You are on page 1of 367

PROFIL KESEHATAN INDONESIA

2010

































KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2011


351.770212
Ind
p















Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI
351.770.212
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
p Profil Kesehatan Indonesia 2010, -- J akarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2011

ISBN 978-602-8937-89-4
1. J udul I. HEALTH STATISTICS







Buku ini diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
J alan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, J akarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432, 5277169
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: statkes@depkes .go.id
Web site: http://www.depkes.go.id
________________________________________________________________________



TIM PENYUSUN


Pengarah
dr. Ratna Rosita, MPHM
Sekretaris J enderal Kemenkes RI

Ketua
dr. J ane Soepardi
Kepala Pusat Data dan Informasi

Editor
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
drg. Vensya Sitohang, M.Epid
Iskandar Zulkarnaen, SKM, M.Kes

Anggota
Sunaryadi, SKM,MKes; Nuning Kurniasih, S.Si, Apt, MSi;
Marlina Indah Susanti, SKM; Supriyono Pangribowo, SKM; Istiqomah, SS;
Athi Susilowati Rois, SKM; Budi Prihantoro, S.Si ; Margiyono, SKom;
Doni Hadhi Kurnianto, SKom; B.B. Sigit;
Muslichatul Hidayah, Hanna Endang Wahyuni; Endang Kustanti;
Sondang Tambunan; Hellena Maslinda; Sinin

Kontributor

Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Keuangan dan Perlengkapan;
Pusat Penanggulangan Krisis; Pusat Pembiayaan dan J aminan Kesehatan;
Biro Kepegawaian; Set. Ditjen Bina Gizi dan KIA; Dit. Bina Gizi; Dit Bina Kesehatan Ibu;
Dit Bina Kesehatan Anak; Set. Ditjen Bina Upaya Kesehatan; Set. Ditjen Pengendalian
Penyakit Penyehatan Lingkungan; Dit. Pengendalian Penyakit Menular Langsung;
Dit. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; Dit. Surveilans Imunisasi dan Karantina;
Set. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan; Set. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; Set. Badan PPSDM Kesehatan.


i







Profil Kesehatan Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat
digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian
hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar
pelayanan minimal di bidang kesehatan dan pencapaian target indikator Millenium
Development Goals bidang kesehatan, serta berbagai upaya yang terkait dengan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor seperti Badan Pusat
StatistikdanBadanKependudukandanKeluargaBerencanaNasional.
Profil kesehatan, baik Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, Profil Kesehatan
Provinsi maupun Profil Kesehatan Indonesia menyajikan data/informasi kesehatan
yangrelativelengkap,meliputidataderajatkesehatan,upayakesehatan,sumberdaya
kesehatan, dan data umum serta lingkungan yang terkait dengan kesehatan. Karena
itu,penyusunanprofilkesehatanperludicermatidansedapatmungkinmenggunakan
data yang berkualitas. Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kesehatan
Indonesia ini bersumber dari Profil Kesehatan Provinsi, laporan dari unit pengelola
program pembangunan kesehatan, lintas sektor terkait, hasil survei seperti
Riskesdas, dan sumber data lainnya. Data yang tersaji pada Profil Kesehatan
Indonesiadapatdigunakanuntukmembandingkankeadaanpembangunankesehatan
antarasatuprovinsidenganprovinsilainnya,perbandinganpembangunankesehatan
di Indonesia dengan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya dan negaranegara
anggota SEARO. Dengan diterbitkannya Profil Kesehatan Indonesia ini diharapkan
perbandingan pembangunan kesehatan, baik antar provinsi maupun Indonesia
dengannegaraAsiaTenggaralainnyadapattergambardenganjelas.
Bukuinidisusundandiupayakanterbitlebihcepatdibandingkantahuntahun
sebelumnya.AdanyapeningkatanawarenessdaripengelolaProfilKesehatanProvinsi
danpengelolaprogram di lingkungan Kementerian Kesehatan, sehingga penyusunan
Profil Kesehatan Indonesia ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat.
Walaupun Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota yang
responsif gender sudah diedarkan sejak akhir tahun 2010, namun mengingat
ketersediaan data dari sumber data belum dapat terkompilasi dengan baik, maka
belum seluruh data yang tersaji berupa lampiran data berbasis gender sesuai buku
petunjuk penyusunan Profil Kesehatan berbasis gender. Dengan tersedianya data
Profil kesehatan yang responsif gender, diharapkan dapat mengidentifikasi ada
tidaknya serta besaran kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan, dan persoalan
yangdihadapilakilakidanperempuanterkaitdenganakses,partisipasi,kontrol,dan
manfaatdalampembangunanbidangkesehatan.

