You are on page 1of 80

PANCASILA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Semester Ganjil
Dosen : Jajang Abdul Rochman N., S.Pd., M.Pd.







Oleh :

LITA NURLITASARI
NIM. 2107130111

Kelas IE




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2013
i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, taufik, serta hidayah-Nya yang
tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Dalam penyusunannya, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan banyak dukungan.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini
bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang
lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Ciamis, Desember 2013

Penulis








ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ............................................. 1
1.1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.1.2 Batasan Masalah .............................................................. 2
1.1.3 Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.1.4 Tujuan .................................................................................. 2
1.1.5 Manfaat .............................................................................. 3
1.2 Pancasila sebagai Sistem Etika ................................................. 3
1.2.1 Latar Belakang .................................................................. 3
1.2.2 Rumusan Masalah ........................................................... 5
1.2.3 Tujuan Penulisan ............................................................. 5
1.2.4 Ruang Lingkup Penulisan ............................................ 6
1.3 Pancasila sebagai Sistem Pilsafat ............................................ 6
1.3.1 Latar Belakang .................................................................. 6
1.3.2 Perumusan Masalah ....................................................... 8
1.3.3 Tujuan .................................................................................. 8
1.3.4 Manfaat ............................................................................... 9
1.3.5 Ruang Lingkup ................................................................. 9
iii
BAB II PEMBAHASAN PANCASILA DALAM PENGEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN .................................................................. 10
2.1 Pengertian ........................................................................................ 10
2.2 Landasan Pendidikan Pancasila ............................................... 13
2.2.1 Landasan Historis ........................................................... 13
2.2.2 Landasan Kultural .......................................................... 14
2.2.3 Landasan Yuridis ............................................................ 14
2.2.4 Landasan Filosofis .......................................................... 15
2.3 Pancasila Sebagai Jiwa, Kepribadian, Pandangan Hidup
dan Dasar Negara .......................................................................... 15
2.4 Pedoman dan Penghayatan Pancasila ................................... 19
BAB III PEMBAHASAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA ........ 28
3.1 Pengertian Etika ............................................................................. 28
3.2 Pengertian Nilai, Norma dan Moral ........................................ 29
3.2.1 Pengertian Nilai ............................................................... 29
3.2.2 Pengertian Norma .......................................................... 30
3.2.3 Pengertian Moral ............................................................ 30
3.3 Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis .............. 31
3.3.1 Nilai Dasar ......................................................................... 31
3.3.2 Nilai Instrumental .......................................................... 32
3.3.3 Nilai Praktis ....................................................................... 32
3.4 Hubungan Nilai, Norma, dan moral ........................................ 32
3.5 Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi
Indonesia .......................................................................................... 34
3.6 Makna Nilai-Nilai setiap Sila Pancasila ................................. 35
iv
3.7 Etika Politik ...................................................................................... 37
3.8 Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer ................. 38
BAB IV PEMBAHASAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM PILSAFAT . 47
4.1 Pengertian Pancasila Sebagai system filsafat ..................... 47
4.2 Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli .................................. 57
4.3 Manfaat Mempelajari Filsafat ................................................... 59
4.4 Pengertian Filsafat Pancasila .................................................... 60
4.5 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ............................................ 60
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 73
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
1.1.1 Latar Belakang
Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita
bangsa Indonesia tidak dapat dilepaspisahkan dari sejarah masa
lampau. Demikianlah halnya dengan terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila
sebagai dasar negaranya. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan
masa mendatang merupakan suatu rangkaian waktu yang
berlanjut dan berkesinambungan. Dalam perjalanan sejarah
eksistensi Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara Republik
Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi
kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik
legitimasi ideologi negara Pancasila. Bahkan pernah
diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai
Dasar dan Filsafat Negara Republik Indonesia. Bagi bangsa
Indonesia tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kebenaran
dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup.
Dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
dapat menelusuri sejarah kita di masa lalu dan coba untuk
melihat tugas-tugas yang kita emban ke masa depan, yang
keduanya menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan
mengamalkan Pancasila. Sejarah di belakang telah dilalui dengan
berbagai cobaan terhadap Pancasila, namun sejarah
menunjukkan dengan jelas bahwa Pancasila yang berakar dia
bumi Indonesia senantiasa mampu mengatasi percobaan nasional
2
di masa lampau. Dari sejarah itu, kita mendapat pelajaran sangat
berharga bahwa selama ini Pancasila belum kita hayati dan juga
belum kita amalkan secara semestinya.
Penghayatan adalah suatu proses batin yang sebelum
dihayati memerlukan pengenalan dan pengertian tentang apa
yang akan dihayati itu. Selanjutnya setelah meresap di dalam hati,
maka pengamalannya akna terasa sebagai sesuatu yang keluar
dari esadaran sendiri, akan terasa sebagai sesuatu yang menjadi
bagian dan sekaligus tujuan hidup. Sementara itu, Pengamatan
terhadap tugas-tugas sejarah yang kita emban ke masa depan
yang penuh dengan segala kemungkinan itu, juga menyadarkan
kita akan perlunya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

1.1.2 Batasan Masalah
Melihat dari latar belakang masalah serta memahami
pembahasannya maka penulis dapat memberikan batasan-
batasan pada :
1. Pengertian Pancasila dan beberapa maknanya.
2. Fungsi Pancasila dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

1.1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pancasila dalam pengembangan ilmu ?
2. Sebutkan landasan pendidikan pancasila ?
3. Mengapa pancasila sebagai jiwa kepribadian , pandangan
hidup dan dasar Negara?
4. Bagaimana pedoman dan penghayatan pancasila ?

1.1.4 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pancasila
2. Untuk mengetahui pengertian pancasila dalam
pengembangan ilmu
3
3. Dapat mengetahui landasan pendidikan pancasila
4. Dapat mengetahui pancasila sebagai dasar Negara dan
pedoman pancasila

1.1.5 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini diharapkan agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami pengertian dari
Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.

1.2 Pancasila sebagai Sistem Etika
1.2.1 Latar Belakang
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling
terkait. Dalam hubungannya dengan pancasila maka ketiganya
akan memberi pemahamann yang saling melengkapi sebagai
sitem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikinya
merupakan suatu sistem nilai yang menjadi sumber dari
penjabarannorma baik norma hukum, norma moral maupun
norma yang lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, dan
konfrehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran falsafat adalah
suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijadikan dalam kehidupan yang
bersifat praktis atau kehidupan yang bersifat nyata dalam
masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-
norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu
meliputi:
4
1. Norama moral: yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
yang dapat diukur dari sudut baik dan buruk, sopan dan tidak
sopan, susila dan tidak susila.
2. Norma hukum: sitem peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam suatu tempat dan waktu tertentu dalam
pengertian ini peraturan hukum.
Dalam pengertian itulah Pacasila berkembang dengan
sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian, Pancasila
pada hakikinya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung
bersifat normatif ataupun praktis melainkan merupakan suatu
sistem nilai etika yang merupakan sumber norma.
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang
saling terkait. Dalam hubungannya dengan pancasila maka
ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya
merupakan suatu sistem nilai yang menjadi sumber dari
penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga
pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran
filsafat adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan
landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang
bersifat praksis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa
dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang
kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :
5
1. Norma moral : Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
yang dapat diukur dari sudut baik dan buruk, sopan atau tidak
sopan, susila atau tidak susila
2. Norma hukum : Sistem peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam suatu tempat dan waktu tertentu dalam
pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah
Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan
merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif
ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai
etika yang merupakan sumber norma.

1.2.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Etika ?
2. Apa pengertian dari nilai, norma dan moral ?
3. Bagaiman hubungan nilai,norma dan moral ?
4. Mengapa pancasila sebagai dasar fundamental ?
5. Apa makna nilai pancasila ?

1.2.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi
Pancasila Sebagai Sistem Etika.
b. Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki
etika yang sesuai dengan Sila dalam Pancasila.
2. Tujuan Umum
a. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang Pancasila
Sebagai Sistem Etika.
6
b. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang
Pancasila Sebagai Sistem Etika.

1.2.4 Ruang Lingkup Penulisan
Dengan mengacu pada judul, maka penulis membatasi
materi ini hanya membahas tentang Pancasila sebagai Sistem
Etika.

