You are on page 1of 12

Inovasi pengembangan desa

philips

Edu Agro Taurism of CACAO

Implementasi (Edu Agro Tourism of COCOA)
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara produsen utama kakao dunia. Luas areal tanaman
kakao Indonesia tercatat 1,4 juta hektar
dengan produksi kurang lebih 500 ribu ton
pertahun, menempatkan Indonesia sebagai
negara produsen terbesar ketiga dunia setelah
Evory Coast (Pantai Gading) dan Ghana. Pantai
Gading, dengan luas area 1,6 Ha dan
produksinya sebesar 1,3 juta ton per tahun
dan Ghana sebesar 900 ribu ton per tahun. Gambar 1. Buah kakao
Pertanian organik merupakan isu hangat yang sedang berkembang dewasa ini.
Kesadaran masyarakat akan kesehatan, mendorong munculnya permintaan akan produk
pertanian organik. Tidak hanya padi dan sayuran saja yang organik, saat inipun petani kakao
juga berusaha memproduksi kakao organik, tanpa pupuk ataupun pestisida kimia. Meski
kakao organik belum ada di Indonesia, namun keinginan masyarakat pada akhirnya akan
menuju ke produk pertanian organik, tidak terkecuali untuk kakao organik.
Dusun Tanen, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi
DIY merupakan kawasan pertanian kakao. Daerah ini terletak di lereng Gunung Merapi,
dekat dengan beberapa tempat wisata seperti Taman Wisata Kaliurang dan Museum
Merapi. Lokasi yang strategis ini berpotensi untuk pengembangan kawasan Desa Wisata
Pendidikan Pertanian Organik khususnya pada kakao organik.
Pada awalnya Desa Tanen ini membudiayakan tanaman salak, namun seiring
berjalannya waktu, seringkali mendapatkan hasil salak yang tidak baik dan keuntungan yang
didapatkan tidak terlalu besar. Kemudian pada bulan juni 2006 dimulailah konversi lahan
dari buah salak menjadi buah kakao dengan mendatangkan benih dari Aceh. Pertanian
kakao di Desa Tanen saat ini sudah mulai berkembang, dengan terbentuknya kelompok tani
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

coklat yang beranggotakan 30 orang dengan rata-rata luas kepemilikan lahan 3206 m
2
dan
rata-rata jumlah tanaman sebanyak 131 pohon, sehingga total pada kelompok tani coklat di
Desa Tanen memiliki lahan seluas Jumlah Luas Lahan 99.200 m
2
dan jumlah tanaman 3.945
Pohon.
Gambar 2. Foto Tanaman Kakao dan Kelompok Tani Kakao

Melihat potensi yang dimiliki Desa Tanen mulai dari kepemilikan lahan pertanian
kakao yang hampir merata disetiap warganya dengan produksi kakao berbuah besar,
kondisi sosial masyarakat yang heterogen dengan toleransi yang tinggi dan juga kepemilikan
hewan ternak serta lingkungan yang masih asri di lereng Gunung Merapi berpeluang untuk
dioptimalkan melalui pemberdayaan masyarakatnya berbasis EAT COCOA (Edu Agro
Tourism of COCOA). Hasil dari observasi dan pemberdayaan yang telah dilakukan selama ini
dapat dirumuskan ke dalam beberapa program yang dikemas dengan baik menjadi sebuah
Agrowisata, sehingga disamping dapat memperbaiki kondisi masyarakat juga dapat menjadi
tempat wisata alternatif pendidikan pertanian. Beberapa program-program yang akan
dilaksanakan adalah :
1. Budidaya tanaman kakao organik
2. Pengolahan limbah kakao sebagai pupuk kompos
3. Pengolahan hasil pertanian kakao seperti pembuatan nata de cocoa
4. Pengolahan fermentasi biji kakao
5. Penerapan teknik perangkap lalat buah
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

