KELOMPOK 7 EDWIN ABDULLAH 115060500111010 SHABRINA MAHARANI 115060500111039 MUSTIVIA 115060501111002 VIVI SINTIASARI 115060501111010 INTAN KURNIA A 115060501111022 RIZKY TIRTA P S 115060502111003 SYARAPPUDIN 115060506111001
2014 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1 A. DEFINISI Pendekatan positivistik merupakan pendekatan yang dilakukan penelitian dengan menganalisa fakta-fakta dan data-data empiris untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi/menyebabkan terjadinya sesuatu hal. Positivistik lebih berusaha ke arah mencari fakta atau sebab-sebab terjadinya fenomena secara objektif, terlepas dari pandangan pribadi yang bersifat subjektif. Tujuan penelitian dengan pendekatan positivistik adalah menjelaskan yang pada akhirnya memungkinkan untuk memprediksi dan mengendalikan fenomena, benda-benda fisik atau manusia. Positivistik lebih menekankan pembahasan yang singkat dan menolak pembahasan yang penuh deskripsi. Peneliti yang akan menggunakan positivistik harus berani membangun teori- teori atau konsep dasar kemudian disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pokok-pokok paradigma positivistik sebagai berikut: 1. Keyakinan bahwa suatu teori memiliki kebenaran yang bersifat universal. 2. Komitmen untuk berusaha mencapai taraf objektif melalui fenomena. 3. Kepercayaan bahwa setiap gejala dapat dirumuskan dan dijelaskan mengikuti hukum sebab akibat. 4. Kepercayaan bahwa setiap variable penelitian dapat diidentifikasikan, didefinisikan dan pada akhirnya diformulasikan menjadi teori dan hukum.
B. CIRI-CIRI PENELITIAN POSITIVISTIK 1. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. 2. Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka. 3. Memisahkan peneliti dengan objek yang hendak diteliti. Membuat jarak antara peneliti dan yang diteliti, dimaksudkan agar tidak ada pengaruh atau kontaminasi terhadap variabel yang hendak diteliti. 4. Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban permasalahan yang hendak diteliti.
2 Bila dilihat dari 3 pilar keilmuan ciri-ciri positivistik yaitu: 1. Aspek ontologis: positivistic menghendaki bahwa arealitas penelitian dapat dipelajari secara independen dapat dieleminasikan dari objek lain dan dapat dikontrol. 2. Secara epistemologis: yaitu upaya untuk mencari generalisasi terhadap fenomena. 3. Secara aksiologis: menghendaki agar proses penelitian bebas nilai, yang artinya peneliti mengejar objektivitas agar dapat ditampilkan prediksi meyakinkan yang bebas waktu dan tempat. Paham positivistik akan mengejar data yang terukur teramati dan menggeneralisasi berdasarkan rerata tersebut. Kata kunci positivistic yang paling penting adalah jangkauan yang bisa dibuktikan secara empirik oleh pengalaman indrawi (dilihat, diraba, didengar, dan dirasakan). Penganut positivistik sepakat bahwa tidak hanya alam semesta yang bisa dikaji melainkan fenomena sosial termasuk pendidikan harus mencapai taraf objektivitas dan valid melalui metode yang empirik. Paham penelitian positivistik berbau statistik dan menolak pemahaman metafisik dan teologis, karena paham metafisik dan teologis dianggap terlalu primitif dan kurang rasional. Artinya, kebenaran metafisik dan teologis dianggap ringan dan kurang teruji.
C. TAHAPAN PENELITIAN POSITIVISTIK Terdapat tiga tahapan cara berpikir positivistik yaitu : 1. Tingkatan teologi (Etat Theologique): Pada tingkatan ini manusia belum bisa memahami hal- hal yang berkaitan dengan sebab akibat. Segala kejadian di alam semesta merupakan akibat dari suatu perbuatan Tuhan dan manusia hanya bersifat pasrah. 2. Tingkatan metafisik (Etat Metaphisique): Pada dasarnya tingkatan ini merupakan suatu variasi dari cara berpikir teologis, dimana Tuhan atau dewa-dewa diganti dengan kekuatan- kekuatan abstrak misalnya dengan istilah kekuatan alam. 3. Tingkatan positif (Etat Positive): Pada tahapan ini manusia sudah menemukan pengetahuan yang cukup untuk menguasai alam.
