You are on page 1of 21

[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 1



LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga
berbeda-beda, tergantung kepada teoritis pendefinisi yaitu dengan
menggunakan menjelaskan yang penulis cari untuk menghubungkan
keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi teoritis interaksionalis
keluarga,memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya
interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan karakteristik
transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung suatu perspektif sistem-
sistem sosial terbuka ukuran kecil yang terdiri dari seperangkat bagian
yang sangat tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh struktur internal
dan sistem-sistem yang ekstrem (Friedman, 1998).
Keluarga merupakan matriks dari perasaan beridentitas dari
angotaanggotanyamerasa memiliki dan berbeda. Tugas utamanya adalah
memelihara pertumbuhan psikososial anggota-anggotanya dan
kesejahteraan selama hidupnya secara umum. Keluarga juga membentuk
unit sosial yang paling kecil yang mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan
nilai-nilai dari suatu masyarakat, dan dengan demikian melestarikannya.
Keluarga harus beradaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
sementara keluarga juga membantu perkembangan dan pertumbuhan
anggotanya sementara itu semua tetap menjaga kontinuitas secara cukup
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 2

untuk memenuhi fungsinya sebagai kelompok refrensi dari individu
(Friedman, 1998).
Dari kedua pengertian keluarga diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu
sama lain serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota
dan tugas utama keluarga adalah memelihara kebutuhan psikososial
anggota-anggotanya dan kesejahteraan hidupnya secara umum.
2. Struktur keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan
jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif,
dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik
komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau
pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik,
melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri,
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 3

anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan
oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang
terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga
yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri dirumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kearah positif.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan
norma dan peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.Budaya adalah
kupulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Murwani, 2007).
3. Tipe dan Bentuk Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang
yang mengelompokkan menurut (Friedman,1998) tipe keluarga ada tiga,
yaitu :
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 4

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau
keduanya.
b. keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di
dalamnya seseorang di lahirkan.
c. Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman,
bibi).
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and
socialplacement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk
mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 5

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care
function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatn pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan
masyarakat.
6. Tugas Perkembangan Keluarga
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti
individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang
berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan
Miller dalam (Friedman, 1998) adalah :
a. Tahap I : keluarga pemula Perkawinan dari sepasang insan menandai
bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal
atau status lajang ke hubungan baru yang intim.
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 6

b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran
anak
pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika
anakpertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak
berusia limatahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak
pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan
berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja Dimulai ketika anak pertama
melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun.
Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur
19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda Ditandai
olehanak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan
rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini
dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak
yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai
oleh tahuntahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk
kehidupan dewasa yang mandiri.
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 7

g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan Dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian
salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia Dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah
satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya
meninggal.

B. STROKE
1. Pengertian
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan supalai darah ke bagian otak. (Brunner &
Sudarth, 2000)
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya supalai darah kebagian otak. (Brunner & Sudarth, 2002)
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak. (Elizabeth J. Corwin, 2002)
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif,
cepat berupa defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian. Semata-mata
disebabkan oleh peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer , 2001)
Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan
otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak. (Doenges, 2000)

2. Etiologi
a. Trombosis
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 8

bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher:
Arteriosklerosis serebral.
b. Embolisme serebral
bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik, infeksi
polmonal.
c. Iskemia
penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri.
d. Hemoragi Serebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak.


3. Faktor resiko pada stroke
1. Tidak dapat dirubah (Non Reversible)
a. Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibanding wanita.
b. Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
c. Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2. Dapat dirubah (Reversible)
a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Kolesterol Tinggi
d. Obesitas
e. Diabetes Melitus
f. Polistemia
g. Stress Emosional
3. Kebiasaan Hidup
a. Merokok,
b. Peminum Alkohol,
c. obat-obatan terlarang.
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 9

d. Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan
berkolesterol.

