You are on page 1of 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis
Empat Pilar Safe Motherhood. Dewasa ini, Program Keluarga Berencana (KB)
sebagai pilar pertama, telah dianggap berhasil (Saifudin, 2002). Program Keluarga
Berencana (KB) adalah bagian yang terpadu (Integral) dalam program Pembangunan
Nasional yang bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi,
sprititual dan sosial budaya penduduk Indonesia (Dep. Kes RI, 1994).
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran (Dep. Kes RI, 1994). Metode KB yang dapat digunakan terdiri
dari 2 macam yaitu metode sederhana (kondom, spermiside, koitus interuptus,
pantang berkala) dan metode efektif (hormonal, mekanis dan metode KB darurat)
(Manuaba, 1998).
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang mengunakan hormon
progesteron, estrogen dan kombinasi hormon progesteron dan estrongen. Alat
kontrasepsi hormonal dapat berupa pil, injection dan implant. (Manuaba, 1998)
Peserta KB baru tahun 2010 di Sumatera Selatan, sebesar 459.943 peserta
atau 115,20% dari PPM 359.527 peserta dimana perniks kontrasepsi IUD berjumlah
8.187 peserta atau77,80%. MOW berjumlah 1.799 peserta atau 56,32%. Implant
berjumlah 13.711 atau 182,06%. Suntikan berjumlah 207.172 peserta atau 142,49%.
Pil berjumlah 160.600 peserta atau 104,49%. MOP berjumlah 799 peserta atau
101,14% dan Kondom berjumlah 41.675 peserta atau 176,04%. (BKKBN, 2011)
Mengingat bahwa penyelenggaraan KB Hormon merupakan suatu gerakan
untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran di
Indonesia dan perlu diketahui oleh mahasiswa kedokteran, maka kami akan
2

melakukan early exposure untuk mengobservasi Tehnik Penyelenggaraan KB
Hormonal di Puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dan manfaat penyelengaraan KB Hormonal bagi
Puskesmas dan bagi akseptor KB Hormonal?
2. Apa jenis-jenis KB Hormonal di Puskesmas?
3. Apa jenis KB Hormonal yang banyak digunakan di Puskesmas?
4. Bagaimana tehnik pemakaian KB Hormonal di Puskesmas?
5. Apa saja efek samping setelah menggunakan KB Hormonal?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat penyelengaraan KB Hormonal
bagi Puskesmas dan bagi akseptor KB Hormonal
2. Untuk mengetahui jenis-jenis KB Hormonal di Puskesmas
3. Untuk mengatahui jenis KB Hormonal yang banyak digunakan di
Puskesmas
4. Untuk mengetahui tehnik pemakaian KB Hormonal di Puskesmas
5. Untuk mengetahui efek samping setelah menggunakan KB Hormonal
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menambah ilmu tentang tehnik penyelenggaraan KB Hormon di
Puskesmas
2. Menambah pengalaman dalam observasi penyelenggaraan KB
Hormon di Puskesmas






3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah ikhtiar membuat rencana dalam produksi dan
pengasuhan anak sedemikian rupa sehingga tercapai kesejahteraan dan kebahagiaan
keluarga. Sedangkan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan disebut
kontrasepsi. Sebenarnya, program keluarga berencana sudah dipelopori sejak tahun
1957 dengan berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), tetapi
persiapan yang serius untuk pelaksanaan program ini secara nasional baru dilakukan
pada tahun 1967 bertepatan dengan ditandatanganinya Deklarasi Kependudukan
Dunia oleh pemimpin-pemimpin negara di dunia, termaasuk Presiden Soeharto dari
Indonesia. (Aru W, 2009)
Adapun berbagai masalah kependudukan di Indonesia meliputi:
1. Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang
relative tinggi
2. Penyebaran penduduk yang tidak merata
3. Tingginya penduduk usia muda dengan jumlah perempuan usia produktif
yang relative lebih tinggi sehingga membutuhkan biaya hidup, fasilitas
kesehatan maupun pendidikan yang lebih tinggi;
4. Kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan. (Aru W, 2009)
Pengaruh program keluarga berencana terhadap keesehatan ibu dan anak
adalah:
1. Terhindarnya kehamilan dan persalinan yang tidak dikehendaki dan
sebaliknya terjadi kehamilan dan persalinan yang dikehendaki;
2. Perubahan dalam jumlah kehamilan dan kelahiran anak (paritas) sehingga
menghindari komplikasi pada ibu, janin dan bayi, memperbaiki asuhan
dan kasih saying ibu terhadap anak sehingga kesehatan, status gizi serta
kecerdasan anak akan menjadi lebih baik dan kualitas hidup keluarga
seecara keseluruhan juga akan lebih baik
4

