You are on page 1of 82

Diskusi Ilmu

Kesehatan
Masyarakat
Kelompok 5
Levana N.A
Deniswara Axell
Catherine .N
Khairani Puteri
Freiza Nabila
Fendy .C
M. Iqbal
Maya Arpita
Joanti Tiur
Jesslyn .F
Pembiayaan
Kesehatan
Biaya kesehatan ialah besarnya
dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, kelompok dan
masyarakat.
Biaya kesehatan ditinjau dari dua sudut
yakni:
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (health
provider) besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Dengan pengertian yang seperti ini
tampak bahwa biaya kesehatan dari
sudut penyedia pelayanan, adalah
persoalan utama pemerintah dan
ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak
yang akan menyelenggarakan upaya
kesehatan
2. Pemakaian Jasa Pelayanan (health
consumer) besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat memanfaatkan
jasa pelayanan. Berbeda dengan
pengertian pertama, maka biaya
kesehatan dari sudut pemakaian jasa
pelayanan, merupakan persoalan utama
pemakai jasa pelayanan. Dalam batas-
batas tertentu, pemerintah juga turut
mempersoalkannya, yakni dalam rangka
terjaminnya pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang membutuhkannya.
Jumlah seluruh biaya kesehatan yang
diperlukan oleh suatu negara akan
dapat diketahui, jika diketahui jumlah
seluruh biaya penyelenggaraan
upaya kesehatan dan jumlah seluruh
biaya pemanfaatan jasa pelayanan.
Besarnya biaya kesehatan tersebut,
ditentukan oleh hasil penjumlahan
kedua macam biaya tersebut.
Bagi penyedia pelayanan kesehatan,
pengertian biaya kesehatan lebih
menunjukkan pada dana yang harus
disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Sedangkan bagi pemakai jasa
pelayanan kesehatan, pengertian biaya
kesehatan lebih menunjuk pada dana
yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan upaya kesehatan
Tentu mudah diperkirakan bahwa
besarnya dana yang dihitung sebagai
biaya kesehatan tidaklah sama antara
pemakai jasa pelayanan dengan
penyedia pelayanan kesehatan.
Besarnya dana bagi penyedia
pelayanan lebih menunjuk pada seluruh
biaya investasi (investment cost) serta
seluruh biaya operasional (operational
cost) yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan
Sedangkan besarnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih
menunjuk pada jumlah uang yang
harus dikeluarkan (out of pocket)
untuk dapat memanfaatkan suatu
upaya kesehatan.
Sumber-Sumber
Pembiayaan
Kesehatan
1. Seluruhnya bersumber danri
anggaran pemerintah
Tergantung dari bentuk
pemerintahan yang dianut,
ditemukan negara yang sumber
biaya kesehatannya sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah
Pada negara yang seperti ini, tidak
ditemukan pelayanan kesehatan
swasta.

Seluruh pelayanan kesehatan
diselenggarakan oleh pemerintah
dan pelayanan kesehatan tersebut
dilaksanakan secara cuma-cuma
2. Sebagian ditanggung oleh
masyarakat
Pada beberapa negara lain, sumber
biaya kesehatannya juga berasal
dari masyarakat
Pada negara yang seperti ini,
masyarakat diajak berperan serta,
baik dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan ataupun pada
waktu memanfaatkan jasa
pelayanan kesehatan

Dengan ikut sertanya masyarakat
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, maka ditemukan
pelayanan kesehatan swasta
Selanjutnya dengan diikut sertakannya
masyarakan membiayai pemanfaatan
pelayanan kesehatan, maka
pelayanan kesehatan tidaklah cuma-
Cuma
Masyarakat diharuskan membayar
pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya
Sekalipun pada saat ini makin banyak
saja negara yang mengikutsertakan
masyarakat dalam pembiayaan
kesehatan, namun tidak ditemukan satu
negarapun yang pemerintah
sepenuhnya tidak ikut serta.
pada negara yang peranan swastanya
sangat dominanpun, peranan
pemerintah tetap tidak ditemukan.
Paling tidak dalama membiayai
upaya kesehatan yang menyangkut
kepentingan masyarakat banyak
seperti pelayanan kesehatan
masyarakat, dan ataupun membiayai
pelayanan kedokteran yang
menyangkut kepentingan
masyarakat kurang mampu
Syarat Pokok
Pembiayaan
Kesehatan
1. Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan
haruslah tersedia dalam jumlah yang
cukup dalam arti dapat membiayai
penyelenggaraan semua upaya
kesehatan yang dibutuhkan serta
tidak menyulitkan masyarakat yang
ingin memanfaatkannya.

