You are on page 1of 11

1

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI


NOMOR 1457/MENKES/SK/X/2003

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Menimbang
:
a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4) butir b
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Pemerintah
mempunyai kewenangan untuk menetapkan pedoman
standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh
Kabupaten/Kota;


b. bahwa dalam rangka desentralisasi, Daerah diberi tugas,
wewenang, kewajiban dan tanggung jawab menangani
urusan pemerintahan tertentu;

c. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial Republik Indonesia Nomor 1747 /Menkes
Kesos/SK/12/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar
Pelayanan Minimal dalam Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota tidak sesuai lagi;

d. bahwa sehubungan butir c tersebut di atas, dipandang perlu
menetapkan kembali Standar Pelayanan Minimal bidang
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan Keputusan Menteri
Kesehatan.




Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);


2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3.


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi
sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
2


5. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4022);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang
Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 209. Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4027);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan Dan Pengawasan (Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang
Pelaporan Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002
tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan
Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara
Penyusunan APBD;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2001
tentang Pengawasan Represif Kebijakan daerah.



Memperhatikan : Hasil kesepakatan pembahasan bersama Departemen
Dalam Negeri, BAPPENAS, Departemen Keuangan dan
Departemen Kesehatan.




M E M U T U S K A N :

Menetapkan
: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA


BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Menteri Kesehatan.

3


2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta
Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan
Eksekutif Daerah.

3.

Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Daerah Propinsi,
Bupati bagi Daerah Kabupaten dan Walikota bagi Daerah
Kota.

4. Daerah adalah Daerah Otonom Kabupaten dan Daerah
Otonom Kota.

5. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi
Pemerintah dalam memberikan dan mengurus keperluan
kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan rakyat.

6. Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota adalah tolok ukur kinerja pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan Daerah.







BAB II

STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN

Pasal 2



(1) Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal.


(2) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berkaitan dengan pelayanan kesehatan
yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja
dan target Tahun 2010:


a. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi :


1. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 ( 95 %);


2. Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan (90 %);


3. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk (100 %);


4. Cakupan kunjungan neonatus (90 %);


5. Cakupan kunjungan bayi (90%);


6. Cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang
ditangani (100%).
4





b. Pelayanan kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia
Sekolah:


1. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak
balita dan pra sekolah (90%);


2. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan
setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga
terlatih / guru UKS/Dokter Kecil (100%);


3. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (80%).





c. Pelayanan Keluarga Berencana :
Cakupan peserta aktif KB (70%).



d. Pelayanan imunisasi :
Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
(100%).



e. Pelayanan Pengobatan / Perawatan :
1. Cakupan rawat jalan (15 %);
2. Cakupan rawat inap (1,5 %).



f. Pelayanan Kesehatan J iwa :
Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan
kesehatan umum (15%).



g. Pemantauan pertumbuhan balita :
1. Balita yang naik berat badannya (80 %);
2. Balita Bawah Garis Merah (<15 %).



h. Pelayanan gizi :
1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali
per tahun (90%);
2. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
(90%);
5
3. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI
pada bayi Bawah Garis Merah dari keluarga
miskin (100%);
4. Balita gizi buruk mendapat perawatan (100%).



i. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
dan Komprehensif :
1. Akses terhadap ketersediaan darah dan
komponen yang aman untuk menangani rujukan
ibu hamil dan neonatus (80%);
2. Ibu hamil risiko tinggi / komplikasi yang ditangani
(80%);
3. Neonatal risiko tinggi / komplikasi yang ditangani
(80%).



j. Pelayanan gawat darurat :
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan
gawat darurat yang dapat diakses masyarakat
(90%).



k. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
Gizi Buruk :
1. Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani
<24 jam (100%);
2. Kecamatan bebas rawan gizi (80%).



l. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio:
Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000
penduduk <15 tahun ( 1).



m. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru:
Kesembuhan penderita TBC BTA positif (>85%).


6


n. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA:
Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani
(100%).



o. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-
AIDS:
1. Klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS
(100%);
2. Infeksi menular seksual yang diobati (100%).



p. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) :
Penderita DBD yang ditangani (80%).



q. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare:
Balita dengan diare yang ditangani (100%).



r. Pelayanan kesehatan lingkungan :
Institusi yang dibina (70%).



s. Pelayanan pengendalian vektor:
Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes
(>95%).



t. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum :
Tempat umum yang memenuhi syarat (80%).



u. Penyuluhan perilaku sehat :
1. Rumah tangga sehat (65%);
2. Bayi yang mendapat ASI- eksklusif (80%);
3. Desa dengan garam beryodium baik (90%);
4. Posyandu Purnama (40%).