4. Klasifikasi stroke
a) Berdasarkan Klinik
1) Stroke Hemoragik (SH)
Stroke yang terjadi karena perdarahan Sub arachnoid,
mungkin disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah tertentu, biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas
atau saat aktif. Namun bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran
pasien umumnya menurun.
2) Stroke Non Hemoragik (SNH)
Stroke non hemorargik (iskemik), gejala utama adalah
timbulnya defisit neurologis secara mendadak didahului gejala
prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan
biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup
besar, biasanya terjadi pada usia 50 tahun keatas.

b) Berdasarkan Perjalanan Penyakit
1) Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas
Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul
mendadak dan hilang dalam beberapa menit (durasi rata-rata 10
menit) sampai beberapa jam (24 jam)
2) Stroke Involution atau Progresif
Adalah perjalanan penyakit stroke berlangsung perlahan
meskipun akut. Munculnya gejala makin bertambah buruk, proses
progresif beberapa jam sampai beberapa hari.
3) Stroke Complete
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen, maksimal sejak awal serangan dan sedikit
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 10

memperlihatkan parbaikan dapat didahului dengan TIA yang
berulang.

4) Perbedaan Gejala Stroke berdasarkan proses Patologis
Gejala (anamnesa) Infark Perdarahan
- Permulaan
- Waktu
- Nyeri Kepala
- Kejang
- Kesadaran Menurun
Subakut
Bangun pagi
Tidak ada
Tidak ada
Kadang-kadang
(sedikit)
Sangat Akut
Lagi Aktif
Ada
++
+++ hebat sampai
koma
Gejala Objektif
Koma
Kaku kuduk
Kernign sign
Papil edema
Perdarahan retina
+/-
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
++
++
+
+
+

5. Manisfestasi klinik
a) Tanda/Gejala awal Stroke Trombotik (TIA)
1) Hemiparesis
2) Kehilangan bicara
3) Parestesia satu sisi tubuh
b) Tanda dan Gejala umum yang ditemukan pada perdarahan otak pada
klien hipertensi:
1) Nyeri kepala hebat (dibelakang leher)
2) Vertigo (pusing) / sinkope
3) Parestesia (sensasi abnormal)
4) Paralisis
5) Epistaksis
6) Perdarahan retina
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 11

c) Penemuan Secara Umum
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Kejang
4) Perubahan mental

6. Patofisiologi
Otak merupakan organ yang sensitif terhadap oksigen dan nutrisi.
Otak harus menerima aliran darah yang konstan untuk mempertahankan
fungsi normalnya karena otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa
sendiri. Aliran dara berfungsi sebagai tempat untuk membuang sampah
metabolik, karbondioksida dan asam laktat. Jika lairan darah ke otak
berkurang ataupun menurun maka akan mengakibatkan kerusakan otak
dengan cepat.
Melaui proses autoregulasi serebral, aliran darah ke otak tetap
diupayakan konstan sebanyak 750 ml/menit. Untuk merespon terhadap
perubahan tekanan darah maka akan terjadi vasokonstriksi dan vasodilatasi
dari arteri ke otak.
Pada stroke, iskemin terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah
arterinya terganggu akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan
gangguan fungsi otak. Iskemik dapat menyebabkan hipoksia atau anoksia
dan hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini dapat mengakibatkan
kemkatian pada neuron, sel ganglia dan struktur otak di sekitar area infark.
Edema yang terjadi aken memperberat infark itu sendiri. Edema dapat
berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari.
Setelah terjadinya infark atau edema maka secara otomatis akan
terjadi penurunan kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi
neurologisnya seperti semula. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya defisit
neurologis pada daerah kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai
dengan karakteristik otak