3 Tahapan-tahapan penelitian dalam pendekatan positivistik: 1. Pengajuan masalah umum berdasarkan rasional ilmiah tertentu. 2. Spesifikasi masalah ke dalam ruang lingkup yang lebih khusus serta diikuti pengembangan hipotesis berdasarkan kerangka teoritik tertentu. Untuk menjawab masalah umum dan menjawab hipotesis. 3. Pembuatan jenis rancangan penelitian yang relevan untuk menjawab permasalahan umum dan menguji hipotesis yang telah disusun. Jenis rancangan penelitian dapat bermacam- macam seperti kuasi eksperimen, eksperimen, survei, ex post facto, analisis basis data dan rekaman. 4. Pengumpulan data. Alat pengumpulan yang digunakan menggunakan wawancara terstruktur, pengamatan terkontrol, dan memakai angket. Secara umum data penelitian dalam kerangka positivistik terwujud pada pola-pola yang bersifat kuantitatif. 5. analisis data yang diperolah. Seperti pada penelitian ilmu alam, teknik analisis yang digunakan bersifat statistik matematis seperti analisis faktor, analisis jalur, analisis kanonik, analisis diskriminan atau bahkan sampai pada teknik analisis yang paling canggih seperti meta-analisis. (kerlinger,1986)
D. ACUAN FILOSOFI DASAR METODOLOGI PENELITIAN POSITIVISTIK 1. Acuan hasil penelitian terdahulu Sesuai dengan filsafat ilmunya positivisme tunduk kepada bukti kebenaran empirik, maka sumber pustaka yang perlu dicari adalah bukti empirik hasil-hasil penelitian terdahulu. 2. Analisis, sintesis, dan refleksi. Metodologi positivistik menuntut dipilahnya analisis dari sintesis. Dituntut data dikumpulkan, dianalisis, lalu kemudian disimpulkan. 3. Fakta obyektif. Variabel Kebenaran dicari dengan mencari hubungan relefan antara unit terkecil jenis satu dengan unit terkecil jenis lain. Eliminasi data Meneliti sejumlah variabel dan mengeliminasi variabel yang tidak diteliti.
4 Uji reliabilitas, validitas, instrument, dan validitas butir Penelitian positivistik menuntut data objektif yang dalam paradigma kuantitatif dapat diwujudkan dalam uji kualitas instrumentnya yang disebut uji reliabilitas dan validitasi instrument. 4. Argumentasi Fungsi parameter Sejumlah variabel diuji pengaruhnya dengan teknik uji relefansi atau korespondensi antar sejumlah variabel. Uji korespondensi hanya membuktikan hubungan paralel antar banyak variabel (bukan sebab akibat). Populasi Subjek penelitian adalah subjek pendukung data, subjek yang memiliki data yang diteliti. Wilayah atau penelitian Membahas lingkungan yang memberi gambaran latar belakang atau suatu lingkungan khusus yang dapat memberi warna lain pada populasi yang sama. 5. Realitas Desain standart Rangka berfikir hubungan variabel-variabelnya harus jelas, dirancang hipotesis yang dibuktikan termasuk dirancang instrument pengumpulan datanya yang teruji validitas instrumentnya dan juga validitas butir soalnya dan dirancang teknik analisis. Uji kebenaran Realitas dalam paradigma kuantitatif objektif adalah kebenaran sesuai signifikansi statistik dan pemaknaannya juga sebatas teknik uji yang digunakan. Unsur-unsurnya meliputi subjek, jenis data, distribusi data, mean, simpangan baku, dan teknik uji korelasi.