ii

Buku Profil Kesehatan Indonesia ini disajikan dalam bentuk cetakan dan soft
copy (CD) serta juga dapat diunduh di website www.depkes.go.id sehingga
memudahkan para pengguna Profil Kesehatan Indonesia untuk mendapatkannya.
Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik pemerintah, organisasi
profesi,swastadanmasyarakat.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil
KesehatanIndonesia2010ini,kamiucapkanterimakasih.

Jakarta,Juni2011
KepalaPusatDatadanInformasi

ttd

dr.JaneSoepardi
NIP.195809231983112001


































iii






Saya menyambut gembira terbitnya Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang
lebih cepat bila dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Meskipun berat dan
banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan ini,
akhirnya Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2010 dan
menyusunnyadalambentukProfilKesehatanIndonesia2010.
SudahbanyakupayayangdilakukanPusatDatadanInformasiagardataprofil
dapat terkumpul dengan cepat dan mempunyai kualitas data yang tinggi. Meskipun
upaya ini belum mencapai hasil maksimal, tetapi tetap diupayakan untuk dapat
menyajikannya dengan lebih baik dan lebih cepat dari tahuntahun sebelumnya.
Tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu
ternyata cukup banyak, sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun
pengelola program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas sektor terkait
masih belum dapat terisi secara lengkap. Dengan terbitnya Profil Kesehatan
Indonesia 2010 ini, saya harapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, baik
institusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok
masyarakat lainnya dalam mendapatkan data dan informasi kesehatan. Profil
kesehatan ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi
penyelenggaraanprogrampembangunankesehatan,baikdipusatmaupundidaerah.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggitingginya kepada semua pihak, terutama kepada Pusat Data dan Informasi
yang telah menjadi koordinator dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia.
Ucapanterimakasihjugasayasampaikankepadaparakontributordatadipusatdan
daerah serta lintas sektor terkait. Harapan saya Profil Kesehatan Indonesia untuk
tahuntahunyangakandatangdapatterbitlebihcepatdanlebihberkualitas.

Jakarta,Juni2011
SekretarisJenderal
KementerianKesehatan

ttd

dr.RatnaRosita,MPHM
NIP.195212051980032001


v





KATAPENGANTAR i

SAMBUTANSEKRETARISJENDERAL iii

DAFTARISI v

DAFTARLAMPIRAN vii

DAFTARISTILAH xvi

BABI PENDAHULUAN 1

BABII GAMBARANUMUMDANPERILAKUPENDUDUK 7
A.KeadaanPenduduk 9
B.KeadaanEkonomi 16
C.KeadaanKesehatanLingkungan 22
D.KeadaanPerilakuMasyarakat 27

BABIII SITUASIDERAJATKESEHATAN 33
A.Mortalitas 35
B.Morbiditas 41
BABIV SITUASIUPAYAKESEHATAN 73
A.PelayananKesehatanDasar 75
B.PelayananKesehatanRujukan 102
C.PencegahandanPemberantasanPenyakit 107
D.PerbaikanGiziMasyarakat 125
E.PelayananKesehatandalamSituasiBencana 136

BABV SITUASISUMBERDAYAKESEHATAN 137


A.SaranaKesehatan 139
B.TenagaKesehatan 155
C.PembiayaanKesehatan 162


vi

BABVI PERBANDINGANINDONESIADENGANNEGARAANGGOTA
ASEANDANSEARO 167
A.Kependudukan 169
B.DerajatKesehatan 177
C.UpayaKesehatan 187

