Disusun Oleh : Abdullah Shidqul Azmi Arifah Shabrina Aulia Ajrina
Pembimbing : dr. Rusdi Effendi Sp.KJ
STASE KLINIK GERIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
1
BAB I PENDAHULUAN
Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia dan terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia. Efek-efek tersebut menentukan lansia dalam melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Masalah-masalah kesehatan atau penyakit fisik dan atau kesehatan jiwa yang sering timbul pada proses menua (lansia), diantaranya gangguan sirkulasi darah, gangguan metabolisme hormonal, gangguan pada persendian, dan berbagai macam neoplasma. Masalah sosial yang dihadapi lanjut usia (lansia) adalah bahwa keberadaan lansia sering dipersepsikan negatif oleh masyarakat luas. Kaum lansia sering dianggap tidak berdaya, sakit-sakitan, tidak produktif dan sebagainya. Perubahan perilaku ke arah negatif ini justru akan mengancam keharmonisan dalam kehidupan lansia atau bahkan sering menimbulkan masalah yang serius dalam kehidupannya. Bentuk-bentuk permasalahan yang dihadapi lansia diantaranya timbul demensia, gejala depresi, skizofrenia, adanya delusi dan sebagainya. Proses kejiwaan dasar pada orang-orang tua tidak jauh berbeda dengan orang yang lebih muda. Bagaimanapun, proses penuaan dan perubahan patologi mengakibatkan persoalan-persoalan kejiwaan yang berhubungan erat dengan kelompok umur ini. Persoalan- persoalan yang lazim dihadapi pada pengobatan adalah keterlibatan dan berubahnya hubungan antara orang-orang tua dengan anak-anak mereka yang sudah remaja. Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatrik pada lanjut usia. Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan pengetahuan khusus, karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi klinis, patogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara patogenesis dewasa muda dan lanjut usia. Faktor penyulit pada pasien lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering adanya penyakit dan kecacatan medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif.
2
BAB II STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN Nama pasien : Ny. I Usia : 70 tahun Tanggal lahir : 15 April 1943 Jenis kelamin : Perempuan Status perkawinan : Kawin Alamat : Karawang Suku : Jawa Agama : Islam Pendidikan : Sekolah Dasar Pekerjaan : Ibu rumah tangga Jumlah Anak : 1 perempuan Ruang rawat : Ruang Tulip
I. KELUHAN UTAMA Pasien merasa murung dan bosan sejak 3 bulan yang lalu
II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG O Pasien merasa murung dan bosan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh badannya lemas, mudah lelah, merasa tidak berdaya, dan malas mengerjakan aktivitas. Pasien sering berada di dalam kamar dan jarang berinteraksi dengan orang lain. Nafsu makan menurun disangkal. Berat badan turun disangkal. O Pasien kadang-kadang mengeluh nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu. Dirasakan nyeri seperti berdenyut di kepala sebelah kanan. Nyeri pada tengkuk dan leher disangkal. Keluhan mual disangkal. Nyeri berkurang dengan istirahat dan pasien tidak mengkonsumsi obat pereda nyeri. O Nyeri perut, nyeri dada dan sesak napas disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat demam disangkal. Keluhan nyeri dan kaku sendi disangkal. BAK dan BAB pasien tidak ada keluhan. Keluhan sulit tidur disangkal. Riwayat penggunaan obat jangka lama disangkal.
3
III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU O Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien O Pasien memiliki riwayat darah tinggi 1 tahun lalu yang tidak terkontrol. O Riwayat kencing manis, asma, kanker, penyakit jantung, dan alergi disangkal. O Riwayat merokok, minum alkohol dan konsumsi obat-obatan terlarang disangkal. O Riwayat dirawat di RS dan riwayat operasi disangkal.
III. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA O Tidak ada di keluarga yang mengalami keluhan yang serupa. O Pada keluarga riwayat kencing manis, penyakit jantung, hipertensi dan alergi tidak ada
IV. RIWAYAT SOSIAL DAN KEBIASAAN O Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok atau minum alkohol. Namun memiliki kebiasaan minum kopi setiap hari 1 gelas sejak usia muda, minum teh dan jamu jarang. O Komunikasi interpersonal terbatas. Pasien sering menyendiri dan berdiam di kamar.
V. RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT Saat ini pasien tidak sedang mengkonsumsi obat
VI. ANALISA KEUANGAN Saat ini pasien tinggal di panti tanpa penghasilan. Untuk kehidupan sehari-hari ditanggung oleh panti (sandang, pangan, kesehatan).
VII. ANALISA LINGKUNGAN PANTI Pasien tinggal di kamar lantai 1, ruang Tulip. Lantai dikamar pasien cukup bersih dan kering. Tidak ada karpet dan lantai terbuat dari keramik yang tidak licin. Penerangan di kamar pasien baik. Kloset yang terdapat di kamar pasien cukup baik dengan bentuk kloset duduk dan terdapat pegangan di dinding kamar mandi. Sirkulasi udara cukup karena jendela kamar selalu terbuka. Penerangan dalam kamar juga cukup.
