You are on page 1of 15

15

POKOK BAHASAN II
KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE)
DENGAN CARA AASHTO

2.1 Pendahuluan
Tanah merupakan material yang sangat bervariasi sifat-sifat
teknisnya. Mahasiswa harus mampu memilih material tanah untuk
dibentuk sebagai lapisan tanah dasar (subgrade). Salah satu cara untuk
menklasifikasikan tanah adalah dengan cara yang dibangun oleh
AASHTO (American Association of State Highway and Transportation
Officials). Klasifikasi tanah dasar dengan cara AASHTO adalah cara
yang paling sederhana dan banyak digunakan.

2.1.1 Deskripsi Singkat
Klasifikasi tanah dasar dengan cara AASHTO ini membahas:
1. Pengertian lapis tanah dasar dalam konstruksi perkerasan
2. Cara menklasifikasikan tanah dengan Tabel yang dibuat oleh
AASHTO
3. Pengertian mengenai Group Index dari tanah
4. Contoh soal dan penyelesaiannya

2.1.2 Relevansi
Bab ini memberikan penjelasan pada para mahasiswa cara
menklasifikasi material tanah yang digunakan untuk subgrade. Dalam
konstruksi perkerasan jalan, subgrade merupakan lapisan yang paling
penting. Kerusakan jalan yang paling besar adalah karena lemahnya
subgrade. Apabila didapatkan material tanah yang sangat baik untuk
bahan subgrade, maka bisa dipastikan material diatasnya menjadi lebih
tipis ketebalannya, dengan demikian konstruksi jalan akan lebih murah
biaya pembuatannya.




16
2.1.3.1 Standar Kompetensi
Setelah selesai mempelajari Pokok Bahasan II, mahasiswa akan
dapat memilih material tanah dengan metoda dari AASHTO sebagai
bahan timbunan konstruksi jalan atau sebagai bahan subgrade jalan.
Ketrampilan ini dikemudian hari akan memberikan sumbangan yang
besar bagi keahliannya dilapangan baik sebagai tenaga pengawas
maupun pelaksana pembuatan jalan raya.

2.1.3.2 Kompetensi Dasar
Bila diberikan penjelasan cara menklasifikasi material tanah dengan
cara AASHTO, maka mahasiswa Program Diploma III Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dapat menerangkan
kembali cara menklasifikasikan material tanah dasar dengan cara
AASHTO dengan 90% benar.

2.2 PENYAJIAN

2.2 .1 Pengertian Subgrade
Lapisan penyangga konstruksi perkerasan jalan yang terbawah
dinamakan subgrade (artinya tanah dasar). Tebal lapisan ini umumnya
60 cm, kisarannya antara 60-100 cm. Permukaan subgrade (dinamakan:
the formation), bisa dalam galian, timbunan atau pada tanah aslinya. Hal
ini ditunjukkan seperti pada Gambar 2.1.



17


Gambar 2.1 Permukaan subgrade (a) dalam galian, (b) dalam timbunan
dan (c) pada tanah asli

Konstruksi subgrade ini dipersiapkan secara khusus agar didapatkan
pondasi yang stabil bagi perkerasan dengan cara memadatkan tanah
material subgrade menggunakan alat berat. Kekuatan utama sebuah
konstruksi perkerasan jalan ada pada subgradenya, sehingga diperlukan
membentuk subgrade yang kuat dan stabil. Karena material subgrade
dari tanah, maka diperlukan perlindungan agar tahan terhadap
perubahan cuaca dan air tanah. Perlindungan subgrade didapat dengan
memadatkan tanah sehingga memperkecil rongga antar butiran
(porosity) nya dan meningkatkan sifat tjdak mudah ditembus oleh air
(impermeability) nya, juga adanya lapisan surface dari bahan campuran
bitumen agregat yang kedap air dan konstruksi drainase yang baik di
bahu jalan akan turut memperpanjang umur subgrade.