DAFTARPUSTAKA 188

LAMPIRAN

***


vii

Lampiran2.1 PembagianWilayahAdministrasiPemerintahanMenurutProvinsi
Tahun2010
Lampiran2.2 JumlahPendudukMenurutJenisKelamindanRasioJenisKelamin
MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran2.3 Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis
KelaminMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 1971
2010
Lampiran2.5 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran2.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur
Tertentu,AngkaBebanTanggungandanProvinsiTahun2010
Lampiran2.7 Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi
Tahun20062010
Lampiran2.8 38 Kabupaten/Kota Prioritas dan Sangat Prioritas di Kawasan
PerbatasandanPulauTerkecilTerluardiIndonesiaTahun2010
Lampiran2.9 GarisKemiskinanMenurutProvinsidanDaerah(Maret2010)
Lampiran2.10 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi dan
TipeDaerahTahun20082010
Lampiran2.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Fisik Air Minum
MenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Utama Air
untuk Keperluan Rumah Tangga Menurut Provinsi di Indonesia,
Riskesdas2010
Lampiran2.13 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air Minum
Penggunaan Rumah Tangga Menurut Provinsi di Indonesia,
Riskesdas2010
Lampiran2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Minum
BerkualitasMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Kemudahan Memperoleh Air
UntukMinumMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Jumlah Pemakaian Air Per
OrangPerHariMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Buang
AirBesarMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010

viii

Lampiran2.18 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset yang Digunakan
MenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.19 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir
TinjaMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.20 PersentaseRumahTanggaMenurutAksesTerhadapPembuangan
Tinja Layak Sesuai MDGs Menurut Provinsi di Indonesia,
Riskesdas2010
Lampiran2.21 Persentase Rumah Tangga Menurut Cara Buang Air Besar Sesuai
JMPWHOUNICEF2008MenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas
2010
Lampiran2.22 Persentase Rumah Tangga Menurut Kriteria Rumah Sehat
MenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.23 Prevalensi Penduduk Umur 15 Tahun yang Merokok dan Tidak
MerokokMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.24 Prevalensi Penduduk Umur 15 Tahun Menurut Umur Pertama
Kali Merokok atau Mengunyah Tembakau Menurut Provinsi di
Indonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.25 PersentaseRumahTangga Menurut Kriteria PenangananSampah
MenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.26 Persentase Perempuan 1059 Tahun Menurut Umur Perkawinan
PertamaMenurutProvinsidiIndonesia,Riskesdas2010
Lampiran2.27 Persentase Perempuan Pernah Kawin 1059 Tahun Menurut
Jumlah Anak yang Dilahirkan Menurut Provinsi di Indonesia,
Riskesdas2010
Lampiran3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita Tahun
2007danAngkaHarapanHidupMenurutProvinsiTahun2009
Lampiran3.2 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Menurut Provinsi
Tahun20082009
Lampiran3.3 10BesarPenyakitRawatInapdiRumahSakitTahun2010
Lampiran3.4 10BesarPenyakitRawatJalandiRumahSakitTahun2010
Lampiran3.5 Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Umur
(BB/U)MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.6 Prevalensi StatusGizi BalitaBerdasarkan Tinggi Badan per Umur
(TB/U)MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.7 Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Tinggi
Badan(BB/TB)MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.8 Prevalensi StatusGizi BalitaBerdasarkan Tinggi Badan per Umur
dan Berat Badan per Tinggi Badan (TB/U dan BB/TB) Menurut
ProvinsiTahun2010

