Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan keluarga dan stroke. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan definisi keluarga dan struktur keluarga seperti pola komunikasi, peran, kekuatan, dan nilai-nilai keluarga. Selain itu, dibahas pula fungsi dan tugas keluarga serta tahapan perkembangan keluarga. Terkait stroke, diberikan pengertian bahwa stroke adalah kehilangan fungsi otak akibat gangguan
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan keluarga dan stroke. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan definisi keluarga dan struktur keluarga seperti pola komunikasi, peran, kekuatan, dan nilai-nilai keluarga. Selain itu, dibahas pula fungsi dan tugas keluarga serta tahapan perkembangan keluarga. Terkait stroke, diberikan pengertian bahwa stroke adalah kehilangan fungsi otak akibat gangguan
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan keluarga dan stroke. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan definisi keluarga dan struktur keluarga seperti pola komunikasi, peran, kekuatan, dan nilai-nilai keluarga. Selain itu, dibahas pula fungsi dan tugas keluarga serta tahapan perkembangan keluarga. Terkait stroke, diberikan pengertian bahwa stroke adalah kehilangan fungsi otak akibat gangguan
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda, tergantung kepada teoritis pendefinisi yaitu dengan menggunakan menjelaskan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi teoritis interaksionalis keluarga,memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan karakteristik transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung suatu perspektif sistem- sistem sosial terbuka ukuran kecil yang terdiri dari seperangkat bagian yang sangat tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem yang ekstrem (Friedman, 1998). Keluarga merupakan matriks dari perasaan beridentitas dari angotaanggotanyamerasa memiliki dan berbeda. Tugas utamanya adalah memelihara pertumbuhan psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara umum. Keluarga juga membentuk unit sosial yang paling kecil yang mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan nilai-nilai dari suatu masyarakat, dan dengan demikian melestarikannya. Keluarga harus beradaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sementara keluarga juga membantu perkembangan dan pertumbuhan anggotanya sementara itu semua tetap menjaga kontinuitas secara cukup [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 2
untuk memenuhi fungsinya sebagai kelompok refrensi dari individu (Friedman, 1998). Dari kedua pengertian keluarga diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas utama keluarga adalah memelihara kebutuhan psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan hidupnya secara umum. 2. Struktur keluarga Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : 1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. 2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi. b. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 3
anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah. c. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. d. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.Budaya adalah kupulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Murwani, 2007). 3. Tipe dan Bentuk Keluarga Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang mengelompokkan menurut (Friedman,1998) tipe keluarga ada tiga, yaitu : [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 4
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya. b. keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di dalamnya seseorang di lahirkan. c. Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi). 4. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah : a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga. b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and socialplacement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga. d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 5
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. 5. Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998) a. Mengenal masalah kesehatan. b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. c. Memberi perawatn pada anggota keluarga yang sakit. d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat. 6. Tugas Perkembangan Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman, 1998) adalah : a. Tahap I : keluarga pemula Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 6
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anakpertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia limatahun. d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda Ditandai olehanak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahuntahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 7
g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.
B. STROKE 1. Pengertian Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan supalai darah ke bagian otak. (Brunner & Sudarth, 2000) Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya supalai darah kebagian otak. (Brunner & Sudarth, 2002) Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. (Elizabeth J. Corwin, 2002) Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat berupa defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian. Semata-mata disebabkan oleh peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer , 2001) Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak. (Doenges, 2000)
2. Etiologi a. Trombosis [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 8
bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher: Arteriosklerosis serebral. b. Embolisme serebral bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik, infeksi polmonal. c. Iskemia penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri. d. Hemoragi Serebral Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
3. Faktor resiko pada stroke 1. Tidak dapat dirubah (Non Reversible) a. Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita. b. Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke. c. Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke 2. Dapat dirubah (Reversible) a. Hipertensi b. Penyakit jantung c. Kolesterol Tinggi d. Obesitas e. Diabetes Melitus f. Polistemia g. Stress Emosional 3. Kebiasaan Hidup a. Merokok, b. Peminum Alkohol, c. obat-obatan terlarang. [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 9
d. Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan berkolesterol.