4
VIII. ANALISA GIZI
O BB : 59 kg TB : 152 cm O IMT : 25,54 overweight (kriteria Asia Pasifik)
O Kebutuhan kalori basal : 1153 kkal O keb.kalori/hari :1153 kkal x 1.12 : 1292 kkal O Karbohidrat 60%: 194 g O Protein 25% : 81 g O Lemak 15% : 22 g
Pemeriksaan MNA
5
IX. ANAMNESIS SISTEM
X. PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF (MMSE)
Interpretasi hasil : Gangguan Kognitif Ringan
Lampiran gambar pasien 6
UJI AMT
XI. PEMERIKSAAN FUNGSIONAL ( INDEKS ADL BARTHEL)
XII. PEMERIKSAAN BERG BALANCE SCALE
7
XIII. PEMERIKSAAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE
Hasil : Pasien mengalami depresi
XIV. STATUS MENTAL Deskripsi umum O Penampilan Pasien perempuan mengenakan baju tidur, perawatan diri cukup baik, O Perilaku dan aktivitas motorik Pasien tampak tenang dan lebih lambat O Pembicaraan Pasien menjawab sesuai dengan yang ditanyakan,namun artikulasi kurang jelas. Pertanyaan harus jelas dan mudah dimengerti, volume suara pasien agak pelan, kecepatan bicara cukup, O Sikap terhadap pemeriksa Pasien kooperatif. Tampak cukup terbuka pada pemeriksa Mood dan Afek O Mood : Hipotim O Afek : Terbatas O Keserasian : Serasi Gangguan Persepsi O Tidak ditemukan halusinasi, depersonalisasi Proses atau bentuk pikir O Jawaban pasien sesuai dengan pertanyaan, tidak terdapat asosiasi longgar 8
Isi Pikir O Gangguan pikiran : Tidak ada waham Pengendalian Impuls O Pasien dapat mengendalikan dirinya selama proses anamnesis dan pemeriksaan fisik Daya nilai sosial dan tilikan O Baik, pasien bersikap sopan selama anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien juga menyadari bahwa marah-marah dan menyakiti orang lain adalah perbuatan yang salah. O Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya Taraf Dapat Dipercaya O Secara keseluruhan pasien dapat dipercaya.
XV. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pola dan analisa jalan Pasien tidak menggunakan kursi roda, pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. 2. Keadaan umum Kesadaran : Compos Mentis GCS : E 4 M 5 V 6
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Status gizi : BB 59 TB 152 BMI 25,54 LLA 25 mm Tanda Vital : TD duduk : 130/80 mmHg TD Berbaring : 130/80 mmHg Nadi : 84x/menit,regular,isi cukup Suhu : 36,5 o C Pernafasan : 18x/menit regular Keadaan Lokal Trauma Stigmata : - Perdarahan perifer : Capillary refill time <3 detik KGB : tidak teraba membesar, nyeri tekan (-) Columna Vertebralis : Lurus ditengah, tidak ada nyeri tekan
9
3. Kulit : Kering , scar (-), luka terbuka (-),dekubitus (-), memar (-) 4. Kepala : Normochepal, Rambut putih beruban, tidak mudah dicabut 5. Mata : Conjungtiva anemis (-) / (-) Sklera Ikterik (-) / (-) RCL (+) / (+) RCTL (+) / (+) Pupil Bulat Isokhor 6. THT - Telinga : normotia, Deformitas (-)/ (-) - Hidung : Pernafasan cuping hidung ( - ): Deformitas (-);Sekret -/-, hiperemis - /-, deviasi septum (-), edema -/- - Tenggorokan : T1/T1 Tidak hiperemis 7. Leher : Trakea di tengah, Tiroid tidak teraba, JVP 5-2 cmH 2 0 ; pembesaran KGB (- ) nyeri tekan (-) 8. Mulut : Oral hygiene cukup baik, lidah tidak deviasi, gigi palsu (-), faring tidak hiperemis 9. Paru Inspeksi : gerakan nafas simetris dalam statis & dinamis Palpasi : Nyeri tekan (-), emphysema subkutis (-) vokal fremitus sama pada lapang paru dextra et sinistra Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : suara napas vesikuler. Suara napas tambahan ronkhi -/- Wheezing -/- 10. Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat Palpasi : teraba Ictus ordis pada 1 jari lateral MCL ICS 5 sinistra Perkusi : Pinggang jantung ICS III PSL sinistra : Batas kanan ICS 4 PSL dextra : Batas Kiri 2 jari medial MCL ICS 5 sinistra Auskultasi : BJ I & II regular, Murmur (-), Gallop (-) 10. Abdomen Inspeksi : perut membuncit Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defanse muscular (-), hepatoslenomegali (-) Nyeri tekan epigastrium (+) Perkusi : Timpani Auskultasi : BU (+) normal 10
11. Punggung :deformitas (-), gibus (-) 12. Genitalia Eksterna : tidak diperiksa 13. Otot & Kerangka - Analisa berjalan: pasien tidak menggunakan kursi roda - Pemeriksaan untuk ekstremitas atas dan bawah dekstra et sinistra muskuloskeletal dalam batas normal. Ekstermitas atas Bahu Siku Wrist (hand) Jari tangan Deformitas - - - - Nyeri - - - - Bejolan - - - - ROM - - Fleksi - - Ekstensi - - Abduksi - - adduksi - - Endorotasi - - Eksorotasi - - Pronasi - - Supinasi
TRM : Kaku kuduk (-) Brudzinski I (- / -) : Laseque >70 o />70 o
: Kernig >135 o />135 o Brudzinski II (- / - )
Nervus kranialis N.I - Olfaktori : normosmia Dextra et Sinistra N.II - Optikus Visus Campus : Sama dengan pemeriksa Dextra et Sinistra Lihat warna : tidak diperiksa Funduskopi : tidak diperiksa
N II & III Pupil Bulat Isokhor 3mm /3mm OD OS RCL + + RCTL + +
