You are on page 1of 77

RESUME SKENARIO 4

BLOK 11
Kelompok B


1. Yulia Puspita Sari (122010101006)
2. Zahrina Amalia Eka Nurfadillah (122010101007)
3. Raditya Rangga P. (122010101033)
4. Brenda Desy Romadhon (122010101036)
5. Firsty Demi Christanti (122010101040)
6. Fawziyah Putri Maulida (122010101041)
7. Sanggam Atmajaya Nugraha (122010101051)
8. Samiyah (122010101060)
9. Ivan Kristantya (122010101064)
10. Nadia Anggry Liani (122010101074)
11. Henggar Allest Pratama (122010101080)
12. Maulidah Ayuningtya s (122010101089)
13. Chandra Puspita Kartikasari S. P. (122010101093)
14. Putri Erlinda Kusumaningrum (122010101098)
15. Alfa Rika R. (102010101039)



FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

SCENARIO 4
HEMATURIA
Pak Mito, Usia 45 tahun, dating ke IGD RSD. Dr. Soebandi dengan keluhan nyeri pinggang
kanan yang hebat sejak 3 haru yang lalu. Nyer hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu dan
menjalar ke perut bagian kanan bawah sampai ke paha kanan. Pak Mito juga mengeluh mual,
muntah dan sering bereringat dingin. BAK sering tetapi sedikit-sedikit, dan berwarna merah.
Pasien sering merasa ingin BAB tapi tidak bisa keluar. Pemeriksaan fisik: TD 140/90 mmHg,
frekuensi nadi 100x/menit, ditemukan konjungtiva anemis dan nyeri ketok ginjal kanan. Dari
hasil pemeriksaan darah, diperoleh Hb: 6 mg/dl, leukosit 17.000 mg/dl. Dari pemeriksaan
mikroskopis urine didapatkan eritrosit urine +++, sedimen urine +++ Dokter juga menanyakan
apakah ada riwayat trauma pada pinggangnya. Selanjutnya dokter memberikan lembar
pemeriksaan penunjang yaitu USG abdomen dan IVP.



















LEARNING OBJEK

Patologi
1. Tumor Testis
2. Seminoma Testis
3. Ca Sel Renal
4. Tumor Wilms
5. Tumor VU
6. Tumor Urethra
7. Ca Prostat
8. Ca Penis
9. Ruptur Ginjal
10. Ruptur Uretra
11. Ruptur VU
12. Batu Kalsium
13. Batu Asam Urat
14. Batu Struvit
Pemeriksaan Penunjang
1. USG











1. TUMOR TESTIS
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara 15-35 tahun dan
merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Akhir-akhir ini terdapat perbaikan usia
harapan hidup pasien yang mendapatkan terapi jika dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu,
karena sarana diagnosis lebih baik, diketemukan petanda tumor, diketemukan regimen
kemoterapi dan radiasi, serta teknik pembedahan yang lebih baik. Angka mortalitas menurun dari
50% (1970) menjadi 5% (1977).
Dari semua tumor maligna pada laki-laki 1-2% terlokalisasi di dalam testis. Kira-kira 90% dari
semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel embrional, selanjutnya dapat dijumpai tumor sel
Sertoli-Leydig dan limfoma maligna. Insidensi tumor sel embrional maligna di Nederland adalah
kira-kira 4 per 100.000 laki-laki tiap tahun. Ini berarti bahwa tiap tahun kira-kira 300 penderita
baru didiagnosis dengan kelainan maligna ini. Tumor-tumor sel embrional maligna testis
merupakan tumor maligna yang paling sering terdapat pada laki-laki usia 20-40 tahun meskipun
pada penderita kurang dari 5 tahun dan lebih dari 70 tahun juga dapat dijumpai tumor testis.
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal dari sel
germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberi
penanganan adekuat. Tumor ini mempunyai petanda tumor sejati yang sangat berharga untuk
diagnosis, rencana terapi dan kontrol.
Etiologi
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang erat
kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain maldesensus testis, trauma testis,
atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon.
Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya
tumor testis ganas. Walaupun pembedahan kriptorkismus pada usia muda mengurangi insidens
tumor sedikit, resiko terjadinya tumor tetap tinggi. Kriptorkismus merupakan suatu ekspresi
disgenesia gonad yang berhubungan dengan transformasi ganas. Penggunaan hormon
dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES oleh ibu pada kehamilan dini meningkatkan resiko
tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.
Patogenesis
Sebagian besar ( 95%) tumor testis primer, berasal dari sel germinal, sedangkan isinya berasal
dari non germinal. Tumor germinal testis terdiri atas seminoma dan non seminoma. Seminoma
berbeda sifatnya dengan non-seminoma, antara lain sifat keganasannya, respon terhadap
radioterapi dan prognosis tumor.
Tumor-tumor sel embrional testis merupakan satu golongan tumor yang heterogen. Dari berbagai
klasifikasi tumor testis ganas, klasifikasi organisasi kesehatan dunia (WHO) paling sering
dipakai. Disamping seminoma yang memang berasal dari sel germinal terdapat karsinoma
embrional, teratoma dan koriokarsinoma yang digolongkan non seminoma, yang dianggap
berasal dari sel germinal pada tahap perkembangan lain histogenesis.

Seminoma meliputi sekitar
40% dari tumor ganas testis. Koriokarsinoma jarang sekali ditemukan (1%). Metastasis tumor
testis kadang berbeda sekali dari tumor induk, yang berarti tumor primer terdiri dari berbagai
jenis jaringan embrional dengan daya invasi yang berbeda.


Klasifikasi tumor ganas testis
Seminoma - khas
- spermatositik
- anaplastik
Non seminoma - karsinoma embrional
- teratokarsinoma
- teratom matur dan imatur
Koriokarsinoma
Seminoma merupakan tumor maligna testis yang tersering, diikuti dengan Karsinoma embrional,
teratoma dan khoriokarsinoma. Sekresi Gonadotropin khorionik berhubungan dengan hiperplasia
sel Leydig. Tumor testis sel benigna jarang terjadi.
Seminoma dapat dianggap sebagai tumor pendahulu sel embrional (gonosit) yang arah
diferensiasinya berlanjut ke arah sel embrional (germ cell). Tumor-tumor non seminoma dapat
dianggap sebagai tumor sel embrional pluripoten. Tumor yang paling tidak terdiferensiasi dalam
golongan ini adalah karsinoma sel embrional yang didalamnya tidak tampak arah diferensiasi
spesifik. Koriokarsinoma berupa produk kehamilan, Teratoma merupakan campuran jaringan-
jaringan somatik, seperti berbagai tipe epitel, tulang rawan, jaringan otot dan saraf dan berasal
dari berbagai lapisan embrional (ektoderm, mesoderm, endoderm). Jika jaringan-jaringan ini
menunjukkan struktur normal (hampir normal) maka ini disebut teratoma matur, jika arah
diferensiasi jaringan dapat dikenal dengan baik, dan jika diferensiasinya tidak seluruhnya
dewasa/matang, maka ini disebut teratoma imatur. Tipe non-seminoma merupakan manifestasi
berbagai arah diferensiasi sel-sel embrional pluripoten, maka tidak mengherankan bahwa suatu
non seminoma hampir selalu tersusun atas bermacam-macam komponen.
Pertumbuhan dan Penyebaran
Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb :
Stadium A atau I : tumor testis terbaas pada testis, tidak ada bukti penyebaran baik
secara klinis maupun radiologis.
Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta)
atau nodus limfatikus iliaka. Stadium II A untuk pembesaran
limfonodi para aorta yang belum teraba, stadium II B untuk
pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10 cm).
Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
mengadakan metastasis supradiafragma.
Tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe. Kelenjar limfe terletak para aortal kiri setinggi
L2 tepat dibawah hilus ginjal dan di sebelah kanan antara aorta dan v.kava setinggi L3 dan
prakava setinggi L2. Metastasis di kelenjar inguinal hanya terjadi setelah penyusupan tumor ke
dalam kulit skrotum atau setelah dilakukan pembedahan pada funikulus spermatikus. Penyebaran
hematogen luas pada tahap dini merupakan tanda koriokarsinoma.
Rute penyebaran hematogen primer adalah melalui sirkulasi darah dari testis ke paru, rute kedua
adalah dari metastasis kelenjar retroperitoneal melalui ductus thoracicus dan v.subclavia ke paru.
Kecepatan terjadinya metastasis sering tampak ada hubungan dengan subtipe histologiknya.
Seminoma bermetastasis lambat dan terutama ke kelenjar paralumbal, koriokarsinoma
bermetastasis cepat dan kebanyakan hematogen.
Untuk klasifikasi tingkat penyebaran, digunakan sistem TNM Karsinoma Testis.
T.
Tis
T1
T2
T3
T4
N.
N0
N1
Tumor primer
Pra invasif (intratubular)
Testis dan retetestis
Di luar T.albuginea atau epididimis
Funikulus spermatikus
Skrotum
Kelenjar limfe
Tidak ditemukan keganasan
Tunggal < 2 cm
N2
N3
M.
M0
M1
Tunggal 2-5 cm ; multiple < 5 cm
Tunggal atau multiple > 5 cm
Metastasis jauh
Tidak dapat ditemukan
Terdapat metastasis jauh
Gambaran Klinis
Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri, namun 30%
mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada
skrotum. Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa ada massa di perut sebelah atas (10%)
karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar leher dan 5% pasien mengeluh
adanya ginekomastia. Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar HCG didalam
sirkulasi sistemik yang banyak terdapat pada koriokarsinoma.
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi dan tidak
menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau
epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya massa di abdomen, benjolan kelenjar
supraklavikuler, ataupun ginekomasti.
Simtomatologi dari tumor primer :
Permulaan akut ( gambaran seperti orkitis, epididimitis, torsio testis ).
Permulaan yang diskret seperti pembengkakan tanpa nyeri testikal atau pengerasan lokal
atau deformasi testikel.
Hidrokel simtomatik ( sesudah pungsi palpasi testis ).
Nyeri lokal, sering menyebar di sisi yang sama ke krista iliaka.
Kadang-kadang sama sekali tanpa keluhan atau kelainan ; metastasis merupakan
manifestasi pertama penyakitnya.
Simtomatologi mengenai metastasis :
Nyeri punggung yang samar akibat metastasis kelenjar retroperitoneal.
Kolik ginjal sebagai akibat bendungan atau penutupan ureter oleh metastasis kelenjar
retroperitoneal.
Nyeri yang menyebar ke tungkai.
Tumor yang palpabel di perut sebagai akibat metastasis kelenjar limfe.
Pembengkakan subklavikular, terutama kiri.
Dispnoe, hemoptoe, iritasi pleura oleh metastasis paru.
Malaise umum dengan anemia dan laju enap darah yang tinggi.
7

Pada dasarnya, diagnosis karsinoma testis mudah karena merupakan benjolan di dalam testis
yang tidak nyeri dan yang tidak diafan pada uji transiluminasi. Biasanya tumor terbatas di dalam
testis sehingga mudah dibedakan dari epididimis pada palpasi yang dilakukan dengan telunjuk
dan ibu jari. Gejala dan tanda lain seperti nyeri pinggang, kembung, dispnoe atau batuk dan
ginekomasti menunjukkan pada metastasis yang luas. Metastasis paraaorta sering luas dan besar
sekali menyebabkan perut menjadi kembung. Metastasis di paru kadang tertabur luas dan cepat
menjadi besar, sehingga sesak nafas. Gonadotropin yang mungkin disekresi oleh sel tumor dapat
menyebabkan ginekomasti. Kadang keadaan umum merosost cepat dengan penurunan berat
badan.

Diagnosis
Transiluminasi, ultrasonografi dan pemeriksaan endapan kemih sangat berguna untuk
membedakan tumor dari kelainan lain. kadang tumor testis disertai hidrokel, karena itu
ultrasonografi sangat berguna.
Sebaiknya diagnostik laboratorium dikerjakan dulu sebelum menjalankan orkidektomi. Pada
penderita dengan non-seminoma zat-zat penanda tumor spesifik dapat ditunjukkan dalam serum
yaitu Human Chorion Gonadotropin (HCG) dan -1-fetoprotein (AFP). Pada penderita dengan
seminoma kadar HCG dapat naik sedikit, sering juga terdapat kenaikan Placenta Like Alkaline
Phosphatase (PLAP). Pada semua penderita tumor sel embrional Laktat Dehidrogenase (LDH)
dapat naik.
Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan histologik sediaan biopsi. Setiap benjolan testis yang
tidak menyurut dan hilang setelah pengobatan adekuat dalam waktu dua minggu harus dicurigai
dan dibiopsi. Biopsi harus dilakukan dari tetis yang didekati melalui sayatan inguinal. Testis
diinspeksi dan dibuat biopsi insisi setelah funikulus ditutup dengan jepitan klem untuk mencegah
penyebaran limfogen atau hematogen. Tidak boleh diadakan biopsi langsung melalui kulit
skrotum karena bahaya pencemaran luka bedah dengan sel tumor dengan implantasi lokal atau
penyebaran ke regio inguinal. Bila ternyata ganas dilakukan orkidektomi, yang disusuli
pemeriksaan luas untuk menentukan jenis tumor, derajat keganasan dan luasnya penyebaran.
4

