You are on page 1of 5

AVEB JATI RAMADHAN

A2 / 12503244018
A. Pengertian Dan Fungsi Pendidikan Kejuruan
Undang-Undang sisdiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkanbahwa, pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkanpeserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Peran pendidikan kejuruan sangat strategis dalam menyiapkan calon tenaga kerja yang memiliki
keterampilan profesional tertentu untuk memperoleh bidang pekerjaan profesional yang sesuai dengan
spesialisasinya. Tidak tertutup juga bagi tamatan SMK untuk melanjutkan pendidikan hingga
keperguruan tinggi. Konsep yang dikembangkan dalam pendidikan kejuruan, dalam rangka
mempersiapkan peserta didik mendapatkan pekerjaan professional tertentu dilakukan melalui on the
job training yaitu belajar bekerja langsung di Industri. Menurut Nana Sudjana, pekerjaan professional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan oleh mereka yang secarakhusus dipersiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dilakukan olehmereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan
(Sugiyono,2003: 18).

B. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan pesertadidik agar siap bekerja baik bekerja
secara mandiri (wiraswasta) maupunmengisi lowongan pekerjaan yang ada dengan keterampilan
profesionalyang dimiliki. Arah pengembangan pendidikan menengah kejuruandiorientasikan pada
penentuan permintaan pasar kerja. Keberhasilan pendidikan kejuruan/SMK dapat diukur dari tingkat
keterserapan tamatan di dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut berbagaiusaha dilakukan oleh SMK
melalui peningkatan mutu pembelajaran. Salahsatunya melalui pencapaian standar kompetensi yang
telah ditetapkan olehDunia Usaha/Dunia Industri/Asosiasi Profesi, yang subtansi diklat dikemas
dalam berbagai mata diklat yang dikelompokan menjadi mata pelajaranNormatif, Adaptif, dan Produktif.

1) Mata Pelajaran Normatif
Mata Pelajaran Normatif adalah kelompok mata pelajaranyang berfungsi membentuk peserta didik
menjadi pribadi utuh,memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun
makhluk sosial anggota masyarakat, baik sebagai warga NegaraIndonesia maupun sebagai warga dunia.
Mata pelajaran normatifdiberikan agar peserta didik bisa hidup dan berkembang selaras dalam
kehidupan pribadi, sosial dan bernegara. Mata pelajaran ini berisi mata pelajaran yang dialokasikan
secara tetap meliputi, PendidikanAgama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Olahraga, dan Seni Budaya.

2) Mata Pelajaran Adaptif
Mata Pelajaran Adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik
sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan luas dan kuat untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja serta mampu mengembangkan diri sesuai
dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi. Mata Pelajaran Adaptif berisi mata
pelajaran yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatanpeserta didik untuk memahami,
menguasai konsep dan prinsip dasarilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-
hari atau melandasi pengetahuan dalam bekerja. Mata pelajaran adaptifmeliputi: Bahasa Inggris, IPA,
IPS, Matematika, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dan Kewirausahaan.





AVEB JATI RAMADHAN
A2 / 12503244018
3) Mata Pelajaran Produktif
Mata Pelajaran Produktif adalah kelompok mata pelajaranyang berfungsi membekali peserta didik agar
memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Bila dalam SKKNI belum tercantum, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum
yang dianggap mewakili Dunia Usaha/Dunia Industri/Asosiasi Profesi. Mata Pelajaran
Produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja.

