You are on page 1of 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Ekosistem adalah kumpulan dari komunitas beserta faktor biotik (tumbuhan, hewan dan
manusia) dan abiotik (suhu, iklim, senyawa-senyawa organik dan anorganik). Menurut Undang-Undang
Lingkungan Hidup (UULH) tahun 1982 ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan tingkat yang
lebih tinggi dari komunitas atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya di
mana terjadi hubungan antar keduanya.
Ekosistem sungai merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik (fisika-
kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk
suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan
nilai parameter fisika-kimia perairan), maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya
(misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat
mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam
keseimbangannya.
Sungai merupakan perairan yang mengalir (lotik), oleh karena itu sungai memiliki arus yang
berbeda-beda di setiap tempatnya. Dan di setiap aliran memilki organisme yang berbeda pula. Zonasi
pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih
atas berada di bagian hulu dan kemudian mengarah ke hilir.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Peranan komponen-komponen penyusun ekosistem sungai.
2. Pembagian sungai menurut letak dan kondisi lingkungan serta arah alirannya.
3. Bagaimana kadaan sungai Liliba secara visual maupun analisis data.
3. Bagaimana keadaan lingkungan di sepanjang bantaran sungai Liliba dan permasalah-
permasalahan apa saja yang timbul berkaitan dengan keadaan lingkungan sungai tersebut.

1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ekosistem sungai Liliba ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peranan komponen-komponen penyusun ekosistem sungai.
2. Mengetahui pembagian sungai menurut letak dan kondisi lingkungan serta arah alirannya.
3. Mengetahui bagaimana keadaan sungai Liliba secara visual maupun analisis data.
3. Mengetahui keadaan lingkungan disepanjang bantaran sungai Liliba dan permasalahannya
serta mencari solusi atas permasalahan tersebut.

2


1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ekosistem sungai liliba ini yaitu :
Bagi pemerintah
Sebagai bahan masukan dan usulan dalam pemecahan masalah-masalah yang timbul berkaitan
dengan ekosistem sungai sehingga dapat ditindaklanjuti melalui upaya-upaya untuk pelestarian
sumber daya lahan dan sumber daya air
Bagi masyarakat
Sebagai bahan masukan dan informasi agar masyarakat memiliki kesadaran untuk
memanfaatkan dan mengelola lingkungan secara efektif, efisien dan berwawasan lingkungan.
Bagi mahasiswa
Memperoleh pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang lingkungan khususnya ekosistem
sungai serta melatih kerjasama antar tim.


























3


BAB II
METODOLOGI PENELITIAN


2.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Tempat Penelitian :
Penelitian ekosistem sungai ini dilakukan disepanjang daerah aliran sungai Liliba, yaitu dari
hulu sampai ke hilir. Penelitian ini berlangsung di empat lokasi yaitu di Desa Noilsinas-
Kecamatan Nekamese-Kabupaten Kupang, Desa Kolhua-Kelurahan BTN Kolhua-kecamatan
Maulafa, Kelurahan Liliba-Kecamatan Oebobo-Kota Kupang dan di Kelurahan Oesapa-
Kecamatan Kelapa Lima-Kota Kupang.
Waktu Penelitian :
Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 2 minggu, yaitu :
1. Minggu, 20 Maret 2011, pukul 12.00 sd 15.30 WITA.
2. Kamis, 24 Maret 2011, pukul 11.00 sd 16.00 WITA.
3. Jumat, 2 April 2011, pukul 13.00 sd 17.00 WITA.

2.2 METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan, pengolahan dan analisis data secara primer dan
sekunder,melalui melalui buku-buku dan sumber lainnya untuk mendapatkan referensi dan data. Pada
penelitian ini, data dan informasi bersumber dari data dan kajian primer dan sekunder yang selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan beberapa pendekatan,seperti:
1. Pendekatan situasional
Adalah pendekatan ekologi dengan cara memperhatikan perubahan situasi pada saat suatu
permasalahan timbul.
2. Pendekatan sosiosistem dan ekosistem
Pendekatan ini berupaya memisahkan lingkungan hidup kedalam sistem sosial dan sistem alami
serta mempelajarinya berdasarkan aliran materi, energi dan informasi. Dari antara keduanya akan
menghasilkan proses seleksi dan adaptasi.