6. Budidaya flora dan floriculture
7. AFIF (Agri Fish Integrated Farming)
8. Penanaman secara verticulture, aquaponic dan hydroponic
Implementasi EAT COCOA (Edu Agro Tourism of COCOA) tersebut diharapkan
mampu mengoptimalkan proses pemberdayaan masyarakat petani kakao yang terdapat di
kawasan lereng Gunung Merapi dengan menjadikan Desa Tanen sebagai Desa Wisata
Pendidikan Pertanian Organik, sebab implementasi sistem budidaya pertanian kakao saat ini
di kawasan lereng Gunung Merapi tidak berpeluang meningkatkan derajad kehidupan
masyarakat petani di kawasan tersebut. Kondisi tersebut diakibatkan oleh terbatasnya
sumber saya manusia dan pengetahuan dalam teknik budidaya dari pembibitan sampai
pengolahan. Perlu dicari dan selanjutnya diimplementasikan suatu teknik budidayakan
pertanian kakao yang organik, dan yang lebih prospektif bagi perbaikan ekonomi
masyarakat yang dikemas dalam sebuah kegiatan pemberdayaan masyakat dengan
beberapa komponen pendukung, sebagai sarana pendidikan dalam mengenalkan pertanian
ke masyarakat luas. Implementasi pemberdayaan masyarakat dengan konsep Agrowisata ini
berpotensi meningkatkan hasil pertanian kakao di Desa Tanen dan beberapa komoditas lain
tanpa menghilangkan potensi kearifan lokal sehingga kesejahteraan petani kakao menjadi
lebih baik dan masyarakat di Desa Tanen semakin maju. Konsep Agrowisata tersebut
disebut sebagai EAT COCOA (Edu Agro Tourism of COCOA). EAT COCOA dapat
mengoptimalkan proses pemberdayaan masyarakat petani kakao di kawasan lereng Gunung
Merapi.
Tujuan dari konsep ini adalah untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat
kawasan lereng Gunung Merapi di Desa Tanen Hargobinangun yang berbasis Agrowisata
melalui EAT COCOA (Edu Agro Tourism of COCOA) dengan memanfaatkan secara utuh
segala potensi sumber daya alam yang ada di lingkungan tersebut.
Isi
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

Desa Tanen Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
merupakan sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Merapi yang sebagian penduduknya
bermata pencaharian sebagai seorang petani kakao. Jumlah penduduk dalam satu Desa
mencapai 350 jiwa dan yang membudidaya kakao sebanyak 30 keluarga dengan rata-rata
kepemilikan lahan seluas 3206 m
2
dan rata-rata jumlah tanaman sebanyak 131 pohon, sehingga
total pada kelompok tani coklat di Desa Tanen memiliki lahan seluas Jumlah Luas Lahan 99.200
m
2
dan jumlah tanaman 3.945 Pohon.
Luas lahan untuk perkebunan kakao yang mencapai 9,9 hektar tersebut, letaknya terpisah
tidak dalam satu lokasi. Hal ini karena ada beberapa lahan yang digunakan untuk bangunan
rumah. Kakao yang ditanam di dusun ini masih berumur 4,5 tahun dan dapat dipanen setiap 2
minggu sekali. Kakao yang dihasilkan untuk 6 hektar
lahan sekitar 100 kg untuk kakao basah. Berat inipun
menyusut menjadi 25 kg setelah menjadi biji kakao
kering. Seiring dengan maraknya produk pertanian
organik, petani kakao disini mulai melakukan
pemeliharaan tanaman kakao secara organik, tanpa
menggunakan pestisida kimia. Petani kakao di Desa
Tanen ini kemudian membentuk kelompok tani yang
diberi nama Kelompok Tani Panen. Kelompok ini
terdiri dari 30 orang dengan anggota aktif sekitar 23
orang. Struktur kepengurusannya sudah terorganisir.
Kelompok tani ini diketuai oleh Bapak Dasimun.