Model Pendidikan Kejuruan
Berdasarkan beberapa pendapat, terdapat beberapa Model Sistim Pendidikan Kejuruan :
1. Model Pasar
Merupakan sistim pendidikan yang merupakan tanggung jawab industri dan di jalankan
sepenuhnya oleh industri. Pada model pasar pemerintah tidak terlibat dalam proses kualifikasi
kejuruan. Model ini sering juga disebut Model Liberal dan langsung di arahkan pada produksi
dan pasaran kerja.
2. Model Sekolah
Adalah pendidikan dimana pemerintah berperan merencanakan, mengorganisasikan, dan
memantau pelaksanaan pendidikan kejuruan. Model ini sering juga disebut Model Birokratik.
3. Model Sistim Ganda
Merupakan perpaduan antara model pasar dan model sekolah dalam hal ini pemerintah
berperan sebagai pengawas model pasar, model ini disebut juga dual system.
4. Model Pendidikan Koperatif
Pendidikan kejuruan yang diselenggarakan bersama antara sekolah dan perusahaan. Terbagi
dalam dua macam :
a. School and Enterprise, pendidikan kejuruan yang merupakan tanggung jawab bersama antara
sekolah dan industri.
b. Training Center and Enterprise.
5. Informal Vocantional Education
Sistim pendidikan yang lahir dengan sendirinya, atas inisiatif pribadi atau kelompok untuk
memenuhi ketrampilan yang tidak dapat dipenuhi di pendidikan formal.

Berdasarkanlampiran Keputusan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor: 251/C/Kep/MN/2008 (Depdiknas, 2008) tentang spektrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan, kompetensipendidikan kejuruan/SMK atau dalam spektrum
tersebut disebut studi keahlian pada SMK dikelompokan sebagai berikut:
(1) Teknologi danRekayasa,
(2) Teknologi Informasi dan Komunikasi,
(3) Kesehatan,
(4)Seni Kerajinan dan Pariwisata,
(5) Agrobisnis dan Agroteknologi,
(6)Bisnis dan Manajemen.




AVEB JATI RAMADHAN
A2 / 12503244018
Praktik Kerja Kerja Industri

a. Pengertian Praktik Kerja Industri

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan kata praktik berarti
pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Prakerin atauyang sering disebut On The Job
Training (OJT), merupakan modelpelatihan yang bertujuan untuk memberikan kecakapan yang
diperlukandalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagipekerjaan (Bondan Arum
Pratiwi, 2009; 16).Prakerin adalah kegiatan yang bersifat wajib tempuh bagi siswa SMK yang merupakan
bagian dari program PSG. Dalam Permendiknastentang pedoman teknis pelaksanaan PSG pada SMK
disebutkan bahwaPrakerin adalah praktik keahlian produktif yang dilaksanakan di Industri
atau perusahaan yang berbentuk kegiatan mengerjakan produksi/jasa(Estiko Suparjono, 1999: 259).
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Prakerin adalah suatukegiatan pelatihan keahlian produktif
bersifat wajib tempuh bagi siswaSMK yang dilakukan di Dunia Usaha/Dunia Industri serta memiliki
konsep tersendiri dalam pelaksanaannya bertujuan meningkatkan kecakapan siswa dalam pekerjaan
tersebut.

b. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

Pengertian PSG menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 323/U/1997 (Estiko
Suparjono, 1999: 256), mendefinisikan. Pendidikan Sistem Ganda merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan keahlian profesional yang memadukanpendidikan di sekolah dan pelatihan penguasaan
keahlian yang diperolehmelalui kegiatan praktik kerja langsung di Dunia Usaha dan Industri.
Dapat disimpulkan dari pendapat Muliati A.M (2007:9) bahwa PendidikanSistem Ganda merupakan
salah satu strategi mendekatkan peserta didik ke dunia kerja.Pendidikan Sistem Ganda (dual sistem)
sudah berkembang lama dibeberapa Negara, di Indonesia pendekatan Pendidikan Sistem Ganda(PSG)
dimulai pada tahun 1994. Semenjak itu Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sebagai kajian yang tak
terpisahkan dari kebijakan link and match yang implikasinya berupa Praktik Kerja Industri dijadikan
pola utama penyelenggaraan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia.

c. Tujuan Praktik Kerja Industri

Pelaksanaan Praktik Kerja Industri merupakan salah satu upaya mencapai tujuan penyelenggaraan PSG.
Keputusan Menteri No.323/U/1997 (Estiko Suparjono, 1999: 257) dapat disimpulkan tujuan
Praktik Kerja Industri adalah kemampuan yang telah didapatkan peserta didik dari proses pembelajaran
disekolah diterapkan atau diimplementasikan secara nyata di Dunia Usaha/Dunia Industri sehingga
tumbuh etos kerja atau pengalaman kerja. Dapat disimpulkan tujuan utama program Praktik Kerja
Industri mengoptimalkan hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan di sekolah dengan pengalaman
kerja di Industri untuk mencapai tujuan pendidikan kejuruan secara maksimal.