3. Interval antara kelahiran diatur dan diperbaiki sehingga ibu siap secara
fisik dan mental untuk menghadapi dan menerima kehamilan berikutnya;
dengan demikian komplikasi kehamilan juga dapat dikurangi;
4. Waktu kehamilan dan kelahiran yang tepat sesuai dengan rencana;
berdasarkan penelitian, kehamilan dan kelahiran yang tepat sesuai dengan
rencana; berdasarkan penelitian, kehamilan dan kelahiran yang aman
adalah bila terjadi pada usia ibu antara 20-30 tahun;
5. Pada kasus dengan kelainan herediter yang berat maka program keluarga
berencana dapat membantu menghindarinya dengan melakukan konsultasi
dan nasihat genetiak yang baik terhadap pasangan suami istri. (Aru W,
2009)
Sampai saat ini belum ada cara kontrasepsi yang ideal. Kontrasepsi yang
ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seks
5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
6. Mudah pelaksanaannya
7. Murah harganya
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Aru
W, 2009)
Metode Kontrasepsi:
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat dan obat:
a. Senggama terputus (koitus interuptus)
b. Pembilasan pasca-senggama
c. Pantang berkala (Ogino-Knaus
2. Kontrasepsi secara mekanis
a. Kondom (untuk laki-laki)
5

b. Pesarium (untuk perempuan)
3. Kontrasepsi dengan obat spermatisida
4. Kontrasepsi hormonal:
a. Pil kontrasepsi
b. Kontrasepsi suntikan
c. Kontrasepsi implant
5. Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahum (AKDR)
6. Kontrasepsi mantap (sterilisasi):
a. Tubektomi (sterilisasi pada perempuan)
b. Vasektomi (sterilisasi pada laki-laki). (Aru W, 2009)
B. Mekanisme Kerja Alat Kontrasepsi
a. ovulasi
Mekanisme kerja estrogen terhadap ovulasi
1. menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus, sehingga terjadi
supresi pada FSH dan LH pada Hypotalamus.
2. Dengan hambatan tersebut sehingga tidak adanya estrogen pada
pertengahan siklus.
3. Hanya sedikit estrogen yang masih dihasilkan oleh ovarium pada fase
folikuler dini siklus haid. (Hartanto, 2004)
b. Implantasi
Mekanisme kerja estrogen
1. Keseimbangan yang inadekuat menyebabkan endometrium yang
abnormal sehingga menjadi tidak baik untuk implantasi.
2. Terganngunya endometrium yang normal
Mekanisme progesterone
1. Menghambat implantasi
2. Progresteron menyebabkan endometrium mengalami istirahat dan
atropi. (Hartanto, 2004)
6

c. Transport Gamet
Mekanisme estrogen mempercepat transport gamet/ovum, karena efek
hormonal pada sekresi dan peristaltic tuba serta kontraktilitas uterus.
Mekanisme progesterone pengangkutan ovum diperlambat bila diberikan
progesterone sebelum fertilisasi. Pengankutan ovum yang lambat
meningkatkan insiden implantasi ektopik pada tuba. (Hartanto, 2004)
d. Fungsi korpus luteum
Mekanisme estrogen
1. Melepas jaringan endometrium
2. Penurunan kadar progesterone serum dan mencegah implantasi yang
normal
Mekanisme progesterone
Pemberian progesteron dalam waktu lama menyebankan fungsi korpus
luteum yang tidak adekuat. (Hartanto, 2004)
e. Lendir serviks
Mekanisme progesterone
Dalam 48 jam setelah penggunaan progesteron, lender serviks mudah
menjadi kental, lender serviks yang kental tidak ramah dengan
spermatozoa. (Hartanto, 2004)
C. Macam-macam Alat Kontrasepsi
1. Oral Kontrasepsi (Pil KB)
Efektif dan reversibel
harus diminum tiap hari
pada bulan bulan pertama efek sampingnya berupa mual dan
perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang.
Efek samping serius sangat jarang terjadi.
Dapat dipakai oleh semua ibu usia produksi, baik yang sudah
mempunyai anak atau belum.
7

Dapat di minum setiap saat bila yakin tidak sedang hamil.
Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. (Manuaba, 1998)

a) Jenis Pil Kontrasepsi
a. Pil oral kombinasi pada pil ini terdapat kombinasi hormon estrogen-
progesteron berkhasiat menekan hipotalamus hipofisis, sehingga tidak
mengeluarkan hormone FSH yang menyebabkan sel telur tidak matang
dan ovulasi tidak terjadi.
Adapun jenis pil oral kombinasi
Monofasik : dengan satu dosis yang sama dalam satu kemasan.
Bifasik : dengan 2 jenis dosis yang berbeda dalam satu kemasan.
Trifasik : dengan 3 jenis dosis berbeda dalam satu kemasan.
(Manuaba, 1998)
b. Pil sekuensial
Pil KB sekuensial mengandung komponen yang disesuaikan dengan
system hormonal tubuh. Dua belas pil pertama hanya mengandung
estrogen, sedngakan pil ke tiga belas sampai seterusnya merupakan
kombinasi (Manuaba, 1998).
c. Pil mini yang mengandung progesteron (mini pil) selain mencegah
ovulasi, juga juga mengentalkan lender serviks sehingga sperma tidak
dapat masuk ke dalam rahim. (Manuaba, 1998)
d. Pil post coital pil yang mengandung estrogen dosis tinggi
mengakibatkan sel telur lebih kontraktil dan sel mani terhambat
mencapai sel telur atau pembuahan tidak terjadi. (Manuaba, 1998)




