You are on page 1of 8

1

RINGKASAN
Jepara adalah suatu kabupaten kecil yang terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa,
Jepara terkenal dengan kota ukir dikarnakan benyak dijumpai industri mebel yang membuat
ukuir-ukiran pada bahan mebelnya. Industri mebel banyak di jumpai di Jepara bahkan
industri mebel mebel merupakan salah satu pemasukan kepada kas daerah yang termasuk
besar dikota Jepara yang dapat menopang perekonomian masyarakat di kota Jepara.
Pekerjaan pada industri mebel mulai dari pekerjaan pemilihan bahan baku,
pemotongan bahan hingga proses finising, diantara proses tadi terdapat proses penghalusan/
proses pengamlasan yang ternyata dikerjakan oleh kaum wanita, dikarnakan wanita lebih
cocok dengan pekerjaan ringan yang tidak memerlukan otot.
Pada umumnya suatu pekerjaan pasti mengandung resiko seperti halnya pekerjaan
amlas pada perusahaan mebel tentunya juga akan membawa serta resiko apa lagi pekerja
wanita rentan sekali terhadap kesehatan terutama dari debu dari obyek bahan yang di amlas.
Perlindungan terhadap buruh amlas tidak jauh berbeda dengan pekerjaan buruh yang
lain, tetapi perlindungan hukum terhadap buruh amlas yang di kerjakan oleh para wanita
harus lebih diperhatikan pada suatu perusahaan mebel karena secara kodrati perempuan
mempunyai tugas dan fungsi lain yang lebih penting dalam masyarakat yaitu reproduksi.
Untuk lebih mendekatkan pada permasalahan, maka dalam penelitian ini kami
menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu peninjauan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta dilanjutkan dengan penelitian yang dilakukan di
lapangan terhadap tenaga kerja buruh ngamplas di kota Jepara.
Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis yaitu bertujuan untuk
menggambarkan secara jelas, rinci, dan tepat peristiwa atau keadaan yang benar-benar terjadi
dan menghimpun secara nyata tentang perlindungan bagi tenaga buruh amlas. Pengumpulan
data yang kami lakukan meliputi data primer dan data sekunder.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan
kepada buruh amlas serta upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan. Hasil atau luara
kegiatan dalam penelitian ini adalah sebuah artikel yang dapat menjelaskan secara pasti hasil
dari penelitian di lapangan. Yang nantinya dapat memberikan manfaat sebagai pengetahuan,
informasi serta gambaran bagi masyarakat dalam penerapan perlindungan hukum terhadap
tenaga kerja. Serta sebagai sumber pembelajaran dan ilmu pengetahuan bagikami.












2

BAB I
PENDAHULUAN
Jepara adalah suatu kabupaten yang berada di pesisir pantai utara pulau jawa, diantara
kabupaten Demak, Kudus, dan Pati. Sebagaimana kita ketahui bahwa jepara memiliki julukan
kota ukir dikarnakan benyak dijumpai industri mebel yang membuat ukuir-ukiran pada bahan
mebelnya.
Industri mebel salah satu usaha yang sudah menjamur di Jepara bahkan industri
mebel merupakan salah satu pemasukan kepada kas daerah yang termasuk besar dikota
Jepara, bahkan sebagian besar penduduk di Jepara bermatapencarian pada sektor industri
mebel dari laki-laki hinga perempuan, pekerjaan pada sektor industri mebel diantaranya
mulai dari pemilihan bahan baku, pemotongan bahan hingga proses finising, diantara proses
tadi terdapat proses penghalusan/ proses pengamlasan yang ternyata dikerjakan oleh kaum
wanita, dikarnakan wanita lebih cocok dengan pekerjaan ringan yang tidak memerlukan otot.
Seperti halnya pekerjaan amlas pada perusahaan mebel tentunya juga akan membawa
serta resiko apa lagi pekerja wanita rentan sekali terhadap kesehatan terutama dari debu dari
obyek bahan yang di amlas.
Perlindungan terhadap buruh amlas tidak jauh berbeda dengan pekerjaan buruh yang
lain, tetapi perlindungan hukum terhadap buruh amlas yang di kerjakan oleh para wanita
harus lebih diperhatikan pada suatu perusahaan mebel karena secara kodrati perempuan
mempunyai tugas dan fungsi lain yang lebih penting dalam masyarakat yaitu reproduksi.
Kondisi dan daya tahan tubuh wanitapun secara medis lebih lemah dari laki-laki dan agar
tidak adanya sikap diskriminasi terhadap perempuan dari setiap perbedaan, pembatasan hak
yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai pengaruh pada tujuan manusia dan
kebebasan di berbagai bidang kegiatan, sehingga tenaga kerja/buruh perempuan memperoleh
perlindungan yang lebih maksimal
1
.
Berpijak pada kondisi tersebut, bahwa setiap tenaga kerja baik pria maupun wanita
pada perusahaan industri mebel berhak atas kesempatan yang sama untuk memperoleh
pekerjaan dan perlindungan hukum terutama bidang kesehatan tanpa membedakan jenis
kelamin, sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan bahkan tenaga
kerja wanita harus diberikan perlindungan yang lebih khusus atas dasar kondisi fisik,
biologis, sosio kulturalnya, maka kami tertarik untuk mengkaji tentang pentingnya
perlindungan pekerja amlas yang dikerjakan wanita di perusahaan mebel dalam bentuk karya