[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 12

7. Pemeriksaan Fisik
a. Fungsi sadar
1) Keadan umum : klien tampak kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis
2) Tingkat kesadaran
3) Tanda-tanda vital : suhu, respirasi, nadi, tekanan darah mengkat
4) Penurunan intelektual
5) Penurunan memory
b. Udara / oksigen
1) Gangguan kesadaran menurun
2) Disritmia
3) Penurunan kemampuan uantuk konsentrasi
4) Hepertensi arterial
5) Suara pernapasan klien snowring (ngorok)
6) Rongga mulut banyak mukus (slim)
7) Terdengar suara cairan (gurgling)
c. Nutrisi
1) Bising usus negatif, dispagia
2) Sulit mengunyah, gangguan nervus V motorik
3) Tidak mampu / sulit menelan gangguan nervus N IX dan X
4) Gangguan pergerakan lidah, gangguan N XII
5) Gangguan reflek N IX akan mengakibatkan menurunya refkeks
GAG dan gerakan uvula simetris
d. Kebutuhan eliminasi
Inkontinensia urine, anuria, distensi abdomen, distensi kandung
kemih berlebih.
e. Aktifitas dan pergerakan
1. Diplopia, ukuran / reaksi pupil tidak sama, dilatasi / miosis pupil,
psilateral (perdarahan / herniasis)
2. Gangguan tonus otot flaksid, spatis, paralitik (hemiplegia dan
terjadi kelemahan umum)
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 13

3. Hemiplegia / hemiparese kanan merupakan indiksi adanya stoke
yang melibatkan hemisphere serebral kiri
4. Kelemahan otot sebelah kiri menujukan adanya hemisphere serbral
sebelah kanan, kejadian ini di karenakan bahwa otot di persyarafi
oleh 50 % serabut (traktus piramidalis) yang sistm kerjanya
menyilang
5. Hipotonik / flaciality : tidak kuat menahan gravitasi, tidak
memunyai otot untuk menulis, adanya equilibrium atau meluruskan
ekstermitas dan ketidak mampuan untuk mempertahankan
mekaisme protektif.
6. Hiertonik, fiked position, kontraktur dan ROM daerah persedian
menjadi terbatas, berkurangnya kontrol gerakan kepala dan leher,
keseimbangan serta koordinasi.
f. Kebutuhan Komunikasi dan interaksi social
1) komunikasi klien dengan keluarga serta hubungan interaksi klien
dengan keluarga kooperatif/tidak, pada klien yang mengalami
penurunan kesadaran kebutuhan komunikasi dan interaksi sosial
biasanya terganggu karena adanya kerusakan jaringan otak
termasuk pada nervus III dan VIII.
2) Afasia.
3) Promosi Kesehatan
Persepsi tentang penyakit, harapan terhadap perawatan yang sedang
dilakukan dan juga upaya hidup sehat dirumah setelah pulang dari
Rumah sakit.
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Angiografi Serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarakan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi/ ruptur.
b. Scan CT : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemik, dan adanya
infark.
c. Fungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis, emboli serabral dan TIA, sedangkan tekanan meningkat dan cairan
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 14

yang mengandung darah menujukan adanya hemoragi suaraknoid intrakranial.
Kadar protein meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya
proses imflamasi.
d. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arteriovena (MAV)
e. EEG : Mengidentifikasi maslah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
adanya daerah lesi yang spesifik.
f. Sinar X tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karptis interna
terdapat pada trombosis serebral.
g. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
system arteri karotis), aliran darah / muncul plak (arteriosklerotik)

9. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik: cerebral) berhubungan dengan
aliran darah arteri terhambat
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak
c. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
dan perubahan sirkulasi
f. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
g. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
h. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.






