You are on page 1of 20

MDGs DAN JAMINAN KESEHATAN

Pembimbing : Ridesman SH, M.Kes


Hari / Tanggal : Kamis / 21 November 2013
Pukul : 09.00 11.30 Wib

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)
Latar Belakang
Millenium Development Goals (MDGs) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
tujuan pembangunan milenium (TPM).

Tujuan MDGs merupakan paradigma pembangunan global yang disepakati secara
internasional oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) milenium PBB bulan September 2000 silam.


Majelis umum PBB kemudian melegalkannya ke dalam resolusi majelis umum PBB
nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 tentang Deklarasi umum PBB (a/res/55/2. United
Nations Millenium Declaration).

Deklarasi millenium ini berisi kesepakatan negara-negara tentang arah pembangunan
berikut sasaran-sasarannya yang perlu diwujudkan secara global meliputi:
1. Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat.
2. Meeujudkan pendidikan dasar untuk semua orang.
3. Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
4. Menurunkan kematian anak.
5. Meningkatkan kesehatan maternal.
6. Melawan penyebaran HIV/AIDS dan penyakit kronis lainnya (Malaria dan Tuberkulosa).
7. Menjamin keberlangsungan lingkungan.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Tujuan, Target dan MDGs Indonesia
Tujuan : Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawahUS$1
per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990 2015.
Indikator : Menurunkan proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan dibawah
US$ 1 (PPP) per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990
2015 merupakan target MDGs terkait dengan pengurangan tingkat
kemiskinan.
Indikator yang digunakan di Indonesia :
1. Persentase penduduk dengan pendapatan dibawah US$1 (PPP) per hari.
2.Persentase penduduk dengan tingkat konsumsi dibawah garis kemiskinan nasional.
3. Indeks kedalaman kemiskinan.
4. Indeks keparahan kemiskinan.
5. Proporsi konsumsi penduduk termiskin (kuantil pertama).

Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi
setengahnya dalam kurun waktu 1990 2015.
Indikator : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi
setengahnya antara tahun 1990 2015 merupakan target MDGs
terkait dengan upaya mengurangi kelaparan.
Indikator yang digunakan di Indonesia :
1. Persentase anak anak berusia dibawah 5 tahun yang mengalami gizi buruk (severe
underweight).
2. Persentase anak anak berusia dibawah 5 tahun yang mengalami gizi kurang (moderate
underweight).
Tujuan : Mencapai tujuan dasar untuk semua.
Target 3 : Memastikan pada tahun 2015, semua anak, dimanapun, laki laki
maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.
Indikator : Memastikan semua anak laki laki maupun perempuan dimanapun
untuk dapat menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015
merupakan target MDGs yang utama dibidang pendidikan.
Indikator yang digunakan di Indonesia :
1. Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar / Madrasah Ibtidaiyah (7 12 tahun).
2. Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama / madrasah tsanawiyah (13 15
tahun)
3. Angka melek huruf usia 15 24 tahun.
Tujuan : Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Target 4 : Target menghilangakan ketimpangan gender ditingkat pendidikan
dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan disemua jenjang pendidikan
tidak lebih dari tahun 2015 dipantau dengan menggunakan indikator
sebagai berikut :
1. Rasio anak perempuan terhadap anak laki laki di tingkat pendidikan dasar, lanjutan dan
tinggi, yang diukur melalui angka partisipasi murni anak perempuan terhadap anak laki laki
(%).
2. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki laki usia 15 24 tahun, yang diukur melalui
angka melek huruf perempuan / laki laki (indeks paritas melek huruf gender) (%).
3. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan (%).
4. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) perempuan (%).
5. Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan (%).
6. Tingkat daya beli (purchasing power parity) pada kelompok perempuan (%).
7. Proporsi perempuan dalam lembaga lembaga publik (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) (%).

Tujuan : Menurunkan Angka Kematian Anak.
Target 5 : Menurunkan angka kematian balita (AKBA) sebesar dua pertiganya
dalam kurun waktu 1990 2015.
Indikator : Indikator yang digunakan untuk menilai target menurunkan angka
kematian balita sebesar dua pertiganya dalam kurun waktu 1990
2015 adalah:
1. Angka Kematian Bayi (AKB) per seribu kelahiran hidup.
2. Angka Kematian Balita (AKBA) per seribu kelahiran hidup.
3. Anak usia 12 23 bulan yang diimunisasi campak (%).