AVEB JATI RAMADHAN
A2 / 12503244018
Hubungan antara Teknologi & Pendidikan
Ada 3 (tiga) perspektif tentang hubungan antara teknologi dengan pendidikan :
Perspektif pertama adalah perspektif yang memandang bahwa teknologi adalah produk pendidikan.
Perspektif ini berlaku di negara atau lembaga pendidikan yang budaya research & development-nya
sudah sangat bagus. Memandang teknologi sebagai produk pendidikan memiliki dampak positif berupa
tidak terikatnya pendidikan terhadap keterbatasan teknologi. Kita sering mendengar banyak yang
mengeluh Sekolah kami tidak memiliki fasilitas untuk itu. Kalimat seperti ini tidak akan muncul, jika
perspektif yang dimiliki adalah perspektif teknologi sebagai produk pendidikan.
Perspektif kedua, adalah perspektif yang menganggap bahwa teknologi adalah akselerator pendidikan.
Perspektif ini bisa benar, jika penguasaan tenaga didik terhadap pedagogik dan andragogik-nya juga
sudah benar. Bagaimanapun juga, teknologi hanyalah alat bantu pendidikan. Apalagi jika kita berbicara
tentang Teknologi Informasi, yang baru akan bisa punya taring jika Sistem Manajemen Informasi,
termasuk Learning Content Management System (LCMS)-nya benar-benar tertata dengan rapi dan
merupakan produk kerjasama antara para ahli pendidikan, ahli Knowledge Management dan para ahli
teknologi IT. [Di Indonesia ada kesalahan persepsi, bahwa Teknologi Informasi untuk Pendidikan hanya
kerjaan para ahli komputer].

Perspektif Ketiga adalah perspektif yang paling banyak dimilikioleh kalangan pendidik Indonesia, dan
merupakan sebuah salah kaprah akut. Yakni memandang bahwa teknologi adalah Pendidikan. Seakan-
akan papan tulis dan metode belajar tradisional tidak punya tempat lagi untuk mengembangkan
peserta didik yang bermutu. Seakan-akan semuanya harus digantikan dengan komputer dan LCD
Proyektor. Seakan-akan Perpustakaan harus dan wajib diganti dengan Internet. Perspektif ini memiliki
dampak sangat fatal, yakni hadirnya generasi pendidik yang tidak kreatif, menyerah terhadap
keterbatasan yang ada.
Milken Exchange on Education Technology, bagian dari Milken Family Foundation, Amerika Serikat,
menuliskan bahwa untuk berhasilnya penerapan teknologi pendidikan di sebuah lembaga pendidikan,
haruslah mampu menjawab tantangan-tantangan berikut ini :
Terpenuhinya standar yang tinggi sesuai dengan era teknologi yang ada saat ini
Mengadakan sebuah agenda penelitian nasional untuk mengetahui kejelasan penerapannya
Meningkatkan kapasitas sekolah lokal dan daerah untuk mengaplikasikan kondisi lingkungan
pembelajaran tertentu (bagi penerapan teknologi yang dimaksud)
Mendokumentasikan dan melaporkan setiap hasil penerapannya (dan penelitian) di lapangan




AVEB JATI RAMADHAN
A2 / 12503244018
Dituliskan juga disitu peran teknologi dalam pendidikan yakni :
Accelerates, Enriches, and Deepens Basic Skills
Motivates and Engages Students in Learning
Helps related academics to the practices of Todays Work Force
Increases economic viability of tomorrows workers
Strenghtens Teaching
Contributes to change in schools
Connects schools to the world

You might also like