(c)
(b)
(a)
The Formation



18

Sistim Klasifikasi Tanah AASHTO
Tanah merupakan material yang sangat bervariasi sifat-sifat
teknisnya, untuk satu lokasi saja maka sifat-sifat teknisnya bisa berubah.
Tanah terdiri dari kumpulan butiran-butiran mineral yang mengalami
pelapukan, terdiri dari berbagai macam ukuran dan bentuk, dimana
diantara butiran terdapat rongga (void) yang terisi oleh air atau udara
atau keduanya.
Klasifikasi tanah dengan cara AASHTO ini mempunyai tujuan agar
kita dapat dengan mudah memilih material tanah untuk konstruksi
subgrade. Pemilihan tanah tersebut, tentunya didasarkan atas hasil uji
tanah dan apabila kita telah mempunyai pengalaman lapangan dalam
pembuatan konstruksi subgrade maka pemilihan tanah sangat mudah
dilakukan. Cara AASHTO ini memerlukan uji tanah yang sangat
sederhana dilaboratorium mekanika tanah. Menurut sistim ini tanah
dibagi menjadi 7 kelompok, dan diberi nama dari A-1 sampai A-7.
Semakin kecil angkanya, semakin baik untuk subgrade sebaliknya
semakin besar angkanya semakin jelek untuk subgrade. Kecuali pada
tanah dalam group A-3, lebih baik dari pada tanah dalam group A-2
sebagai subgrade.
Sistim ini sekarang telah mengalami revisi dengan beberapa group
yang mempunyai subgroup, sehingga menjadi 12 group dan subgroup
seperti pada Tabel 2.1 dibawah. Tabel 2.1 tersebut secara garis besar
menkelompokkan tanah menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Tanah berbutir kasar (< 35% lolos saringan No. 200)
2. Tanah berbutir halus (> 35% lolos saringan No. 200)
Kelompok tanah berbutir kasar terdiri dari:
A-1, merupakan kelompok tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar
dengan sedikit atau tanpa butir halus, dengan sifat plastis yang kecil
atau tanpa sifat plastis.
A-3, merupakan kelompok tanah yang terdiri dari pasir halus dengan
sedikit butiran yang lolos saringan No. 200 (0.075 mm) dan tidak plastis.



19
Tabel 2.1 Sistim Klasifikasi Tanah dari AASHTO
Klassifikasi
Umum
TANAH BERBUTIR KASAR < 35% LOLOS
SARINGAN NO. 200
TANAH BERBUTIR
HALUS > 35% LOLOS
SARINGAN NO. 200
A-1 A-2 Klasifikasi
Kelompok
A-1-a A-1-b
A-3
A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
A-4 A-5 A-6 A-7
A-7-5
A-7-6
% Lolos
Saringan

No. 10 50
maks.
- - - - - - - - - -
No. 40 30
maks.
50
maks.
51
min.
- - - - - - - -
No. 200 15
maks.
25
maks.
10
maks
35
maks.
35
maks.
35
maks.
35
maks.
36
min
36
min
36
min
36 min
Sifat Fraksi yang
lolos
Saringan No.40

Batas Cair
- -
40
maks.
41
min.
40
maks.
41
min.
40
maks
40
min.
40
maks
41 min.
Indeks Plastisitas 6 maks. N. P. 10
maks.
10
maks.
11
min.
11
min.
10
maks
10
maks
11
min
11 min.
Jenis Umum Fragmen
Batuan
Kerikil dan
Pasir
Pasir
Halus
Kerikil atau Pasir Kelanauan
atau Kelempungan
Tanah
Kelanauan
Tanah
kelempungan
Tingkat
Penggunaan
Sebagai
Subgrade

Sangat baik sampai baik

Cukup sampai buruk
Catatan: Indeks Plastisitas untuk Sub Kelompok A-7-5 < LL 30
Indeks Plastisitas untuk Sub Kelompok A-7-6 > LL - 30.













20
A-2, merupakan kelompok batas antara kelompok tanah berbutir kasar
dan berbutir halus. Kelompok A-2 terdiri dari campuran kerikil/pasir
dengan tanah berbutir halus yang cukup banyak (< 35%).
Kelompok tanah berbutir halus terdiri dari:
A-4, merupakan kelompok tanah lanau dengan plastisitas rendah.
A-5, merupakan kelompok tanah lanau dengan butir-butir plastis yang
lebih banyak, sehingga lebih plastis dari kelompok A-4.
A-6, merupakan kelompok tanah lempung yang masih mengandung
butir-butir pasir dan kerikil tetapi mempunyai sifat perubahan volume
yang besar.
A-7, merupakan kelompok tanah lempung yang plastis dan mempunyai
sifat perubahan volume yang besar.
Untuk penentuan kelompok tanah berbutir halus (silt dan clay), maka
dapat digunakan pertolongan Gambar 2.2.

Group Index
Group Index dari tanah digunakan dalam klasifikasi ini bukan untuk
menempatkan tanah dalam suatu group yang spesifik tetapi sebagai alat
untuk mengevaluasi tanah sebagai material subgrade tanpa melihat
groupnya. Group Index merupakan fungsi dari liquid limit (batas cair),
index plastisitas (PI) dan banyaknya material yang lolos saringan No.
200 (0.075 mm).

