You are on page 1of 94

65

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN


LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN
DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG
(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan
Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 20032005)



Oleh
BUDI HARTONO
H24102032










DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
66
2006

ABSTRAK
Budi Hartono H24102032. Analisis kinerja perusahaan Berdasarkan Laporan
Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang. Di
bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Farida Ratna Dewi.

Energi listrik merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan dan
jumlah penggunaannya harus disesuaikan dari waktu ke waktu. Tenaga listrik
telah berubah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia
sehingga di sebagian besar negara penggunaannya dikelola oleh pemerintah/
negara.
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya BUMN
yang mengelola tenaga listrik di Indonesia sehingga kinerja perusahaannya cukup
menarik untuk dikaji dan diteliti agar masyarakat dapat mengetahui sejauh mana
kinerja keuangan perusahaan ini berjalan dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja keuangan PT. PLN
(Persero) Area J aringan Kramat J ati yang dapat digunakan sebagai salah satu alat
evaluasi perusahaan, apakah tercapai peningkatan efisiensi dalam hal ini biaya,
sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa keuangannya. Selain itu juga
dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan dan perubahan yang terjadi,
dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi hal-hal yang akan dihadapi
pada masa yang akan datang dengan laebih baik.
Sumber data yang digunakan adalah data primer yang didapat melaui
wawancara (Manajer dan Staf Keuangan perusahaan); dan data sekunder melalui
laporan keuangan internal perusahaan, profil perusahaan, serta literatur-literatur
perusahaan yang terkait dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan metode
pengolahan data dilakukan secara manual maupun dengan bantuan komputer
dengan hasil yang didapatkan dinilai secara kuantitatif kemudian dianalisis secara
deskriptif.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah (1) Berdasarkan analisis
tren pada neraca menunjukkan komponen aktiva tetap cenderung stabil, kenaikan
terjadi pada komponen pekerjaan dalam pelaksanaan. Sedangkan disisi pasiva
terjadi kenaikan dalam kewajiban jangka pendek. Tren pada laba rugi
menunjukkan penurunan rugi bersih. (2) Hasil analisis vertikal menunjukkan
komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan
aktiva lancar. Disisi pasiva ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar
dibandingkan dengan kewajibannya. Sedangkan komponen beban usaha
merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap rugi bersih perusahaan.
(3) Hasil analisis rasio memperlihatkan (a) Tingkat likuiditas memiliki
kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal periode
2006. (b) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko yang disebabkan
karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup besar. (c) Tingkat
profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (d) Tingkat aktivitas
perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva kurang baik
karena rendahnya nilai yang didapatkan, sedangkan untuk perputaran piutang dan
persediaan sudah sangat baik. (4) Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan
67
metode persentase terhadap penjualan di dapatkan hasil, perusahaan harus
mencari dana sebanyak 10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006).
Biaya ini terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out
sourcing. (5) Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN
No. Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang baik.
Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari hasil
penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari 50 atau
sekitar 26 %.
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN
DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG
(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan
Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003-2005)



SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor



Oleh
BUDI HARTONO
H24102032



68

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN
KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE
YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi
Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode
2003-2005)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
BUDI HARTONO
H24102032

Menyetujui, Agustus 2006



69
Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. Farida Ratna Dewi, SE, MM
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


Dr. Ir. Jono M. Munandar,M.Sc.
Kepala Departemen Manajemen


Tanggal Ujian : 25 Agustus 2006 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di J akarta pada tanggal 9 Mei 1985. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Asep Mulyanto dan Ibu
Isnaini.
Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak pada TK Al Kautsar
Bekasi dan lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan
pendidikan di SDN Pengasinan Bintara I Bekasi. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan pada SLTP 14 Bekasi dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 103 J akarta dan lulus pada tahun
2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI
IPB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.










70



KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Analisis Kinerja Perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi
Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang (Studi Kasus PT. PLN
(Persero AJ Kramat J ati Periode 2003-2005)
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah
memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.
2. Farida Ratna Dewi SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk dan saran.
3. Beatrice Mantoroadi SE, Ak. MM, selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran.
4. Ir. Bambang Suhartono sebagai Manajer AJ Kramat J ati, Bapak Suwardi dan
Mas Eko sebagai pembimbing selama penelitian.
5. Orang tua tercinta dan adikku atas kasih sayang, doa dan dukungannya.
6. Rika Anggraeni yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya.
Acep, Asep, Udin, J oko, Wildan, Nanto, Arya terima kasih atas semua
bantuannya.
7. Seluruh dosen dan staf manajemen FEM, terimakasih atas segala bantuannya.
8. Rekan-rekan manajemen 39, terimakasih atas motivasi dan dukungannya.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
71
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga
skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak

Bogor, Agustus 2006


Penulis







DAFTAR ISI

Halam
an
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP.................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ x
I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................. 3
1.5. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
72
2.1. Laporan Keuangan........................................................................ 5
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan............................................ 5
2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan........................................ 5
2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan............................................... 6
2.1.4. Komponen Laporan Keuangan........................................... 7
2.4.1.1. Neraca.................................................................... 7
2.1.4.1.1. Aktiva..................................................... 8
2.1.4.1.2. Kewajiban.............................................. 9
2.1.4.1.3. Ekuitas.................................................... 10
2.1.4.2. Laporan Laba Rugi................................................. 11
2.1.4.3. Laporan Saldo Laba............................................... 12
2.1.4.4. Proyeksi Keuangan................................................ 12
2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan........................................ 12
2.2. Analisa Laporan Keuangan.......................................................... 13
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan............................................ 13
2.2.2. Peralatan analisa Yang digunakan...................................... 13
2.2.2.1. Index Number Trend Series................................... 13
2.2.2.2. Common Size Financial Statement........................ 13
2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan........................................ 14
2.2.2.4. Proyeksi Keuangan................................................ 20
2.3. Penilaian Kinerja BUMN.............................................................. 21
2.4. Penelitian Terdahulu..................................................................... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 24
3.1. Kerangka Pemikiran..................................................................... 24
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 26
3.3. J enis Dan Sumber Data................................................................ 26
3.4. Metode Pengolahan Dan Analisis Data........................................ 26
3.4.1. Analisis Berdasarkan Penilaian BUMN............................. 27
3.4.2. Analisis Tren...................................................................... 27
3.4.3. Analisis Persentase Per Komponen.................................... 27
3.4.5. Proyeksi Keuangan............................................................ 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 30
4.1. Data Perusahaan........................................................................... 30
4.1.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran................................................ 30
4.1.1.1 Visi ....................................................................... 30
4.1.1.2Misi....................................................................... 30
4.1.1.3Tujuan................................................................... 30
4.2. Sejarah Singkat Perusahaan......................................................... 31
4.3. Peluang Dan Keunggulan............................................................. 35
4.3.1. Peluang............................................................................... 35
4.3.2. Keunggulan........................................................................ 35
4.4. Perkembangan (Tren) Laporan Keuangan AJ Kramat J ati .......... 35
4.5. Perkembangan Persentase Per Komponen AJ Kramat J ati .......... 38
4.6. Analisis Rasio Keuangan AJ Kramat J ati .................................... 42
4.6.1. Analisis Likuiditas............................................................. 42
4.6.2. Analisis Solvabilitas........................................................... 44
4.6.3. Analisis Profitabilitas......................................................... 47
73
4.6.4. Analisis Aktivitas............................................................... 49
4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan......... 53
4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja BUMN.......................... 54
4.8.1. Aspek Keuangan................................................................ 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 61
5.1. Kesimpulan................................................................................... 61
5.2. Saran............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 64
LAMPIRAN.............................................................................................. 65










DAFTAR TABEL


No Halaman
1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca.............................................. 36
2. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi......................................... 37
3. Perkembangan Nilai Komponen aktiva Terhadap Total Aktiva.......... 39
4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva.......... 40
5. Perkembangan Nilai Komponen Laba rugi Terhadap Rugi Bersih...... 41
6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas.................................................. 42
7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas............................................... 44
8. Perkembangan Nilai Rasio Profitabilitas............................................. 47
9. Perkembangan Nilai Rasio Aktivitas................................................... 50
10. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan .................................. 55


74




























DAFTAR GAMBAR


No Halaman
1. Kerangka pemikiran konseptual ........................................................... 25
2. diagram Alir Pelaksanaan Penelitian................................................... 29
3. Perkembangan (Tren) Neraca............................................................... 36
4. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi ...................................... 38
5. Perkembangan (Tren) Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva....... 39
6. Perkembangan (Tren) Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva........ 40
7. Perkembangan (Tren) Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih.. 41
8. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................ 44
9. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas............................................. 45
10. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas........................................... 48
75
11. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas........................................... 49
12. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas................................................. 50
13. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas................................................. 52
14. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas................................................. 53
15. Perkembangan (Tren) Rasio Profitabilitas........................................... 56
16. Perkembangan (Tren) Rasio Likuiditas................................................ 57
17. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas................................................. 58
18. Perkembangan (Tren) Rasio Aktivitas................................................. 59
19. Perkembangan (Tren) Rasio Solvabilitas............................................. 60












DAFTAR LAMPIRAN


No Halaman
1. Hasil Analisis rasio PT. PLN AJ Kramat J ati ...................................... 65
2. Tata Cara Tingkat Penilaian Kesehatan BUMN.................................. 66
3. Perhitungan Analisis Rasio.................................................................. 71
4. Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode 2003- 2005.......... 73
5. Laporan Laba Rugi PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode 2003
---2005 ................................................................................................
............ 79


76































I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Privatisasi menjadi fenomena ekonomi yang menonjol di dunia
sekarang ini. Sesungguhnya privatisasi telah ada sejak tahun 1980-an,
dipelopori oleh Inggris yang memang menganut ekonomi liberal. Langkah ini
kemudian diikuti juga oleh negara-negara di Asia, termasuk Indonesia yang
makin berorientasi ke sistem ekonomi pasar. Setelah beberapa dekade dimana
pemerintah di berbagai negara diseluruh dunia meningkatkan ruang lingkup
dan campur tangan pemerintah dalam perekonomian, maka pada tahun 1980-
77
an terjadi pergeseran dari hampir semua bagian dilakukan oleh pemerintah
melalui sektor publik, menuju ketergantungan yang lebih besar pada sektor
swasta. Sejak tahun 1984, harta BUMN yang dialirkan kepada swasta
mencapai US $ 250 Milyar diseluruh dunia dan pada tahun 1991 penjualan
saham BUMN mencapai US $ 50 Milyar (Miranda, 1996).
Privatisasi BUMN terjadi di berbagai negara dalam berbagai bentuk
yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Menurut Miranda S. Goeltom
(1996) Alternatif metode itu dapat diringkas sebagai berikut:
1. Pelimpahan hak kepemilikan
a. Penjualan saham/ aset seluruhnya kepada (i) swasta, (ii) publik,
melalui bursa efek.
b. Penjualan sebagian saham/ aset kepada (i) publik, baik domestik
maupun internasional, (ii) manajeman dan karyawan, (iii) melalui
join venture.
2. Pelimpahan kendali manajemen
a. Sebagian, dengan cara (i) pemisahan antara kepemilikan dengan
manajemen, (ii) joint venture, atau (iii) penggantian manajemen.
b. Seluruhnya, dengan cara sub contracting.
c. Dengan mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan
otonomi yang lebih luas kepada manajemen BUMN. Dalam hal ini,
manajemen BUMN bebas dalam menentukan harga, menetapkan
kebijakan investasi dan pendanaannya, serta dalam hal pemenuhan
kebutuhan sumber daya manusianya.
Alasan Indonesia melakukan privatisasi BUMN diantaranya adalah
kesulitan keuangan negara, kebijakan liberalisasi ekonomi yang dilakukan
pemerintah, dan tekanan dari perdagangan bebas dunia.
Hal ini menuntut BUMN untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
agar tidak hanya sekedar bertahan, tetapi juga dapat berkembang dalam
situasi persaingan dunia yang semakin keras. Dalam konteks globalisasi
ekonomi dan era perdagangan bebas, konsep peningkatan efisiensi dan
produktivitas menjadi vital dan merupakan pangkal yang berpijak dari upaya
peningkatan daya saing.
78
Dalam hal dipilihnya perusahaan listrik sebagai obyek yang diteliti
karena disadari bahwa tenaga listrik merupakan suatu jenis energi yang di
sebagian besar negara merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan
secara internasional. Tenaga listrik juga merupakan suatu produk industri
yang unik sifatnya karena tidak dapat disimpan dan dikemas, sehingga jumlah
produknya harus selalu disesuaikan dengan kebutuhannya dari waktu ke
waktu.
Selain itu, besarnya penggunaan jenis energi ini merupakan tolak ukur
dari tingkat kemajuan dan kesejahteraan suatu negara karena hampir setiap
aktivitas kehidupan maju saat ini tidak dapat melepaskan diri dari
pemanfaatan tenaga listrik. Tenaga listrik sudah berubah menjadi salah satu
kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia sehingga setiap orang
berkepentingan terhadap kualitas dan harganya. Di banyak negara usaha ini
masih ditangani oleh negara, bukan saja karena alasan resiko dan modal yang
besar, tetapi juga karena usaha ini pada awalnya harus mengemban banyak
tugas sosial. Karakteristik tenaga listrik yang unik, kebutuhan listrik yang
menguat, sedangkan persediaan sumber daya energi primer terbatas, ditambah
lagi dengan adanya rencana privatisasi dan rencana naiknya Tarif Dasar
Listrik (TDL), sehingga masalah yang menyangkut kondisi perusahaan
menjadi menarik untuk diketahui, terutama kondisi keuangannya.