Tujuan : Meningkatkan Kesehatan Ibu.
Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga per empatnya dalam
kurun waktu 1990 2015.
Indikator : Indikator penilaian untuk penurunan angka kematian ibu sebesar tiga
per empatnya dalam kurun waktu tahun 1990 2015 adalah :
1. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) per 100.000 kelahiran hidup.
2. Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan (%).
3. Proporsi wanita 15 49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat
keluarga berencana (%).

Tujuan : Memerangi HIV / AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya.
Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS dan mulai menurunnya
jumlah kasus baru pada tahun 2015.
Indikator : Target mengendalikan penyebaran HIV dan mulai menurunnya
jumlah kasus baru HIV pada tahun 2015 dinilai dengan indikator
indikator :
1. Prevalensi HIV dan AIDS (%).
2. Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi (%).
3. Penggunaan kondom pada pemakai kontrasepsi (%).
4. Persentase penduduk usia muda 15 24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif
tentang HIV / AIDS (%)
Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlahkasus malaria
dan penyakit lainnya pada tahun 2015.
Indikator :
1. Prevalensi malaria per 1000 penduduk.
2. Prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk.
3. Angka penemuan pasien tuberkulosis BTA positif baru (%).
4. Angka keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis (%).

Tujuan : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup.
Target 9 : Memadukan prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan dengan
kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya
lingkungan yang hilang.
Indikator : Merupakan bagian dari pencapaian pelaksanaan pembangunan lingkungan
hidup. Pembangunan lingkungan hidup dalam kontekini dipahami dari dua pendekatan, yaitu
perlindungan fungsi lingkungan hidup dan penanggulangan penurunan fungsi lingkungan hidup.

Indikator yang digunakan mencakup Green Indicator dan Brown
Indicator :
1. Green Indicator
- Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan satelit Landsat terhadap
luas daratan (%).
- Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan luas kawasan hutan, kawasan lindung dan
kawasan konserfasi termasuk kawasan perkebunan dan hutan rakyat terhadap luas daratan (%).
- Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan (%).
- Rasio luas kawasan lindung perairan (Marine Producted Area) terhadap luas daratan (%).


2. Brown Indicator
- Jumlah emisi karbondioksida (CO2) (metrik ton).
- Jumlah konsumdi bahan perusak ozon (bpo) (ton).
- Rasio jumlah emisi karbondioksida (CO2) terhadap jumlah penduduk Indonesia (%).
- Jumlah penggunaan energi dari berbagai jenis (setara barel minyak, sbm, (a) Fosil dan (b) non
Fosil.
- Rasio penggunaan energi (total) dari berbagai jenis terhadap produk domestik bruto (%).
- Penggunaan energi dari berbagai jenis secara absolut (metrik ton).

Target 10 : Menurunkan proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air
minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar
sebesar separuhnya pada 2015.
Indikator : Pembangunan lingkungan hidup dalam konteks ini dipantau dengan
menggunakan indikator.
1. Proporsi rumah tangga terhadap penduduk dengan berbagai kriteria sumber air (total) (%).
2. Proporsi rumah tangga / penduduk dengan berbagai kriteria sumber air (pedesaan) (%).
3. Proporsi rumah tangga / penduduk dengan berbagai kriteria sumber air (perkotaan) (%).
4. Cakupan pelayanan perusahaan daerah air minum (KK).
5. Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas sanitasi yang layak (total) (%).
6. Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas sanitasi yang layak (pedesaan) (%).
7. Proporsi rumah tangga dengan akses pada fasilitas sanitasi yang layak (perkotaan) (%).



Target 11 : Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk
miskin dipemukiman kumuh pada tahun 2020.
Indikator : Target melakukan perbaikan yang berarti dalam kehidupan
penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020
merupakan bagian dari pencapaian pelaksanaan pembangunan
masyarakatyangbersifat konservasi terhadap salah satu unsur
lingkungan hidup. Target ini dipantau denganmenggunakan
indikator proporsi rumah tangga yang memiliki atau menyewa rumah (%).

Tujuan : Membangun Kemitraan Global Untuk Pembangunan.