N. III (oculomotor) ,IV (tokhlearis) dan VI (absusen) 1) N.III Ptosis : pasien bisa membuka kedua mata saat pemeriksa memberikan tahanan dengan menekan ringan kelopak mata (m.levator palpebra) Akomodasi : saat melihat jari (benda) kedua bola mata bergerak kearah nasal dan pupil miosis
2) N.III .IV,VI Kedudukan bola mata : Ortophori Dextra et Sinistra
12
Pergerakan bola mata : OD OS
Eksoftalmus : OD () OS(-)
N. V (trigeminus) 1) Cab. Motorik a) Gerakan Rahang - Saat pemeriksa memberikan tahanan ketika pesien menggerakkan rahangnya ke bawah ke samping kiri dan kanan agar kembali ke posisi tengah pasien bisa mempertahankan posisinya - Saat pemeriksa menarik dagu kebawah pasien mengatup mulutnya dengan kuat. b) Menggigit Saat menggigit tonus m.masetter dan m.tempralis teraba sama besar 2) Cab. Sensorik Tidak ada perbedaan sensibilitas tiga dermatom Opthalmicus, maksilaris, dan mandibularis dextra et Sinistra 3) Reflek a) Refleks Masetter : tidak ada gerakan menutup mulut ketika jari pemeriksa yang berada di dagu pasien (posisi melintang) dipukul dengan hammer
N. VII (fasialis) 1) Motorik orbitofrontal - wajah pasien simetris - Gerakan saat mengangkat alis dan mengerutkan dahi pasien dekstra et.sisnistra simetris Orbikularis 13
- Sudut bibir dan plica nasolabialis dekstra tidak ada yang lebih datar dekstra et sisnistra saat pasien diminta untuk menyeringai sambil menunjukkan gigi geligi Tidak ada kebocoran pipi dekstra et.sisnistra saat pasien diminta menggembungkan pipi & pemeriksa menekan pipi pasien 2) Sensorik Pengecapan 2/3 lidah bagian depan dekstra et.sisnistra (tidak diperiksa)
N.VIII (vestobulochoclear) Vestibular - Vertigo, Nistagmus (maneuver hallpike tidak diperiksa) - Romberg Tes, Romberg dipertajam, Fukuda,Tandem gait, jari-jari, jari- hidung dan salah tunjuk (tidak dilakukan). Pasien masih dapat mendengar detik arloji pada jarak 1 meter
N. IX (glosofaringeus), X (vagus) o Motorik uvula ditengah, tidak tertarik ke kanan atau kekiri baik statis dan dinamis
N. XI (Aksesorius) o m.trapezius saat mengangkat bahu pasien bisa melawan tahanan pemeriksa o m.Sternokleidomastoideus Saat menoleh ke satu sisi (kanan dan kiri) pasien bisa melawan tahanan yang dilakukan pemeriksa
N. XII (Hipoglosus) o Saat membuka mulut, lidah (statis) tidak ada deviasi, tidak ada tremor atau fasikulasi o Saat menjulurkan lidah (dinamis) tidak ada deviasi ke kanan sedikit, tidak ada tremor atau fasikulasi o Kekuatan pada saat pasien menekan lidah pada pipi nya sama
14
Trofi : eutrofi Tonus : Normotonus Sistem Motorik : Ekstremitas : Atas 5555 | 5555 : Bawah 5555 | 5555 Sistem Sensorik Propioseptif : Dextra et Sinistra baik Eksteroseptif : Dextra et Sinistra baik Fungsi Otonom Miksi : Baik Defekasi : Baik Sekresi Keringat : Baik Reflek Fisiologis Biseps : +2 |+ 2 Triseps : +2 |+ 2 Radius : +2 |+ 2 Patella : +2 |+ 2 Achiles : +2 |+ 2 Reflek Patologi Hoffman tromer : - | - Babinski : - | - Chaddok : - | - Oppenhein : - | - Schafer : - | - Gonda : - | - Rossolimo : - | - Mendel-Bechterew : - | - Klonus Patella : - | - Klonus Achiles : - | - Gerakan Involunter Tremor : - | - Khorea : - | - Mioklonik : - | - Tik : - | - Fungsi Serebelar Ataksia : - | - Disdiadokinesis : - | - 15
Jari-jari : - | - Jari-hidung : - | - Tumit-lutut : tidak diperiksa Fenomena Rebound : - | - Hipotoni : - | - Romberg : - | - Fungsi Luhur : Berbahasa / Memori Fungsi Bicara : Disfoni (-) Disatria (-) Fungsi Menelan Disfagia (-)
XVII. DIAGNOSIS MEDIK 1. Depresi 2. Pre hipertensi (Klasifikasi JNC-VII) 3. Gangguan Kognitif Ringan
XVIII. GERIATRIC GIANT O Cognitive Impairment O Isolation
XIX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL O Aksis I F32.2 Episode Depresi berat tanpa gejala psikotik O Aksis II Z03.2 tidak ada diagnosis O Aksis III IOO-I99 penyakit sistem sirkulasi O Aksis IV Tidak ada (none) O Aksis V 60-51
XX. PROGNOSIS Quo ad vitam : Dubia ad bonam Quo ad funtionam : Dubia ad bonam Quo ad sanactionam : Dubia ad malam 16
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demensia Dementia adalah suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Garis besar manifestasi kliniknya : a. perjalanan penyakit yag bertahap (bulan atau tahun) b. tidak terdapat gangguan kesadaran. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat. Pada beberapa penderita tua terjadi penurunan daya ingat dan gangguan psikomotor yang masih wajar disebut sebagai sifat pelupa benigna akibat penuaan (benign senescent forgetfullness). Keadaan ini tidak menyebabkan gangguan pada aktivitas hidup sehari-hari. Beberapa penderita demensia sering mengalami depresi dan konfusio. Secara garis besar demensia pada usia lanjut dikategorikan dalam 4 golongan : a. Demensia degeneratif primer 50-60% b. Demensia multi infark 10-20% c. Demensia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30% d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%.