1.2. Perumusan Masalah
Perubahan status perusahaan yang dilakukan pemerintah pada PT.
PLN (Persero) sebenarnya ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja
perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, perusahaan hampir setiap tahun
melaporkan terjadinya kerugian dan meminta kepada pemerintah sebagai
pemilik untuk melakukan penyesuaian harga jual kepada konsumen.
Alasan perusahaan ini dikarenakan tingginya beban yang harus
ditanggung oleh perusahaan, ditambah lagi naiknya harga minyak dunia turut
menambah beban perusahaan, tetapi pemerintah menolak rencana ini dan
meminta perusahaan untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih
besar.
79
Dari uraian singkat diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
- Apakah telah tercapai efisiensi dana dan biaya pada perusahaan ?
- Mengapa terjadi kerugian yang cukup besar hampir tiap tahun ?
- Faktor faktor apa saja penyebab terjadinya kerugian ?

1.3. Tujuan Penelitian
- Menganalisis tingkat efisiensi perusahaan khususnya masalah keuangan.
- Mengetahui langkah langkah yang telah diambil dan memberi masukan
alternatif lain untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
- Menganalisis kondisi keuangan perusahaan secara umum.
- Menganalisis sebab sebab terjadinya kerugian dan langkah apa saja
yang dapat diambil untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih
besar.

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi instansi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan
dalam membuat kebijakan dan strategi selanjutnya dalam upaya
peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
2. Bagi penulis
Penilitian ini berguna untuk menambah pengalaman, wawasan dan
diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dari ilmu yang diperoleh
saat kuliah mengenai manajemen keuangan, khususnya yang berkaitan
dengan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan.



1.5. Ruang Lingkup
80
Laporan keuangan yang akan dianalisis difokuskan pada laporan
neraca, dan laporan laba-rugi, namun tidak menutup kemungkinan
penggunaan laporan keuangan perusahaan lainnya seperti laporan arus kas.
Sedangkan alat analisis atau metode yang dipergunakan antara lain analisis
trend (analisis horizontal), analisis persentase per komponen (analisis
vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas)
serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode berikutnya.
Dalam penelitian ini digunakan juga bahan acuan analisis laporan
keuangan perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-
100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian terhadap kinerja perusahaan yang
meliputi aspek keuangan. Seluruh analisis diatas digunakan untuk melihat
sejauh mana perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area
J aringan Kramat J ati selama empat periode terakhir (2003- 2005).
























81
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian
Laporan keuangan merupakan alat pelaporan utama untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan pada para pemakai laporan
keuangan untuk membuat keputusan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan saldo laba, laporan arus
kas, serta catatan dan penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 1994).
Laporan keuangan yang disusun bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang meungkin dibutuhkan
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok menurut IAI (1994) :
82
1. Dapat dipahami
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu.


3. Keandalan
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan kepentingan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyampaikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, sementara ada pihak lain yang dirugikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi
dan kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan
Menurut IAI (1994) pemakai laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi:
1. Investor
83
Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
resiko yang melekat serta hasil dari investasi yang dilakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan/menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2.Karyawan
Karyawan dan kelompok yang mewakili tertarik dengan informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan mereka juga tertarik
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun,
dan kesempatan kerja.
3.Pemberi pinjaman
Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
4.Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar
pada saat jatuh tempo.

5.Pelanggan
84
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
6.Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.
7.Masyarakat
Membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
2.1.4. Komponen-komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok umumnya meliputi neraca, laporan laba-
rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
2.1.4.1.Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan
posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu (Robert H.
Crandall, et al., 1998). Neraca biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan keuangan perusahaan, kombinasi aktiva
yaitu cara perusahaan menggunakan aktiva dalam memperoleh
pendapatan dan beberapa variabel kunci yang dapat
dikombinasikan dengan informasi lain untuk menentukan efisiensi
perusahaan.
85
Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi perusahaan adalah aktiva, kewajiban, dan
ekuitas yang dapat digambarkan dalam persamaan:
Aktiva = kewajiban + modal



Posisi-posisi ini didefinisikan sebagai berikut, menurut IAI (1994):


2.1.4.1.1. Aktiva
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
Aktiva dikelompokkan menjadi:
A. Aktiva Lancar
Aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam
waktu satu tahun atau dalam siklus normal operasi
perusahaan yang mana yang lebih lama (IAI, 1994).
Menurut IAI (1994) aktiva lancar terdiri dari:
1. Kas dan bank,
86
2.Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak
dimaksudkan untuk ditahan,
3. Deposito jangka pendek,
4. Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun,
5. Piutang,
6. Persediaan,
7.Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar,
8.Pembayaran pajak di muka,
9.Biaya dibayar di muka.
B. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang
dilakukan untuk tujuan jangka panjang, lebih lama dari satu
tahun atau siklus normal operasi perusahaan, yang mana
yang lebih panjang dan tidak digunakan dalam operasi
perusahaan (Williams et al, 1992).
Yang termasuk investasi jangka panjang diantaranya
adalah:
- Investasi jangka panjang dalam bentuk sekuritas: (i)
saham, (ii) obligasi
- Dana khusus yang ditujukan untuk keperluan tertentu
- Investasi dalam bentuk aktiva tetap yang tidak digunakan
dalam operasi perusahaan, seperti tanah yang ditujukan
untuk spekulasi.
C. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
87
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun (IAI,1994). Contoh aktiva tetap: tanah, peralatan,
mesin, bangunan, dan lain-lain.
D. Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak lancar dan tak berbentuk yang
memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup
secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain (IAI,
1994). Aktiva tak berwujud dapat berbentuk hak paten, hak
cipta, franchise atau merk dagang.
E. Aktiva Lain-lain
Posisi-posisi yang tidak dapat secara layak
digolongkan dalam aktiva tetap dan juga tidak dapat
digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/ penyertaan,
maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak
digunakan, piutang pada pemegang saham, beban yang
ditangguhkan, dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam
kelompok aktiva lain-lain (IAI, 1994).
2.1.4.1.2. Kewajiban
Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini
yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
88
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (IAI,
1994).

A. Kewajiban Jangka Pendek


Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban
yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditor atau
yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus
operasi normal perusahaan mana yang lebih lama (IAI,
1994), yang meliputi (IAI, 1994):
1. Pinjaman bank dan pinjaman lainnya,
2. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh
tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca,
3. Utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar,
4. Uang muka penjualan,
5. Utang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank, dan
rupa-rupa utang lainnya yang harus diselesaikan
dalam waktu satu tahun,
6. Penyisihan kewajiban pajak,
7. Utang dividen,
8. Pendapatan-pendapatan yang ditangguhkan dan
uang muka dari pelanggan,
9. Kewajiban kontinjen, situasi/ kondisi dengan hasil
akhir berupa untung atau rugi yang baru dapat
dikonfirmasikan setelah terjadinya atau tidak
terjadinya satu/ lebih peristiwa yang tidak pasti
terjadi di masa depan.
B. Kewajiban Jangka Panjang
89
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban
yang tidak memerlukan penggunaan aktiva lancar atau
penciptaan kewajiban baru dalam waktu satu tahun atau
satu siklus operasi perusahaan yang mana yang lebih
lama. Contohnya utang obligasi, utang wesel, utang pajak
penghasilan (Williams et al, 1992).
2.1.4.1.3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. J umlah ekuitas yang
ditampilkan dalam neraca tergantung pada pengukuran
aktiva dari kewajiban (IAI, 1994). Ekuitas dibagi menjadi
dua, yaitu:
A. Modal Disetor (Paid in Capital)
Modal disetor merupakan jumlah yang dibayar oleh
para pemegang saham untuk memperoleh saham (Williams,
1992). Modal disetor dibagi lagi menjadi: (i) modal saham,
(ii) tambahan modal disetor (Additional paid in capital).
B. Saldo Laba (Retained Earning)
Saldo laba menujukkan akumulasi hasil usaha
periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan
koreksi laba rugi periode lalu (IAI, 1994).
2.1.4.2.Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menyajikan informasi kinerja
perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk
90
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dikendalikan di masa depan (IAI, 1994).
Unsur-unsur pembentuk laporan laba rugi:
A. Penghasilan (Income)
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan/
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi, baik
pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains).
Pendapatan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang
berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga
royalti dan sewa (IAI, 1994).
B. Beban
Beban dapat diartikan sebagai penurunan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar/ berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal (IAI, 1994).
2.1.4.3.Laporan Saldo Laba
Laporan saldo laba menggambarkan perubahan laba
perusahaan selama satu periode dan menghubungkan
laporan laba rugi dengan neraca (Williams, 1992). Laporan
91
ini memperlihatkan saldo laba awal tahun pertambahan
nilai kekayaan bersih karena laba dan penurunan yang
disebabkan oleh pembagian laba kepada pemilik dalam
bentuk dividen.
2.1.4.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase
Terhadap Penjualan
Salah satu metode yang digunakan untuk
mengestimasi level dari pasiva, aktiva atau biaya adalah
dengan mempergunakan suatu persentase tertentu terhadap
penjualan. Dengan mempergunakan suatu persentase
tertentu ini, hakikatnya telah diasumsikan bahwa terdapat
hubungan proporsionalitas antara aktiva, pasiva dan biaya
dengan penjualan. Persentase yang digunakan, dihitung dari
data laporan keuangan dikaitkan dengan tingkat penjualan
(Mushlih, 2003).
Proyeksi keuangan dengan metode persentase
tertentu dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan
keuangan perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun. Karena periode perencanaan yang lebih panjang ini,
detail dari komponen yang direncanakan kurang
ditekankan. Melainkan fokusnya untuk mengestimasi
kebutuhan pembiayaan perusahaan untuk jangka waktu
yang cukup panjang.
2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan
92
Walaupun laporan keuangan sangat berguna dalam pengambilan
keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Simamora (2002)
laporan keuangan memiliki keterbatasan, diantaranya:
1. Laporan keuangan hanya menyajikan informasi yang diukur dengan
satuan mata uang.
2. Informasi akuntansi biasanya melibatkan pertimbangan (judgement dan
estimasi).
3.Laporan keuangan berisi informasi yang bersifat history.
4.Adanya proses penyederhanaan dan peringkasan dalam laporan
keuangan.
2.2. Analisa Laporan Keuangan
2.2.1. Pengertian
Analisa laporan keuangan merupakan proses pertimbangan yang
bertujuan untuk mengevaluasi keadaan keuangan dan hasil kegiatan operasi
pada masa lalu dan masa kini, dengan tujuan utamanya untuk menentukan
estimasi dan prediksi yang terbaik tentang keadaan dan kinerja perusahaan
pada masa yang akan datang (Bernstein, 1989).
2.2.2. Peralatan Analisa yang Digunakan
Dalam melakukan analisa laporan keuangan, ada beberapa peralatan
yang dapat digunakan, yaitu:
2.2.2.1. Index Number Trend Senses
J ika perbandingan laporan keuangan mencakup periode lebih
dari tiga tahun, metode perbandingan dari tahun ke tahun menjadi
tidak praktis. Cara yang paling baik untuk perbandingan tren dari
periode yang lebih panjang adalah dengan menggunakan angka
indeks (Bernstein, 1989).
93
Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena
hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan
hasil analisis rasio. Analisis trend secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rx
t
=
o
t
Px
Px
x 100%
Dimana; Rx
t
=nilai persentase untuk tahun ke-t
Px
t
=pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
Px
o
=pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
2.2.2.2. Common Size Financial Statement
Common Size Financial Statement merupakan analisa
vertikal dari laporan keuangan. Metode ini menyatakan besarnya
proporsi suatu item terhadap total atau sub total suatu kelompok
yaitu aktiva, kewajiban, dan modal dalam neraca dari penjualan
dalam laporan laba rugi, dalam suatu periode tertentu (Kieso, 1992).
Metode ini sangat berguna untuk menganalisa struktur
internal laporan keuangan. Analisa struktural dalam neraca biasanya
difokuskan pada struktur permodalan dan komposisi aktiva
perusahaan, sedangkan analisa vertikal dalam laporan laba rugi
digunakan untuk menganalisa hubungan item-item dalam laporan
tersebut dengan penjualan.
Analisis ini dapat digunakan sebagai pendukung dari analisis
rasio dimana hasilnya akan digunakan dalam menginterpretasikan
hasil analisis rasio. Analisis persentase per komponen secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ry
t
=
o
t
Py
Py
x 100%
Dimana; Ry
t
=nilai persentase pos yang dibandingkan
94
Py
t
=pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t
Py
o
=pos dasar sebagai pembanding
2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan
Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan
memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dan
mengetahui kondisi keuangan dengan cepat. Dengan rasio keuangan
juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu
ke waktu (Mushlih, 2003).
Menurut Mushlih (2003) Analisa rasio keuangan mempunyai
beberapa keterbatasan diantaranya:
1. Analisa rasio hanya berurusan dengan data kuantitatif, tidak
melihat faktor kualitatif.
2.Manajemen dapat memanipulasi rasio keuangan.
3. Perbandingan rasio antar perusahaan dapat menyesatkan karena
perbedaan praktek akuntansi pada masing-masing perusahaan.
4. Perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rata-rata industri
dapat menyesatkan karena banyak perusahaan yang beroperasi di
lebih dari satu industri.
5. Perbedaan definisi common ratio yang digunakan oleh analis yang
berbeda.
6. Karena catatan akuntansi dinyatakan dengan mata uang, maka
perubahan nilai mata uang dapat menyebabkan distorsi dalam
membandingkan rasio yang dihitung pada waktu yang berbeda.
Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam analisa
rasio, tidak berarti peralatan analisa ini tidak berguna. Analisa rasio
tetap merupakan alat yang berguna untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan dan efektivitas manajemen, dengan mengingat
keterbatasan tersebut.
95
Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang
meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas
(Munawir, 2002).
A. Analisis Likuiditas
Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo
(Munawir, 2002). J adi analisis likuiditas menunjukkan apakah
perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan
jatuh tempo. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan
menggunakan rasio berikut:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio
lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat
masalah likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan
ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang
ada untuk menghasilkan laba (Sawir, 2005).
Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio lancar =
Lancar Hutang
Lancar Aktiva