8

b) Indikasi Pemakaian
a. Semua usia produksi
b. Semua paritas.
c. Waktu tidak terbatas (Manuaba, 1998)

c) Kontra Indikasi
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Penyakit darah tinggi.
c. Penyakit jantung.
d. Penyakit hati / yang dialami tiga tahun terakhir.
e. Radang pembulah darah atau pembekuan darah.
f. Penyakit gondok.
g. Penyakit kencing manis.
h. Pusing kepala hebat
i. Neoplasma jinak atau ganas pada buah dada dan organ repro duksi
dalam. (Manuaba, 1998)

Syarat pemakaian adalah tidak adanya kehamilan dan tidak adanya kontra
indikasi. (Manuaba, 1998)

d) Cara pemakaian
1. Kemasan yang berisi 28 tablet, berisi 21 pil kombinasi dan 7
vitamin diminum pada hari kelima setelah mentruasi. Diminum
secara, setelah pil 21 kombinasi habis dilanjutkan dengan minum 7
pil vitamin sampai habis setiap hari.
2. Apabila tidak ada pil vitamin hanya terdapat 21 pil kombinasi
hormon. Maka mulai minum pil hormon kombinasi pada hari
kelima setelah haid. (Manuaba, 1998)

9

Perhatian
1. Hendaknya minum secara teratur sebelum tidur untuk mengurangi
mual.
2. Bila lupa keesokan harinya segera minum 2 tablet.
3. Bila terlambat 2 hari atau lebih, hendaknya berikan kontrasepsi lain
atau nasehati untuk tidak berhubungan seksual. Sebelum haid akan
datang.
4. Biasanya akan terjadi perdarahan bila pil tidak diminum dua hari
atau labih. Pil sebaiknya tidak diminum lain dan sementara
memakai cara kontrasepsi lain sampai haid berikutnya datang.
(Manuaba, 1998)
e) Kadar estrogen dalam pil oral kombinasi:
1. POK dengan Kadar estrogen 80 100 mcg
Merupakan POK dengan dosis estrogen paling tinggi. POK dengan
dosis ini harus dihindari sebanyak mungkin oleh karena dapat
menimbulkan komplikasi serius. POK ini hanya diberikan pada
keadaan yang serius, misalnya :
a. Sulit mengontrol adanya spotting, atau ketika tidak terjadi
perdarahan pada POK dosis rendah.
b. Acne, perdarahan disfungsional uterus, kista ovarium, kadang
kadang di obati dengan kadar estrogen > 50 mcg.
c. Gejala menopause dimana kadar estrogen sudah rendah, gejala
tesebut dapat dihilangkan dengan POK kadar estrogen 80 -100
mcg.
d. Akseptor yang sedang mengikuti pengobatan rimfamisin, karena
obat ini mempercepat pemecahan estrogen dalam POK.
(Manuaba, 1998)
2. POK dengan kadar estrogen < 30 mcg
Merupakan kadar estrogen paling rendah dalam POK.
10

Pengguna POK dengan kadar tersebut sering mengeluh terjadi
perdarahan bercak atau spotting dan bila pil oral tidak diminum bias
memperbesar terjannya ovulasi. (Manuaba, 1998)
3. POK dengan kadar estrogen 30 -50
Biasanya POK ini digunakan pada akseptor POK awal. (Manuaba,
1998)
f) Efek samping dan cara pengulangan.
1. Perdarahan
Lakukan koseling kemudian jelaskan kepada akseptor bahwa hal ini
disebabkan pengaruh hormone dalam tubuh, dan hal ini tidak
berbahaya bagi kesehatan. Bisa dilakukan teraphi dengan
pemberian preparat/estrogen. Misalnya etinil estradiol 50 mcg
dengan dosis 2x1 atau 1x1 tablet selama beberapa hari.
2. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah 140/90 mmHg dalam keadaan istirahat. Penderita
biasa merasa pising dan berat pada kuduknya.
Lakuakan konseling , kemudian jelaskan kepada akseptor sebelum
akseptor mengikuti cara KBbahwa pil tidak memnyababkan darah
tinggi. Akan tetapi pada wanita yang memiliki bakat darah tinggi,
maka gejala darah tinggi akan lebih jelas.
Terapi medis dengan pemberian HCT 1x1 tablet setiap hari selama
tiga hari. Bila tidak tertolong anjurkan untuk ganti caradengan
kontrasepsi bukan hormonal.
3. Perubahan berat badan
Lakukan konseling kemudian berikan penjelasan pada pada pasien
bahwa itu merupakan salah satu efeksampingnya, akan tetapi tidak
selalu kenaikan berat badan akibat pil KB namun dapat disebabkan
oleh hal lain, demikian juga dengan penurunan berat badan.
Terapi medis
11