Group Index (GI) = (F - 35){0.2 + 0.05(LL 40)} + 0.01(F 15)(PI 10)

Dimana:
F = persentase lolos saringan No. 200, dinyatakan dengan angka bulat
(persentase ini didasarkan pada material yang lolos saringan 3 in atau
75 mm).
LL = liquid limit (batas cair).
PI = Plasticity Index.



21
Bila Group Index (GI) yang didapat negatif, maka GI ditulis dengan
angka nol. GI dicatat dengan dengan pembulatan ke angka yang
terdekat. GI dapat juga ditentukan secara grafis, yaitu dengan
nomogram seperti pada Gambar 2.3 dimana nantinya PGI (partial group
index) yang didapat dari LL dan PI dijumlah sehingga hasil jumlahan
tersebut adah GI. GI yang didapat ditulis dalam tanda kurung, contoh:
A-2-6(3) dan A-7-5(15). Tanah dalam kelompok sama tetapi mempunyai
angka GI yang lebih kecil menyatakan bahwa tanah itu menjadi bahan
subgrade yang lebih baik dari pada yang angka GI nya lebih tinggi,
contoh: A-2-5(3) lebih baik dari A-2-5(9) untuk bahan subgrade.

Prosedur Klasifikasi
Sebelum melakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Tabel
2.1, maka harus dilakukan dulu pengujian laboratoris untuk tanah
tersebut dengan metoda pengujian yang telah distandarisir sebagai
berikut:
1. Analisa saringan tanah berbutir halus dan kasar (metoda AASHTO T-
27 atau ASTM C-136).
2. Particle size analysis of soils (hydrometer) (metoda AASHTO T-88
atau ASTM D-422).
3. Liquid limit of soils (metoda AASHTO T-89 atau ASTM D-423).
4. Plastic limit dan plasticity index dari tanah (metoda AASHTO T-90
atau ASTM D-422).
Setelah uji laboratoris diatas selesai dikerjakan maka digunakan
Tabel 2.1 untuk menentukan groupnya. Dengan menggunakan data
yang didapat dari uji laboratorium diatas dicocokkan dari kiri ke kanan
Tabel 2.1 maka akan didapat hasil akhir klasifikasi tanah, group yang
benar akan ditemukan dengan proses eliminasi. Untuk menklasifikasi
tanah jenis silt-clay maka diperlukan pertolongan Gambar 2.3.
Berikut adalah diskripsi kata dari 5 fraksi tanah yang sering
digunakan dalam penggolongan tanah:



22
1. Boulders, material yang tertahan saringan 75 mm (3 in). Material ini
harus dikeluarkan dari sampel saat dilakukan pengujian untuk klasifikasi,
tetapi persentasenya harus dicatat.
2. Gravel, material lolos saringan 75 mm (3 in) tetapi tertahan saringan
No. 10 (2mm).
3. Coarse sand (pasir kasar), merupakan material yang lolos No. 10 (2
mm) tetapi tertahan saringan No. 40 (0.425 mm).
4. Fine sand (pasir halus), merupakan material yang lolos saringan No.
40 (0.425 mm) tetapi tertahan pada saringan No. 200 (0.075 mm).
5. Silt-clay (campuran lempung dan lanau), merupakan material yang
lolos saringan No. 200 (0.075 mm). Kata silty ditambahkan bila PI 10
dan clayey ditambahkan bila PI > 10. Contoh: silty-clay atau clayey-silt.




Gambar 2.2 Grafik jangkauan liquid limit dan plasticity index guna
penentuan subgroup A-4, A-5, A-6 dan A-7.








23



Gambar 2.3 Nomogram untuk menentukan group index


Contoh Soal Dan Penyelesaiannya
1. Tentukan klasifikai sejenis tanah, bila diketahui data hasil uji tanah
tersebut sebagai berikut:
Persentase lolos saringan:
No. 10 (2 mm) = 75
No. 40 (0.425 mm) = 75
No. 200 (0.075 mm) = 41
Liquid Limit (LL) = 41
Plastic Limit (PL) = 34