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005) persediaan
merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah
sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu
yang singkat. J adi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut:
96
Rasio cepat =
Lancar Hutang
Persediaan Lancar Aktiva

B. Analisis Solvabilitas
Analisis Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang umum
digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain (Munawir, 2002).
1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan
dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi
nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko
perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir,2005).
Rasio utang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio utang =
Aktiva Total
Hutang Total

2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas
(modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya (Sawir, 2005). Rasio utang terhadap ekuitas dapat
dirumuskan:
Rasio utang terhadap ekuitas =
Ekuitas Total
Hutang Total

3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan
untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai
rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang
97
digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio
ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ekuitas terhadap total aktiva =
Aktiva Total
Ekuitas Total

4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)
Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang
digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan. J ika aktiva
tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan
lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang.
Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri
supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-
waktu pembayaran utang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Ekuitas terhadap aktiva tetap =
Tetap Aktiva Total
Ekuitas Total

5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang J angka Panjang (Fixed Asset
to long Term Debt Ratio)
Rasio menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap terhadap
seluruh kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio ini
merupakan ukuran tingkat keamanan kreditur jangka panjang
terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Semakin
tinggi nilai rasio ini maka semakin besar jaminan keamanan
kreditur dari perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio Aktiva tetap thd Utang jgk. panjang
=
Panjang Jgk. Hutang
Tetap Aktiva Total

C. Analisis Profitabilitas
98
Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dalam
periode tertentu. Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk
mengukur profitabilitas adalah:
1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan perusahaan
yang diperoleh melalui penjualan. Semakin besar nilai rasio
maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin Laba kotor = Penjualan Harga Pokok
Penjualan
Penjualan
2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Dapat dirimuskan sebagai berikut:
Rasio Marjin Laba Bersih =
Penjualan
Bersih Laba

3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam
memperoleh laba. Semakin besar nilai rasio ini maka
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi semakin
besar pula. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin operasi =
Penjualan
Usaha Laba

4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang
tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan
dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan,
dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
99
Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) =
Ekuitas
Bersih Laba

5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)
Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi
yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Manajemen
dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan
yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar
dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)
=
Aktiva Total
Bersih Laba


6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)
Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan
tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan
operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva
(ROA) =
Aktiva Total
Usaha Laba

D. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi
dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan
asset untuk memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan.
Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio
sebagai berikut:
1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
100
Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas
penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan
penjualan dan memperoleh laba (profit). Nilai rasio ini
menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat diperoleh
untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Total Aktiva =
Aktiva Total
Penjualan

2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam
kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini
berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan
pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Aktiva Tetap =
Tetap Aktiva
Penjualan



3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over
Ratio)
Rasio ini digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan
modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan (dalam rupiah)
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Modal Kerja =
Bersih Kerja Modal
Penjualan

4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
101
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan
persediaan barang dagang. Rasio ini mencerminkan besarnya
nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap
persediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Persediaan =
Persediaan
Penjualan

5. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over
Ratio)
Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih
piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Raio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Piutang =
Piutang
Penjualan

2.2.2.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode
Persentase Terhadap Penjualan
Teknik yang digunakan untuk memproyeksi kebutuhan
keuangan ini dapat dijelaskan dengan prosedur sebagai berikut
(Mushlih, 2003) :
1. Hitung proporsi dari aktiva lancar dan aktiva tetap terhadap
penjualan. Proporsi ini diasumsikan tetap sama untuk periode
proyeksi tahun yang akan datang.
2. Hitung kenaikan dalam total aktiva yang disebabkan oleh
kenaikan penjualan. Kenaikan dalam total aktiva ini harus
dibiyai dengan sumber dana baik utang atau modal sendiri.
3. Sumber dana utang diperoleh antara lain dari sumber spontan,
yaitu utang dagang, dan biaya- biaya yang akan dibayar karena
timbulnya penjualan.
102
4. Kekurangan dari sumber dana ini dapat di biayai dari retained
earnings sesudah dikurangi dividen dan pembiayaan dari utang
luar lainnya.
Teknik penentuan kebutuhan pembiyaan dari luar ini
secara sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut :
EF = [{(TA CL) / So} x ^S] {(SI x NPM) (1 DP)}
Dimana :
EF =Dana luar yang dibutuhkan.
TA =Total Aktiva perusahaan.
CL =Utang Lancar.
So =Penjualan pada tahun awal.
^S =Tambahan penjualan yang direncanakan.
S1 =Penjualan pada tahun proyeksi 1.
NPM =Net Profit Margin.
DP =Rasio Pembayaran Dividen Terhadap Earning Per Share
(dividen pay out ratio).
2.3. Penilaian Kinerja BUMN
Penilaian kinerja perusahaan BUMN berdasarkan pada ketentuan
Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN
No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga aspek,
yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam
penelitian ini digunakan standar penilaian kinerja berdasarkan SK. Menteri
BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai Tingkat Kesehatan BUMN
berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan yang meliputi aspek
103
keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Tata cara penilaian
Tingkat Kesehatan BUMN selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 1.
Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan
Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan menjadi
tiga kategori yaitu:

a. Sehat, yang terdiri dari :
AAA apabila total skor (TS) >95
AA apabila 80<TS<=95
A apabila 65<TS<=80
b. Kurang Sehat, yang terdiri dari :
BBB apabila 50<TS<=65
BB apabila 40<TS<=50
B apabila 30<TS<=40
c. Tidak Sehat, yang terdiri dari :
CCC apabila 20<TS<=30
CC apabila 10<TS<=20
C apabila TS<=10
Bagi BUMN yang tergolong kurang sehat atau tidak sehat dapat
melakukan restrukturisasi dalam rangka peningkatan efisiensi dan
produktivitas. Restrukturisasi perusahaan tersebut, meliputi:
1. Perubahan status hukum BUMN ke arah yang lebih menunjang pencapaian
maksud dan tujuan perusahaan.
2. Kerjasama operasi/ kontrak manajemen dengan pihak ketiga.
3. Konsolidasi/ merger.
4. Pemecahan badan usaha.
5. Penjualan saham melalui pasar modal.
6. Penjualan saham secara langsung (direct placement).
7. Pembentukan perusahaan patungan.
2.4. Penelitian Terdahulu
Irwan, tahun 2003 melakukan penelitian dengan judul Kinerja
Keuangan PT. FAST FOOD INDONESIA Tbk. Periode 1997-2001. Tujuan
104
dari penelitiannya ialah melihat perkembangan dan proporsi keuangan
perusahaan selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 1997-2001; menganalisis
kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio, yang tercermin dari
tingkat rentabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan aktivitas; menganalisa faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan; serta mengidentifikasi strategi
yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya di masa
yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain
menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio
yang terdiri dari rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas serta
analisis Du Pont. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perusahaan
yaitu biaya pokok, biaya operasional dan perputaran persediaan yang kurang
efisien. Sedangkan faktor eksternal bersifat sementara dan tidak bisa
dikontrol perusahaan.
Penelitian Nurhasanah tahun 2005 yang berjudul Analisis Laporan
Keuangan dan upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT.
(Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah
mengetahui perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis
kinerja keuangan perusahaan, serta mengidentifikasi strategi bagi
keberlangsungan operasional selanjutnya. Metode yang digunakan dalam
penelitiannya antara lain analisis trend, analisis persentase per komponen,
analisis rasio serta analisis Du Pont. Berdasarkan hasil analisisnya, kondisi
perusahaan selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup
baik.
Senny Oktaviani pada tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul
Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistik Jakarta.
Tujuan yang mendasari penelitiannya adalah menganalisis kinerja koperasi-
BPS dengan menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh Kementrian
Koperasi dan UKM tahun 2003, mengetahui masalah yang mempengaruhi
kinerja Koperasi-BPS, serta memberikan saran untuk perbaikan kinerja
Koperasi-BPS dimasa yang akan datang. Metode yang dipergunakan dalam
penelitiannya antara lain menggunakan alat analisis berupa analisis trend,
105
persentase per komponen, dan analisis rasio. Selain itu digunakan juga
metode analisis standar penilaian kinerja Koperasi untuk mengetahui kinerja
koperasi secara keseluruhan. Adapun hasil yang diperoleh dalam
penelitiannya adalah berdasarkan analisis standar penilaian kinerja koperasi
maka koperasi BPS pada tahun-tahun analisis sudah termasuk dalam kategori
Koperasi yang berkinerja baik, hanya saja kecenderungan nilainya menurun.