2. Penyebaran
Syarat lain yang harus dipenuhi ialah
penyebaran dana yang harus sesuai
dengan kebutuhan. Jika dana yang
tersedia tidak dapat dialokasikan
dengan baik, niscaya akan
menyulitkan penyelenggaraan setiap
upaya kesehatan.


3. Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran
dana baik, tetapi jika
pemanfaatannya tidak mendapatkan
pengaturan yang seksama, niscaya
akan banyak menimbulkan masalah,
yang jika berkelanjutan akan
menyulitkan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan.


Dari tiga syarat tersebut yang
terpenting adalah syarat kedua dan
ketiga.
Dalam membicarakan biaya
kesehatan, perhatian lebih
dicurahkan tidak pada upaya
penambahan dana, melainkan
pada pengaturan penyebaran dan
pemanfaatan dana yang tersedia.

Upaya yang dilakukan untuk mengatur
penyebaran dan pemanfaatan dana
banyak macamnya, yang umumnya
berkisar pada :
1.Peningkatan efektifitas dilakukan
dengan mengubah penyebaran atau
alokasi penggunaan sumber dana.
Berdasarkan pengalaman yang dimiliki,
maka alokasi tersebut lebih diutamakan
pada upaya kesehatan yang
menghasilkan dampak yang lebih besar,
misalnya mengutamakan upaya
pencegahan, bukan pengobatan penyakit

2. Peningkatan efisiensi
Peningkatan efisiensi waktu dilakukan dengan
memperkenalkan berbagai mekanisme
pengawasan dan pengendalian. Mekanisme
yang dimaksud antara lain:
a. Standar minimal pelayanan
Dengan disusunnya standar minimal
pelayanan (minimum standard) akan dapat
dihindari pemborosan. Pada dasarnya ada 2
macam standar minimal yang sering
dipergunakan yakni:
- Standar minimal sarana
Contoh : standar minimal rumah sakit dan
standar minimal laboratorium


- Standar minimal tindakan
Contoh : tata cara pengolahan dan
perawatan penderita, dan
daftar obat-obat esensial.

Dengan adanya standar minimal
pelayanan ini, bukan saja pemborosan
dapat dihindari dan dengan demikian
akan dapat ditingkatkan efisiensinya,
tetapi juga sekaligus dapat pula dipakai
sebagai pedoman dalam menilai mutu
pelayanan.
B. Kerjasama
Bentuk lain yang diperkenalkan untuk
meningkatkan efisiensi ialah
memperkenalkan konsep kerjasama
antar berbagai sarana pelayanan
kesehatan.
Ada 2 macam bentuk kerjasama yang
dapat dilakukan :
- Kerjasama Institusi
Misalnya sepakat secara bersama-sama
membeli peralatan kedokteran yang
mahal(cost sharing) dan jarang
dipergunakan. Dengan pembelian dan
pemakaian bersama ini dapat
dihematkan dana yang tersedia serta
dapat pula dihindari penggunaan
peralatan yang rendah(under utilization).
Dengan demikian efisiensi juga akan
meningkat.