Jika diagnosis tumor sel embrional telah ditetapkan, perlu dilakukan pemeriksaan tambahan
penetapan stadium. Ini berarti di samping pemeriksaan fisik lengkap juga pemeriksaan
pencitraan terdiri atas CT-scan toraks dan abdomen. Pemeriksaan ini tergantung pada
simtomatologinya.
Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat untuk membantu diagnosis,
penentuan stadium tumor, monitoring respons pengobatan dan sebagai indikator prognosis tumor
testis. Penanda tumor yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah :
o FP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh karsinoma embrional,
teratokarsinoma atau tumor yolk sac, tetapi tidak diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan
seminoma murni. Penanda tumor ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.
o
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada keadaan normal
diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini meningkat pada semua pasien
koriokarsioma, pada 40%-60% pasien karsinoma embrional, dan 5%-10% pasien seminoma
murni. HCG mempunyai waktu paruh 24-36 jam.
Pemeriksa ultrasonografi yang berpengalaman dapat membedakan dengan jelas lesi intra atau
ekstratestikuler dan masa padat atau kistik, namun ultrasonografi tidak dapat memperlihatkan
tunika albuginea, sehingga tidak dapat dipakai untuk menentukan penderajatan tumor testis.
Berbeda halnya dengan ultrasonografi, MRI dapat mengenali tunika albuginea secara terperinci
sehingga dapat dipakai untuk menentukan luas ekstensi tumor testis. Pemakaian
CT scan berguna untuk menentukan ada tidaknya metastasis pada retroperitoneum. Sayangnya
pemeriksaan CT tidak mampu mendeteksi mikrometastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.
Semula stadium perluasan tumor sel embrional didasarkan atas lokalisasi metastasis, jika tidak
dapat ditunjukkan metastasis dan zat-zat penanda tumor HCG dan AFP tidak dapat ditunjukkan
dalam serum atau menjadi normal setelah orkidektomi, maka dikatakan stadiumnya adalah
stadium I. Pada stadium II dapat ditetapkan adanya metastasis kelenjar limfe retroperitoneal,
pada stadium III metastasis kelenjar limfe di atas diafragma, pada stadium IV metastasis di paru,
hepar, otak atau tulang.
7

Diagnosis Diferensial
Diagnosis diferensial meliputi setiap benjolan didalam skrotum yang berhubungan dengan testis
dan keluhan-keluhan pada daerah testis, seperti epididimitis dan orkitis (nyeri dan gejala-gejala
inflamasi), torsio testis, hidrokel (kemungkinan hidrokel simtomatik terdapat sebagai akibat
tumor testis, diperlukan pungsi dan kemudian palpasi), varikokel, spermatokel, kista epididimis,
hernia skrotalis.
Penatalaksanaan
Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi testis, karena itu untuk
penegakan diagnosis patologi anatomi, bahan jaringan harus diambil dari orkidektomi.
Orkidektomi dilakukan melalui pendekatan inguinal setelah mengangkat testis dan funikulus
spermatikus sampai anulus inguinalis internus. Biopsi atau pendekatan trans-skrotal tidak
diperbolehkan karena ditakutkan akan membuka peluang sel-sel tumor mengadakan penyebaran.
Pada eksplorasi melalui insisi inguinal dalam instansi pertama funikulus spermatikus harus
diklem dulu untuk menghindari penyebaran sel melalui darah atau saluran limfe. Kemudian tetis
diluksasi dari skrotum di dalam luka insisi dan diperiksa. Pungsi atau biopsi skrotum harus
dianggap sebagai satu kesalahan tindakan.
Dari hasil pemeriksaan patologi dapat dikategorikan antara seminoma dan non seminoma.
Seminoma
Seminoma merupakan tumor yang sangat sensitif terhadap sinar. Karena itu sesudah orkidektomi
pada seminoma kebanyakan dilakukan radioterapi pada stasiun-stasiun kelenjar limfe regional,
juga jika tidak dapat ditunjukkan adanya metastasis kelenjar limfe dibaeah diafragma. Lapangan
penyinaran juga harus meliputi sikatriks di daerah inguinal dan terapinya terdiri atas paling
sedikit 30 Gy dalam 3-4 minggu.
Penderita dengan stadium I, IIA, dan IIB, setelah orkidektomi diradiasi pada regio paraaorta dan
regio panggul ipsilateral. Karena kurang lebih separuh penderita dengan stadium IIC mendapat
kekambuhan dengan terapi penyinaran, pada penderita ini dilakukan kemoterapi. Kepada
penderita stadium III diberikan skema kemoterapi yang berlaku untuk penderita non seminoma.
Bila penanganan bedah sempurna serta kemoterapi dan penyinaran lengkap prognosis baik
sekali.
Sejak beberapa tahun pada seminoma, jika tidak dapat ditunjukkan metastasis (stadium I), dalam
beberapa pusat yang terspesialisasi cukup dikerjakan kontrol penderita yang frekuen tanpa
radioterapi. Dalam hal ada metastasis kelenjar retroperitoneal dengan diameter lebih dari 5 cm
dan atau metastasis kelenjar di atas diafragma dan atau metastasis hematogen maka ini
terindikasi untuk kemoterapi. Kebanyakan hal ini digunakan empat siklus masing-masing 3
minggu yang terdiri atas sisplatin dan etoposid (Mencel dkk., 1994). Dalam pusat tertentu nilai
kombinasi kemoterapi ini dibandingkan dengan karboplatin, sendirian atau dalam kombinasi.
Non-seminoma
Penderita dengan tumor non seminoma stadium I tidak membutuhkan terapi tambahan setelah
pembedahan. Penderita stadium IIA dapat diobservasi saja, kadang diberikan kemoterapi dua
seri. Pada stadium IIB biasanya diberikan empat seri kemoterapi. Penderita stadium IIC dan III
diberikan kemoterapi yang terdiri dari sisplatin, beomisin dan vinblastin. Bila respon tidak
sempurna diberikan seri tambahan dengan sediaan kemoterapi lain. Bila masih terdapat sisa
jaringan di regio retroperitoneal dilakukan laparatomi eksplorasi. Pada kebanyakan penderita
ternyata hanya ditemukan jaringan nekrotik atau jaringan matur. Jaringan matur merupakan
jaringan yang berdiferensiasi baik dan tidak bersifat ganas lagi.
Jika tidak dapat ditunjukkan metastasis dan tumor terbatas pada testis maka ini disebut stadium I.
Sesudah orkidektomi cukup pemantauan yang sering terhadap penderita (wait and see policy).
Dalam hal ini harus diperhatikan kenyataan bahwa kira-kira 25% penderita selama follow
up menunjukkan pertumbuhan tumor. Dengan kontrol yang sering, dengan menetapkan zat-zat
penanda, pertumbuhan tumor dapat cepat didiagnosis, dan karena kecilnya massa tumor dapat
diterapi kuratif dengan kemoterapi. Jika dibuktikan adanya metastasis, pertama-tama dinilai
dengan polikemoterapi. Semula kemoterapi ini terdiri atas kombinasi sisplatin, vinblastin, dan
bleomisisn, sesudah itu vinblastin diganti dengan etoposid. Kombinasi ini sama efektifnya tetapi
cukup ringan toksisitasnya.
Prognosis
Prognosis umumnya memuaskan, kecuali pada penderita dengan metastasis banyak di paru atau
bila terdapat kekambuhan dengan kadar petanda tumor yang tinggi. Prognosis tumor testis bukan
hanya bergantung kepada sifat histologiknya, melainkan terutama pada stadium tumor.
Ketahanan hidup 5 tahun adalah sebagai berikut
:

o Seminoma, stadium I dan II : 95%
o Seminoma, stadium III-IV : 70-90%
o Non-seminoma, stadium I : 99%
o Non-seminoma, tumor sedikit : 70-90%
o Non-seminoma, tumor banyak : 40-70%
Pada tumor testis follow up harus dijalankan sebagai berikut : tahun ke-1 tiap 1 bulan ; tanuh ke-
2 tiap 2 bulan ; tahun ke-3 tiap 3 bulan ; tahun ke-4 dan 5 tiap 6 bulan ; tahun ke-6 hingga 10 tiap
tahun. Pada waktu kontrol harus diperhatikan khusus zat-zat penanda tumor, pemeriksaan
abdomen (CT scan retroperitoneum), dan testis sisi lainnya, deteksi limfoma supraklavikuler,
pemeriksaan paru (foto thorak dan CT) dan keadaan umum penderita.

2. Seminoma Testis
Definisi
Seminoma testis adalah tumor testis yang paling umum sekitar 45% dari semua tumor
testis. Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis. Seminoma
berasal dari sel benih yang tumbuh dari epitel tubulus seminiferus. Testis membesar berupa
tumor solid berwarna putih, homogen dan keras. Tumor ini mengganti seluruh bagian tubuh
testis. Sekelompok kecil sisa testis terdesak pada salah satu tepi tumor.
7
Lima jenis seminoma berdasarkan gambaran histologis ialah :
Klasikal
Spermatositik
Anaplastik
Disertai sel raksasa sinsitiotrofoblas
Campuran dengan jenis lain tumor sel benih
Pada pemeriksaan kasar , seminoma berwarna pucat abu-abu untuk nodul kuning yang
seragam atau sedikit lobulated dan sering tonjolan dari permukaan potongan

Etiologi

Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang pasti
tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker testis:
Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum) atau kriptorkismus
Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis. Dikatakan bahwa 7
10% pasien karsinoma testis, menderita kriptorkismus. Proses tumorigenesis pasien
maldensus 48 kali lebih banyak daripada testis normal. Meskipun sudah dilakukan
orkidopeksi, resiko timbulnya degenerasi maligna tetap ada. Pria dengan testis undesenden
mempunyai risiko 10 kali untuk mendapat tumor dibandingkan dengan mereka yang
mempunyai testis intraskrotal.
Atrofi Testis.
Kagagalan testis untuk bertumbuh menjadi matur atau mencapai ukuran normal. Hal ini
dapat disebabkan oleh infeksi mumps, torsi atau trauma.
Terpapar dengan bahan kimia dan polutan.
Terpapar dengan substansi/zat toksin dapat menyebabkan perkembangan yang abnormal dari
testis. Hal ini meningkatkan frekuensi tumor testis pada usia 30-40 tahun.
Pemaparan Dietilstilbesterol (DES).
Pada anak-anak yang lahir dari wanita dengan level estrogen yang tinggi selama hamil sangat
beresiko untuk terdapatnya tumor testis dan kriptorkidisme.
Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan rendahnya
kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia) dan testis yang kecil).
Ada riwayat kanker testis dalam keluarga

Patofisiologi

Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang sangat kuat
bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh
invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis.
6
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke kelenjar
limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju ke kelenjar
mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma menyebar secara hematogen ke paru,
hepar, dan otak.
6

Morfologi

Seminoma
Makroskopik : Permukaan homogen putih kotor, lobuler, perdarahan/nekrosis.
Mikroskopik : Membran sel berbeda, sitoplasma jernih tampak berair, inti ditengan dan besar
dengan 1-2 nukleoli prominen, mitosis jarang, tidak mengandung AFP.
Manifestasi Klinis

Gambaran khas tumor testis ialah benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri. Biasanya
tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epidimis pada palpasi yang
dilakukan dengan telunjuk ibu jari.
Gejala pada umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa nyeri adalah
temuan yang paling umum dijumpai tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali.
Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak nyeri.
Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit
pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan,
dan kelemahan diagnostik yang signifikan.

Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis mandiri. Suatu
bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan mandiri.
Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting untuk deteksi dini penyakit
ini.

Berikut beberapa gejala dari tumor testis adalah

Pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun 30% mengeluh nyeri dan terasa berat
pada kantung skrotum, sedangkan 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum.
Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
Ginekomastia
Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar bHCG di dalam sirkulasi sistematik
yang banyak terdapat pada koriokarsinoma.
Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi tetapi
kadang-kadang nyeri pada perabaan dan konturnya bisa sangat ireguler atau sedikit ireguler dan
tidak menunjukkan tanda transiluminasi.
Pemeriksaan penunjang
1. USG
Seminoma biasanya muncul sebagai massa testis homogen echogenicity rendah
dibandingkan dengan jaringan testis normal. Massa biasanya oval dan didefinisikan dengan
baik tanpa adanya invasi lokal. Aliran darah Internal terlihat. Daerah fibrosis dan kalsifikasi
kurang umum daripada non-seminomatous tumor sel kuman. Seminoma lebih besar dapat
tampil lebih beragam.

Testis kanker. Ultrasonografi menunjukkan tumor gema miskin di testis kanan,dan testis kiri
normal.

Gambar Ultrasonografi dari Testis Kanan.
Sebuah gambar melintang melalui testis kanan (Panel A) menunjukkan massa
intratesticular kompleks dengan cysticcomponent (panah) dan komponen padat (panah). Jaringan
testis normal terlihat di sepanjang aspectof anterior massa. Sebuah gambar Doppler (Panel B)
mengungkapkan minimalvascularity dalam komponen padat (panah)

Longitudinal testis dengan seminoma pada seorang pria yang mengalami infertilitas,
oligospermia berat dan testis yang besar sebelah kanan keras

Pandangan longitudinal testis menunjukkan suatu massa padat homogen hypoechoic khas
sebuah seminoma




2. CT Scan

CT abdomen dan panggul yang penting dalam memvisualisasikan metastasis baik sebagai
bagian dari seminoma stadium primer tetapi juga dalam diagnosis utama ketika massa testis tidak
diketahui. Metastasis ke para-aorta kelenjar getah bening pada tingkat pembuluh ginjal adalah
situs pertama khas karena menyebar ke drainase limfatik dari testis berhubungan dengan
penurunan testis embriologi. Metastasis nodal sering besar, kepadatan homogen dan cenderung
untuk membungkus vessles sekitarnya. Metastasis kelenjar getah inguinalis atau iliaka simpul
menyarankan limfatik menyebar melalui skrotum dan ekstensi tumor itu lokal di luar tunika
vaginalis. Metastasis visceral terlihat di sekitar 5% pasien pada presentasi (paru-paru, hati,
tulang, otak). Staging CT dada hanya ditunjukkan ketika daerah getah bening para-aorta
penyebaran simpul hadir atau jika ada Foto toraks abnormal. Setelah metastasis kelenjar getah
terapi simpul mengurangi nyata dalam ukuran tetapi beberapa jaringan abnormal tidak aktif tetap
ada yang dapat sulit dibedakan dari penyakit sisa dan pemantauan sementara diperlukan.

MRI
Biasanya muncul sebagai tumor multinodular intensitas uniformsignal
3-4.