III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran
Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area
J aringan Kramat J ati dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh
mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan
keuangannya dari tahun ke-tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat
diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya
keuangannya didalam usahanya. Selain itu kinerja keuangan juga
mencerminkan keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan
berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan
keuangannya.
Gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat
diperoleh dengan cara melakukan interpretasi atau analisis terhadap laporan
keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi
yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area
J aringan Kramat J ati dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan
keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja
106
keuangannya dianalisis melalui analisis laporan keuangan, diantaranya
analisis Trend, analisis presentase per-komponen, analisis rasio (likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis laporan keuangan yang
berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-
BUMN/2002 berdasarkan aspek keuangan, serta proyeksi kebutuhan dana
untuk periode berikutnya.
Dari hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat diketahui
perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area J aringan Kramat
J ati untuk empat periode terakhir (2003-2005) dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat
digambarkan dalam bagan berikut:
107

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Analisis Keuangan;
- Analisis Trend
- Analisis Vertikal
- Analisis Rasio
- Proyeksi Kebutuhan Dana
Penilaian Kinerja Perusahaan
Berdasarkan SK Menteri BUMN
No.100/M-BUMN/2002
Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan SK. Menteri BUMN
No.100/M- BUMN/2002
Perkembangan Kinerja Keuangan
PT. PLN (persero) AJ Kramat J ati
(2003-2005)
Kebijakan Keuangan
PT. PLN (Persero)
Pelaksanaan Kebijakan Keuangan
PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati
Laporan Keuangan
PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati
Periode 2003-2005
Aspek Administrasi
Aspek Operasional
Aspek Keuangan
108

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Kegiatan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yakni pada bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2006 di PT. PLN (Persero) Area J aringan
Kramat J ati yang berlokasi di J l.Raya Bogor Km 20 No. 1 Kramat J ati,
J akarta Timur.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui
wawancara tidak terstruktur dengan pihak manajemen perusahaan. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang meliputi
laporan neraca kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), laporan
laba-rugi kurun waktu empat periode terakhir (2003-2005), profil perusahaan
serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dalam kebutuhan data
penelitian. Sebagai data penunjang, dikumpulkan pula data-data yang telah
diolah pada instansi-instansi terkait, seperti BPS dan Kementrian Keuangan,
serta berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan (melalui proses editing)
dari penelitian, diolah (tabulasi) secara manual maupun dengan menggunakan
alat bantu (komputer). Data yang telah dikumpulkan, disusun dan diolah
kemudian dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif.
Analisis perkembangan kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area
J aringan Kramat J ati dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis trend, analisis common
size statement, analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis; yakni
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas, serta proyeksi kebutuhan
dana untuk periode mendatang.
Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan, penilaian
kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan
109
SK. Menteri BUMN No.100/M- BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja
perusahaan dalam aspek keuangan.
3.4.1Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN
Penilaian kinerja perusahaan berdasarkan pada ketentuan Kementrian
BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No.100/M-
BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap aspek keuangan. Analisis
laporan keuangan perusahaan mengacu pada standar penilaian kinerja
perusahaan tersebut untuk diketahui tingkat kinerja keuangan PT. PLN
(Persero) Area J aringan Kramat J ati periode 2003-2005.
3.4.2. Analisis Trend
Rx
t
=
o
t
Px
Px
x 100%
Dimana; Rx
t
=nilai persentase untuk tahun ke-t
Px
t
=pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
Px
o
=pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
3.4.3. Analisis Persentase Per-Komponen (Common-Size Statement)
Ry
t
=
o
t
Py
Py
x 100%
Dimana; Ry
t
=nilai persentase pos yang dibandingkan
Py
t
=pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t
Py
o
=pos dasar sebagai pembanding
3.4.4. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai
kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis
yang hanya didasarkan pada data keuangan yang tidak berbentuk rasio
(Sawir, 2005). Analisis rasio ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis
aktivitas.
Analisis Likuiditas, yang terdiri atas;
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
110
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Analisis Solvabilitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)
2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)
4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)
5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang J angka Panjang (Fixed Asset to long
Term Debt Ratio)
Analisis Profitabilitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)
4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)
5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)
6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)
Analisis Aktivitas, yang terdiri atas;
1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)
3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio)
4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
5. Rasio Perputaran Piutang ( Account Receivable Turn Over Ratio)
3.4.5. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap
Penjualan
EF =[{(TA CL) / So} x ^S] {(SI x NPM)
(1 DP)}
111

Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
Ya
Penentuan
Desain Penelitian
Studi Pustaka
Ruang Lingkup Penelitian
Metode Penelitian
Tujuan Penelitian
Penentuan Teknik
Pengumpulan data
Penentuan Cara Pengolahan
dan Analisis data
Pengumpulan Data
- Data Gambaran Umum PT.
PLN
- Laporan keuangan PT. PLN
Periode 2003-2005
Metode Pengolahan Data &
Analisis Data
- Analisis Trend
- Analisis Persentase Per-
Komponen
- Analisis Rasio Keuangan
- Proyeksi kebutuhan dana
OK
Tabulasi Data yang diperoleh
Ya Tidak
Perhitungan
- Perhitungan Trend
- Perhitungan Persentase Per-
komponen
- Perhitungan Rasio
- Perhitungan kebutuhan dana
OK
Interpretasi (Penilaian Kinerja
Keuangan Perusahaan)
Tidak
Perkembangan Kinerja
Keuangan Perusahaan
Standar Penilaian Kinerja
Perusahaan Berdasarkan SK.
Menteri BUMN No.100/M-
BUMN/2002
112


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA PERUSAHAAN


Nama : PT PLN (Persero) Distribusi J akarta Raya dan
Tangerang.
Ditetapkan : 16 J anuari 2003, sesuai SK Direksi PT PLN
(Persero)
No. 010.K/010/DIR/2003
Kantor Induk : J l. M.I. Ridwan Rais No. 1 J akarta 10110
Indonesia
Bisnis Utama : Penjualan Tenaga Listrik
Pengoperasian, Pemeliharaan dan
Pengembang J aringan Tenaga Listrik Sistem
Tegangan Menengah (20 KV) dan J aringan
Tegangan Rendah (220 V)
Total Aset : Rp. 2,8 Trilyun
SDM : 3.475 Orang ( status Agustus 2005 )
J umlah
Pelanggan

: 3.073.413 Pelanggan ( status Maret 2005 )
4.1.1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PERUSAHAAN
4.1.1.1. Visi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Diakui sebagai Perusahaan Publik Utility dengan kinerja
kelas dunia yang unggul, tumbuh berkembang bertumpu kepada
potensi insani.
4.1.1.2. Misi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Melaksanakan Distribusi dan Penjualan Tenaga Listrik
serta mengembangkan usaha dalam bisnis yang terkait berdasarkan

113
kaidah Industri dan Usaha yang sehat yang berorientasi kepada
Kepuasan Pelanggan, Anggota Perusahaan dan Pemegang Saham.
4.1.1.3. Tujuan PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Korporatisasi (kelayakan keuangan) sebagai perusahaan yang
mandiri.
Transparansi/akuntabilitas dalam bidang peran, tugas, tanggung
jawab dan wewenang.
Peningkatan efisiensi dan pengembangan usaha.
Sasaran PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Menyiapkan Strategi Unit Bisnis menjadi anak perusahaan yang
mandiri.
Meningkatkan Customer Value, Share holder Value dan Employee
Value.
Meningkatkan kompetensi dan efektifitas kinerja SDM.
Mengupayakan penerapan tarif tenaga listrik sesuai dengan nilai
ekonominya (Customer Oriented Company).
Menyediakan tenaga listrik dengan jumlah dan kualitas yang
memadai sesuai dengan kaidah bisnis yang wajar.
4.1.2. STRUKTUR ORGANISASI

114

4.2. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN


Sejarah berdirinya PLN Distribusi J akarta Raya dan Tangerang
diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang listrik oleh
salah satu perusahaan Belanda (NV NIGM) yang ditandai dengan pendirian
pusat pembangkitan tenaga listrik (PLTU) yang berlokasi di Gambir.
Sejalan dengan pasang surutnya sejarah perjuangan bangsa, maka
pada masa pemerintahan J epang NV NIGM (Belanda) diambil alih oleh
Pemerintah J epang yang pada akhirnya dialihkan ke perusahaan Djawa Denki
J ogyosha Djakarta Shisha.
Dengan berakhirnya kekuasaan J epang pada 17 Agustus 1945, maka
dibentuklah Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta yang selanjutnya
dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada tahun 1947 dan
namanya berubah menjadi NV OGEM. Kemudian dengan berakhirnya masa
konsesi NV OGEM Cabang J akarta yang selanjutnya diikuti dengan
nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia sesuai Keputusan Menteri PU dan
Tenaga No. U 16/9/I tanggal 30 Desember 1953, maka pada tanggal 01
J anuari 1954 dilakukan serah terima dan pengelolaannya diserahkan ke
Perusahaan Listrik J akarta dengan wilayah kerjanya adalah meliputi J akarta
Raya dan Ranting Kebayoran & Tangerang.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka perubahanpun terus bergulir
sesuai kronologi berikut ini:
1. Berdasarkan UU No. 19 tahun 1960 dan PP No. 67 tahun 1961,
dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU
PLN) khusus untuk wilayah J akarta dengan nama Perusahaan
Listrik Negara Exploitasi XII.
2. Berdasarkan SK Direksi BPU PLN No. Kpts/030/DIRPLN/62
tanggal 21 Desember 1962, wilayah kerja PLN Exploitasi XII
dibagi menjadi 7 buah distrik dengan kelas yang berbeda-beda.
3. Pada tahun 1965 terjadi perubahan tanggung jawab, dimana PLN
Exploitasi XII meliputi Cabang Gambir & Cempaka Putih, J akarta
115
Kota, Kebayoran, J atinegara & Cawang, Tangerang dan Cabang
Tanjung Priok pada tahun 1970.
4. Berdasarkan PP No. 18 tahun 1972, status Perusahaan Listrik
Negara dirubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara.
5. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 01/Prt/1973 tanggal 23
Maret 1973, PLN Exploitasi XII dirubah menjadi Perum Listrik
Negara Distribusi IV yang meliputi Cabang Gambir, Kota,
Kebayoran, J atinegara, Tanjung Priok, Tngerang dan Bengkel
Karet.
6. Berdasarkan SK Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8
Agustus 1976, nama PLN Distribusi IV dirubah menjadi PLN
Distribusi J akarta Raya dan Tangerang (sesuai SE Direksi PLN No.
025/PST/1976 tanggal 17 April 1976).
7. Berdasarkan penjelasan dan pengumuman Pemerintah tentang
pembentukan Kabinet Pembangunan III tanggal 29 Maret 1978,
PLN yang semula bernaung di bawah Departemen PUTL dialihkan
menjadi di bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi.
8. Pada kurun waktu 1984 s/d 1988 terjadi beberapa penambahan Unit
Kerja, sehingga PLN Distribusi J akarta Raya dan Tangerang
memiliki tujuh cabang sebagai unsur pelaksana, satu unit pengatur
distribusi dan satu bengkel pemeliharaan kelistrikan. Dua yang
disebut terakhir adalah sebagai unsur penunjang.
9. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 J uni 1994, PLN
yang dulunya dikenal sebagai PERUM berubah statusnya menjadi
PERSERO, sehingga namanya berubah menjadi PT PLN (Persero)
Distribusi J akarta Raya dan Tangerang.
10. Berdasarkan White Paper Mentamben Agustus 1998, maka
Pemerintah meluncurkan kebijakan Restrukturisasi Sektor
Ketenagalistrikan sesuai Keputusan Menko WASPAN No.
39/KEP/MK.WASPAN/9/1998 serta kebijakan PT PLN (Persero)
Kantor Pusat, maka PT PLN (Persero) Distribusi J akarta Raya &
116
Tangerang diarahkan kepada Stategic Business Unit/Investment
Centre.
11. Sehubungan dengan butir no. 10 di atas, maka Direksi PLN telah
mengeluarkan SK No. 161.K/010/DIR/2000 tanggal 05 September
2000 tentang organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi
J akarta Raya dan Tangerang. Sesuai SK Direksi tersebut, maka
susunan organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi J akarta
Raya dan Tangerang adalah sebagai berikut:
a. Unsur Pimpinan adalah General Manager
b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:
1. Pemasaran dan Pengembangan Usaha
2. Pelayanan Pelanggan
3. Komersil
4. Perencanaan
5. Operasi dan Pelayanan Gangguan
6. Pemeliharaan
7. Logistik
8. Teknologi Informasi
9. Keuangan
10. Akuntansi
11. Organisasi dan SDM
12. Hukum
13. Hubungan Masyarakat
14. Umum
c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern
d. Unit Pelayanan (UP)
e. Unit Pengelola J aringan (UPJ )
f. Unit Gardu Induk
g. Unit Pengatur Distribusi (UPD)
12. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
No.010.K/010/DIR/2003 tanggal 16 J anuari 2003 tentang
Organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se J awa-Bali, maka
117
susunan organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se J awa-Bali
sebagai berikut :
a. Unsur Pimpinan adalah General Manager
b. Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:
1. Perencanaan
2. Distribusi
3. Niaga
4. Keuangan
5. SDM dan Organisasi
6. Komunikasi Hukum dan Administrasi
c. Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern
d. Area Pelayanan (AP)
e. Area J aringan (AJ )
f. Area Pengatur Distribusi (APD)
g. Area Pelayanan dan J aringan :
- Unit Pelayananan
- Unit Pelayananan J aringan
- Unit Pelayananan dan J aringan
4.3. PELUANG DAN KEUNGGULAN
4.3.1. Peluang
Tingginya pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang mencapai
11% sebelum terjadinya krisis moneter, merupakan suatu peluang bisnis yang
menjanjikan.
Pemulihan ekonomi yang mulai bergulir saat ini diharapkan dapat
mendongkrak pertumbuhan akan permintaan tenaga listrik yang sempat
terpuruk pada tahun 1998. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan yang
bergerak naik dari -8,96% pada tahun 1998 menjadi 6,45% pada tahun 1999
dan sesuai perkiraan menjadi 12,75% pada akhir tahun 2000.
4.3.2. Keunggulan
Memiliki sistem kelistrikan yang andal, dengan dukungan sistem
J aringan Tenaga Listrik (J TL) yang terdiri dari:
118
Sistem J TL yang lengkap yang terdiri dari J TM 11.510 Kms, J TR
25.087 Kms, Gardu Distribusi (GD) 11.006 unit, Gardu Hubung
(GH) 173 unit (status J anuari 2003) dan konfigurasi jaringan yang
sedemikian rupa sehingga menjamin keandalan pasokan tenaga
listrik ke konsumen.
Tersebarnya Area-Area Pelayanan yang berjumlah 35 unit di
Wilayah Distribusi J akarta dan Tangerang yang mendekati
konsentrasi pelanggan, sehingga menjamin kecepatan pelayanan
kepada masyarakat pelanggan.
4.4. Perkembangan (Trend) Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati
Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan
menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis trend atau
yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Analisis trend (horizontal)
digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam
laporan keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis trend ini dapat
diketahui kecendrungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun
hasil-hasil (keuntungan) yang telah diperoleh perusahaan, apakah
meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap). Selain
itu analisis ini juga berperan sebagai analisis pendukung dalam
menginterpretasikan hasil analisis rasio sehingga komponen-komponen
yang dilihat dalam analisis trend adalah komponen yang digunakan dalam
analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai
tahun dasar dalam analisis trend adalah tahun 2003, dengan alasan bahwa
tahun 2003 adalah tahun awal dari penelitian. Terlihat dari lampiran terdapat
susunan neraca yang tidak lazim, hal ini terjadi karena perusahaan melihat
jumlah nilai yang terbesar dulu untuk mengetahui komposisi dari struktur
aktivanya. Berdasarkan panduan tata cara penyusunan laporan keuangan,
terdapat ketentuan yang mempersilakan tiap-tiap Area J aringan dalam
penyusunan laporan keuangannya memakai cara-cara agar lebih mudah
dalam menginterpretasikannya. Hasil analisis trend terhadap laporan
119
keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati dapat dilihat pada gambar 3
dibawah ini.
0
100
200
300
400
500
600
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Aktiva lancar
Pekerjaan Dalam
Pelaksanaan
Aktiva Tetap
Aktiva lain-lain
Utang Lancar
Ekuitas