Demensia badan Levy dan demensia frontotemporal merupakan demensia terbanyak ketiga dan keempat. Pasien dengan demensia yang bersifat reversibel, dapat kembali menjalankan kehidupan sehari-hari jika pengobatannya baik. Penyebab demensia reversibel: D-drugs 17
E-emotional M-metabolik E-eye and ear N-nutritional T-tumor and trauma I-infeksi A-arteriosclerotic.
Mild Cognitive Impairment (Gangguan Kognitif Ringan) Gangguan kognitif ringan merupakan suatu bentuk transisi antara keadaan normal dan demensia alzheimer. Memiliki kriteria sebagai berikut: keluhan gangguan memori (dikemukakan oleh perawat), adanya gangguan memori pada pemeriksaan objektif, fungsi kognitif secara umum baik, ADL intak, tidak mengalamo demensia. Akhir-akhir ini kriteria MCI yang sering digunakan adalah a.penderita bisa normal atau demensia, b.terdapat bukti memburuknya fungsi kognitif, c.ADL masih dipertahankan dan fungsi instrumental komplek masih intak atau terganggu minimal. Perubahan MCI menjadi alzheimer dilaporkab 2-31% per tahun, lebih banyak terjadi pada mereka yang dirawat di klinik dibandingkan di masyarakat. Klasifikasi Menurut Umur: 1. Demensia senilis (>65th) 2. Demensia prasenilis (<65th) Menurut perjalanan penyakit: 1. Reversibel, paling sering ditemukan karena penyebab : a. D, drugs ( karena obat-obatan, contoh : polifarmasi )\ b. E, emotional ( gangguan jiwa seperti depresi, skizofrenia, dll ) c. M, metabolik atau endokrin, contohnya pada gangguan hormon tiroid d. E, eye and ear, contohnya pada presbikusis e. N, nutrisi, contohnya pada pasien malnutrisi f. T, tumor dan trauma 18
g. I, infeksi h. A, aterosklerosis 2. Ireversibel Menurut Etiologi secara Umum 1. Tipe non-Alzheimer 2. Demensia vaskular 3. Demensia badan Lewy (Lewy Body dementia) 4. Demensia Lobus fronto-temporal 5. Demensia terkait HIV-AIDS 6. Parkinson 7. Huntington syndrome 8. Pick syndrome 9. Jakob-Creutzfeldt syndrome 10. Gerstmann-Strussler-Scheinker syndrome 11. Prion disease 12. Palsi Supranuklear progresif 13. Multiple sklerosis 14. Neurosifilis 15. Tipe campuran Menurut sifat klinis: 1. Demensia proprius 2. Pseudo-demensia Etiologi Gejala demensia adalah gejala yang tidak khas untuk satu penyakit, banyak penyakit sistemik yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia, tetapi beberapa penelitian menyatakan bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain. 19
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat transmisi impuls dari dan ke daerah kortikal terganggu. Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Gejala Klinis 1. Demensia Alzheimer Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degeneratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang masif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang- barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Waham, halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor. Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu : Stadium I Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami Stadium II Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain, a. Disorientasi b. gangguan bahasa (afasia) c. penderita mudah bingung 20
d. penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi. e. Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%, Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Dengan gejala : Penderita menjadi vegetatif tidak bergerak dan membisu daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain kematian terjadi akibat infeksi atau trauma 2. Demensia Vaskuler Demensia tipe Vaskuler disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. Stroke adalah salah satu contoh penyakit vaskular yang paling sering ditemukan menyebabkan gejala demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat diduga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia tipe vaskuler. Group Health Cooperative, membuat secara singkat stadium demensia berdasarkan gejala klinis yang dapat dinilai secara objektif :
21
1. Demensia primer Alzheimer Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian berat sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari- hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat (pelupa). Demensia terutama yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer berkaitan erat 22
dengan usia lanjut. Penyakit alzheimer ini 60% menyebabkan kepikunan atau demensia dan diperkirakan akan meningkat terus. Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan memori (daya ingat) yang terjadi secara bertahap, termasuk kesulitan menemukan atau menyebutkan kata yang tepat, tidak mampu mengenali objek, lupa cara menggunakan benda biasa dan sederhana, seperti pensil, lupa mematikan kompor, menutup jendela atau menutup pintu, suasana hati dan kepribadian dapat berubah, agitasi, masalah dengan daya ingat, dan membuat keputusan yang buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak biasa. Gejala ini sangat bervariasi dan bersifat individual. Gejala bertahap penyakit alzheimer dapat terjadi dalam waktu yang berbeda- beda, bisa lebih cepat atau lebih ambat. Gejala tersebut tidak selalu merupakan penyakit alzheimer, tetapi apabila gejala tersebut berlangsung semakin sering dan nyata, perlu dipertimbangkan kemungkinan penyakit Alzheimer.
2. Demensia multi-infark Jenis kedua terbanyak setelah Alzheimer. Bisa didapatkan sendiri atau bersama dengan demensia jenis lain. Didapatkan sebagai akibat/gejala sisa dari stoke kortikal atau subkortikal yang berulang. Ciri yang khas yaitu gejala dan tanda menunjukkan penurunan bertingkat dimana setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya. Sedangkan pada Alzheimer, gejala dan tanda berlangsung progresif. Dengan MRI, lesi sering dapat dideteksi. Pemeriksaan dengan skor Hachimsky dapat membantu menegakkan diagnosis demensia jenis ini. Pada banyak penderita sering ditemukab jenis demensia campuran (multi infark dan Alzheimer).
3. Demensia dengan Badan Lewy Demensia ini ditandai dengan adanya badan Lewy yang ada di batang otak dan neokorteks. Gambaran klinik bervariasi, namun selalu terdapat gambaran 2 dari 3 keadaan yaitu fluktuasi kognisi, halusinasi visual, dab parkinsonisme. Gejala tambahan diantaranya jatuh, sinkope, hilang kesadaran sepintas, sensitivitas neuroleptik, delusi dan halusinasi. Adanya stroke harus disingkirkan.