1.3 Pancasila sebagai Sistem Pilsafat
1.3.1 Latar Belakang
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji
ketahanannya dalam era reformasi sekarang. Merekahnya
matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu disambut dengan
lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah
bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang
merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar
dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap
bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai
alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta
falsafah negara Republik Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat
Indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais.
Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945
bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila
yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah
7
satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan. dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh
perumus Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr
Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa
Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara
intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel,
yang dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh
bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut
mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan
diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari
nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang
bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya
Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak
oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia
berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur.
Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan
kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa
Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa
Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan
serta agamanya.
8
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar
falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh
warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga
dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para
pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang
untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan
muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

1.3.2 Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar
dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan,
maka penulis mengemukakan bebe-rapa rumusan masalah.
Rumusan masalah itu adalah:
1. Apa pengertian pancasila sebagai system filsafat ?
2. Bagaiman pengertian filsafat menurut para ahli ?
3. Apa manfaat mempelajari filsafat ?
4. Apa pengertian filsafat pancasila ?
5. Mengapa pancasila sebagai system filsafat?

1.3.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek
filsafat.
3. Untuk mengetahui landasan filosofis Pancasila.
4. Untuk mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa
dan negara Indonesia.
9
5. Untuk mengetahui bukti bahwa falsafah Pancasila dijadikan
sebagai dasar falsafah negara Indonesia.

1.3.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila
dari aspek filsafat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui landasan filosofis Pancasila.
3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila
bagi bangsa dan negara Indonesia.
4. Mahasiswa dapat mengetahui bukti bahwa falsafah Pancasila
dijadikan sebagai dasar falsafah negara Indonesia.

1.3.5 Ruang Lingkup
Makalah ini membahas mengenai landasan filosofis
Pancasila dan fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan
negara Indonesia. Serta membahas mengenai bukti bahwa
falsafah Pancasila dijadikan sebagai dasar falsafah negara
Indonesia. Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi
tersebut, makalah ini difokuskan pada falsafah Pancasila sebagai
dasar falsafah negara Indonesia.









10
BAB II
PEMBAHASAN
PANCASILA DALAM PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

2.1 Pengertian
Secara etimologi istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta.
Dalam bahasa Sansekerta Pancasila memiliki arti yaitu : Panca artinya
lima, Syila artinya batu sendi, alas/dasar Syiila artinya peraturan tingkah
laku yang baik. Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia
yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 and
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun. II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 bersama-
sama dengan Batang Tubuh UUD 1945.
Pandangan hidup suatu bangsa adalah masalah pilihan, masalah
putusan suatu bangsa mengenai kehidupan bersama yang dianggap baik.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan tuntunan dan pegangan
adlam mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan Tuhan, mayarakat dan alam semesta.
Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam
mengatur tata kehidupan bernegara seperti yang diatur oleh UUD 1945.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
sumber hukum bagi pembentukan, kelahiran, dan keberadaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat. Pembentukan, kelahiran, dan keberadaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia bukan merupakan tujuan akhir perjuangan bangsa
Indonesia, tetapi merupakan sarana untuk mencapai cita-cita nasional
dan tujuan nasional yang didambakannya.
11
Perubahan UUD 1945 hanya terjadi dilakukan terhadap batang
tubuh dan penjelasan, tidak menjamin karena mempunyai kedudukan
yang tetap dan melekat pada diri mereka sendiri, seiring dengan
perkembangan dan perubahan modernisasi membawa dampak yang
sangat berpengaruh di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menyadari bahwa ketidakrukunan yang terjadi di Indonesia ini
mengganggu kesatuan nasional, sebagaimana dalam masa Kolonial
Belanda dan pemberontakan Komunis yang gagal pada tahun 1965.
Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya disintegrasi nasional yang
disebabkan ketidakrukunan masyarakat yang sangat majemuk maka
semua ini hanya dapat diselesaikan dengan UUD 1945 dan Pancasila
sebagai salah satu hukum yuridis. Tidak ada satupun kehidupan yang
menjadi faktor integratif dan disintegratif yang dapat membawa bangsa
pada kekuatan atau sebaliknya kehancuran.
Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan
UUD 1945 dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia, khususnya
sejarah kehidupan politik dan ketatanegaraan Indonesia, telah
mengalami persepsi dan interpretasi sesuai dengan kehendak dan
kepentingan yang berkuasa selama masa kekuasaannya berlangsung.
Bahkan pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya
sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia sehingga bangsa
Indonesia nyaris berada di tepi jurang perpecahan kendati sebelumnya
pernah disepakati bersama dalam konsensus nasional tanggal 22 Juni
1945 dan tanggal 18 Agustus 1945.
Adapula masa dimana usaha-usaha untuk mengubah Pancasila itu
dengan pemberontakan-pemberontakan senjata, yang penyelesaiannya
memakan waktu bertahun-tahun dan meminta banyak pengorbanan
rakyat. Di samping berbagai faktor lain, pemberontakan yang berlarut-
12
larut itu jelas menghilangkan kesempatan bangsa Indonesia untuk
membangun, menuju terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan.
Jalan lurus pelaksanaan pancasila, juga mendapat rintangan
rintangan dengan adanya pemutarbalikan Pancasila dijadikannya
Pancasila sebagai tameng untuk menyusupkan faham dan ideologi lain
yang justru bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Masa ini ditandai
antara lain dengan memberi arti kepada Pancasila sebagai nasakom,
ditampilkannya pengertian Sosialisme Indonesia sebagai Marxisme
yang diterapkan di Indonesia dan banyak penyimpangan-penyimpangan
lainnya lagi yang bersifat mendasar. Masa pemutarbalikan Pancasila ini
bertambah kesimpangsiurannya karena masing-masing kekuatan politik,
golongan atau kelompok di dalam masyarakat pada waktu itu memberi
arti sempit kepada Pancasila untuk keuntungan dan kepentingannya
sendiri.
Bagi bangsa Indonesia, mempersoalkan kembali Pancasila sebagai
dasar negara sama halnya berarti memutar mundur jarum jamnya
sejarah, yang berarti membawa bangsa kita kembali kepada awal
meletakkan dasar-dasar Indonesia merdeka. Mempersoalkan kembali
Pancasila sebagai Dasar Negara berarti mementahkan kembali
kesepakatan nasional dan menciderakan perjanjian luhur bangsa
Indonesia yang telah secara khidmat kita junjung tinggi sejak tanggal 18
Agustus 1945, ialah sejak lahirnya Pembukaan dan Batang Tubuh UUD
1945, yang mendukung Pancasila itu.

2.2 Landasan Pendidikan Pancasila
2.2.1 Landasan Historis
Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang
berbeda satu dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang
tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan bangsa yang
13
bersangkutan. Demikianlah halnya dengan Pancasila yang
merupakan ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia digali
dari tradisi dan budaya yang tumbuh, hidup dan berkembang
dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri seja kelahirannya dan
berkembang menjadi bangsa yang besar seperti yang dialami oleh
dua kerajaan besar tempo dulu yaitu Kedatuan Sriwijaya dan
Keprabuan Majapahit.
Setelah berproses dalam rentang perjalanan sejarah yang
panjang sampai kepada tahap pematangannya oleh para pendiri
negara pada saat akan mendirikan negara Indonesia merdeka
telah berhasil merancang dasar negara yang justru bersumber
pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang kemudian
diformulasikan dan disistematisasikan dalam rancangan dasar
negara yang diberi nama Pancasila. Nama tersebut untuk pertama
kalinya diberikan oleh salah seorang penggagasnya yaitu Ir.
Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945 dalam persidangan
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atas saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli
bahasa.
Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara
historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dilepaspisahkan
dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta telah melahirkan
keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap
kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dan dasar negara Republik Indonesia, sejak resmi
disahkan menjadi dasar negara Republik Indonesia pada tanggal
18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
sampai dengan saat ini dan Insya Allah untuk selama-lamanya.
14
2.2.2 Landasan Kultural
Pandangan hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang
tidak dapat dilepaspisahkan dari kehidupan bangsa yang
bersangkutan. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup
adalah bangsa yang tidak memiliki jati diri (identitas) dan
kepribadian, sehingga akan dengan mudah terombang-ambing
dalam menjalani kehidupannya, terutama pada saat-saat
menghadapi berbagai tantangan dan pengaruh baik yang datang
dari luar maupun yang muncul dari dalam, lebih-lebih di era
globalisasi dewasa ini.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
adalah jati diri dan kepribadian bangsa yang merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
budaya masyarakat Indonesia sendiri dengan memiliki sifat
keterbukaan sehingga dapat mengadaptasikan dirinya dengan
dan terhadap perkembangan zaman di samping memiliki
dinamika internal secara selektif dalam proses adaptasi yang
dilakukannya. Dengan demikian generasi penerus bangsa dapat
memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai dengan tingkat
perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya terutama
dalam meraih keunggulan IPTEK tanpa kehilangan jati dirinya.