4


BAB III
PEMBAHASAN

Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu, berasal
dari air tanah, air permukaan, yang diakhiri dengan bermuara ke laut. Sungai sebagai perairan umum
yang berlokasi di darat dan merupakan suatu kesatuan ekosistem yang utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Sungai Liliba terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya di kabupaten Kupang dan mengalir
sampai ke Kota Kupang. Sungai Liliba berasal dari beberapa mata air,salah satunya adalah mata air yang
berada di Desa Noilsinas-Kecamatan Nekamese-Kabupaten Kupang. Sungai Liliba mengalir melalui
bebrapa kecamatan diantaranya kecamatan Nekamese, Kecamatan Maulafa, kecamatan Oebobo dan
bermuara di Kecamatan Kelapa Lima. Sungai Liliba pada beberapa segmennya mengalir melewati
beberapa daerah dan digunakan penduduk sekitar untuk aktifitas kehidupan sehari-hari seperti untuk
prasarana MCK, irigasi dan pembuangan limbah.

Gambar 3.0 : sungai Liliba



5

3.1 KOMPONEN-KOMPONEN PENYUSUN EKOSISTEM SUNGAI
Secara umum ekosistem sungai juga mengikuti kaidah ekosistem lainnya. Komponen ekosistem
sungai terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berpengaruh menjadi satu kesatuan dan
memiliki kemampuan untuk membuat sistem aturannya sendiri.
Komponen Biotik ekosistem sungai terdiri atas:
1. Produsen: organisme penghasil senyawa organik yang terdiri atas tumbuh-tumbuhan hijau.
Organisme ini dapat menyerap energi cahaya matahari dan melalui proses fotosintesis diubah
menjadi energi kimia.

Gambar 3.1.1.1.a : rumput ditepi sungai adalah salah satu tanaman hijau yang bertindak
sebagai produsen dalam ekosistem sungai Liliba.(kelurahan Liliba)

Gambar 3.1.1.1.b : rerumputan merupakan produsen dalam ekosistem sungai
6


Gambar 3.1.1.1.c : tanaman pinus yang juga adalah tanaman hijau yang bertindak sebagai
produsen dalam ekosistem sungai.(Desa Kolhua)

2. Konsumen: kelompok organisme yang tidak dapat mensintesis makanan sendiri. Kebutuhan
makanan secara langsung ataupun tidak langsung bergantung pada tumbuhan hijau.

Gambar 3.1.1.2.a Gambar 3.1.1.2.b Gambar 3.1.1.2.c

Keterangan: gambar3.1.2.a adalah keong ; gambar3.1.2.b adalah capung ; gambar 3.1.2.c adalah ulat.
Ketiganya adalah beberapa dari banyak contoh hewan yang bertindak sebagai
konsumen dalam ekosistem sungai. (kelurahan Liliba)
7


Gambar 3.1.1.2.d : kupu-kupu dan serangga air dalam ekosistem bertindak sebagai konsumen.
(desa noilsinas,kelurahan Liliba)

3. Pengurai atau dekomposer: mikroorganisme yang menguraikan senyawa organik menjadi
senyawa anorganik yang selanjutnya dikembalikan ke ekosistem, dan dapt digunakan kembali
oleh produsen.Contohnya: jamur,bakteri dan mikroba lain.

Gambar 3.1.1.3 : jamur yang tumbuh di salah satu batang pohon yang telah mati di tepi sungai.
Jamur bertindak sebagai decomposer dalam ekosistem sungai.(kelurahan Liliba)



8

Komponen Abiotik ekosistem sungai terdiri atas:
1. Tanah: merupakan tempat tumbuh bagi tumbuhan. Dari tanah pula tumbuhan mendapatkan air
dan mineral untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah juga merupakan tempat hidup
manusia dan hewan.