- Kerjasama sistem
Bentuk kerjasama sistem yang
paling populer ialah sistem
rujukan, yakni adanya
hubungan kerjasama timbal
balik antara satu sarana
kesehatan dengan sarana
kesehatan lainnya.
Biaya
Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat di
Indonesia
Untuk indonesia sesuai dengan
undang-undang No. 5 tahun 1974
tentang pokok-pokok pemerintahan
daerah, tanggung jawab
penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat dan karena itu
juga pembiayaannya berada di
tangan pemerintah daerah.
Hanya saja karena banyak hal,
kemampuan yang dimiliki oleh pemerintah
daerah yang masih terbatas, menyebabkan
uluran tangan dari pemerintah pusat maish
ditemukan. Sesuai dengan keadaan yang
seperti ini, maka mekanisme pembiayaan
pelayanan kesehatan masyarakat di
indonesia secara umum dapat di bedakan
atas 3 macam yakni :
Mengikuti asas desentraliasi
Mengikuti asas dekonsentrasi
Mengikuti asas perbantuan

Mengikuti asas desentraliasi
Di sini, sesuai dengan UU No 5
tahun 1974, biaya pelayanan
kesehatan masyarakat
sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pemerintah
daerah
Mengikuti asas dekonsentrasi
Karena kemampuan pemerintah
daerah masih terbatas, maka
beberapa program tertentu masih
menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat. Mekanisme
pembiayaan yang seperti ini dikenal
dengan nama asas dekonsentrasi.
Mengikuti asas perbantuan
Sama halnya dengan asas dekonsentrasi,
sebagai akibat ketidak mampuan,
meyebabkan pemerintah daerah belum
dapat melaksanakan beberapa program
tertentu. Upaya penyelesaianya bukan
menarik tanggung jawab tersebut ke
pemerintah pusat. Melainkan pemerintah
pusat memberikan bantuan kepada
pemerintah daerah. Mekanisme
pembiayaan yang seperti ini di kenal
dengan nama asas perbantuan
(medebewind).
Asuransi
Kesehatan &
Universal
Coverage
Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan
perlindungan terhadap kemungkinan-
kemungkinan yang dapat mengakibatkan
kerugian ekonomi (Breider and Breadles,1972)
Asuransi adalah suatu perjanjian dimana
sipenanggung dengan menerima sesuatu premi
mengikatkan dirinya untuk memberi ganti rugi
kepada sitertanggung yang mungkin diderita
karena terjadinya suatu peristiwa yang
mengandung ketidak pastian dan yang akan
mengakibatkan kehilangan, kerugian atau
kehilangan suatu keuntungan (Kitab UU Hukum
Dagang,1987)
Suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari
resiko perorangan menjadi resiko kelompok
Universal Coverage
Jaminan pemeliharaan
kesehatan yang di peroleh
bersifat menyeluruh
Bentuk Pokok
Asuransi
Bentuk klasik dari asuransi kesehatan terdiri
dari tiga pihak (third party) yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. Ketiga
pihak yang dimaksud ialah:
1. Tertanggung/peserta
Yang dimaksud dengan tertanggung
(client) atau peserta ialah mereka
yang terdaftar sebagai anggota,
membayar iuran (premi) sejumlah
dan dengan mekanisme tertentu
dank karena itu ditanggung biaya
kesehatannya.

2. Penanggung/ badan asuransi
Yang dimaksud dengan
penanggung atau badan asuransi
(health insurance institution) ialah
yang bertanggung jawab
mengumpulkan dan mengelola
iuran serta membayar biaya
kesehatan yang dibutuhkan
peserta.

3. Penyedia pelayanan
Yang dimaksud dengan penyedia
pelayanan (health provider) ialah
yang bertanggung jawab
menyediakan pelayanan
kesehatan bagi peserta dan
untuk itu mendapatkan imbal jasa
dari badan asuransi.