4. Klasifikasi stroke a) Berdasarkan Klinik 1) Stroke Hemoragik (SH) Stroke yang terjadi karena perdarahan Sub arachnoid, mungkin disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu, biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas atau saat aktif. Namun bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran pasien umumnya menurun. 2) Stroke Non Hemoragik (SNH) Stroke non hemorargik (iskemik), gejala utama adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak didahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia 50 tahun keatas.
b) Berdasarkan Perjalanan Penyakit 1) Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan hilang dalam beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) sampai beberapa jam (24 jam) 2) Stroke Involution atau Progresif Adalah perjalanan penyakit stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Munculnya gejala makin bertambah buruk, proses progresif beberapa jam sampai beberapa hari. 3) Stroke Complete Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen, maksimal sejak awal serangan dan sedikit [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 10
memperlihatkan parbaikan dapat didahului dengan TIA yang berulang.
4) Perbedaan Gejala Stroke berdasarkan proses Patologis Gejala (anamnesa) Infark Perdarahan - Permulaan - Waktu - Nyeri Kepala - Kejang - Kesadaran Menurun Subakut Bangun pagi Tidak ada Tidak ada Kadang-kadang (sedikit) Sangat Akut Lagi Aktif Ada ++ +++ hebat sampai koma Gejala Objektif Koma Kaku kuduk Kernign sign Papil edema Perdarahan retina +/- Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada ++ ++ + + +
5. Manisfestasi klinik a) Tanda/Gejala awal Stroke Trombotik (TIA) 1) Hemiparesis 2) Kehilangan bicara 3) Parestesia satu sisi tubuh b) Tanda dan Gejala umum yang ditemukan pada perdarahan otak pada klien hipertensi: 1) Nyeri kepala hebat (dibelakang leher) 2) Vertigo (pusing) / sinkope 3) Parestesia (sensasi abnormal) 4) Paralisis 5) Epistaksis 6) Perdarahan retina [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 11
c) Penemuan Secara Umum 1) Nyeri kepala 2) Muntah 3) Kejang 4) Perubahan mental
6. Patofisiologi Otak merupakan organ yang sensitif terhadap oksigen dan nutrisi. Otak harus menerima aliran darah yang konstan untuk mempertahankan fungsi normalnya karena otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sendiri. Aliran dara berfungsi sebagai tempat untuk membuang sampah metabolik, karbondioksida dan asam laktat. Jika lairan darah ke otak berkurang ataupun menurun maka akan mengakibatkan kerusakan otak dengan cepat. Melaui proses autoregulasi serebral, aliran darah ke otak tetap diupayakan konstan sebanyak 750 ml/menit. Untuk merespon terhadap perubahan tekanan darah maka akan terjadi vasokonstriksi dan vasodilatasi dari arteri ke otak. Pada stroke, iskemin terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah arterinya terganggu akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan gangguan fungsi otak. Iskemik dapat menyebabkan hipoksia atau anoksia dan hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini dapat mengakibatkan kemkatian pada neuron, sel ganglia dan struktur otak di sekitar area infark. Edema yang terjadi aken memperberat infark itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari. Setelah terjadinya infark atau edema maka secara otomatis akan terjadi penurunan kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi neurologisnya seperti semula. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya defisit neurologis pada daerah kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai dengan karakteristik otak
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 12
7. Pemeriksaan Fisik a. Fungsi sadar 1) Keadan umum : klien tampak kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis 2) Tingkat kesadaran 3) Tanda-tanda vital : suhu, respirasi, nadi, tekanan darah mengkat 4) Penurunan intelektual 5) Penurunan memory b. Udara / oksigen 1) Gangguan kesadaran menurun 2) Disritmia 3) Penurunan kemampuan uantuk konsentrasi 4) Hepertensi arterial 5) Suara pernapasan klien snowring (ngorok) 6) Rongga mulut banyak mukus (slim) 7) Terdengar suara cairan (gurgling) c. Nutrisi 1) Bising usus negatif, dispagia 2) Sulit mengunyah, gangguan nervus V motorik 3) Tidak mampu / sulit menelan gangguan nervus N IX dan X 4) Gangguan pergerakan lidah, gangguan N XII 5) Gangguan reflek N IX akan mengakibatkan menurunya refkeks GAG dan gerakan uvula simetris d. Kebutuhan eliminasi Inkontinensia urine, anuria, distensi abdomen, distensi kandung kemih berlebih. e. Aktifitas dan pergerakan 1. Diplopia, ukuran / reaksi pupil tidak sama, dilatasi / miosis pupil, psilateral (perdarahan / herniasis) 2. Gangguan tonus otot flaksid, spatis, paralitik (hemiplegia dan terjadi kelemahan umum) [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 13