Gambar 3.2.1 : substrat dasar sungai berupa pasir

2. Udara dan gas-gas membentuk atmosfer: oksigen (O
2
) merupakan gas yang penting untuk
bernafas, sedang karbondioksida (CO
2
) penting untuk proses fotosintesis. Beberapa jenis gas
tertentu yang dapat larut dalam air juga sangat diperlukan oleh makhluk-makhluk yang hidup
dalam air.
3. Air: merupakan tempat tinggal makhluk yang hidup di air. Air adalah zat yang menentukan
kelembapan udara yang sangat beras pengaruhnya bagi makhluk yang hidup di darat.

Gambar 3.1.2.3 : air sebagai sebagai komponen terpenting dalam ekosistem akuatik
9


4. Cahaya matahari: merupakan sumber energi untuk proses fotosintesis. Cahaya juga sangat
besar pengaruhnya bagi organisme.
5. Suhu atau temperatur: merupakan faktor lingkungan yang sangat besar pengaruhnya bagi
makhluk hidup. Tiap makhluk hidup memiliki batas-batas suhu maksimal, optimal, dan minimal
tertentu.

Gambar 3.1.2.4.a gambar 3.1.2.4.b
Keterangan : gambar 3.1.2.4.a adalah suhu yang diukur di hulu sungai (desa noilsinas)
Gambar 3.1.2.4.b adalah suhu yang diukur di naimata (kelurahan Liliba)


Gambar 3.1.2.4.c gambar 3.1.2.4.d gambar 3.1.2.4.e
10


Keterangan : gambar 3.1.2.4.c adalah suhu yang diukur di bawah jembatan Liliba (kelurahan Liliba)
Gambar 3.1.2.4.d adalah suhu yang diukur di bawah jembatan Oesapa (kelurahan Oesapa)
Gambar 3.1.2.4.e adalah suhu yang diukur di muara sungai (kelurahan Oesapa)

Hasil pengukuran suhu yang ditampilkan dalam bentuk tabel :
NO NAMA TEMPAT TEMPERATUR
1 Desa Noilsinas-Kecamatan Nekamese (hulu sungai) 27
0
C
2 Jembatan Naimata-kelurahan Liliba-Kecamatan Oebobo 28
0
C
3 Jembatan Liliba-Kelurahan Liliba-Kecamatan Oebobo 28
0
C
4 Jembatan Oesapa-Kelurahan Oesapa-Kecamatan Kelapa Lima 30
0
C
5 Muara sungai Liliba-Kelurahan Oesapa-Kecamatan Kelapa Lima 32
0
C

Dalam pengukuran suhu sungai Liliba, alat yang digunakan adalah termometer dengan cara
mencelupkan termometer tersebut kedalam air sungai kemudian setelah beberapa menit dilihat dan
dicatat hasilnya.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan suhu dari setiap daerah pada
aliran sungai Liliba. Daerah hulu memiliki suhu yang lebih rendah yaitu 27
0
C dibandingkan daerah hilir
dan muara sungai.

3.2 PEMBAGIAN SUNGAI BERDASARKAN LETAK DAN KONDISI LINGKUNGAN SERTA ALIRAN
AIRNYA

Berdasarkan letak dan kondisi lingkungan, sungai dibagi menjadi tiga bagian:
Hulu sungai
Ciri-ciri : terletak di daerah dataran tinggi, mengalir melalui bagian yang curam, dangkal,
berbatu, arus deras,volume air kecil, kandungan oksigen terlarut tinggi,suhu yang
rendah, dan warna air yang jernih.
11


Gambar 3.2.2.1 : hulu sungai (desa kolhua)

Gambar mata air

Mata air tersebut berada di Desa Noilsinas Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang. Air dari
mata air ini keluar dari dasar sungai dan ada juga yang mengalir melalui pori-pori tanah di sekitar akar-
akar pohon seperti terlihat pada gambar diatas.


