You are on page 1of 12

Produktivitas Primer Sungai

Produktivitas
Primer
Penyedia
makanan
Pemasok
Oksigen
Tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan
gambaran apakah suatu perairan cukup produktif dalam
menghasilkan biomassa tumbuhan, termasuk pasokan
oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis yang
terjadi, sehingga mendukung perkembangan ekosistem
perairan.
Perairan terbuka dan mengalir
(lotik)
Mendapat masukan dari berbagai
aktivitas manusia
Menyebabkan perubahan parameter fisika,
kimia dan biologi yang juga mempengaruhi
produktivitas perairan
Produktivitas primer dapat diartikan sebagai
kandungan bahan-bahan organik yang dihasilkan dari
proses fotosintesis oleh organisme berklorofil dan
mampu mendukung aktivitas biologi di perairan
tersebut. Produktivitas primer menggambarkan
jumlah pembentukan bahan organik baru per satuan
waktu melalui proses fotosintesis.
Menurut Smith (1992), dalam konsep produktivitas
primer dikenal istilah Produktivitas Primer Kotor
(GPP) dan Produktivitas Primer Bersih (NPP). GPP
adalah laju produksi primer dari zat organik dalam
jaringan tumbuhan yang digunakan untuk respirasi.
NPP adalah laju produktivitas primer zat organik
dikurangi dengan yang digunakan untuk proses
respirasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya produktivitas primer perairan. Faktor-faktor
tersebut bisa dibagi menjadi 3 yaitu faktor kimia,
fisika, dan biologi.

