You are on page 1of 7

VOC

Orang Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Cornelis de Houtman pada tahun
1596, tepatnya ke daerah Banten. Dari Banten, Cornelis melanjutkan perjalanannnya ke tiap pusat
rempah-rempah di Maluku. Ia kembali ke negerinya membawa banyak rempah-rempah. Sejak
saat itu para bangsawan Belanda banyak berdatangan ke Indonesia. Agar tidak terjadi persaingan
antar sesame pedagang Belanda, maka pada tahun 1602 didirikan perserikatan perusahaan
Hindia Timur atau Vereenigde Ooost-Indische Compagnie (VOC) yang dipimpin seorang
Gubernur Jendral, Pieter Both.
a. Berdirinya VOC
Untuk mengatasi persaingan tidak sehat dan sekaligus mematahkan dominasi Portugis, seorang
anggota parlemen Belanda bernama Johan Van Oldebanevelt mengajukan sebuah usul, yaitu
penggabungan (merger) seluruh perusahaan datang yang ada di Belanda menjadi satu serikat
dagang.

Usulan tersebut mendapat sambutan baik. Pada tanggal 20 Maret 1602, berdiri Verenigde
Oost Compagnie atau serikat perusahaan dagang hindia timur, yang biasa dikenal dengan VOC.
Dengan modal pertama 6,5 miliar gulden, VOCdipimpin oleh tujuh belas direktur. Mereka dikenal
dengan sebutan Heeren Zeventien.

Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut.
1. Menghindari persaingan tidak sehat di antara sesame pedagang Belanda sehingga
keuntungan maksimal dapat diperoleh.
2. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan bangsa-bangsa Eropa lainnya
maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
3. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang
masih menduduki Belanda.
b. Hak khusus VOC
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa, VOC diberi hak istimewa oleh pemerintah
Belanda, yang dikenal sebagai Hak Octroi meliputi hal-hal berikut ini.
1. Monopoli Perdagangan.
2. Mencetak dan mengedarkan uang
3. Mengangkat dan memberhentikan pegawai.
4. mengadakan perjanjia dengan raja-raja
5. Memiliki tentaara untuk mempertahankan diri.
6. Mendirikan benteng.
7. Menyatakan perang dan damai.
8. Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.

Dengan hak khusus tersebut VOC menjadi lembaga pemerintahan dan sekaligus lembaga
perdagangan yang otonom di wilayah jajahan. Kehadiran VOC di wilayah jajahan dipimpin oleh
seorang gubernur jenderal, yang termasuk Heeren Zeventien. Gubernur Jendral menjalankan dua
peran sekaligus, yaitu sebagai direktur perusahaan dan pimpinan pemerintahan.

c. Kegiatan VOC di Indonesia
Gubernur jendral VOC pertama adalah Piter Both. Dibawah pimpinannya, KegiatanVOC di
Indonesia mulai diorganisasi dan monopoli mulai dilakukan. Ia menentuka pusat kedudukan VOC
di Ambon. Pilihan itu didasari bahwa dari Ambon kegiatan monopoli perdagangan rempah-
rempah di Maluku akan lebih mudah dilakukan.

Pada perkembangan berikutnya, Pieter Both memindahkan pusat kedudukan VOC ke Jayakarta.
Alasan memeilih Jayakarta adalah sebagai berikut.
- Jayakarta lebih strategis dibandingkan dengan Ambon karena terletak di tengah jalur
perdagangan Asia.
- Dari Jayakarta, VOC kan lebih mudah menyingkrkan Portugis yang berkedudukan di Malaka.

Dalam melaksanakan rencana itu, Pieter Both meminta izin pengeran Jayakarta untuk mendirikan
kantor dagang di Jayakarta, yang termasuk wilayah kekuasaan Banten. Namun beberapa tahun
kemudian, EIC dari Inggris juga diizinkan mendirikan kantor dagang di Jayakarta, akibatnya
muncul persaingan antara VOC dan EIC.

