency dapat diarahkan oleh elektrode yang ditempel diluar (pada pangkal paha) sehingga efek
panasnya dapat menetrasi sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain oleh karena kateter yang
ada alat pemanasnya mempunyai lumen sehingga pemanasan bisa lebih lama, dan selama
pemanasan urine tetap dapat mengalir keluar

b) Trans urethral ballon dilatation (TUBD)

Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan jalan melakukan
commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui operasi terbuka (transvesikal).
Pertama kali dikerjakan oleh Hollingworth 1910 dan Franck 1930. Kemudian Deisting 1956
melakukan dengan dilator transuretral. Tetapi sebenarnya pelopor penggunaan balon adalah
H.Joachus Burhenne yang mula-mula mencoba pada anjing dan cadaver, akhirnya dicoba di klinik.
Castaneda bersama-sama Reddy dan Hulbert kemudian menyempurnakan tehnik Burhenne
tersebut. Konsep dilatasi dengan balon ini ialah mengusahakan agar uretra pars prostatika menjadi
lebar melalui mekanisme:
Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar
Kapsul prostat diregangkan
Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut
Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika dirusak

Prosedur ini meskipun bisa dilakukan dengan anestesi topikal, sebaiknya dilakukan dengan
narkose. Balon mempunyai diameter 30 mm kemudian dengan alat dikembangkan sampai 4 atm
KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
32
yang sama dengan 58,8 psi atau 3040 mmHg dan kaliber uretra menjadi 30 mm atau 90 F.
Kemudian setelah balon dikempeskan kembali kateter dilepaskan dengan menggunakan guide wire
dan kateter dilepas memutar kebalikan dari arah jarum jam sementara dapat dipasang cystostomi
dengan trocard. TUBD ini biasanya memberikan perbaikan yang bersifat sementara.

c) Trans urethral needle ablation (TUNA)

Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan ablasi termal
pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik guna mencapai tujuan untuk menghasilkan
prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan.

d) Stent urethra dengan prostacath

Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja kateter tersebut
dipasang pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral dibuat dari logam bercampur
emas yang dipasang diujung kateter (Prostacath). Stents ini digunakan sebagai protesis indwelling
permanen yang ditempatkan dengan bantuan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk
memasangnya, panjang uretra pars prostatika diukur dengan USG dan kemudian dipilih alat yang
panjangnya sesuai, lalu alat tersebut dimasukkan dengan kateter pendorong dan bila letak sudah
benar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat dilepas dari kateter pendorong.
Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal yang juga kurang invasif,
yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi penderita belum memungkinkan untuk
mendapatkan terapi yang lebih invasif. Akhir-akhir ini dikembangkan juga stent yang dapat
dipertahankan lebih lama, misalnya Porges Urospiral (Parker dkk.) atau Wallstent (Nording, A.L.
Paulsen). Bentuk lain ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di uretra pars prostatika
dengan kateter pendorong dan kemudian didilatasi dengan balon sampai mesh logam tersebut
melekat pada dinding uretra.

KOMPLIKASI

1. Dekompresi prostat : retensi urin sehingga pada akhir miksi ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih
dan timbul rasa tak tuntas pada akhir miksi
2. Refluks vesiko-ureter , hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal : akibat retensi kronik
3. Infeksi
4. Hernia atau hemoroid : karena penderita harus selalu mengedan
5. Bahu endapan di kandung kemih : karena terdapat sisa urin. Menambah keluhan iritasi dan
menimbulkan hematuria, dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi
pielonefritis.
(Sjamsuhidayat, 2005)
PROGNOSIS

Menurut Birowo dan Rahardjo prognosis BPH adalah:
1. Tergantung dari lokasi, lama dan kerapatan retensi.
2. Keparahan obstruksi yang lamanya 7 hari dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Jika keparahan
obstruksi diperiksa dalam dua minggu, maka akan diketahui sejauh mana tingkat keparahannya. Jika
obstruksi keparahannya lebih dari tiga minggu maka akan lebih dari 50% fungsi ginjal hilang.
3. Prognosis yang lebih buruk ketika obstruksi komplikasi disertai dengan infeksi.
4. Umumnya prognosis lebih bagus dengan pengobatan untuk retensi urine.




KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)
33
PENCEGAHAN
Saat ini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran kelenjar
prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto. Berdasarkan hasil penelitian,
saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama dengan hormon androgen dapat menghambat
kerja enzim 5-alpha reduktase, yang berperan dalam proses pengubahan hormon testosteron menjadi
dehidrotestosteron (penyebab BPH)5. Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar.

Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya adalah :
1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah pertumbuhan sel kanker,
karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,
sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang
dapat membantu melancarkan pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
3. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke susunan syaraf
pusat.
4. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.

Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:
1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan
2. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut),
3. vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
4. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
5. Berolahraga secara rutin
6. Pertahankan berat badan ideal
LO 4 Memahami dan menjelaskan pemeriksaan fisik menurut pandangan Islam
Sebagaimana hukum asalnya, bila ada dokter wanita yang ahli, maka dialah yang wajib menjalankan
pemeriksaan atas seorang pasien wantia. Bila tidak ada, dokter wanita non-muslim yang dipilih. Jika masih
belum ditemukan, maka dokter lelaki muslim yang melakukannya. Bila keberadaan dokter muslim tidak tersedia,
bisa saja seorang dokter non-muslim yangmenangani
Akan tetapi harus diperhatikan, dokter lelaki yang melakukan pemeriksaan hanya boleh melihat tubuh
pasien wanita itu sesuai dengan kebutuhannya saja, yaitu saat menganalisa penyakit dan mengobatinya, serta
harus menjaga pandangan. Dan juga, saat dokter lelaki menangani pasien wanita, maka pasien wanita itu harus
disertai mahram, atau suaminya, atau wanita yang dapat dipercaya s upaya tidak terjadi khalwat.
Ketika Syaikh Shalih al-Fauzan ditanya mengenai hukum berobat kepada dokter yang berbeda jenisnya,
beliau menjelaskan:
Seorang wanita tidak dilarang berobat kepada dokter pria, terlebih lagi ia seorang spesialis yang dikenal dengan
kebaikan, akhlak dan keahliannya. Dengan syarat, bila memang tidak ada dokter wanita yang setaraf dengan
dokter pria tersebut. Atau karena keadaan si pasien yang mendesak harus cepat ditolong, (karena) bila tidak
segera, penyakit (itu) akan cepat menjalar dan membahayakan nyawanya. Dalam masalah ini, perkara yang
harus diperhatikan pula, dokter tersebut tidak boleh membuka sembarang bagian tubuh (aurat) pasien wanita
itu, kecuali sebatas yang diperlukan dalam pemeriksaan. Dan juga, dokter tersebut adalah muslim yang dikenal
dengan ketakwaannya. Pada situasi bagaimanapun, seorang muslimah yang terpaksa harus berobat kepada
dokter pria, tidak dibolehkan memulai pemeriksaan terkecuali harus disertai oleh salah satu mahramnya".
Di Indonesia, dalam fatwa MPKS disebutkan, tidak dilarang melihat aurat perempuan sakit oleh seorang
dokter laki-laki untuk keperluan memeriksa dan mengobati penyakitnya. Seluruh tubuhnya boleh diperiksa oleh
dokter laki-laki, bahkan hingga genetalianya, tetapi jika pemeriksaan dan pengobatan itu telah mengenai
genitalian dan sekiatarnya maka perlu ditemani oleh seorang anggota keluarga laki-laki yang terdekat atau
suaminya. Jadi, kebolehan berobat kepada lain jenis dopersyaratkan jika yang sejenis tidak ada. Dalam hal
demikian, dianjurakan bagi pasien untuk menutup bagian tubuh yang tidak diobati. Demikian pula dokter atau
yang sejenisnya harus membatasi diri tidak melihat organ pasien yang tidak berkaitan langsung.

You might also like