Gambar 3. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Neraca PT. PLN


(Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

Tabel 1. Perkembangan Nilai Komponen Neraca (%)


Komponen 2003 2004 2005
Aktiva
Lancar
100 55 70
Pekerjaan
Dalam
Pelaksanaan

100

188

258
Aktiva
Tetap
100 98 115
Aktiva Lain
- lain
100 120 102
Utang
Lancar
100 110 510
Ekuitas 100 101 116
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode
2003 2005 (diolah)
120
Hasil analisis trend dari komponen neraca selama tahun 2003-2005
menunjukkan bahwa komponen pekerjaan dalam pelaksanaan menunjukkan
kecenderungan yang meningkat sebesar 158 %. Kenaikan ini terjadi karena
cepatnya laju pertumbuhan ekonomi di kawasan AJ Kramat J ati, terutama
maraknya pusat- pusat perbelanjaan baru yang memerlukan instalasi listrik
dengan segera.
Disisi pasiva kenaikan juga terjadi pada komponen utang lancar, di
mana kenaikan dari jumlah utang lancar selama periode 2003-2005
mencapai 410 %, kenaikan ini terutama disebabkan naiknya harga minyak
bumi pada pertengahan dan akhir 2005 sehingga utang usaha yang
merupakan komponen penyumbang terbesar pada jumlah utang lancar
meningkat drastis.
Tabel 2. Perkembangan Nilai Komponen laba Rugi (%)
Komponen 2003 2004 2005
Pendapatan
Bersih
100 113,33 126,67
Beban
Usaha
100 88,31 68,4
Rugi Bersih 100 87,4 58,9
0
20
40
60
80
100
120
140
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Pendapatan Bersih
Beban Usaha
Rugi Bersih

Gambar 4. Perkembangan (Trend) Komponen-komponen Laba-Rugi PT.


PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

121

Analisa trend terhadap laba rugi memperlihatkan adanya penurunan
dari sisi rugi bersih yang diterima perusahaan dari periode 2003-2005
seperti yang terlihat dalam gambar 4. Penurunan ini disebabkan adanya
kenaikan dalam pendapatan bersih pada periode 2003-2005 dan penurunan
beban usaha sehingga mengurangi rugi bersih yang diperoleh perusahaan.
Penurunan terbesar rugi bersih perusahaan terjadi di2005 dengan penurunan
rugi bersih sebesar 41,1 % dari tahun dasar.
4.5. Persentase Per-Komponen Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati
Analisis persentase per-komponen atau yang biasa dikenal dengan
analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan
dalam lima tahun terakhir. J enis metode analisis ini disebut juga dengan
metode analisis statis dimana komponen yang diperbandingkan dengan
komponen lainnya dalam satu laporan keuangan yang sama berada dalam
tahun yang sama. Dengan kata lain informasi yang didapat hanya keadaan
keuangan pada tahun itu saja. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi
investasi pada masing-masing aktiva, struktur permodalan serta komposisi
biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Selain itu
analisis ini juga merupakan pendukung analisis rasio didalam
menginterpretasikannya. Hasil analisis persentase per-komponen terhadap
laporan keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati terlihat pada gambar 5.
122
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Aktiva Lancar
Pekerjaan Dalam
Pelaksanaan
Aktiva Tetap
Aktiva lain-lain

Gambar 5. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Aktiva Terhadap
Total Aktiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-
2005

Tabel 3. Perkembangan Nilai Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva (%)
Komponen 2003 2004 2005
Aktiva
Lancar
1 0,5 0,6
Pekerjaan
Dalam
Pelaksanaan

4

6,9

8
Aktiva
Tetap
94 92,2 91,1
Aktiva Lain
lain
1 0,4 0,3
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode
2003-2005 (diolah)
Hasil analisis persentase per-komponen terhadap laporan neraca
menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap memiliki
proporsi yang lebih besar terhadap total aktiva dibandingkan dengan aktiva
lancar dan aktiva lain-lain serta pekerjaan dalam pelaksanaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan selama periode ini lebih banyak
123
mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang.
Investasi yang dilakukan yakni penggantian minyak trafo dan pendirian gardu
induk baru untuk masa operasi 25 tahun ke depan.
Tabel 4. Perkembangan Nilai Komponen Pasiva Terhadap Total Pasiva (%)
Komponen 2003 2004 2005
Total Utang 1 1 4
Ekuitas 99 99 96
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode 2003
-2005 (diolah)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Total Utang
Ekuitas

Gambar 6. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Pasiva Terhadap
Total Pasiva PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-
2005


Disisi pasiva, komponen ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang
lebih besar terhadap total pasiva dibandingkan dengan total kewajibannya.
Selama empat periode terakhir tidak terjadi perubahan yang signifikan,
dimana jumlah ekuitas menurun sebesar 3 % pada tahun 2005 dibandingkan
tahun sebelumnya. Total utang yang meningkat sebesar 3 % pada tahun 2005
karena kenaikan utang lancar yang cukup besar. Disisi pasiva juga terlihat
124
komponen akun antar satuan administrasi, pada dasarnya nilai yang terdapat
dalam komponen tadi merupakan penilaian kembali atas aktiva tetap.




Tabel 5. Perkembangan Nilai Komponen Laba Rugi Terhadap Rugi Bersih
(%)
Komponen 2003 2004 2005
Pendapatan
Lain lain
0,9 0 10
Pendapatan
Bersih
7 9 15
Beban
Usaha
107,9 109 125
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode 2003
2005 (diolah)
0
20
40
60
80
100
120
140
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Pendapatan Lain- lain
Pendapatan Bersih
Beban Usaha

125
Gambar 7. Perkembangan (Trend) Proporsi Komponen Laba Rugi Terhadap
Rugi Bersih PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003-
2005


Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi menunjukkan bahwa
komponen beban usaha merupakan komponen dengan proporsi penyumbang
terbesar terhadap rugi bersih. Di mana dalam komponen ini terdapat beban
fungsi distribusi yang terdiri dari perawatan/pemeliharaan atas sistem
distribusi yang terdiri atas Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET),
trafo step up, trafo step down, gardu hubung dan gardu distribusi yang berada
dalam wilayah Area J aringan Kramat J ati. Dalam gambar 7 terlihat angka
proporsi beban usaha terhadap rugi bersih yang rata-ratanya hampir 114 %.
Sedangkan komponen pendapatan usaha berfluktuatif dengan kecenderungan
yang meningkat di bandingkan dengan tahun dasar. Dalam laporan ini juga
terlihat bahwa pendapatan usaha perusahaan hanya didapatkan dari
penyambungan listrik pelanggan, sesungguhnya nilai tersebut sudah
merupakan jumlah dari penjualan listrik secara kumulatif dari tiap unit
pelayanan yang berada di bawah kontrol Area J aringan Kramat J ati.
4.6. Analisis Rasio Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati
Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan
menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran
mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio
juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Dalam
analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama
periode tertentu untuk diketahui arah pergerakannya dan juga
membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya
atau bisa juga dengan menggunakan indikator atau tolok ukur tertentu dalam
memperbandingkannya.
4.6.1. Analisis Likuiditas
Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendeknya, yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini
126
juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek.
Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat
pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat
likuiditas PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati menggunakan rasio kas, rasio
lancar dan rasio cepat.. Perkembangan nilai rasio likuiditas PT. PLN (Persero)
AJ Kramat J ati dapat dilihat dalam gambar 8.
Tabel 6. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas (%)
Komponen 2003 2004 2005
Rasio Lancar 101,2 50,8 14,2
Rasio Cepat 32 23,3 7,5
Rasio Kas 4,4 3,2 1,05
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode 2003
-2005 (diolah)
a. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan. Dalam rasio ini
persediaan diperhitungkan dengan anggapan bahwa persediaan merupakan
aktiva lancar yang likuid atau cepat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dari
hasil analisis, rata-rata rasio cepat PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati adalah
21,9 % yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp.
21,9,- aktiva lancar tanpa persediaan, nilai rasio ini dianggap kurang baik
karena berada dibawah standar yang ditentukan yakni >100 %.
Perkembangan nilai rasio ini terlihat pada gambar 8 dengan tren yang
menurun tiap tahunnya dengan penurunan terbesar terjadi di tahun 2005.
Keadaan ini terjadi karena di tahun tersebut terjadi peningkatan jumlah utang
lancar yang sangat besar.
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil
analisis, rata- rata rasio lancar PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati adalah 55,4
127
% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 55,4,-
aktiva lancar. Bila dilihat dari nilainya, kemampuan perusahaan kurang baik
karena berada dibawah standar yang ditetapkan sebesar 200 %.
Perkembangan nilai rasio ini selama tiga periode terakhir menunjukkan tren
menurun. Penurunan ini disebabkan naiknya jumlah kewajiban lancar
perusahaan dalam tiga periode terakhir dan adanya tren menurun dari jumlah
aktiva lancarnya.
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling likuid dalam
mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT.
PLN (Persero) AJ Kramat J ati adalah 2,88 %. Ini menunjukkan setiap Rp.
100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 2,88,- uang kas dan bank.
Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan kurang baik
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
komponen aktiva yang sangat likuid karena berada di bawah standar minimal
yaitu 40 %. J ika dilihat dalam gambar 7 dibawah, perkembangan indikator
rasio kas dalam empat periode terakhir cenderung menurun.
0
20
40
60
80
100
120
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Rasio Lancar
Rasio Cepat
Rasio Kas

128
Gambar 8. Perkembangan (Trend) Rasio Likuiditas PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati Periode 2003- 2005

4.6.2. Analisis Solvabilitas


Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik belum
tentu menjamin kondisi keuangan jangka panjang yang baik pula. Analisis
solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati dilakukan dengan
menggunakan rasio utang, rasio utang terhadap ekuitas, rasio ekuitas terhadap
total aktiva dan rasio ekuitas terhadap aktiva tetap. Perkembangan nilai rasio-
rasio solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati tersaji dalam gambar 9.
Tabel 7. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas (%)
Komponen 2003 2004 2005
Rasio Utang 1 1,1 4,3
Rasio Utang
dengan
Modal