Diet merupakan pilihan utama, dengan diet rendah kalori disertai
olahraga, sedangkan bila kurus sebaiknya di anjurkan diet tinggi
kalori.
4. Kloasma
Konseling
Menjelaskan pada akseptor bahwa salaas satu efeksamping
pemakaian pil adalah kloasma dan itu tidak berbahaya, tetapi perlu
dideteksi secara dini.
Pengobatan medis
Ganti cara ke kontra sepsi bukan hormonal, atau rujuk ke spesialis
kulit.
5. Tromboemboli
Menjelaskan secara jujur kepada pasien bahwakemungkinan terjadi
tromboemboli, walaupun kemungkinanya sangat kecil.
Tindakan medis
Segera hentikan pemakaian pil KB, sedangkan bila diagnose sudah
pasti segera rujuk ke rumah sakit.
6. Berkurangnya produksi ASI
Konseling
Jelaskan padaa akseptor bahwa penggunaan pil KB tidak bagus
untuk bagus untuk ibu menyusui. Bila menyusui beri mini pil atau
kontrasepsi nonhormonal.
Pengobatan
Pemberian vitamin B6 50 mg 3x1 tablet sehari, ganti pemakaian
dengan mini pil atau KB nonhormonal.




12

7. Kerontokan rambut
Konseling
Jelaskan bahwa rontok rambut sangat jarang terjadi, tidak terjadi
pada semua orang dan biasanya hanya terjadi sementara dan akan
segera sembuh bila penggunaan pil KB dihentikan.
8. Varises
Konseling
Jelaskan bahwa varises hanya terjadi pada wanita yang memiliki
bakat varises.
Pengobatan medis
Ganti cara dengan penggobatan nonhormonal dan bila varises
banyak rujuk kerumah sakit.
9. Penurunan libido
Konseling menjelaskan pada akseptor bahwa penurunan atau
peningkatan libido hanya disebabkan oleh faktor psikis danbiasanya
bersifat sementara.
Pengobatan
Terapi psikologis, ganti cara dengan kontrasepsi nonhormonal.
10. Deprsesi
Konseling menjelaskan kepada calon akseptor KB guna menghidari
rasa besalah dari akseptor.
Pengobatan medis
Therapy psikologis bagipenderita depresi dan pemberian vitamin
B6 50 mg.
11. Pusing dan sakit kepala
Konseling
Menjelaskan pada akseptor dengan jujur bahwa kemungkinan
tersebut ada, tetapi jarang terjadi dan biassanya bersifat sementara.
Penanggulangan medis
13

Pemberian anti prostaglandin untuk menangulanginya. Misalnya
acetosal 500 mg 3x1 tablet/hari. (Manuaba, 1998)

2. Suntikan atau Injeksi
Suntikan atau Injeksi Adalah suatu cara metode kontrasepsi dengan cara
menyuntikan hormon pencegah kehamilan dengan cara menyuntikan pada
otot intra muskuler di bokong (muskulus gluteus maximus) Yang dalam atau
otot pangkal lengan (deltoid) pada wanita usia subur.
Macam macamnya antara lain :
a. Devo provera mengandung medroksiprogesteron acetat 150 mg di berikan
tiap 12 minggu.
b. Noristerat diberikan dalam dosis 200 mg sekali suntik dengan cara
pemberian pada awal pemakaian tiap 8 minggu sampai sentikan ke empat
selanjunya setiap 12 minggu.
c. Clylofem yang mengandung medroxyprogesterone acetat 50 mgr dan dan
komponen estrogen. (Manuaba, 1998)

a) Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
1. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi
pelepasan ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
2. Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh
spermatozoa.
3. Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna
untuk implantasi dari hasil konsepsi. (Hartanto H.2004)
b) Keuntungan
Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap
8 minggu untuk 6 bulan pertama 3x suntikan pertama kemudian
selanjutnya sekali tiap 12 minggu.
14

DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan
dosis 150 mg.
Tingkat efektifitasnya tinggi
Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.
Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.
Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara
tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang non-
bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain.
Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa
perlu memberitahukan kepada siapapun termasuk suami atau
keluarga lain.
Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang
disebabkan estrogen, antara lain mual atau efek samping yang lebih
serius seperti timbulnya bekuan darah disamping estrogen juga
dapat menekan produksi ASI. (Hartanto H.2004)

c) Kerugian
Perdarahan yang tidak menentu
terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan
Berat badan yang bertambah
Sakit kepala
Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat
ditarik lagi.
Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka
kegagalan 0.7%.
Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan
15

Memerlukan biaya yang cukup tinggi. (Hartanto H.2004)

d) Saat Pemberian Yang Tepat
Pasca persalinan
o Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6
minggu post partum dan sebelum berkumpul dengan suami.
o Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
Pasca Abortus
o Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
o Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
Interval
o Hari kelima menstruasi
o Jadwal waktu suntikan diperhitungkan. ( Wiknjosastro,2001)

e) Kontra Indikasi
Tersangka hamil
Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak
diketahui penyebabnya
Tumor / keganasan
Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru hebat.
( Saifuddin,A.B,2003)
f) Cara Penggunaan
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular
tiap 12 minggu dengan kelonggaran batas waktu suntik, biasa
diberikan kurang satu minggu. ( Saifuddin AB,2003).