T2: hipo intens untuk jaringan testis yang normal
C+ (Gd) : band seperti struktur mewakili fibro-vaskular septa dapat menunjukkan
enhancment

Testis kanker. Signalpoor proses di testis kiri, sedangkan testis kanan memiliki sinyal
homogen tinggi pada gambar T2-tertimbang

Gambar. Campuran GCT (seminoma digabungkan dan koriokarsinoma) dari testis pada pria
31 tahun dengan testis membesar berisi massa teraba. (A) Coronal T2-tertimbang gambar MR
menunjukkan tumor, lancar marginated bulat. Meskipun bagian atas tumor muncul secara
homogen padat, bagian bawah adalah fibrosis. (B) Coronal kontras ditingkatkan T1-
tertimbang gambar MR menunjukkan beberapa septa fibrovascular (panah), yang adalah
indikasi dari sebuah seminoma. Pada analisis patologis dari spesimen resected, bagian atas
tumor didiagnosis sebagai sebuah seminoma. (C)

Gambar. Tumor Testis Sel Leydig (nonseminoma) (a) belum berkembang (b) stage tumor T1
dengan lokasi perifer di parenkim testis (c) stage tumor T2 di area sentral bekas luka dengan
sinyal yang tinggi (d) Gambaran patologi menunjukkan tumor berbentuk lobus dengan
ukuran 2 cm. J aringan parut terlihat.


3. Pemeriksaan darah atau penanda tumor
7

Untuk menandai tumor seminoma atau non seminoma
Yang dilihat adalah jumlah AFP (alfa fetoprotein), HCG (human chorionic
gonadotrophin)
aFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh karsinoma
embrional, teratokarsinoma, atau tumor yolk sac, tetapi tidak diproduksi oleh
koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor ini mempunyai masa paruh
5-7 hari.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada keadaan
normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini meningkat pada semua
pasien koriokarsinoma, pada 40% - 60% pasien karsinoma embrional, dan 5% - 10%
pasien seminoma murni. HCG mempunyai waktu paruh 24-36 jam

Tabel. Nilai Penanda Tumor pada Beberapa J enis Tumor Testis


Stadium Tumor Testis

Berdasarkan sistem klasifikasi TNM, penentuan T dilakukan setelah orkidektomi
berdasarkan atas pemeriksaan histopatologik. Beberapa cara penentuan stadium klinis yang lebih
sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb, yaitu :
1. Stadium A atau I :
Untuk tumor testis yang masih terbatas pada testis.
2. Stadium B atau II :
Untuk tomur yang telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta). Stadium
B atau II dibagi menjadi 2 :
Stadium IIA (untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba)
Stadium IIB (untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba > 10 cm)
3. Stadium C atau III :
Untuk tumor yang telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
mengadakan metastasis supradiafragma.

Tabel Stadium dan Tingkat Penyebaran Tumor Testis

Diagnosis Banding

Diagnosis banding meliputi setiap benjolan di dalam skrotum yang berhubungan dengan
testis seperti hidrokel, epididimitis, torsio testis.
1. Torsio testis
Doppler ultrasonografi adalah pemeriksaan yang paling tepat untuk melakukan ketika
torsi testis diduga. Demonstrasi aliran darah pada mediastinum testis hampir selalu
mengesampingkan torsi testis, karena torsi yang paling sering terjadi di sumsum spermate
hanya proksimal ke tingkat ini. Atau MRI atau skintigrafi dapat dilakukan, yang terakhir
akan menunjukkan daerah kekurangan foton di lokasi testis torsed.

2. Hidrokel

Gambar. Hidrokel (panah), spematocele (panah) dan varikokel (panah terbuka) pada
ultrasonografi skrotum.

3. Epididimitis



Tatalaksana

Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker
ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya
ditentukan stadiumnya:
1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau
paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
6
1. Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar getah bening
(limfadenektomi).
2. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya,
seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
3. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk
membunuh sel-sel kanker.Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita
tumor non-seminoma.
4. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan
pada sumsum tulang penderita.
Terapi yang dilakukan jika tumor seminoma berdasarkan stadium adalah:
6
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut.
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi
dengan sisplastin.
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan
kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan. Pemilihan
pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis diangkat dengan
orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi korda spermatikus.
6
Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang hilang. setelah
orkhioektomi unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien tidak mengalami fungsi
endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami penurunan kadar hormonal, yang
menandakan bahwa testis yang sehat tidak berfungsi pada tingkat yang normal. Diseksi nodus
limfe retroperineal (RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin
dilakukan setelah orkhioektomi.
6
Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan setelah RPLND, pasien
mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan akibat infertilitas. Menyimpan sperma di
bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi pertimbangan.
6
Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka digunakan untuk
mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja. Testis lainnya dilindungi dari
radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga digunakan untuk pasien yang tidak
menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk
dilakukan pembedahan nodus limfe.
6

Prognosis

Sampai saat ini, pengelolaan biasanya berupa orkidektomi yang kemudian diikuti
radioterapi profilakstik pada kelenjar limfe para-aorta. Cara ini menghasilkan angka kesembuhan
sebesar 90-95% pada seminoma. Pengelolaan paling akhir yang sekarang telah diterima untuk
seminoma dan teratoma ialah orkidemtomi diikuti pengawasan dengan menggunakan teknik
imaging dan pertanda tumor dalam serum. Kekambuhan yang terjadi kemudian diobati dengan
pemberian kemoterapi. Apabila penderita tetap hidup dalam jangka waktu dua tahun setelah
pemberian lengkap kemoterapi tanpa adanya proses kekambuhan, penderita dinyatakan telah
sembuh.
7
4. Renal Cell Carcinoma

Kanker sel ginjal , juga disebut adenokarsinoma ginjal , atau hipernefroma , sering dapat
disembuhkan jika didiagnosis dan diobati ketika masih terlokalisir ke ginjal dan jaringan yang
mengelilingi . Kemungkinan penyembuhan secara langsung berkaitan dengan tahap atau tingkat
penyebaran tumor. Karena sebagian besar pasien yang didiagnosis ketika tumor masih relatif
lokal dan setuju untuk operasi pengangkatan , sekitar 40 % dari semua pasien dengan kanker sel
ginjal bertahan hidup selama 5 tahun Kekambuhan

Incidence and Mortality
Estimasi kasus baru dan kematian akibat sel ginjal (ginjal dan pelvis ginjal) kanker di Amerika
Serikat pada tahun 2014:
Kasus baru: 63.920.
Kematian: 13.860. (National Cancer Institution, USA)

tingkat insiden mencapai 3%~6% dari semua tumor ganas. Setiap tahunnya tingkat insiden
kanker ginjal di seluruh dunia bertambah 2%, pasien kanker ginjal yang meninggal setiap tahun
mendekati 100000 kasus. Kanker ginjal menduduki tingkatan 80%~90% dari tumor ganas orang
dewasa. Merupakan tumor ginjal yang paling sering dijumpai pada orang dewasa. Perbandingan
antara pasien kanker ginjal pria dan wanita adalah 2:1, dapat terjadi pada berbagai usia, tingkat
insiden usia tertinggi 50-70 tahun.( http://www.asiancancer.com)

Faktor resiko
Penyebabnya tidak diketahui ,tapi faktor resikonya :
Merokok: Merokok tembakau merupakan faktor risiko penting untuk kanker ginjal.
Orang yang merokok memiliki risiko lebih tinggi dibanding bukan perokok. Risiko ini
lebih tinggi bagi mereka yang merokok lebih rokok atau untuk waktu yang lama.
Obesitas: Menjadi obesitas meningkatkan risiko kanker ginjal.
Tekanan darah tinggi: Memiliki tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko kanker
ginjal.
Riwayat keluarga kanker ginjal: Orang dengan anggota keluarga yang menderita kanker
ginjal memiliki sedikit peningkatan risiko penyakit. Juga, kondisi tertentu yang berjalan
dalam keluarga dapat meningkatkan risiko kanker ginjal.
Pekerjaan : Pekerja bidang logam, pekerja percetakan surat kabar, pekerja arang batubara,
industri dry cleaning dan pekerja produk petrokimia, semuanya bisa meningkatkan
tingkat insiden kanker ginjal dan resiko kematian.
Sinar radiasi : Dalam jangka waktu lama terpapar di bawah sumber radioaktif
lemah dapat meningkatkan resiko mengidap kanker ginjal.
Makanan dan obat : Menurut survey, mengkonsumsi produk susu, protein hewani
dan lemak dalam jumlah tinggi, kurang mengkonsumsi buah dan sayuran
merupakan faktor bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ginjal.
Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik
Gejala umum dari kanker ginjal termasuk:
hematuria : Sekitar 40% pasien kanker ginjal akan muncul gejala kencing darah,
muncul kencing darah yang dapat dilihat dengan mata telanjang, juga dapat
muncul kencing darah di bawah pantauan mikroskop. Pada saat kencing darah
dalam jumlah banyak membentuk gumpalan darah muncul gejala sakit kolik
ginjal, nyeri buang air kecil, disuria, bahkan retensi urin.
nyeri yang tidak hilang : Sakit pinggang dikarenakan tumor setelah bertumbuh besar,
keelastisan lapisan luar ginjal meningkat atau tumor invasi ke jaringan sekitar sehingga
menimbulkan rasa sakit tumpul monoton (terus-menerus). Tingkat kemunculan gejala
nyeri adalah 20%~40%. Bila berkaitan dengan gejala yang timbul harus segera berobat,
agar tidak menunda penyakit.
massa di abdomen : Ginjal berada di retroperitoneal, letaknya dalam, pada saat
perut diraba tidak dapat terasa, hanya pada saat ukuran tumor agak besar atau
pada saat tumor terletak pada bagian bawah ginjal baru dapat teraba ada benjolan,
sekitar 10%~40% pasien dapat teraba ada benjolan diperut, terkadang gejala ini
merupakan gejala satu-satunya.
berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya
demam
kelelahan
Gejala seluruh tubuh: 10%40% pasien mengalami paraneoplastik syndrome,
dengan gejala tekanan darah tinggi, anemia, berat badan turun, cachexia,
meradang, polycythemia, disfungsi liver dan lainnya
Gejala metastase: Karena terjadi metastase pasien mungkin akan mengalami sakit tulang,
patah tulang, batuk, batuk berdarah dan gejala lainnya. Kurang lebih 10% dari pasien
berobat karena adanya metastase.

Diagnosis
Urine tests: cek hematuria dan kelainan lain
Blood tests: permeriksaan darah, seperti kreatinin. Kadar kreatinin meningkat berarti ada
penurunan fungsi ginjal
Ultrasound: mengetahui letak
CT scan
MRI
IVP
Biopsy
Surgery

Staging
Tahapannya berdasarkan ukuran dan seberapa jauh invasi ke jaringan sekitar. Sebelumnya di ada
pemeriksaan untuk menentukan stage :
Blood tests: orang dengan kanker renal mempunyai kadar kalsium atau LDH yang tinggi
Chest x-ray:untuk mengetahui apakah ada atau tidak tumor di paru (metastasis)
CT scan: CT scans di thoraks dan abdomen dapat menunjukkan metastasis di lymph
nodes, paru, atau yg lain
MRI: MRI dapat menunjukkan cancer di pembuluh darah, lifonosi, atau jaringan lain.

tahap kanker ginjal:
Stadium I: Tumor tidak lebih besar dari bola tenis (hampir 3 inci atau sekitar 7 cm).
Cancer
Sel-sel yang ditemukan hanya di ginjal.
Stadium II: Tumor lebih besar dari bola tenis. Tetapi sel-sel kanker ditemukan hanya di
ginjal.
Stadium III: Tumor dapat menjadi ukuran. Hal ini telah menyebar ke setidaknya satu
kelenjar getah bening di dekatnya. Atau telah berkembang melalui ginjal untuk mencapai
pembuluh darah di dekatnya.
Stadium IV: Tumor telah tumbuh melalui lapisan jaringan lemak dan lapisan luar
jaringan fibrosa yang mengelilingi ginjal. Atau sel-sel kanker telah menyebar ke kelenjar
getah bening di dekatnya atau ke paru-paru, liver, tulang, atau jaringan lain.


Menurut metode Robson, stadium kanker ginjal dapat dibagi menjadi tahap-tahap berikut
di bawah ini :
Stadium I: Tumor terletak di dalam kapsul ginjal.
Stadium II: Tumor invasi ke lemak sekitar ginjal, tapi masih terbatas pada fasia
perirenal.
Stadium III: dibagi menjadi stadium IIIa, stadium IIIb dan stadium IIIc
Stadium IIIa: Tumor invasi ke vena ginjal atau inferior vena pulsa statis;
Stadium IIIb: Invasi ke kelenjar getah bening regional
Stadium IIIc: Di saat bersamaan invasi ke vena ginjal, vena cava inferior, kelenjar
getah bening.
Stadium IV: dibagi menjadi stadium IVa dan stadium IVb.
Stadium Iva: Tumor invasi ke organ yang berdekatan dengan ekstra-adrenal;
Stadium Ivb: Metastasis jauh tumor.


Klasifikasi seluler Sel Kanker Ginjal
Sekitar 85 % kanker sel ginjal adalah adenocarcinoma. Adenocarcinomas dapat dipisahkan ke
dalam clear cell dan karsinoma sel granular. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa tumor
sel granular memiliki prognosis yang lebih buruk.

Table 1 World Health Organisation histologic classification of renal cell carcinoma
Clear cell renal cell carcinoma
Multilocular clear cell renal cell carcinoma
Papillary renal cell carcinoma
Chromophobe renal cell carcinoma
Carcinoma of the collecting ducts of Bellini
Renal medullary carcinoma
Xp11 translocation carcinomas
Carcinoma associated with neuroblastoma
Mucinous tubular and spindle cell carcinoma
Renal cell carcinoma, unclassified




Neoplasia ini terdiri dari sel-sel sitoplasma yang jelas; mereka jelas karena kandungan tinggi
glikogen dan lipid

Treatment
Terapi berdasarkan :
ukuran
Apakah tumor telah menyerang jaringan di luar ginjal
Apakah tumor telah menyebar ke bagian lain dari tubuh
usia dan kesehatan umum

Surgery
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk orang dengan kanker ginjal . Jenis
operasi tergantung pada ukuran dan stadium kanker

Removing all of the kidney (radical nephrectomy): mengangkat seluruh ginjal bersama
dengan kelenjar adrenal dan beberapa jaringan sekitar ginjal . Beberapa kelenjar getah
bening di daerah tersebut juga diangkat .
Removing part of the kidney (partial nephrectomy): mengangkat hanya bagian dari ginjal
yang mengandung tumor . Orang dengan tumor ginjal yang lebih kecil dari bola tenis
dapat memilih jenis operasi ini.
Bagi orang yang memiliki tumor lebih kecil dari 4 cm dan yang tidak dapat menjalani operasi
untuk menghapus bagian dari ginjal karena masalah kesehatan lainnya , dokter mungkin
menyarankan :
Cryosurgery: memasukkan alat melalui sayatan kecil atau langsung melalui kulit ke
dalam tumor . Alat ini membeku dan membunuh tumor ginjal.
Radiofrequency ablation: memasukkan probe khusus langsung melalui kulit atau melalui
sayatan kecil ke dalam tumor . Probe berisi elektroda kecil yang membunuh sel-sel
kanker ginjal dengan panas.
Targeted Therapy : kanker ginjal yang telah menyebar dapat menerima jenis obat yang
disebut terapi bertarget. Banyak jenis terapi yang ditargetkan digunakan untuk kanker
ginjal . Perawatan ini dapat mengecilkan tumor ginjal atau memperlambat
pertumbuhannya . Efek samping lain mungkin termasuk diare , mual , muntah , luka di
bibir atau di dalam mulut , dan tekanan darah tinggi .

