Professional Documents
Culture Documents
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar be lakang tersebut di atas, maka rumusan mas alah
dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana cara pembuatan kerajinan bamboo sebagai alat peraga
pembelajaran Matematika Bab Segi Empat Ke las VII SMP N I Yogyakarta.
Bagaimana efektifitas kerajinan bamboo sebagai alat peraga pembelajarn
Matematika pada Bab Segi Empat terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP
N I Yogyakarta.
Tujuan Program
( Edukasi ) menjelaskan cara pembuatan kerajinan bamboo sebagai alat
peraga pembelajaran Matematika Bab Segi Empat Kelas VII SMP N I
Yogyakarta.
Menguji efektifitas kerajinan bamboo sebagai alat peraga pembelajaran
Matematika Bab Segi Empat terhadap prestasi be lajar sisiw a di Kelas VII SMP
N I Yogyakarta.
Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebuah penelitian yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan termuat dalam jurnal penelitian
sehingga dapat memberikan informasi ilmiah mengenai potensi bamboo sebagai
alat peraga pembelajaran Matematika Bab Segi Empat Kelas VII Sekolah
Menengah Pertama ( SMP ).
Kegunaan Program
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
Memberi informasi ilmiah mengenai potensi bamboo sebagai alat peraga
pembelajaran mate matika Bab Segi Empat Kelas VII SMP N I Yogyakarta.
Memberi informasi ilmiah mengenai efektifitas bamboo sebagai bahan
baku alat peraga Matematika bamboo Bab Segi Empat terhadap prestasi beljar
siswa kelas VII SMP N I Yogyakarta.
Memberikan nilai tambah terhadap keluaran pembelajaran meliputi :
Aspek edukasi : Membuka pemahaman aw al bahwa s etiap benda
terdiri dari partikel yang lebih kecil ( atomic ).
Menciptakan pembelajaran matematika Bab Segi Empat
siswa Kelas VII SMP N I Yogyakarta yang menarik, menyenangkan dan tidak
membosankan.
Aspek motivasi : menumbuhkan inspirasi.
Aspek kesehatan : mengurangi ketegangan syaraf dan menangkal
narkoba.
Aspek budaya : menumbuhkan jiwa cinta seni dan budaya.
Menambah e ste tika ruang kelas
Aspek ekonomi : Menyimpan nilai seni yang tinggi hasil budaya
Indonesia se hingga tidak diakui bangsa lain.
Tinjauan Pustaka
Sepintas Kilas Mengenai Bambu
a. Sebaran jenis bambu
Di dunia terdapat lebih dari 1.250 jenis bambu yang berasal dari 75 marga.
Dari jumlah tersebut di Indonesia terdapat 39 jenis bambu yang berasal dari 8
marga.Bambu tumbuh di daerah tropis, sub tropis dan beriklim sedang kecuali
di Eropa dan Asia Barat, dari dataran rendah sampai pada ketinggian 4.000 m
dpl.Tempat tumbuhnya pada tanah aluvial dengan tekstur tanah berpasir
sampai berlampung, berdrainase baik, beriklim A/B (tipe FS) dengan
ketinggian optimal 0-500 m dpl.
b. Karakteristik bambu
Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant
Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh)
yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah
dewasa pada umur 4-5 tahun.Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku,
beruas-ruas berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap
buku terdapat mata tunas atau cabang.Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizon)
berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang
dapat tumbuh menjadi batang.
