Rehabilitasi Prostodontik Pasien Yang Memiliki Gigi-Geligi Dengan Keausan
Parah: Laporan Kasus
Penanganan keausan gigi telah menjadi subjek meningkatnya perhatian dari pandangan preventif dan restoratif. Jurnal ini menunjukkan rehabilitasi seluruh gigi pada laki-laki berusia 63 tahun yang memiliki kebiasaan bruksism dengan gigi-geligi yang mengalami keausan parah dan masalah gigi lainnya meliputi restoresi yang tidak sesuai dan beberapa gigi yang hilang. Dibutuhkan perawatan menggunakan post dan core tuang, restorasi metal- keramik, dan gigi tiruan sebagian lepasan. Bersama dengan prosedur perawatan kasus seperti ini, kontak oklusal sentrik dengan intensitas yang sama pada semua gigi dan anterior guidance yang sesuai dengan gerakan fungsional rahang diberi perhatian khusus. Pendahuluan Keausan gigi parah merupakan ancaman potensial bagi gigi-geligi dan fungsi pengunyahan. Banyak faktor dapat bergabung untuk menghasilkan keausan gigi, dan penyebabnya sering tidak diketahui. Keausan gigi digolongkan ke dalam empat jenis yaitu: (1) atrisi, merupakan keausan gigi atau restorasi disebabkan oleh kontak gigi dengan gigi saat pengunyahan atau parafungsi; (2) abrasi, merupakan kehilangan permukaan gigi disebabkan oleh abrasi dengan bahan asing selain kontak gigi dengan gigi; (3) erosi, merupakan kehilangan permukaan gigi oleh proses kimia yang tidak melibatkan kerja bakteri; (4) abfraksi, yaitu kelainan servikal berbentuk wedge non-karies yang disebabkan oleh tekanan oklusal. Penanganan keausan gigi, khususnya atrisi menjadi subjek peningkatan perhatian dalam literatur prostodontik, dari pandangan preventif dan restoratif. Aspek penting untuk keberhasilan perawatan yaitu menentukan dimensi vertikal oklusal (OVD) dan interoklusal rest space (IRS). Pendekatan sistematik untuk menangani keausan gigi dapat mengarah pada prognosis yang dapat diprediksi dan baik. Jurnal ini menunjukkan tahapan rehabilitasi prostodontik, dari diagnosis sampai perawatan akhir dan follow-up pada pasien bruksism dengan gigi-geligi yang mengalami keausan parah, beberapa gigi yang sudah dicabut dan dataran oklusal yang tidak sama, menggunakan post dan core tuang, restorasi metal-keramik, gigi tiruan sebagian lepasan (RPD), dan splint oklusal untuk melindungi restorasi dari parafungsi pasien.
Laporan Kasus 2.1 Pemeriksaan. Pasien laki-laki berusia 63 tahun dirujuk ke Bagian Prostodontik Fakultas Kedokteran Gigi Ishafan University of Medical Sciences, Iran, untuk perawatan prostodontik. Keluhan utama pasien yaitu restorasi gigi yang aus, dengan tambahan penggantian restorasi yang tak dapat diterima dan gigi yang hilang. Pemeriksaan awal pasien menunjukkan riwayat deprasi, dan juga kebiasaan parafungsi bruksism dan clenching. Kebersihan mulut baik, dan tidak terdapat masalah periodontal. Pemeriksaan klinis dan radiografi serta model studi menunjukkan atrisi parah, khususnya pada gigi anterior dan dataran oklusal yang tidak seimbang (Gambar 1). Penyebab keausan parahnya yaitu kebiasaan parafungsi, restorasi yang tidak sesuai, dan kurangnya kestabilan oklusi posterior. 2.2. Perawatan. Setelah pemberian instruksi kebersihan mulut, pembuatan cetakan dan pemeriksaan diagnostik, protesa lepasan sementara dibuat dengan dataran oklusal yang benar dan diatur secara klinis untuk memperoleh estetik, fonetik, dan dimensi vertikal yang baik. Protesa lepasan ini digunakan untuk menilai dimensi vertikal dan toleransi pasien (Gambar 2). Implan ITI (4,8 x 10) (Straumann, Basel, Switzerland) diinsersikan di daerah molar pertama bawah setelah penilaian klinis dan radiografi serta wax-up diagnostik menggunakan surgical stent dengan seksama. Dilakukan perawatan saluran akar gigi anterior yang aus dan perawatan ulang gigi dengan perawatan saluran akar yang tidak dapat diterima, dan dibuat post dan core tuang (Gambar 3). Restorasi cekat dan lepasan sementara diinsersi dan disesuaikan sampai diperolah penerimaan pasien. Restorasi ini dibuat berdasarkan wax-up diagnostik (Gambar 4), dimana digunakan Broadrick flag analyzer untuk menentukan lengkung dataran oklusal. Cetakan dibuat berdasarkan restorasi sementara, dan cast dipindahkan ke artikulator Denar Mark II (Teledyne Water pik, Fort Collins, CO, USA) menggunakan Denar Slidematic facebow (Teledyne Water pik, Fort Collins, CO, USA). Selanjutnya anterior guide table diatur dengan pola resin (Duralay, Reliance Dental MFG Co., Worth, CO, USA). Selesai preparasi gigi, cetakan akhir dibuat dengan bahan cetak silikon (Speedex, Coltene AG, Alstatten, Switzerland/impergum, 3M ESPE), dan dibuat restorasi metal-keramik. Pada restorasi rahang atas, rest seat, guide plane, dan undercut retentif dibuat pada penyangga gigi tiruan lepasan. Gigi tiruan lepasan rahang atas klas II Kennedy modifikasi 1 dibuat dan dipasangkan (Gambar 5). Akhirnya, oklusi restorasi disesuaikan sehingga kontak sentrik dengan intensitas seimbang diperoleh pada semua gigi (Gambar 6 (a)), dan anterior guidance membuat disklusi semua gigi posterior pada gerakan rahang yang eksentrik. Dibuat splint oklusal rahang atas untuk melindungi restorasi dari parafungsi pasien. Tampilan senyum pasien setelah perawatan ditunjukkan pada Gambar 6. Follow-up satu tahun menunjukkan tidak adanya masalah pada gigi, restorasi dan TMJ dan Gambar 7 menunjukkan foto panoramik pada periode ini. Diskusi Pada perawatan keausan gigi parah, harus diperoleh kontak oklusi sentrik dengan intensitas seimbang pada semua gigi. Anterior guidance juga harus diperoleh dalam harmoni dengan gerakan fungsional rahang normal dan semua gigi posterior langsung disklusi saat gerakan rahang eksentrik. Jika terdapat bruksism habitual, splint oklusal harus dipasang pada pasien. Gambar 1: (a) Tampak depan gigi saat oklusi dan (b) foto panoramik sebelum perawatan Gambar 2: Protesa lepasan sementara saat dipasang Gambar 3: Post dan core tuang Gambar 4: (a) Waxup diagnostik (b)restorasi cekat dan lepasan sementara saat dipasang Gambar 5: (a) Tampak oklusal rahang atas dan (b) rahang bawah setelah perawatan Gambar 6: (a) Tampak depan gigi saat oklusi setelah perawatan (b) tampilan senyum setelah perawatan Gambar 7: Gambaran panoramik follow-up 1 tahun