Biological Therapy : Terapi biologi untuk kanker ginjal adalah pengobatan yang dapat
meningkatkan pertahanan alami tubuh ( respon sistem kekebalan tubuh ) terhadap kanker
. Perlakuan yang digunakan untuk kanker ginjal dapat memperlambat pertumbuhan tumor
atau menyusut mereka . Terapi biologi disuntikan secara intravena atau di bawah kulit .
Pengobatan dapat diberikan di rumah sakit atau kantor dokter . Obat lainnya bisa
diberikan pada saat yang sama untuk mencegah efek samping . Efek samping berbeda
dengan terapi biologi yang digunakan , dan dari orang ke orang .Terapi biologi sering
menyebabkan ruam atau pembengkakan . Pengobatan juga dapat menyebabkan sakit
kepala , nyeri otot , demam , atau kelemahan .

Jika salah satu ginjal dihapus, ginjal yang tersisa biasanya mampu melakukan pekerjaan kedua
ginjal . Namun, jika ginjal yang tersisa tidak melakukan pekerjaan yang baik membersihkan
darah mungkin perlu dialisis . Beberapa orang mungkin perlu transplantasi dengan ginjal yang
sehat dari donor .

5. Tumor Wilms
1. Pengertian
Wilms tumor atau nefroblastoma adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional
primitive di ginjal. Wilms tumor biasanya ditemukan pada anak anak yang berumur kurang
dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau bahkan orang dewasa.
Wilms tumor merupakan tumor ginjal padat yang sering dijumpai pada anak di bawah umur
10 tahun dan merupakan kira - kira 10 % keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada
umur tiga tahun dan kira kira 10 % merupakan lesi bilateral. (Grawitz, Paul, 1850 1932 ).
Wilms tumor menyebabkan noeplasma ginjal sebagian besar anak dan terjadi dengan
frekuensi hampir sama pada kedua jenis kelamin dari semua ras, dengan indikasi tahunan 7,8 per
juta anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Gambaran wilms tumor yang paling penting adalah
kaitannya dengan anomaly congenital, yang paling umum adalah anomaly urogenital ( 4,4 % ),
hemihipertrofi ( 2, 9 % ) dan aniridia sporadic ( 1,1 % ).
2. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi diduga melibatkan factor genetic. Wilms
tumor berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti:
a. Kelainan saluran kemih
b. Aniridia ( tidak memiliki iris )
c. Hemihipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh )

Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam kapsulnya. Tumor bisa
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Wilms tumor ditemukan pada 1 diantara 200.000 250.000
anak anak. Biasanya umur rata rata terjangkit kanker ini antara 3 5 tahun baik laki laki
maupun perempuan.


3. Tanda dan Gejala
Gejala dari wilms tumor ini adalah:
a. Perut membesar ( misalnya memerlukan popok yang berukuran lebih besar )
b. Nyeri perut
c. Demam
d. Malaise ( lemas / merasa tidak enak badan )
e. Nafsu makan berkurang
f. Mual dan muntah
g. Sembelit
h. Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh ( hemihipertrofi )
Pada 15 20 % kasus, terjadi hematuria ( darah terdapat di dalam air kemih ). Wilms tumor bisa
menyebabkan tekanan darah tinggi ( hipertensi ). Wilms tumor bisa menyebar ke bagian tubuh
lainnya, terutama paru paru, dan menyebabkan batuk serta sesak napas.

4. Patofisiologi
Wilms tumor terjadi pada parenchyma renal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat dengan
lokasi dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang
luar renal. Mempunyai gambaran khas, berupa glomerulus dan tubulus yang primitive atau
abortif, dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi stroma sel
kumparan. Pertama tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian diinvasi
oleh sel tumor.
Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu abuan homogeny,
lunak dan encepaloid ( menyerupai jaringan otak )
Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai suatu
massa abdomen. Akan teraba pada abdominal saat dilakukan palpasi.
Munculnya wilms tumor sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat
lahir
Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ
lain. Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya
hipertensi biasanya terkait dengan iskemik pada renal. Metastase tumor secara hematogen dan
limfogen, paru, hati, otak dan bone marrow.
a. Penyebab wilms tumor menurut TNM adalah sebagai berikut:
1) T ( Tumor Primer )
- T1 unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 60 cm
2

- T2 unilateral permukaan > 80 cm
2

- T3 unilateral rupture sebelum penanganan
- T4 bilateral
2) N ( Metastasis Limfe )
- N0 tidak ditemukan metastasis
- N1 ada metastasis limfe
3) M ( Metastasis Jauh)
- M0 tidak ditemukan metastasis
- M+ ada metastasis jauh

b. Tingkat penyebaran wilms tumor menurut NWTS III
1) Stadium I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat diangkat seluruhnya, tidak ada
metastasis limfogen ( N0 )
2) Stadium II : Tumor melewati batas sampai ginjal tetapi masih dapat diangkat
seluruhnya dan tidak ada sisa tumor pada permukaan tempat tumor semula dan N0.
3) Stadium III : Tumor tidak dapat diangkat seluruhnya sehingga ada sisa tumor
didalam tubuh, termasuk tumpahan jaringan tumor, dan / N+.
4) Stadium IV: Tumor sudah mengadakan metastasis hematogen ke paru, tulang, atau otak
( M+ ).
5) Stadium V : Tumor ditemukan bilateral.

Komplikasi
Metastase ke paru-aru,hati, tulang,dan otak.

Pemeriksaan Diagnostik
Tumor Wilms di diagnosis dari perjalanan medis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.
1) Pemeriksaan penunjang :
Ultrasound abdominal
Terdapat massa padat pada perut ( retrperitoneal ) sebelah atas.
CT scan
Dapat memberikan gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan pembesaran
kelenjar
regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitarnya.
Foto Toraks
Karena tingginya insiden metastase tumor ke paru-paru,maka setiap pasien dengan Tumor
Wilms
harus di lakukan pemeriksaan foto toraks.
Pemeriksaan darah dan urin
Untuk menilai fungsi ginjal dan hati.
Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan mikroskopik.Biopsi tumor ini
untuk
mengevaluasi sel dan diagnosis.
MRI Perut.
CBC,BUN,dan Kreatinin.
PIV dan Nefroktomi.
2) Diagnosis Banding
Hidronefrosis atau kista ginjal keduanya merupakan massa yang mempunyai konsistensi kistus
nefroblastoma,biasanya keadaan pasien lebih buruk da pada pemeriksaan laboratorium kadar
VMA ( Vanyl Mandelic Acid ) dalam urine mengalami peningkatan.

5. Penatalaksanaan.
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan komplikasi
dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi
dan kemoterapi.
Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.Jika secara klinis
tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal disebelah kontra lateral normal, dilakukan
nefrektomi radikal.
Pembedahan
Nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneall total tidak perlu
dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada
pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral
cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus
diangkat.
Radioterapi
Tumor Wilms di kenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru.Karena
itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan
patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga di
berikan radioterapi.Radioterapi dapat juga di gunakan untuk metastase ke paru, otak,
hepar serta tulang.
Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi. Prinsip dasar
kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik
tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang
normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian
sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama
4 8 minggu. Jadi, tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko rupture
intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih mudah di reseksi total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms,
yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan Siklofosfamid. Mekanisme
kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak
terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan
sel-sel kanker tidak terjadi.
Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima hari
berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak melebihi
500 mikrogram.Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan sebagai terapi
prabedah.
Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam satu dosis
1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis
dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi
pada waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain
karena jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai obat
tunggal dapat menyebab relaps.
Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius, diberikan secara
intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal
250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati sawar otak, dapat menimbulkan toksisitas pada
miokard bila melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m2/hari selama lima
hari berturut-turut.
Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 1800 mg/m2/hari secara intravena
dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.

Prognosis
Faktor yang mempengaruhi prognosis dan kelangsungan hidup jangka panjang adalah:
1. Gambaran histologis
2. Umur dan kesehatan anak secara umum saat di diagnosis
3. Ukuran tumor primer
4. Respon terhadap terapi
5. Toleransi anak terhadap obat-obatan yang spesifik,prosedur atau terapi.
6. Perkembangan terbaru dari penatalaksanaan.
7. Prognosis dan kelangsungan jangka panjang pada setiap anak berbeda-beda

6. Tumor Vesika Urinaria
Merupakan 2% dari seluruh keganaasan, dan merupaan keganasan kedua terbanyak pada system
urogentialia setelah karsinoma prstat. Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada
wanita.
Etiologi
Keganasan terjadi karena induksi bahan karsinogenik yang banyak teradapat di sekitar
kita. Beberapa factor resiko :
a. Pekerjaan. Pekerjaan di pabrik kimia , laboratorium, pabrik kimia, tekstil, kulit dan lain-
lainnya.
b. Perokok,
c. Infeksi salran kemih, kuman-kuman E.coli dan proteus spp menghasilakn nitrosaminyang
merupakan zat karsinogenik.
d. Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan, kebiasaan mengkonsumsi bahan yang
mengandung sakarin dan siklamatdan pemakaian obat siklofosfamid intaravesika
fenasetin, opium dan obat antituberkulosa INH jangka panjang meningkatkan resiko
Bentuk tumor : Papiler, non infasif, noduler atau juga campuran papiler dan iniltratif.
Karsinoma buli yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor ini lama kelamaan
dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot dan lemak prevesika yang kemudian
menyebar ke jaringan sekitar. Tumor juga dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen.
Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaka eksterna dan iliaka
komunis. Sedangkan penyebaran hematogen palin seing ke hepar, paru dan tulang.
Jenis Histopatologi
Sebagian besar tumor bersifat multifocal yaitu dapat terjadi di saluran kemuh yang
epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu di pielum, uretrer atau urtra posterior sedangkan jenis
yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.
a. Adenokarsinoma
Terdapt 3 grup adenokarsinoma pada buli-buli, diantaranya adalah :
a). priber terdapat di buli-buli, dan biasana teradapat di dasar dan di fundus buli_buli.
Pada beberapa asus sistitis flandularis kronis dan ekstrofia vesika pada peralanna lebih
lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli.
b). Urakhus persisten ang mengalami degenerasi maligna menjadi andeokarsinoma
c). Tumor sekunder ang berasal dari fous metastasis dari organ lain, diantarana adalah :
postat, rectum, ovarum, lambung, mamma dan endometrium.

b. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma ini terjadi karena rangsangan kronis pada buli_buli sehingga sel eptitelnya
mengalami metaplasia berubah jadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena :
infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang dipasang lama dan
pemakaian obatan.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis biasnaya timbul hematuroa yang bersifat : tanpa nyeri, Kambuhan
(intermiten) dan terjadi di seluruh proses miksi. Meskipun seringkali karsinoma buli tanpa gejala
disuri, tapi pada karsinoma insutu atau karsinoma yang sudah infiltrasi luas tidak jarang ada
gejala iritasi buli-buli. Hematuria bisa menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien dating
meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau
edema tungkai bisa disebabkan karena adanya penekanan aliraan limfe oleh massa tumor atau
kelenjar linfe yang membesar di daerah pelvis.
Derajat Infasi Tumor (Stadium)
Penentuannya berdasrkan penentuan stadium dari marshall. Yaitu, non muscle invasife, muscle
invasive , invasive jaringan sekitarnay dan sudah menunjukkan metastasis jauh.
Tis karsinoma insitu
Ta karsinoma papiler terbatas pada epitel
T1 masuk ke jar subepitel
T2 masuk permukaan otot
T3a masuk otot lebih 1/2
T3b masuk jar lunak sekitar vesika
T4 masuk ke organ sekitarnYa
Nl Kelenjertunggal < 2cm
N2 Kelenjer tunggal 2 - 5 cm, multiple <5 cm
N3Kelenjer>5cm
Ml metastasejauh
Yang termasuk nonmuscle invasive adalah Ta, T1 dan Tis. Pengelolaan ini dengan endurologi
yaitu transurethral resection of bladder tumor dan terapi ajuvan intravesika. Namun pada T1 dan
gradasi tinggi tidak mempan hanya endurologi saja karena prognosisnya tidak baik dan
menyerupai dengan jenis yang infasif pada otot detrusor. Can invasive muscle kelompoik yang
sudah menembus atau berada di dalam dinding buli-buli. Yang termasuk kategori ini adalah T2,
T3 dan T4.
Diagnosis
Palpasi Bimanual, dikerjakan dengan narkose umum pada saat belum dan ssudah reseksi
tumor. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau colok vagina dan kiri palpasi buli
dareah suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.
Laboratorium, dengan memeriksa sitologi urine dengan pemeriksaan sel urotelium yang
terlepas bersama urine, antigen permukaan sel dan flow cytometri
Pencitraan, dengan pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor berupa filing defect
dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidrouteter atau hidronefrsis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi
tumor ke ureter atau muara ureter.
Terapi
Tindakan pertama CA Buli-buli adaah resksi buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada
tindakan ini data sekaligus ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya bergantung pada
stadium antara lain : tidak perlu terapi anjutan tapi pengwasan ketat, instilasi intraveskia dengan
obat mitomisin C, BCG, 5-fluoro uracil, siklofosfamid, doksurobisin dan interferon, sistektomi
radikal, parsial atau total. Radiasi eksternal dan terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik.
Diversi urin
Sistektomi radikal adalah pengagkatan buli dan jaringan sekitar dan selanjutnya aliran
urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara antara lain :
a. Ureterosigmoidostomi, yaitu membuat anstomosis kedua ureter ke dalam sigmoid.
b. Konduit usus, yaitu mengganti buli dengna ileum sebagai penampung urin, untuk
mengeluarkan urin dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma
c. Diversi urine kontinen, yaitu mengganti buli dengan segmen ileum dengan membuat
stoma kontinen. Urin dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri
secara berkala.
d. Diversi urine orthotopic, yaitu membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian
dilakukan anastomosis dengan uretra. Tekni ini dirasa lebih fisiologis karena beremih
melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen.