c. Fungsi dan manfaat bambu
Menurut Rivai, Suryo Kusumo dan Nugoro (1994), kegunaan dan manfaat
bambu bervariasi mulai dari perabotan rumah, perabotan dapur dan kerajinan,
bahan bangunan serta peralatan lainnya dari yang sederhana sampai dengan
industri bambu lapis, laminasi bambu, maupun industri kertas yang sudah
modern. Dari sekilas gambaran manfaat tersebut menyiratkan suatu harapan,
bahwa bambu dapat dijadikan bahan alternative pembuatan alat peraga
matematika dua dan tiga dimensi
1) Ekologis
Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang
yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini
menjaga sistem hidronologis sebagai pengijat tanah dan air, sehingga dapat
digunakan sebagai tanaman konservasi. Rumpun bambu di Tatar Sunda disebut
dapuran awi juga akan menciptakan iklim mikro di sekitarnya, sedangkan
hutan bambu dalam skala luas pada usia yang cukup dapat dikategorikan
sebagai satu satuan ekosistem yang lengkap. Kondisi hutan bambu
memungkinkan mikro organisme dapat berkembang bersama dalam jalinan
rantai makanan yang saling bersimbiosis.
2) Sosial, ekonomi, budaya
Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai
ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyarakat menggunakan bambu dalam
berbagai aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan sebagai
multipurpose free species (MPTS = jenis pohon yang serbaguna). Pemanfaatan
bambu secara tradisional masih terbatas sebagai bahan bangunan dan
kebutuhan keluarga lainnya (alat rumah tangga, kerajinan, alat kesenian seperti
angklung, calung, suling, gambang, bahan makanan seperti rebung dll.).Pada
umumnya jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang
berdiameter besar dan berdinding tebal. Jenis-jenis tersebut diwakili oleh
warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8
jenis).Dari jenis-jenis tersebut dapat dibudidayakan secara massal untuk
menunjang industri kertas, chopstick, flowerstick, ply bamboo, particle board
dan papan semen serat bambu serta kemungkinan dikembangkan bangunan
dari bahan bambu yang tahan gempa dll.Dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat bambu menjadi salah satu kelengkapan yang tidak bisa
ditinggalkan, misalnya dalam upacara adat, upacara perkawinan, hajatan
keluarga bahkan bahan baku bambu menjadi alat musik khas komunitas
tertentu. Lebih dari itu perkembangan sosial budaya masyarakat ditandai
dengan perkembangannya aksesori bambu dalam pembuatan perabot rumah
tangga dan cindera mata yang bernilai seni tinggi. Di beberapa tempat species
bambu tentu menjadi bagian mitos dan kelengkapan ritual masyarakat yang
bernilai magis.
d. Analisis ekonomi hutan tanaman bambu
Berdasarkan penelitian PT Persada Alnita Lestari (2003), pembangunan Hutan
Tanaman Bambu pada tahun pertama memerlukan, biaya Rp 10.137.000,00 ari
mulai perencanaan sampai pemeliharaan. Pada tahun ke 2 sampai tahun ke 4
diperlukan biaya sebesar Rp 1.402.900,00 per ha. Apabila daur pengusaha
hutan bambu selama 20 tahun, maka kebutuhan dana total mencapai
Rp 87.960.100,00 per ha. Dengan perolehan hasil sebesar
Rp 767.520.000,00.Secara analisis finansial investasi pembangunan hutan
tanaman bambu dengan indikator interest 18% per tahun dan dengan metode
discounting dari tahun pertama sampai tahun akhir daur perusahaan (20 tahun)
menghasilkan Net Present Valute (NPV) sebesar 56% sehingga pengusaha
bambu ini dikategorikan layak.Ditinjau dari perhitungan B/C ratio didapat
hasil 5,65 dengan payback period dicapai pada tahun ke-4.***
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan aksperimen murni. Pembuatan alat peraga Mateatika
Bab Segi E mpat ini dilakukan Selma e mpat minggu .Lebih lanjut tercantum
dalam uraian di bawah ini :
Menyerut kulit luar bamboo sehingga diperoleh terkstur dalam yang halus dan
putih menggunakan pisau ukuran 5 x 15 cm.
Membilah bilahan bamboo menjadi dua bagian atas dan baw ah dan
mengelompokkannya menggunakan pisau ukuran 5 x 15 cm.
Membilah setiap bilahan tipis dalam kelompok masing – masing menjadi 3 atau 4
bagian yang sama menggunakan pisau ukuran 2 x 13 cm.