1

1,1

4,5
Rasio
Modal
Dengan
Aktiva

95,6

96,8

98,9
Rasio
Modal
Terhadap
Aktiva
Tetap


104,3


105,1


105
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode
2003 -2005 (diolah)
129
0
20
40
60
80
100
120
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Rasio Utang
Rasio Utang Dengan Modal
Rasio Modal Dengan Aktiva
Rasio Modal Terhadap
Aktiva Tetap

Gambar 9. Perkembangan (Trend) Rasio Solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati Periode 2003- 2005

a. Rasio Utang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan rasio untuk menunjukkan banyaknya jumlah
aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman. Selama tiga periode
(2003-2005), nilai rata-rata rasio ini sebesar 2,27 % yang berarti bahwa
jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman sebesar 2,27 %, dan sisanya
dibiayai dari modal sendiri sebesar 97,73 %, nilai untuk rasio ini dianggap
baik karena berada diatas standar yang ditetapkan sebesar <50 %. Kondisi ini
menunjukkan resiko yang ditanggung perusahaan relatif kecil karena hampir
seluruhnya kepemilikan aktiva dibiayai sendiri. Dalam gambar 9 terlihat
adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan berani mengambil resiko dengan melakukan pinjaman
yang lebih besar untuk membiayai aktivanya.
b. Rasio Utang Terhadap Ekuitas (Debt To Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar modal sendiri dapat menjamin
utang perusahaan. Rata-rata rasio ini untuk empat periode terakhir adalah
2,33 %. Menurut standar angka ini dianggap baik karena perusahaan mampu
130
menjamin utang Rp. 2,33,- dengan modal Rp. 100,- artinya perusahaan
mampu menjamin semua kewajibannya dengan modal sendiri. Nilai standar
yang ditetapkan adalah minimal 100 %. Seperti yang terlihat dalam gambar 8,
perkembangan nilai rasio ini cenderung menurun. Penurunan ini terjadi
karena peningkatan jumlah ekuitas yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan kenaikan dari jumlah utang perusahaan.
c. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap
Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap yang dibiayai
dari modal sendiri. Nilai rata-rata rasio adalah sebesar 104,8 %. Angka ini
menunjukkan bahwa seluruh aktiva tetap dan sebagian aktiva lancarnya
dibiayai oleh modal sendiri karena nilainya yang berada diatas standar umum
sebesar >100 %. Nilai rasio yang sangat baik tersebut memperlihatkan
keadaan yang menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya
aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri sehingga tidak mengganggu terhadap
likuiditas perusahaan saat pembayaran utang tiba (jatuh tempo). Namun jika
dilihat dari perkembangannya, nilai rasio ini berfluktuasi seperti yang terlihat
dalam gambar 8 diatas. Perubahan nilai ini disebabkan adanya perubahan dari
jumlah aktiva tetap perusahaan.
d. Rasio Modal Terhadap Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan
pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga
menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang
memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari gambar terlihat angka
rata-rata dari rasio ini sebesar 97,1 % yang berarti bahwa proporsi aktiva
yang dibiayai modal sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan yang
dibiayai pinjaman. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun terakhir (2003-
2005) mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena perusahaan
selalu mengoptimalkan modal yang dimiliki untuk membiayai aktivanya.
4.6.3. Analisis Profitabilitas
Analisis Profitabilitas adalah suatu analisis yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
131
tertentu. Profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi keuangan
perusahaan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
a. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) atau dalam istilah yang
digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni
imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang
mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas
modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah
sebesar -15,8 %. Hal ini berarti setiap Rp. 100,- modal yang ditanamkan, akan
menghasilkan rugi bersih (imbalan) sebesar Rp. 15,8,- .
Walaupun untuk indikator ini nilainya negatif, namun perkembangan
indikator ini dari tahun ke tahun mengalami kenaikan seperti yang terlihat
dalam gambar 10.
Tabel 8. Perkembangan Nilai Rasio Profitbilitas (%)
Komponen 2003 2004 2005
ROE - 19,9 - 17,5 - 10
ROI - 19,7 - 17 - 9,6
ROA - 19,9 - 17 - 10,7
Laba Bersih - 1426 - 1100 - 663,1
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
(%)
2003 2004 2005
Tahun
ROE
ROI
ROA

132
Gambar 10. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero)
AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

b Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment)
Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan
dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan
investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) atas
investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat
keefektifan dari kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini
adalah sebesar -15,43 %, yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva
yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan kerugian sebesar Rp.
15,43,-.
c. Tingkat Pengembalian Atas Total Aktiva (Return Of Asset)
Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan
tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat
efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasinya. Dari gambar 10 di atas,
selama tiga periode terakhir menunjukkan kecenderungan yang terus
meningkat dengan nilai rata- rata untuk rasio ini -15,87 % yang berarti bahwa
setiap Rp. 100,- modal akan mendapatkan kerugian sebesar Rp 15,87,-.
133
-1600
-1400
-1200
-1000
-800
-600
-400
-200
0
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Margin Laba Bersih

Gambar 11. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero)
AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

d. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio)
Rasio marjin laba bersih menunjukkan tingkat laba bersih yang
diperoleh perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Rata-rata nilai
rasio ini adalah 1063,03 % yang berarti bahwa setiap Rp.100,- penjualan
yang dilakukan mampu menghasilkan kerugian (rugi bersih) sebesar
Rp.1063,03,-. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun (2003-2005)
menunjukkan trend yang meningkat tiap tahunnya. Tercatat kenaikan paling
besar terjadi di tahun 2005 dengan nilai rasio sebesar -663,1 % atau naik
sebesar 426,1 % dari tahun 2003. Peningkatan ini lebih dikarenakan
meningkatnya laba bersih yang diperoleh perusahaan karena semakin
menurunnya beban usaha.
4.6.4. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan
kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas perusahaan
134
dilakukan dengan menilai tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran
persediaan, tingkat perputaran total aktiva dan tingkat perputaran aktiva tetap.


Tabel 9. perkembangan Nilai Rasio Aktivitas
Komponen 2003 2004 2005
Perputaran
Total
Aktiva

0,01

0,01

0,01
Perputaran
Aktiva
Tetap

0,01

0,02

0,02
Perputaran
Persediaan
1,93 4,96 5
Perputaran
Piutang
233,3 0 18833
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode 2003
2005 (diolah)
135
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
0.018
0.02
Kali
2003 2004 2005
Tahun
Perputaran Total Aktiva
Perputaran Aktiva Tetap

Gambar 12. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero)


AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005

a. Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang
semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap.
Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 0,01 kali yang mengandung arti bahwa
dalam satu periode produksi, aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan
penjualan sebanyak 0,01 kali. Nilai ini menunjukkan kurangnya efisiensi
yang dilakukan perusahaan dalam pengoperasian aktiva tetapnya untuk
melakukan penjualan. Terlihat perkembangan nilai rasio ini cenderung statis
yang terlihat dalam gambar 12. Kisaran nilai untuk rasio ini adalah hampir
mendekati nol yang menunjukkan hampir tidak menggunakan aktiva
tetapnya.
b. Rasio Perputaran Total Aktiva (Assets Turn Over Ratio)
136
Rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas perusahaan
dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan
memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilai perputaran aktiva
cenderung stabil dengan rata-rata sebesar 0,01. Angka ini menunjukkan
bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk
melakukan penjualan adalah sebanyak 0,01 kali. Rendahnya nilai rasio ini
menunjukkan belum efisiennya perusahaan dalam pemanfaatan aktiva
perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki banyak aktiva yang
menganggur atau belum beroperasi, salah satunya adalah tujuh gardu induk
yang masih dalam proses pembangunan.
c. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Tingkat perputaran persediaan digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Selain itu indikator
ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan
produk yang dilakukan perusahaan. Dalam gambar 13 terlihat tingkat
perputaran persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati yang menunjukkan
perkembangan yang meningkat pada periode 2003-2005. Peningkatan ini
menunjukkan bahwa perusahaan dalam tiga periode terakhir telah melakukan
efisiensi dalam mengelola persediaan produknya sehingga tingkat perputaran
persediaan perusahaan menjadi meningkat. Nilai rata-rata indikator ini adalah
3,96 hari. Ini berarti bahwa rata-rata dalam satu tahun, persediaan PT. PLN
(Persero) AJ Kramat J ati disimpan dalam gudang (trafo) selama kurang lebih
4 hari. Persediaan ini terutama berkaitan dengan oerasional perusahaan,
seperti kabel, tiang, pcb dan lain sebagainya. Tingkat perputaran persediaan
yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan persediaan yang semakin
rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan operasi perusahaan karena
modal kerja yang tertanam dalam persediaan semakin sedikit. Dan sebaliknya
tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukkan tidak efisiennya
kegiatan operasi perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan modal kerja
sehingga hanya akan memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan.
137
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Hari
2003 2004 2005
Tahun
Perputaran Persediaan

Gambar 13. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati Periode 2003- 2005

d. Rasio Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang
diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya
dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk
mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio
ini adalah 6355,43 kali. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu
melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 6355 kali.
Terlihat dalam gambar 14 nilai rasio ini yang berfluktuasi selama tiga periode
terakhir. Besarnya nilai ini di sebabkan karena rendahnya jumlah piutang
perusahaan karena jarangnya penjualan yang dilakukan secara kredit.
138
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
Kali
2003 2004 2005
Tahun
Perputaran Piutang

Gambar 14. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ


Kramat Jati Periode 2003-2005

4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan


- Total Aktiva 2005 = Rp. 1,3 Milyar
- Total utang lancar =Rp. 56,7 Milyar
- Penjualan tahun 2005 =Rp. 18,8 Milyar
- Laba bersih sesudah pajak =- 58,9 %
Misalkan pada tahun 2006, perusahaan mengestimasi jumlah
penjualannya Rp. 18,88 Milyar, dimana nilai ini didapat dari jumlah
pendapatan perusahaan selama tiga bulan terakhir dikali dengan empat (Rp.
4,72 Milyar x 4) dengan asumsi tidak terjadi kenaikan pendapatan yang
jumlahnya signifikan maupun kenaikan yang besar dalam beban operasional
perusahaan, maka kebutuhan dana luar dapat dihitung sebagai berikut :
(perhitungan dalam milyar)
EF =[{(1,3 56,7) : 18,8} x 0,08 ] [(18,8 x - 0,589) (1 0)
EF =- 0,23 + 11,07
EF =10,84
139
Dari perhitungan ini terlihat bahwa jika perusahaan akan
meningkatkan penjualannya, perusahaan harus mencari dana sebanyak Rp.
10,84 Milyar. Dana ini digunakan perusahaan untuk membiayai operasinya
seperti memfungsikan kembali trafo yang ada tetapi belum digunakan secara
optimal, maupun digunakan untuk out sourcing yakni perekrutan pegawai
untuk tenisi, pencatat meter listrik maupun pegawai untuk rumah tangga
perusahaan. Proyeksi kebutuhan dana untuk tahun berikutnya dapat dilakukan
dengan cara yang sama. J ika proyeksi penjualan telah ditentukan, kebutuhan
dana luar dapat pula dihitung. Dengan demikian perusahaan dapat
mengantisipasi mencari dana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya.
4.8. Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN
Analisis ini ditujukan untuk menilai perkembangan kinerja PT. PLN
(Persero) AJ Kramat J ati dalam suatu periode tertentu, berdasarkan pada
ketentuan Kementrian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri
BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yang meliputi penilaian terhadap tiga
aspek, yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi.
Penilaian kinerja ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan BUMN yang
didasarkan pada penilaian kinerja perusahaan yang meliputi penilaian atas
ketiga aspek tersebut. Tapi dalam pembahasan ini hanya di batasi pada aspek
keuangannya saja.
4.8.1. Aspek Keuangan
Penilaian kinerja dalam aspek keuangan meliputi penilaian terhadap
indikator-indikator di dalam aspek keuangan. Indikator aspek keuangan yang
dinilai yaitu Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE), Imbalan Investasi
(ROI), Rasio Kas, Rasio Lancar, Collection Period, Perputaran Persediaan,
Perputaran total asset, dan Rasio modal sendiri terhadap total aktiva. Untuk
setiap indikator yang dinilai, diberikan bobot atau skor sesuai dengan nilai
indikator yang diperoleh. Hasil penilaian terhadap aspek keuangan pada PT.
PLN (Persero) AJ Kramat J ati empat periode terakhir (2003-2005) dapat
dilihat pada tabel 10.
140