[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 15

10. Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi
1. Perfusi jaringan tidak
efektif (spesifik:
cerebral)

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan suplai aliran
darah keotak lancer
dengan criteria hasil:
- Nyeri kepala /
vertigo berkurang
sampai de-ngan
hilang
- Berfungsinya saraf
dengan baik
- Tanda-tanda vital
stabil


Monitorang neurologis (2620)
1. Monitor ukuran, kesimetrisan,
reaksi dan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran
klien
3. Monitir tanda-tanda vital
4. Monitor keluhan nyeri kepala,
mual, muntah
5. Monitor respon klien terhadap
pengobatan
6. Hindari aktivitas jika TIK
meningkat
7. Observasi kondisi fisik klien

Terapi oksigen (3320)
1. Bersihkan jalan nafas dari
sekret
2. Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
3. Berikan oksigen sesuai
intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien
tentang pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-
ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap
memakai oksigen selama
aktifitas dan tidur
2 Kerusakan komunikasi
verbal
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan klien
mampu untuk
1. Libatkan keluarga untuk
membantu memahami /
memahamkan informasi dari
/ ke klien
2. Dengarkan setiap ucapan
klien dengan penuh perhatian
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 16

berkomunikasi lagi
dengan criteria hasil:
- dapat menjawab
pertanyaan yang
diajukan perawat
- dapat mengerti dan
memahami pesan-
pesan melalui
gambar
- dapat
mengekspresikan
perasaannya secara
verbal maupun
nonverbal
3. Gunakan kata-kata sederhana
dan pendek dalam
komunikasi dengan klien
4. Dorong klien untuk
mengulang kata-kata
5. Berikan arahan / perintah
yang sederhana setiap
interaksi dengan klien
6. Programkan speech-language
teraphy
7. Lakukan speech-language
teraphy setiap interaksi
dengan klien
3 Defisit perawatan diri:
makan, mandi,
berpakaian, toileting


Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam,
diharapkan kebutuhan
mandiri klien terpenuhi,
dengan criteria :
- Klien dapat makan
dengan bantuan
orang lain / mandiri
- Klien dapat mandi
de-ngan bantuan
orang lain
- Klien dapat
memakai pakaian
dengan bantuan
orang lain / mandiri
- Klien dapat
toileting dengan
bantuan alat
1 Kaji kamampuan klien untuk
perawatan diri
2 Pantau kebutuhan klien untuk
alat-alat bantu dalam makan,
mandi, berpakaian dan
toileting
3 Berikan bantuan pada klien
hingga klien sepenuhnya bisa
mandiri
4 Berikan dukungan pada klien
untuk menunjukkan aktivitas
normal sesuai
kemampuannya
5 Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan
perawatan diri klien
4 Kerusakan mobilitas
fisik

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan klien dapat
melakukan pergerakan
fisik dengan criteria
hasil :
- Tidak terjadi
kontraktur otot dan
1 Ajarkan klien untuk latihan
rentang gerak aktif pada sisi
ekstrimitas yang sehat
2 Ajarkan rentang gerak pasif
pada sisi ekstrimitas yang
parese / plegi dalam toleransi
nyeri
3 Topang ekstrimitas dengan
bantal untuk mencegah atau
mangurangi bengkak
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 17

footdrop
- Pasien
berpartisipasi dalam
program latihan
- Pasien mencapai
keseimbangan saat
duduk
- Pasien mampu
menggunakan sisi
tubuh yang tidak
sakit untuk
kompensasi
hilangnya fungsi
pada sisi yang
parese/plegi
4 Ajarkan ambulasi sesuai
dengan tahapan dan
kemampuan klien
5 Motivasi klien untuk
melakukan latihan sendi
seperti yang disarankan
6 Libatkan keluarga untuk
membantu klien latihan sendi
5 Resiko kerusakan
integritas kulit

Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan pasien
mampu mengetahui dan
mengontrol resiko
dengan criteria hasil :
- Klien mampu
menge-nali tanda
dan gejala adanya
resiko luka tekan
- Klien mampu
berpartisi-pasi
dalam pencegahan
resiko luka tekan
(ma-sase sederhana,
alih ba-ring,
manajemen nutrisi,
manajemen
tekanan).
1 Beri penjelasan pada klien
tentang: resiko adanya luka
tekan, tanda dan gejala luka
tekan, tindakan pencegahan
agar tidak terjadi luka tekan)
2 Berikan masase sederhana
- Ciptakan lingkungan
yang nyaman
- Gunakan lotion, minyak
atau bedak untuk pelicin
- Lakukan masase secara
teratur
- Anjurkan klien untuk
rileks selama masase
- Jangan masase pada area
kemerahan utk
menghindari kerusakan
kapiler
- Evaluasi respon klien
terhadap masase
3 Lakukan alih baring
- Ubah posisi klien setiap
30 menit- 2 jam
- Pertahankan tempat tidur
sedatar mungkin untuk
mengurangi kekuatan
geseran
- Batasi posisi semi fowler
hanya 30 menit
- Observasi area yang
tertekan (telinga, mata
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 18

kaki, sakrum, skrotum,
siku, ischium, skapula)
4 Berikan manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi
- Monitor intake nutrisi
- Tingkatkan masukan
protein dan karbohidrat
untuk memelihara ke-
seimbangan nitrogen
positif
5 Berikan manajemen tekanan
- Monitor kulit adanya
kemerahan dan pecah-
pecah
- Beri pelembab pada kulit
yang kering dan pecah-
pecah
- Jaga sprei dalam keadaan
bersih dan kering
- Monitor aktivitas dan
mobilitas klien
- Beri bedak atau kamper
spritus pada area yang
tertekan
-
6 Resiko Aspirasi
berhubungan dengan
penurunan tingkatb
kesadaran
Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi
aspirasi pada pasien
dengan criteria hasil :
- Dapat bernafas
dengan
mudah,frekuensi
pernafasan
normal
- Mampu
menelan,mengu
nyah tanpa
terjadi aspirasi

Aspiration Control Management
:
- Monitor tingkat
kesadaran, reflek batuk
dankemampuan menelan
- Pelihara jalan nafas
- Lakukan saction bila
diperlukan
- Haluskan makanan yang
akan diberikan
- Haluskan obat sebelum
pemberian


7 Resiko Injury Setelah dilakukan Risk Control Injury
[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 19

tindakan perawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi
trauma pada pasien
dengan criteria hasil:
- bebas dari
cedera
- mampu
menjelaskan
factor resiko
dari lingkungan
dan cara untuk
mencegah
cedera
- menggunakan
fasilitas
kesehatan yang
ada
- menyediakan lingkungan
yang aman bagi pasien
- memberikan informasi
mengenai cara mencegah
cedera
- memberikan penerangan
yang cukup
- menganjurkan keluarga
untuk selalu menemani
pasie
8 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan pola nafas
pasien efektif dengan
criteria hasil :
- Menujukkan jalan
nafas paten ( tidak
merasa tercekik, irama
nafas normal, frekuensi
nafas normal,tidak ada
suara nafas tambahan
- Tanda-tanda vital
dalam batas normal
Respiratori Status Mnagement
- Pertahankan jalan nafas
yang paten
- Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
- Berikan terapi O2
- Dengarkan adanya
kelainan suara tambahan
- Monitor vital sign






[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 20

DAFTAR PUSTAKA

Long C, Barbara. 2002. Perawatan Medikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Jakarta
:EGC.

Nanda.2006. Buku Panduan Diagnosis Keperawatan. EGC :Jakarta
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan.2006. Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Depkes : Jakarta.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

Tuti Pahria, dkk. 2003. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan
Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC.

Http : Www. Medicastore. Com / Stroke Mengancam Usia Produktif. id.
Wikipedia. Org/wiki/Stroke-19k














[ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA] January 1, 2012

THOMAS ARI WIBOWO | Universitas Muhammadiyah Surakarta 21

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. P DENGAN STROKE
DI DUKUH TEGALAN RT 1/RW 5, WIRONANGGAN, GATAK
SUKOHARJO










OLEH:






DI SUSUN OLEH:
THOMAS ARI WIBOWO
J230103048




FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

You might also like