4. Demensia Fronto Temporal Sindroma demensia bisa diakibatkan oleh suatu proses degeneratif di regio korteks anterior otak, yang secara neuropatologis berbeda dengan demensia 23
Alzheimer. Pencitraan neurologik fungsional menunjukkan penurunan metabolisme otak di daerah lobus temporal anterior dan frontal. Gambaran klinis menunjukkan gangguan perilaku yang luas dengan awitan yang tersembunyi dan biasanya terjadi antara usia 40-70 tahun. Sindroma ini menunjukkan suatu keadaan yang sangat heterogen.
5. Demensia pada penyakit neurologik Penyebab tersering karena penyakit parkinson, khorea huntington, dan hidrosefalus tekanan normal. Pemeriksaan dengan MRI menunjukkan adanya pelebaran ventrikel melebihi proporsi dibanding atrofi kortikal otak. Gejala mirip demensia subkortikal, dengan adanya gejala postur dan langkah serta depresi.
6. Sindroma amnestik dan "pelupa benign akibat penuaan" Gejala utama adalah gangguan memori dan tidak terdapat gangguan fungsi intelektual. Penyebabnya adalah: defisiensi tiamin ( sering karena pemakaian alkohol berlebihan), lesi pada struktur otak bagian temporal tengah akibat trauma atau anoksia), iskemia global transien. Keluhan biasanya gangguan memori ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan demensia : A. Secara teratur periksa tekanan darah B. Mencegah cedera kepala C. Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelektual dan aktivitas sosial D. Mencegah paparan radiasi dan elektromagnet E. Diet cukup vitamin E atau suplemen vitamin E kurang dari 400U/hari. F. Upayakan makan sehat, kurangi lemak G. Upayakan asupan vitamin B.12 dan asam folat yang cukup H. Tidak merokok I. Aktivitas fisik cukup dan tidur yang cukup
Rekomendasi : A.jangan menggunakan statin untuk pencegahan demensia B. jangan menggunakan obat NSAID C.jangan gunakan TSH atau estrogen untuk pencegahan 24
D.jangan gunakan inhibitor kolesterase untuk pencegahan
2.2 Depresi pada Pasien Usia Lanjut Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih. Terdapat beberapa faktor biologis, fisik, psikologis dan social yang membuat seseorang berusia lanjut rentan terhadap depresi. Perubahan pada system saraf pusat seperti meningkatnya aktivitas monoamine oksidase dan berkurangnya konsentrasi neurotransmitter (terutama katekolaminergik) dapat berperan dalam terjadinya depresi. Kondisi multipatologik dan polifarmasi juga meningkatkan kejadian depresi.
Epidemiologi Prevalensi depresi usia lanjut di pelayanan kesehatan primer adalah 17%, sementara di pelayanan asuhan rumah (home care) adalah 13,5%. Prevalensi depresi yang diperoleh dari ruang rawat akut geriatric yaitu 76,3%. Dengan proporsi depresi ringan 44,1%, depresi sedang 18%, depresi berat 10,8% dan depresi sangat berat 3,2%.
Etiologi dan patogenesis a. Faktor Biologi Faktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B- 25
adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi depresi. Faktor neurokimia lainnya seperti gamma aminobutyric acid (GABA) dan neuroaktif peptida (vasopressin dan opiate endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood.
b. Faktor Genetik Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat pada anak, pada anak kembar monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25%). Menurut penelitian Hickie et al., menunjukkan penderita late onset depresi terjadi karena mutasi pada gene methylene tetrahydrofolate reductase yang merupakan kofaktor yang terpenting dalam biosintesis monoamin. Mutasi ini tidak bisa diketemukan pada penderita early onset depresi.
c. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood. Suatu teori menjelaskan bahwa stres yang menyertai episode pertama akan menyebabkan perubahan fungsional neurotransmitter dan sistem 26
pemberi tanda intra neuronal yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan seseorang mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya. Faktor kepribadian premorbid menunjukkan tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe kepribadian seperti dependen, obsesi kompulsif, histironik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya. Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud (1917) menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang.
Gambaran Klinis
Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum menurut Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric Association, 2000) a) Perubahan fisik
b) Perubahan Pikiran 27
Kurang percaya diri
c) Perubahan Perasaan
suami istri.
.
d) Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari
Penatalaksanaan Indikasi pemberian obat antidepresi adalah untuk gangguan depresi sedang sampai berat, episode depresi berulang dan depresi dengan gambaran melankolia atau psikotik. 28
Saat ini golongan SSRI (serotonin selective reuptake inhibitor) merupakan obat antidepresi yang dianjurkan sebagai lini pertama pada pasien usia lanjut. Golongan ini dianggap aman karena sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim sitokrom p-450 sehingga mengurangi risiko interaksi obat.
29
30
Pengobatan antidepresi diberikan dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan-lahan. Pengobatan dibagi dalam 3 fase : Fase akut yang berlangsung antara 6-12 minggu. Pada tahap ini dosis optimal obat untuk memperbaiki gejala depresi diharapkan telah tercapai. Fase lanjutan yakni dosis optimal dipertahankan selama 4-9 bulan untuk mencegah terjadinya relaps. Terapi rumatan yang berlangsung satu tahun atau lebih, terutama untuk depresi dengan riwayat episode berulang. 31
2.3 Pemeriksaan Psikiatrik pada Usia Lanjut Penggalian riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental pada penderita usi lanjut harus mengikuti format yang sama dengan yang berlaku pada dewasa muda .Karena tingginya prevalensi gangguan kognitif pada usi lanjut,dokter/calon dokter harus menentukan apakah penderita mengerti sifat dan tujuan pemeriksaan .Jika penderita mengalami gangguan kognitif,riwayat pra-morbid dan riwayat sakit harus didapatkan dari anggota keluarga atau mereka yang merawatnya. Namun,penderita juga tetap harus diperiksa tersendiri(walaupun terlihat adanya gangguan yang jelas)untuk mempertahankan privasi hubungan dokter dan penderita dan untuk menggali adakah pikiran bunuh diri atau gagasan paranoid dari penderita yang mungkin tidak diungkapkan dengan kehadiran sanak saudara atau seorang perawat .
