You are on page 1of 13

A.

IBU MENYUSUI
Menyusui adalah proses pemberian susu berupa air susu ibu (ASI) kepada bayi atau
balita. Sedangkan pengertian dari WHO adalah
Breastfeeding is the normal way of providing young infants with the nutrients
they need for healthy growth and development. Virtually all mothers can
breastfeed, provided they have accurate information, and the support of their
family, the health care system and society at large. (WHO)
Menyusui adalah cara normal memberikan nutrisi kepada bayi, yang dibutuhkan
untuk kesehatan pertumbuhan dan perkembangan. Hampir semua ibu dapat
menyusui, asalkan mereka memiliki informasi yang akurat, dan dukungan dari
keluarga mereka, sistem perawatan kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
(WHO)
Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai usia 6 bulan, dengan terus menyusui
bersama dengan makanan pendamping yang tepat hingga dua tahun atau lebih. (WHO)
B. KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI
Karakteristik Ibu Menyusui :
a. kehamilan memicu produksi ASI
b. pembesaran payudara disebabkan oleh peningkatan suplai darah ke payudara
bersamaan dengan terjadinya produksi susu
c. produksi ASI yang dipengaruhi oleh hormone prolaktin dan oksitosin


C. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi
ASI saja, tanpa pemberian cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan
tim (Purwanti, 2004). Sedangkan menurut Suradi (2008), ASI Eksklusif adalah pemberian
ASI murni tanpa bayi diberi tambahan lain seperti cairan air putih, teh, madu, buah-buahan,
maupun makanan tambahan seperti bubur susu atau bubur saring dan sebagainya, sampai usia
bayi 6 bulan. Non ASI eksklusif adalah pemberian ASI didampingi dengan makanan lain
sebelum bayi berumur 6 bulan seperti teh, madu, sari buah, susu formula, bubur, buah dan
lain-lain.
Dalam Bab I pasal 1 ayat 2 PP Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif, pengertian ASI Eksklusif yakni ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain.
Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang akan
diperoleh si bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hal ini untuk menghindari alergi
dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim
pencernaan sempurna untuk mencerna makanan atau minuman lain. Meski begitu, kebutuhan
si buah hati akan zat gizi akan terpenuhi jika mengonsumi ASI. Selain itu, ASI jauh lebih
sempurna dibandingkan susu formula mana pun yang biasanya berbahan susu sapi.
Kandungan protein dan laktosa pada susu manusia dan susu sapi itu berbeda. Susu sapi kadar
proteinnya lebih tinggi, yakni 3,4 persen sedangkan susu manusia hanya 0.9 persen. Kadar
laktosa susu manusia lebih tinggi yakni 7 persen sedangkan susu sapi hanya 3,8 persen.
Fungsi dari kedua zat gizi ini bertolak belakang. Laktosa sangat penting dalam proses
pembentukan myelin otak. Myelin atau pembungkus saraf ini bertugas mengantarkan
rangsangan yang diterima si bayi. Saat menyusu rangsangan yang diterima oleh si bayi
seperti mencium bau ibunya serta mendengar dan merasakan napas sang bunda. Sementara
susu sapi, kandungan protein yang tinggi diperlukan untuk membantu pembentukan otot.
Sapi, memang butuh otot kuat untuk melakukan pekerjaan berat, seperti menarik gerobak.
Hasil penelitian dari Oxford University dan Institute for Social and Economi Research
sebagaimana dilansir Daily Mail, menyebutkan bahwa anak bayi yang mendapat ASI
Eksklusif akan tumbuh menjadi anak yang lebih pintar dalam membaca, menulis, dan
matematika. Salah satu peneliti, Maria Iacovou mengemukakan asam lemak rantai panjang
(long chain fatty acids) yang terkandung di dalam ASI membuat otak bayi berkembang.
Kesadaran, bahkan kemauan saja tak cukup bagi ibu yang ingin memberikan ASI
Eksklusif. Ada persyaratan yang harus dipenuhi agar keinginan menciptakan anak cerdas
dengan ASI, terpenuhi. Syarat itu ialah:
1. Hanya memberikan ASI saja sampai enam bulan
2. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir
3. Tidak memberikan cairan atau makanan lain selain ASI, kepada bayi yang baru lahir
4. Menyusui sesuai kebutuhan bayi
5. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari pertama yang mempunyai nilai gizi
tinggi)
6. Cairan lain yang boleh diberikan hanya vitamin, mineral obat dalam bentuk drop
atau sirup

D. INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)
Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi dini atau lebih dikenal dengan
inisiasi menyusui dini (IMD). IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu
sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala
upayanya mencari puting untuk segera menyusui. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin
setelah melahirkan. IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi, namun juga si ibu. Dengan
demikian, sekitar 22% angka kematian bayi setelah lahir pada 1 bulan pertama dapat ditekan.
Bayi disusui selama 1 jam atau lebih di dada ibunya segera setelah lahir. Hal tersebut juga
penting dalam menjaga produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar
hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI.
Isapan itu akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan
perasan.
Beberapa manfaat lain IMD adalah sebagai berikut:
1. Ketika bayi diletakkan di dada ibunya, ia berada tepat di atas rahim ibu. Hal itu
membantu menekan plasenta dan mengecilkan rahim ibu. Dengan begitu, perdarahan
ibu akan berhenti karena ada kontraksi rahim. Setiap 2 jam, ada ibu meninggal karena
perdarahan. Kalau semua melakukan IMD maka akan ada penurunan angka perdarahan.
IMD berlangsung minimal 1 jam dengan posisi bayi melekat di dada ibunya. Kalau
belum mendekat ke puting susu ibunya maka tambahkan satu setengah jam lagi.
2. Rasa kasih sayang meningkat karena adanya kontak langsung keduanya.
3. Ambang nyerinya akan meningkat sehingga tidak gampang sakit waktu IMD.
Keberhasilan dalam proses menyusui juga ditentukan oleh peran ayah. Peran ayah sama
pentingnya dengan peran ibu. Peran ayah adalah menciptakan situasi yang memungkinkan
pemberian ASI berjalan lancar. Selain memberikan makanan yang baik untuk si ibu, ayah
dapat mengambil peran sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi pada
ibunya. Dengan begitu, bayi tahu ayahnya menjadi jembatan baginya dalam memperoleh
makanan. Peran ayah yang lain adalah membantu kelancaran tugas-tugas ibu, misalnya dalam
hal mengganti popok, memberikan dukungan ibu saat menyusui dengan memijatnya. Jika ibu
menyusui, ayah harus memberikan sandang dan pangan. Sekitar 50% keberhasilan menyusui
ditentukan oleh ayahnya.