5. Tumor Uretra
Hampir semua tumor ureter adalah karsinoma sel transitional. Kira-kira dua pertiga terdapat
dibagian distal ureter. 25% tumor ini benigna dan 75% tumor ini menjadi maligna.
Gejala klinis
Pasien sering mengeluhkan nyeri pinggang, hematuria kambuhan atau gejala akibat obstruksi
tumor. Lebih dari 10% pasien tumor ureter tidak pernah mengeluh dan secara kebetulan tumor
ini ditemukan pada pemeriksaan PIV atau uji skering dengan ultrasondrafi.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan PIV didapat filling defect didalam lumen ureter, kadang-kadang terdapat
hidronefrosis atau ginjal non vizualised dan dalam keadaan ini diagnosis dilakukan dengan
melakukan pielografi retrograf.
Sitologi urin dilakukan dari ureter dengan memakai kateter ureter dan kadang dilakukan biopsi
dengan alat brush biopshy. Pemakaian uretroskopi sangat dianjurkan untuk melihat langsung
tumor ureter dan sekaligus melakukan biopsi.
Terapi
Untuk penanganan tumor yang berderajat tinggi adalah dengan nefroureterektomi. Jika tumor
terdapat dibagian distal ureter adalah reseksi parsial ureter dan muaranya di kandung kemih serta
neoureterovesikostomi.

6. Carcinoma Prostat
Karsinoma prostat merupakan tumor keganasan pada kelenjar prostat. Sebagian besar
menyerang pada pria dengan usia diatas 50 tahun. Jenis histopatologis karsinoma prostat
sebagian besar adalah adeno-karsinoma. Pertumbuhan karsinoma 75% berasal dari zona perifer
prostat dan 15-20% pada zona sentral dan transisional.
Etiologi
1. Predisposisi genetik
2. Pengaruh hormonal
3. Diet
4. Pengaruh lingkungan
5. infeksi
Gambaran klinis
Pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda klinis. Tanda biasa muncul
pada stadium lebih lanjut. Kanker prostat stadium dini biasa ditemukan pada saat pemeriksaan
colok dubur berupa nodul keras. Kurang lebih 10% pasien yang datang berobat ke dokter
mengeluh adanya gangguan saluran kemih berupa kesulitan miksi, nyeri kencing, atau hematuria
yang menandakan bahwa kanker telah menekan uretra. Kanker juga dapat menekan rektum
meskipun jarang terjadi sehingga menyebabkan keluhan buang air besar. Jika sudah metastasis
pada tulang vertebra bisa menyebabkan kelainan neurologis.
Derajat Diferensiansi Sel
Menurut gleason, diferensisasi karsinoma adalah sebagai berikut:
2-4 Well Differentiated
5-7 Moderately Differentiated
8-10 Poorly Differentiated
Pemeriksaan Penunjang
1. PSA (Prostat Specific Antigens)
Suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sitoplasma sel epitel prostat, dan berperan
dalam melakukan likuefaksi cairan semen. Pada proses keganasan prostat, PSA akan
menembus basal membran sel epitel dan beredar melalui pembuluh darah perifer. PSA
tidak digunakan untuk menegakan diagnosis karsinoma prostat namun digunakan untuk
deteksi dini adanya kanker prostat dan evaluasi lanjutan setelah terapi kanker prostat.
2. TransRektal UltraSonografi (TRUS)
Pemeriksaan TRUS dapat diketahui adanya area hipo-ekoik(60%) yang
merupakan salah satu tanda adanya kanker prostat dan sekaligus mengetahui
kemungkinan adanya ekstensi tumor ke ekstraakapsuler.
3. Biopsi
Merupakan pemeriksaan gold standar dalam menegakkan diagnosis kanker
prostat. Pemeriksaan ini dibantu dengan transrektal ultrasonografi dalam mengambil
jaringan yang dicurigai adanya tumor.


7. CA PENIS

Pengertian
Ca penis merupakan karsinoma sel skuamosa dari epitel gland penis atau permukaan dalam
preputium.
Distal Glans (48 %)
Preputium (21 %)
Sulcus Coronarius (6 %)
Shaft (< 2 %).

Insiden
Kanker penis terjadi pada pria yang berusia lebih dari 60 tahun dan mewakili sekitar 0,5%
malignansi pada pria di Amerika. Meskipun demikian, di beberapa Negara, insidennya berkisar
10%. Kanker penis jarang terjadi pada pria yang disirkumsisi. Insidennya tinggi pada fimosis
termasuk yang disirkumsisi tidak sempurna.

Etiologi
Permukaan kronis pada fimosis. Ca penis biasanya terjadi pada pria yang tidak disirkumsisi,
mungkin berkaitan dengan penimbunan smegma (sekresi kental) di bawah preputium.
Faktor resiko :
a. Usia : Usia tua meningkat (85 tahun : 9,2 %).
b. Ras : Tidak ada perbedaan kulit putih dan hitam.
c. Genetik : Tidak ada perbedaan resiko.
d. Risiko patologi genital : Sirkumsisi, Fimosis, Penyakit kelamin.
e. Urbanisasi : Lebih sering pada sosial ekonomi rendah.

Patofisiologi
Ca penis sering terjadi pada laki-laki yang tidak disirkumsisi dan dapat dihubungkan dengan
hygiene pada preputium dan gland penis. Fimosis yang lama juga dapat menjadi penyebab Ca
penis mulai dari kelainan kecil di permukaan dalam preputium atau gland penis termasuk corona
gland. Bentuk kelainan dapat papiler, eksofitik rata atau tukak. Pada Ca penis sekunder dapat
terjadi dari metastasis kanker di kandung kemih, rectum atau prostat. Ca prostat ini berangsur-
angsur membesar sampai meliputi seluruh penis dan meluas ke region pubis, skrotum dan bagian
bawah dinding perut. Erosi ke dalam pembuluh besar femoral dapat mengakibatkan perdarahan
berbahaya. Metastasis jauh jarang ditemukan. Karsinoma skuamous penis umumnya
terdiferensiasi baik, merupakan kanker dengan tingkat keganasan rendah tapi mempunyai daya
destruksi setempat yang kuat.

Gejala Klinis
Kebanyakan penderita datang dengan keluhan benjolan, biasanya tidak nyeri. Keluhan ini
kadang disertai dengan kesulitan miksi dan/benjolan yang tidak nyeri di lipat paha biasanya
terdapat fimosis, ujung preputium sempit karena jaringan fibrosis oleh balano prostatitis kronis.
Preputium sendiri lebih luas sehingga urin keluar ke dalam preputium yang membesar karena
sumbatan ujungnya. Gejala dan tanda sistemik seperti malaise, anemia karena radang kronik dan
perdarahan harus diperhatikan.
Manifestasi lokal :
- Prakenker : Leukoplakia, ulkus superfisial.
Benjolan tidak nyeri (bervariasi) : Eritem, ulkus, nodul, exofitik.
- Miksi iritatif, nyeri penis, discharge, perdarahan.
Sistemik:
- Painless inguinal lymphadenopathy.
- malaise, anemia, perdarahan, BB turun.
a. Abdomen : Abdominal Massa, hepatomegali.
b. Genitalia : Lokasi, gambaran, sensitifitas lesi, preputium tertarik ke belakang, exophytic,
sessile, ulceratif.
c. Lnn : Palpasi (50 % Positif).

Klasifikasi TNM Ca penis
T
Tis
Tj
T1
T2
T3
T4
N
No
N1
N2
N3
M
M1
Tumor primer
Karsinoma insitu
Karsinoma tidak invasive
Invasi ke jaringan penyangga subepitel
Invasi ke korpus spongiosum atau kavernosum
Invasi ke uretra atau prostat
Invasi ke struktur atau organ sekitarnya
Kelenjar limfe
Tidak terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional
Metastasis di dalam kelenjar limfe inguinal superficial
Metastasis multiple atau bilateral di kelenjar limfe inguinal superficial
Metastasis di kelenjar inguinal profunda atau di dalam pelvis
(unilateral/bilateral)
Metastasis jauh
Terdapat metastasis jauh
Stage I : Lesi terbatas pada glans atau preputium.
Stage II : Lesi meluas ke batang penis.
Stage III : Ke lnn inguinalis dan operabel.
Stage IV : Ke batang penis, lnn inguinal inoperabel, metastasis jauh.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium khas tidak ada. Pemeriksaan pencitraan umumnya tidak memberikan
informasi tambahan kecuali jika ada indikasi khusus seperti obstruksi uretra yang jarang
disebabkan oleh Ca penis.
Diagnosis ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan biopsy.
1. Laboratorium.
- Darah : lengkap, LFT, BUN-Creatinin.
- Urine lengkap.
2. Radiologi
- Foto thorax.
- CT scan : Thorax, abdomen dan pelvil.
3. Biopsi (invasif)

Penatalaksanaan
Lesi yang lebih kecil hanya melibatkan kulit dapat dikontrol dengan eksisi biopsy. Kemoterapi
topical dengan krim 5-Fluourasil mungkin menjadi pilihan pada pasien tertentu. Terapi radiasi
digunakan untuk mengobati karsinoma sel skuamosa kecil dari penis atau untuk paliasi pada
tumor lanjut atau metastasis nodus limfe. Penektomi parsial lebih dipilh daripada penektomi total
jika memungkinkan penektomi total diindikasikan jika tumor tidak dapat diatasi dengan
pengobatan konservatif.
- Lesi yang lebih kecil yang leibatkan kulit dapat dikontrol dengan eksisi biopsi.
- Kemoterapi topical dengan krim 5 fluororasil mungkin menjasi satu pilihan pada pasien
tertentu.
- Terapi radiasi digunakan untuk mengobati karisinoma sel skuamosa nodus limfe.
- Panektomi Parsial (pengangkatan penis) lebih dipilih daripada panektomi total jika
memungkinkan. (sekitar 40 % pasien nantinya dapat berpartisipasi.
- Tindakan pembedahan :
-. Tumor primer.
1. Sirkumsisi.
Terbatas pada lesi superfisial, noninvasif terbatas pada/di preputium.
2. Partial panectomy.
Pilihan untuk lesi distal (amputasi 2 cm dati tepi tumor).
3. Total panectomy dengan oerineal urethrostomy.
Lesi proximal, ada infiltasi ke profunda.
4. Lymphadenectomy.
Radial ilioinguinal lymphadenectomy pada Ca Penis masih kontroversi.
5. Sentinel node biopsy).
Sentinel node terletak 32 jari laterodistal dari tuberculum pubicum pada pertemuan v.
epigastrica superficial dan v. saphena.
Bila kelenjar positif dilakukan Lymphadenectomy.

Tumor lanjut dan metastasis.
Bersifat paliatif.
Untuk mengatasi : nyeri, perdarahan, massa inguinal superfisial.
Kemoterapi : Bleomycin, methorexate, cisplatin, 5FU.
Radiasi : Bila penderita menolak operasi. 6.000 rad selama 3 6 minggu. Dapat
digunakan brakiterapi dengan Iridium 192,

8. TRAUMA GINJAL
Tidak jarang diikuti dengan cedera organ yang mengitari ginjal karena letak ginjal di rongga
peritoneum dan terlindung oleh otot punggung di sebelah posterior, dan organ intraperitoneal di
sebelah anterior.
- Secara langsung: benturan yang mengenai daerah pinggang
- Secara tidak langsung: deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba
Goncangan ginjal secara tiba-tiba regangan pedikel ginjal robekan tunika intima arteri
renalis terbentuk bekuan-bekuan darah thrombosis arteri.

Penderajatan Trauma Ginjal
DERAJAT JENIS KERUSAKAN
Mayor
Derajat I Kontusio ginjal/hematoma perirenal
Derajat II Laserasi ginjal terbatas pada korteks
Minor
Derajat III Laserasi ginjal sampai pada medulla ginjal, mungkin terdapat
thrombosis arteri segmentalis
Derajat IV Laserasi sampai mengenai sistem kalises ginjal
Pedikel
Derajat V Avulsi pedikel ginjal, mungkin terjadi thrombosis arteri
renalis, ginjal terbelah (shattered)

Diagnosis
1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas
dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu
2. Hematuria
3. Fraktur kosta sebelah bawah (T
8-12
) atau fraktur prosesus spinosus vertebra
4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang
5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas
Pada derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas berupa
ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik. Pada trauma major atau
rupture pedikel pasien sering dalam keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah
pinggang yang semakin lama semakin membesar.

Pencitraan
1. IVU, menilai tingkat kerusakan ginjal dan melihat keadaan ginjal kontralateral. IVU
dilakukan jika diduga ada (1) luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal, (2) cedera
tumpul ginjal dengan hematuria makroskopik, (3) cedera tumpul ginjal dengan hematuria
mikroskopik disertai syok.
2. USG, menemukan adnya kontusio parenkim ginjal atau hematoma supskapuler.
3. CT scan atau arteriografi.

Tata Laksana
Trauma tajam tindakan eksplorasi, trauma tumpul sebagian besar tidak memerlukan
tindakan operasi.
Bila terdapat tanda perdarahan > hebat (tanda vital , massa di pinggang , Hb , urin > pekat)
eksplorasi menghentikan perdarahan.
Bila terdapat tanda kebocoran urin (suhu tubuh , massa di pinggang ) drainase urin segera.