Selama ini, perkumpulan kelompok tani hanya fokus untuk pemiliharaan dan budidaya
kakao sehingga untuk pengolahan pasca panen belum begitu diperhatikan. Petani kakao
biasanya menjual biji kakao kering yang telah difermentasi tanpa adanya pengolahan lebih
lanjut. Biji kakao kering yang telah difermentasi dijual seharga Rp 22.000,00 per kilogram.
Proses fermentasi biji kakao ini dilakukan perorangan sehingga kualitasnyapun beragam.
Gambar 3. Peta kebun kakao Desa
Tanen
: Kebun Kakao
Luas : 99.200 m
2

Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

Fermentasi yang dilakuakan secara kelompok dapat menyeragamkan kualitas biji kakao yang
dihasilkan, selain itu juga dapat meningkatkan gotong-royong dalam masyarakat.
Masyarakat di Dusun Tanen sebenarnya memiliki keinginan yang besar untuk bisa
mengelola kakao menjadi coklat bubuk hanya saja mereka tidak memiliki keterampilan untuk
itu. Selain itu kurangnya pengetahuan masyarakat serta anggapan bahwa pembuatan bubuk
coklat itu mahal menjadikan mereka tidak melakukan pengolahan lain selain fermentasi biji
kakao.
Disamping keberadaan masyarakat yang memberikan motivasi dikarenakan banyak
harapan yang muncul dalam pengembangan masyarakat ini, kondisi sosial budaya juga turut
mewarnai Desa Tanen dilihat dari kepercayaan yang dianut oleh masyarakat , warga Desa
Tanen memiliki kepercayaan yang heterogen yaitu ada muslim, katolik dan kristan. Melihat hal
ini sangat cocok jika dikembangkan Desa Wisata dengan segala keberanekaragamannya setiap
warganya. Suasana saling toleransi dalam beragama dan bermasyarakat inilah yang akan
menjadi sarana pendidikan juga dalam hidup bermasyarakat.
A. Metode Pelaksanaan Program Kreativitas Bina Masyarakat
Pembinaan masyarakat terkait penerapan Program Kreativitas Bina Masyarakat
ini kami laksanakan melalui beberapa tahapan. Beberapa tahapan tersebut merupakan
rangkaian dari upaya mewujudkan Agrowisata di Desa Tanen yang berbasis EAT COCOA
(Edu Agro Tourism of COCOA). Tahapan-tahapan tersebut adalah
1. Observasi
Teknik pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung kondisi pertanian di
beberapa tempat di Desa Tanen terletak di kawasan
lereng Gunung Merapi. Mulai dari pertaniannya,
lingkungannya, hingga kondisi sosial masyarakatnya.
Disamping itu juga mendata berbagai potensi yang
dapat dimanfaatkan dan dioptimalkan dalam
kaitannya pengembangan Agrowisata Desa Tanen.

Gambar 4. Observasi lahan
6
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

2. Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui pertemuan secara langsung dengan para
petani dalam perkumpulan Kelompok Tani Kakao selaku narasumber. Teknik tersebut
bertujuan untuk memperoleh data yang akurat tentang kondisi pertanian dan kondisi
sosial masyarakat yang ada di Desa Tanen serta untuk mengetahui tanggapan dari
para petani terhadap program pemberdayaan masyarakat EAT COCOA (Edu Agro
Tourism of COCOA).








3. Data dan Perencanaan
Data data yang didapatkan dari
observasi dan wawancara yang telah dilakukan
selanjutnya didiskusikan bersama dosen
pembimbing untuk memerencanakan program-
program pemberdayaan yang terangkai dalam
konsep EAT COCOA (Edu Agro Tourism of COCOA).
Analisa data observasi dilakukan melalui berbagai
sudut pandang meliputi aspek budidaya, sosial,
ekonomi, potensi pariwisata, ekologi, pendidikan.
Sehingga diharapkan dengan langkah analisa ini
Gambar 5. Wawancara bersama Ketua Kelompok Tani
Gambar 6. Diskusi EAT COCOA
7
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