16

g) Efek samping
1. Gangguan Haid
Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama
menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada
pemakaian cyclofem.
Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang
terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntikan.
Metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
2. Keputihan, Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari
jalan lahir dan terasa mengganggu ( jarang terjadi)
3. Perubahan berat badan, Berat badan bertambah beberapa kilogram
dalam beberapa bulan setelah menggunakan kontrasepsi suntikan
4. Pusing dan sakit kepala, Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat
terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari bagian
kepala . Ini biasanya bersifat sementara.
5. Hematome, Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat
perdarahan di bawah kulit.

h) Penanggulangannya ( Saifuddin,A.B,2003)
1. Gangguan haid
Konseling, Memberikan penjelasan kepada calon akseptor
bahwa pada pemakaian kontrasepsi suntikan dapat
menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat
pengaruh hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala
perdarahan tidak berlangsung lama
Pengobatan, Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat
diberikan pemberian Pil KB hari I sampai ke II masing
masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1
17

selama 3 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat pula
diberikan preparat estrogen misalnya : Lymoral 2 x 1
sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan
berhenti, dapat dilaksanakan tepering off ( 1 x 1 tablet ).

2. Keputihan
Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa
kontrasepsi suntikan jarang terjadi keputihan. Bila hal ini
terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan segera di
berikan pengobatan.
Pengobatan :Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan.
Pada kasus dimana cairan berlebihan dapat diberikan
preparat Anti Cholinergis seperti extrabelladona 10 mg
dosis 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang
berlebihan. Perubahan warna dan bau biasanya disebabkan
oleh adanya infeksi.

3. Perubahan Berat Badan
Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan
berat badan adalah salah satu efek samping kontrasepsi
suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga disebabkan hal-
hal lain. Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat
pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.
Disamping itu dapat pula terjadi penurunan berat badan.
Pengobatan: Pengobatan diet merupakan pilihan utama.
Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori serta
olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus, dianjurkan untuk
18

diet tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkan untuk ganti
cara kontrasepsi non hormonal.
4. Pusing dan Sakit Kepala
Konseling: Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek
samping tersebut mungkin ada tetapi jarang terjadi dan
biasanya bersifat sementara.
Pengobatan: Pemberian anti prostaglandin untuk
mengurangi keluhan acetosal 500mg, 3 x 1 tablet/hari
5. Hematoma
Konseling: Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai
kemungkinan efek sampingb)
Pengobatan: Kompres dingin pada daerah yang membiru
selama 2 hari. Setelah itu diubah menjadi kompres hangat,
sehingga warna biru/kuning menjadi hilang. (
Hartanto,H.2004)
i) Komplikasi dan Penanggulangannya
Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain adalah abses, yang ditandai
dengan rasa sakit dan panas didaerah suntikan. Bila terdapat abses
teraba adanya benjolan yang nyeri di daerah suntikan. Biasanya
diakibatkan karena pemakaian jarum suntik yang berulang dan tidak
suci hama.
Penanggulangan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotic dosis
tinggi ( Ampicilin 500 mg, 3 x 1 tablet / hari ). Bila abses : Berikan
kompres untuk mendinginkan infeksi / mematangkan abses misalnya
kompres permanganas atau rivanol. Bila ada fluktuasi pada abses,
dapat dilakukan insisi abses, setelah itu diberikan tampon dan drain
jangan lupa berikan antibiotic seperti penatalaksanaan pada infeksi.
( Saifuddin A.B,2003)
19

j) Tempat Pelayanan
1. Rumah Sakit / Rumah Sakit Bersalin / Rumah Bersalin
2. Puskesmas / Balai kesehatan Masyarakat / Poliklinik Swasta /
Poliklinik Pemerintah.
3. Poliklinik Keliling
4. Dokter / Bidan Praktek Swasta ( Wijono Wibisono, 2001)

3. Subkutis atau Implant
Sering disebut AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) ada dua macam
implant :
a. Non biodegradble implant.
1. Norplant 6 kapsul berisi hormone levinorgestel, masa
waktu 6 tahun.
2. Norplant 2 terdiri dari 2 batang mengandung hormon
levonorgestrel masa waktu tiga tahun.
3. Satu batang terdiri hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun.
b. Biodegreble implant
1. Capronol : suatu kapsul polimer berisi hormone
levorgestel dengan daya kerja 18 bulan.
2. Pellets : berisi norethidrone dan sejumlah kecil
kolesterol, dengan daya kerja 1 tahun. (Manuaba, 1998)
a) Mekanisme kerja implant
a. Mencegah ovulasi.
b. Mengentalkan lender serviks, sehingga menghambat pergerakan
spermatozoa.
c. Menghambat perkembangan siklus dari endometrium.
(Manuaba, 1998)
b) Efek samping implant
a. Efeksamping paling utama adalah perubahan siklus haid.
20

b. Paling sering terjadi
1. Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus.
2. Perdarahan bercak-bercak (spotting).
3. Berkurangnya panjang siklus haid.
4. Amenorrhoe.
c. Perdarahan hebat jarang terjadi.
d. Sakit kepala sering dikeluhkan oleh akseptor implant
(Manuaba, 1998)
c) Kontra Indikasi
a. Hamil atau tersangka hamil
b. Terdapat perdarahan yang tidak diketahui penyebtabnya
c. Terdapat tumor atau tanda-tanda keganasan
d. Terdapat penyakit jantung, paru-paru, hati, darah tinggi, kencing
manis.
(Manuaba, 1998)

