Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tuli merupakan defek sensoris yang paling sering terjadi (1 dari 1000-2000
kelahiran).
Identifikasi dini memberikan intervensi yang tepat sesegera mungkin bila
diindikasikan
0! disebabkan faktor lingkungan
0! penurunan pendengaran kongenital disebabkan faktor genetik
"0! tidak sindromik
o #iasanya disebabkan oleh mutasi pada gen tunggal
$0! sindrom menyebabkan penurunan pendengaran kongenital
"-%0! tuli genetik disebabkan oleh gen autosomal resesif (&')
%-20! disebabkan gen autosomal dominan (&()
1-$! diklasifikasikan sebagai kelainan X-linked, atau kromosomal.
FAKTOR LINGKUNGAN
Sindrom Rubella
)atarak kongenital
&nomali kardiovaskuler
'etardasi mental
'etinitis
Tuli
-10! ibu dengan rubella saat trimester pertama melahirkan bayi dengan tuli
*ata merupakan organ yang umumnya dipengaruhi+ diikuti telinga+ dan
jantung
Identifikasi antibody fluoresen+ hemaglutinasi serum+ dan kultur virus dari
tenggorokan dapat mengkonformasi diagnosis
Tuli akibat virus menunjukkan adanya degenerasi organ ,orti+ adhesi antara
organ ,orti dan membrane 'eissner+ membran tektorial yang menggulung+
1
atrofi stria parsial atau lengkap+ dan degenerasi elemen neural yang menyebar
(degenerasi koklea-sa--ulus)
Kern ikterik
20! bayi dengan kern ikterik mengalami tuli sekunder berat akibat kerusakan
pada nu-leus -o-hlearis ventral dan dorsal dan nu-leus -olli-ulus superior dan
inferior
#iasanya terjadi penurunan pendengaran frekuensi tinggi
Indikasi untuk transfusi penukaran biasanya bila bilirubin serum lebih dari 20
mg.dl.
Sifili
Tamari dan Itkin memperkirakan bah/a penurunan pendengaran terjadi pada0
"0! sifilis kongenital
2! sifilis fase laten
21! pasien asimptomatik dengan sifilis kongenital
$1! neurosifilis asimptomatik
)armody dan 2-hukne-ht melaporkan 2!-$%! pasien dengan sifilis
kongenital mengalami penurunan pendengaran. Terdapat dua bentuk sifilis
kongenital0 dini (infantil) dan lambat (tardif). #entuk infantile biasanya berat dan
bilateral. &nak-anak ini biasanya memiliki keterlibatan multisystem dan
mengakibatkan hasil fatal.
2ifilis kongenital lambat memiliki penurunan pendengaran progresif dengan
keparahan dan onset yang bervariasi. 3enurunan pendengaran yang mun-ul saat
a/al masa kanak-kanak biasanya bilateral+ mendadak+ berat+ dan berkaitan dengan
gejala vestibuler. #entuk onset-lambat (terkadang men-apai dekade kehidupan)
memiliki penurunan pendengaran ringan. )armody dan 2-hukne-ht juga
menunjukkan bah/a kelainan vestibuler+ vertigo episodi- berat+ merupakan gejala
kelompok onset lambat yang juga sering terjadi dibandingkan kelompok infantile.
2e-ara histopatologi+ osteitis dengan leukositosis mononu-lear+ obliterasi
endarteritis+ dan hidrops endolimfatika ditemukan. 2erologi -airan -erebrospinal
dan serum dapat bernilai positif atau tidak. 3engobatan dengan steroid dan
peni-illin masih bermanfaat. 4okasi lain dari sifilis kongenital adalah0
2
1. )artilago nasal dan kerangka tulang
2. 3eriostitis tulang -ranium (bossing)
$. 3riostitis tibia (saber shin)
5. 3erlukaan pada jaringan odontogenous (Hutchinson teeth)
. 3erlukaan kartilago epifisis (3era/akan pendek)
6. 7mumnya+ keratitis interstitial (cloudy cornea)
(ua tanda dikaitkan dengan sifilis kongenital0 Hennebert sign terdiri atas tes
fistula positif tanpa bukti klini penyakit telinga tengah atau mastoid+ atau fistula.
Telah diketahui bah/a stimulasi vestibuler dimediasi oleh ikatan fibrosa antara
bagian dasar dan labirin membrane vestibuler. Hennebert sign dapat juga mun-ul
pada penyakit *eniere. 3enjelasan lain adalah bah/a respon vestibuler mun-ul
akibat pergerakan bagian dasar yang berlebihan. 8istagmus pada hennebert sign
lebih khas pada pemberian tekanan negative.
9enomena Tullio terdiri atas vertigo dan nistagmus terhadap stimulasi dengan
suara berintensitas tinggi+ seperti kotak bising #arany. 9enomena ini terjadi tidak
hanya pada pasien sifilis kongenital dengan fistula -analis semi-ir-ularis atau
dehisensi+ tetapi juga pasien postfenestrasi bila bagian dasarnya mobile dan
fenestrumnya paten. :al ini juga dapat terjadi pada otitis media kronik bila pasien
memiliki membrane timpani dan tulang pendengaran yang intak+ dan sebuah
fistula;kombinasi yang jarang.
&gar terjadi 9enomena Tullio+ fistula -analis semi-ir-ularis dan
mekanisme transmisi suara yang intak menuju telinga dalam (missal membrane
timpani intak+ tulang pendengaran intak+ dan bagian dasar yang mobile) harus ada.