9. TRAUMA URETRA
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari buli-buli melalui proses miksi.
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu uretra posterior yang terdiri dari
prostatic dan membranous portions, dan uretra anterior yang terdiri dari bulbous dan pendulous
portion. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Pada laki-laki,
urethra berjalan melalui kandung kemih dan kemudian memanjang melalui kelenjar prostat,
perineum dan berakhir pada ujung penis. Pada wanita, urethra lebih pendek dan memanjang dari
vesica urinaria sampai vagina. Normalnya, laju urin dapat dikontrol, pancarannya kuat, dan urin
bersih tak tampak adanya darah.6
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, dengan diameter 8 mm, sedangkan uretra pria
dewasa kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan hambatan
pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria.
Di bagian posterior lumen uretra prostatika, terdapat tonjolan verumontanum, dan disebelah
distal dan proksimal dari verumontanum ini terdapat krista uretralis. Bagian akhir dari vas
deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat di pinggir kiri dan kanan verumontanum.,
sedangkan sekresi prostat bermuara di dalam duktus prostatikus yang tersebar di uretra
prostatika.
Uretra pars membranosa terletak di bagian anterior dari puncak diafragma urogenital dan
menjadi bagian proksimal dari uretra anterior. Uretra anterior dibungkus oleh korpus spongiosum
penis, terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis, dan meatus uretra eksterna.
Uretra pars bulbosa merupakan suatu pembengkakan di bagian anterior proksimal, berjalan di
antara proksimal korpus spongiosum dan berlanjut sampai penile uretra. Drainase dan kelenjar
cowper bermuara di uretra pars bulbosa. Uretra pars pendularis berjalan sepanjang penis sampai
fosa navikularis dan meatus uretra.1,5
PEMBAGIAN TRAUMA URETRA
Secara klinis trauma uretra dibedakan menjadi trauma uretra anterior dan trauma uretra pasterior,
hal ini karna keduanya menunjukkan perbedaan dalam hal etiologi trauma, tanda klinis,
pengelolaan, serta prognosisnya.1
o Etiologi
Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar (eksternal) dan cedera iatrogenik
akibat instrumentasi pada uretra. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis
menyebabkan ruptura uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul pada selangkangan
atau straddle injury dapat menyebabkan ruptura uretra pars bulbosa. Pemasangan kateter atau
businasi pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra karena false route
atau salah jalan; demikian pula tindakan operasi transuretra dapat menimbulkan cedera uretra
iatrogenik.1
o Usia
Berkaitan dengan usia, trauma urethra berkaitan dengan fraktur pelvis yang tersering pada
remaja muda usia dibawah 15 tahun. Sugesti disebabkan karena terdapat perbedaan fraktur pelvis
pada anak-anak dan dewasa. Pada anak muda, 56% kasus fraktur pelvis beresiko tinggi untuk
terjadinya trauma uretra. Pada dewasa, hanya 24% yang beresiko tinggi menjadi trauma uretra.5
o Gambaran Klinis
Kecurigaan adanya trauma uretra adalah jika didapatkan perdarahan per-uretram, yaitu terdapat
darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah mengalami trauma. Perdarahan per-
uretram ini harus dibedakan dengan hematuria yaitu urine bercampur darah. Pada trauma uretra
yang berat, seringkali pasien mengalami retensi urine. Pada keadaan ini tidak boleh dilakukan
pemasangan kateter, Karena tindakan pemasangan kateter dapat menyebabkan kerusakan uretra
yang lebih parah.
Simptom trauma uretra :
o Terdapat darah pada urine
o Kesulitan miksi
o Swelling, inflamasi, infeksi dan nyeri abdomen yang disebabkan karena kebocoran urin di
sekitar jaringan.7
Diagnosis ditegakkan melalui foto uretrografi dengan memasukkan kontras melalui uretra, guna
mengetahui adanya ruptura uretra. 1
o Terapi
Trauma uretra dapat menyebabkan konsekuensi jangka panjang. Pada ana-anak yang lebih muda,
berpotensi terjadinya impoten, striktur, dan inkontinensia. Impotensi terjadi karena corpora
kavernosa penis, pembuluh darah, dan suplai syaraf pada area ini mengalami kerusakan.9
Penanganan trauma menjadi kompleks dan tergantung pada kasus dan pengalaman dokter
bedah. Pada umumnya, initial suprapubic cystotomy meruoakan tindakan mudah dan aman.
Terapi definitif dapat dilakukan saat proses penyembuhan uretra telah stabil.

10. TRAUMA VESICA URINARIA

Vesica Urinaria terletak di dalam rongga pelvis,terlindungi oleh tulang pelvis sehingga
jarang mengalami cidera. Pada anak-anak Vesica Urinaria terletak di rongga abdomen dan
dengan bertambah usia akan turun kedalam rongga pelvis.
EPIDEMIOLOGI
2% dari seluruh trauma urogenitalia
ETIOLOGI
1. 90% akibat fraktur pelvis yang menyebabkan robeknya Vesica Urinaria. Dalam keadaan
penuh terisi urine Vesica Urinaria mudah robek jika mendapatkan tekanan dari luar berupa
benturan pada perut sebelah bawah. Pada umunya bagian yang udah robek adalah fundusnya
yang nantinya akan menyebabkan ekstravasasi urine kerongga intraperitoneum
2. Iatrogenik : pada reseksi Vesica Urinaria transuretral (TUR Vesica Urinaria) atau pada
litotripsi ,partus kasep
3. Spontan : Tuberkulosis ,tumor Vesica Urinaria, atau obstruksi infravesikal kronis

MACAM MACAM TRAUMA

1. Trauma Tumpul :
- Kontusio Vesica Urinaria
- Ruptur Buli Ekstraperitoneal
- Ruptur Buli Intraperitoneal
2. Trauma Tajam :
- Luka tembak
- Luka tusuk
- Iatrogenik atau instrumentasi
GAMBARAN KLINIS
1. Umumnya fraktur tulang pelvis ,disertai perdarahan hebat bahkan syok
2. Tampak jejas atau hematom pada abdomen bagian bawah
3. Nyeri tekan Suprapubik
4. Tanda cairan intraabdomen dan rangsang peritoneum jika intraperitoneal
5. Infiltrat urine dirongga peritoneal pada ekstra peritoneal yang bisa menyebabkan septisemia
6. Tidak bisa buang air kecil
7. Keluar darah dari uretra
DIAGNOSIS
1. Ditentukan berdasarka tanda dang gejala klinis serta hematuria.
2. Pada foto pelvis atau otot polos perut didapatkan fraktur tulang pelvis
3. Sistogram untuk melihat adat tidaknya ruptur kandung kemih dan lokasi ruptur apakah intar
atau ekstraperitoneal. Jika tidak terjadi ekstravasasi diagnosisnya adalah kontusio Vesica
Urinaria sdangkan pada ekstraperitoneal gambaran ekstravasasi terlihat seperti nyala api
pada daerah perivesikal,sedangkan pada intraperitoneal terlihat kontas masuk ke rongga
abdomen
PENGOBATAN
Prinsip : 1. Penyairan ruang perivesikal
2. Pemulihan dinding
3. Penyaliran kandung kemih dan perivesikal
4. Jaminan arus urin melalui kateter



11. BATU KALSIUM

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsure kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat,
magnesium-amonium-fosfat (map), xantin, dan sistein, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai
kandungan/ komposisi zat penyusun batu penting untuk mencegah kekambuhan. Batu jenis kalsium
paling banyak dijumpai kurang lebih 70-80% dari seluruh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu
kalsium
1) hiperkalsiuria, yaitu kadar kalsium di dalam urine lebih besar dari 25-2 mg/24 jam. Ada 3 macam
penyebab hiperkalsiuri antara lain :
a. Hiperkalisuri absorbtif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbs kalsium di usus
b. Hiperkalsiuri renal yang terjadi karena adanya gangguan kemampuan rearbsorbsi kalsium
melalui tubulus ginjal
c. Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang yang
banyak terjadi pada hiperparatioridisme primer atau pada tumor paratioroid
2) hiperoksaluria, adaa ekskresi oksalat urin yang melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak
dijumpai apada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menalani pembedahan usus
dan pasien yang banyaka mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat, diantarnya the, kopi,
sofdrink, kkoa dll
3) hiperurikosuria, adalah kadar asam urat di dalam urin leih dari 85 mg/24jam. Asam urat yang
berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumeber
asam urat di dalamurin berasal dari makanan yang mengandung pbanyak purin maupun berasal
dari metablisme endogen.
4) hipositraturia, di dalam urin, sitrat beraksi dengan kalsium membentuk kaslium sitrat sehingga
menghalangi ikatan kalsium dan oksalatu atau fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan
kalsium sitrat lebih mudah larut darada kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat dpat bertindak
sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hipostraturia dapat terhadi pada, penyakit
asidosis tubuli ginjal atau renal tubular asidosis, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic
tiazide.
5) hipomagnesuria. Seperti halnya sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium, karena daalam urin magnesium bereaksi dengan oksalat jadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan kalsium dngan oksalat.

12. Batu asam urat

Batu asam urat adalah batu ginjal yang mungkin disebabkan oleh hiperurikemia yang
berlangsung lama sehingga menimbulkan deposit berupa batu di ginjal. Batu asamurat mewakili
sekitar 10% batu ginjal, sebagian besar batu ginjal terbentuk dari asam oksalat.

Proses Terjadinya Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal merupakan salah satu penyakit paling sering ditemui dan dialami oleh
banyak masyarakat indonesia yang umumnya dialami pria. Pada umumnya penyakit ginjal
disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang membuat pola makan menjadi tidak teratur, adanya
faktor keturunan yang juga memiliki peranan penting karena jika terdapat keluarga yang
memiliki penyakit ginjal, resiko diturunkan penyakit ginjal pada anak 6 kali lebih besar,
kurangnya konsumsi air putih, jarang buang air kecil atau sering ditahan, banyak mengkonsumsi
makanan atau minuman yang mengandung bahan kimia, bahan pengawet dan lingkungan suhu
udara disekitar tempat tinggal dan tempat bekerja yang tidak mendukung aktivitas sehari-hari.
Penyakit batu ginjal memang banyak melanda orang Asia dan Afrika khusuusnya Indonesia yang
diliputi berbagai macam kultur, suhu udara yang cenderung sering kali berubah tidak menentu,
pola hidup dan gaya hidup yang terkadang salah, dsb. Penyakit ginjal memang lebih dominan
menyerang kaum pria dibanding wanita, hal in terbukti dari survei yang diperkirakan bahwa pria
yang berusia 70 tahun keatas memiliki resiko lebih besar terserang penyakit ginjal hingga 80%
dibanding wanita.
Batu ginjal terbentuk disebabkan oleh adanya peningkatan pada bakteri dan saluran kandung
kemih yang terinfeksi bakteri pemecah urea dan urine yang kemudian membentuk batu pada
kandung kemih. Jika tubuh kekurangan cairan atau kurang minum air putih, akan terjadi
kepekatan urine yang semakin meningkat yang mempermudah pembentukan batu ginjal.
Batu ginjal memiliki komponen penyusun batu ginjal melalui proses pembentukan batu ginjal
yang terdiri dari 80% batu kalsium, kalsium okalat dan kalsium fosfat.

Gambar batu ginjal yang terdapat dalam organ ginjal dan menutup jalannya
saluran kandung kemih (ureter).
Berikut paparan secara jelas proses pembentukan batu ginjal dalam tubuh manusia :
1. Batu oksalat/kalsium oksalat
- Asam oksalat yang terbentuk di dalam tubuh manusia berasal dari metabolisme asam amino
dan asam askorbat yakni vitamin C. Asam askorbat merupakan penyumbang terbesar dari
prekursor okalat hingga 30 %.
- Kalsium oksalat terbentuk hingga 50 % yang dikeluarkan oksalat urine. Manusia tidak mampu
melakukan metabolisme oksalat, sehingga harus dikeluarkan melalui ginjal. Jika fungsi kerja
organ ginjal mengandung asupan oksalat berlebih akan mengakibatkan peningkatan oksalat yang
mendorong terbentuknya batu oksalat di ginjal / kandung kemih.
2. Batu struvit
Batu struvit tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalisum karbonat. Batu
struvit terbentuk di pelvis dan kalik ginjal apabila produksi ammonia meningkat dan pH urine
semakin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal tersebut terjadi akibat adanya infeksi
bakteri pemecah urea yang banyak berasal dari spesies proteus dan providencia, peudomonas
eratia, dan semua spesies klebsiella, hemophilus, staphylococus dan coryne bacterium pada
saluran urine.
3. Batu asam urat
Batu asam urat merupakan 5- 10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-80% batu
asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat.
Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout , penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker , dan yang banyak
mempergunakan obat urikorusik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazade, dan salisilat.
Kegemukan , peminum alcohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar
untuk mendapatkan penyakit ini

4. Batu sistina
Sistin merupakan bagian dari asam amino yang memiliki tingkat kelarutan paling kecil.
Kelarutan semakin kecl apabila pH urine menurun atau menjadi asam. Bila kadar sistin ini tidak
dapat larut dan kemudian mengendap serta membentuk kristal yang kemudian tumbuh di dalam
sel ginjal atau saluran kandung kemih akan membentuk batu ginjal.
5. Batu kalium fosfat
Batu kalium fosfat umumnya terjadi pada penderita hiperkalsiurik yakni kadar kalsium dalam
urine yang tinggi atau berlebihnya asupan kalsium di dalam tubuh yang berasal dari konsumsi
susu dan keju.
Komplikasi Batu Ginjal
Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau
penurunan pH urine (misalnya batu asma urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang
tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang
pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak
ada pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan
pembentukan batu.

