You are on page 1of 14

SOSIOLOGI DESA

BAB V
Sosiologi Desa

A. Transformasi Sosial Desa


Secara historis desa adalah embrio terbentuknya
masyarakat politik di indonesia. Jauh sebelum
masayarakat modern terbentuk, desa atau entitas sosial
lainnya yang sejenis telah menjadi sebuah institusi sosial
yang sangat tinggi. Desa adalah sebuah entitas sosial
yang mandiri, mempunyai aturan (adat istiadat, tradisi)
yang mengakar kuat dan tata pemerintahan yang
otonom. Bahkan desa telah mempunyai kemandirian
secara ekonomi, ini dibuktikan dengan adanya pasar
desa atau sisa-siasnya dimana perputaran ekonomi
terjadi disini. Interaksi sosial yang cukup kental
menjadikan desa menjadi sebuah komunitas yang cukup
solid.
Perkembangan selanjutnya adalah masuknya
pengaruh negara (pemerintahan pusat) menjadikan desa
sebagai representasi pemerintah sehingga tata nilai dan
pranata sosial yang telah ada sekian abad menjadi

Pengembangan Desa Ramah Anak 67


SOSIOLOGI DESA

hancur. Miniaturisasi desa sebagai negara menyebabkan


pertarungan politik dan konflik kepentingan memecah
belah kesatuan desa.
Hal ini terlihat jelas pada era orde baru dimana
negara merubah struktur desa dan memaksa desa
menggunakan peraturan-peraturan yang ditetapkan
negara. Tata laksana pemerintahan desa yang semula
diatur dengan hukum adat dan tradisi kemudian
diseragamkan. Proses uniformitas (penyeragaman) ini
tertuang dalam UU No. 5 /1979, penguasa melakukan
sentralisasi dan birokratisasi pemerintahan desa. Tanpa
melihat heterogenitas masyarakat adat atau
pemerintahan asli/ tradisi UU tersebut menyeragmkan
model pemerintahan dan tata aturan desa secara
nasional.
Maka masyarakat desa perlahan tercerabut dari
akar budaya dan kearifan-kearifan nenek moyang yang
telah sekian abad lestari. Hancurnya tradisi, adat serta
pranata-pranata sosial telah menghilangkan sebuah
komunitas sosial dan tata pemerintahan desa yang
mandiri.

Pengembangan Desa Ramah Anak 68


SOSIOLOGI DESA

Perkembangan selanjutnya, karena proses


reformasi politik terjadi proses deregulasi dan de
birokratisasi terhadap permerintahan desa. Munculnya
UU No. 22 / 1999 tentang Pemerintahan daerah dan
pencabutan UU No. 5 / 1979 telah memberikan
kesempatan hidupnya kembali pemerintahan asli/ tradisi
desa. Dengan diserahkannya kewenangan untuk
mengatur dan mengelola pemerintahan tingkat desa
kepada pemintah daerah/ kota memungkinkan hidup
kembalinya tata pemerintahan tradisi desa. Hal ini
semakin nyata terlihat dengan muncul kembalinya
model-model pemerintahan adat/tradisi di beberapa
daerah sebagai pengganti pemerintahan desa. Di
Sumatera Barat hidup kembali pemerintahan Nagari,
Banga atau desa adat di Bali, Huta di Masyarakat Batak
dan model pemerintahan adat lainnya. Selain itu,
bersamaan dengan hidup kembalinya pemerintahan adat/
tradisi tersebut, Hukum-hukum adat juga kembali
muncul dan berlaku.
Sungguhpun demikian, Fenomena kebangkitan
ini tidak serta merta menjadikan desa kembali sebagai
komunitas sosial yang mandiri. Pelumpuhan desa yang

