Professional Documents
Culture Documents
Imperialisme di zaman sekarang tidak lagi seperti di zaman dulu yang identik dengan
semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara merebut
negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya. Dizaman
sekarang imperialism berkamuflase dalam bentuk Globalisasi yang dipahami sebagai gejala ekonomi
yang berupa ekspansi modal dan perdagangan ke seluruh dunia. Pelaku globalisasi adalah negara-negara
industri maju. Dalam rangka penetrasi ekonomi untuk bisa melakukan dominasi itu, negara-negara maju
berusaha mendiskreditkan peran negara, sebagai tidak efisien dan menindas kebebasan dan demokrasi.
Namun di lain pihak, golongan borjuis justru ingin menguasai negara melalui politik uang yang berkedok
demokrasi.
Jika golongan borjuis melalui partai politik dapat memenangkan pemilu, maka negara akan berperan
sebagai penyelenggara atau pelayan kepentingan kaum kapitalis-borjuis. Dalam realitas, kedaulatan
tidak lagi dipegang oleh rakyat, melainkan di tangan kaum borjuis. Inilah yang disebut demokrasi borjuis,
dan bukannya demokrasi kerakyatan. Kaum borjuis nasional ini, seperti ditunjukkan oleh negara-
negara Amerika Latin, berperan sebagai komprador dalam melayani kepentingan perusahaan-
perusahaan multinasional.
1
Disamping itu, globalisasi juga dipahami sebagai kerangka bagi ekspansi modal ke seluruh dunia.
Liberalisasi perdagangan akan meningkatkan importasi teknologi dan barang modal dari negara industri
maju, dengan baju meningkatkan efisiensi. Kebutuhan importasi ini akan menyebabkan negara-negara
sedang berkembang berhutang luar negeri dari lembaga donor internasional seperti IMF, Bank Dunia,
Bank Pembangunan Asia dan negara-negara maju yang kelebihan dana.Tanpa mempergunakan bahan
baku dan teknologi negara maju, negara sedang berkembang tidak mungkin memproduksi barang yang
kompetitif di pasar dunia, karena harga yang lebih mahal dan kualitas yang lebih rendah, jika
mempergunakan barang buatan sendiri. Karena itu maka negara-negara sedang berkembang
dipersilahkan bersaing di pasar bebas dan menerima hukum pasar bebas dan mengikuti prinsip yang
disebut Sri Edi Swasono sebagai kedaulatan pasar dan bukannya kedaulatan rakyat yang merupakan
esensi demokrasi ekonomi itu.
2
Karena itu, globalisasi tidak lain adalah topeng dari bangkitnya imperialisme ekonomi yang
dilancarkan negara-negara Barat melalui lembaga-lembaga multinasional yang dibentuknya seperti IMF,
WTO, dan Bang Dunia. Melalui lembaga-lembaga itu, negara-negara Barat terus menggerogoti
kedaulatan bangsa, mengendalikan arah kebijakannya, dan merampas kekayaan-kekayaan
bangsanya.Kekuatan-kekuatan kapitalis itu membangun sebuah jaringan ekonomi, keuangan, politik,
militer, intelektual dan media massa yang dinamakan korporatokrasi.
1
http://isreview.org/issue/73/making-sense-modern-imperialism
2
http://www.ips.org.pk/globalization/175-imperialism-today