Tanggal (kasus): 05-03-14 Presenter: dr. Chyntia Tangal presentasi: Pendamping: dr. Haryono Tempat presentasi: RSUD Datu Sanggul Obyektif presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Pria, 45 tahun, Tujuan: Melakukan penegakkan diagnosis serta penatalaksanaan pada pasien peritonitis Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos Data pasien: Nama: Tn. S No registrasi: 10.19.45 Nama klinik: RSUD Datu Sanggul Telp: - Terdaftar sejak: 05-03-14 Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Appendisitis akut perforata Nyeri di seluruh lapang perut, nyeri awalnya dirasakan disekitar pusar kemudian berpindah ke perut kanan bawah, demam, mual, muntah dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu 38 0 C, pada regio abdomen terdapat Blumberg sign (+), Rovsing sign (+), psoas sign (+), defans muskular (+), bising usus menurun. Pemeriksaan RT ditemukan nyeri tekan di jam 9-12 2. Riwayat Pengobatan: Os minum obat promag dan bodrexin 3. Riwayat kesehatan/ Penyakit: Riwayat penyakit lain selain yang dikeluhkan sekarang disangkal 4. Riwayat keluarga/ masyarakat: Riwayat keluhan serupa dan penyakit lain pada anggota keluarga disangkal 5. Riwayat pekerjaan: Pedagang 6. Lainlain : tidak ada Daftar Pustaka: 1. Syamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. 2. Townsend C, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery. 17 th ed. Philadelphia : Saunders; 2004. 3. Tierney, Lawrence M. Acute Appendicitis. In : Essentials of Diagnosis & Treatment. New York: Lange Medical Books / Mc Graw-Hill; 2002. Hasil pembelajaran: 1. Definisi dan epidemiologi appendisitis 2. Klasifikasi appendisitis 3. Etiologi, faktor risiko, dan patogenesis appendisitis 4. Manifestasi klinis appendisitis 5. Penegakkan diagnosis appendisitis 6. Penatalaksanaan appendisitis 7. Edukasi dan komplikasi appendisitis
Subjektif Pasien, pria, berusia 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri di seluruh lapang perut sejak 10 jam SMRS. Nyeri hebat terutama dirasakan pada perut kanan bawah. Nyeri yang dirasakan awalnya disekitar pusar kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dirasakan seperti tertusuk - tusuk, terus menerus, tidak menjalar dan semakin lama makin memberat. Nyeri dirasakan memberat saat pasien bergerak sehingga pasien sulit untuk beraktivitas. Pasien menahan nyeri sampai keluar keringat dingin. Pasien juga mengeluhkan adanya demam tinggi terus menerus sepanjang hari, mual, muntah sebanyak 3 kali dan tidak ada nafsu makan. Pasien tidak bisa BAB selama 3 hari. BAK tidak ada kelainan. Pasien jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Pasien sebelumnya meminum obat promag dan bodrexin tapi tidak ada perbaikan. Objektif Pemeriksaan fisik Tanda Vital: Keadaan umum : Tampak sakit berat Kesadaran : Compos Mentis Tekanan Darah : 120/70 mmHg Nadi : 100 kali/menit Suhu : 38 o C Pernafasan : 24 kali/menit Status Generalis - Mata: CA (-/-), SI (-/-), RCL dan RCTL (+/+), pupil bulat, isokor - Hidung: Septum ditengah, sekret (-/-) - Telinga: Normotia, sekret (-/-) - Mulut: Lidah kotor (-), mukosa bibir kering - Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP 5-2 cmH2O (tidak meningkat) - Paru : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi sela iga (-) Palpasi : fremitus kiri = kanan Perkusi : sonor kedua lapangan paru Auskultasi : vesikuler, wheezing -/- , rhonki -/- - Jantung : Inspeksi : Iktus tidak terlihat Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V Perkusi : batas jantung dalam batas normal Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada - Abdomen : lihat status lokalis - Ekstremitas : akral hangat, oedem (-), RCT < 2 detik Status lokalis regio abdomen : - Inspeksi : tampak datar - Palpasi : NT (+) seluruh lapang abdomen terutama di titik Mc Burney, Rovsing sign (+), Blumberg sign (+), defans muskular (+) kuadran kanan bawah - Perkusi : tidak dilakukan karena pasien tampak sakit sekali - Auskultasi : BU (+) menurun Pemeriksaan Khusus : Psoas sign (+), obturator sign (-). Rectal toucher : Tonus sphinter ani baik, ampula tidak kolaps, mukosa licin, nyeri tekan(+) jam 9-12, massa(-). Pada handscoon feses(+), darah(-).
Hematokrit :40% LED: 20 mm/jam GDS : 164 mg/dl CT : 5 BT: 12 Assessment Setelah dilakukan anamnesis (subjektif) dan pemeriksaan fisik (objektif) pada pasien, ditegakkan diagnosis appendisitis akut perforata. Penegakkan diagnosis dipikirkan berdasarkan penjelasan berikut ini: Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendik dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor, diantaranya adalah hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu : Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya defans muskuler. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign). Pemeriksaan Fisik Inspeksi - Tidak ditemukan gambaran spesifik. - Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi. - Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses periapendikuler. - Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan - Palpasi - Nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas. - Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. - Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Perkusi - pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus. Auskultasi - biasanya normal -peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata
Rectal Toucher - tonus musculus sfingter ani baik - ampula kolaps - nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12 - terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses) Uji Psoas Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji Obturator Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Alvarado Score Characteristic Score M = Migration of pain to the RLQ 1 A = Anorexia 1 N = Nausea and vomiting 1 T = Tenderness in RLQ 2 R = Rebound pain 1 E = Elevated temperature 1 L = Leukocytosis 2 S = Shift of WBC to the left 1 Total 10
Keterangan: 0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil 5-6 : bukan diagnosis Appendicitis 7-8 : kemungkinan besar Appendicitis 9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat dilakukan penilaian Alvarado score pada pasien ini, sebagai berikut: Migration of pain : 1 Anorexia : 1 Nausea/vomiting : 1 RLQ tenderness : 2 Rebound : 1 Elevated temperatur : 1 Leukocytosis : 2 Left shift : - Total points : 9 Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini kemungkinan besar menderita Appendisitis akut.
Pemeriksaan Penunjang 1.Laboratorium a. Pemeriksaan darah leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis. 2. Radiologis a. Foto polos abdomen Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya peritonitis) tampak : - scoliosis ke kanan - psoas shadow tak tampak - bayangan gas usus kanan bawah tak tampak - garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak - 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
b. USG Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adneksitis dan sebagainya.
Plan Diagnosis : Apendisitis akut perforata Pengobatan : Non-Farmakologi : Diet bubur, makanan tidak berserat Farmakologi : Ceftriaxone inj. 2 x 1 gram Ketorolac inj. 3 x 1 amp Ranitidin inj. 2 x 1 amp Parasetamol 3 x 500 mg p.o. Dilakukan appendiktomi segera karena sudah terjadi perforasi. Pendidikan : a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, tindakan yang akan dikukan, prognosa dan pengobatan setelah operasi b. Memotivasi penderita untuk mau melakukan operasi Konsultasi : dilakukan secara rasional perlunya konsultasi dengan dokter spesialis bedah.