E. FISIOLOGI LAKTASI
1. Sekresi awal sesudah melahirkan
Proses menyusui secara penuh tidak segera terjadi setelah ibu melahirkan. Selama 2
atau 3 hari pertama sesudah melahirkan dikeluarkan colostrum dalam jumlah sedikit. Pada
hari-hari berikutnya terjadi peningkatan cepat sekresiasi, yang pada umumnya mencapai
puncak pada akhir minggu pertama sesudah melahirkan. Pada ibu yang untuk pertama kali
melahirkan (primipara), hal ini baru terjadi pada minggu ketiga atau lebih. Oleh sebab itu, 2
atau 3 minggu pertama merupakan periode perkenalan yang dilanjutkan dengan periode
pemeliharaan yang berlangsung lebih lama.
2. Tahap-tahap produksi ASI
Perkenalan dan pemeliharaan menyusui merupakan proses yang melibatkan saraf dan
hormon. Menyusui melibatkan saraf sensori (perasa) di dalam puting susu, sumsum tulang
belakang, hipotalamus, dan kelenjar pituitari dengan berbagai jenis hormonnya. Produksi ASI
terjadi dalam 2 tahap:
1. Sekresi ASI
2. Pengaliran ASI melewati sistem duktus.
Kedua tahap ini saling berkaitan satu sama lain dan sering terjadi secara bersamaan.
Sekresi ASI melibatkan sintesis komponen-konponen ASI dan pengaliran produk
yang terbentuk ke dalam duktus secara sekaligus. Mendekati waktu melahirkan, produk
sekresi yang menumpuk mulai masuk ke dalam sistem duktus. Proses sekresi akan kembali
terangsang oleh pengisapan puting susu oleh bayi.
Pada umumnya setiap sel alveola yang memproduksi ASI diikuti oleh proses sekresi
ASI. Proses sekresi ini didahului dan diikuti oleh tahap istirahat. Produksi ASI paling aktif
terjadi sewaktu bayi mengisap puting susu. Di waktu lain, produksi ASI akan terjadi secara
lebih lambat.
3. Peranan Hormon Ketika Proses Sekresi ASI
Rangsangan sekresi ASI terutama diperoleh dari hormon Prolaktin. Hormon ini
bertindak pada sel-sel Alveola dan menyebabkan produksi dan pengeluaran ASI secara
berkesinambungan.
Pemeliharaan sekresi ASI membutuhkan faktor-faktor hormonal lain dari kelenjar
pituitari anterior. Bila pengisapan puting susu dihentikan selama periode laktasi, pengeluaran
hormon-hormon dari kelenjar Pituitari ini berhenti, dan sekresi ASI biasanya berhenti selama
beberapa hari selanjutnya diikuti dengan kerusakan sel-sel alveola.
4. Let-Down Reflex
a. Stimulus Utama
Setelah produksi dan sekresi ASI terjadi, bayi dapat memperoleh ASI melalui
penyemburannya ke saluran-saluran Duktus. Penyemburan ASI, atau dinamakan juga Let-
Down Reflex, merupakan mekanisme yang melibatkan saraf-saraf dan hormon-hormon, yang
sebagian diatur oleh faktor sistem saraf sentral.
Rangsangan utama adalah pengisapan puting susu oleh bayi, yang merangsang
keluarnya hormon Oksitoksin dari kelenjar Pituitari Posterior. Oksitoksin dibawa oleh darah
ke dalam sel-sel mirip otot (myoepithelial) di sekeliling Alveola dan sepanjang sistem Duktus
sehingga ASI mudah diperoleh oleh bayi.
b. Pengaruh Psikologis
Refleks penyemburan ASI sensitif terhadap perubahan jumlah Oksitoksin yang
beredar. Dengan demikian, gangguan emosional dan psikologis ringan dapat berpengaruh
terhadap pengeluaran ASI. Keluarnya ASI dapat terganggu bila ibu mengalami stress atau
dalam keadaan marah, bahkan bila mendengarkan bayi menangis. Tanda-tanda Let-Down
ASI yang berhasil dapat dilihat dari: (1) Asi menetes sebelum bayi mulai menyusu, (2) Asi
menetes dari payudara yang tidak disusui bayi, (3) Kontraksi rahim selama menyusui, yang
dapat menyebabkan rasa sedikit kesakitan atau rasa tidak enak, dan (4) Sensasi yang
merangsang di payudara.
c. Rangsangan Mengisap
Rangsangan mengisap (sucking stimulus) merupakan cara yang efektif untuk
mempertahankan ASI dalam keadaan cukup. Rangsangan mengisap artifisial berupa
penekanan buah dada dengan tangan atau pompa ternyata dapat menambah produksi ASI.
Pemberian ASI atas permintaan (bila bayi menghendaki) ternyata merangsang proses
menyusui secara optimal.
d. Lama Pemberian ASI
Walaupun proses menyusui yang berhasil dapat berjalan selama dilakukan
perangsangan mengisap, pada umumnya sudah 12 bulan secara berangsur akan terjadi
penurunan produksi ASI. Penurunan produksi ini sebagian besar terjadi karena penurunan
kebutuhan bayi dan kehilangan stimulasi puting susu yang berulang oleh bayi.
F. ANGKA KECUKUPAN GIZI IBU MENYUSUI
Kandungan zat-zat gizi makanan ibu menyusui hendaknya lebih tinggi daripada
makanan ibu tidak hamil. Angka Kecukupan Gizi (AKG) ibu tidak menyusui dan ibu
menyusui menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 dapat dilihat dalam
tabel berikut.