d) Insersi dan pengeluaran implant
a. Merupakan bedah minor yang memerlukan anastesi local dan
insisi yang kecil.
b. Waktu pemasangan yang terbaik untuk insersi adalah pada saat
haid atau jangan lebih 5-7 hari setelah mulainya haid.
c. Implant ditempatkan tepat dibawah kulit, umumnya pada bagian
dalam lengan atas atau lengan bawah, kira kira 6- 8 di atas atau
di bawah siku, melali insisi tunggal dalam bentuk tunggal, dalam
bentuk kipas dan dimasukan di bawah kulit.
d. Lakukan tindakan akseptik pada aderah yang akan di insisi,
kemudian lakukan anastesi local (lidokain 1%)
e. Lakukan insisi dengan pisau scapel dibuat insisi 2mm sejajar
dengan lekukan siku.
21

f. Masukan ujung trokar melalui insisi, terdapat dua garis tanda
batas pada trokar, satu dekat ujung lainya dekat pangkal trokar.
Dengan perlahan trokar dimasukan sampi dekat pangkal trokar
kurang lebih 4 4,5 cm. Trokar dimasukan sambil melakukan
tekanan ke atas dan tanpa berubah sudut pemasukan.
g. Atur jarak antara implant pertama dan sebelumnya dengan jarak
15, selanjutnya ulangi prosedur tesebut sampai implant semua
telah terpasang.
h. Lalu kedua pinggir insisi ditekan sampai berdekatan, kemudian
ditutup dengan handyplast. Tidak diperlukan penjahitan luka
insisi.
i. Lalu balut luka dengan kasa untuk mencegah perdaran. Darah
insisi dibiarakan kering, tinggalkan balutan luka sampai 48 jam.
Sedangkan hanyplast hingga luka insisi sembuh 3-5 hari.
j. Lakukan tekhnik antisepsis
k. Tentukan lokasi dari implant dengan jari tangan dan dapat diberi
tanda.
l. Sutikan lidokain 1% pada daerah yang akan dilakukan insisi,
buat insisi 4mm sedekat mungkin pada ujung implant, pada
daerah alas kipas.
m. Keluarkan implant yang paling dekat dengan daerah insisi,
dorong implant dengan hati-hati sampai terlihat ujungnya,
kemudian jepit dengan klem arteri.
n. Kemudian tutup daerah insisi seperti saat pemasangan, namun
jika ada yang tidak biasa dikeluarkan suruh ibu datang 2-4
minggu lagi sampai luka sembuh dulu.
(Manuaba, 1998)


22

e) Keutungan Norplant (implant)
a. Efektifitas tinggi
b. Tidak perlu melakukan pemeriksaan dari pemasanga sampai
pelepasan.
c. System 6 kapsul memberikan waktu 5 tahun.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak menimbulkan
efeksamping yang terjadi karena hormone estrogen.
e. Efek kontra indikasi segera berakhir setelah implant dikeluarkan.
f. Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan
konstan, sehingga terhindar dari dosis awal yang tinggi.
g. Norplant dapat membantu mencegah anemia.
(Manuaba, 1998)
f) Kerugian Norplant (implant)
a. Isersi dan pengeluaran harus dilakuakan oleh tenaga terlatih.
b. Petugas medis perlu melakukan latihan dan praktik untuk insersi
dan pengankatan implant.
c. Lebih mahal.
d. Sering timbul perubaha pola haid.
e. Akaseptor tidak dapat menghentikan sekendak sendiri.
(Manuaba, 1998)







23

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat Pelaksanaan
Puskesmas Merdeka Palembang

3.2 Waktu Pelaksanaan
Hari dan Tanggal : 6 Desember dan 10 Desember 2011
Jam : 8.00-12.00 WIB

3.3 Subjek Tugas Mandiri
Mengobservasi penyelenggaraan KB Hormon di Puskesmas.

3.4 Langkah Kerja
1. Membuat proposal
2. Melakukan konsultasi kepada pembimbing Early Exposure
3. Meminta izin kepada petugas Puskesmas untuk melakukan Early Exposure
secara administratif
4. Mengobservasi penyelenggaraan KB Hormon di Puskesmas
5. Mengumpulkan hasil kerja lapangan untuk mendapatkan suatu kesimpulan
6. Membuat laporan hasil Early Exposure dari data yang sudah didapatkan

3.5 Pengumpulan data
Melakukan observasi langsung terhadap penyelenggaraan KB Hormon di
Puskesmas



24

3.6 Pengolahan data
Analisis deskriptif yaitu pengolahan data yang dilakukan dengan cara
membandingkan teori dan data di lapangan

Palembang, Desember 2011
Pembimbing



dr. Liza Chairani, Sp. A, M. Kes.


