2.2.3 Landasan Yuridis
Alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan
yuridis konstitusional antara lain di dalamnya terdapat rumusan
dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah,
benar dan otentik sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
15
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin olrh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Batang tubuh UUD 1945 pun merupakan landasan yuridis
konstitusional karena dasar negara yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut dan rinci dalam
pasal-pasal dan ayat-ayat yang terdapat di dalam Batang Tubuh
UUD 1945 tersebut.

2.2.4 Landasan Filosofis
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila
secara filosofis dan obyektif merupakan filosofi bangsa Indonesia
yang telah tumbuh, hidup dan berkembang jauh sebelum
berdirinya negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, sebagai
konsekuensi logisnya menjadi kewajiban moral segenap bangsa
Indonesia untuk dapat merealisasikannya dalam kehidupan
sehari-hari baik kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Sebagai dasar filsafat negara, maka Pancasila harus
menjadi sunber bagi setiap tindakan para penyelenggara negara
dan menjiwai setiap peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.

2.3 Pancasila Sebagai Jiwa, Kepribadian, Pandangan Hidup dan Dasar
Negara

Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan
jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan
pandangan hidup. Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan
16
memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan menentukan
arah serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan-persoalan
tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka sesuatu bangsa akan
merasa terus terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-
persoalan besar yang pasti timbul, baik persoalan-persoalan di dalam
masyarakat sendiri maupun persoalan-persoalan besar umat manusia
dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan
pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin
maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula sesuatu
bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pandangan hidup ini terkandung konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan oleh sesuatu bangsa, terkandung pikiran-
pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnya, pandangan hidup sesuatu
bangsa adalah suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada
bangsa itu untuk mewujudkannya. Karena itulah dalammelaksanakan
pembangunan misalnya, kita tidak dapat begitu saja mencontoh atau
meniru model yang dilakukan oleh bangsa lain, tanpa menyesuaikannya
dengan pandangan hidup dan kebutuhan-keutuhan bangsa kita sendiri.
Suatu corak pembangunan yang barangkali baik dan memuaskan bagi
sesuatu bangsa, belum tentu baik atau memuaskan bagi bangsa yang lain.
Karena itulah pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah yang
sangat asasi bagi kekokohan dan kelestarian sesuatu bangsa.
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian
bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara
kita. Di samping itu, maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan
17
hidup bangsa Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan pandangan
hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak
yang sudah berurat akar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah
suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan
mencaai kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan
keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam
hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia
dengan alam, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya,maupun
dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Negara Republik Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya
melampaui dan menempuh berbagai jalan dengan gaya yang berbeda.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat
panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala
macam penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang
ditempuhnya sendiri yang merupakan hasila antara proses sejarah di
masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang,
yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya sendiri, yang
bersamaan dengan lahirnya Bangsa dan Negara itu, kepribadian itu
ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara yaitu Pancasila.
Karena itu, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun
1945; melainkan telah melalui proses panjang, dimatangkan oleh sejarah
perjuangan bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman-pengalaman
bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan besar dunia, dengan tetap
berakar pada kepribadian dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri.
Karena Pancasila sudah menjadi pandangan hidup yang berakar
dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang
mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa
meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam
18
tiga buah Undang-Undang Dasar yang pernah kita miliki yaitu dalam
Pembukaan UUD 1945, Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia
Serikat dan Mukadimah UUDS RI (1950) Pancasila itu tetap tercantum di
dalamnya.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia
sendiri merupakan :
1. Dasar Negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku di negara kita.
2. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita,
serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat kita yang beraneka
ragam sifatnya.
3. Jiwa dan kepribadiaan bangsa Indonesia, karena Pancasila
memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia, dan tak dapat
dipisahkan dari bangsa Indonesia, aserta merupakan ciri khas yang
membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.
4. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu
nmasyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila di dalam wadah NKRI yang merdeka,
berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta
dalam pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
5. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil rakyat
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita
junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang
terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila
itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh
sejarah perjuangan bangsa.
19
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami,
menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan.
Tanpa ini, maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata
indah yang terlukis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan
rumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan
bangsa kita.

2.4 Pedoman dan Penghayatan Pancasila
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar
negara seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia serta merupakan kepribadian dan pandangan
hidup bangsa kita, yang telah dapat mengatasi percobaan dan ujian
sejarah, sehingga kita meyakini sedalam-dalamnya akan keampuhan dan
kesaktiannya.
Guna melestarikan keampuhan dan kesaktian Pancasila itu perlu
diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggara negara, serta setiap lembaga
kenegaraan dan kemasyarakatan, baik di pusat maupun daerah. dan
lebih dari itu, kita yakin bahwa Pancasila itulah yang dapat memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbing kita semua
dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Untuk itu Pancasila harus
kita amalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat dan bernegara.
Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman untuk
menghayati dan mengamalkan Pancasila harus manusiawi, artinya
merupakan pedoman yang memang mungkin dilaksanakan oleh manusia
20
biasa. Agar Pancasila dapat diamalkan secara manusiawi, maka pedoman
pengamalannya juga harusa bertolak dari kodrat manusia, khususnya
dari arti dan kedudukan manusia dengan manusia lainnya.
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dinamakan
Ekaprasetia Pancakarsa. Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa
Sansekerta. Secara harfiah eka berarti satu/tunggal, prasetia berarti
janji/tekad, panca berarti lima dan karsa berarti kehendak yang kuat.
Dengan demikian Ekaprasetia Pancakarsa berarti tekad yang tunggal
untuk melaksanakan lima kehendak dalam kelima Sila Pancasila.
Dikatakan tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak
tergoyahkan lagi.
Ekaprasetia Pancakarsa memberi petunjuk-petunjuk nyata dan
jelas wujud pengamalan kelima Sila dari Pancasila sebagai berikut :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda,
sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepad orang
lain.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
a. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama
manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
21
d. Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhineka Tunggal Ika.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musayawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
22
5. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yan
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormatsi hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan terhadap orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain..
g. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
h. Suka bekerja keras.
i. Menghargai hasil karya orang lain.
j. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tingghi nilai-nilai
ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis,
logis dan objektif. Etika ini etika ini ditampilkan secara pribadi dan
ataupun kolektif dalam perilaku gemar membaca, belajar, meneliti,
menulis, membahas, dan kreatif dalam menciptakan karya-karya baru,
serta secara bersama-sama menciptakan iklim kondusif bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya etika
maka nilai-nilai pancasila yang tercermin dalam norma-norma etik
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat kita amalkan. Untuk
berhasilnya perilaku bersandarkan pada norma-norma etik kehidupan
berbangsa dan bernegara, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai
berikut.
a. Proses penanaman dan pembudayaan etika tersebut hendaknya
menggunakan bahasa agama dan bahasa budaya sehingga menyentuh
hati nurani dan mengundang simpati dan dukungan seluruh
23
masyarakat. Apabila sanksi moral tidak lagi efektif, langkah-langkah
penegakan hukum harus dilakukan secara tegas dan konsisten.
b. Proses penanaman dan pembudayaan etika dilakukan melalui
pendekatan komunikatif, dialogis, dan persuasif, tidak melalui
pendekatan cara indoktrinasi.
c. Pelaksanaan gerakan nasional etika berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat secara sinergik dan berkesinambungan yang
melibatkan seluruh potensi bangsa, pemerintah ataupun masyarakat.
d. Perlu dikembangkan etika-etika profesi, seperti etika profesi hukum,
profesi kedokteran, profesi ekonomi, dan profesi politik yang
dilandasi oleh pokok-pokok etika ini yang perlu ditaati oleh segenap
anggotanya melalui kode etik profesi masing-masing.
e. Mengkaitkan pembudayaan etika kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat sebagai bagian dari sikap keberagaman, yang
menempatkan nilai-nilai etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat di samping tanggung jawab kemanusiaan juga sebagai
bagian pengabdian pada Tuhan Yang MahaEsa.