Tabel 1.1 Angka Kecukupan Gizi Ibu Tidak Menyusui dan Ibu Menyusui (sebagai
tambahan AKG ibu tidak menyusui)

Zat Gizi
Ibu Tidak Menyusui
(19-29) tahun
Ibu Menyusui
6 Bulan Pertama
(tambahan)
6 Bulan Kedua
(tambahan)
Energi (kkal) 1900 500 550
Protein (g) 50 17 17
Vitamin A (RE) 500 350 350
Vitamin D (ug) 5 0 0
Vitamin E (mg) 15 4 4
Vitamin K (ug) 55 0 0
Tiamin (mg) 1,0 0,3 0,3
Riboflavin (mg) 1,1 0,4 0,4
Niasin (mg) 14 3 3
Asam folat (ug) 400 100 100
Piridoksin (mg) 1,3 0,5 0,5
Vitamin B12 (ug) 2,4 0,4 0,4
Vitamin C (mg) 75 25 25
Kalsium (mg) 800 150 150
Fosfor (mg) 600 0 0
Magnesium (mg) 250 0 0
Besi (mg) 26 6 6
Yodium (ug) 150 50 50
Seng (mg) 9,3 4,5 4,5
Selenium (ug) 30 10 10
Mangan (mg) 1,8 0,8 0,8
Fluor (mg) 2,5 0 0
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004
1. Energi
Pemberian ASI yang berhasil disertai dengan menurunnya berat badan ibu secara
berangsur selama enam bulan sesudah melahirkan. Selama hamil sebagian besar ibu dapat
menyimpan sebanyak 2-4 kg lemak pada tubuh. Waktu menyusui, sebagian lemak ini dapat
digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuham tambahan energi yang diperlukan untuk
memproduksi ASI. Diperkirakan simpanan lemak ini dapat menyediakan sebanyak 200-300
kkal/hari selama tiga bulan pertama menyusui.jumlah ini hanya merupakan sebagian dari
energi yang dibutuhkan untuk memproduksi ASI. Sisa kebutuhan energi ini harus
didatangkan dari makanan sehari-hari. Tambahan energi sehari yang dibutuhkan ibu
menyusui berupa Angka Kecukupan Energi sehari (2004) untuk enam bulan kedua adalah
550 kkal.
Seorang ibu menyusui tidak dianjurkan untuk mengurangi makanannya guna
memenuhi keinginan untuk secepatnya menurunkan berat badan sehingga mencapai berat
badan sebelum hamil. Hal seperti ini dapat menghambat produksi ASI. Oleh sebab itu,
seorang ibu mneyusui harus dapat menerima penurunan berat badan secara berangsur selama
enam bulan sesudah melahirkan.
2. Protein
Angka Kecukupan Protein (2004) berupa tambahan protein untuk enam bulan pertama
dan enam bulan kedua menyusui adalah sebanyak 17 gram/hari. Tambahan ini diperlukan
untuk produksi ASI.
3. Vitamin dan Mineral
Pada umumnya kekurangan asupan zat gizi berpengaruh terhadap volume ASI yang
diproduksi, tetapi tidak berpengaruh terhadap mutunya. Seorang ibu dapat memproduksi ASI
dengan komposisi protein, kerbohodrat, lemak, dan sebagian besar mineral yang cukup,
walaupun asupan makanannya kurang dalam zat-zat gizi tersebut.
Mutu ASI dalam hal ini dapat dipertahankan dengan mengambil zat-zat gizi tersebut
dari persediaan ibu. Contohnya kalsium; asupan kalsium ibu tidak berpengaruh terhadap nilai
kalsium ASI. Kekurangan kalsium ini diambil dari persediaan kalsium ibu dalam tulang
dengan demikian, densitas tulang ibu dapat berkurang. Agar tidak merugikan ibu, sebaiknya
zat-zat gizi termasuk vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk produksi ASI diperoleh dari
makanan ibu.


4. Jumlah Makanan dalam Sehari dan Contoh Menu
Jumlah rata-rata bahan makanan sehari ibu tidak menyusui, ibu menyusui 6 bulan
pertama, dan ibu menyusui 6 bulan kedua berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) ibu
menyusui dapat dilihat pada tabel berikut.
Jumlah bahan makanan sehari ibu tidak menyusui dan ibu menyusui 6 bulan pertama dan 6
bulan kedua (umur 19-29 tahun)
Tabel 1.2 Jumlah Bahan Makanan Sehari Ibu Tidak Menyusui dan Ibu Menyusui 6
Bulan Pertama dan 6 Bulan Kedua (umur 19-29 tahun)
*)