25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Observasi Selasa 6 Desember 2011
a. Nama : Ny. Ayu Pramita
Umur : 20 Tahun
Jenis KB yang digunakan: Suntik KB hormon 3 bulan untuk pemakaian
pertama
Efek samping: Belum ada
Alasan memilih Suntik KB Hormon: Karena lebih sederhana dan praktis
Alasan tidak memilih KB Hormon lainnya:
Pil KB : Apabila lupa meminum Pil KB dapat terjadi kehamilan.
Implant atau Susuk KB Hormon: Ketakutan ketika proses pemasangan.
2. Observasi Sabtu 10 Desember 2011
a. Nama : Ny. Endang
Umur : 19 Tahun
Jenis KB yang digunakan: Suntik KB Hormon 3 bulan untuk pemakaian
kedua
Efek samping: Sakit kepala
Alasan memilih Suntik KB Hormon: Karena lebih praktis dan mudah
untuk berhenti apabila ingin hamil.
Alasan tidak memilih KB Hormon lainnya:
Pil KB : Apabila lupa meminum Pil KB dapat terjadi kehamilan
Implant atau Susuk KB Hormon : Tidak dapat hamil sebelum implant
dicabut (3 tahun atau 5 tahun)
b. Nama : Ny. Nadia Khusna
Umur : 27 tahun
26

Jenis KB yang digunakan: Suntik KB Hormon 3 bulan untuk pemakaian
kelima
Efek samping: Sakit kepala dan tidak terjadi mentruasi tetapi hanya flek-
flek pada vagina pada awal pemakaian.
Alasan memilih Suntik KB Hormon: Karena lebih praktis dan tidak
menghambat produksi ASI
Alasan tidak memilih KB Hormon lainnya:
Pil KB: Karena ASI tidak keluar
Implant atau Susuk KB Hormon: Karena tidak boleh kerja keras
Pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya:
Pil KB Hormonal selama 3 tahun 6 bulan tetapi ASI tidak keluar.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tujuan dan Manfaat Penyelenggaraan KB Hormonal
Tujuan dan manfaat penyelenggaraan KB Hormonal adalah membantu
masyarakat dalam menentukan waktu kehamilan dan kelahiran yang tepat dan
sesuai dengan rencana agar tercapai kesejahteraan dan kebahagiaan dalam
keluarga.
4.2.2 Jenis-Jenis KB Hormonal di Puskesmas
Jenis-jenis KB yang ada di Puskesmas Merdeka adalah: Pil KB Hormon,
Suntik KB Hormon 3 bulan, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau
susuk atau implant.
Pil KB Hormon adalah alat kontrasepsi yang efektif dan mudah apabila
untuk menghentikan menggunakannya. Pil KB Hormon diminum satu pil
setiap harinya, membantu mengurangi pendarahan menstruasi dan kram serta
efek samping hanya pada awal pemakaian dan tidak berbahaya.
Perempuan yang tidak bisa memakai Pil secara aman adalah: Perokok
dan berusia lebih dari 35 tahun, penderita hipertensi, baru tiga minggu
melahirkan, menyusui kurang dari enam bulan, kemungkinan hamil dan
menderita penyakit serius lainnya.
27

Cara memakai Pil KB Hormonal adalah diminum satu pil setiap hari
pada waktu yang sama, paket Pil berisi 28 pil, setelah semua pil dalam satu
paket habis, lanjutkan dengan paket baru pada hari berikutnya.
Apabila lupa minum Pil KB Hormonal minum 1 pil segera ketika ingat,
kemudian minum pil berikutnya sesuai jadwal dan lanjutkan minum pil seperti
biasa ( satu pil setiap hari). Jika lupa minum dua pil atau lebih, atau terlambat
memulai paket 2 hari atau lebih, sebaiknya hindari senggama atau memakai
kondom selama 7 hari dan lewati pil tak aktif serta langsung lanjut ke paket
baru. Pil tak aktif harus dibuang dan lanjutkan minum pil seperti biasa.
Hal yang perlu diingat bagi akseptor Pil KB Hormonal adalah minum
satu pil setiap hari, apabila lupa minum pil dapat terjadi kehamilan, segera
kembali ke klinik sebelum pil habis atau jika ada keluhan atau masalah
(Terasa sangat nyeri pada perut, dada dan kaki, sakit kepala berat, kulit mata
kuning, pandangan terganggu/berkunang-kunang dan terjadi gangguan
kesehatan yang serius).
Suntik 3 Bulanan adalah alat kontrasepsi sangat efektif dan mudah
apabila untuk menghentikan menggunakannya namun hanya perlu waktu
untuk dapat hamil, dapat merubah haid bulanan dan tidak melindungi terjadap
HIV/IMS.
Perempuan yang tidak bisa memakai Suntik 3 bulanan secara aman
adalah: Penderita hipertensi, menyusui kurang dari enam minggu,
kemungkinan hamil dan menderita penyakit serius lainnya.
Cara pemberian Suntikan 3 bulanan adalah disuntikkan intaramuskuler
di bokong (M. gluteus maximus) dan jangan mengusap bagian yang disuntik.
Akseptor harus kembali setiap 3 bulan (Depo Medroxyprogesteron Asetat atau
DMPA) atau kembali walaupun telah melewati jadwal suntik dan apabila
terjadi keluhan (Sakit kepala berat, haid yang lama dan banyak, kulit mata
kuning dan mengalami gangguan kesehatan yang serius).
28