Riwayat psikiatrik Bisa didapatkan dari alo- atau oto- anamnesisi.Riwayat psikiatrik lengkap termasuk identifikasi awal (nama,usia,jenis kelamin,status perkawinan),keluhan utama,riwayat penyakit sekarang ,riwayat penyakit dahulu (termasuk gangguan fisik yang pernah diderita), riwayat pribadi dan riwayat keluarga. Pemakainan obat (termasuk obat yang dibeli bebas).yang sedang atau pernah digunakan penderita juga penting untuk diketahui. Penderita yang berusia diatas 65 tahun (atau di atas 60 tahun di Asia) sering memiliki keluhan subyektif adanya gangguan daya ingat yang ringan,seperti tidak dapat mengingat kembali nama orang atau keliru meletakkan benda-benda.Gangguan daya ingat yang berhubungan dengan usia tersebut perlu dibedakan dengan adanya kecemasan pada saat dilakukanpemeriksaan/wawancara. Riwayat medis penderita harus meliputi semua penyakit 32
berat ,terutama gangguan kejang,kehilangan kesadaran ,nyeri kepala ,masalah penglihatan dan kehilangan pendengaran.Riwayat penggunaan alkohol dan pemakaian zat yang lama perlu diketahui karena bisa menyebabkan kelainan saat ini. Riwayat keluarga harus termasuk penjelasan tentang sikap orang tua penderita dan adaptasi terhadap ketuaan mereka.Jika mungkin informasi tentang kematian orang tua,riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Situasi sosial penderita sekarang harus dinilai.Siapa yang harus merawat penderita,apakah penderita mempunyai anak.Bagaimana karakteristik hubungan orangtua- anak.Riwayat sosial ekonomi dipakai untuk menilai peran ekonomi dalam mengelola pemyakit penderita dalam membuat anjuran terapi yang realistik. Riwayat perkawinan,termasuk penjelasan tentang pasangan hidup dan karakteristik hubungan.Jika penderita adalah janda atau duda,harus digali bagaimana rasa duka citanya dulu saat ditinggal mati oleh pasanganya.Jika kehilangan pasangan hidup terjadi dalam satu tahun terakhir,penderita dalam keadaan resiko tinggi mengalami peristiwa fisik atau psikologik yang merugikan. Riwayat seksual penderita termasuk aktivitas seksual,orientasi libido,mastrubasi,hubungan gelap diluar perkawinan dan gejala disfungsi seksual.
Pemeriksaan status mental Pemeriksaan status mental meliputi bagaimana penderita berfikir(proses pikir),merasakan dan bertingkah laku selama pemeriksaan.Keadaan umum penderita adalah termasuk penampilan ,aktivitas psikomotorik,sikap terhadap pemeriksaan dan aktivitas bicara.Gangguan motorik,antara lain gaya berjalan menyeret,posisi tubuh membungkuk,gerakan jari seperti memilin pil,tremor dan asimetris tubuh perlu dicatat. Banyak penderita depresi mungkin lambat dalam bicara dan gerakannya.Wajah seperti topeng terdapat pada penderita penyakit parkison. Bicara penderita dalam keadaan teragitasi dan cemas mungkin tertekan.Keluar air mata dan menangis ditemukan pada gangguan depresi dan gangguan kognitif,terutama si penderita merasa frustasi karena tidak mampu menjawab pertanyaan pemeriksa. Adanya alat bantu dengar atau indikasi lain bahwa penderita menderita gangguan pendengaran,misalnya selalu minta pertanyaan diulang,harus dicatat. Sikap penderita pada pemeriksa untuk bekerjasama,curiga,bertahan dan tak berterima kasih dapat memberi petunjuk tentang kemungkinan adanya reaksi transferensi.Penderita lanjut usia dapat bereaksi pada dokter muda seolah-olah dokter adalah seorang tokoh yang lebih tua ,tidak peduli terhadap adanya perbedaan usia. 33
Penilaian fungsi Penderita lanjut usia harus diperiksa tentang kemampuan mereka untuk mempertahankan kemandirian dan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari- hari.Aktvitas tersebut adalah termasuk ke toilet,menyiapkan makanan,berpakaian ,berdandan dan makan.Derajat kemampuan fungsional dari perilaku sehari-hari adalah suatu pertimbangan penting dalam menyusun rencana terapi selanjutnya.
Mood,perasaan dan afek. Di negara lain,bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian pada golongan usia lanjut.Oleh karenanya pemeriksaan ide bunuh diri pada penderita lanjut usi sangat penting.Perasaan kesepian ,tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya adalah gejala depresi.Kesepian merupakan alasan yang paling sering dinyatakan oleh para lanjut usia yang ingin bunuh diri .Depresi merupakan resiko yang tinggi untuk bunuh diri.
Gangguan persepsi Halusinasi dan ilusi pada lanjut usia merupakan fenomena yang disebabkan oleh penurunan ketajaman sensorik.Pemeriksa harus mencatat apakah penderita mengalami kebingungan terhadap waktu atau tempat selama episode halusinasi dapat disebabkan oleh tumor otak dan patologo fokal yang lain.Pemeriksaan yang lebih lanjut diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti.