Uraian dibawah ini secara spesifik melihat bidang bidang utama dalam kerja sama
internasional yang paling relevan dan secara potensial memiliki keterkaitan kuat dengan
pencapaian MDGs Indonesia.
Oleh karena itu, berbagai indikator dicoba untuk dipilah-pilah dengan target yaitu
keuangan dan perdagangan (targrt 12), ODA/ pinjaman luar negeri (target 15), pengangguran
usia muda (target 16), dan akses kepada teknologi baru (target18).

Target 12 : Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka,
berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.
Indikator : Di dalamnya termasuk pula komitmen untuk melaksanakan prinsip
prinsip pemerintahan yang baik (good governance).

Indikator yang digunakan:
1. Rasio antara jumlah ekspor dan impor dengan PDB. Rasio ini menunjukkan tingkat
keterbukaan suatu ekonomi (%).
2. Rasio antara kredit dan tabungan (LDR) bank umum (%). Rasio ini menunjukkan peningkatan
atau pengurangan fungsi intermediasi bank umum.
3. Rasio antara kredit dan tabungan (LDR) bank perkreditan rakyat (%). Rasio ini menunjukkan
peningkatan atau pengurangan fungsi intermediasi bank perkreditan rakyat.
Target 15 : Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional
maupun internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan
dalam jangka panjang.
Indikator : Indikator yang digunakan dalam menangani hutang negara
berkembang melalui upaya nasional maupun internasional agar
pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang:
1. Rasio pinjaman luar negri terhadap PDB.
2. Debt-to-Service Ratio (DSR).

KESEHATAN LINGKUNGAN
Pembimbing : Linda Christine Bangun, SKM, M.Kes
Hari / Tanggal : Kamis / 30 mei 2013
Pukul : 11.00 12.00
A. DEFENISI
Ada beberapa defenisi dari Kesehatan Lingkungan :
1. Menurut WHO ( World Health Organization )
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbngan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia
2. Menurut HAKLI ( Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia )
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbngan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
Menurut World Health Organization ( WHO ) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu
:
a. Penyediaan Air Minum
b. Pengelolaan Air Buangan dan pengendalian pencemaran
c. Pembangunan Sampah Padat
d. Pengendalian Vektor
e. Pencegahan / pengendalian pencemaran tanah oleh ekstreta manusia
f. Hygiene makanan, termasuk hygiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perKotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam pasal 22 ayat (3) UU No.
23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaiitu
a. Penyehatan Air dan Udara
b. Pengamanan Limbah Padat / Sampah
c. Pengamanan Limbah Cair
d. Pengamanan Limbah Gas
e. Pengamanan Radiasi
f. Pengamanan Kebisingan
g. Pengamanan Vektor Penyakit
h. Penyehatan dan Pengamanan Lainnya, seperti Keadaan Pasca Bencana

C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Menurut asal 22 ayat ( 2 ) 23 / 1992, sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah
seabgai berikut :
a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha usaha yang sejenis
b. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal. Asrama / yang sejenis
c. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industry / yang sejenis
d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.
e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yuang berada
dalam keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar besaran, reactor /
tempat yang bersifat khuss.
D. MASALAH MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Masalah keadaan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya
dibutuhkan dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalahan dalam kesehatan lingkungan
antara lain.
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan seharai hari yang kualitasnya
memenuhi sayarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
a. syarat syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut
b. syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
C syarat Kimia : Kadar besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg / I, kesadahan ( maks
500mg/I)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja / total koliform ( maks 0 per 100 ml air )

2. Pembuangan kotoran / tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi komunikasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penangan tinja segar, atai, bila memang benar benar diperlukan,
harus dibatasi seminimal mungkin
f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal

3. Kesehatan pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakn sehat apabila memenuhi criteria sebagai berikut :
a. memnuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang
cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar
anggota keluarga dan penghuni rumah
c. memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vector penyakit dan
tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan , cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari perencanaan, disamping pencahayaan dan penghawan yang
cukup.
d. Memenuhi persayaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain peryratan garis sepadan jalan, konstruksi yang
tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir
4. Pembuangan sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan factor factor /
unsure, berikut:
a. Penimbulan sampah. Factor factor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah
penduduk dan kepadatannya, tingkat aktivitas pola kehidupan / tingkat social ekonomi, letak
geografis, iklim musim, dan kemajuan teknologi
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengelolahan dan pemanfaatan kembali
d. Pengangkutan
e. Pembuangan