Hal yang perlu diingat adalah nama suntikan akseptor dan jadwal
pemberian suntikan.
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau susuk atau implant adalah
alat kontrasepsi sangat efektif selama 3 tahun untuk 1-2 kapsul dan 5 tahun
untuk 6 kapsul, mudah untuk berhenti dan bisa dikeluarkan kapan saja tetapi
AKBK tidak melindungi dari IMS/HIV.
Perempuan yang tidak bisa memakai AKBK secara aman adalah:
Menyusui kurang dari enam bulan, kemungkinan hamil dan menderita
penyakit serius lainnya.
Pemasangan AKBK biasanya selama 5-10 menit dan pencabutan sekitar
15 menit, suntikan menghentikan rasa sakit, kapsul ditaruh di bawah kulit
pada sisi dalam lengan bagian atas, kapsul tersebut harus dilepas setelah 3
atau 5 tahun (tergantung pada jumlah kapsul), menggunakan perban pada
bukaan di kulit dan menutup lengan tanpa dijahit.
Yang perlu diingat adalah jadwal pencabutan kapsul (3 atau 5 tahun)
dan kembali ke klinik jika ada keluhan atau masalah (sakit kepala berat, haid
lebih lama dan banyak, kulit mata kuning, infeksi atau nyeri berlanjut pada
area pemasangan dan mengalami gangguan kesehatan yang serius) atau jika
ingin mencabut AKBK.
4.2.3 Jenis KB Hormonal yang Banyak Digunakan di Puskesmas
Jenis KB yang banyak digunakan di Puskesmas Merdeka adalah Suntik
KB Hormonal 3 bulan, Pil KB hormonal, dan AKBK tetapi sangat jarang
kalaupun ada biasanya hanya 1 kali dalam sebulan. (Persentase)
Menurut ketiga pasien yang memakai alat kontrasepsi Suntik KB
Hormonal 3 bulan adalah alat kontrasepsi yang praktis, lebih sederhana,
mudah untuk berhenti apabila ingin hamil dan tidak menghambat produksi
ASI. Mereka mempunyai alasan masing-masing untuk tidak memilih alat
kontrasepi hormonal lainnya. Menurut Ny. Ayu Paramita apabila lupa
meminum Pil KB dapat terjadi kehamilan dan ketakutan ketika proses
29

pemasangan Implant. Menurut Ny. Endang apabila lupa meminum Pil KB
dapat terjadi kehamilan dan apabila memakai implant tidak dapat hamil
sebelum implant dicabut (3 tahun atau 5 tahun). Menurut Ny. Nadia Khusna
pemakaian pil KB menyebabkan ASI tidak keluar karena sebelum memakai
suntikan Ny. Nadia telah menggunakan pil selama 3 tahun 6 bulan dan
pemasangan implant menyebabkan tidak boleh kerja keras.
Menurut Ibu Rosidah (Petugas KB dan KIA Puskesmas Merdeka) ketiga
alasan pasien tersebut hanya karena mereka ketakutan dalam pemasangan
implant, implant dapat dicabut walaupun sebelum jadwal pencabutan apabila
ingin hamil dan akseptor implant boleh bekerja keras. Mengingat sedikit
sekali peminat akseptor implant maka masih sangat diperlukan penyuluhan-
penyuluhan kepada masyarakat mengenai kelebihan dan kekurangan berbagai
jenis KB Hormonal.
4.2.4 Tehnik Pemakaian KB Hormonal
4.2.5 Efek samping setelah menggunakan KB Hormonal
Efek samping pemaikan Pil tidak berbahaya, bukan tanda penyakit dan
segera hilang dalam beberapa bulan. Efek samping yang biasa terjadi adalah:
mual-mual, flek atau bercak diantara masa haid, sakit kepala ringan, nyeri
payudara dan berat badan naik turun.
Efek samping pemakaian Suntik 3 bulanan yang biasa terjadi adalah:
Mual-mual, flek atau bercak diantara masa haid, sakit kepala ringan, nyeri
payudara, dan berat badan naik turun.
Efek samping pemakaian AKBK yang biasa terjadi adalah: Bercak atau
haid ringan atau haid tak teratur atau tidak ada haid.
Menurut Ny. Ayu Paramita belum ada efek samping yang ia rasakan
karena pemakaian Suntik KB Hormonal yang pertama. Menurut Ny. Endang
efek samping yang ia rasakan setelah pemakaian Suntik KB Hormonal kedua
adalah sakit kepala. Menurut Ny. Nadia Khusna efek samping yang ia rasakan
setelah pemakaian Suntik KB Hormonal kelima adalah sakit kepala dan tidak
30

terjadi mentruasi tetapi hanya flek-flek pada vagina pada awal pemakaian.
Efek samping pemakaian Pil KB selama 3 tahun 6 bulan adalah ASI tidak
keluar.
Jelaskan mengapa ASI tidak keluar?
Kendala yang ditemui, tidak mendapatkan pasien pil dan AKBK?
























31


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran























32


DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo et all. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
BKKBN, 2011. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Palembang: BKKBN.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
http://www.scribd.com/doc/27973320/Kontrasepsi-Hormonal. (18 November 2011)
Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.














33


LAMPIRAN

You might also like