You are on page 1of 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien,
sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap
terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang
masuk tahap AIDS pada 3 tahuh pertama, 50% berkembang menjadi pasien
AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang
terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal.
Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis,
sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang juga bertahap
(Djoerban, 2009).
Setiap pasien infeksi HIV harus dilakukan anamnesis lengkap,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi laboratorium dan harus melakukan konsultasi
mengenai implikasi infeksi HIV. Pemeriksaan awal juga termasuk diskusi
pengenalan mengenai keuntungan terapi antiretroviral (ART) pada kesehatan
pasien dan untuk mencegah transmisi HIV. Uji laboratorium berikut
dilakukakn saat pasien melakukan kunjungan awal untuk mengetahui derajat
penyakit HIV dan untuk menentukan pemilihan regimen obat ARV:
- Uji antibodi HIV


- Jumlah CD4 T-cell
- Plsma HIV RNA
- Pemeriksaan darah lengkap, profil kimia, kadar transaminase,
nitrogen urea darah (BUN), kreatinin, analisis urin, dan serologi untun
virus hepaititis A, B, dan C
- Gula darah puasa dan serum lipid (OARAC, 2013).



2. Terapi Antiretroviral (ART)
Pasien infeksi HIV selalu diberikan terapi anti retroviral. Ada enam kelas
obat antiretroviral yang bertujuan untuk mencegah replikasi HIV, yaitu
nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NTRIs), non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitors (NNRTIs), nucleotide reverse transcriptase inhibitors
(NtRTIs); protease inhibitors, entry inhibitors, including fusion inhibitors,
dan integrase inhibitors. Kebanyakan pasien infeksi HIV akan diberikan
regimen kombinasi dua atau lebih dari kelas obat tersebut. Saat ini, FDA
telah menerima 32 obat antiretroviral untuk penatalaksanaan HIV, 27
diantaranya dapat digunakan untuk anak-anak (Gonzales, 2010).
Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) adalah kombinasi dari
beberapa obat antiretroviral yang digunakan untuk memperlambat laju HIV
yang membuat salinan dirinya (multiplikasi) dalam tubuh. Kombinasi tiga
atau lebih obat antiretroviral lebih efektif daripada penggunaan hanya satu
obat (monotherapy) untuk penatalaksanaan HIV. Tujuan terapi antiretroviral
adalah untuk mengurangi jumlah virus dalam tubuh (viral load) hingga pada
level dimana tidak dapat dideteksi lagi pada pemeriksaan darah. Obat
antiretroviral yang sering digunakan untuk penatalaksanaan HIV termasuk:
a. Nucleoside/nucleotide reverse transcriptase inhibitors, disebut juga
nucleoside analogs, seperti tenofovir, emtricitabine, lamivudine,
dan abacavir. Obat-obat ini sering dikombinasi untuk hasil terbaik.
b. Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs),
seperti efavirenz,nevirapine, atau etravirine.


c. Protease inhibitors (PIs), seperti efavirenz, nevirapine, atau
etravirine.
d. Fusion and entry inhibitors, seperti asenfuvirtide dan maraviroc.
e. Integrase inhibitors, seperti raltegravir (WebMD, 2010).
3. Efek ART terhadap Vaskularisasi
ART menyebabkan disfungsi endotel dalam jangka waktu pendek.
Inhibitor protease dapat menyebabkan atheroskerosis oleh efek kadar
sirkulasi lipoprotein atau disfungsi endotel. Ini termasuk efluks kolesterol
impaired dari foam cells dan peningkatan akumulasi makrofag ester
kolesterol melalui regulasi reseptor CD63 (Dube, 2008).















4. Kerangka Teori






















Pasien Infeksi
HIV/AIDS
(Odha)
Terapi
Highly Active
Antiretroviral
Therapy
(HAART)
Reduksi
replikasi virus
HIV
Peningkatan kadar
kolesterol dan
trigliserida
Penumpukan plak
di arteri koroner
Atheroskeloris
Angina Stabil
Angina Tidak
Stabil
Infark
Miokardium
Kematian
mendadak


5. Kerangka Konsep











B. Landasan Teori
Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) adalah kombinasi dari
beberapa obat antiretroviral yang digunakan sebagai penatalaksanaan HIV. ART
menyebabkan disfungsi endotel dalam jangka waktu pendek. Inhibitor protease
dapat menyebabkan atheroskerosis oleh efek kadar sirkulasi lipoprotein atau
disfungsi endotel.

C. Hipotesis



Variabel Bebas
Terapi Antiretroviral
(ART)
Variabel Terikat
Faktor risiko
Infark Miokardium
Variabel Antara
Kadar Kolesterol
dan Trigliserida
Pola Hidup
buruk
Penurunan
Imunitas


H
0
:
Tidak ada hubungan antara penggunaan terapi antiretroviral (ART) dengan faktor
risiko Infark Miokardium pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS) di RSUD
Undata Palu Tahun 2013.
H
1
:
Ada hubungan antara penggunaan terapi antiretroviral (ART) dengan faktor
risiko Infark Miokardium pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS) di RSUD
Undata Palu Tahun 2013.

You might also like