1
Maimun. 2004. Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar. Jakarta : Pradnya Paramita. Hlm 15.
3

tulis yang berjudul Perlindungan Hukum Bidang Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Buruh
Amplas pada CV. Galih Antiq di Kota Ukir Jepara.
Perumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang tersebut, dirumuskan permasalahan antara lain:
1. Bagaimana perlindungan hukum bidang kesehatan kerja yang diberikan bagi pekerja
amplas di CV. Galih Antiq?
2. Permasalahan-permasalahan apa yang timbul dalam pelaksanaan perlindungan hukum
bidang kesehatan bagi pekerja amplas pada CV. Galih Antiq?
3. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pengusaha mebel dan dalam mengatasi masalah-
masalah yang timbul?

Tujuan
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan untuk pekerja buruh ngamplas di
Jepara.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pengusaha mebel dan pemerintah daerah untuk
mengatasi masalah tersebut.

Urgensi Penelitian

Luaran yang Diharapkan
Luaran kegiatan dalam penelitian ini adalah sebuah artikel yang dapat menjelaskan
secara rinci tentang perlindungan hukum bidang kesehatan kerja bagi pekerja amlas di CV.
Galih Antiq, serta dapat mengetahui permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan serta
upaya untuk mengetahui permasalahantersebut.

Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang jelas bagi pekerja buruh amlas
tentang perlindungan hukum tenaga kerja.
2. Dapat memberikan gambaran bagi masyarakat dalam penerapan program perlindungan
tenaga kerja.
Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya perkembangan Ilmu
Hukum Ketenagakekerjaan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tenaga Kerja, Pekerja/Buruh, Pengusaha, Perusahaan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 2 memberikan pengertian
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.
Selanjutnya pada Pasal 1 angka 3 disebutkan pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang dimaksud
dengan pengusaha adalah :
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri.
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya.
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan
di wilayah Indonesia.
Sedangkan pengertian perusahaan menurut Pasal 1 angka 6 adalah :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Menurut Prof. A.M. Molenaar Hukum ketenagakerjaan itu merupakan bagian dari
pada hukum umum (hukum positif) yang artinya mengatur hubungan antara tenaga kerja
dengan tenaga kerja, tenaga kerja dan pengusaha dalam arti bahwa hukum
ketenagakerjaan tersebut dibatasi, yaitu hanya meliputi aturan-aturan mengenai orang-
orang yang berdasarkan perjanjian kerja, bekerja pada orang lain tidak mengenai orang-
orang yang belum bekerja (pengangguran) yang tidak bekerja lagi dan yang tidak mampu
bekerja (penderita cacat). Secara tegas Molenaar mengartikan hukum ketenagakerjaan itu
ialah hukum arbeiders (pekerja/tenaga kerja) yang mengikatkan diri dengan perjanjian
kerja.

5

B. Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja
Berdasarkan asas persamaan hak, kedudukan, peran, dan kesempatan antara laki -
laki dan perempuan terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) bahwa
tiap-tiap manusia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
2
. Secara tegas
dinyatakan bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama atas
penghidupan yang layak termasuk pekerjaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 86 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta kesusilaan, pemeliharaan moril agama.
Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Wanita sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah :
1. Waktu Kerja
Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat (2) mengenai
ketentuan waktu kerja yang harus dipenuhi oleh pengusaha ialah
3
:
1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk enam
hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau
2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
2. Upah Tenaga Kerja
Pengusaha yang mempekerjakan buruh melebihi waktu kerja wajib membayar
upah kerja lembur. Upah menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1
angka 30 adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Pembayaran upah juga diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia dari Nomor 8 Tahun 1981 Pasal 16
sampai dengan Pasal 19 tentang Perlindungan Upah
4
.

