You are on page 1of 4

TUGAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

Kliping Gender









DISUSUN OLEH :
Grace Sophia J Manik (1209005031)
Hidayatul Azizah (1203005041)
Kelas : A




FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan. Karena berkat limpahan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan tugas Ilmu Sosial dan Budaya Kliping Gender ini dengan baik.
Penyusunan Laporan Praktikum ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya. Dalam tugas ini membahas mengenai Gender. Tugas ini dapat terselesaikan karena
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dosen mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya yang telah membimbing dalam
tugas kliping ini.
2. Teman - teman yang telah memberi dorongan dan masukan demi terselesainya
tugas ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas ini untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan tugas selanjutnya. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.




Denpasar, 28 April 2014
Hormat Kami

Penulis


PEMBAHASAN
1. Tradisi Masyarakat India Yang Mementingkan Mahar
Dalam tradisi India mahar bukanlah barang berharga yang diberikan mempelai
pria kepada wanita, melainkan sebuah upeti dari keluarga mempelai wanita untuk
keluarga pria. Mahar dapat berbentuk uang tunai ataupun tahap dapat dibayar secara
bertahap (mencicil), inilah yang menimbulkan banyak masalah yang dialami kaum
wanita. Ditambah lagi seiring berjalannya waktu keluarga pria bisa menaikkan mahar
dari kesepakatan semula. Mempelai wanita sering mendapat siksaan fisik maupun
mental bahkan berujung kematian bahkan keluarga suami membakar mempelai
wanita yang belum melunasi maharnya.
Menurut kami, yang pertama sistem mahar ini mengubah perspektif
masyarakat khususnya masyarakat India tentang apa artinya sebuah pernikahan.
Kaum wanita menjadi terpojokkan, seakan-akan tanpa uang mereka tidak dapat
menikah dan memperoleh kebahagiaan. Ketiga kekerasan dan siksaan yang dilakukan
keluarga mempelai wanita sangat tidak sesuai hak azasi manusia, pihak wanita sama
sekali tidak melakukan kesalahan namun karna sistem adat dan tradisi yang berlaku
kaum wanita direndahkan, diolok-olokkan dan disiksa bahkan dibunuh.
Hal ini menimbulkan dampak negatif lain, setiap keluarga di India membentuk
pola pikir dimana jika memiliki keturunan seorang perempuan adalah sesuatu yang
memalukan dan merugikan, sehingga pada kasus yang terjadi di atas seorang wanita
yang bernama Pooja disiksa dan diolok-olokkan oleh keluarga suami karena memiliki
anak perempuan, hal ini menyebabkan Pooja akhirnya kabur dari rumah bersama
putrinya.
Seperti pada keterangan kasus diatas, di India terdapat penjara yang memiliki
paviliun khusus untuk perempuan pelaku kejahatan yang terkait dengan mahar,
kebanyakan narapidana merupakan para wanita yang memberontak dan gagal
memperjuangkan haknya. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah India mendukung
adanya sistem mahar yang berujung pada kekerasan dan tidak memperjuangkan hak
kaum wanita dalam membela hak-haknya.
Pooja melakukan aksi nekat dengan melakukan aksi separoh bugil dan
berjalan di tengah kota, menurut pendapat kami Pooja berani melakukan hal senekat
ini karena terlalu berat siksaan dan penderitaan yang dilakukannya, bisa jadi Pooja
mengalami gangguan mental karena siksaan yang diperolehnya sehingga nekat
melakukan aksi ini.
Kearifan lokal yang dilakukan masyarakat india masih jauh dari kata baik
terhadap perempuan-perempuan yang yang harus membayar mahar tehadap keluarga
suaminyanya apa lagi apabila dia melahirkan seorang anak peremuan. Kurang arif
apabila hanya karena melahirkan seorang perempuan mereka mendapatkan siksaan
fisik bahkan mereka harus membayar mahar lebih tinggi dari perjanjian yang sudah
ditetapkan.
2. Kepergok Mengemudi, Perempuan Dicambuk
Biasanya polisi lalu-lintas di Arab Saudi selalu memberhentikan kendaraan
yang dikemudikan oleh para wanita. Menurut kami hal ini terjadi karena rendahnya
nilai para kaum wanita yang telah ditanamkan di Arab Saudi, wanita sangat diragukan
bahkan tidak diizinkan mengemudikan kendaraan.
Shayma Jastaniah, seorang wanita Arab Saudi divonis bersalah oleh
Pengadilan Jeddah karena mengemudi di jalan-jalan kota Jeddah. Dia dikenai dua
hukuman denda uang dan hukuman cambuk 10 kali.
Jastaniah sebenarnya memiliki SIM Internasional, namun karena ia tidak
memiliki SIM lokal dinyatakan melanggar peraturan mengemudi bagi para wanita.
Vonis ini tidak masuk akal, mengapa Jastaniah diberikan 2 hukuman dan tidak
dilandasi dasar apapun, apa karena dia seorang wanita? Bahkan Jastaniah tidak
menyeludupkan narkoba ataupun menyebebkan kecelakaan.
Kearifan lokal yang ada diarab terhadap wanita mengemudi tidak pantas
dihukum dengan cara apapun, baik secara hukum Arab Saudi maupun hukum Islam,
ini sama sekali tidak berkaitan dengan aturan moral ataupun adat setempat, dan juga
bukan kejahatan yang patut mendapat hukuman. Kurang bijaksan apabila memberi
hukuman kepada seorang wanita ada hukum tertulis yang melarang wanita
mengemudi.

You might also like