24
LATIHAN

Pertanyaan :
1. Apa Pengertian Pancasila dalam ilmu pengembangan ilmu pengetahuan
secara etimologi ?
2. Apa saja gagasan-gagasan yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar
yang pernah kita miliki yaitu dalam Pembukaan UUD 1945, Mukadimah
Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan Mukadimah UUDS RI (1950) ?
3. Landasan pancasila meliputi apa saja, sebutkan dan jelaskan ?
4. Jelaskan mengapa pancasila sebagai jiwa, kepribadian,pandangan hidup
dan dasar Negara ?
5. Apa yang dimaksud dengan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila dinamakan Ekaprasetia Pancakarsa ?

Jawab :
1. Secara etimologi istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam
bahasa Sansekerta Pancasila memiliki arti yaitu :
Panca artinya lima
Syila artinya batu sendi, alas/dasar
Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 and
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun.II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 bersama-
sama dengan Batang Tubuh UUD 1945.
Pandangan hidup suatu bangsa adalah masalah pilihan, masalah
putusan suatu bangsa mengenai kehidupan bersama yang dianggap
baik.Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan tuntunan dan pegangan
25
adlam mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan Tuhan, mayarakat dan alam semesta.
Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam
mengatur tata kehidupan bernegara seperti yang diatur oleh UUD 1945.

2. 1) Dasar Negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku di negara kita.
2) Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita,
serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat kita yang beraneka
ragam sifatnya.
3) Jiwa dan kepribadiaan bangsa Indonesia, karena Pancasila
memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia, dan tak
dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, aserta merupakan ciri khas
yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.
4) Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu
nmasyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila di dalam wadah NKRI yang merdeka,
berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta
dalam pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
5) Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil rakyat
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang
kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang
terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena
Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji
oleh sejarah perjuangan bangsa.
26
3. Landasan pendidikan meliputi :
a. Landasan Historis
Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda
satu dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup
dan berkembang di dalam kehidupan bangsa yang bersangkutan
b. Landasan Kultural
Pandangan hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat
dilepaspisahkan dari kehidupan bangsa yang bersangkutan. Bangsa
yang tidak memiliki pandangan hidup adalah bangsa yang tidak
memiliki jati diri (identitas) dan kepribadian, sehingga akan dengan
mudah terombang-ambing dalam menjalani kehidupannya, terutama
pada saat-saat menghadapi berbagai tantangan dan pengaruh baik
yang datang dari luar maupun yang muncul dari dalam, lebih-lebih di
era globalisasi dewasa ini.
c. Landasan Yuridis
Alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan yuridis
konstitusional antara lain di dalamnya terdapat rumusan dan
susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah, benar dan
otentik sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin olrh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
6) Landasan Filosofis
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila secara
filosofis dan obyektif merupakan filosofi bangsa Indonesia yang telah
tumbuh, hidup dan berkembang jauh sebelum berdirinya negara
27
Republik Indonesia.Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya
menjadi kewajiban moral segenap bangsa Indonesia untuk dapat
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik kehidupan
bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke
arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan
hidup. Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan menentukan arah serta
cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa
memiliki pandangan hidup maka sesuatu bangsa akan merasa terus
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang
pasti timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakat sendiri
maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang
jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang
timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman
pada pandangan hidup itu pula sesuatu bangsa akan membangun dirinya

5. Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta. Secara harfiah
eka berarti satu/tunggal, prasetia berarti janji/tekad, panca berarti
lima dan karsa berarti kehendak yang kuat. Dengan demikian
Ekaprasetia Pancakarsa berarti tekad yang tunggal untuk
melaksanakan lima kehendak dalam kelima Sila Pancasila. Dikatakan
tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak tergoyahkan
lagi.


28
BAB III
PEMBAHASAN
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

3.1 Pengertian Etika
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi
dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung
jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika yaitu, Etika
Umum dan Etika Khusus.
Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada
prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan
manusia, serta system nilai apa yang terkandung didalamnya.
Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas
dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik
sebagai individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika
sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu Etika Individual
dan Etika Sosial.
Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya
sendiri dan dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta
kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap Tuhannya.
Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi
dalam hubungannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan
Negara.

29
3.2 Pengertian Nilai, Norma dan Moral
3.2.1 Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada
pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu
benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong
dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai
sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di
samping sistem sosial dan karya.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat :
1. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat dalam enam macam, yaitu :
a. Nilai teori
b. Nilai ekonomi
c. Nilai estetika
d. Nilai sosial
e. Nilai politik dan
f. Nilai religi
2. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan,
yaitu:
a. Nilai kenikmatan
b. Nilai kehidupan
c. Nilai kejiwaan
d. Nilai kerohanian
3. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
a. Nilai material
b. Nilai vital
c. Nilai kerokhanian
30
Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan
setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati
dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang
bersumber pada berbagai sistem nilai.

3.2.2 Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai
mahluk budaya, moral, religi, dan sosial. Norma merupakan suatu
kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk
dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma
agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan
norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena
adanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara
lain :
Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang
bersumber pada agama.
Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber
pada hati nurani, moral atau filsafat hidup.
Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang
berlaku dan bersumber pada UU suatu Negara tertentu.
Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam
hubungan antara manusia dalam masyarakat.

3.2.3 Pengertian Moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang
sinonim dengan kesusilaan, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang
hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia.
31
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-
kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya,
dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya yang
terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan
atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral
dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang
mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3.3 Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis
3.3.1 Nilai Dasar
Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati
oleh panca indra manusia, namun dalam kenyataannya nilai
berhubungan dengan tingkah laku manusia. Setiap meiliki nilai
dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang
dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar berifat universal karena
karena menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu.
Contohnya tentang hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk hidup
lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan
maka nilai dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa
prima (penyebab pertama). Nilai dasar yang berkaitan dengan
hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada
hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang
diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). dan apabila
nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda
(kuatutas,aksi, ruang dan waktu) maka nilai dasar itu juga dapat
disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang
32
praksis. Nilai Dasr yang menjadi sumber etika bagi bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

3.3.2 Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman
pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna
sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi serta parameter
atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu
berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-
hari makan itu akan menjadi norma moral. Namun apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau Negara,
maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan,
atau strategi yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga
dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan
Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat ditemukan
dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan
penjabaran Pancasila.

3.3.3 Nilai Praktis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata dengan demikian
nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai
dasar dan nilai-nilai instrumental.

3.4 Hubungan Nilai, Norma, dan moral
Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki
hubungan yang cukup erat, karena masing-masing akan menentukan
etika bangsa ini. Hubungan antarnya dapat diringkas sebagai berikut :
33
1. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
(lahir dan batin);
Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan,
dimengerti dan dihayati oleh manusia;
Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala
sesuatu pertimbangan batiniah manusia;
Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan oleh subyek, dan
bersifat obyektif bila melekat pada sesuatu yang terlepas dari
penilaian manusia.
2. Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah
laku manusia;
3. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika;
4. Makna mora lyang terkandung dalam kepribadian seseorang akan
tercermin pada sikap dan tingkah lakunya. Norma menjadi penuntun
sikap dan tingkah laku manusia;
5. Moral dan etika sangat erat hubungannya. Etika adalah ilmu
pengetahuan yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu keyataan
yang seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan
kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang
individu, masyarakat, bangsa dan Negara menghendaki fondasi yang kuat
tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun
sikap dan tingkah laku manusia bila dikonkritkan dan diformulakan
menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan manusia untuk
menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. dalam kaitannya dengan
moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh
integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat
ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu hubungan
34
antara moral dan etika seringkali disejajarkan arti dan maknanya.
Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang
menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang.
Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan
ajaran moral.
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam
apa yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Banyak usaha untuk menggolong-golongkan nilai tersebut dan
penggolongan tersebut amat beranekaragam, tergantung pada sudut
pandang dalam rangka penggolongan tersebut. Notonagoro membagi
nilai menjadi tiga maacam, yaitu:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani manusia, atau kebutuhan material ragawi manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
rohanimanusia nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat
macam yaitu :
a. Nilai kebenaran
b. Nilai keindahan
c. Nilai kebaikan
d. Nilai religius