Antara peserta dan badan asuransi
terjalin suatu ikatan perjanjian
dimana peserta (tertanggung)
diwajibkan membayar sejumlah dana
(biasanya secara berkala) kepada
badan asuransi (penanggung) yang
disebut premi.
Besarnya premi yang harus
dibayarkan ini tergantung dari
kesepakatan tentang jenis pelayanan
kesehatan yang ditanggung.
Secara umum disebutkan jika jenis
pelayanan kesehatan yang
ditanggung bervariasi dan lengkap,
maka jumlah premi yang dibayarkan
akan besar pula.
Perjanjian secara hukum antara
penanggung dan tertanggung ini
disebut polis.
Dalam polis inilah tercantum tentang
hak dan kewajiban yang harus
dipatuhi oleh masing-masing pihak.
Macam-
Macam
Asuransi
Kesehatan
Ditinjau dari pengelola dana
a. Asuransi kesehatan pemerintah (goverment
health insurance)
Pengelolaan dana dilakukan oleh
pemerintah. Keuntungan: biaya kesehatan
dapat diawasi, pelayanan kesehatan
dapat distandarisasi. Tetapi di samping itu
juga ditemukan beberapa kekurangan
yang umumnya berkisar pada kurang
puasnya para peserta yang kesemuanya
kait berkait dengan mutu pelayanan yang
kurang sempurna.
b. Asuransi kesehatan swasta (private
health insurance)
Pengelolaan dana dilakukan oleh
suatu badan swasta. Keuntungan:
mutu pelayanan relatif lebih baik,
kerugian: sulit mengawasi biaya
kesehatan yang pada akhirnya
dapat memberatkan pemakai jasa
pelayanan kesehatan.

Ditinjau dari keikutsertaan
anggota
a. Asuransi kesehatan wajib
(compulsary health insurance)
Keikutsertaan peserta bersifat wajib.
Dapat berlaku untuk setiap penduduk
(national health insurance) dan
ataupun untuk kelompok tertentu saja,
misalnya dalam suatu perusahaan.
Berlaku jika asuransi kesehatan
tersebut dikelola oleh pemerintah.

b. Asuransi kesehatan sukarela
(compulsary health insurance)
Keikutsertaan peserta tidaklah wajib,
melainkan terserah pada kemauan
masing- masing. Berlaku jika asuransi
kesehatan tersebut dikelola oleh
swasta.

Ditinjau dari jenis pelayanan yang
ditanggung
a. Menanggung seluruh jenis pelayanan kesehatan
Pada sistem asuransi kesehatan dimana
pengelola dana juga bertindak sebagai
penyedia pelayanan, jenis pelayanan kesehatan
(comprehensive plans). Jadi tidak terbatas hanya
pada pelayanan kuratif, tetapi juga pelayanan
preventif. Tujuan utamanya untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan peserta. Peserta
akan jarang sakit, penggunaan jasa pelayanan
berkurang, sehingga dengan demikian badan
asuransi kesehatan akan memperoleh
keuntungan yang lebih baik.

b. Menanggung sebagian pelayanan
kesehatan saja
Disini yang ditanggung hanya
sebagian dari pelayanan (partial
plans) saja. Misalnya untuk macam
pelayanan kesehatan tertentu yang
umumnya membutuhkan biaya besar.

Ditinjau dari jumlah dana yang
ditanggung
a. Menanggung seluruh biaya kesehatan
yang diperlukan
Pada sistem ini seluruh biaya kesehatan
ditanggung (first dollar principle) oleh
asuransi kesehatan. Mudah diperkirakan,
jika kesadaran peserta kurang, dapat
mendorong pemanfaatan yang berlebihan
sehingga menyulitkan badan asuransi dan
atau penyedia pelayanan kesehatan.
b. Hanya menanggung pelayanan
kesehatan dengan biaya yang tinggi
saja
Untuk mengatasi penggunaan yang
berlebihan, diperkenalkan bentuk lain,
dimana asuransi kesehatan hanya
menanggung pelayanan kesehatan
yang membutuhkan biaya besar saja
(large loss pronciple). Apabila biaya
tersebut masih dibawah standar yang
ditetapkan, peserta harus membayar
sendiri.