Dengan mengetahui unsure unsure pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan
dan urgensinya masing masing unsure tersebut agar kita dapat memecahkan masalah
masalah inisecara efiseien
5. Serangga dan Binatang Penganggu
Serangga sebagai reservoir ( habitat dan survival ) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vector misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes / sampar, nyamuk Anopheles Sp
untuk penyakit malaria, nyamuk Aedes Sp untuk demam berdarah dengue ( DBD ), nyamuk
Culex Sp untuk penyakit kaki gajah / filiriasis. Penanggulangan / pencegahan dari penyakit
tersebut diantaranya dengan merancang rumah / tempat pengelolaan makanan dengan rat
proff ( rapat tikus ), kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan
nyamuk Anopheles Sp. Gerakan 3 M ( menguras, mengubur, dan menutup ) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD. Penggunaan kasa pada lubang angin di
rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gdan usaha suaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan
penyakit rabies / anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
penyakit ke makanan sehingga menimbulkan diare. Tikus dapat meyebabkan Leptospirosis
dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan minuman
Sasaran hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga
dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan higienen sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan.
b. Persyaratan fasilitas sanitasi.
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan makanan jadi.
d. Persyaratan pengelolaan makanan.
e. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi.
f. Persyaratan peralatan yang digunakan.
g. Pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran
udara. Pencemaran udara data dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution.
Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta
api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat
manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah sauy factor resiko
timbulnya infeksi pernfasan bagi anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau
pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisi data menunjukkan bahwa ada kecenderungan
peningkatan.
Beberapa penelititan menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa
kelompok resiko tinggi penduduk kota disbanding Pedesaan. Besar resiko relative tersebut
adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar akumulatif, tentu akan buruk di
masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya
ternyata mebawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata,
terganggunya jadwal penerbangan, terganggunya ekologi hutan







ANALISA SISTEM INFORMASI KESEHATAN DALAM MENDUKUNG
PERENCANAAN KESEHATAN
Pembimbing : Margareth Gres Hulu, SKM, M.Kes
Hari / Tanggal :Rabu / 29 Mei 2013
Pukul :12.00 - 13.30 WIB