E. JENIS PENELITIAN KUANTITATIF DALAM PENDEKATAN POSITIVISTIK 1. CROSS SECTIONAL Penelitian cross-sectional adalah penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya
5 diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Contoh penelitian cross sectional: Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan berat badan bayi lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2002). a) Tahap pertama: mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukkannnya masing-masing: 1) Variabel dependen (efek): Berat badan bayi lahir 2) Variabel independen (resiko): Anemia besi b) Tahap Kedua: menetapakan studi penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek penelitian disini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi dari daerah mana mereka ini dapat diambil, apakah lingkup di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bersalin, atan Rumah Bersalin. Demikian pula batas waktunya juga ditentukan. Kemudian cara pengambilan sampelnya, apakah bedasarkan teknik random atau non random. c) Tahap Ketiga: melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel dependen dan independen (dalam waktu yang sama). Caranya, mengukur berat badan bayi yang baru dilahirkan dan memeriksa Hb darah ibu. d) Tahap Keempat: mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan antara berat badan bayi lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia besi dengan berat badan bayi lahir. e) Tahap Kelima: Salah satu penelitian tentang fluorosis yang dilakukan pada anak usia 10- 12 tahun di Brazil yang tinggal di daerah yang belum memperoleh fluoridasi air minum. Sebenarnya penelitian itu adalah penelitian lanjutan, dan penelitian dilakukan sebelum program fluoridasi air minum buatan dilaksanakan, mereka berusaha menyelidiki apa penyebab kecenderungan fluorosis tersebut, suspect utamanya adalah penggunaan pasta gigi berfluorida. Para peneliti melakukan pemeriksaan klinis rongga mulut dan aplikasi kuesioner. Dalam penelitian cross-sectional tersebut, titik potongnya terletak pada anak-anak usia 10-12 tahun penderita fluorosis di daerah yang air minumnya belum terfluoridasi. Jadi,
6 dalam penelitian cross-sectional, karakteristik sampel yang sama saat penelitian dilakukan adalah titik potongnya. 2. PENELITIAN EX POST FACTO Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.Dalam pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu. Contoh penelitian ex post facto: Pengaruh Kecemasan Siswa pada Waktu Mengerjakan Ujian Terhadap Hasil Ujian Mereka Hal penting dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan melihat situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi. Artinya, kelas tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya. Dari hasil tersebut, dilakukan klasifikasi antara siswa yang memiliki nilai tinggi dengan siswa yang memiliki nilai rendah. Kemudian dihubungkan antara kecemasan dengan hasil nilai. Misalnya ditemukan kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata dikerjakan oleh siswa yang memiliki kecemasan. Oleh karena itu, pengaruh kecemasan siswa memang berpengaruh terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih baik. Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini tentu saja memiliki kekurangan. Dari kasus di atas dapat terlihat satu celah kelemahan bahwa bisa jadi adanya faktor ketiga selain kecemasan yang membuat nilai ujian meningkat. Hal ini dimungkinkan adanya faktor ketiga,
7 yaitu kecerdasan. Selain kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa kecemasan adalah situasi lain, sedangkan kecerdasan menjadi penunjang utama. Kekurangan Pendekatan Ex Post Facto Pendekatan ex post facto memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Oleh karena tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas, maka sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki. 2. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks. 3. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain. 4. Apabila saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. 5. Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat. 6. Menggolongkan-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan- persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap. 7. Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subyek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar. Keunggulan Penelitian dengan Pendekatan Ex Post Facto Metode ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode eksperimental, tak dapat digunakan. Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara
8 langsung. Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh. Apabila control di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan. Studi kausal- komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu.Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan. 3. PENELITIAN SURVEY Metode survey adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai instrumen pengumpulan data. Biasanya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tertentu yang sedang terjadi dalam masyarakat. Penelitian dengan menggunakan kuesioner memerlukan responden dalam jumlah yang banyak, karena informasi yang diperoleh dari masyarakat sebagai responden masih bersifat umum sehingga dibutuhkan banyak data agar pola yang menggambarkan mengenai objek yang akan diteliti, dapat dijelaskan dengan baik. Zikmund (1997) metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan, menurut Gay & Diehl (1992) metode penelitian survei merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara, sedangkan menurut Bailey (1982) metode penelitian survei merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan tertulis atau lisan. Misal penelitian tentang Persepsi Masyarakat Kec. ....... tentang Pendidikan Budi pekerti di Sekolah Dasar
4. PENELITIAN DESKRPSI (CASE STUDY RESEARCH) Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
9 Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli meamakan metode ini dengan nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya mentode ini juga dinamakan studi kasus (status study). Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandingan- perbandingan antarfenomena. Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang- kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Ciri-ciri Metode Deskriptif: Untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.(secara harafiah) Mencakup penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental. Secara umum dinamakan metode survei. Kerja peneliti bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi : o menerangkan hubungan, o menguji hipotesis-hipotesis o membuat prediksi, mendapatkan makna, dan
10 o implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan o Mengumpulkan data dengan teknik wawancara dan menggunakan schedule qestionair/interview guide. Jenis-jenis Penelitian Deskriptif Ditinjau dari segi masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam meneliti, serta tempat dan waktu, penelitian ini dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu: Metode survei, Metode deskriptif berkesinambungan (continuity descriptive), Penelitian studi kasus Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas, Penelitian tindakan (action research), Peneltian perpustakaan dan dokumenter. Kriteria Pokok Metode Deskriptif Metode deskriptif mempunyai beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum dan khusus. Kriteria tersebut sebagai berikut: 1. kriteria umum o Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas. o Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum o Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini. o Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas. o Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan. o Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta serta study kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu telah dikembangkan. 2. Kriteria Khusus o Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value). o Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
11 o Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manupulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya. Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif Dalam melaksanakan penelitian deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai berikut: 1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada. 2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah. 3. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. 4. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit. 5. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian. 6. Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kuranggi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan. 7. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan. 8. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian. 9. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesis- hipotesis untuk diverivikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika.