3.5 Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Indonesia
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 menyatakan: Pancasila
seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 45 merupakan sumber hukum
yang berlaku di negara RI dan karena itu secara obyektif ia merupakan
suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cia-cita moral
yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan bangsa . Sebagai dasar
35
pandangan hidup bernegara dan sistem nilai kemasyarakatan, Pancasila
mengandung 4 pokok pikiran, sebagai berikut:
1. Negara merupakan negara persatuan, yang bhinneka tunggal ika.
Persatuan tidak berarti penyeragaman, tetapi mengakui
kebhinnekaan yang mengacu pada nilai-nilai universal Ketuhanan,
kemanusiaan, rasa keadilan dan seterusnya.
2. Negara Indonesia didirikan dengan maksud mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat , dan berkewajiban pula
mewujudkan kesejahteraan serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Negara didirikan di atas asas kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat
tidak bisa dibangun hanya berdasarkan demokrasi di bidang politik.
Demokrasi harus juga dilaksanakan di bidang ekonomi.
4. Negara didirikan di atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini
mengandung arti bahwa negara menjunjung tinggi keberadaan
agama-agama yang dianut bangsa .

3.6 Makna Nilai-Nilai setiap Sila Pancasila
Nilai-nilai yang dikandung pancasila dapat dibagi menjadi lima
sesuai dengan jumlah silanya, yaitu nilai dan jiwa :
1. Religius (ketuhanan)
2. Kemanusiaan
3. Persatuan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial

Makna Nilai Sila I
Ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai religius. Nilai ini
mengandung makna,:
1. Percaya terhadap Tuhan YME sebagai pencipta
36
2. Kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaan
masing-masing.
Makna Nilai Sila II
Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai kemanusiaan.
Nilai ini mengandung makna antara lain :
1. Pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia dengan segala
hak dan kewajiban asasi
2. Perilaku adil terhadap sesama manusia, diri sendiri, alam sekitar,
dan Tuhan .
3. Manusia sebagai mahluk baradab memiliki daya cipta, rasa, karsa
dan kayakinan.
Makna Sila III
Persatuan Indonesia mengandung nilai persatuan bangsa. Nilai ini
mangandung makna ;
1. Pengakuan terhadap bhineka tunggal ika
2. Pengakuan terhadap persatuan bangsa dan wilayah Indonesia
serta wajib membela dan menjunjungnya.
3. Cinta dan bangga akan bangsa dan negara Indonesia.
Makna Sila IV
Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan mengandung nilai kerakyatan.
Nilai ini mangandung makna antara lain:
1. Negara adalah untuk kepentingan rakyat,
2. Kedaulatan ada di tangan rakyat
3. Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama.
4. Pemimpin kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi
akal sehat.
5. Keputusan diambil berdasarkan masyarakat mufakat.
37
Makna Sila V
Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, mengandung makna :
1. Perlakuan yang adil dalam segala bidang kehidupan terutama
bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.
2. Perwujudan keadilan meliputi seluruh rakyat Indonesia.
3. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak milik orang lain.
5. Cita-cita masyarakat adil dan makmur merata materiil spiritual.
6. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

3.7 Etika Politik
Etika politik berbeda dengan moralitas politisi. Moralitas politisi
menyangkut mutu moral negarawan dan politisi secara pribadi, misalnya
apakah ia korup atau tidak (di sini tidak dibahas). Etika politik menjawab
dua pertanyaan :
Bagaimana seharusnya bentuk lembaga-lembaga kenegaraan seperti
hukum dan Negara (misalnya: bentuk Negara seharusnya
demokratis); jadi etika politik adalah etika institusi.
Apa yang seharusnya menjadi tujuan/sasaran segala kebijakan
politik, jadi apa yang akan dicapai baik oleh badan legislative maupun
eksekutif.
Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika
politik seperti :
1. Pemisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan Negara (John
Locke)
2. Kebebasan berpikir dan beragama (Locke)
3. Pembagian kekuasaan (Locke, Montesquie)
4. Kedaulatan rakyat (Rousseau)
5. Negara hukum demokratis/republican (Kant)
38
6. Hak-hak asasi manusia (Locke)
7. Keadilan sosial

3.8 Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer
Kalau lima prinsip itu berikut ini disusun menurut
pengelompokan pancasila, maka itu bukan sekedar sebuah penyesuaian
dengan situasi Indonesia, melainkan karena Pancasila memiliki logika
internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik
modern.
1. Pluralisme
Dengan pluralism dimaksud kesediaan untuk menerima
pluralitas, artinya, untuk hidup dengan positif, damai, toleran, dan
biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama, budaya, adat. Pluralism mengimplikasikan pengakuan
terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan
mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan
kepribadian seseorang dan sekelompok orang.
Prinsip pluralism terungkap dalam Ketuhanan Yang Maha Esa
yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada orang yang boleh
didiskriminasikan karena keyakinan religiusnya. Sikap ini adalah
bukti keberadaban dan kematangan karakter koletif bangsa.
2. HAM
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Hak-hak asasi manusia menyatakan
bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak
diperlakukan, jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar
sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun
kontekstual:
39
Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian
Negara, masyarakat, melainkan karena ia manusia, jadi dari Sang
Pencipta.
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai
disadari, diambang modernitas dimana manusia tidak lagi
dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaliknya diancam oleh Negara
modern.
Dibedakan tiga generasi hak-hak asasi manusia:
a. Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal,
demokratis dan perlakuan wajar di depan hukum.
b. Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial
c. Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif
(misalnya minoritas-minoritas etnik).
Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan
dan eklusivisme suku dan ras. Pelanggaran hak-hak asasi manusia
tidak boleh dibiarkan (impunity).
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas menunjukkan bahwa kita tidak hanya hidup demi
diri sendiri, melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu
senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya
apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang
sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia
berkembang secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok etnis,
kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di
sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila
semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan
keterbatasan masing-masing.


40
4. Demokrasi
Prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada
manusia, atau sebuah elit, atau sekelompok ideology, atau
sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan
memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang
lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran
bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang
memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi
adalah kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan. Jadi demokrasi
memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke
dalam tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap
HAM menjadi prinsip mayoritas tidak menjadi kediktatoran
mayoritas.
Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap
hukum (Negara hukum demokratis). Maka kepastian hukum
merupakan unsur hakiki dalam demokrasi (karena mencegah
pemerintah yang sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam
kehidupan masyarakat. Maksud baik apa pun kandas apabila
melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan
terhadap ketidakadilan. Keadilan sosial mencegah bahwa masyarakat
pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian
bawah yang mungkin hanya dapat survive di hari berikut.
Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara
ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideology-ideologi, agama-
agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan sosialisme.
41
Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana dalam kenyataan,
keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-
ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Di mana perlu
diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat
structural, bukan pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan
tidak pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil orang-orang
tertentu (misalnya para pemimpin), melainkan dalam struktur-
struktur politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur
itu hanya dapat dibongkar dengan tekanan dari bawah dan tidak
hanya dengan kehendak baik dari atas. Ketidakadilan struktur adalah
diskriminasi di semua bidang, terhadap perempuan, diskriminasi atas
dasar ras, suku dan budaya.

















42
LATIHAN

Pertanyaan
1. Apa Pengertian dari Etika ?
2. Apa Pengertian Nilai, Norma dan Moral ?
3. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam, sebutkan dan jelaskan ?
4. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer ?
5. Apa Makna Nilai-Nilai setiap Sila Pancasila ?

Jawab
1. Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi
dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung
jawab dengan berbagai ajaran moral.