Jan Pieterszoon Coen diangkat menjadi gubernur Jendral ketika EIC dan VOC memperebutkan
pengaruh di Jayakarta. Untuk memenangkan persaingan, ia mendirikan benteng VOC di
jayakarta. Benteng itu bernama Batavia. Kemudian ia menghasut
















Para pedagang Belanda membentuk kongsi dagang dengan nama
Vereenigde Oost Indesche Compagnie (VOC) pada 20 Maret 1602
dengan tujuan untuk menghindari persaingan yang tidak sehat
diantara para pedagang belanda dan agar lebih kuat untuk
bersaing dengan bangsa barat. VOC tersebut dibentuk dari
empat wilayah di negeri Belanda yaitu Amsterdam, Zeeland, de
Maas, dan Noord Holland. Setiap wilayah yang bergabung
diwakili system majelis yang memiliki sejumlah direktur.
VOC didirikan dengan akta Oktroi dari Staaten
Generaal (Parlemen Belanda). Ia memiliki hak dagang di suatu
kawasan yang sangat luas, terbentang dari Tanjung Pengharapan
sampai Selat Magellan, termasuk pulau-pulau di selatan
Pasifik, Kepulauan Jepang, Sri Lanka, dan Cina Selatan. Selain
melakukan perdagangan umum, ekspor impor, perkapalan yang
berskala monopoli, juga diberi kewenangan membentuk angkatan
perang, mengawasi para raja dari kerajaan-kerajaan yang
terdapat di dalam wilayah kekuasaannya, dan atas nama Staaten
Generaal membuat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan tersebut.
Ia juga berhak menyatakan perang dan menerima perdamaian,
serta memasksa para rajadi wilayahnya untuk tunduk kepada
kekuasaan dan aparat VOC. Selain itu juga memiliki kewenangan
membuat undang-undang dan peraturan serta membentuk pengadilan
(Read van Justitie) dan mahkamah agung (Hoog Gerechtshof).
Untuk lebih jelasnya, Hak Oktrooi VOC yaitu sebagai berikut:
1. VOC mendapat hak monopoli perdagangan
2. Hak VOC untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri
3. VOC dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda diAsia
4. VOC berhak mengadakan perjanjiaan
5. VOC berhak memaklumkan perang dengan negara lain
6. VOC berhak meenjalankan kekuasaan kehakiman
7. VOC berhak mengadakan pemungutan pajak
8. VOC berhak memiliki angkatan perang sendiri.
9. VOC berhak mengadakan pemerintah sendiri.
Sewaktu pemberian oktrooi pertama pada tahun 1602, tidak
ada ketentuan mengenai hubungan atau kewajiban VOC atas
pendidikan dan agama Kristen. Tetapi pada tahun 1617, Staaten
Generaalmenginstruksikan gubernur Jenderal dan Raad van
Indie untuk bertanggung jawab menyebarkan agama Kristen serta
mengajarkannya melalui sekolah sekolah dengan bahasa Belanda
sebagai bahasa pengantar. Pemahaman yang memadai atas bahasa
tersebut dipandang penting bagi pribumi Indonesia penganut
agama Kristen.[1]
Tahun 1610 VOC menunjuk Pieter Both sebagai Gubernur
Jendral VOC beserta sejumlah gubernur wilayah. Hal ini
dilakaukan untuk memudahkan koordinasi dalam wilayah yang
luas. Both merupakan Gubernur Jenderal VOC pertama yang
memerintah tahun 1610-1614 di Ambon, Maluku. Jan Pieterzoon
Coen yang menjabat 1619-1629 memindahkan pusat VOC dari Ambon
ke Jayakarta (Batavia). Karena letaknya strategis di tengah-
tengah Nusantara memudahkan pelayaran ke Belanda. Sejak 1620,