12 5. PENELITIAN HISTORIS Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memferivikasi, serta mensistensiskan bukti-bukti untukmenegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian itu berkaitan dengan hipotesis- hipotesis tertentu. Contoh penelitian histories adalah studi mengenai praktek bawon di daerah pedesaaan di Jawa Tengah, yang dimaksud memahami dasar-dasarnya diwaktu yang lampau serta relevansinya untuk waktu kini. Studi ini dimaksudkan juga untuk mebuktikan hipotesis bahwa nilai-nilai sosial tertentu serta rasa solidaritas memainkan peranan penting dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan. Ciri yang menonjol dari penelitian historis adalah: 1. Penelitian histories lebih bergatung pada data yang diobservasi orang lain dari pada yang diobsevasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yag menganalisis keotentikan, ketepatan, dan peningnya sumber-sumbernya. 2. Berlainan dengan anggapan yang popular, penelitian haruslah tertib ketat, sistematis, dan tutas. Sering kali penlitian yang dikatakan sebagai suatu penelitiaan histories hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliable, dan berat sebelah. 3. Penelitian histories tergantung kapada dua macam data, yaitu primer dan datasekunder. Data primer dipoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti (peneliti) secara langsung meakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Dan data sekunder diperoleh dan sumber skunder, yaitu peneliti melaporkan hasil obsevasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Diantara kedua sumber itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prioritas dalam pengumpulan data. 4. Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan dokumen relic itu otentik, sedang kritik internal menanyakan apabila data itu otentik, apabila data otentik, apabila data tersebut akurat dan relevan. Kritik internal harus menguji motif, keberat sebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mngkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu da memberikan informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebbkan
13 penelitian histories itu sangat tertib-ketat, yang dalam bayak hal lebih disbanding dari pada studi eksperimental. 5. Walaupun penelitian histories mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan histories adalah tuntas, mencari informasi dan sumber yang lebih luas. Penelitian histories jga menggaliinformasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar. Langkah Pokok Untuk Melaksanakan Penlitian Histories Atau Rancangan Penelitian Historis 1. Definisi masalah. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri. 2. Rumusan tujuan penelitian dan jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan memberi arahdan fokus bagi kegiatan penelitian itu. 3. Kumpulan data, denganselalu mengingat perbedaan anatara sumber primer dan sumber sekunder. 4. Suatu keterampilan yangsangat penting dalam penelitian histories adalah cara pencatatan data, dengan system kartu atau dengan sistem lembaran, kedua-duanya dapat dilakukan. 5. Evaluasi data yng diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal.
14 DAFTAR PUSTAKA Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC. Bagong Suyanto, Sutinah. Metode Penelitian Sosial berbagai alternatife pendekatan, (Jakarta: Kencana. 2007) cet. III. h. 184. Grafura Lubis. 2008. http://lubisgrafura.wordpress.com/metode-penelitian-kuantitatif/. diakses tanggal 23 April 2014. Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritsasi data.(jogyakarta; Pustaka Pelajar, 2003), Cet. I. Terj. hal. 4. Nurdini, Allis. 2006. Cross-Sectional Vs Longitudinal: Pilihan Rancangan Waktu dalam Penelitian Perumahan Permukiman. DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 34, No. 1, Juli 2006: 52 58. puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/download//16449. Diakses tanggal 14 April 2014. Nova,Mastarita.2012.Penelitian Positivistik. http://www.mastaritanova.blogspot.com. diakses tanggal 20 April 2014 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.