2. Pengertian Nilai, Norma dan Moral
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Nilai bersumber
pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator)
sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah
satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya.
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk
budaya, moral, religi, dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan
sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena
itu norma dalam perwujudannya norma agama, norma filsafat, norma
43
kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan
untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan
buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah
dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai
dan bertindak secara moral.Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu
dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau
prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa
kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga maacam, yaitu:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani manusia, atau kebutuhan material ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
rohanimanusia nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat
macam yaitu :
1) Nilai kebenaran
2) Nilai keindahan
3) Nilai kebaikan
4) Nilai religious



44
4. Lima
a. Pluralisme
Dengan pluralism dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas,
artinya, untuk hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal
bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama,
budaya, adat.Pluralism mengimplikasikan pengakuan terhadap
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari
informasi, toleransi.Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian
seseorang dan sekelompok orang.
b. HAM
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusiaan yang adil
dan beradab.Hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia
wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan, jadi bagaimana
manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai
manusia.
Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual:
Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian
Negara, masyarakat, melainkan karena ia manusia, jadi dari Sang
Pencipta.
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai
disadari, diambang modernitas dimana manusia tidak lagi
dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaliknya diancam oleh Negara
modern.
Dibedakan tiga generasi hak-hak asasi manusia:
1) Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal,
demokratis dan perlakuan wajar di depan hukum.
2) Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial
3) Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif
(misalnya minoritas-minoritas etnik).
45
Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan
eklusivisme suku dan ras.Pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak
boleh dibiarkan (impunity).
c. Solidaritas Bangsa
Solidaritas menunjukkan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri
sendiri, melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib
sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya apabila
tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu
pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembang
secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok etnis, kelompok
agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini
termasuk rasa kebangsaan.Manusia menjadi seimbang apabila semua
lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan
masing-masing.
d. Demokrasi
Prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada manusia, atau
sebuah elit, atau sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/
pastor/ulama berhak untuk menentukan dan memaksakan (menuntut
dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.
Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin
berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana
mereka mau dipimpin
e. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan
masyarakat. Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan.
Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan. Keadilan sosial mencegah bahwa masyarakat pecah ke
dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah
yang mungkin hanya dapat survive di hari berikut.
46
5. Nilai-nilai yang dikandung pancasila dapat dibagi menjadi lima sesuai
dengan jumlah silanya, yaitu nilai dan jiwa :
a. Religius (ketuhanan)
b. Kemanusiaan
c. Persatuan
d. Kerakyatan
e. Keadilan Sosial
.





















47
BAB IV
PEMBAHASAN
PANCASILA SEBAGAI SISTEM PILSAFAT

4.1 Pengertian Pancasila Sebagai system filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang
saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi
yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada
dasarnya satu bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain,dan
memiliki fungsi serta tugas masing-masing.

Definisi Sistem :
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan
unsurnya saling berkaitan (singkron), saling berhubungan (konektivitas),
dan saling bekerjasama satu sama lain untuk satu tujuan tertentu dan
merupakan keseluruhan yang utuh

Definisi Filsafat :
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu Philosophy, adapun istilah
filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu Philosophia, yang terdiri atas
dua kata yaitu Philos (cinta) atau Philia (persahabatan, tertarik kepada)
dan Sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan
atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam
bahasa Arab disebut Failasuf. Dalam artian lain Filsafat adalah pemikiran
fundamental dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki
(hikmat, kebijaksanaan); karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai
kebenaran terbaik, yang dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup,
Weltanschauung). Berbagai tokoh filosof dari berbagai bangsa
menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik
48
mereka; yang dapat berbeda antar ajaran filosof. Karena itulah
berkembang berbagai aliran filsafat: materialisme, idealisme,
spiritualisme; realisme, dan berbagai aliran modern: rasionalisme,
humanisme, individualisme, liberalisme-kapitalisme; marxisme-
komunisme; sosialisme dll.
Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat adalah :
Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran
merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk
menyelidiki dan mempelajari.
Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk
menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul
kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tdak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat
dalam arti Produk dan filsafat dalam arti Proses. Selain itu, ada
pengertian lain, yaitu filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu,
dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-
pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya
merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu, misalnya
rasionalisme, materialisme, pragmatisme dan lain sebagainya.
b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia
sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu
49
kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal
manusia.
2. Filsafat Sebagai Suatu Proses :
Yaitu bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan
suatu permaslahan dengan menggunakan suatu cara dan metode
tertentu yang sesuai dengan objeknya.

Definisi Pancasila:
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari nilai-nilai budaya
masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan beragam dalam artian
BHINEKA TUNGGAL IKA. Esensi seluruh sila-silanya merupakan suatu
kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan
unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu. Objek
materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal
konkrit (manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral dan
pandangan hidup). Pancasila mempunyai beberapa tujuan sebagai
berikut:
Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai Dasar Negara atau
sering juga disebut sebagai Dasar Falsafah Negara ataupun sebagai
ideologi Negara, hal ini mengandung pengertian bahwa Pancasila
sebagai dasar mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Kedudukan
Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai fungsi dan kedudukan
sebagai kaidah Negara yang fundamental atau mendasar, sehingga
sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk
oleh MPR/DPR hasil pemilihan umum.
Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional. Dalam ilmu hukum
istilah sumber hukum berarti sumber nilai-nilai yang menjadi
penyebab timbulnya aturan hukum. Jadi dapat diartikan Pancasila
50
sebagai Sumber hukum dasar nasional, yaitu segala aturan hukum
yang berlaku di negara kita tidak boleh bertentangan dan harus
bersumber pada Pancasila.
Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai Pandangan Hidup bangsa atau Way of Life mengandung
makna bahwa semua aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-
hari harus sesuai dengan sila-sila daipada Pancasila, karena Pancasila
juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan
bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai yang
dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan adanya Bangsa Indonesia. Jadi
Pancasila lahir dari jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang
terkristalisasi nilai-nilai yang dimilikinya.
Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia. Pada saat
bangsa Indonesia bangkit untuk hidup sendiri sebagai bangsa yang
merdeka, bangsa Indonesia telah sepakat untuk menjadikan Pancasila
sebagai Dasar Negara. Kesepakatan itu terwujud pada tanggal 18
Agustus 1945 dengan disahkannya Pancasila sebagai Dasar Negara
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang mewakili
seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Ideologi Negara. Pancasila sebagai Ideologi Negara
merupakan tujuan bersama Bangsa Indonesia yang
diimplementasikan dalam Pembangunan Nasional yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan RI yang
merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta
51
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib
dan damai.
Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa. Bangsa Indonesia yang pluralis
dan wilayah Nusantara yang terdiri dari berbagai pulau-pulau, maka
sangat tepat apabila Pancasila dijadikan Pemersatu Bangsa, hal ini
dikarenakan Pancasila mempunyai nilai-nilai umum dan universal
sehingga memungkinkan dapat mengakomodir semua perikehidupan
yang berbhineka dan dapat diterima oleh semua pihak.

Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat:
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada paragraf pertama,
makna dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat adalah dasar mutlak
dalam berpikir dan berkarya sesuai dengan pedoman diatas, tentunya
dengan saling mengaitkan antara sila yang satu dengan lainnya. Misal :
Ketika kita mengkaji sila kelima yang intinya tentang kedilan. Maka harus
dikaitkan dengan nilai sila-sila yang lain artinya :
Keadilan yang ber keTuhanan (sila 1)
Keadilan yang berPrikemanusian (sila 2)
Keadilan yang berKesatuan/Nasionalisme,Kekeluargaan (sila 3)
Keadilan yang Demokratis
Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup,bukan hanya di
nilai satu persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki fungsi/makna
dan tugas masing-masing memiliki tujuan tertentu.

Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia:
Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku atau ras.


52
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara:
Yang dimaksud adalah bahwa semua aturan kehidupan hukum
kegiatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berpedoman pada
pancasila. Karena pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum bangsa dan negara republik indonesia.
Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang tidak
meremehkan terhadap orang yang lebih rendah derajatnya dan tidak
menyepelekan masalah yang kecil, dan selalu berfikiran positif, kritis,
dan berdifat arif bijaksana, universal dan selalu optimis.