Tabel 10. Penilaian Indikator-indikator Aspek Keuangan PT. PLN (Persero)
AJ Kramat J ati Periode 2003-2005.
Indikator 2003 2004 2005 Rata2 Skor
ROE (%) -19,9 -17,5 -10 -15,8 1
ROI (%) -19,7 -17 -9,6 -15,43 0
Cash Ratio
(%)
4,4 3,2 1,05 2,88 0
Current
Ratio (%)
101,2 50,8 14,2 55,4 0
Collection
Period
(hari)
1,56 0 0,01 0,52 4
Inventory
Turn Over
(hari)
1,93 4,96 5 3,96 4
Total Asset
Turn Over
(%)
1 2 1 1 0,5
Equity to
Total Asset
(%)
95,6 96,8 98,9 97,1 3,5
Sumber : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati Periode 2003
2005 (diolah)
a. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) atau dalam istilah yang
digunakan dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni
imbalan kepada pemegang saham merupakan suatu indikator rasio yang
mengukur besarnya tingkat imbalan yang diterima oleh pemegang saham atas
modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Nilai rata-rata indikator ini adalah
sebesar -15,8 persen. Hal ini berarti setiap Rp. 100,- modal yang ditanamkan,
akan menghasilkan rugi bersih (imbalan) sebesar Rp. 15,8,- Sesuai dengan
standar kementrian BUMN nilai ini berada pada kisaran yang paling rendah
dengan nilai rata-rata yang lebih dari -15 persen.
141
Walaupun untuk indikator ini kinerja perusahaan sudah termasuk tidak
baik namun perkembangan indikator ini dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan seperti yang terlihat dalam gambar 15.
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
(%)
2003 2004 2005
Tahun
ROE
ROI

Gambar 15. Perkembangan (Trend) Rasio Profitabilitas PT. PLN (Persero)
AJ Kramat Jati Periode 2003-2005

b. Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment)
Tingkat pengembalian investasi atau dalam istilah yang digunakan
dalam SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 yakni imbalan
investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) atas
investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat
keefektifan dari kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari indikator ini
adalah sebesar -15,43 %, yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva
yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan kerugian sebesar Rp.
15,43,-. Sesuai dengan standar kementrian BUMN nilai ini berada direntang
terendah dengan nilai rata-rata lebih dari -15 %.
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
142
Rasio kas merupakan indikator rasio yang paling likuid dalam
mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT.
PLN (Persero) AJ Kramat J ati adalah 2,88 %. Ini menunjukkan setiap Rp.
100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 2,88,- uang kas dan bank,
nilai untuk rasio ini berada pada kisaran terendah dengan skor 0 menurut
standar kementerian BUMN. Situasi ini memberikan gambaran bahwa
kemampuan perusahaan kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang sangat likuid. J ika
dilihat dalam gambar 16 dibawah, perkembangan indikator rasio kas dalam
tiga perode terakhir cenderung menurun.
d. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil
analisis, rata- rata rasio lancar PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati adalah 55,4
% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 55,4,-
aktiva lancar. Bila dilihat dari nilainya, skor yang diperoleh berada pada
tingkat terendah, juga selama tiga periode terakhir menunjukkan tren
menurun.

143
0
20
40
60
80
100
120
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Rasio Lancar
Rasio Kas

Gambar 16. Perkembangan (Trend) Rasio Likuiditas PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati Periode 2003- 2005

e. Collecting Period (CP)
Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang
diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya
dalam suatu periode atau juga waktu atau hari yang diperlukan untuk
mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio
ini adalah 0,52 hari. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu
melakukan kegiatan penagihan piutang dalam waktu 0,52 hari. Terlihat
dalam gambar 17 nilai rasio ini yang berfluktuasi selama tiga periode
terakhir. Kecilnya nilai ini di sebabkan karena rendahnya jumlah piutang
perusahaan karena jarangnya penjualan yang dilakukan secara kredit.

144
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
Hari
2003 2004 2005
Tahun
Collection Period
Perputaran Persediaan

Gambar 17. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati Periode 2003- 2005

f. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Tingkat perputaran persediaan digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memutarkan produknya. Selain itu indikator
ini juga digunakan untuk menunjukkan efisiensi pengelolaan persediaan
produk yang dilakukan perusahaan. Dalam gambar 17 terlihat tingkat
perputaran persediaan PT. PLN (Persero) AJ Kramat J ati yang menunjukkan
perkembangan yang meningkat. Peningkatan ini menunjukkan bahwa
perusahaan dalam tiga periode terakhir telah melakukan efisiensi dalam
mengelola persediaan produknya sehingga tingkat perputaran persediaan
perusahaan menjadi meningkat. Nilai rata-rata indikator ini adalah sebesar
3,96 hari. Ini berarti bahwa rata-rata dalam satu tahun, persediaan PT. PLN
(Persero) AJ Kramat J ati disimpan selama kurang lebih 4 hari. Tingkat
perputaran persediaan yang semakin tinggi atau lama hari penyimpanan
persediaan yang semakin rendah menunjukkan semakin efisiennya kegiatan
operasi perusahaan karena modal kerja yang tertanam dalam persediaan
semakin sedikit. Dan sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang rendah
menunjukkan tidak efisiennya kegiatan operasi perusahaan dalam
145
mengoptimalkan penggunaan modal kerja sehingga hanya akan memperkecil
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Skor yang didapatkan untuk rasio ini
merupakan skor yang tertinggi karena berada pada kisaran <60.
g. Rasio Perputaran Total Aktiva (Assets Turn Over Ratio)
Rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektivitas perusahaan
dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan
memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilai perputaran aktiva
cenderung stabil dengan rata-rata sebesar 1 %. Angka ini menunjukkan
bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk
melakukan penjualan adalah sebanyak 1 %. Rendahnya nilai rasio ini
menunjukkan belum efisiennya perusahaan dalam pemanfaatan aktiva
perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki banyak aktiva yang
menganggur atau belum beroperasi, salah satunya adalah tujuh gardu induk
yang masih dalam proses pembangunan. Nilai yang diperoleh sebesar 0,5
karena berada pada rentang terendah.
0
0.5
1
1.5
2
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Total Asset Turn
Over

Gambar 18. Perkembangan (Trend) Rasio Aktivitas PT. PLN (Persero)
AJ Kramat Jati Periode 2003 2005


146
h. Rasio Modal Terhadap Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan
pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga
menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang
memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari gambar terlihat angka
rata-rata dari rasio ini sebesar 97,1 % yang berarti bahwa proporsi aktiva yang
dibiayai modal sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan yang dibiayai
pinjaman. Perkembangan rasio ini selama tiga tahun terakhir (2003-2005)
mengalami peningkatan. Nilai yang didapatkan berada pada kisaran 90<x <
100 dengan skor yang didapatkan 3,5.


93.5
94
94.5
95
95.5
96
96.5
97
97.5
98
98.5
99
(%)
2003 2004 2005
Tahun
Rasio Modal Dengan Aktiva

Gambar 19. Perkembangan (Trend) Rasio Solvabilitas PT. PLN (Persero) AJ
Kramat Jati Periode 2003- 2005








147
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Analisis trend menunjukkan perkembangan komponen aktiva tetap yang
cenderung stabil dan kenaikan terjadi pada komponen pekerjaan dalam
pelaksanaan selama tiga periode terakhir. Sedangkan pada sisi pasiva
terjadi peningkatan kewajiban jangka pendek dalam tiga periode terakhir.
Peningkatan kewajiban jangka pendek ini disebabkan utang perusahaan
yakni utang jangka pendek pada salah satu BUMN energi yang nilainya
cukup besar. Trend pada laporan laba rugi menunjukkan penurunan pada
komponen rugi bersih. Penurunan ini disebabkan penurunan beban operasi.
2. Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki
proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Disisi pasiva
ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan
dengan kewajibannya yaitu akun antar satuan administrasi yang
merupakan nilai dari penilaian kembali atas aktiva tetap. Sedangkan
komponen beban usaha merupakan komponen penyumbang terbesar
terhadap rugi bersih perusahaan terutama sistem distribusi yang terdiri atas
biaya perawatan untuk SUTET, trafo step up, trafo step down, gardu
hubung dan gardu distribusi.
3. Hasil analisis rasio memperlihatkan (1) Tingkat likuiditas memiliki
kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal
periode 2006. (2) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko
yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup
besar. (3) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (4)
Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran
total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan,
sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik.
4. Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan metode persentase terhadap
penjualan di dapatkan hasil perusahaan harus mencari dana sebanyak
10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini
terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing
148
yakni pencarian sumber daya manusia dari luar perusahaan saeperti
teknisi, petugas pencatat meter listrik, maupun pegawai untuk rumah
tangga perusahaan.
5. Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No.
Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang
baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari
hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari
50 atau sekitar 26 %. Hal ini menandakan perusahaan masih belum mampu
untuk berbuat banyak dalam meningkatkan performa keuangannya,
disebabkan perusahaan hanya bergerak di satu jenis usaha dengan satu
jenis produk pula.
5.2. Saran
1. Angka ROE yang sangat rendah mencerminkan lemahnya manajemen
perusahaan dalam pengelolaan sumber daya untuk memaksimalkan
keuntungan. Sebaiknya perusahaan mengevaluasi kembali kebijakan
operasionalnya agar pengelolaan sumber dayanya dapat dikelola seefisien
mungkin sehingga dapat memaksimalkan tingkat keuntungan yang
diperoleh. Kemungkinan dari banyaknya aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan merupakan investasi yang mendukung operasi perusahaan
pada masa yang akan datang.
2. Peningkatan keuntungan dapat dilakukan dengan meningkatkan angka
penjualan atau dengan meminimalkan biaya-biaya operasi dalam kegiatan
operasional perusahaan, misalnya dengan pemetaan kerja trafo setiap satu
bulan sekali sehingga dapat terlihat yang mana yang lebih memerlukan
perbaikan atau perawatan dengan segera yang tercermin dari kapasitas
maksimal trafo tadi, sehingga teknisi dapat terfokus dalam mengefisienkan
waktu serta biaya.
3. Peningkatan pendapatan dari penjualan dapat dilakukan dengan
meningkatkan pengawasan pada konsumen yang dicurigai berbuat curang
dengan melakukan operasi penertiban karena diperkirakan lebih dari 30 %
konsumen rumah tangga ditengarai melakukan pencurian listrik maupun
149
kecurangan lain dan setidaknya 42,5 % industri melakukan hal yang sama
pada daerah operasional Area J aringan Kramat J ati.
4. Mempercepat alih teknologi untuk menekan biaya operasional perusahaan,
tidak hanya melalui program hemat listrik. Alih teknologi yang dilakukan
secara bertahap dengan melakukan penggantian mesin-mesin (trafo) dari
menggunakan bahan bakar minyak menjadi berbahan bakar gas alam cair
yang lebih murah dan ramah lingkungan.
5. Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar lebih jelas dalam menafsirkan
angka yang terdapat dalam laporan keuangan, catatan-catatan keuangan
perusahaan yang lain dapat diperoleh karena mempermudah dalam proses
analisis data selanjutnya.































150
DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, L. 1989. Financial Statement Analysis : Theory, Application And
Interpretation. Irwin : Illionis.

Gultom, M. September 1995. Perkembangan Dan Peranan BUMN dalam Era
Globalisasi. Manajemen dan Usahawan Indonesia.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994. Standar Akuntansi Keuangan, Buku satu.
Salemba Empat. J akarta.

Irwan. 2003. Kinerja Keuangan PT. Fast Food Indonesia Periode 1997-2001.
Skripsi. J urusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.
IPB.
Kementrian BUMN. Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-
BUMN/2002.

Kieso R. W. 1992. Intermediate Accounting. J ohn Wiley & Sons, Inc. : Canada.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan . Liberty. Yogyakarta.

Mushlih,MM.2003. Manajemen Keuangan Modern. Salemba Empat. J akarta.

Nurhasanah, W. 2005. Analisis Laporan Keuangan dan Upaya Perbaikan Kinerja
Keuangan Perusahaan PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Skripsi.
Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB.

Oktaviani, S. 2004. Analisis kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat
Statistik Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan
Manajemen. IPB.

Robert, H. C, et al. 1998. Corporate Financial Reporting And Analysis. Richard
D. Irwin, Inc : Illinois.