3. Hemiplegia / hemiparese kanan merupakan indiksi adanya stoke yang melibatkan hemisphere serebral kiri 4. Kelemahan otot sebelah kiri menujukan adanya hemisphere serbral sebelah kanan, kejadian ini di karenakan bahwa otot di persyarafi oleh 50 % serabut (traktus piramidalis) yang sistm kerjanya menyilang 5. Hipotonik / flaciality : tidak kuat menahan gravitasi, tidak memunyai otot untuk menulis, adanya equilibrium atau meluruskan ekstermitas dan ketidak mampuan untuk mempertahankan mekaisme protektif. 6. Hiertonik, fiked position, kontraktur dan ROM daerah persedian menjadi terbatas, berkurangnya kontrol gerakan kepala dan leher, keseimbangan serta koordinasi. f. Kebutuhan Komunikasi dan interaksi social 1) komunikasi klien dengan keluarga serta hubungan interaksi klien dengan keluarga kooperatif/tidak, pada klien yang mengalami penurunan kesadaran kebutuhan komunikasi dan interaksi sosial biasanya terganggu karena adanya kerusakan jaringan otak termasuk pada nervus III dan VIII. 2) Afasia. 3) Promosi Kesehatan Persepsi tentang penyakit, harapan terhadap perawatan yang sedang dilakukan dan juga upaya hidup sehat dirumah setelah pulang dari Rumah sakit. 8. Pemeriksaan diagnostik a. Angiografi Serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarakan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi/ ruptur. b. Scan CT : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemik, dan adanya infark. c. Fungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli serabral dan TIA, sedangkan tekanan meningkat dan cairan [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 14
yang mengandung darah menujukan adanya hemoragi suaraknoid intrakranial. Kadar protein meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses imflamasi. d. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena (MAV) e. EEG : Mengidentifikasi maslah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin adanya daerah lesi yang spesifik. f. Sinar X tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karptis interna terdapat pada trombosis serebral. g. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis), aliran darah / muncul plak (arteriosklerotik)
9. Diagnosa Keperawatan a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik: cerebral) berhubungan dengan aliran darah arteri terhambat b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak c. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan neurovaskuler d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik dan perubahan sirkulasi f. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran g. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran h. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 15
10. Rencana Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi 1. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik: cerebral)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai aliran darah keotak lancer dengan criteria hasil: - Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai de-ngan hilang - Berfungsinya saraf dengan baik - Tanda-tanda vital stabil
Monitorang neurologis (2620) 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil 2. Monitor tingkat kesadaran klien 3. Monitir tanda-tanda vital 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat 7. Observasi kondisi fisik klien
Terapi oksigen (3320) 1. Bersihkan jalan nafas dari sekret 2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif 3. Berikan oksigen sesuai intruksi 4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier 5. Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen 6. Observasi tanda-tanda hipo- ventilasi 7. Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen 8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur 2 Kerusakan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan klien mampu untuk 1. Libatkan keluarga untuk membantu memahami / memahamkan informasi dari / ke klien 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh perhatian [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 16
berkomunikasi lagi dengan criteria hasil: - dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat - dapat mengerti dan memahami pesan- pesan melalui gambar - dapat mengekspresikan perasaannya secara verbal maupun nonverbal 3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam komunikasi dengan klien 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata 5. Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap interaksi dengan klien 6. Programkan speech-language teraphy 7. Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi dengan klien 3 Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan mandiri klien terpenuhi, dengan criteria : - Klien dapat makan dengan bantuan orang lain / mandiri - Klien dapat mandi de-ngan bantuan orang lain - Klien dapat memakai pakaian dengan bantuan orang lain / mandiri - Klien dapat toileting dengan bantuan alat 1 Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri 2 Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam makan, mandi, berpakaian dan toileting 3 Berikan bantuan pada klien hingga klien sepenuhnya bisa mandiri 4 Berikan dukungan pada klien untuk menunjukkan aktivitas normal sesuai kemampuannya 5 Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien 4 Kerusakan mobilitas fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat melakukan pergerakan fisik dengan criteria hasil : - Tidak terjadi kontraktur otot dan 1 Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat 2 Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas yang parese / plegi dalam toleransi nyeri 3 Topang ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau mangurangi bengkak [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 17