CAHAYA
SUHU
KECERAHAN &
KEKERUHAN
NUTRIEN
KECEPATAN
ARUS
Merupakan Faktor
Pembatas Produktivitas
Perairan Sungai
CAHAYA
Cahaya merupakan komponen utama bagi
tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Ketersediaan
cahaya di perairan sangat tergantung oleh waktu (harian,
musiman, tahunan), tempat, kondisi prevalen diatas
permukaan air atau di dalam, absorbsi oleh air dan
material terlarut, serta penghamburan oleh partikel
tersuspensi.
Cahaya yang digunakan oleh fitoplankton dan
perifiton untuk melakukan fotosintesis harus memiliki
karakteristik tertentu. Cahaya infra merah dengan panjang
gelombang 760 nm dan cahaya ultra violet dengan
panjang 300 nm sangat penting bagi fitoplankton untuk
melakukan fotosintesis. Cahaya dengan panjang
gelombang antara 390-720 nm dibutuhkan oleh alga
untuk melakukan fotosintesis. Sedangkan cahaya dengan
panjang gelombang dibawah 400 nm dan lebih dari 700
nm secara efektif akan diarbsorbsi oleh lapisan atas dekat
permukaan tanah.
Laju pertumbuhan fitoplankton dan perifiton sangat
tergantung pada ketersediaan cahaya dalam perairan.
Semakin tinggi ketersediaan cahaya di perairan akan
meningkatkan laju fotosintesis.
SUHU
Suhu secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap produktivitas primer di perairan.
Secara langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi
kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Tingginya suhu
dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis,
sedangkan secara tidak langsung, suhu berperan dalam
membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya
dapat mempengaruhi distribusi vertical fitoplankton.
Reaksi biokimia dalam sel fitoplankton umumnya
dipengaruhi oleh suhu. Peningkatan suhu terjadi secara
eksponensial sampai pada batas maksimum. Peningkatan
ini biasanya bervariasi untuk masing-masing reaksi, yaitu
antara 25-40
o
C. Kisaran suhu tersebut mempengaruhi
laju fotosintesis maksimal untuk komunitas fitoplankton.
Sedangkan menurut Effendi (2003), alga dari filum
Chlorophyta dan Bacillariophyta akan tumbuh baik pada
kisaran suhu 30 35
o
C dan 20 30
o
C. Sedangkan jenis
Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap kisaran
suhu lebih tinggi.
KECERAHAN DAN KEKERUHAN
Kedalaman secchi dapat digunakan sebagai estimator
penetrasi cahaya pada lokasi perairan yang mempunyai
kedalaman rendah. Ketersediaan cahaya diperhatikan
sebagai bagian yang penting pada lingkungan yang
kekeruhannya tinggi.
Kekeruhan (turbidity) merupakan gambaran sifat optik
air dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang dipancarkan dan diabsorpsi oleh
partikel-partikel yang ada dalam air. Kekeruhan disebabkan
oleh bahan organik maupun anorganik tersuspensi dan
terlarut. Dengan adanya kekeruhan mempengaruhi penetrasi
cahaya ke dalam kolom perairan selanjutnya akan
menurunkan produktivitas primer fitoplankton dan perifiton
pada perairan. Cahaya dapat menjadi faktor pembatas bagi
fotosintesis ketika konsentrasi partikel tersuspensi melebihi 50
mg/l. Peningkatan nilai turbiditas pada perairan dangkal dan
jernih sebesar 25 NTU dapat mengurangi 13%-50%
produktivitas primer. Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU
di danau dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer
berturut-turut sebesar 75% dan 3%-13% (Erlina et al, 2007).
NUTRIEN
Nitrogen dibutuhkan untuk mensintesa protein. Pada
umumnya nitrogen diabsorbsi oleh produsen dalam bentuk
nitrat dan ammonia. Untuk pertumbuhan optimal fitoplankton
memerlukan kandungan nitrat berkisar 0,9-3,5 mg/l. Secara
lebih khusus kebutuhan minimum nitrat yang dapat diserap
oleh diatom berkisar 0,001-0,007 mg/l (Masitho, 2012).
Sedangkan menurut Effendi (2003) kisaran nitrat yang baik
untuk pertumbuhan perifiton antara 0,01 5 mg/l.
Dalam bentuk fosfor, fitoplankton menggunakan fosfat
untuk pertumbuhannya. Fosfat mempengaruhi penyebaran
fitoplankton khususnya diatom. Fosfat menjadi faktor pembatas
baik secara spasial maupun temporal. Konsentrasi fosfor di
perairan umum berkisar 0,001-0,005 mg/l. Kandungan fosfat
yang optimum untuk pertumbuhan fitoplankton berkisar 0,09-
1,80 mg/l. Pada perairan yang memiliki konsentrasi fosfat yang
rendah (0,00-0,02 mg/l) akan didominasi oleh diatom, pada
perairan dengan konsentrasi fosfat sedang (0,02-0,05 mg/l)
akan dijumpai jenis Chlorophyceae yang berlimpah dan
perairan yang memiliki konsentrasi fosfat tinggi (>0,10 mg/l)
maka jenis Cyanophyceae menjadi dominan (Mashito,2012)
KECEPATAN ARUS
Kecepatan arus juga dapat mempengaruhi jenis-jenis
perifiton yang hidup di dalamnya. Menurut Round (1964)
dalam Wijaya (2009), tipe komunitas perairan yang
berarus < 0,2 1 m/s didominasi oleh alga epipelik dan
epifitik seperti Nitzschia, Navicula, Caloines, Eunotia,
Tabellaria, Synedra, Oscillatoria, Oedogonium dan
Bulbochaete.
Pengukuran produktivitas perairan sungai dapat
dilakukan dengan cara pengamatan terhadap struktur
komunitas perifiton dan fitoplankton. Akan tetapi,
secara limnologis, untuk menggambarkan sifat dan
potensi produktivitas primer organisme mikroskopis di
perairan mengalir lebih tepat bila melalui pengamatan
terhadap komunitas perifiton karena perifiton yang
ditemukan disuatu tempat atau stasiun lebih dapat
mewakili keadaan perairan mengalir tersebut karena
relatif tidak berpindah - pindah, dibandingkan dengan
plankton. Suatu sampel plankton yang diambil di suatu
stasiun dalam perairan mengalir mungkin saja dari
tempat yang jauh di hulu sungai, tetapi hanyut oleh
arus dan tertangkap di badan air yang diplot sebagai
stasiun (Hartoto et. al., 1995).





SEKIAN

You might also like