Fungsi visuospasial. Suatu penurunan kapasitas visuospasial adalah normal dengan lanjutnya usia.Meminta penderita untuk mencotoh gambar atau menggambar mungkin membantu dalam penilaian.Pemeriksaan neuropsikologis harus dilaksanakan jika fungsi visuospasial sangat terganggu.
Proses berpikir Gangguan pada progresi pikiran adalah neologisme,gado-gado kata,sirkumstansialitas,asosiasi longgar,asosiasi bunyi,flight of ideas,dan retardasi.Hilangnya kemampuan untuk dapat mengerti pikiran abstrak mungkin tanda awal dementia. Isi pikiran harus diperiksa adanya obsesi ,preokupasi somatik,kompulsi atau waham.Gagasan tentang bunuh diri atau pembunuhan harus dicari .Pemeriksaan harus 34
menentukan apakah terdapat waham dan bagaimana waham tersebut mempengaruhi kehidupan penderita.Waham mungkin merupakan alasan untuk dirawat.Pasien yang sulit mendengar mungkin secara keliru diklasifikasikan sebagai paranoid atau pencuriga.
Sensorium dan kognisi Sensorium mempermasalhkan fungsi dari indra tertentu,sedangkan kognisi mempermasalahkan inrformasi dan intelektual.
Kesadaran Indikator yang peka terhadap disfungsi otak adalah adanya perubahan kesadaran ,adanya fluktuasi tingkat kesadaran atau tampak letargik.Pada keadaan yang berat penderita dalam keadaan somnolen atau stupor. Orientasi Gangguan orientasi terhadap waktu,tempat dan orang berhubungan dengan gangguan kognisi.Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif,gangguan kecemasan,gangguan buatan,gangguan konversi dan gangguan kepribadian,terutama selam periode stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. Pemeriksa harus menguji orientasi terhadap tempat dengan meminta penderita menggambar lokasi saat ini.Orientasi terhadap orang mungkin dinilai dengan dua cara :apakah penderita,mengenali namnya sendiri,dan apakah juga mengenali perawat dan dokter.Orientasi waktu diuji dengan menanyakan tanggal,tahun,bulan dan hari.
Daya ingat Daya ingat dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang,pendek dan segera.Tes yang diberikan pada penderita dengan memberikan angka enam digit dan penderita diminta untuk mengulangi maju mundur .Penderita dengan daya ingat yang tak terganggu biasanya dapat mengingat enam angka maju dan lima angka mundur .Daya ingat jangka panjang diuji dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir,nama dan hari ulang tahun anak-anak penderita.Daya ingat jangka pendek dapat diperiksa dengan beberapa cara ,misalnya dengan menyebut tiga benda pada awal wawancara dan meminta penderita mengingat kembali benda tersebut akhir wawancara.Atau dengan memberikan cerita singkat pada penderita dan penderita diminta untuk mengulangi cerita tadi secara tepat/persisi.
Fungsi intelektual,konsentrasi,informasi dan kecerdasan 35
Sejumlah fungsi intelektual mungkin diajukan untuk menilai pengetahuan umum dan fungsi intelektual.Menghitung dapat diujikan dengan meminta penderita untu mengurangi 7 dari angka 100 dan mengurangi 7 lagi dari hasil akhir dan seterusnya sampai tercapai angka 2.Pemeriksa mencatat respons sebagai dasar untuk penguji selanjutnya.Pemeriksa juga dapat meminta penderita intuk menghitung mundur dari 20 ke 1,dan mencatat waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pemeriksaan tersebut.
Membaca dan menulis Penting bagi klinisi untuk memeriksa kemampuan membaca menulis dan menetukan apakah penderita mempunyai defisit bicara khusus.Pemeriksaan dapat meminta penderita membaca kisah singkat dengan suara keras atau menulis kalimat sederhana untuk menguji gangguan membaca atau menulis pada penderita .Apakah menulis dengan tangan kiri atau kanan juga perlu dicatat.
2.4 Beberapa Masalah di Bidang Psikogeriatris Kesepian Kesepian atau loneliness,biasanya dialami oleh seorang lanjut usia pada saat meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat ,terutama bila dirinya sendiri saat itu juga mengalami penurunan status kesehatan,misalnya menderita berbagai penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,terutama gangguan pendengaran. Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak diantara lansia yang hidup sendiri tidak mengalami kesepian,karena aktivitas sosial yang masih tinggi,taetapi dilain pihak terhadap lansia yang walaupun hidup dilingkungan yang beranggotakan cukup banyak ,mengalami kesepian. Pada penedreita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat berarti,karena bisa bertindak menghibur,memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial penderita,disamping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan dirumah bila bila memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.
Gangguan cemas Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan ,yaitu fobia,gangguan panik,gangguan cemas umum,gangguan stres pasca trauma dan gangguan obsesif- kompulsif.Puncak Insidensi antara usi 20-40 tahun,dan prevalensi pada lansia lebih kecil dibandingkan pada dewasa muda.Pada usia lanjut seringkali gangguan cemas ini merupakan 36
kelanjutan dari dewasa muda.Awitan yang terjadi pada usia lanjut biasanya berhubungan/sekunder akibat depresi,penyakit medis,efek samping obat atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat. Gejala dan pengobatan pada usia lanjut hampir serupa dengan pada usia dewasa muda,oleh karenanya tidak akan disinggung lebih mendalam.
Psikologis pada usia lanjut Berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada usia lanjut,baik sebagai kelanjutan keadaan pada dewasa muda atau yang timbul pada usia lanjut.Pada dasarnya jenis dan Penatalaksanaanya hampir tidak berbeda dengan yang terdapat pada populasi dewasa muda.Walaupun beberapa jenis khusus akan disinggung sedikit berikut ini.