Pengembangan Desa Ramah Anak 69


SOSIOLOGI DESA

sekian puluh tahun telah menghilangkan sebagian besar


tradisi, adat serta pranata-pranata sosial yang pernah
berlaku di desa. Selain itu desa juga tidak bisa
menghindar dari penyelenggaraan negara, sebagai Sub-
sistem pemerintahan.
Kondisi desa pada saat ini adalah kondisi transisi
dari masyarakat pesedasaan yang tradisional menuju
masyarakat sub-perkotaan dan perkotaan. Hal ini terjadi
karena mobilisasi masyarakat yang cukup tinggi dari
desa ke kota dan dari kota ke desa (urbanisasi de
urbanisasi). Hal menyebabkan terjadinya asimilasi
budaya, dimana orang desa yang kekota membawa
budaya perkotaan saat kembali kedesa. Atau orang kota
yang membawa pengaruh budaya perkotaan kedesa.
Proses transformasi ini berjalan terus menerus seiring
dengan perkembangan jaman dan teknologi komunikasi
dan informasi.
Maka tak pelak budaya dan tradisi yang
berkembang selama puluhan tahun kini telah mulai
pudar. Tergantikan dengan budaya-budaya populis
metropolis yang cenderung hedonis dan kapitalis.
Masyarakat yang bersifat Komunal kini mulai menjadi

Pengembangan Desa Ramah Anak 70


SOSIOLOGI DESA

masyarakat yang individualis, lebih memikirkan dan


mementingkan diri sendiri. Gejala ini jelas terlihat
dengan semakin acuhnya orang-orang desa datu sama
lainnya dan semakin tingginya persaingan ekonomi dan
politik di tingkatan desa.

B. Demokrasi dan Otonomi Desa


Demokrasi tak dapat dipisahkan dari
perkembangan desa, ini menyangkut beberapa hal
prinsip dalam pelaksanaan tata pemerintahan desa yang
akuntabel. Legitimasi yang kuat akan pemerintah desa
mutlak diperlukan dalam upaya perubahan desa.
Beberapa penyesuaian mungkin diperlukan karena
masing-masing daerah dan adat mempunyai mekanisme
yang berbeda dalam demokrasi. Perhatian yang perlu
diberikan adalah jangan sampai proses transformasi desa
membawa kebangkitan kembali primordialisme dan
feodalisme.
Proses demokrasi harus diletakkan pada landasan
kesadaran akan tujuan dan fungsi demokrasi. Jangan
sampai proses-proses ini menimbulkan konflik
kepentingan pada aras horisontal maupun vertikal. Maka

Pengembangan Desa Ramah Anak 71


SOSIOLOGI DESA

penyadaran dan pendidikan demokrasi dan politik harus


terus dilakukan. Dan lagi money politic yang seringkali
terjadi sebisa mungkin dihapuskan dalam proses
pemilihan kepala desa (suksesi). Sehingga pertentangan
dan perpecahan yang kerap terjadi dapat dihindari di
desa.
Pemerintahan desa harus dikembalikan sebagai
Self governing community pada bentuk pemerintahan
awal/ asli. Dimana desa memiliki keweangan penuh
untuk mengatur dirinya sendiri tanpa campur tangan dari
pihak luar. Disini perlu adanya batasan yang jelas
tentang kewenangan desa dan daerah. Jangan sampai ada
tumpang tindih kebijakan yang diterapkan desa dan
daerah. Kebijakan daerah harusnya mengakomodir
kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa. Maka
prose-proses pengambilan kebijakan daerah harus
bersifat partisipatif (botom up).
Otonomi desa juga harus diberikan sampai pada
kewenangan desa untuk mengelola sumber daya
lokalnya untuk kepentingan dan kemakmuran desanya,
tanpa harus mengabaikan kepentingan yang lebih tinggi
(daerah, Nasional). Kewenangan ini juga harus dapat

Pengembangan Desa Ramah Anak 72


SOSIOLOGI DESA

mencegah praktek-praktek monopoli dan penghisapan


yang selama ini dilakukan oleh pemodal (dari luar
maupun di dalam desa). Harapannya desa mampu
memberikan perlindungan terhadap warganya dalam
mengakses sumber daya lokalnya untuk meningkatkan
kesejahteraannya.