tempat kedudukan gubernur jendral VOC dipindahkan dari Ternate
ke Batavia. Kemudian Maluku dipimpin oleh seorang gubernur
jendral yang berkedudukan di Ternate sebagai markas besar VOC
sebelumnya. Gubernur jendral Ternate tersebut adalah Frederik
de Houtman (1621-1623). Antonio Van Diemen (1636-1645), Joan
Maetsycker(1653-1678), Cornelis Speeldman (1681-1684).[2]
Setelah berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan
kekuasaan dengan cara pendekatan serta campur tangan terhadap
kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti di Ternate, Mataram,
Banten, Banjar, Sumatra, Gowa serta Maluku. Perluasan
kekuasaan Belanda ke daerah-daerah luar Jawa benar-benar
berbeda dengan perluasan kekuasaannya di Jawa, karena di
sebagian besar daerah luar Jawa tidak pernah ada alasan yang
permanen atau sungguh-sungguh untuk menguasai oleh pihak
Belanda.[3]
Hak monopli VOC yang memaksakan kehendaknya menimbulkan
permusuhan terhadap kerajaan-kerajaan diNusantara. Karena hal
tersebut VOC meningkatkan kekuatan militernya serta membangun
benteng-benteng seperti di Ambon, Makasar, Jayakarta dan lain-
lain untuk menghadapi perlawanan bangsa Indonesia. Hak
monopoli perdagangan VOC Indonesia karena melakukan beberapa
hal diantaranya adalah melakukan pelayaran hongi untuk
memberantas penyelundupan. Tindakan yang dilakukan VOC adalah
merampas setiap kapal penduduk yang menjual langsung rempah-
rempah kepada pedagang asing seperti Inggris, Perancis dan
Denmark. MelakukanEkstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik
rakyat. Tujuannya adalah mepertahankan agar harga rempah-
rempah tidak merosot bila hasil panen berlebihan. Melakukan
sistem Verplichte Leverantien, merupakan perjanjian dengan
raja-raja setempat terutama yang kalah perang wajib
menyerahkan hasil bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga yang
ditetapkan VOC. Kemudian VOC menerapkan
sistem Contingenten yang berarti rakyat wajib menyerahkan
hasil bumi sebagai pajak.
Sejak awal abad ke-18 VOC telah mengalami kemunduran dan
kebangkrutan karena banyaknya korupsi yang dilakukan oleh
pegawai-pegawai VOC, anggaran pegawai terlalu besar sebagai
akibat makin luasnya wilayah kekuasaan VOC, biaya perang untuk
memadamkan perlawanan rakyat terlalu besar, persaingan dengan
kongsi dagang negara lain, misalnya dengan EIC milik Inggris,
hutang VOC yang sangat besar, pemberian deviden kepada
pemegang saham walaupunusahanya mengalami kemunduran,
berkembangnya faham Liberalisme sehingga monopoli perdagangan
yang diterapkan VOC tidak sesuai lagi untuk diteruskan,
pendudukan Perancis terhadap negara Belanda pada tahun
1795.[4]
Akhir Desember 1799, Pemerintah Belanda memutuskan tidak
memperpanjang lagi hak oktroi VOC yang berakhir 31 Desember
1799. Sehingga sejak 1 Januari 1800, voc dibubarkan secara
resmi. Seluruh aktiva dan pasivanya beserta daerah kekuasaan
dan juga pemerintahan di daerah-daerah jajahan diambil alih
pemerintah belanda. Semenjak itulah riwayat perusahaan dagang
terbesar yang hampir 200 tahun berkuasa di Nusantara itu
berakhir.[5]





