3. Cuti

2
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2)
3
Endah Pujiastuti, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, ( Semarang : Semarang University Press, 2008)
Hlm 31.
4
PP No.8 Tahun 1981 : Ttg Perlindungan Upah,http://kartu-kuning.blogspot.com ,hlm 9
6

Cuti diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, yaitu Pasal 79 sampai dengan Pasal 82. Jenis-jenis cuti adalah
sebagai berikut
5
:
1. Cuti haid
2. Cuti melahirkan/ bersalin/ keguguran
3. Cuti Tahunan
4. Istirahat Panjang
5. Cuti Karena Menunaikan Ibadah Agama

C. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perlindungan terhadap pekerja/buruh sangatlah penting terutama perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama. Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
Didalam melindungi tenaga kerja ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja
6
:
1. Faktor Manusia.
2. Faktor Material atau Bahan atau Peralatannya.
3. Faktor Bahaya atau Sumber Bahaya.
4. Faktor yang Dihadapi.

D. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Jaminan sosial tenaga kerja telah diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang mengatur
kepesertaan dan mekanisme pemberian jaminan sehingga tercipta rasa aman dan nyaman
bagi tenaga kerja.
Dasar hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pengertian Jamsostek adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti

5
Rokhani, op.cit.,Hlm. 14
6
Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, ( Jakarta : Rineka Cipta,
1990) Hlm 25.
7

penghasilan yang hilang/berkurang, sebagai akibat peristiwa/keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua, dan meninggal dunia
7
.
Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja ada 4 macam yaitu
8
:
1. Jaminan kecelakaan kerja
2. Jaminan Kematian.
3. Jaminan Hari Tua
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

BAB III
METODE PENELITIAN

Untuk lebih mendekatkan pada permasalahan, maka dalam penelitian ini menggunakan
metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu peninjauan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta dilanjutkan dengan penelitian yang dilakukan di lapangan
terhadap tenaga kerja buruh ngamplas di kota Jepara.
Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis yaitu bertujuan untuk
menggambarkan secara jelas, rinci, dan tepat peristiwa atau keadaan yang benar-benar terjadi
dan menghimpun secara nyata tentang perlindungan bagi tenaga kerja wanita dan
permasalahan yang sering dijumpai dalam penerapan program perlindungan kesehatan tenaga
kerja tersebut dan upaya alternatif pencegahaannya di Jepara menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Populasi adalah seluruh sampel objek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau
seluruh kejadian atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti
9
. Penentuan sampel
dalam penelitian ini adalah secara purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel
dengan cara mengambil subjek tertentu dari sampel yang akan diteliti yaitu dari bagian
produksi mebel di Jeepara
Dalam penelitian ini respondennya adalah para pekerja buruh ngamplas dari bebeapa
pengusaha mebel di Jepara
Setiap penelitian ilmiah memerlukan data sebagai dasar dalam pemecahan masalah
yang dihadapinya. Pengumpulan data yang dilakukan penulis meliputi data primer dan data
sekunder.
1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui :
Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai
pelaksanaan perlindungan hukum terhadap buruh amplas selama 30 hari
Wawancara
Wawancara dilakukan dalam rangka mengumpulkan data primer melalui para Responden.
2. Pengumpulan Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan membaca buku literatur, undang-undang,
peraturan pemerintah, yang selanjutnya dijadikan pedoman dalam penulisan skripsi ini.

7
Soedarjadi, op.cit., Halaman 94.
8
Sendjun H. Manulang, op.cit., Halaman 72.
9
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghallia Indonesia,
1994), halaman 36
8

Perolehan data yang berupa data primer dari hasil pengamatan langsung dan
wawancara, terhadap objek yang diteliti maupun data sekunder yang berasal dari studi
pustaka yang ada hubungannya dengan permasalahan dianalisis secara deskriptif kualitatif
yaitu data yang diperoleh dari hasil lapangan maupun studi kepustakaan dikumpulkan dan
diidentifikasikan.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Anggaran Biaya
N0 Jenis Anggaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang 2.500.000,-
2 Bahan habis pakai 3.500.000,-
3 Perjalanan 2.500.000,-
4 Lain-lain 1.500.000,-
Jumlah 10.000.000,-

B. Jadwal Kegiatan
No Jenis kegiatan Bulan
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan data
3 Analisis data
4 Penyusunan laporan




DAFTAR PUSTAKA
Maimun. Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar. Jakarta : Pradnya Paramita. 2004.@
Manulang, Sendjun H. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta. 1990.
Pujiastuti, Endah. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan. Semarang:Semarang University
Press. 2008.@
Rusli, Hardjan. Hukum Ketenagakerjaan 2003. Jakarta : Ghalia Indonesia. 2004.
Soedarjadi. Hak dan Kewajiban Pekerja - Pengusaha. Yogyakarta : Pustaka Yustisia. 2009
Soejardi. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Yustisia. 2008.
Undang-Undang Dasar 1945@
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

You might also like