12

Hilir sungai
Ciri-ciri : terletak di daerah dataran rendah, dengan arus yang tidak begitu kuat dan volume air
yang besar,kecepatan fotosintesis yang tinggi dan banyak bertumpuk pupuk organik.

Gambar 3.2.2.2 : hilir sungai (kelurahan oesapa)


Muara sungai
Cirri-ciri : letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai lain, arus air sangat
lambat, dengan volume yang lebih besar, banyak mengandung bahan terlarut, dan
warna air sangat keruh.
13


Gambar 3.2.2.3 : muara sungai Liliba.(kelurahan Oesapa)


Berdasarkan aliran air, sungai dibagi menjadi dua bagian:
Zona air deras
Daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai
bersih dari endapan dan materi lain yang terlepas hingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh
bentos yang beradaptasi khusus atau organisme ferifitik yang dapat melekat atau berpegang
dengan kuat pada dasar yang padat, dan juga oleh ikan yang kuat berenang. Zona ini banyak
ditemui di daerah hulu sungai.

Gambar 3.2.3.1 : zona air deras (naimata)
14

Zona air tenang
Bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, lumpur dan materi lepas
cenderung mengendap didasar sehingga dasarnya lunak. Zona ini banyak dijumpai pada daerah
yang landai.

Gambar 3.2.3.2 : zona air tenang (kelurahan Liliba)

3.3 KEADAAN SUNGAI LILIBA SECARA VISUAL MAUPUN ANALISIS DATA

1. Keadaan Air
Air merupakan tempat tinggal makhluk yang hidup di air, oleh karena itu keadaan air memiliki
pengaruh yang sangat penting dalam suatu ekosistem aquatik. Berikut akan disajikan data mengenai
kedaan air disepanjang daerah aliran sungai Liliba:
a. Kualitas air
Kualitas air secara umum adalah keadaan atau kondisi serta mutu dari air tersebut, apakah
kualitasnya baik atau buruk. Tingkat kualitas dari air secara sederhana dapat dilihat secara visual
yaitu dengan melihat air dari luarnya serta substrat dasarnya.
15


Gambar 3.3.1.a : air yang berkualitas adalah air yang jernih, memiliki banyak kandungan
oksigen,dengan substrat dasar berupa batuan.

b. Kecerahan dan kekeruhan air
Kecerahan adalah besarnya intensitas cahaya di dalam air. Semakin tinggi tingkat kecerahan suatu
perairan, maka semakin tinggi pula cahaya matahari yang masuk ke dalam air, sehingga lapisan air
yang produktif akan menjadi lebih stabil. Sementara sebaliknya kekeruhan akan mempengaruhi
jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam suatu perairan. Air yang keruh antara lain
disebabkan oleh partikel tanah, sehingga akan mengakibatkan daya ikat air terhadap oksigen akan
berkurang dan mungkin mengurangi batas pandang ikan. Sehingga selera makan ikan dan efesien
penggunaan makanan berkurang. Kekeruhan dipengaruhi oleh bahan-bahan tersuspensi seperti
lumpur, pasir,serta bahan anorganik lainnya.

Air yang cerah(hulu sungai) Air yang keruh(hilir sungai)

16

Dari gambar diatas dapat dilihat adanya perbedaan kecerahan dan kekeruhan air pada sungai
Liliba. Kecerahan air ini nampak sangat menonjol antara daerah hulu dan hilir sungai. Hal ini
disebabkan karena pada daerah hulu memiliki substrat dasar berupa batu-batuan, kerikil dan
memiliki kecepatan arus yang lumayan deras sehingga airnya jernih dan memiliki kecerahan yang
tinggi. Sedangkan pada daerah hilir, substrat dasarnya berupa lumpur pasir dan juga karena
pengaruh endapan-endapan serta bahan-bahan pencemar lainnya yang terlarut dalam air yang
menyebabkan pada daerah ini memiliki kecerahan air yang sangat rendah atau keruh. Berarti
dapat disimpulkan bahwa daerah hulu memiliki tingkat kecerahan yang stabil, dan sebaliknya di
daerah hilir tingkat kecerahannya terlalu keruh.
Perbedaan kekeruhan air disetiap daerah aliran sungai Liliba :

