Professional Documents
Culture Documents
LEARNING OBJECTIVE
SKENARIO 3
KELUHAN PAK ALI
DISUSUN OLEH :
Nama Mahasiswa : SITI ASTARI PUTRI
Stambuk : G 501 10 067
Kelompok : 3 (TIGA)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2014
STEP 1
1. Kolesteatom = massa seperti kista, tumor jinak dilapisi ep.skuamosum
2. Membrane timpani perforasi = adanya robekan merman timpani, di akibatkan traumda , invasi
bakteri.
3. Fistula = lubang kecil yang abnormal karena infeksi
4. Rinne test = membandingkan hantaran konduksi tulang dengan udara. Jika rinne (+) = normal
5. Nyeri ketok mastoid = suatu pemeriksaan pada telinga dengan mengetok tulang mastoid. =
nyeri(+) ada radang/infeksi.
6. Schwabach test = pemeriksan menggunakan garputala untuk membandingkan hantaran tulang
dan udara pada telinga pasien
7. Weber test = untuk mengetahui arah lateralisasi . jika lateralisasi kekiri berarti tuli konduksi, jika
dan telinga kanan tuli sensorik neural
8. Purulen = cairan eksudat berisi pus
STEP 2
1. Penyebab keluarnya nanah pada kasus ini?
2. Penyebab pusing dan mual pada scenario?
3. Anatomi telinga dan fisiologi pendengaran dan keseimbangan?
4. Interpretasi hasil pemeriksaan kasus d scenario?
5. Perbedaan penyakit infeksi telinga dan non infeksi?
6. Diagnosis?
7. Penyebab terjadinya perforasi membrane timpani dan kolesteatom ?
8. Manajemen
9. Penyebab fistula retro aurikula kiri pada kasus di scenario?
10. Pemeriksaan penunjang ?
11. Mekanisme terjadinya nyeri ketok mastoid pada scenario?
12. Frekuensi yang dapat didengar manusia (tertinggi dan terendah)
13. Diagnosis banding
14. Komplikasi dan prognosis
15. Pencegahan
ST EP 3 dan 4
Anatomi Telinga
Penyebab keluarnya nanah infeksi akibat bakteri streptokokus dmana infeksi ini menghasilkan asam
sehingga terjadi pembusukan secret bau
Penyebab pusing dan mual telinga system keseimbangan yang terganggu pada kanalis
semisirkularis pusing dan mual
Kasus scenario = vertigo perifer.
Diagnosis
Otitis Media supuratif kronik
Tipe maligna karena kolesteatom ; pars flaksida ; penumpukan keratin
Tipe benigna masih terdapat mukosa
Diagnosis Banding
- Otitis Media akut rdang akibat sebagian pada telinga ; membrane timpani kemerahan
Penyebab terjadinya Kolesteatom
Massa terbentuk akibat serumen menekan organ sekitar . ex tulang nekrosis
Kongenital (tanpa infeksi)
Aquisitial
- Primer tidak perforasi
- Sekunder terbentuk perforasi
Manajemen
- Antibiotic topical (tetes)
Ofloxacin 10 tetes 2x /hari
Cifrofloxacin 5-10 tetes 2x/hari
- Aminoglikosida
Terapi sistemik = apabila obat topical tidak berespon
Tindakan pembedahan apabila tidak berespon terapi sistemik dan topical
Tindakan pembedahan mastoidektomi
Indikasi
- Perforasi selama 6 minggu
- Adanya kolesteatom
- Tuli konduksi
Komplikasi
- Peradangan intracranial
- Meningitis
- Labirinitis
Prognosis
Baik jika infeksi terkontrol ; jika terdapat hearing loss maka disembuhkan sesuai gejala ; jika terjadi
konduksi hearing loss maka di lakukan pembedahan.
Learning Objective !
Diagnosis Otitis Media supuratif kronik tipe Maligna
1. Interpretasi hasil pemeriksaan kasus d scenario?
2. Perbedaan penyakit infeksi telinga dan non infeksi?
3. Penyebab fistula retro aurikula kiri pada kasus di scenario?
4. Pemeriksaan penunjang ?
5. Frekuensi yang dapat didengar manusia (tertinggi dan terendah)
6. Pencegahan
1. Interpretasi hasil pemeriksaan kasus di skenario
Jawab:
Tes Rinne, suatu prosedur pemeriksaan untuk membandingkan hantaran udara (air
conduction) dengan hantaran tulang (bone conduction=BC). Tiap telinga diperiksa
secara terpisah. Dalam keadaan normal, hantaran udara (AC) lebih baik daripada
hantaran tulang (BC), dan pasien akan dapat mendengar garpu tala pada meatus
auditorius eksternus setelah ia tidak dapat mendengarnya lagi pada ujung mastoid, ini
adalah uji Rinne positif (AC > BC). Tetapi pasien dengan tuli konduktif, mempunyai
hantaran tulang yang lebih baik daripada hantaran udara: uji Rinne negatif (BC >
AC). Pasien dengan tuli sensorineural mengalami gangguan pada hantaran udara dan
tulang, tetapi akan mempertahankan respons AC > BC yang normal. Telinga tengah
akan memperkuat bunyi pada kedua posisi.