akan dapat menghasilkan program pemberdayaan yang benar benar optimal.
4. Musyawarah Bersama.
Musyawarah ini dilakukan untuk
mengkomunikasikan program program yang
telah direncanakan oleh mahasiswa sehingga
tercipta kesepakatan dalam menjalin kerjasama
dengan petani dan mahasiswa untuk bersama
melakukan program pemberdayaan
masyarakat EAT COCOA (Edu Agro Tourism of
COCOA). Disamping itu musyawarah ini untuk mengkomunikasikan dengan para
petani terkait kendala atau masalah yang mungkin muncul dalam pelaksanaan
program.
5. Pelaksanaan Program Perberdayaan
Pemberdayaan masyarakat berbasis EAT
COCOA (Edu Agro Tourism of COCOA) di Desa Tanen
ini dilakukan dengan metode pendampingan secara
berkala dengan waktu pelaksanaan yang telah
terjadwal. Program ini mengutamakan peran dari
petani dan masyarakat di Desa Tanen dalam
menindak lanjuti program yang telah direncanakan.
Disamping melakukan pendampingan,
pemberdayaan juga dilaksanakan melalui pelatihan
dan praktek lapang oleh para mahasiswa dengan
melibatkan pemuda pemudi di lingkungan Desa
Tanen, sehingga semua elemen masyarakat ikut
terlibat dalam menciptakan Agrowisata Desa Tanen
menjadi Desa Wisata Pendidikan Pertanian Organik.


Gambar 7. Suasana Musyawarah
Gambar 8. Konservasi Lahan
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

B. Keterkaitan
Rencana yang akan dijalankan adalah bekerja sama dengan sebuah tempat
pariwisata lokal yang benama Museum Gunung Merapi dan Penginapan sekitar Desa
Kakao. Museum tersebut terletak sangat dekat dengan desa Kakao ini, yakni kurang lebih
500 meter. Rencana ini berupa penawaran kerjasama berupa paket pariwisata pengunjung
yakni kunjungan ke Desa Kakao Organik dengan Museum Gunung Merapi tersebut. Bahkan,
bila ada wisatawan yang memerlukan penginapan, ada paket penginapan yang letak
penginapannya bisa di rumah maupun di tempat penginapan mewah di sekitar Desa Kakao.
Apabila Museum Gunung Merapi ini bersedia bekerja sama, maka Museum Gunung
Merapi akan semakin banyak pengunjungnya sebanding dengan pengunjung Desa Kakao
tersebut, begitu juga dengan penginapannya. Omset yang didapatkan pun semakin besar
dan mampu mengenalkan kekayaan Flora dan Flori yang ada di Indonesia khususnya kakao
melalui pemberdayaan EAT COCOA (Edu Agro Tourism of COCOA).

C. Rancangan Evaluasi
Evaluasi program kegiatan EAT COCOA dilaksanakan sebulan sekali, baik secara
internal dari mahasiswa bersama dosen pembimbing maupun dengan para masyarakat
petani di Desa Tanen, khususnya anggota Kelompok Tani Kakao. Hal-hal yang dievaluasi
meliputi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan, masalah yang
muncul dilapangan, hasil dari program yang telah dilaksanakan seperti konservasi lahan
setelah dilaksanakannya uji tanah di Desa Tanen. Selain itu juga respon dari masyarakat
apakah sudah menerima sepenuhnya program EAT COCOA (Edu Agro Tourism of COCOA)
menuju Desa Wisata Pendidikan Pertanian Organik Tanen.







Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

PELAKSANAAN
A. Jadwal Pelaksanaan
Waktu
Kegiatan
minggu ke
Mei
2013
Juni
2013
Juli
2013
2013 2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Nov Des Jan Feb Mar
Observasi
Wawancara
Analisis Data
dan
Perencanaan

Musyawarah
Pembuatan
MOU

Pelaksanaan
1.Sosialisasi
2.Uji tanah
3.Konservasi
lahan

4.Pembuatan
kompos

5.Pengolahan
nata de coco

6.Pengolahan
biji kakao

7.Pengendali
an hama

8.Budidaya
flora-flori
culture

9.AFIF
Evaluasi

Tabel 1. Tabel Timline Pelaksanaan Program EAT COCOA
B. Deskripsi Perkembangan Kegiatan
1. Budidaya tanaman kakao organik.
Sistem pertanian organik dengan pemakaian kompos atau pupuk kandang
sebagai pupuk atau bahan pembenah tanah. Bahan pembenah tanah dengan bantuan
pupuk kompos / bahan organik meliputi struktur, pH, kandungan hara, kandungan
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