Ditinjau dari jumlah peserta
yang ditanggung
a. Peserta adalah perseorangan
(individual health insurance)
b. Peserta adalah satu keluarga (family
health insurance)
c. Peserta adalah satu kelompok (group
health insurance)
Ditinjau dari peranan badan
asuransi
a. Hanya bertindak sebagai pengelola
dana
Bentuk ini adalah bentuk klasik dari
sistem asuransi kesehatan yang
apabila dikombinasikan dengan
sistem reimburstment, dapat
mendorong tingginya biaya
kesehatan.
b. Juga bertindak sebagai penyedia
pelayanan kesehatan
Bentuk HMO adalah salah satu
contoh dimana badan asuransi
sekaligus juga menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Pada bentuk
ini akan diperoleh beberapa
keuntungan yakni dapat diawasinya
biaya kesehatan, tetapi juga dapat
mendatangkan kerugian yakni kurang
sesuainya pelayanan kesehatan
dengan kebutuhan masyarakat.

Ditinjau dari cara pembayaran
imbal jasa terhadap
penyelenggara pelayanan
kesehatan
a. Pembayaran berdasarkan jumlah
kunjungan peserta (reimbursment)
Disini pembayaran dilakukan berdasarkan
jumlah kunjungan peserta yang dapat
berobat ke penyedia pelayanan
kesehatan. Makin banyak jumlah
kunjungan, maka makin besar uang yang
diterima oleh penyedia pelayanan
kesehatan.

b. Pembayaran berdasarkan jumlah
peserta (capitation)
Pada sistem ini, pembayaran
terhadap penyedia pelayanan bukan
berdasarkan jumlah kunjungan,
melainkan berdasarkan jumlah orang
yang ditanggungkan. Jumlah uang
yang diterima penyediaan pelayanan
selalu tetap, meskipun kunjungan
meningkat dan atau menurun.

Pelaksanaan
Asuransi
Kesehatan di
Indonesia
Secara universal, beberapa jenis
asuransi kesehatan berkembang di
Indonesia
Asuransi Kesehatan Sosial (Sosial
Health Insurance)
Asuransi Kesehatan Perorangan
(Private Voluntary Health Insurance)
Asuransi Kesehatan Komersial
Kelompok (Regulated Private Health
Insurance)

Asuransi Kesehatan Sosial
(Sosial Health Insurance)
Asuransi kesehatan sosial
memegang teguh prinsipnya
bahwa kesehatan adalah sebuah
pelayanan sosial, pelayanan
kesehatan tidak boleh semata-
mata diberikan berdasarkan status
sosial masyarakat sehingga semua
lapisan berhak untuk memperoleh
jaminan pelayanan kesehatan

Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip sebagai
berikut.
Keikutsertaannya bersifat wajib
Menyertakan tenaga kerja dan
keluarganya
Iuran/premi berdasarkan persentase
gaji/pendapat. Untuk jamsostek (Jaminan
Sosial Tenaga Kerja) dipotong 6-8% bagi
yang sudah berkeluarga dan 3% untuk yang
masih bujangan. Akses menetapkan premi
hanya 2% dari gaji pokok PNS. Idealnya,
anggaran kesehatan harus dihitung 5% dari
GDP

Premi untuk tenaga kerja
ditanggung bersama (50%) oleh
pemberi kerja dan tenaga kerja
Premi tidak ditentukan oleh risiko
perorangan tetapi didasarkan pada
risiko kelompok (collective risk
sharing)
Tidak diperlukan pemeriksaan
kesehatan awal

Jaminan pemeliharaan kesehatan
yang diperoleh bersifat menyeluruh
(universal coverage)
Peran pemerintah sangat besar
untuk mendorong berkembangnya
asuransi kesehatan sosial di
Indonesia. Semua pegawai negeri
diwajibkan untuk mengikuti asuransi
kesehatan.
Di Indonesia, asuransi kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil dan
penerima pensiun dikelola oleh
PT. Askes. Asuransi kesehatan
bagi tenaga kerja dikelola oleh
PT. Jamsostek.


