You are on page 1of 3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah pencitraan menggunakan sinar
Rontgen (X-ray) untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang, oleh karena
itu minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu antero posterior (AP) atau AP lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) atau indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari, karena
adanya superposisi. Untuk fraktur baru indikasi X-ray adalah untuk melihat jenis dan kedudukan fraktur
dan karenanya perlu tampak seluruh bagian tulang (kedua ujung persendian). Jika dicurigai adanya
perdarahan maka dilakukan pemeriksaan complete blood count (CBC) untuk menilai banyaknya darah
yang hilang. Lebih lanjut, perawat akan menilai komplikasi yang mungkin terjadi dan menentukan
beberapa faktor resiko terhadap komplikasi dimasa depan (Revees, Roux, Lockhart, 2001).
Selain itu diperiksa dengan pemeriksaan hematologi yang meliputi


Primary Survey
Primary survey adalah penilaian awal terhadap pasien, bertujuan untuk mengidentifikasi secara
cepat dan sistematis dan mengambil tindakan terhadap setiap permasalahan yang mengancam
jiwa(European Resusitasion, 2005)
Primary survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan yang simultan
terhadap trauma dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa(Wilkinson,
2000).
Hal tersebut mencakup:
Airway
Nilai jalan napas. Dapatkah pasien berbicara dan bernapas dengan bebas? Bila ada sumbatan,
langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah:
- Chin lift/jaw thrust (lidah melekat pada rahang)
- Suction (bila tersedia)
- Guedel airway/nasopharyngeal airway
- Intubasi. Pertahankan posisi leher dalam keadaan immobile pada posisi netral.
Breathing
Breathing dinilai sebagai bebasnya airway dan adekuatnya pernapasan diperiksa kembali. Bila
tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:
- Dekompresi dan drainase dari tension pneumothorax/haemotrhorax
- Penutupan trauma dada terbuka
- Ventilasi artificial
- Berikan oksigen bila tersedia
Circulation
Nilai sirkulasi, sebagai supplai oksigen dan bebasnya airway, dan adekuatnya pernapasan
diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:
- Hentikan perdarahan eksternal
- Pasang 2 IV line berkaliber besar (14 atau 16 G) bila memungkinkan
- Berikan cairan bila tersedia
Disability
Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon suara terhadap rangsang
nyeri, atau pasien tidak sadar). Tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale,
maka sistem AVPU pada keadaan ini lebih jelas dan cepat:
- Awake (A)
- Verbal response (V)
- Painful response (P)
- Unresponsive (U)
Exposure
Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka. Bila pasien disangkakan mengalami
trauma leher maupun spinal, immobilisasi dalam suatu garis lurus sangat penting(Wilkinson, 2000)

Secondary survey
Prinsip dari secondary survey adalah melakukan penilaian dari kepala sampai ujung
jari dan manajemen dari evaluasi yang dilakukan pada primary survey. Hal pertama yang
dilakukan dalam secondary survey adalah menanyakan :


Alergi
Medikasi (pengobatan)
Past illness / riwayat penyakit terdahulu
Last meal /makanan yang terakhir dimakan
Environment related to injury / lingkungan yang menyebabkan injuri

Penilaian dilakukan pada hal hal berikut:
a. Kepala dan muka
Inspeksi apakah ada laserasi, palpasi apakah ada fraktur, penilaian ulang
diameter pupil. Dinilai apakah ada kebocoran cairan serebrospinal. Inspeksi
mulut untuk melihat ada tidaknya darah keluar. Manajemen dengan menjaga
jalan nafas, mengontrol perdarahan dan pencegahan secondary brain injury.
b. Leher
Inspeksi apakah ada laserasi atau kontusio, palpasi apakah ada deformitas,
empisema subkutan, dll. Auskultasi apakah ada bruit pada arteri carotid. Lakukan
cervical spine X-ray secara lateral atau crosstable. Immobilisasi tulang servikal.
c. Toraks
Inspeksi apakah ada luka, auskultsi suara jantun dan nafas, perkusi apakah
beda atau sonor, palpasi apakah ada empisema subkutan. Manajemen dengan
insersi chest tube dan lakukan x-ray.
d. Abdomen
Perkusi apakah ada rebound tenderness dan auskultasi suara usus.
e. Perineal dan rectal
Evaluasi : tonus sprinkter rektal, perdarahan rektal, posisi prostat. Nilai
apakah ada hematom, laserasi, perdarahan vaginal dan deformitas tulang
belakang.
f. Ekstrimitas
Inspeksi apakah ada deformitas dan hematom, palpasi jika ada sakit,
krepitasi dan pergerakan abnormal. Penanganan dengan memberikan analgesik
untuk atasi nyeri, imunisasi tetanus.
g. Neurologik
Reevaluasi diameter pupil dan status kesadaran dengan Glasgow coma Scale.
Apakah ada gangguan sensori,motorik atau paralisis. Manajemen dengan
immobilisasi pasien dan berikan definitif care.
Cample, John Emory. 2006. Basic Trauma Life Support for Paramedic. Lange. Medical
Publishing
Wilkinson IB, Longmore M, and Rajagopalan SR .2004. Oxford Handbook of Clinical Medicine, 6th ed, OUP
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R.2001. Keperawatan Medikal Bedah, Buku I, (Penerjemah Joko
Setyono), Jakarta : Salemba Medika
Biarent D, Bingham R, Richmond S, Maconochie I, Wyllie J, Simpson S, dkk. European
Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2005. Section 6. Paediatric life support.
Resuscitation. 2005;67S1:S97-S133.

You might also like