bahan organik, dan kegiatan mikroorganisme.
Pembuatan pupuk kompos tersebut melalui
pemanfaatan seresah daun pohon kakao dan kulit
buah kakao yang tidak layak dengan dicampur
kotoran sapi untuk dijadikan pupuk kompos.
Sehingga semua komponen dalam penyediaan
pupuk tidak menggunakan bahan kimia melainkan
memanfaatkan semua limbah baik dari pertanian maupun peternakan. Rincian
program pembuatan pupuk kompos yaitu
a. Program pembuatan pupuk organik padat (komposting)
b. Program pembuatan pupuk organik cair (fermentasi)
c. Program pembuatan pakan awetan (silase, UMB, dsb.)
d. Program aplikasi pupuk organik untuk tanaman kakao
2. Pengolahan hasil pertanian kakao seperti pembuatan nata de cocoa.
Pengolahan hasil pertanian kakao dengan nata de cocoa ini memanfaatkan
limbah pulp atau daging buah untuk meningkatkan nilai lebih dari setiap biomassa
tanaman kakao, jadi tidak hanya dijadikan bahan pupuk kandang, namun juga dijadikan
bahan pembuatan nana de cocoa.
3. Pengolahan fermentasi biji kakao.
Pengolahan fermentasi biji kakao disini adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hasil fermentasi biji kakao yang selama ini masih menggunakan
metode konvensional dan dihargai oleh produsen atau pengepul hasil biji kakao
seharga Rp 22.000,00. Harapannya dengan adanya pengembangan teknik fermentasi
yang baik dan benar melalui pelatihan dan pendampingan dilapangan akan
meningkatkan nilai jual biji kakao hasil fermentasi sehingga mampu meningkatkan
pendapatan petani kakao.
4. Penerapan teknik pengendalian hama dengan ramuan organik
Pengendalian hama tanaman kakao kedepannya berupa optimalisasi
pengendalian menggunakan 2 cara, diantaranya yaitu dengan menggunakan botol
Gambar 9. Hewan ternak warga
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

bekas air mineral yang sdh dimasukkan kedalamnya ramuan organik, yang nantinya
diharapkan mampu menjebak lalat buah untuk masuk kedalam botol, dan juga dengan
membuat ramuan organik yang nantinya disemprotkan ke tanamana dan buah kakao
sebagai pengendalian hama penyakit secara alami, memanfaatkan keanekaragaman
yang ada di lingkungan Desa seperti penggunaan daun mimba.
5. Budidaya flora dan floriculture
Bididaya flora disini meliputi budidaya tanaman sayuran seperti bayam, sawi,
kangkung, dan lain-lain dan juga tanaman obat-obatan serta tanaman tahunan seperti
mangga, teh, apel dan lain-lain. Disamping mengembangkan flora juga untuk
meningkatkan estetika jadi juga dibudidayakan floriculture yaitu budidaya tanaman
bunga, hal tersebut dilakukan untuk mempercantik lansekap dari setiap lahan di
perumahan dan perkebunan dari setiap warga.
6. AFIF (Agri Fish Integrated Farming)
AFIF adalah sebuah sistem pertanian yang memadukan antara perikanan darat
dengan teknik bercocok tanam meliputi aquaponic dan verticulture. Sistem ini
memungkinkan diadakannya pertanian secara organik dengan sistem resirkulasi.
Dengan sistem ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian warga dalam
mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena dari sayuran dan ikan dapat dipanen dilahan
sendiri.
No. Jenis Ikan Populasi
1. Ikan Gurame 5-10 ekor/m
2

2. Ikan Mas 10-200 ekor/m
2

3. Ikan Lele 100-150 ekor/m
2

4. Ikan Nila 100-150 ekor/ m
2

Tabel 2. Jenis Ikan yang dapat
dibudidayakan dalam aquaponic
No. Nama Tanama Jarak Tanam
1. Kangkung
10 cm
2. Cabai
40 cm
3. Tomat
40 cm
4. Terong
40 cm
Tabel 3. Jenis Tanaman yang dapat
dibudidayakan dalam aquaponic
Gambar 10. Konsep
AFIF
Inovasi pengembangan desa
philips

Edu Agro Taurism of CACAO

You might also like