3atofisiologinya adalah adanya energy suara intensitas tinggi yang ditransmisikan
melalui dasar mengalami resistensi yang sedikit dan berubah menuju fistula
daripada melalui membrane jendela ovale.
3enurunan pendengaran dapat terjadi dalam bentuk sekunder atau tersier
pada sifilis dapatan. 2e-ara histopatologi+ osteitis dengan infiltrasi sel bulat
didapatkan. (engan sifilis tersier+ lesi guma dapat terjadi di aurikula+ mastoid
telinga tengah dan piramida petrosa. 4esi ini dapat menimbulkan penurunan
pendengaran -ampuran. <leh karena peni-illin dan antibioti- lainnya -ukup
efektif dalam mengobati sifilis dapatan+ bentuk tuli ini sangat jarang.
$
Hi!otiroidime
)reatinisme terdiri atas terlambatnya pertumbuhan+ retardasi mental dan
penurunan pendengaran -ampuran+ nampaknya berhubungan dengan tuli
kongenital.
NONSINDRO"IK
8onsindromik merupakan salah satu penyebab penurunan pendengaran
kongenital ("0! penurunan pendengaran). (iturunkan se-ara autosomal resesif
(&') merupakan bentuk penurunan pendengaran yang paling sering (%0!). 4o-us
autosomal dominan (&() disebut sebagai (98&+ autosomal resesif disebut
(98#+ dan X-linked merupakan (98. 2ekitar $% lo-us tuli autosomal dominan
telah dipetakan dan 11 gen telah digandakan. 21 lo-us untuk tuli &' dan 11 gen
telah digandakan.
&nalisis populasi menyebutkan bah/a lebih dari 100 gen terlibat dalam
ke-a-atan pendengaran non-sindromik. *utasi molekul 26 connexin (protein gap
junction+ gen =>#2) ditemukan pada sekitar 51! pasien dengan tuli nonsindromik
dan sekitar $"! kasus sporadi-.
7ji terhadap connexin 26 tersedia se-ara komersial
2atu dalam $1 individu dapat menjadi pemba/a mutasi ini. 2atu mutasi yang
sering ditemukan+dinamakan $0de1=.
Autoomal Dominan
&(0 1! kasus penurunan pendengaran nonsindromik
4o-us (89&
)ongenital+ ke-a-atan pendengaran nonprogresif yang berat biasanya mun-ul
lebih dari satu kelainan+ dengan beberapa gen berbeda yang dilokasikan.
,ontoh tuli autosomal0
*utasi hilangnya ,<411&2 ((98&1$)+ mengkode kolagen ?I. #ersifat
progresif+ penurunan pendengaran sensorineural menghasilkan tuli
sensorineural flat.
*utasi (98&6.15-@921 mun-ul sebagai ke-a-atan pendengaran
sensorineural frekuensi rendah yang disebabkan oleh mutasi @921
5
heteroAigos. *utasi pada gen @921 merupakan bentuk yang sering ditemukan
pada penurunan pendengaran sensorineural frekuensi rendah dominan.
Autoomal Reeif
3enelitian terkait genetik telah mengidentifikasi setidaknya 1 lo-us gen untuk
penurunan pendengaran nonsindromik resesif. =en (98#2 pada kromosom 1$B
mungkin merupakan bentuk tersering dan telah diidentifikasi sebagai -onneCin 2$.
(98#1+ juga ditemukan pada kromosom 1$ yang mengkode protein gap junction
gen -onneCin 26. ,onneCin 26 memiliki perean penting dalam transduksi suara.
Dkspresi -onneCin 26 mungkin berimplikasi pada penurunan pendengaran
nonsindromik resesif+ hal ini mungkin bah/a kondisi ini jarang+ mempengaruhi
satu atau sedikit keluarga yang menikah.
Penurunan Penden#aran X-Linked Nonindromik
)e-a-atan pendengaran nonsindromik X-linked lebih jarang ditemukan
daripada tuli sindromik X-linked. )ebanyakan gen X-linked bertanggungja/ab
terhadap ke-a-atan pendengaran herediter yang belum dapat diketahui
penyebabnya. 2etidaknya 6 lo-us pada kromosom ? terhadap penurunan
pendengaran nonsindromik telah diketahui.
(ua tipe nonsindromik+ penurunan pendengaran sensorineural berat yang
terkait X-linked tekah dideskripsikan0 onset dini+ tipe progresif yang -epat dan tipe
progresif yang perlahan dan ringan.
)e-a-atan pendengaran diakibatkan onset prelingual dan dikarakteristikkan
oleh satu atau dua bentuk. 9iksasi X-linked pada stapes dengan aliran perilimfatik
berkaitan dengan ke-a-atan pendengaran -ampuranyang dilokasikan pada lo-us
(89$+ yang mengkode faktor transkripsi 3<7$95. =en ini dilokasikan dekat
dengan gen yang menyebabkan koroideremia+ dan hilangnya gen ini menimbulkan
sindrom koroideremia berkelanjutan. 3enurunan pendengaran+ dan retardasi
mental. ,T s-an preoperative dapat digunakan untuk mendeteksi temuan yang
diprediksikan+ seperti pembesaran -analis auditorius internus dengan penipisan
atau absennya tulang pada basis koklea. #entuk ke-a-atan pendengaran X-linked
dikaitkan dengan ?B1$-B21.2. 3eneliti juga mengidentifikasi ke-a-atan
pendengaran sensorineural dominan X-linked yang berkaitan dengan lo-us
?p21.2. )e-a-atan auditori pada laki-laki biasanya kongenital+ bilateral+