24
Penyelesaian:
Nilai GI tanah tersebut ditentukan dulu.
PI = LL PL = 41 34 = 7
GI = (F 35){0.2 + 0.005(LL 40)} + 0.001(F 15)(PI 10)
= (41 35){0.2 + 0.005 (41 40)} + 0.01(41 15)(7 10)
= 1.23 0.78 = 0.45 ditulis sebagai 0, atau GI = 0.
Lihat Tabel 2.1, kolom A-1, A-3 dan A-2 secara cepat mengeliminir
klasifikasinya hanya didasarkan atas hasil analisa saringan. Didasarkan
atas karakteristik dari fraksi yang lolos saringan No. 200 (0.075 mm)
maka dimungkinkan tanah masuk dalam kolom A-4, namun LL (batas
cair) melebihi yang disyaratkan. Dapat disimpulkan tanah berada pada
kolom A-5. Karena klasifikasinya tidak mempunyai nilai GI, secara
sederhana dapat disimpulkan klasifikasi tanah tersebut adalah A-5.

2. Tentukan klasifikasi tanah dimana tanah tersebut yang lolos
saringan No. 200 = 55%, LL = 40 dan PI = 25.

Penyelesaian:
Dengan mencocokkan data diatas dengan Tabel 2.1 dari kiri ke
kanan, maka tanah diklasifikasikan sebagai A-6. GI ditentukan dari
Gambar 2.2, didapat:
PGI (partial group index) dari LL = 4
PGI dari PI = 6
GI = PGI LL + PGI PI = 4 + 6 = 10.
Sehingga klasifikasi tanah tersebut adalah: A-6(10).

3. Tentukan klasifikasi tanah yang mana 80% lolos saringan No. 200,
LL = 90 dan PI = 50.

Penyelesaian:
Didasarkan atas Tabel 2.1, maka tanah diklasifikasikan sebagai A-7.
Untuk menentukan subgroupnya, maka: LL 30 = 60 (lihat catatan



25
dibawah Tabel 2.1). Karena PI < 60, maka klasifikasi tanah tersebut A-7-
5.
Harga GI nya ditentukan dengan Gambar 2.2:
PGI LL = 20.3 dan PGI PI = 26
GI = 20.3 + 26 = 46.3 ditulis 46.
Klasifikasi tanah tersebut sebagai A-7-5(46)

4. Tentukan klasifikasi sejenis tanah, dimana tanah tersebut 60%
lolos saringan No. 200, LL = 25 dan PI = 1.

Penyelesaian:
Tanah tersebut diklasifikasikan sebagai A-4. Untuk harga GI, dengan
memakai Gambar 2.2 didapat:
PGI LL = 3.1
PGI PI = - 4.1
GI = 3.1 4.1 = - 1 (ditulis menjadi 0)
Jadi klasifikasi tanah tersebut sebagai A-4.

5. Tentukan klasifikasi sejenis tanah, dimana hasil uji tanah tersebut:
70% lolos saringan No. 40
30% lolos saringan No. 200
Liquid limit = 50
Plasticity index = 30

Penyelesaian:
Tanah tersebut diklasifikasikan sebagai A-2-7, untuk mencari angka
GI nya hanya nilai PI saja yang digunakan. Lihat Gambar 2.2, maka
terdapat keterangan untuk tanah A-2-6 dan A-2-7 yaitu hanya nilai PI
saja yang digunakan untuk menentukan GI. Didapat GI = 3. Sehingga
tanah diklasifikasikan sebagai A-2-7(3).

2.2.2 Latihan



26
1. Berapa tebal lapisan subgrade?
2. Gambarkan macam-macam kondisi permukaan subgrade?
3. Apakah tujuan klasifikasi tanah dasar dengan metoda AASHTO?
4. Secara garis besar pada sistim klasifikasi tanah metoda AASHTO,
tanah dikelompokkan dalam berapa kelompok berikan juga apa batasan
masing-masing kelompok?
5. Pada klasifikasi tanah dengan metoda AASHTO, tanah dibagi dalam
berapa group dan subgroup? Sebutkan juga singkatan dari
klasifikasinya?
6. Apa tujuan dari GI diadakan dalam klasifikasi ini?
7. Uji laboratorium apa saja yang harus dilakukan sebelum tanah dapat
diklasifikasikan?
8. Sebutkan deskripsi kata-kata untuk ukuran butiran material yang
sering dipakai untuk penggolongan tanah?

2.3 Penutup

2.3.1 Tes Formatif
Klasifikasikan tanah berikut menggunakan cara klasifikasi tanah
AASHTO. Anggaplah tanah inorganik dan well-graded.
Persentase lolos saringan
No. 4 No. 10 No. 40 No. 200
Liquid
Limit
Plastic
Index
49 38 29 8 N.P. *)
68 49 39 32 38 18
80 41 38 10
90 60 39 8
60 34 42 9
90 60 40 20
97 88 80 52
85 78 90 40
*) N.P = non plastis.