7


v. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (P3 NAPZA) berbasis masyarakat:
Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas
kesehatan ( 15%).



w. Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan
kesehatan:
1. Ketersedian obat sesuai kebutuhan (90%);
2. Pengadaan obat esensial (100%);
3. Pengadaan obat generik (100%).



x. Pelayanan penggunaan obat generik:
Penulisan resep obat generik (90%).



y. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan
kesehatan perorangan:
Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar
(80%).



z. Penyelenggaraan pembiayaan untuk Keluarga
Miskin dan masyarakat rentan :
Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan Keluarga
Miskin dan masyarakat rentan (100%).



(3) Di luar jenis pelayanan yang tersebut pada ayat (2),
Kabupaten/Kota tertentu wajib menyelenggarakan
jenis pelayanan sesuai dengan kebutuhan antara
lain :


a. Pelayanan Kesehatan Kerja :
Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja
formal (80%).



8


b. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut :
Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut
dan usia lanjut (70%).



c. Pelayanan gizi :
Cakupan wanita usia subur yang mendapatkan
kapsul yodium (80%).



d. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-
AIDS :
Darah donor diskrining terhadap HIV-AIDS
(100%).



e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Malaria:
Penderita malaria yang diobati (100%).



f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta:
Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate)
(>90%).



g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Filariasis:
Kasus filariasis yang ditangani ( 90%).


Pasal 3
Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) dan (3), juga diberlakukan bagi
Daerah Khusus Ibukota J akarta.







9
BAB III

PENGORGANISASIAN

Pasal 4

(1) Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai Standar
Pelayanan Minimal yang dilaksanakan oleh Perangkat
Daerah Kabupaten/Kota dan masyarakat;

(2) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai
Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud
ayat(1) secara operasional dikoordinasikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota;

(3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai Standar
Pelayanan Minimal dilakukan oleh tenaga dengan
kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan.




BAB IV

PELAKSANAAN

Pasal 5

(1) Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan, merupakan
acuan dalam perencanaan program pencapaian target
masing-masing DaerahKabupaten/Kota.

(2) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud
dalam perencanaan program pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan Standar Teknis yang ditetapkan.

(3) Sumber pembiayaan pelaksanaan pelayanan kesehatan
untuk pencapaian target sesuai Standar Pelayanan
Minimal seluruhnya dibebankan pada APBD.





10

BAB V

PEMBINAAN

Pasal 6

(1) Pemerintah dan Pemerintah Propinsi memfasilitasi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai Standar
Pelayanan Minimal dan mekanisme kerjasama antar
Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Fasilitasi dimaksud ayat (1) dalam bentuk pemberian
standar teknis, pedoman, bimbingan teknis, pelatihan
meliputi :
a. Perhitungan kebutuhan pelayanan kesehatan sesuai
Standar Pelayanan Minimal;
b. Penyusunan rencana kerja dan standar kinerja
pencapaian target SPM;
c. Penilaian pengukuran kinerja;
d. Penyusunan laporan kinerja dalam
menyelenggarakan pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal di bidang kesehatan.



Pasal 7

Menteri Kesehatan melaksanakan supervisi dan
pemberdayaan Daerah dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal.



BAB VI

PENGAWASAN

Pasal 8

(1) Bupati / Walikota melaksanakan pengawasan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai
Standar Pelayanan Minimal di daerah masing-masing.


11
(2) Bupati / Walikota menyampaikan laporan pencapaian
kinerja pelayanan kesehatan sesuai Standar
Pelayanan Minimal, kepada Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Kesehatan

Pasal 9

(1). Menteri Kesehatan melaksanakan evaluasi penye-
lenggaraan pelayanan kesehatan sesuai Standar
Pelayanan Minimal yang ditetapkan Pemerintah.

(2). Hasil evaluasi kemampuan Daerah dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai
Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaporkan kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri.


BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan Menteri
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 1747/Menkes-
Kesos/SK/12/2000 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan dinyatakan tidak berlaku lagi.




Pasal 11

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan


Ditetapkan di J akarta
pada tanggal 10 Oktober 2003


MENTERI KESEHATAN,

ttd

Dr. ACHMAD SUJUDI

You might also like