Batu di ginjal itu sendiri mungkin asimotmatik kecuali apabila batu tersebut menyebabkan
obstruksi atau timbul infeksi. Umumnya batu ginjal tidak menimbulkan gejala. Gejala baru
nyaya ada jika batu tersangkut di saluran kemih ginjal atau kalau turun memasuki ureter atau jika
menyumbat muara kandung kemih.
Komplikasi dari batu ginjal itu sendiri dapat disertai oleh batu ginjal yang disertai hipertensi dan
batu ginjal disertai diabetes. Jika penderita asam urat memiliki penyakit hipertensi maka tekanan
darah haruslah diturunkan hingga kembali ke batas tekanan darah normal dengan tekanan darah
yang normal tentunya dapat membantu meringankan batu ginjal yang terjadi di saluran
kemih. Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara :
- Istirahat yang cukup
- Kendalikan stres
- Minum air putih sekurang-kurangnya 2 liter sehari
- Kurangi makanan yang mengandung garam dan banyak minyak
- Yang penting adalah mensyukuri yang sudah diterima dan dimiliki
- Minum jus mengkudu, mentimun, cincau rambat, labu siam, seledri atau belimbing manis.
Tekanan darah yang tinggi juga memberi pengaruh yang cuku tinggi bagi timbulnya komplikasi
pada penyakit lainnya termasuk batu ginjal. Beberapa obat penurun tekanan darah dapat
mengakibatkan intensitas berkemih semakin tinggi namun keadaan ginjal yang diliputi oleh batu
ginjal dengan gejala yang sama akan semakin memberatkan kerja ginjal untuk mengeluarkan
urine dari ginjal ke kandung kemih dan kemudian di buang.
Batu Ginjal Gejala
Gejala
batu ginjal yang dapat dirasakan adalah rasa sakit buang air kecil, keinginan bunag air
kecil terus-menerus tetapi hanya sedikit-sedikit yang keluar, sering terjadi rasa nyeri di
pinggang dan demam menggigil. Batu ginjal adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
batu pada organ ginjal atau ureter. Gejala-gejala umum dari munculnya penyakit batu
ginjal adalah sebagai berikut :
- Buang air kecil yang semakin sering terjadi
- Nyeri di bagian pinggang
- Terkadang disertai demam dan kejang
- Air seni berwarna kuning keruh
- Adanya riwayat batu ginjal yang sebelumnya di derita oleh salah satu anggota keluarga
Batu ginjal yang ukurannya masih sangat kecil atau bahkan belum menyebabkan rasa sakit. Si
penderita tanpa merasa terganggu melakukan aktivitasnya sehari-hari. Namun, jika batu sudah
berukuran cukup besar dan sudah turun ke saluran kemih, rasa sakit akan sangat mendera.
Rasanya nyeri, ngilu yang luar biasa, sampai tidak kuat untuk menahannya.
Sakit dirasakan di bagian pinggang kanan dan kiri, kadang sampai pada sekitar kemaluan. Gejala
lain berupa rasa sakti ketika kencing, air kemih keluar sedikit-sedikit dan kadang disertai
keluarnya darah.
Batu ginjal dapat menimbulkan komplikasi yang tergantung pada lokasi, bentuk dan komposisi
bati ginjal itu sendiri, ada batu ginjal yang bisa keluar dengan sendirinya bersama dengan urine,
tetapi ada pula yang tidak sehingga perlu perawatan khusus.
Batu ginjal dengan ukuran kecil, licin dan bulat mungkin bisa keluar terbawa urine, sedangkan
yang berukuran cukup besar dan bentuknya runcing akan menyumbat di ginjal atau saluran
kemih. Kalau tidak segera diobati, sumbatan dan infeksi ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.
Ukuran dan bentuk batu ginjal tersebut bermacam-macam, mulai dari yang sangat kecil (dapat
lewat bersama urin tanpa diketahui) sampai yang berukuran 5 cm dan keras. Rasa sakit terjadi
ketika batu terserbut bergerak ke luar dari ginjal dan bentuknya yang tajam dapat mengakibatkan
luka pada dinding penyaring ginjal atau saluran kemih.
Batu Ginjal Asam Urat
Batu
ginjal asam urat adalah kelainan yang terjadi akibat konsentrasi asam urat di urine. Batu
asam urat di ginjal dapat ditemukan pada 10-25% penderita gout. Bila kadar asam
urat darah > 13 mg/dl atau ekskresi asma urat di urin > 1.100 mg/dl, timbulnya batu asam
urat akan meningkat menjadi 50%.
Sekitara 20-25% penderita yang terdapat nedapan kristal MSU di ginjal akan terbentuk batu
ginjal. Untuk mencegah terbentunya batu ginjal, penderita batu ginjal asam urat
dianjurkan untuk :
1. Banyak minum. Cukup atau tidaknya minum bias dikontrol dari warna urine. Bila minum
sudah cukup, urine berwarna jernih kecuali urine pertama pada pagi hari. Bila kurang minum,
warna uirne menjadi kuning keruh. Kehilangan cairan akibat banyak berkeringat juga harus
segera diganti dengan banyak minum guna menghindari tingginya konsentrasi asam urat di urine.
2. Menghindari makanan yang berkadar puin tinggi
3. Mengontrol keasaman urine. Bila kadar asam urat di urine tinggi maka pH urine turun dan
menyebabkan urine menjadi asam. Urine yang asam akan mengendapkan kristal urat sehingga
terbentuk batu urat di ginjal dan saluran kencing. Untuk menghindari batu urat di ginjal bis ajuga
dnegan mengonsumsi tablet bikarbonat natrikus sebanyak 4 kali 500 mg per hari agar pH urine
menjadi basa (alkalis).
Endapan MSU di ginjal akan merusak parenkim ginjal yang pada akhirnya menyebabkangagal
ginjal. Adanya batu urat di ginjal menandakan allopuironal harus diberikan seumur hidup guna
melindungi ginjal.
Selain batu asam urat, berbagai jenis batu lainnya juga bisa ditemukan pada pasien gout,
terutama batu kalsium. Sering kali dalam waktu bersamaan penderita penyakt batu ginjal
memiliki keluhan asam urat. Oleh karena itu, ramuannya ditujukan untuk mengobati batu ginjal
sekaligus berkhasiat mengobati asam urat. Contohnya ramuan 1 ditambah akar sidaguri dan
temulawak yang cocok digunakan untuk asam urat. Ramuan 2 ditambah jahe merah dan
kpaulaga. Ramuan 3 ditambah alang-alang dan daun komfrei.
Ramuan 1 untuk mengatasi batu ginjal asam urat
Siapakan 10 gr kering atau 30 gr segar akar sidaguri, 10 gr kering atua 30 gr segara daun
tempuyung, 10 gr kering atau 30 gr segar tanaman meniran, 15 gr kering atau 40 segar daun
kumis kucing, 10 gr kering atau 30 gr segar daun tapak liman, dan 20 gr kering atau 40 gr
rimpang temulawak. Cuci semua bahan lalu rebus dalam satu liter air sampai tersisa
setengahnya, lalu saring. Minum pagi, siang dan sore masing-masing 150 ml.
Ramuan 2 untuk mengatasi batu ginjal asam urat
Siapkan 10 gr kering atau 30 gr segar daun keji beling, 5 gr kering atau 20 gr segar tanaman
meniran, 40 gr kering umbi bidara upas, 10 gr kering atau 30 gr segar daun sendok, 15 gr kering
atau 40 gr segar jahe merah (memarkan) dan 2 buah kapulaga. Cuci semua bahan, rebus dalam
satu liter air smapia tersisa setengahnya, lalu saring. Minum tiga kali sehari, sekali minum 150
ml.
Gagal Batu Ginjal

Gagal batu ginjal termasuk salah satu jenis penyakit yang ditakuti lantaran emnimbulkan
nyeri yang luar biasa pada saat kambuh. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi atau
mempermudah seseorang terkena gagal batu ginjal. Diantaranya adalah faktor umur, jenis
kelamin, keturunan, lingkungan dan adanya kelainan metabolisme.
Selain itu, makanan yang tak seimbang gizinya juga membuka peluang terbentuknya batu
ginjal. Dalam hal ini ada penelitian yang mengatakan bahwa sedikitnya ada 24 elemen
makanan, termasuk vitamin dan mineral yang berperan dalam pembentukan gagal batu ginjal.

Mengonsumsi bahan makanan dalam jumlah berlebih mengandung purin 9hati, usus, otak dan
udang) dapat mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam air kemih. Begitu pula bila kita
mengonsumsi bahan makanan yang kaya kalsium dan oksalat secara berlebihan itu akan memiu
terjadinya pembentukan gagal batu ginjal.
Dalam kaitannya dengan komponen-komponen makanan dikenal ada dua jenis batu yang
mengandung kalsium dan yang tidak mengandung kalsium. Batu yang mengandung kalsium
terdapat tiga jenis, yaitu kalsium oksalat, dan urat serta batu kalsium fosfat. Sedang yang
termasuk batu non kalsium adalah asam urat, struvitm dan batu sistin.
Berdasarkan hasil penelitian medis, diketahui bahwa diantara pasien bati ginjal terbanyak adalah
penderita batu ginjal kalsium (70-76). Ternyata laki-laki lebih banyak menderita dengan
perbandingan 2:3:1 dibandingkan dengan wanita. Makanan kaya kalsium, oksalat, protein
hewani, purin dan garam adalah makanan yang dikurangi. Sebaliknya, minum minuman (air
putih) justru mesti perbanyak.
Batu Ginjal dan Pengobatannya
Pada dasarnya, ramuan tanaman obat untuk pengobatan batu ginjal, batu ureter dan batu kandung
kemih sama. Kesamaan tersebut terletak pada penggunaa bahan tanaman obat yang berkhasiat
menghancurkan atau meluruhkan batu, meluruhkan air seni (diuretik), menghilangkan rasa sakit
(analgesik), membunuh kuman (antibiotik), menghilangkan demam (antipiretik) dan antiradang
(antiinflamasi).
Ramuan 1
- Siapkan 10 gram kering atau 30 gram segar daun tempuyung
- 10 gram kering atau 30 gram segar tanaman meniran
- 15 gram atau 40 gra daun tapak liman
- 10 gram kering atau 30 gram segar daun kumis kucing.
Cara membuat :
Bersihkan semua bahan dan masak dalam air mendidih kira-kira dalam 1 liter air. Ketika
mendidih, angkat dan saring. Ketika hangat-hangat kuku minum 2 kali sehari (pagi dan sore).
Selain dari bahan herbal tersebut, ada beberapa tanaman, baik dalam bentuk daun, batang, akar,
rimpang atau keseluruhan tanaman yang digunakan sebagai obat unutk menghancurkan batu
ginjal. Contohnya belimbing wuluh, kumis kucing, keji beling gempur batu, meniran, keci beling
mentimun, pepaya dan temulawak.
Ternyata tempuyung (Sonchus arvensis) memiliki kelebihan dari segi keampuhan dan keamanan
dalam penggunaannya sebagai tanaman obat penghancur batu ginjal. Kelebihan tempuyung ini
sudah diakui oleh banyak pakar pengobatn dari tanaman.
Batu Ginjal dan Penyebabnya
Posted by Batu Ginjal
Sebelum air kemih (urin) dikeluarkan melalui saluran terakhir uretra air kemih disaring oleh
glomerulos. Zat yang berguna akan kembali ke darah, sedangkan zat yang tidak terpakai akan
dikeluarkan melalui pembuluh menuju ke piala ginjal, lalu mengalir lewat saluran yang disebut
ureter, lalu ke kandung kemih. Jika ginjal kekurangan cairan dalam proses pengeluaran tersebut
maka terjadi kekeruhan. Lama-kelamaan mengkristal dan menjadi kerak, seperti batu. Endapan
terjadi karena pekatnya kadar garam dalam air seni yang ada di ginjal.
Jika turun lagi ke kandung kemih dan bersarang maka disebut batu kandung kemih. Menurut
hasil penelitian, risiko terkena penyakit batu ginjal lebih banyak dialami pria daripada wanita
dengan perbandingan sekitar 3:1. Umumnya, penderita pada usia produktif (20-50 tahun). Hanya
sebagian kecil penyakit batu ginjal ini menyerang anak-anak.
Penyebab
Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini beberapa faktornya.
1. Genetik (bawaan)
Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal sejak dilahirkan,
meskipun kasusnya relatif sedikit. Anak yang sejak kecil mengalami gangguan metabolisme
khususnya di bagian ginjal, yaitu air seninya memiliki kecenderungan mudah mengendapkan
garam membuat mudah terbentuk batu.
Karena fungsi ginjalnya tidak dapat bekerja secara normal maka kelancaran proses pengeluaran
air kemih juga mudah mengalami gangguan, misalnya banyak zat kapur dalam air kemih
sehingga mudah mengendapkan batu.
2. Makanan
Sebagian besar kasus penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan minuman.
Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kima yang berefek pada pengendapan
air kemih, misalnya makanan yang mengandung kalsium tinggi, seperti oksalat dan fosfat.
3. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal. Risiko terkena penyakit
ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk lebih tinggi daripada orang yang banyak bediri
atau bergerak dan orang yang kurang berolahraga. Karena tubuh kurang bergerak (baik olahraga
maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air seni menjadi kurang
lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yang diderita, penyakit lain bisa dnegan
gampang menyerang.
Ciri Ciri Penyakit Batu Ginjal
Ginjal merupakan salah satu anggota tubuh yang paling penting, keberadaan ginjal di dalam
tubuh manusia memiliki tugas penting sebagai media tempat menyimpan urine yang kemudian di
salurkan ke kandung kemih dan dikeluarkan berupa air seni. Namun bagaimana bila fungsi kerja
dari ginjal terhambat, maka tubuh akan mengalami sakit ginjal, ginjal sering terjadi kesakitan
dan perih.
Ginjal mengalami perubahan atau terjadi peradangan yang disebabkan oleh tingkah pola hidup
manusia yang buruk, mulai dari gaya hidup, pola makan dan kebiasaan sehari-hari yang dijalani.
Menurut survei dari data statistika Badan Kesehatan Dunia atau WHO, penderita penyakit ginjal
mencapai 66.000 kasus pada transplantasi ginjal pada tahun 2005 di seluruh dunia. Pada tahun
yang sama juga terjadi kasus penderita 21.000 liver dan 6.000 jantung di transplantasi. Dari data
tersebut disimpulkan bahwa transplantasi ginjal terjadi 3 kali lebih besar dibanding transplantasi
organ tubuh lainnya.
Ginjal memiliki peranan penting dalam tubuh manusia, sebagai :
1. Pembuang racun dari sumber makanan yang dikonsumsi setiap harinya yang tercampur dalam
darah. Racun yang tercampur didalam darah ini mengandung urea dan uric acid. Jika kedua
kandungan racun ini terlalu berlebihan maka sistem metabolisme tubuh akan terganggu.
2. Menjaga kebersihan darah dengan menyaring seluruh cairan yang terkandung di dalam tubuh
seperti air dan garam.
3. Mengendalikan tekanan darah. Organ ginjal juga menghasilkan enzim renin yang berfungsi
sebagai pengendali tekanan darah dan elektrolisis. Enzim renin diketahui memiliki sifat sebagai
pengubah protein dalam darah yang menciptakan hormon angiotensis. Kemudian angiotensis ini
dirubah menjadi aldosterone yang menghancurkan sodium dan air ke dalam darah.
4. Mengatur keseimbangan pH darah
5. Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang
6. Memproduksi hormon erytropoiethin yang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah di
tulang.
Penyakit ginjal memiliki beberapa jenis. Terjadinya penyakit ginjal disertai adanya
gangguan pada kesehatan tubuh lainnya sebelum penyakit ginjal tersebut benar-benar
dirasakan, penyakit ginjal diliputi oleh gangguan penyakit lainnya seperti :
1. Terjadi infeksi pada saluran kencing
2. Terhambatnya aliran saluran kencing karena adanya batu ginjal
3. Memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi
4. Glomerulonephritis
5. Nephrosis
6. Memiliki penyakit kencing manis
7. Efek samping dari konsumsi obat-obatan medis yang dikonsumsi dalam waktu yang cukup
lama sehingga membawa dampak pada pengendapan racun atau toksik.
Ciri ciri dari penyakit ginjal yang umumnya menyerang pria dewasa, timbul gejala
seperti :
1. Mengalami kesulitan saat hendak buang air kecil
2. Rasa ingin buang air kecil secara tiba-tiba pada malam hari di saat terlelap tidur
3. Pada sebagian orang bila dirasakan penyakit ginjal yang dialami sudah cukup parah, terkadang
buang air kecil mengelurakan darah atau dalam kata lain air seni bercampur dengan darah
4. Pembengakakan pada sekeliling mata. Jika penyakit ginjal menyerang usia dini (anak-anak)
timbul gejala seperti bengkak pada tangan dan kaki
5. Rasa sakit pada bagian punggung belakang bagian bawah dari tulang rusuk (namun bukan
disebabkan adanya suatu peregerakan pada tulang)
6. Memiliki tekanan darah tinggi