Contoh.
Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut
pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari konstelasi
lainnya.
Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah bangsa
indonesia itu sendiri yang memiliki nilai adat istiadat serta
kebudayaan dan nilai religius.
Tentang kebenaran pengetahuan pancasila berdasarkan tingkatnya,
maka pancasila mengakui kebenaran yang bersumber pada akal
manusia. Potensi yang terdapat dalam diri manusia untuk
mendapatkan kebenaran dalam kaitannya dengan pengetahuan
positif. Pancasia juga mengakui kebenaran pengetahuan manusia
yang bersumber pada intuisi/perasaan.
Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, maka sesuai dengan sila pertama
pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak sebagai
tingkatan kebenaran yang tertinggi.
Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka epistimologis
(hakikat dan sistem pengetahuan) pancasila juga mengakui kebenaran
53
konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat
manusia makhluk individu dan sosial.

Dasar Axiologis (Hakikat, Nilai, Kriteria) Sila Sila Pancasila
Bidang axiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna
nilai, sumber nilai, jenis & tingkatan nilai serta hakikat nilai seperti nilai
alamiah & jasmaniah, tanah subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan
panas cahaya matahari
Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4
tingkatan sebagai berikut :
1. Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio, budi atau
cipta manusia
2. Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada perasaan
manusia
3. Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak manusia
4. Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi dan
bersifat mutlak.
Nilai ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan
manusia dan bersumber pada wahyu yang berasal dari tuhan yang maha
esa. Sistem Filsafat Pancasila mengandung citra tertinggi terbukti dengan
berbedanya sistem filsafat pancasila dengan sistem filsafat lainnya,
Berikut adalah ciri khas berbedanya sistem filsafat pancasila dengan
sistem filsafat lainnya:
1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan system yang bulat dan
utuh (sebagai satu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak
bulat dan tidak utuh atau satu sila dengan sila yang lainnya terpisah-
pisah,maka ia bukan pancasila.

54
2. Prinsip-prinsip filsafat pancasila
3. Susunan pancasila dengan suatu system yang bulat dan utuh :
Sila 1, meliputi,mendasari,menjiwa:sila 2,3,4 dan 5
Sila 2,diliputi,didasari,dan dijiwai sila 1,serta mendasari dan
menjiwai sila 3,4,dan 5
Sila 3,meliputi,mendasari,dan menjiwai sila 1,2 serta mendasari
jiwa ;sila 4 dan 5
Sila 4, meliputi,didasari,dan di jiwai sila 1,2,dan 3,serta mendasari
dan menjiwai sila 5
Sila 5,meliputi didasari,dan dijiwai sila 1,2,3 dan 4
Pancasila sebagai suatu substansi. Artinya unsur asli/
permanen/primer pancasila sebagai suatu yang ada mandiri,yaitu
unsure-unsurnya berasal dari dirinya sendiri
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu
Nilai Obyektif dan Subyektif.
Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut :
1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang
umum, universal dan abstrak. Karena pada hakikatnya pancasila
adalah nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya
keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini dan juga untuk masa
yang akan dating, untuk bangsa Indonesia boleh jadi untuk Negara
lain yang secara eksplisit tampak dalm adat istiadat, kebudayaan, tata
hidup kenegaraaan dan tata hidup beragama.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga
merupakan suatu sumber hokum positif di Indonesia. Oleh karena itu
hierarki suatu tertib hokum di Indonesia berkedudukan sebagai
tertib hukum tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah
55
secara hokum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup Negara.
Sebagai konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang terkandung dalam
pembukaa UUD 45 itu diubah maka sama halnya dengan
membubarkan Negara proklamasi 17 Agustus 1945.
Sedangkan Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai
berikut :
1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai
yang terdapat dalam pancasila merupakan hasil dari pemikiran,
panilaian, dan refleksi filosofis dari bangsa Indonesia sendiri. Deologi
pancasila berbeda denagn ideology-ideologi lain karena isi pancasila
diambil dari nilai budaya bangsa dan religi yang telah melekat erat,
sehingga jiwa pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia sendiri,
sedangkan ideology lain seperti liberalis, sosialis, komunis, dan lain
sebagainya merupakan hasil dari pemikiran filsafat orang.
2. Nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa
untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus
menjadi cermin jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai
atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani
bangsa Indonesia, karena bersumber dari kepribadian bangsa.
Sehingga dalam perjalanannya akan selaras dengan nilai-nilai
pancasila.
Dalam kehidupan bernegara, nilai dasar Pancasila harus tampak
dalam produk peraturan perundangan yang berlaku, dengan kata lain,
peraturan perundangan harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga
tidak boleh bertentangan denagn nilai-nilai Pancasila.

56
Demokrasi Indonesia
Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dan
keabsahan politik. Kehendak rakyat adalah kehendak utama kewenangan
pemerintah menjadi basis tegaknya sistem politik demokrasi. Demokrasi
meletakkan masyarakat pada posisi penting, hal ini di karenakan masih
memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak
memegang demokrasi disebut negara otoriter. Ini menunjukkan bahwa
demokrasi itu begitu penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengertian Demokrasi
Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu
demos = rakyat, dan cratos / cratein = pemerintahan atau kekuasaan.
Yang i ntinya adalah pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Pelaksanaan demokrasi ini ada 2 yaitu demokrasi langsung dan
demokrasi tidak langsung.
Demokrasi langsung adalah demokrasi yang seluruh rakyatnya di ikut
sertakan dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijakan dan
mengambil keputusan
Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dilaksanakan
melalui sistem perwakilan ke dewan perwakilan rakyat (DPR) dan
mejlis permusyawaratan rakyat (MPR).

Demokrasi Sebagai Sikap Hidup
Demokrasi ini dipahami sebagai sikap hidup dan pandangan
hidup yang demokratis dengan didasarkan nilai-nilai demokrasi dan
membentu budaya/kultur demokrasi baik dari warga negara maupun
dari pejabat negara/pemerintah. Demokrasi merupakan penerapan
kaidah-kaidah prinsip demokrasi pada kekuatan sistem politik
kenegaraan.
57
Demokrasi di Indonesia
Bangsa indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang
demokrasi meskipun bukan tingkat kenegaraan tetapi masih dalam
tingkat desa dan disebut demokrasi desa. Pendekatan kontekstual
demokrasi di indonesia adalah demokras pancasila karena pancasila
merupakan ideologi negara, pandangan hidup bangsa indonesia, dan
sebagai identitas nasional indonesia. Pancasila ideologi nasional karena
sebagai cita-cita masyarakat dan sebagai pedoman membuat keputusan
politik. Keterkaitan demokrasi pancasila dengan civil society atau
mayarakat madani indonesia secara kualitatif di tandai oleh keimanan
dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa.

Sistem Politik Demokrasi
Landasan sistem politik demokrasi di indonesia adalah sistem
politik demokrasi didasarkan pada nila, prinsip, prosedur dan
kelambangan yang demokratis. Sistem ini mampu menjamin hak
kebebasan warganegara, membatasi kekuasaan pemerintah dan
memberikan keadilan. Indonesia sejak awal berdiri sudah menjadikan
demokrasi sebagai pilihan sistem politik. Negara indonesia sebagai
negara demokrasi terdapat pada,

Pancasila (sila ke 4).
Uud 1945 pasal 1 (ayat 2) sebelum di amandemen dan sesudah di
amandemen. Apapun perubahannya ini membuktikan sejak berdirinya
negara indonesia telah menganut demokrasi.

4.2 Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Yunani Philosophia terdiri dari kata
58
Phile artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti
Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-
kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran
sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
1. Socrates (469-399 S.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat
reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari
kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran
tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan
kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau
melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga muncul
koreksi terhadap diri secara obyektif.
2. Plato (472-347 S.M.)
Dalam karya tulisnya Republik Plato menegaskan bahwa
para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision
of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan
mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato,
filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau
terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini
kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
Ada dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:
1. Filsafat sebagai Produk mencakup:
Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-konsep,
pemikiran-pemikiran (rasionalisme, materialisme,
pragmatisme)
Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh
manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Manusia
59
mencari suatu kebenaran yang timbul dari suatu persoalan
yang bersumber pada akal manusia.
2. Filsafat sebagai suatu Proses mencakup:
Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan
dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses
pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu
cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat telah mengalami
perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka
timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai
kekhususannya masing-masing, antara lain:
Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan

4.3 Manfaat Mempelajari Filsafat
1. Memperoleh kebenaran yang hakiki,
2. Melatih kemampuan berfikir logis,
3. Melatih berpikir dan bertindak bijaksana,
4. Melatih berpikir rasional dan komprehensif,
5. Menyeimbangkan antara pertimbangan dan tindakan sehingga
diperoleh keselarasan hidup,
6. Menghasilkan tindakan yang bijaksana.