27
2.3.2 Umpan Balik
Kerjakan tes formatif diatas dalam waktu 60 menit. Cocokkan
jawaban yang anda peroleh dengan kunci jawaban tes formatif dibawah.
Berikan skor 12.5 untuk setiap jawaban anda yang betul dan 0 untuk
yang salah. Bila jawaban anda betul semua maka skor anda 100,
nilainya A. Bila terdapat kesalahan 1 atau 2 jawaban maka nilai anda B.
Bila terdapat 3 kesalahan dalam jawaban anda maka nilai yang anda
peroleh C.

2.3.3 Tindak Lanjut
Apabila hasil tes formatif yang anda kerjakan masih didapatkan 4
atau lebih, maka anda harus membaca sekali lagi Bab II dan
mengerjakan ulang soal yang jawabannya salah.

2.3.4 Rangkuman
Material subgrade adalah dari tanah, dan harus mempunyai sifat
yang kuat terhadap gaya tekan dan mempunyai stabilitas untuk bahan
timbunan. Untuk mendapatkan tanah yang memenuhi persyaratan
tersebut, maka AASHTO membuat cara klasifikasi. Klasifikasi tanah cara
AASHTO ini memerlukan hasil uji: analisa saringan, batas cair dan
indeks plastisitas. Menurut AASHTO tanah berbutir kasar adalah tanah
yang 35% lolos saringan No. 200 sedangkan tanah berbutir halus
adalah tanah yang 35% lolos saringan No. 200. Kelompok tanah
berbutir kasar diberi nama: A-1, A-3 dan A-2. Kelompok tanah berbutir
halus diberi nama A-4, A-5, A-6 dan A-7. Disamping kelompok atau
group maka ada subgroupnya.
Cara menklasifikasi tanah adalah dengan mencocokan hasil
pemeriksaan laboratorium dengan tabel klasifikasi AASHTO dari kiri ke
kanan dengan mengeliminasi kolom demi kolom sampai didapatkan
kolom yang tepat. Group Index (GI), digunakan untuk membedakan sifat
tanah dalam satu klasifikasi. Tanah dalam satu group yang mempunyai
angka GI yang kecil lebih baik dari pada tanah dengan GI besar.



28

2.3.5 Kunci Jawaban Tes Formatif
Urutan jawaban tes formatif dari atas ke bawah sebagai berikut:
A-1-a
A-2-6(1)
A-4(1)
A-4(3)
A-2-5
A-6(9)
A-7-6(147)
A-7-5(154)

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO, (1990), Standard Specifications For Transportation
Materials And Methods Of Sampling And Testing, Part II Tests, 15
th

edition, AASHTO Publication, Washington.

AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS, (1990),
Manual Book Of ASTM Standards, Section 4 Road and Paving
Materials, Pavement Management Technologies, Volume 04.03, ASTM
Publication Philadelphia, USA.

ASPHALT INSTITUTE, (1983), Asphalt Technology And Construction
Practices (ES-1), 2
nd
edition, Maryland, USA.

CRONEY, D., AND CRONEY, P., (1992), The Design And
Performance Of Road Pavements, 2
nd
edition, McGraw-Hill Book
Company, London, UK.

DAS, BRAJA M., (1983), Advanced Soil Mechanics, Hemisphere
Publishing Corporation, Washington, USA.



29

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, (1976), Manual
Pemeriksaan Bahan Jalan, No. 01/MN/BM/1976, Jakarta.

H0LTZ, R. D., AND KOVACS, W.D., (1981), An Introduction To
Geotechnical Engineering, 10
th
edition, Prentice-Hall Inc., NJ, USA.

KREBS, R.D., AND WALKER, R. D., (1971), Highway Materials,
McGraw-Hill Book Company, New York, USA.

YODER, E.J., AND WITCZAK, M.W., (1975), Priciples Of Pavement
Design, 2
nd
edition, John Wiley & Sons, New York, USA.

SENARAI
AASHTO Liquid Limit
ASTM Partial Group Index
Bitumen Particle size analysis of soils
Boulders Plastic limit
Clay Plasticity Index
Coarse sand Porosity
Fine sand Silt
Gravel Silt-clay
Group Subgrade
Group Index Subgroup
Hydrometer The formation
Impermeability Void

You might also like