C. Manajemen Pemerintahan Desa


Issue yang paling sentral dari manajemen
pemerintahan desa adalah transparansi dan
akuntabilitas.Dua hal tersebut sebenarnya hanyalah
sebgaian dari sebuah tata kelola pemerintahan yang baik
(Good Governance). Merujuk beberapa sumber Good
Governance dapat diartikan sebagai “Institutions and
processes which determine how power is exercised,
how decisions are taken and how citizens participate in
decision-making processes”.
Menurut United Nations Development
Programme (UNDP) (1997:19) dalam paper pertamanya
disebutkan karakteristik sistem kepemerintahan yang
baik (the characteristics of good system of governance)
yaitu; “ legitimacy, freedom of association and

Pengembangan Desa Ramah Anak 73


SOSIOLOGI DESA

participation and freedom of the media, fair and


established legal frameworks that are enforced
impartially, bureaucratic accountability and
transparency,freely available and valid information,
effective and efficient public sector management, and
cooperation between governments civil society
organizations” Selanjutnya UNDP, seperti dikutip oleh
LembagaAdministrasi Negara (LAN) mengajukan
kembali prinsip-prinsip good governance sebagai
berikut:
1. Participation; setiap warga negara
memiliki suara dalam pembuatan keputusan,
secara langsung maupun melalui mediasi
institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya,
1. Rule of Law; aturan hukum,
keputusan, kebijakan pemerintah, organisasi,
badan usahayang menyangkut masyarakat
dilakukan berdasarkan hukum,
2. Transparency; transparansi yaitu
kebebasan arus informasi; dapat diketahui,
dimonitoroleh banyak pihak mengenai

Pengembangan Desa Ramah Anak 74


SOSIOLOGI DESA

kebijakan, proses-proses lembaga Organisasi


pemerintah,
3. Responsiveness; lembaga-lembaga
pemerintah harus tanggap, responsif terhadap
kepentingan stakeholder-nya,
4. Concensus orientation; berorientasi
pada kesepakatan yakni bisa menjadi
perantarabagi kepentingan yang berbeda
sebagai cara mencari alternatif terbaik dan
membela kepentingan yang lebih luas,
5. Equity; kesetaraan, semua warga
negara laki-laki maupun perempuan, tanpa
memandang status miskin-kaya, memiliki
peluang yang sama dalam mendapatkan
kesejahteraan,
6. Effectiveness and efficiency; setiap
proses kegiatan, aktifitas lembaga pemerintah
dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan
garis yang ditetapkan,
7. Accountability; para
pembuatkeputusan dalam pemerintahan,
sektor swasta danmasyarakat (civil society)

Pengembangan Desa Ramah Anak 75


SOSIOLOGI DESA

bertanggung jawab pada publik dan lembaga


stakeholdernya,
8. Strategic vision; visi strategis, para
pemimpin dan publik harus memiliki
perspektifgood governance dan
pengembangan SDM yang luas dan jauh ke
depan sesuai keperluan pembangunan.
Jadi, good governance pada esensinya
merupakan pemerintahan yang efektif dan modern,
yakni suatu pemerintahan yang demokratik (demokratic
governance) yang elemen utamanya partisipasi
masyarakat. Good governance pada level desa tidak
akan pernah terwujud tanpa adanya desentralisasi-
Otonomi dan legitimasi yang kuat dari masyarakat.
Lahirnya Good governance akan berkorelasi pada
tumbuhnya ekonomi desa yang mandiri dan mampu
memberikan kesejahteraan pada masyarakatnya.

D. Ekonomi Desa
Penetrasi kapitalisme pada tingkat Global dan
Nasional menumbuhkan kekawatiran akan kondisi
ekonomi pada tingkatan lokal. Mengingat bahwa rata-

Pengembangan Desa Ramah Anak 76


SOSIOLOGI DESA

rata penduduk desa adalah orang-orang dengan


pendidikan rendah dengan kemampuan dan modal yang
terbatas. Selain itu kegiatan ekonomi desa yang
dibangun diatas budaya subsisten (hanya untuk bertahan
hidup) sangat bertentangan dengan kapitalis. Budaya ini
telah melahirkan sebuah format ekonomi khas desa,
dimana usaha-usaha ekonomi yang dikembangakan
tidak digunakan sepenuhnya untuk mendapatkan
keunutngan secara pribadi. Maka disebuah desa amat
kental dengan kekerabatan dan saling tolong menolong.
Ekonomi desa pada mulanya berdiri diatas
kegiatan produksi pertanian (Agraris), perikanan
(nelayan) atau kegiatan-kegiatan produksi lainnya.
Surplus pada kegiatan pertanian kemudian mendorong
adanya Investasi yang melahirkan diversifikasi usaha.
Diversifikasi yang dilakukan meliputi usaha jasa,
Perdagangan atau produksi diluar pertanian. Hal ini
mendorong terjadinya “Anglomerasi” atau peningkatan
kegiatan ekonomi di kota-kota kecil sebagai area
penyangga (buffer zone) bagi daerah pedesaan
disekitarnya.