60
4.4 Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan
pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil
permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding
father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu
tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).

4.5 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1. Pengertian Sistem
Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen,
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu
(tujuan sistem),
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore & Voich,
1974).
2. Pancasila sebagai suatu sistem:
Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila
pancasila),
Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling
bertentangan,
61
Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang
sistematis (majemuk tunggal).
3. Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
a. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat
dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu
sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
b. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu
dapat digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4 dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
4. Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
gotong Royong.
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain
yang menjadi haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan
konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada
bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya.
Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan Ontologis,
62
Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap
mencakup kesemestaan.
1. Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki
hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensidan
disamakan artinya dengan metafisika. Masalah ontologis antara lain:
Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang tampak ini
merupakan suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah
ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada
makhluk hidup? dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang
makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang
terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang
berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah
manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial, yang
pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai
pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal
yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani
dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari
dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya (Notonagoro, 1975: 53).

63
2. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat
terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau science
of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang
mendasar dalam epistemologi, yaitu:
a. Tentang sumber pengetahuan manusia;
b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
c. Tentang watak pengetahuan manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai
suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada
hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila
telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu
ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas
terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan dengan dasar ontologisnya, sehingga dasar epistemologis
Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang
hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada
hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan
pengetahuan Pancasila.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah
dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa
Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa materialis
Pancasila.
64
Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan,
maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik
dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila
Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hirarkis dan berbentuk piramidal.
Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan
Pancasila, dimana sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai
keempat sila lainnya, sila kedua didasari sila pertama dan mendasari
serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari
dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai
sila keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila
pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelima,
sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan
keempat. Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis
baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.
Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
a. Isi arti Pancasila yang Umum Universal, yaitu hakikat sila-sila
Pancasila yang merupakan intisari Pancasila sehingga merupakan
pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan
tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam
berbagai bidang kehidupan yang konkrit.
b. Isi arti Pancasila yang Umum Kolektif, yaitu isi arti Pancasila
sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama
dalam tertib hukum Indonesia.
c. Isi arti Pancasila yang bersifat Khusus dan Konkrit, yaitu isi arti
Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan sehingga memiliki sifat khusus konkrit serta dinamis
(Notonagoro, 1975: 36-40)
65
Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis,
yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan kodrat
yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia memiliki unsur
fisis anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur
akal, rasa, kehendakyang merupakan potensi sebagai sumber daya
cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang benar,
berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan kreatif.
Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu meresapkan
pengetahuan dan menstranformasikan pengetahuan dalam
demontrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi,
inspirasidanilham. Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut
kualitas maupun kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila
tersebut.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran
pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Manusia pada
hakikat kedudukan dan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila,
epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang
bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.Dengan
demikian kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu
sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu
akal, rasa dan kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran
yang tinggi.
Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, maka
epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama
dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.Sebagai suatu paham
epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada pandangannya
bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas karena harus
66
diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas
religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan
pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
3. Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas
tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata
Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya
pikiran, ilmu atau teori.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai,
kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai. Nilai (value
dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya
kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang
sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai keberhargaan
(worth) atau kebaikan (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna,
nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan, nilai
adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology a related science),
nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada
berbagai macam teori tentang nilai yaitu:
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya dan
dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang
mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan, yang
menyebabkan orang senang atau menderita.
b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai
yang penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan,
keadilan, dan kesegaran.
67
c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai
kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung
dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam
ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni
yang dicapai dalam filsafat.
d. Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas
nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama
terdiri dari nilai-nilai pribadi (Driyarkara, 1978).
Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam
delapan kelompok yaitu:
a. Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan
meliputi semua benda yang dapat dibeli.
b. Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi
dan keindahan dari kehidupan badan.
c. Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang
yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
d. Nilai-nilai sosial: bermula dari berbagai bentuk perserikatan
manusia.
e. Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan
sosial yang diinginkan.
f. Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya
seni.
g. Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran
kebenaran.
h. Nilai-nilai keagamaan.
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu:
a. Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.
b. Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat melaksanakana kegiatan atau aktivitas.
68
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
rohani yang dapat dibedakan menjadi empat macam:
1) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio, budi,
cipta) manusia.
2) Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada
unsur perasaan manusia.
3) Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada
unsur kehendak manusia.
4) Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi
dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada
kepercayaan atau keyakinan manusia.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai,
yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
a. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.
b. Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam
peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
c. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam
masyarakat.
Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral
merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan
selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
69
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung
nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan
penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam sikap,
tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga
mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia.






















70
LATIHAN

Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Pancasila Sebagai system filsafat ?
2. Apa Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat ?
3. Sebutkan Ciri dari sistem Filsafat Pancasila ?
4. Wawasan filsafat meliputi 3 bidang atau aspek penyelidikan, sebutkan
dan Jelaskan?
5. Apa manfaat mempelajari Filsafat ?

Jawab :
1. Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang
tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya
satu bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain,dan memiliki
fungsi serta tugas masing-masing.

2. Faktor timbulnya keinginan untuk berfilsafat
Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran
merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk
menyelidiki dan mempelajari.
Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk
menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul
kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tdak terbatas.
71
3. Ciri dari system filsafat Pancasila
Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan
utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai
sila 3, 4 dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

4. Penyelidikan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis.
Ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan
asas yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi
meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya
pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi
adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau science of science.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai
atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria
nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai. Nilai (value dalam bahasa
72
Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik,
berharga.

5. Manfaat mempelajari filsafat
a. Memperoleh kebenaran yang hakiki,
b. Melatih kemampuan berfikir logis,
c. Melatih berpikir dan bertindak bijaksana,
d. Melatih berpikir rasional dan komprehensif,
e. Menyeimbangkan antara pertimbangan dan tindakan sehingga
diperoleh keselarasan hidup,
f. Menghasilkan tindakan yang bijaksana.


















73
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pancasila bagi kita
merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat akar di dalam
kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah suatu kebudayaan yang
mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencaai kebahagiaan jika
dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam
hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan
masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan
manusia dengan Tuhannya,maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
2. Pancasila sebagai system Etika
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan
mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita
bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran
moral.Kedua kelompok etika yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus.
Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada
prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan
manusia, serta system nilai apa yang terkandung didalamnya.
Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik
sebagai individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika
sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu Etika
Individual dan Etika Sosial.

74
3. Pancasila sebagai system Filsafat Filsafat secara umum dapat diberi
pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat
segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat
telah mengalami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi
oleh berbagai faktor, misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya.
Itulah sebabnya maka timbul berbagai pendapat mengenai
pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-
masing, antara lain:
Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan

















75
DAFTAR PUSTAKA

http://mentarivision.blogspot.com/2011/12/pancasila-sebagai-sistem-
etika.html

http://julee.blogspot.com/2012/11/pentingnya-pancasila-sebagai-
etika.html

http://makalah-download.blogspot.com/2011/10/pancasila-sebagai-sistem-
etika.html

http://libstpn.org/index.php?p=show_detail&id=5032

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ca
d=rja&ved=0CDAQFjAB&url=http%3A%2F%2Falbakasiy.blogspot.co
m%2F2010%2F03%2Fpancasila-sebagai-
paradigma.html&ei=tOB9UrzfLIaMkwWQpYHIBA&usg=AFQjCNF2qjrJ
F27XefsXaNL-ModrmWoamA&bvm=bv.56146854,d.dGI

http://gatotkremzeek.blogspot.com/2013/01/pancasila-dalam-
pengembangan-ilmu.html

http://cecepsuhardiman.blogspot.com/2013/06/pancasila-sebagai-sistem-
filsafat.html

http://yulisnurmayanti.blogspot.com/2013/05/makalah-pancasila-sebagai-
sistem.html

http://ai-hendriani.blogspot.com/p/t-pancasila-sebagai-sistem-flsafat.html

http://longsani.wordpress.com/2012/11/28/pancasila-sebagai-sistem-
filsafat/

http://mentarivision.blogspot.com/2011/12/pancasila-sebagai-sistem-
filsafat.html

You might also like