Asuransi Kesehatan
Perorangan (Private Voluntary
Health Insurance)
Model asuransi kesehatan ini
juga berkembang di Indonesia,
dapat dibeli preminya baik
oleh individu maupun segmen
masyarakat kelas menengah
ke atas

Asuransi kesehatan komersial
perorangan mempunyai prinsip kerja
sebagai berikut.
Kepesertaannya bersifat perorangan
dan sukarela
Iuran/premi berdasarkan angka
absolut, diterapkan berdasarkan
jenis tanggungan yang dipilih


Premi didasarkan atas risiko
perorangan dan ditentukan oleh faktor
usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan
Dilakukan pemeriksaan kesehatan
awal
Santunan diberikan sesuai dengan
kontak
Peranan pemerintahan relatif kecil
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan
komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life,
Tugu Mandiri dan sebagainya.

Asuransi Kesehatan Komersial
Kelompok (Regulated Private
Health Insurance)
Jenis asuransi ini merupakan alternatif lain
sistem asuransi kesehatan komersial dengan
prinsip-prinsip dasar sebagai berikut.
Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi
kelompok
Iuran/preminya di bayar berdasarkan atas
angka absolut
Perhitungan premi bersifat community rating
yang berlaku untuk kelompok masyarakat
Santunan (jaminan pemeliharaan
kesehatan) diberikan sesuai dengan
kontak
Tidak diperlukan pemeriksaan awal
Peranan pemerintah cukup besar
dengan membuat peraturan
perundang-undangan
Di Indonesia, produk Asuransi
kesehatan Sukarela juga dikelola oleh
PT. Askes.
Sistem Jaminan
Sosial Nasional
(SJSN)
Definisi SJSN
Sistem Jaminan Sosial Nasional
adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan
sosial oleh beberapa badan
penyelenggara jaminan sosial.
SJSN bertujuan untuk memberikan
jaminan terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap
peserta dan/atau anggota
keluarganya.
Definisi BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
yang selanjutnya disingkat BPJS
adalah badan hukum yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial.
BPJS bertujuan untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup
yang layak bagi setiap Peserta
dan/atau anggota keluarganya.

Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS)
Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Perusahaan Perseroan (Persero) Dana
Tabungan dan Asuransi Pegawai Negari
(TASPEN)
Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi
Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ASABRI)
Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi
Kesehatan Indonesia (ASKES)
Jenis program jaminan sosial meliputi :
Jaminan kesehatan
Jaminan kecelakaan kerja
Jaminan hari tua
Jaminan pensiunan
Jaminan kematian
Prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) menurut Undang-Undang no. 40
Tahun 2004
Prinsip kegotong-royongan. Prinsip ini
diwujudkan dalam mekanisme gotong
royong dari peserta yang mampu kepada
peserta yang kurang mampu dalam bentuk
kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat;
peserta yang berisiko rendah membantu
peserta yang berisiko tinggi; dan peserta
yang sehat membantu yang sakit. Melalui
prinsip kegotong-royongan ini, jaminan sosial
dapat menumbuhkan keadial sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana
amanat tidak dimaksudkan untuk
mencari laba (nirlaba) bagi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),
akan tetapi tujuan utama
penyelenggaraan jaminan sosial
adalah untuk memenuhi sebesar-
besarnya kepentingan peserta. Dana
amanat, hasil pengembangannya, dan
surplus anggaran akan dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan
peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.
Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan
dan mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari
iuran peserta dan hasil
pengembangannya
Prinsip portabilitas. Jaminan sosial
dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan meskipun
peserta berpindah pekerjaan atau
tempat tinggal dalam wilayah NKRI.
Prinsip kepesertaan bersifat wajib.
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh
rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat
wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya
tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta
kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di
sektor formal, bersamaan dengan itu sektor
informal dapat menjadi peserta secara
sukarela, sehingga dapat mencakup petani,
nelayan, dan mereka yang bekerja secara
mandiri, sehingga pada akhirnya SJSN dapat
mencakup seluruh rakyat.
Prinsip dana amanat. Dana yang
terkumpul dari iuran peserta merupakan
titipan kepada badan-badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-
baiknya dalam rangka mengoptimalkan
dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan
Sosial Nasional dalam Undang-Undang
ini adalah hasil berupa dividen dari
pemegang saham yang dikembalikan
untuk kepentingan peserta jaminan
sosial.
Road Map SJSN

You might also like