Tes Weber, suatu prosedur pemeriksaan untuk membandingkan hantaran tulang pada
kedua telinga. Mendengar bunyi, atau merasakan getarannya, pada bagian tengah
adalah respons normal. Jika bunyi tersebut tidak terdengar di bagian tengah, bunyi
tersebut dikatakan mengalami lateralisasi, dan ada gangguan pendengaran. Bunyi
akan dilateralisasikan pada sisi yang terganggu pada tuli konduktif. Pada pasien
dengan tuli sensorineural unilateral, bunyi tersebut tidak akan didengar pada sisi
yang terganggu tetapi akan terdengar oleh, atau terlokalisasi pada, telinga yang tidak
terganggu.
Tes Schwabach, yaitu suatu prosedur pemeriksaan untuk membandingkan BC pasien
dengan BC dokter. Syarat uji ini pendengaran dokter tidak terganggu. Normalnya,
BC dokter sama seperti BC pasien. Apabila BC pasien lebih tinggi dari dokter, maka
mengindikasikan adanya tuli konduktif. Apabila BC pasien lebih rendah dari dokter,
maka mengindikasikan adanya tuli sensorineural.
Daerah mastoid, adakah absesatau fistel di belakang telinga. Mastoid diperkusi untuk
menentukan nyeri ketok.
Membran timpani, warna membran timpani yang normal putih seperti mutiara.
Refleks cahaya normal berbentuk kerucut. Bayangan kaki maleus jelas kelihatan bila
terdapat retraksi membran timpani ke arah dalam. Perforasi umumnya berbentuk
bulat. Bila disebabkan oleh trauma biasanya berbentuk robekan dan disekitarnya
terdapat bercak darah. Lokasi perforasi dapat di atik (di daerah pars flaksida), di
sentral (di pars tensa dan di sekitar perforasi masih terdapat membran), dan di
marginal (perforasi terdapat di pars tensa dengan salah satu sisinya langsung
berhubungan dengan sulkus timpanikus).
Referensi:
http://repository.unand.ac.id/15477/4/Penuntun_Skills_Lab_ok.pdf
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. EGC, Jakarta.
2. Perbedaan penyakit infeksi telinga dan non-infeksi
Jawab:
Infeksi telinga:
Pada dasarnya infeksi pada telinga sering melibatkan bagian luar telinga (otitis eksterna)
dan bagian cavum media telinga (otitis media). Faktor yang penting mempengaruhi
infeksi ini adalah:
Adanya trauma lokal
Furunculosis
Adanya benda asing
Kelembaban telinga berlebihan yang dapat menyebabkan maserasi epitel telinga luar
Adanya ekstensi infeksi pada cavum media telinga juga dapat menyebabkan otitis
eksterna
Selain itu penting juga diketahui peran tuba eustachius dalam menjaga kondisi cavum
media. Seperti kita ketahui bahwa fungsi tuba eustachius sebagai fungsi ventilasi
(menghubungkan auris media dengan saluran nafas atas serta udara luar), fungsi proteksi
dan fungsi clearance melalui transpor mukosilier. Karena kepentingan dari tuba
eustachius ini sebagai faktor pencegah terjadinya otitis media, maka apabila terjadi suatu
infeksi pada saluran pernafasan atas akan menyebabkan inflamasi dan edema pada tuba
eustachius beserta pintu masuknya yang dapat mengganggu ventilasi. Akibat adanya
gangguan ventilasi ini, maka oksigen dalam auris media akan diabsorbsi epitel disana,
sehingga tekanan pada auris media menjadi negatif. Tekanan negatif pada auris media
akan berpotensi menyebabkan bakteri pada naropharynx akan masuk kedalam auris
media, sehingga terjadi otitis media.
Gangguan non infeksi telinga (kongenital):
Bat ear: suatu kondisi dimana bentuk aurikula seperti telinga kelelawar (lebar dan
tegak berdiri). Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan pertumbuhan arcus
brachial I dan II.
Mozart ear: suatu kondisi bentuk aurikula memiliki helix kurang tergulung dan
berbentuk seperti telinga kucing, selain itu lobulus tampak lebar dengan tukulum
Darwin lebih menonjol.