Penjajah Belanda, Cornelis de Houtman, mendarat kali pertama di Indonesia pada tahun 1596.
Rombongan mendarat di Banten dengan alasan untuk berdagang, akan tetapi dalam perkembangan
berikutnya bangsa Belanda bersikap kurang bersahabat sehingga mereka diusir dari kerajaan
Banten.

Cornelis de Houtman beserta rombongan kemudian melanjutkan pelayarannya ke arah timur
menelusuri pantai utara Pulau Jawa hingga tiba di Pulau Bali. Setelah mempelajari jalur pelayaran
laut dan membeli rempah-rempah, mereka kembali ke negara asalnya. Pada tahun 1598, bangsa
Belanda mendarat di Banten untuk kali kedua dan dipimpin oleh Jacob Van Neck. Rombongan yang
datang kali kedua ini, jumlahnya lebih banyak dan masing-masing kelompok membentuk kongsi
dagang sehingga menimbulkan persaingan di antara mereka sendiri. Upaya Inggris untuk mengatasi
persaingan dagang yang semakin kuat di antara sesama pendatang dari Belanda adalah dengan
mendirikan dan menyaingi persekutuan dagang Inggris di India dengan namaEast India
Company (EIC).

Adapun tujuan dari pembentukan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) adalah sebagai berikut:
1. Menguasai pelabuhan penting.
2. Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Melaksanakan monopoli perdagangan di Indonesia.
4. Mengatasi persaingan antara Belanda dengan pedagang Eropa lainnya.

Pada tahun 1619, kedudukan VOC dipindahkan ke Batavia (sekarang Jakarta) dan diperintah oleh
Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen. Perpindahan kedudukan VOC dari Ambon ke Batavia
ditujukan untuk merebut daerah dan memperkuat diri dalam persaingan dengan persekutuan dagang
milik Inggris (EIC) yang sedang konflik dengan Wijayakrama (penguasa Jayakarta).

Masa VOC berkuasa di Indonesia disebut sebagai "zaman kompeni". Dalam upaya mengembangkan
usahanya, VOC memperoleh piagam (charter) yang diterima dari pemerintah Kerajaan Belanda.
Piagam (charter), secara umum menyatakan bahwa VOC diberikan hak monopoli dagang di wilayah
sebelah timur Tanjung Harapan serta beberapa kekuasaan seperti mencetak uang, memiliki tentara,
mengangkat pegawai, menduduki daerah asing, membentuk pengadilan, bertindak atas nama
Belanda (Oktroi), dan mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat.

Dalam perkembangan berikutnya, kompeni berubah menjadi kekuatan yang tidak sebatas berdagang,
tetapi ikut campur, yakni dengan mengendalikan pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Penindasan kompeni yang kejam sangat menyengsarakan rakyat Indonesia hingga menimbulkan
perlawanan di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa perlawanan rakyat yang bersifat kedaerahan
tersebut antara lain adalah perlawanan rakyat Banten, Mataram, Makasar, Bali, dan Maluku.

Pada abad ke-18, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugas dari
pemerintah Belanda. Kemunduran VOC semakin parah, yaitu ditandai dengan kondisi keuangan yang
kian merosot hingga mengalami kebangkrutan. Beberapa faktor penyebab kemunduran VOC adalah
sebagai berikut:
1. Banyaknya jumlah pegawai VOC yang korupsi.
2. Rendahnya kemampuan VOC dalam memantau monopoli perdagangan.
3. Berlangsungnya perlawanan rakyat secara terus-menerus dari berbagai daerah di Indonesia.

Masalah yang dihadapi VOC semakin besar dan rumit hingga diketahui oleh pemerintah Belanda
bahwa VOC tidak mampu melaksanakan tugasnya dan tidak mampu menangkal setiap agresi dari
pihak asing. Pada saat itu, di negeri Belanda sedang terjadi konflik politik. Kekuasaan Raja Willem
sebagai penguasa kerajaan Belanda digantikan oleh Republik Bataaf di bawah kendali Perancis.

Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dan pemerintah Belanda (saat itu Republik
Bataaf) mencabut hak-hak VOC. Semua kekayaan dan utang VOC diambil alih oleh negara dan mulai
saat itu pula, segala bentuk kekuasaan atas Indonesia berada langsung di bawah pemerintahan
Belanda. Kekuasaan Republik Bataaf di Belanda ternyata tidak berlangsung lama dan belum sempat
berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1806, terjadi perubahan politik di Eropa hingga Republik Bataaf
dibubarkan dan berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja Louis Napoleon.

You might also like