Bahan Makanan
Ibu Tidak
Menyusui
Ibu Menyusui
6 bulan pertama 6 bulan kedua
Nasi 5 p
1)
3 gls
2)
6 p 4 gls 6 p 4 gls
Ikan 2 p 2 ptg
3)
2 p 2 ptg 2 p 2 ptg
Tempe 3 p 3 ptg 3 p 3 ptg 3 p 3 ptg
Sayur 3 p 3 gls 4 p 4 gls 4 p 4 gls
Buah 4 p 4 ptg/bh
4)
4 p 4 ptg/bh 4 p 4 ptg/bh
Susu 1 p 1 gls 1 p 1 gls 1 p 1 gls
Gula pasir 2 p 2 sdm
5)
4 p 4 sdm 5 p 5 sdm
Minyak goreng 5 p 2 sdm 6 p 3 sdm 6 p 3 sdm
*) berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2004
1)
p : penukar
2)
gls : gelas
3)
ptg : potong
4)
bh : buah
5)
sdm : sendok makan

Contoh Menu
Pagi Pukul 10.00 Siang Malam
Bubur ayam
Telur dadar
Susu
Jus wortel + jeruk
Bubur kacang hijau
Sirup

Nasi
Ikan acar kuning
Tempe goreng
tepung
Sayur bening katuk +
jagung muda
Pepaya
Nasi
Ayam goreng bumbu
Oseng-oseng tahu
Sayur lodeh
Mangga




5. Suplemen Gizi
Bila diatur dengan cermat, seorang ibu menyusui bisa memperoleh tambahan zat-zat
gizi yang dibutuhkan melalui pemberian makanan yang seimbang. Dalam keadaan normal,
ibu menyusui tidak membutuhkan suplemen gizi kecuali bila ia memang kekurangan.
Suplemen besi mungkin dibutuhkan, karena ibu banyak kehilangan darah sewaktu
melahirkan. Di samping itu, kebutuhan besi janin dalam kandungan diambil dari simpanan
besi ibu. Ibu hamil yang menderita kekurangan besi di Indonesia cukup tinggi (40,1% di
tahun 2001), sehingga suplemen besi rata-rata dibutuhkan ibu hamil. Suplemen kalsium juga
dibutuhkan bila ibu tidak suka atau tidak mampu membeli susu.

G. PERMASALAHAN YANG TERKAIT
1. Sikap Ibu
Penyebab utama kegagalan menyusui adalah sikap ibu yang tidak mendukung. Ibu
yang tidak sungguh-sungguh ingin menyusui bayinya dapat mengalami kesukaran dalam
melakukannya. Ketakutan, kekhawatiran, amarah, dan emosi dapat berpengaruh negatif
terhadap let-down reflex. Akibatnya bayi tidak cukup mendapat ASI, ia akan menangis dan
berat badannya tidak banyak bertambah. Hal ini akan mengecewakan ibu, sehingga ia enggan
untuk menyusui.
2. Produksi ASI Tidak Cukup
Kegagalan untuk memproduksi ASI dalam jumlah cukup merupakan salah satu
penghalang keberhasilan menyusui. Penyebabnya perlu diselidiki oleh petugas kesehatan,
apakah asupan gizi yang kurang, adanya kekhawatiran, kurang istirahat, atau memakan obat-
obatan kontrasepsi atau obat lain yang menghalangi proses menyusui. Masalahnya mungkin
tidak pada kurangnya produksi ASI, tetapi pada terganggunya let-down reflex. Penyebabnya
juga mungkin karena terlalu cepat memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI).
3. Kurangnya Pengetahuan Ibu
Penyebab lain kegagalan menyusui adalah kurangnya pengetahuan ibu, ibu hendaknya
memahami hal-hal yang berkaitan dengan fisiologi menyusui dan tentang cara-cara untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pengetahuan ini hendaknya diperoleh dari petugas kesehatan
sebelum dan sesudah melahirkan.













DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita., Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soekatri. 2011. Gizi Seimbang dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI-Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan
Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: ANDI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. PP ASI.
http://www.depkes.go.id/downloads/advertorial/adv_pp_asi.pdf . diunduh tanggal 20
April 2014.
Unimus. Unknown. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-lyndianayu-
6679-3-babii.pdf . diunduh tanggal 20 April 2014.

You might also like