Gambar 3.3.1.b.1 gambar 3.3.1.b.2 gambar 3.3.1.b.3


Gambar 3.3.1.b.4 gambar 3.3.1.b.5 gambar 3.3.1.b.6

Keterangan gambar:
Gambar 3.3.1.b.1 : keadaan air pada daerah hulu sungai (desa noilsinas-Nekamese)
Gambar 3.3.1.b.2 : keadaan air di desa Kolhua-Kelurahan BTN Kolhua-Kecamatan Maulafa
Gambar 3.3.1.b.3 : keadaan air di daerah Naimata-Kelurahan Liliba-Kecamatan Oebobo
Gambar 3.3.1.b.4 : keadaan air di daerah Jembatan Liliba-Kelurahan Liliba-kecamatan Oebobo
Gambar 3.3.1.b.5 : keadaan air di daerah jembatan Oesapa-Kelurahan oesapa-Kecamatan Kelapa Lima
Gambar 3.3.1.b.6 : keadaan air di muara sungai Liliba, Kelurahan Oesapa-Kecamatan Kelapa Lima
17



2. Vegetasi Riparian
Tanaman tepi atau reparians vegetation di tebing aliran sungai adalah sebagai penghubung
ekosistem air dan ekosistem darat. Vegetasi sebenarnya adalah makhluk yang paling menentukan dalam
ekosistem karena mempunyai peranan sebagai berikut :
1. Sebagai perubah terbesar dari lingkungan karena mempunyai fungsi sebagai perlindungan
sehingga dapat mengurangi radiasi matahari, mengurangi temperatur yang ekstrim. Melalui
proses transpirasi dapat mengalirkan air dari tanah ke udara.
2. Sebagai pengikat energi untuk seluruh ekosistem. Hanya vegetasi yang dapat memanfaatkan
energi surya secara langsung dan mengubahnya menjadi berguna bagi organisme lain, melalui
proses fotosintesis. Semua organisme pada ekosistem sangat bergantung pada energi yang
dihasilkannya.
3. Sebagai sumber hara mineral. Kehidupan memerlukan karbon. Hidrogen, oksigen, kalsium dan
banyak lagi unsur lainnya. Semua unsur ini terdapat dalam tanah dan atmosfer. Hewan dan
manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengikat maupun menguraikan ion-ion mineral dari
dalam tanah. Unsur-unsur itu tersedia bagi organisme hidup lainnya setelah melalui proses-
proses sintesis yang terjadi dalam tubuh tanaman. Peredaran siklus karbon dan oksigen di alam,
sangat dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan respirasi tanaman.
Gambar 3.3.2.a :
vegetasi pinus di daerah hulu (kecamatan Nekamese)


18



Gambar 3.3.2.b : vegetasi jati dan rerumputan di Naimata (kelurahan liliba)


Gambar 3.3.2.c : vegetasi yang berada di daerah Jembatan Liliba (Kelurahan Liliba) yang diambil secara
horizontal dan secara vertical.

19


Gambar 3.3.2.d : vegetasi yang berada di daerah sekitar jembatan Oesapa (kelurahan Oesapa)



Gambar 3.3.2.e : vegetasi mangrove yangada di muara sungai (kelurahan Oesapa)

3.4 PERMUKIMAN PENDUDUK DAN PERMASALAHANNYA
Bantaran sungai Liliba merupakan kawasan cadangan aliran sungai. Namun pada saat ini telah
beralih fungsi menjadi permukiman penduduk. Kawasan yang dulu hijau,dan ditutupi oleh pepohonan
serta semak-semak kini sebagian besarnya sudah dibabat habis oleh warga dan dijadikan sebagai kebun.
Banyak pohon yang ditebang, sebagian dijadikan kayu api, sebagiannya lagi kemungkinan besar dijual
untuk memperoleh uang. Jika mau jujur, penebangan di kawasan DAS Liliba sudah berlangsung selama
bertahun-tahun. Hanya mungkin karena jumlahnya yang sedikit, sehingga tidak cepat terlihat oleh
publik.
20