Parafrenia Adalah suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdpat pada lanjut usia yang ditandai dengan waham (Biasanya waham curiga dan menuduh),sering penderita merasa tetangga mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat.Biasanya terjadi pada individu yang terisolasi atau menarik diri pada kegiatan sosial.Apabila waham tersebut menimbulkan keributan antar tetangga atau bahkan skandal,pemberian terapi dengan derivat fenotiasin sering bisa menenangkan.
Sindroma Diogenes Adalah suatu keadaan dimana seorang lanjut usia menunjukkan penampakan perilaku yang sangat terganggu .Rumah atau kamar sangat kotor,bercak dan bau urin dan feses dimana-mana(karena sering penderita terlihat bermain-main dengan feses/urin).Tikus berkeliaran dan sebagainya. Penderita menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur (nyusuh). Individu lanjut usia yang menderita keadaan ini biasanya mempunyai IQ yang tinggi,50% kasus intelektualnya normal. Mereka biasanya menolak untuk dimasukkan di institusi.Upaya untuk mengadakan pengaturan/pembersihan rumah/kasar,biasanya akan gagal,karena setelah beberapa waktu hal tersebut akan terulang kembali.
37
BAB IV ANALISIS KASUS Depresi ditemukan pada anamnesis : Gejala utama : Perasaan depresif Hilangnya minat dan semangat Mudah lelah dan hilang tenaga Gejala lain : Konsentrasi menurun Harga diri menurun Perasaan bersalah Pesimis terhadap masa depan Gagasan bunuh diri Gangguan tidur Gangguan nafsu makan Menurunnya libido
Maka masuk tingkat depresi berat. Untuk tatalaksana : Saat ini golongan SSRI (serotonin selective reuptake inhibitor) merupakan obat antidepresi yang dianjurkan sebagai lini pertama pada pasien usia lanjut. Golongan ini dianggap aman karena sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim sitokrom p-450 sehingga mengurangi risiko interaksi obat.
38
Pre Hipertensi - Anamnesis : O Pasien kadang-kadang mengeluh nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu. Dirasakan nyeri seperti berdenyut di kepala sebelah kanan. Nyeri pada tengkuk dan leher disangkal. Keluhan mual disangkal. Biasanya pasien dengan hipertensi mengeluh nyeri kepala. Riwayat hipertensi di keluarga juga harus dijadikan pertimbangan dalam penegakan diagnosis hipertensi. Makanan dengan lemak jenuh selain meningkatkan viskositas darah dapat juga mempermudah pembentukan arterosklerosis yang dipengaruhi juga oleh aktifitas fisik yang rendah. Faktor 39
usia juga berpengaruh terhadap hipertensi yang diderita oleh pasien. Faktor yang berperan dalam kejadian hipertensi pada usian tua adalah sebagai berikut : Penurunan kadar renin akibat menurunnya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus yaitu kejadia : hipertens-gromerulo-sklerosis- hipertensi yang berlangsung terus menerus. Peningkatan senssitivitas terhadap asupan natrium. Penurunan elastisistas pada pembuluh darah perifer akibat proses menua yangakan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer Perubahan ateromatus akibat proses menua meneybabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan susbstansikimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah. - Pemeriksaan fisik :
- Penatalaksanaan
40
Gangguan Kognitif Ringan Gangguan kognitif ringan merupakan suatu bentuk transisi antara keadaan normal dan demensia alzheimer. Memiliki kriteria sebagai berikut: keluhan gangguan memori, adanya gangguan memori pada pemeriksaan objektif, fungsi kognitif secara umum baik, ADL intak, tidak mengalamo demensia. Akhir-akhir ini kriteria MCI yang sering digunakan adalah a.penderita bisa normal atau demensia, b.terdapat bukti memburuknya fungsi kognitif, c.ADL masih dipertahankan dan fungsi instrumental komplek masih intak atau terganggu minimal. Pencegahan Demensia O Secara teratur periksa tekanan darah O Mencegah cedera kepala O Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelektual dan aktivitas sosial O Mencegah paparan radiasi dan elektromagnet O Upayakan makan sehat, kurangi lemak O Upayakan asupan vitamin B.12 dan asam folat yang cukup O Tidak merokok O Aktivitas fisik cukup dan tidur yang cukup
KESIMPULAN Ny.I 70 tahun dengan multipatologi dan sudah masuk ke dalam kategori geriatri. Pasien mengalami masalah psikososial dan masalah fisik. Diagnosis pasien ini adalah : O Depresi berat tanpa gejala psikotik O Hipertensi stage I (klasifikasi JNC VII) O Gangguan kognitif ringan Tatalaksana yang dilakukan tidak hanya dari segi farmakologi, namun dari segi non farmakologi (nutrisi, edukasi). Sehingga diperlukan sebuah tim yang meliputi spesialis penyakit dalam, spesialis saraf, perawat geriatric (bisa digantikan oleh keluarga), psikologi untuk supportif dari segi psikologi.
41
DAFTAR PUSTAKA O Darmojo, Boedhi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;2009 O Gelder, MG, et.al.New Oxford Textbook of Psychiatry. Oxford University Press;2000. O Goldman, HH, et.al. Review of General Psychiatry. 5 th edition. New York : The McGraw Hill;2000. O Henry CJK. (2005). Basal Metabolic Rate Studies in Humans: Measurements and Developmnet of New Equations. Public Health Nutrition. O Lim,CH.et.al. Clinical Practice Guidelines Management of Major Depressive Disorder. Malaysian Family Physician 2011; Volume 6, Number 1. O Maslim, Rusdi. D, SpKJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. CetakanPertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001 O Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Interna Publishing;2009