Pengembangan Desa Ramah Anak 77


SOSIOLOGI DESA

Orde baru memaksa ekonomi desa terintegrasi


dengan ekonomi nasional dengan membangun infra
struktur dan akses bagi pihak luar untuk masuk kedesa.
Selanjutnya pengaruh Revolusi Hijau dan kebijakan
yang diterapkan pemerintah mendorong adanya
perubahan terhadap perekonomian desa. Produksi
pertanian yang semula subsisten perlahan mengalami
komersialisasi yang berorientasi profit (Keuntungan).
Beberapa orang dan kelompok yang memiliki akses
pasar berkembang menjadi kelompok yang lebih
sejahtera (kaya), sementara kelompok nir-akses pasar
semakin miskin. Lahirnya orang-orang miskin dan
hilangnya kesempatan kerja di desa ini adalah memicu
urbanisasi.
Menurut M. Dawam Raharjo (Makalah Seminar
”Ekonomi Desa dan Manajemen Pemerintahan Desa” disampaikan
dalam Workshop Desentralisasi dan Good governance di tingkat

Desa), UU No. 22/ 1999 yang mengarah pada


penghapusan sentralisasi birokrasi dan penyeragaman
serta mengakomodir lembaga adat sebagai identitas
lokal, ada beberapa agenda yang harus dilakukan terkait
dengan ekonomi desa. Yang pertama, Perekonomian

Pengembangan Desa Ramah Anak 78


SOSIOLOGI DESA

desa dituntut untuk mampu berkembang dan melewati


tiga tahapan, yaitu :
1. Melakukan diversifikasi produk pertanian
yang ditunjang ketersediaan teknologi.
2. Melakukan diversifikasi pekerjaan dan
sumber penghasilan diluar sektor pertanian.
3. Menjalankan industrialisasi pedesaaan
dengan menitik beratkan pada sektor industri
kecil dan menengah serta memperluas
kepemilikan lahan oleh petani (min 2 Ha/
petani).
Kedua, Restrukturisasi lembaga pemerintahan
desa dan pembenahan pemerintahan desa yang
mengarah ke bentuk pemerintahan profesional. Ketiga,
perlu adanya sistem jaminan sosial (Social security
system) di tingkat desa yangtidak tergantung dari
pemerintahan atas. Jaminan ini bisa berupa harta waqaf
dan sumbangan derma yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan seperti pendidikan, kesehatan dan
pengembangan iptek ditingkat desa.
Perekonomian desa harus dibangun atas usaha
produktif mandiri dan pengelolaan sumber daya lokal

Pengembangan Desa Ramah Anak 79


SOSIOLOGI DESA

secara lestari berlandaskan pada semangat kebersamaan


demi kesejahteraan bersama. Ditunjang dengan
pemerintahan yang transparan, akuntabel dan mampu
mengakomodir kepentingan masyarakat serta
pemerataan akses ekonomi. Sarana-sarana penunjang
produksi harus disediakan oleh desa dan pemerintah
daerah semisal koperasi, ruang pamer produk dan lain-
lainnya.
Selain itu Desa harus mempunyai sumber
pendanaan yang jelas dan berkesinambungan. Dalam
upaya ini desa dapat membuat kebijakan tertentu terkait
dengan pengelolaan dana masyarakat (ZIS), Pungutan/
Retribusi dan pendirian BUMDES. ZIS dan BUMDES
pengelolaannya sepenuhnya diserahkan pada tim khusus
(masyarakat dan perangkat) yang hasilnya dapat
digunakan untuk jaminan sosial masyarakat dan
penyelenggaraan pemerintahan desa.

Pengembangan Desa Ramah Anak 80

You might also like