Permukiman di bataran sungai sangat tidak baik bagi ekosistem sungai itu sendiri. Banyak sekali
permasalahan yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas manusia yang berlebihan dan tidak bertanggung
jawab disekitar kawasan sungai. Permasalah tersebut antara lain:
1. Terjadi Pencemaran Air Sungai
Pencemaran air sungai adalah suatu perubahan keadaan air sungai akibat aktivitas manusia. Sungai
adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi.
Pencemaran air sungai Liliba sesuai dengan pengamatan kami secara langsung di lokasi penelitian
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a) Limbah pemukiman berupa sampah organik dan anorganik
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh
bakteri seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik
seperti botol plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah
anorganik ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable).
21


Gambar 3.4.1.a.1 : sampah yang ada di tepi sungai. Sampah-sampah di atas sepertibotol
minuman.pembungkus mie, plastic dan kain merupakan sampah anorganik yang
tidak dapat diuraikan oleh bakteri.(naimata)


Gambar 3.4.1.a.2 : sampah-sampah yang berada di muara sungai (kelurahan Oesapa)

b) Limbah pemukiman berupa detergen.
Penduduk disekitar bantaran sungai Liliba seringkali memanfaatkan air sungai untuk
mencuci. Sisa detergen yang dipakai untuk mencuci pakaian tersebut kemudian di buang ke
sungai. Limbah detergen ini merupakan limbah pemukiman yang paling potensial
mencemari air.
22


Gambar 3.4.1.b.1 : penduduk sekitar memanfaatkan aliran sungai Liliba untuk mencuci. (naimata,desa
Noilsinas)

Gambar 3.4.1.b.2 : pakaian dan pembungkus deterjen yang terbawa oleh arus dan tersangkut di batuan
(naimata)
23


Gambar 3.4.1.b.3 : busa yang berasal dari detergen yang digunakan warga untuk mencuci. Limbah
detergen ini sangat berpotensial untuk mencemari air dan berbahaya untuk biota air
lainnya. (naimata)
Dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pemukiman baik itu berupa sampah ataupun
detergen mendatangkan akibat atau dampak diantaranya:
Berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air karena sebagian besar oksigen digunakan
oleh bakteri untuk melakukan proses pembusukan sampah.
Sampah anorganik yang dibuang ke sungai, dapat berakibat menghalangi cahaya matahari
sehingga menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan
oksigen.
Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk jangka waktu yang
lama di dalam air sehingga akan mencemari air dan meracuni berbagai organisme air.
Sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan
penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah seperti penyakit diare, kolera, tifus, penyakit
kulit dan lain-lain.

Solusi yang dapat dipakai untuk mengetasi masalah pencemaran air sungai oleh sampah,yaitu:
pengolahan yang benar. Teknologi yang paling tepat untuk pemecahan masalah adalah teknologi
pemusnahan sampah yang hemat dalam penggunaan lahan dengan cara pembakaran yang
terkontrol.
memakai prinsip reduksi bersih yang diterapkan dalam keseharian misalnya dengan
menerapkan prinsip 4 R yaitu (Reduce, Reuce, Recycle dan Replace) keseharian, dan dapat
dilakukan oleh siapa saja untuk mengurangi volume sampah.
Jangan membuang sampah kedalam sungai.
Mendaur ulang sampah

