You are on page 1of 32

Kelompok II

AI
Odi, bayi berusia 6 bulan dibawa ibunya ke
Posyandu untuk imunisasi polio. Pada
anamnesis diketahui bahwa Odi sebelumnya
tidak pernah mendapat vaksinasi.

Odi adalah anak pertama, ibunya baru
berusia 17 tahun. Keduanya itu termasuk
golongan ekonomi sangat lemah.

PEMBAHASAN KASUS
Identitas :
Nama Pasien :Odi
Umur : 6 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama orang tua : -
Umur orang tua : 17 tahun
Alamat : -
Pekerjaan orang tua : -
Agama : -
Status pendidikan : -
Tanggal pemeriksaan : -

Keluhan utama pada pasien:Sudah berumur 6 bulan namun
belum pernah immunisasi

Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Kehamilan
Riwayat Kelahiran
Riwayat Keluarga
Riwayat Makanan


Sebelumnya tidak pernah mendapatkan imunisasi

Vaksin-vaksin yang seharusnya sudah didapat saat
berusia 6 bulan:
1. BCG sebelum 3 bulan bayi harus diimunisasi BCG
2. Hepatitis B (kali ketiga): pada saat setelah lahir, saat
usia 1 bulan, dan 6 bulan.
3. Polio (kali keempat): pada saat setelah lahir, saat
usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
4. DTP (kali ketiga): pada saat usia 2 bulan, 4 bulan dan
6 bulan.

Riwayat Pertumbuhan:
Tidak diketahui.
Perlu ditanyakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dari
anak ini.
Riwayat Perkembangan:
Perlu ditanyakan tentang tingkah laku anak.
Riwayat Keluarga:
Perlu ditanyakan apakah ada yang menderita
kelainan genetik.

Kesadaran : -
Keadaan umum :-
Tanda vital :
Tekanan darah : -
Pernapasan : -
Nadi : -
Suhu : -
Berat badan : -
Tinggi badan : -

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Test Mantoux

Pemberian vaksin polio secara oral (OPV)
dengan jangka waktu pemberian setiap 2
bulan selama 3 kali (usia 6, 8, dan 10 bulan )
Diberikan vaksin sesuai PPI- wajib
1. BCG 1 x
2. Hepatitis B (3 x): usia 6 bulan, 7 bulan dan 12
bulan.
3. Polio (3 x): pada usia 6 bulan, 8 bulan, dan 10
bulan.

4. DTP (3 x): pada usia 6 bulan, 8 bulan dan 10
bulan.
5. Campak (1 x) : pada usia 9 bulan.

Berikan ASI sampai usia 2 tahun untuk meningkatkan daya
tahan tubuh anak.
Informasikan jadwal imunisasi dan beritahukan agar anak
diimunisasi secara teratur.

Disarankan untuk melakukan uji mantoux pada pasien
sebelum diberi vaksin BCG (untuk mengetahui apakah
pasien telah terinfeksi Mycobacterium)

Kebersihan dan gizi anak harus diperhatikan

Jika ibu pasien belum pernah diimunisasi polio sebelumnya,
maka disarankan untuk ikut imunisasi polio.

ANALISIS KASUS
Usaha untuk meningkatkan derajat imunitas
tubuh manusia untuk mencegah terjadinya
penyakit dengan cara memasukan antigen ke
dalam tubuh agar muncul respon sistem imun
alamiah dan adaptif.

Primary
Response
Secondary
Response
Pajanan Pertama Lebih dari satu
kali
Konsentrasi
Antibodi
Lebih kecil Lebih besar
Heavy chain
isotype
switching
Peningkatan
Maturasi
afinitas
Peningkatan
Ab IgM IgG
Lama respon Respon lambat Respon cepat
Live Vaccines
Killed Vaccines
Sub unit vaccine
Toxoid
Rekombinan
Conjugate

Sakit stadium akut
Pernah mengalami reaksi
yang tidak diinginkan
Hamil
Reaksi anafilaktik terhadap
telur
Imunodefisiensi

Atopi
Kondisi neurologis yg
stabil
Prematuritas
Terapi antibiotik /
steroid topikal
Replacement steorid
therapy
Neonatal jaundice
Pernah sakit MMR,
pertusis
Baru menjalani
pembedahan
Underweight
Usia melewati jadwal yg
direkomendasikan
Sedang mendapat ASI
Ibu sedang hamil

IPV (Inactivated Polio Vaccine,
Vaksin Salk)
virus polio yang telah dimatikan dan
diberikan melalui suntikan

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin
Sabin),
vaksin hidup yang telah dilemahkan
dan diberikan dalam bentuk pil atau
cairan.


Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV)
dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.Imunisasi polio
ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV,
kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun).

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin (OPV). Vaksin
ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut
anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

Dosis pertama dan kedua diperlukan
untuk menimbulkan respon kekebalan primer


Dosis ketiga dan keempat diperlukan
untuk meningkatkan kekuatan antibodi
sampai pada tingkat yang tertinggi.

Anti Toksin
Inaktivasi protein toksin
Opsonin
Fasilitasi fagositosis & pencernaan bakteri intraseluler
Lysine
Bakteriolisis (bersama komplemen-komplemen serum)
Antibody netralisasi
Mencegah proliferasi
Anti Adhesi
Mencegah penempelan permukaan mukosa

BCG diberikan 1 kali sebelum
anak berumur 3 bulan

Vaksin disuntikkan secara
intrakutan pada lengan atas,
untuk bayi berumur kurang
dari 1 tahun diberikan
sebanyak 0,05 mL dan untuk
anak berumur lebih dari 1
tahun diberikan sebanyak 0,1
mL.

Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah
penyuntikan, pada tempat penyuntikan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang
teraba keras. Kemudian benjolan ini
berubah menjadi pustula (gelembung berisi
nanah), lalu pecah dan membentuk luka
terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh
secara spontan dalam waktu 8-12 minggu
dengan meninggalkan jaringan parut.
Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah
bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam, yang akan
menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Vaksin BCG BCG, DPT-Hep B, Hep B
Tempat suntikan Lengan kanan atas luar Paha tengah luar
Cara penyuntikan Intracutan Intramuscular/subcutan dalam
Dosis 0,05 cc 0,5 ml
Ukuran jarum 10 mm, ukuran 26 25 mm, ukuran 23
jenis Bubuk+pelarut Siap pakai
Vaksin Campak Polio
Tempat suntikan Lengan kiri atas Mulut
Cara penyuntikan Subcutan Diteteskan di mulut
Dosis 0,5 ml 2 tetes
Ukuran jarum 25 mm, ukuran 23
Jenis Siap pakai Botol dengan alat tetes mulut


Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap
akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya
dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan
teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan
meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak
sehingga mampu melawan penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah
diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka
tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-
teman disekitarnya. Jadi, imunisasi selain bermanfaat
untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah
penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain
disekitarnya.

Vaksin polio yang diteteskan dimulut adalah virus polio
vaksin yang masih hidup tetapi dilemahkan, sehingga masih
bisa berkembang biak di usus, dan dapat merangsang usus dan
darah untuk membentuk zat kekebalan (antibodi) terhadap
virus polio liar. Vaksin polio suntik, isinya virus polio mati yang
disuntikan di otot lengan atau paha, sehingga tidak dapat
berkembang biak di usus dan tidak menimbulkan kekebalan
diusus, namun dapat menimbulkan kekebalan di dalam
darah. Virus polio suntik boleh diberikan pada pasien yang
kekebalannya rendah, misalnya karena sedang mendapat
pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka lama,
mendapat obat-obat anti kanker, menderita HIV AIDS, atau
didalam rumahnya ada penderita-penderita tersebut
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Polio di Indonesia
Capai 302 Kasus. Available at:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1040-
polio-di-indonesia-capai-302-kasus.html. Accesed on: March 20
th
,
2011.
Anonim. Informasi Lengkap Uji Tuberkulin dan Klasifikasi TBC.
Available at: http://medicastore.com/tbc/uji_tbc.htm. Accesed on:
March 20
th
, 2011.
Anonim. Informasi Imunisasi. Avalailabe at:
http://medicastore.com/penyakit/81/Imunisasi.html. Accesed on:
March 21
st
, 2011
Helbert M. Types of Vaccines. In : Flesh and Bones of Immunology.
Philadelphia: Elseviaer; 2006. p. 100
Suyitno, H. Poliomielitis. In: Pedoman Imunisasi Di Indonesia. 3th
ed; 2008. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
p.161.

You might also like