13. Batu struvit

Batu struvit tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalisum karbonat. Batu
struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi
saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (Uera splitter seperti:
Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat
menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit

Batu di ginjal itu sendiri mungkin asimotmatik kecuali apabila batu tersebut menyebabkan
obstruksi atau timbul infeksi. Umumnya batu ginjal tidak menimbulkan gejala. Gejala baru
nyaya ada jika batu tersangkut di saluran kemih ginjal atau kalau turun memasuki ureter atau jika
menyumbat muara kandung kemih.

Gejala batu ginjal yang dapat dirasakan adalah rasa sakit buang air kecil, keinginan bunag air
kecil terus-menerus tetapi hanya sedikit-sedikit yang keluar, sering terjadi rasa nyeri di pinggang
dan demam menggigil. Batu ginjal adalah penyakit yang ditandai dengan adanya batu pada organ
ginjal atau ureter. Gejala-gejala umum dari munculnya penyakit batu ginjal adalah sebagai
berikut :
- Buang air kecil yang semakin sering terjadi
- Nyeri di bagian pinggang
- Terkadang disertai demam dan kejang
- Air seni berwarna kuning keruh
- Adanya riwayat batu ginjal yang sebelumnya di derita oleh salah satu anggota keluarga
Batu ginjal yang ukurannya masih sangat kecil atau bahkan belum menyebabkan rasa sakit. Si
penderita tanpa merasa terganggu melakukan aktivitasnya sehari-hari. Namun, jika batu sudah
berukuran cukup besar dan sudah turun ke saluran kemih, rasa sakit akan sangat mendera.
Rasanya nyeri, ngilu yang luar biasa, sampai tidak kuat untuk menahannya.
Sakit dirasakan di bagian pinggang kanan dan kiri, kadang sampai pada sekitar kemaluan. Gejala
lain berupa rasa sakti ketika kencing, air kemih keluar sedikit-sedikit dan kadang disertai
keluarnya darah.
Batu ginjal dapat menimbulkan komplikasi yang tergantung pada lokasi, bentuk dan komposisi
bati ginjal itu sendiri, ada batu ginjal yang bisa keluar dengan sendirinya bersama dengan urine,
tetapi ada pula yang tidak sehingga perlu perawatan khusus.
Batu ginjal dengan ukuran kecil, licin dan bulat mungkin bisa keluar terbawa urine, sedangkan
yang berukuran cukup besar dan bentuknya runcing akan menyumbat di ginjal atau saluran
kemih. Kalau tidak segera diobati, sumbatan dan infeksi ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.
Ukuran dan bentuk batu ginjal tersebut bermacam-macam, mulai dari yang sangat kecil (dapat
lewat bersama urin tanpa diketahui) sampai yang berukuran 5 cm dan keras. Rasa sakit terjadi
ketika batu terserbut bergerak ke luar dari ginjal dan bentuknya yang tajam dapat mengakibatkan
luka pada dinding penyaring ginjal atau saluran kemih.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi(USG) ginjal merupakan pemeriksaan yang non invasif, tidak
bergantung pada faal ginjal, tidak dijumpai efek samping, tanpa kontras, tidak sakit, relatif cepat
dan mudah dikerjakan. USG dapat memberikan keterangan tentang ukuran, bentuk, letak, dan
struktur anatomi dalam ginjal.
Ginjal terletak retroperitoneal terhadap dinding belakang abdomen. Kutub bawah dan
bagian tengah ginjal lebih mudah dilihat karena letaknya jauh dibawah iga. Namun demikian,
posisi ginjal sangat variable.
Sonic Window yang digunakan adalah otot perut belakang dan postero-lateral serta celah
iga. Pada ginjal kanan, hepar digunakan juga sebagai sonic window, sedang pada ginjal kiri,
lambung yang berisi air sebagai sonic window.
Teknik pemeriksaan
1

Pertama-tama, penilaian IVP sangat diperlukan. Tentukan posisi ginjal dan daerah yang
perlu dinilai lebih lanjut. Sebagian besar kasus-kasus adalah untuk menentukan keadaan suatu
massa intrarenal. Fokus transduser yang digunakan sekitar 5 cm, 2,5 3,5 MHz cukup memadai,
pada orang kurus atau anak digunakan transduser 5 MHz, sedang pada orang gemuk sekali 1,5
2 MHz mungkin lebih berguna.
Lakukan irisan transversal untuk menentukan lokasi aksis ginjal, diikuti dengan irisan
irisan longitudinal, bila perlu gunakan magnifikasi. Ginjal turut bergerak dengan pernapasan,
sehingga pada linear scan perlu tahan napas. Sedang penelaahan kutub atas ginjal paling baik
dengan sektor transduser melalui celah iga.
Pemeriksaan ginjal transplantasi, mudah dilakukan karena tinggal mengikuti jaringan
parut yang ada, gunakan fokus pendek dan penyesuaian TGC.



Beberapa problem dalam USG ginjal dan cara pemecahannya
1

Problem Pemecahan (Solusi)
- Ginjal (-) pada orang gemuk - Gain terlalu tinggi, fokus tranduser terlalu pendek
frekuensi terlalu tinggi. Gunakan transduser 2 Mhz,
irisan postero-lateral.
- Pole atas tidak adekuat - Pada ginjal kanan gunakan hepar sebagai sonic
window dan sektor untuk ginjal kiri dengan inspi-
rasi dalam, atau minum 300 500 ml.
Gambaran pola eko USG ginjal dan kemungkinannya
Gambaran pola eko Kemungkinan
- Ginjal (-) - Ektopik/nefrektomi total/agenesis
- Ginjal,Coll.Bertini - Rejection
- Ginjal, sistem Collecting - Obstruksi / hidronefrosis
- Massa kistik, batas tegas tipis - Kista benigna, 80 % benar
- Massa solid - Tumor atau inflamasi fokal
- Massa kistik multipel - Penyakit ginjal polikistik
- Eko sentral meninggi, kasar - Sinus lipomatosis
- Massa suprarenal - Tumor adrenal



Pedoman pemeriksaan
1,2

Untuk ginjal kanan
Penderita berbaring terlentang , dan penderita diminta untuk menahan napas pada inspirasi
dalam. Posisi ini dimaksudkan untuk membebaskan hati dan menampakkan ginjal lebih ke
bawah. Pada posisi ini , ginjal dapat diperiksa dalam penampang membujur dan melintang,
dengan mengatur letak transduser miring ke bawah lengkung iga kanan, sejajar atau tegak lurus
terhadap sumbu ginjal dan menggunakan hati sebagai jendela akustik. Pemeriksaan dimulai dari
bagian medial samapi ke lateral secara teratur berjarak 1 atau 2 cm. Posisi ini paling baik untuk
menilai parenkim ginjal.
Penderita berbaring miring ke kiri (LLD)
Pada keadaan ekspirasi, penampang melintang ginjal dapat diperiksa melalui sela iga
sepanjang garis midaksiler. Pada inspirasi dalam, penampang koronal dapat diperiksa dengan
meletakkan transduser sejajar garis mid-aksiler mulai daerah pinggang di bawah lengkung iga
kanan. Pemeriksaan dapat dilakukan dari permukaan posterior sampai ke anterior. Posisi ini
membantu memperlihatkan lesi yang tidak tergambar pada posisi lain, juga Morrisons pounch.
Penderita berbaring terlungkup dan menahan napas pada inspirasi dalam. Pada posisi ini ginjal
dapat diperiksa dalam penampang membujur atau melintang, dengan meletakkan transduser di
sebelah kanan lateral garis tengah dan diatur sejajar atau tegak lurus sumbu ginjal. Pemeriksaan
dapat dilakukan dari bagian superior ke inferior, maupun dari lateral ke medial.
Untuk ginjal kiri
Gambaran USG ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan pada posisi berbaring
miring ke kanan (RLD). Penampang melintang ginjal dapat diperiksa dengan meletakkan
transduser di sela iga, dalam keadaan ekspirasi. Penampang koronal dapat diperiksa dengan
meletakkan transduser sejajar garis aksiler, melalui daerah pinggang di bawah , lengkung iga
kiri, pada inspirasi dalam.
Penderita berbaring telungkup, seperti memeriksa ginjal kanan, tetapi transduser
diletakkan di sebelah kiri lateral garis tengah. Sebaiknya , untuk setiap kali pemeriksaan, kedua
ginjal diperiksa dan dibandingkan hasilnya. Posisi terlentang tidak dianjurkan untuk memeriksa
ginjal kiri, karena gambaran ginjal terganggu oleh bayangan udara di dalam lambung dan usus,
kecuali bila lambung diisi air (minum)
Sonogram ginjal normal
Ukuran ginjal
Ukuran panjang ginjal orang dewasa normal adalah :
- Untuk ginjal kanan : 8-14 cm (rata-rata 10,74 cm)
- Untuk ginjal kiri : 7- 12 cm (rata-rata 11,10 cm)
Diameter antero-posterior rata-rata 4 cm dan diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang
ginjal normal secara USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.
Gambaran kapsul ginjal
Lemak perirenal tampak sebagai lapisan yang berdensitas eko tinggi mengelilingi sisi
luar ginjal.
Gambaran parenkim ginjal
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medulla. Eko parenkim ginjal relatif lebih rendah
dibandingkan dengan eko sinus ginjal. Medulla dan korteks dapat jelas dibedakan. Pada keadaan
normal, eko korteks lebih tinggi dari pada eko medulla, yang relatif lebih sonolusen.
Korteks ginjal normal mempunyai densitas eko rendah, lebih rendah dibandingkan
parenkim limpa dan hati. Eko parenkim limpa lebih rendah daripada parenkim hati, dan eko
parenkim hati lebih daripada eko sinus ginjal, bila tidak ada penyakit hati.
Tebal parenkim ginjal normal hampir merata,di bagian tengah 1-2 cm dan dibagian kutub
2-3 cm. Tebal parenkim ginjal dibandingkan dengan tebal sinus ginjal kira kira 1 berbanding 2.
Piramis medulla berisi lebih banyak cairan daripada korteks sehingga terlihat lebih hipoekoik,
berbentuk segitiga dengan basis di korteks dan apeksnya di sinus. Jaringan kolagen berperan
pada pembentukan eko korteks.
Gambaran sinus ginjal
Eko sinus ginjal juga dikenal sebagai central pelvicaliceal echo complex, terlihat sebagai
daerah kumpulan eko kasar bersonodensitas tiinggi di bagian tengah ginjal. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar terdiri atas lemak di sekitar pelvis, infudibulum, dan kalises. Pelvis ginjal
yang berisi urin, kadang terlihat sedikit melebar, tampak sebagai celah bebas eko di bagian
tengah sinus ginjal. Pelebaran ini dapat terlihat sampai infudibulum , yang pada potongan
membujur akan terlihat memanjang, dan pada potongan melintang terlihat sirkuler.
Gambaran pembuluh darah ginjal
Pendarahan ginjal berasal dari ateri renalis, yang kemudian bercabang menjadi arteri
lobaris untuk tiap piramis. Arteri lobaris ini bercabang menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris di
antara piramis, kemudian bercabang kecil menjadi arteri akuata pada batas medulla dan korteks
dan akan menyeberang ke korteks sebagai a.lobularis (arterial efferent), menuju glomerulus.
Setelah ini darah akan keluar melalui arterial efferent menuju jaringan kapiler peritubuler,
menuju vena dan selanjutnya ke vena yang senama dengan arterinya.
Struktur pembuluh sukar dapat terlihat di dalam eko sinus. Beberapa vena relatif lebih
mudah terlihat, karena strukturnya yang lebih besar dan letaknya lebih anterior dari arteri renalis
, pelvis dan ureter.
Pembuluh arkuata tampak sebagai eko densitas tinggi tersebar di batas korteks dan
medulla. Pembuluh ini jelas terlihat pada potongan melintang melalui hilus ginjal dan dipakai
sebagai patokan untuk mengukur tebal korteks ginjal.

You might also like