2. Berpotensi Menimbulkan Erosi Sungai
Pembangunan permukiman di lereng sungai Liliba merupakan salah satu bentuk perubahan fungsi
lahan yang sangat berbahaya dan berpotensi untuk menimbulkan erosi. Erosi sungai adalah erosi yang
terjadi akibat terkikisnya permukaan tanggul sungai dan gerusan sedimen disepanjang dasar sungai,
24

yang dapat diakibatkan karena bertambahnya aliran dan kecepatan air sungai. Pertambahan aliran dan
kecepatan air tersebut dipengaruhi oleh adanya curah hujan yang cukup tinggi sehingga tekanan air
semakin meningkat.
Lahan yang sebelumnya ditumbuhi oleh pepohonan dan berbagai vegetasi lainnya kini telah
berubah menjadi gubuk-gubuk dan kebun-kebun pisang oleh penduduk setempat. Pembangunan gubuk-
gubuk dan perubahan vegetasi riparian menjadi kebun-kebun pisang tersebut secara tidak langsung
akan berpengaruh terhadap kerapatan tanah. Dan apabila hujan turun maka kecepatan dan tekanan air
akan meningkat dan secara perlahan-lahan akan mengikis tepi sungai dan dapat menimbulkan erosi.
Erosi ini dapat berdampak sangat fatal karena dapat mengancam keselamatan penduduk yang
bermukim di lereng atau tebing sungai.

Gambar 3.4.2.a : rumah yang dibangun di lereng sungai Liliba

25


Gambar 3.4.2.b : gubuk yang dibangun di lereng sungai Liliba

Gambar 3.4.2.c : tampak gubuk dari dekat

Menurut hasil penelitian terhadap pengaruh tumbuh-tumbuhan pada integritas tanggul sungai
dari tanah berpasir menunjukan bahwa, tumbuh-tumbuhan kayu memiliki pengaruh yang sangat baik
terhadap struktur tanggul sungai, karena tidak menimbulkan rongga-rongga atau pipa-pipa dalam tanah
26

yang disebabkan oleh akar. Sebaliknya adanya akar memperkuat dan menambah kuat geser tanah
dilapisan permukaan. Oleh karena itu perubahan vegetasi riparian menjadi kebun-kebun pisang
merupakan hal yang tidak tepat. Hal ini dikarenakan tanaman pisang memiliki akar yang tidak sekuat
tanaman kayu yang memiliki daya cengkram yang kuat dan dapat mengurangi kecepatan aliran
permukaan.

Gambar 3.4.2.d : kebun pisang milik warga ditepi sungai Liliba(kelurahan Liliba)

Gambar 3.4.2.e : kebun pisang milik warga ditepi sungai (Kelurahan Liliba)

Lahan yang saat ini menjadi kebun pisang seperti pada gambar di atas sebelumnya adalah lahan
yang ditumbuhi oleh beberapa jenis pohon kayu dan semak-semak. Namun saati ini lahan tersebut telah
beralih fungsi menjadi kebun-kebun pisang milik warga. Perubahan fungsi lahan ini sangat tidak tepat
27

karena dapat menimbulkan bahaya yang sewaktu-waktu dapat membahayakan keselamatan warga.
Akar yang dimiliki oleh pohon pisang tidak sekuat akar pohon kayu, karena akar pohon kayu memiliki
daya cengkram dan daya ikat yang lebih kuat daripada akar pohon pisang sehingga dapat menahan
partikel tanah. Ketika intensitas curah hujan meningkat, tekanan dan kecepatan air juga meningkat
maka secara perlahan-lahan air akan mengikis dan menggerus tepian sungai dari bawah akibatnya akan
terjadi erosi. Disinilah kita dapat melihat kegunaan dari vegetasi pohon kayu ditepian sungai.

Beberapa gambar erosi yang terjadi di daerah aliran sungai Liliba :

Gambar 3.4.2.f gambar 3.4.2.g
Keterangan :
gambar 3.4.2.f : erosi yang terjadi di desa Kolhua-Kelurahan BTN Kolhua-Kecamatan Maulafa
gambar 3.4.2.g : erosi yang terjadi di daerah sekitar Jembatan Naimata-Kelurahan Liliba-Kecamatan
Oebobo