Stenosis canalis auditorius eksternus: kondisi penyempitan pada canalis auditorius
eksternus yang biasanya akibat adanya pembentukan lubang, jaringan lunak, dan
membran.
Gangguan kongenital auris media: kondisi dimana terjadi gangguan pertumbuhan
pembentukan telinga tengah dan diikuti gangguan telinga luar. Kondisi kongenital
auris media meliputi: (1) kelainan pertumbuhan osikula, akibat bersatunya osikula
dan tidak terbentuknya articulatio incudostapedial (2) tidak terbentuknya dasar
cavum timpani (3) tidak terbentuknya canalis nervi fasialis (4) persisten A. stapedial
(A.stapedial tidak mengalami obliterasi).
Wildervancks syndrome (adanya malformasi osikula yang berkaitan dengan
kelainan aurikula dan pembentukan kista pre-aurikular)
Trencher collins syndroma (suatu malformasi tulang muka bagian bawah diikuti
kelainan kongenital telinga luar dan tengah)
3. Penyebab terjadinya fistula retroaurikular kiri pada kasus di skenario
Jawab:
Dalam kaitannya dengan penyakit telinga tengah, terdapat 2 hal penting yang perlu
dipelajari tentang mastoid, yaitu topografi dan pneumatisasi mastoid.
Proses pneumatisasi mastoid di dalam prosesus mastoid terjadi setelah bayi lahir. Salah
satu jenis pneumatisasi yaitu normal, dimana selula yang terjadi meluas sedemikian rupa
sehingga hampir meliputi seluruh prosesus mastoid. Akibatnya bagian korteks di
prosesus mastoid menjadi sangat tipis dan abses mudah pecah keluar sehingga timbul
fistel retroaurikuler.
Referensi:
Herawati, Sri., Rukmini, Sri. ____. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok.
EGC, Jakarta.
4. Pemeriksaan penunjang pada kasus di skenario
Jawab:
Pemeriksaan audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem penghantaran
suara ditelinga tengah. Pada penderita OMSK ditemukan tuli SN yang dihubungkan
dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui membran fenstra
rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara
termporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi
dapat meluas kebagian apek kohlea.
Evaluasi audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta
penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan,
dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah perbaikan
pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini observasi berikut bisa membantu: (1)
perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB (2)
kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50
dB apabila disertai perforasi (3) diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran
dibelakang membran yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB (4)
kelemahan diskrimanasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.
Berdasarkan ISO (International Standard Organization) derajat ketulian dibagi atas 0-
25 dB (normal), 26-40 dB (tuli ringan), 41-60 dB (tuli sedang), 61-90 dB (tuli berat),
> 91 dB (sangat berat).
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai
diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.
Pemeriksaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,
lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya
atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberik kesan
kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan:
Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah
lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan
posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran
sinus radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau
sinus lateral.
Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah anterior telinga tengah. Akan
tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui
apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan
yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum, dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukkan adanya pembesaran akibat kolesteatom.
Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Politomografi atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus
terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.
Kultur dan uji resistensi bakteri dari sekret telinga
Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi
akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang
ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada
OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus, dan Proteus.
Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumoniae, H. influenzae, dan
Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E.coli, Difteroid,
Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.
Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus paranasal,
adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus,
streptokokus, atau hemofilius influenzae. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak
berbeda. Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari
luar yang masuk melalui perforasi tadi.
Referensi:
Thorp. MA, Et all. Burrow's Solution in The Treatment of Active Mucosal Chronic
Suppurative Otitis Media : Determining An Effective Dilution. The JournalofLaryngology and
Otology, June 2000, Vol. 114: 432 - 5.
5. Frekuensi yang dapat didengar oleh manusia
Jawab:
Referensi
http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1643_FISIKA%20INDERA%203.pdf
6. Pencegahan kasus di skenario
Jawab:
Pencegahan primer:
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit. Pencegahan primer
OMSK dapat dilakukan dengan cara mencegah terjadinya pencetus OMSK yaitu infeksi
saluran pernapasan atas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi, meningkatkan hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan, rajin
berolahraga, tidak membersihkan telinga dengan benda yang berujung keras, serta tidak
lama berenda dalam air ketika berenang jika tidak menggunakan pelindung telinga.
Pencegahan sekunder:
Merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat
progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan diagnosis yang telah disebutkan diatas.
Pencegahan tersier:
Dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi pada
penderita OMSK yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu dengar (ABD)
yang merupakan suatu perangkat elektronik yang berguna untuk memperkeras suara yang
masuk ke dalam telinga, sehingga penderita OMSK dapat mendengar lebih jelas suara
yang ada disekitarnya.
Referensi:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28070/3/Chapter%20II.pdf