DASAR KEBIJAKAN
Sistem Kesehatan Nasional :
1. Pada tahun 2004, Depkes telah menyusun ulang/merevisi Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 131/
MENKES/ SK/ II/ 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
2. Fungsi SKN adalah sebagai landasan, arah, dan pedoman penyelenggaraan pembangunan
kesehatan dengan tujuan untuk menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan yang efektif
bagi seluruh masyarakat di wilayah NKRI. SKN juga merupakan acuan dalam
menerapkan pendekatan pelayan kesehatan dasar ( Primary Health Care ) yang secara
global telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai kesehatan bagi semua,
yang untuk indonesia diformulasikan sebagai visi Indonesia Sehat.
Sistem Informasi Kesehatan adalah merupakan salah satu unsur pendukung utama dari
Sub Sistem Manajemen Kesehatan.
Prinsip prinsip Sistem Informasi Kesehatan :
a. Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang
berasal dari sektor kesehatan maupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
b. Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan diberbagai jenjang
administrasi kesehatan.
c. Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk kebutuhan
informasi.
d. Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara tepat waktu
dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
e. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpilan data secara rutin
(yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara cara nonrutin (yaitu survei dan lain lain).
f. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang
berlaku di Bidang kesehatan dan keDokteran.
Bentuk Pokok Sistem Informasi Kesehatan
a. SIK Nasional dikembalikan dengan memadukan SIK Daerah dan sistem informasi lain
yang terkait.
b. Sumber data SIK adalah dari sarana kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan yang
teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survei, surveilans, dan
sensus.
c. Data pokok SIK mencakup derajat kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
Sumber Daya Manusia Kesehatan , obat, dan pembekalan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat diBidang kesehatan serta manajemen kesehatan.
d. Pengelolaan dan analisis data dan pengemasan informasi diselenggarakan secara
berjenjang, terpadu, multidisipliner, dan komprehensif.
e. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui masyarakat
secara luas untuk pengambilan keputusan di Bidang kesehatan.
Fungsi Sistem Informasi Kesehatan :
Untuk menyediakan informasi bagi manajemen program dan pelayanan kesehatan,
khususnya dalam rangka memantau situasi kesehatan, kinerja pelayanan dan kegiatan kegiatan
promotif, preventif, dan kuratif serta ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya kesehatan.
DEFENISI
Sistem (System): Sekumpulan komponen yang bekerja bersama sama untuk mencapai
suatu tujuan tertentu, (WHO, 2002).
Sistem Informasi (Informasi System): Sistem yang menghasilkan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan pada setiap jenjang didalam suatu organisasi,
(Hurtubise,1984).
Sistem Informasi Kesehatan (Health Information System ): Sistem yang
mengintegerasikan pengumpulan data, pemprosesan data, pelaporan dan penggunaan informasi
tertentu untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan melalui manajemen
yang lebih baik pada setiap jenjang pelayanan kesehatan, (WHO, 2000).
Sistem Informasi Manajemen Kesehatan (Health Management Information System):
Suatu sistem informasi yang didesain khusus untuk membantu didalam manajemen dan
perencanaan program program kesehatan yang diarahkan untuk menghasilkan suatu perawatan
kesehatan (preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative), ( WHO, 1993).
KOMPONEN SISTEM INFORMASI
A. INPUT
1. Data
1.1 Pengumpulan Data (Data Collection)
a. Alat pengumpulan dan pencatat data
b. Kualitas Data
1. Ketepatan dan Relevansi data (Accuracy,Relevancy)
2. Kelengkapan data (Completeness)
3. Kecukupan data (Adequacy)
4. Ketepatan waktu (Timeliness)
1.2 Pemrosesan Data (Data Processing)
1.3 Analisis Data (Data Analysis)
1.4 Diseminasi Data (Data Dissemination)
2. Sarana dan Prasarana (Supply and Logistics)
3. Sumber Daya Manusia (Human Resources)
4. Organisasi Sistem Informasi (Information System Division)
B. PROSES
1. Pengembangan SDM SIK (Human Resource Development)
1.1 Pelatihan pelatih (Training of trainers)
1.2 Pelatihan petugas data (Training of data provider)
1.3 Pelatihan operator computer (Training of computer operators)
1.4 Pelatihan pemanfaatan data (Training of staff on data utilization)
2. Koordinasi, Kerjasama dan Komunikasi (Coordination, Cooperation, and
Communication)
C. OUTPUT
1. Ketersediaan Data dan Informasi
1.1 Database
1.2 Website


D. OUTCOME
1. Sistem Informasi Perkantoran
1.1 Sistem Informasi Keuangan
1.2 Sistem Informasi Kepegawaian
2. Sistem Informasi Operasional
2.1 Sistem Informasi Operasional Puskesmas
2.2 Sistem Informasi Operasional Rumah Sakit
2.3 Sistem Informasi Kewaspadaan Dini
3. Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
4. Sistem Informasi Eksekutif
5. Sistem Informasi Pendukung Keputusan
PENGEMBANGAN SIK (SWOT ANALYSIS)
A. STRENGTHS
1. Tersedianya sumber data
2. Tersedianya sumber daya manusia
3. Tersedianya system informasi
4. Adanya kewenangan sebagai aparatur Bidang kesehatan
B. WEAKNESSES
1. Rendahnya mutu data
2. Rendahnya mutu sumber daya manusia
3. Kurangnya sarana dan prasarana
4. Sistem informasi yang terfragmentasi
5. Rendahnya mutu koordinasi dan komunikasi
6. Rendahnya alokasi dana
C. OPORTUNITIES
1. Kebijakan desentralisasi
2. Tersedianya teknologiormasi
3. Tersedianya dana PHP-II
D. THREATS
1. Tuntutan masyarakat, stakeholders terhadap infokes
2. Tuntutan terhadap akuntabilitas pelayanan publik
3. Rendahnya dukungan masyarakat dan stakeholders
4. Rendahnya peran serta instasi, unit yankes swasta, dan LS.
SWOT ANALYSIS
Berbagai Peluang (O)
Lingkungan Eksternal
3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi
Turn around Agresif Keunggulan
Investasi/ Komparatif
Kelemahan(W) Kekuatan (S)
Internal yang Kritikal Internal yang Substansial

4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi
Defensif Damage Diversifikasi
Control Mobilisasi
Ancaman (T) Utama
Lingkungan Eksternal

Sumber: Margareth Hulu, SKM, M.Kes
Tanggal: 22 November 2013

You might also like