3. solusi yang tepat untuk mengatasi Erosi di Daerah Aliran Sungai Liliba
Erosi yang kerap terjadi di daerah aliran sungai Liliba selain disebabkan oleh perubahan fungsi lahan
juga diakibatkan oleh air hujan. Gaya erosi bertambah akibat aliran air bertambah jika kecepatan air
bertambah.Karena banyak pohon yang sudah ditebang serta perubahan fungsi lahan menjadi kebun
pisang menyebabkan daerah lereng sungai sangat rawan untuk mengalami erosi.
Solusi yang dapat dipakai dalam mengatasi masalah diatas adalah dengan menanam pohon-pohon
di lereng sungai (bukan pohon pisang). Tanaman pada lereng dapat membantu mengurangi erosi dalam
bentuk:
1. Diatas permukaan tanah, menutup permukaan dan mereduksi kecepatan aliran pada
perbatasan antara tanah dan air.
28

2. Dibawah tanah, akar tanaman menahan partikel tanah agar tetap ditempatnya.

Meskipun merupakan fenomena biasa, sebenarnya kedua kejadian (pencemaran air dan erosi) itu
adalah akibat kegiatan manusia yang meningkat dalam mengeksploitasi sumber daya alam.Eksploitasi
tanpa memperhatikan kelestarian akan mengganggu keseimbangan alam,menyebabkan bencana bagi
manusia.Kerusakan tersebut semestinya dapat dicegah. Bagi yang belum terlanjur rusak harus kita cegah
terjadinya kerusakan. Bagi yang sudah terlanjur rusak harus kita perbaiki atau kita rehabilitasi agar pulih
atau mendekati seperti sebelum rusak.























29

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian diatas yaitu:
Sungai Liliba terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya di kabupaten Kupang dan mengalir
sampai ke Kota Kupang. Sungai Liliba berasal dari beberapa mata air,salah satunya adalah mata air
yang berada di Desa Noilsinas-Kecamatan Nekamese-Kabupaten Kupang. Sungai Liliba mengalir
melalui bebrapa kecamatan diantaranya kecamatan Nekamese, Kecamatan Maulafa, kecamatan
Oebobo dan bermuara di Kecamatan Kelapa Lima. Sungai Liliba digunakan penduduk sekitar untuk
aktifitas kehidupan sehari-hari seperti untuk prasarana MCK, irigasi dan pembuangan limbah.
Ekosistem sungai terdiri atas komponen biotik(produsen,konsumen dan pengurai atau dekomposer)
dan komponen abiotik(tanah,udara, air,cahaya matahari,dan suhu)
Sungai Liliba terdiri atas 3 bagian yaitu hulu sungai,hilir sungai dan muara sungai yang juga terdapat
zona air deras dan zona air tenang.
Keadaan sungai Liliba dapat kita lihat secara visual dan analisis data yaitu dengan melihat pada
keadaan air dan vegetasi ripariannya.
Permukiman dan aktifitas penduduk disepanjang daerah aliran sungai Liliba dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti terjadinya pencemaran air dan juga berpotensi terjadinya erosi.

4.2 SARAN

Bagi pemerintah
a. Melakukan sosialisasi dan pendekatan persuasif yang intensif untuk memberi penjelasan dan
pengertian kepada masyarakat agar menghentikan seluruh aktifitas dan tidak membangun lagi
di daerah aliran sungai Liliba
b. Melakukan upaya penertiban melalui mekanisme yang baik yaitu secara lisan maupun tertulism
berupa teguran dan peringatan serta penertiban.
c. Melakukan upaya-upaya untuk pelestarian sumber daya lahan dan sumber daya air.
Bagi masyarakat
a. Menciptakan keseimbangan ekosistem dengan cara mengelola segala potensi daerah aliran
sungai secara baik, benar dan efisien.
b. Menerapkan pola pengolahan sampah yang tepat dan ramah lingkungan.
Bagi mahasiswa
a. Berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang berwawasan lingkungan
b. Melakukan pendekatan pemberdayaan masyarakat akan kesadaran terhadap lingkungan
khususnya ekosistem sungai Liliba.


30

You might also like