Sawir, A. 2005. Analisa Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keungan. PT.
Gramedia : J akarta.

Simamora, H. 2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. J akarta.

Williams, et al. 1992. Intermediate Accounting, 4th ed. Harcourd J ova : Florida.






151




HASIL ANALISIS RASIO PT. PLN (Persero) AREA J ARINGAN KRAMAT J ATI PERIODE 2003-2005

o INDIKATOR 2003 2004 2005 Rata2 STANDAR KONDISI
Analisis Likuiditas (%)
Rasio Lancar 101,2 50,8 14,2 55,4 Kementrian BUMN Kurang Baik
Rasio Cepat 32 23,3 75,8 21,9 >100% Kurang Baik
Rasio Kas 4,4 3,2 1,05 2,88 Kementrian BUMN Sangat Baik
2 Analisis Solvabilitas (%)
Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva 1 1,1 4,3 2,13 <50% Baik
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas 1 1,1 4,5 2,33 <100% Baik
Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva 95,6 96,8 98,9 97,1 Kementrian BUMN Baik
Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap 104,3 105,1 105 104,8 >100% Sangat Baik
3 Analisis Profitabilitas (%)
Rasio Marjin Laba Bersih - 1426 - 1100 - 663,1
-
1063,03 Meningkat Meningkat
Rasio Tingkat Pengembalian Asset (ROA) - 19,9 -17 - 10,7 -15,87 Meningkat Berfluktuasi
Rasio Tingkat PengembalianInvestasi (ROI) - 19,9 - 17 - 9,6 -15,43 Kementrian BUMN KurangBaik
Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) - 19,9 - 17,5 - 10 -15,8 Kementrian BUMN Kurang Baik
4 Analisis Aktivitas
Collection Period (hari) 1,56 0 0,019 0,53 Kementrian BUMN Sangat Baik
Inventory Turn Over (hari) 1,93 4,96 5 3,96 Kementrian BUMN Sangat Baik
Total Assets Turn Over (%) 0,01 0,02 0,01 0,01 Kementrian BUMN Kurang Baik
Rasio Perputaran Aktiva Tetap (kali) 0,015 0,017 0,016 0,01 Meningkat Berfluktuasi
Sumber : Laporan Keuangan Internal PT. PLN AJ Kramat J ati Periode 2003-2005
Keterangan : Standar Kementerian BUMN mengacu kepada SK. Meneg BUMN No.
KEP-100/M-BUMN/2002
Lampiran 1
152
TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BUMN
Berdasarkan SK. MENTERI BUMN NO. KEP100/M-BUMN/2002

I. ASPEK KEUANGAN
1. Total Bobot
BUMN INFRA STRUKTUR (Infra) 50
BUMN NON INFRA STRUKTUR (Non-Infra) 70

2. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya
Tabel 1 : Daftar Indikator dan bobot aspek keuangan
Bobot
Indikator
Infra Non Infra
1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 15 20
2. Imbalan Investasi (ROI) 10 15
3. Rasio Kas 3 5
4. Rasio Lancar 4 5
5. Colection Periods 4 5
6. Perputaran Persediaan 4 5
7. Perputaran Total Asset 4 5
8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva 6 10
Total Bobot 50 70

3. Metode Penilaian
a. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE)
Rumus : (ROE) =
Ekuitas
Bersih Laba

Definisi :
Laba Setelah Pajak adalah Laba Setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil
penjualan dari: Aktiva Tetap, Aktiva Non Produktif, Aktiva lain-lain, dan
Saham Penyertaan Langsung
Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca
perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen
modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap Dalam
Pelaksanaan dan Laba Tahun Berjalan
Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku
Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan

Tabel 2 : Daftar skor penilaian ROE
Skor
ROE (%)
Infra Non Infra
15 <ROE 15 20
13 <ROE <=15 13,5 18
11 <ROE <=13 12 16
9 <ROE <=11 10,5 14
7,9 <ROE <=9 9 12
6,6 <ROE <=7,9 7,5 10
Lampiran 2
153
5,3 <ROE <=6,6 6 8,5
4 <ROE <=5,3 5 7
2,5 <ROE <=4 4 5,5
1 <ROE <=2,5 3 4
0 <ROE <=1 1,5 2
ROE <=0 1 0

b. Imbalan Investasi/Return on Investment (ROI)
Rumus : (ROI) =
Aktiva Total
Bersih Laba

Definisi :
EBIT adalah laba sebelum bunga dan dikurangi laba dari hasil penjualan :
Aktiva Tetap, Aktiva Lain-lain, Aktiva Non Produktif dan Saham
Penyertaan Langsung.
Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi
Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva
dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan

Tabel 3 : Daftar Skor Penilaian ROI
Skor
ROI (%)
Infra Non Infra
18 <ROI 10 15
15 <ROI <=18 9 13,5
13 <ROI <=15 8 12
12 <ROI <=11 7 10,5
10,5 <ROI <=9 6 9
9 <ROI <=7,9 5 7,5
7 <ROI <=6,6 4 6
5 <ROI <=5,3 3,5 5
3 <ROI <=4 3 4
1 <ROI <=2,5 2,5 3
0 <ROI <=1 2 2
ROI <=0 0 1

c. Rasio Kas/Cash Ratio
Rumus : Rasio Kas = Kas + Deposito
Hutang Lancar
Definisi :
Kas, Bank dan Surat Berharga J angka Pendek adalah posisi masing-
masing pada akhir tahun buku.
Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir
tahun buku.

Tabel 4 : Daftar Skor Penilaian Cash Ratio
Skor
Cash Ratio = x (%)
Infra Non Infra
154
35 <=x 3 5
25 <=x <3,5 2,5 4
15 <=x <25 2 3
10 <=x <15 1,5 2
5 <=x <10 1 1
0 <=x <5 0 0

d. Rasio Lancar/Current Ratio
Rumus : Rasio lancar =
Lancar Hutang
Lancar Aktiva

Definisi :
Current Assets adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku
Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun
buku

Tabel 5 : Daftar Skor Penilaian Current Ratio
Skor
Current Ratio = x (%)
Infra Non Infra
125 <=x 3 5
110 <=x <125 2,5 4
100 <=x <110 2 3
95 <=x <100 1,5 2
90 <=x <10 1 1
X <90 0 0

e. Collection Periods (CP)
Rumus : CP = Piutang x 365
Penjualan
Definisi :
Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi
Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku
Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun
buku

Tabel 6 : Daftar Skor Penilaian Collection Periods
Skor
CP = x (hari) Perbaikan = x (hari)
Infra Non Infra
x <=60 x >35 4 5
60 <x <=90 30 <x <=35 3,5 4,5
90 <x <=120 25 <x <=30 3 4
120 <x <=150 20 <x <=25 2,5 3,5
150 <x <=180 15 <x <=20 2 3
180 <x <=210 10 <x <=15 1,6 2,4
210 <x <=240 6 <x <=10 1,2 1,8
240 <x <=270 3 <x <=6 0,8 1,2
155
270 <x <=300 1 <x <=3 0,4 0,6
300 <x 0 <x <=1 0 0
Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 6 diatas.





f. Perputaran Persediaan (PP)
Rumus :Rasio Perputaran Persediaan =
Persediaan
Penjualan

Definisi :
Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses
produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku,
persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah
persediaan peralatan dan suku cadang
Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku
yang bersangkutan

Tabel 7 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan
Skor
PP = x (hari) Perbaikan = x (hari)
Infra Non Infra
x <=60 35 <x 4 5
60 <x <=90 30 <x <=35 3,5 4,5
90 <x <=120 25 <x <=30 3 4
120 <x <=150 20 <x <=25 2,5 3,5
150 <x <=180 15 <x <=20 2 3
180 <x <=210 10 <x <=15 1,6 2,4
210 <x <=240 6 <x <=10 1,2 1,8
240 <x <=270 3 <x <=6 0,8 1,2
270 <x <=300 1 <x <=3 0,4 0,6
300 <x 0 <x <=1 0 0
Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 7 diatas.

g. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)
Rumus : Rasio Perputaran Total Aktiva =
Aktiva Total
Penjualan

Definisi :
Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak
termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap
Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva
dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan

Tabel 8 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Asset
TATO = x (%) Perbaikan = x (%) Skor
156
Infra Non Infra
x >120 20 <x 4 5
105 <x <=120 15 <x <=20 3,5 4,5
90 <x <=105 25 <x <=15 3 4
75 <x <=90 20 <x <=10 2,5 3,5
60 <x <=75 15 <x <=5 2 3
40 <x <=60 10 <x <=0 1,5 2,5
20 <x <=40 x <0 1 2
x <=20 x <0 0,5 1,5
Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 8 diatas.

h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA)
Rumus : TMS terhadap TA = Ekuitas
Total Aktiva

Definisi :
Total Modal Sendiri adalah komponen Modal Sendiri pada akhir tahun
buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya.
Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum
ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan

Tabel 9 : Daftar Skor Penilaian Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset
Skor
TMS terhadap TA = x (%)
Infra Non Infra
0 >x 0 0
0 <x <10 2 4
10 <x <20 3 6
20 <x <30 4 7,25
30 <x <40 6 10
40 <x <50 5,5 9
50 <x <60 5 8,5
60 <x <70 4,5 8
70<x <80 4,25 7,5
80 <x <90 4 7
90 <x <100 3,5 6,5












157



Perhitungan Analisis Rasio PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati
Analisis Likuiditas
1.Rasio Lancar
Tahun Aktiva Lancar (a) Hutang lancar (b) Nilai (a: b)
2003 11,44 11,30 1,01
2004 6,30 12,4 0,5
2005 8,06 56,7 0,75
2. Rasio Cepat
Tahun Aktiva Lancar -
Persediaan (a)
Hutang lancar (b) Nilai (a: b)
2003 3,61 11,3 0,32
2004 2,89 12,4 0,5
2005 4,3 5,677 0,75
3. Rasio Kas
Tahun Kas +Deposito (a) Hutang lancar (b) Nilai (a: b)
2003 0,5 11,3 4,4
2004 0,4 12,4 3,2
2005 0,6 56,7 1,05 %

Analisis Solvabilitas
4. Rasio Hutang
Tahun Total Hutang (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b)
2003 11,3 1089 0,01
2004 12,4 1106 0,01
2005 56,77 1310 0,04
5. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas
Tahun Total Hutang (a) Total Ekuitas (b) Nilai (a: b)
2003 11,3 1078 0,01
2004 12,4 1071 0,01
2005 56,77 1253 0,04
6. Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva
Tahun Total Ekuitas (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b)
2003 1078 1089 0,98
2004 1071 1106 0,97
2005 1253 1310 0,95
7. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap
Tahun Total Ekuitas (a) Total Aktiva tetap
(b)
Nilai (a: b)
2003 1078 1033 1,04
2004 1071 1019 1,05
2005 1253 1193 1,05



Lampiran 3
158

Analisis Profitabilitas
8. ROE
Tahun Laba Bersih (a) Ekuitas (b) Nilai (a: b)
2003 - 214,45 1089 - 0,19
2004 - 187, 27 171 - 0,17
2005 - 126,39 1253 - 0,1
9. ROI
Tahun Laba Bersih (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b)
2003 - 214,45 1089 - 0,19
2004 - 187, 27 1106 - 0,17
2005 - 126, 39 1310 - 0,09
10. ROA
Tahun Total Usaha (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b)
2003 - 216,56 1089 - 0,19
2004 - 187, 42 1106 - 0,17
2005 - 139,89 1310 - 0,1
11. Margin Laba Bersih
Tahun Laba Bersih (a) Penjualan (b) Nilai (a: b)
2003 - 214,45 15,16 - 14,26
2004 - 187, 27 16,94 - 11
2005 - 126,39 18,83 - 6,63

Analisis Aktifitas
12. Perputaran Total Aktiva
Tahun Penjualan (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b)
2003 15,16 1089 0,01
2004 16,94 1106 0,01
2005 18,83 1310 0,01
13. Perputaran Aktiva Tetap
Tahun Penjualan (a) Total Aktiva
Tetap (b)
Nilai (a: b)
2003 15,165 1033 0,01
2004 16,94 1019 0,01
2005 18,83 1193 0,01
14. Perputaran Persediaan
Tahun Penjualan (a) Persediaan (b) Nilai (a: b)
2003 15,16 7,86 1,9
2004 16,94 3,41 4,97
2005 18,83 3,76 5
15. Perputaran Piutang
Tahun Penjualan (a) Piutang (b) Nilai (a: b)
2003 15,16 0,06 233,33
2004 16,94 0 0
2005 18,833 0,001 18833

You might also like