footdrop - Pasien berpartisipasi dalam program latihan - Pasien mencapai keseimbangan saat duduk - Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang parese/plegi 4 Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan kemampuan klien 5 Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang disarankan 6 Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi 5 Resiko kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien mampu mengetahui dan mengontrol resiko dengan criteria hasil : - Klien mampu menge-nali tanda dan gejala adanya resiko luka tekan - Klien mampu berpartisi-pasi dalam pencegahan resiko luka tekan (ma-sase sederhana, alih ba-ring, manajemen nutrisi, manajemen tekanan). 1 Beri penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka tekan, tanda dan gejala luka tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka tekan) 2 Berikan masase sederhana - Ciptakan lingkungan yang nyaman - Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk pelicin - Lakukan masase secara teratur - Anjurkan klien untuk rileks selama masase - Jangan masase pada area kemerahan utk menghindari kerusakan kapiler - Evaluasi respon klien terhadap masase 3 Lakukan alih baring - Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam - Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk mengurangi kekuatan geseran - Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit - Observasi area yang tertekan (telinga, mata [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 18
kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium, skapula) 4 Berikan manajemen nutrisi - Kolaborasi dengan ahli gizi - Monitor intake nutrisi - Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat untuk memelihara ke- seimbangan nitrogen positif 5 Berikan manajemen tekanan - Monitor kulit adanya kemerahan dan pecah- pecah - Beri pelembab pada kulit yang kering dan pecah- pecah - Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering - Monitor aktivitas dan mobilitas klien - Beri bedak atau kamper spritus pada area yang tertekan - 6 Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkatb kesadaran Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi aspirasi pada pasien dengan criteria hasil : - Dapat bernafas dengan mudah,frekuensi pernafasan normal - Mampu menelan,mengu nyah tanpa terjadi aspirasi
Aspiration Control Management : - Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dankemampuan menelan - Pelihara jalan nafas - Lakukan saction bila diperlukan - Haluskan makanan yang akan diberikan - Haluskan obat sebelum pemberian
7 Resiko Injury Setelah dilakukan Risk Control Injury [ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 19
tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi trauma pada pasien dengan criteria hasil: - bebas dari cedera - mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan cara untuk mencegah cedera - menggunakan fasilitas kesehatan yang ada - menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien - memberikan informasi mengenai cara mencegah cedera - memberikan penerangan yang cukup - menganjurkan keluarga untuk selalu menemani pasie 8 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola nafas pasien efektif dengan criteria hasil : - Menujukkan jalan nafas paten ( tidak merasa tercekik, irama nafas normal, frekuensi nafas normal,tidak ada suara nafas tambahan - Tanda-tanda vital dalam batas normal Respiratori Status Mnagement - Pertahankan jalan nafas yang paten - Observasi tanda-tanda hipoventilasi - Berikan terapi O2 - Dengarkan adanya kelainan suara tambahan - Monitor vital sign
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 20
DAFTAR PUSTAKA
Long C, Barbara. 2002. Perawatan Medikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Jakarta :EGC.
Nanda.2006. Buku Panduan Diagnosis Keperawatan. EGC :Jakarta Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan.2006. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Depkes : Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Tuti Pahria, dkk. 2003. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC.
Http : Www. Medicastore. Com / Stroke Mengancam Usia Produktif. id. Wikipedia. Org/wiki/Stroke-19k
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012
THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 21
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. P DENGAN STROKE DI DUKUH TEGALAN RT 1/RW 5, WIRONANGGAN, GATAK SUKOHARJO
OLEH:
DI SUSUN OLEH: THOMAS ARI WIBOWO J230103048
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012