ix

Lampiran3.9 Prevalensi Status Gizi Penduduk Dewasa (>18 Tahun)
Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Provinsi
Tahun2010
Lampiran3.10 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran3.11 Annual Parasite Incidence (API) Malaria Menurut Provinsi Tahun
20072010
Lampiran3.12 Period Prevalence Malaria Satu Bulan Terakhir Menurut Cara
DiagnosisdanProvinsiTahun2010
Lampiran3.13 Hasil Cakupan Penemuan Kasus Penyakit TB Paru Menurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran3.14 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin
danProvinsiTahun2010
Lampiran3.15 JumlahKasusBaruTBParuBTAPositifMenurutKelompokUmur
(Tahun),JenisKelamindanProvinsiTahun2010
Lampiran3.16 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
SuccessRate(SR)MenurutProvinsiTahun2009
Lampiran3.17 Period Prevalence TB (D) dan Period Prevalence Suspect TB (G)
PadaPenduduk15Tahun,MenurutProvinsiRiskesdas2010
Lampiran3.18 Jumlah Kasus AIDS, Kasus Kumulatif AIDS, Kasus Meninggal, dan
CaseRateper100.000PendudukMenurutProvinsis.dDesember
2010
Lampiran3.19 Jumlah Kasus AIDS Kumulatif Per Triwulan Menurut Provinsi
Tahun2010
Lampiran3.20 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Pada Pengguna NAPZA
Suntikan(IDU)MenurutProvinsis.d31Desember2010
Lampiran3.21 Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi Tahun
2010
Lampiran3.22 Jumlah Kasus Baru Kusta, Case Detection Rate (CDR), Proporsi
Kecacatan,KasusPadaAnakdanWanitaMenurutProvinsiTahun
2010
Lampiran3.23 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran3.24 JumlahKasusCampakPerBulanMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.25 Jumlah Kasus Campak Menurut Kelompok Umur dan Provinsi
Tahun2010
Lampiran3.26 Jumlah Kasus, Meninggal, dan Incidence Rate Campak Menurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran3.27 Frekuensi KLB dan Jumlah Kasus pada KLB Campak Menurut
ProvinsiTahun2010

x

Lampiran3.28 KLB Campak Berdasarkan Konfirmasi Laboratorium Menurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran3.29 Jumlah Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur dan Provinsi
Tahun2010
Lampiran3.30 JumlahKasusDifteriPerBulanMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.31 Jumlah Kasus AFP dan Non Polio AFP Rate Menurut Provinsi
Tahun2010
Lampiran3.32 Jumlah Penderita, Meninggal, Case Fatality Rate (%), dan
Incidence Rate per 100.000 Penduduk Demam Berdarah Dengue
(DBD/DHF)MenurutProvinsiTahun20062010
Lampiran3.33 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Demam Berdarah
DengueMenurutProvinsiTahun20062010
Lampiran3.34 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Menurut Provinsi Tahun 2006
2010
Lampiran3.35 JumlahKasusDemamChikungunyaMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.36 SituasiRabiesdiIndonesiaTahun20082010
Lampiran3.37 JumlahPenderitaFilariasisMenurutProvinsiTahun20062009
Lampiran3.38 SituasiPesMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran3.39 Jumlah Kasus, Meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR)
LeptospirosisMenurutProvinsiTahun20042010
Lampiran3.40 Situasi Antraks Pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
2010
Lampiran4.1 CakupanKunjunganIbuHamilK1,K4,PersalinanDitolongTenaga
Kesehatan,danKunjunganIbuNifasKF3MenurutProvinsiTahun
2010
Lampiran4.2 Persentase Perempuan Usia 1059 Menurut Cakupan Pelayanan
Ibu Hamil (K1 dan K4) dari Kehamilan Anak Terakhir Per
Propinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.3 Persentase Ibu Usia 1059 Tahun yang Memeriksakan Kehamilan
Anak Terakhir Menurut Tenaga yang Memeriksa dan Provinsi,
Riskesdas2010
Lampiran4.4 Persentase Ibu Usia 1059 Tahun yang Melaporkan Persalinan
dengan Operasi Perut Saat Melahirkan Anak Terakhir Pada
PeriodeLimaTahunTerakhirMenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.5 Cakupan Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Provinsi Tahun
2010
Lampiran4.6 Persentase Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi dan
ProvinsiTahun2010
Lampiran4.7 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Tempat Pelayanan Tahun
2010

xi

Lampiran4.8 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi dan
ProvinsiTahun2010
Lampiran4.9 PersentasePerempuanKawinUmur1049TahunMenurutStatus
PenggunaanKB,Riskesdas2010
Lampiran4.10 Cakupan Penanganan Neonatal Dengan Komplikasi dan Obstetri
DenganKomplikasiMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.11 CakupanKunjunganNeonatusMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.12 Persentase Kunjungan Neonatus Pada Balita Menurut Provinsi,
Riskesdas2010
Lampiran4.13 Persentase Kunjungan Neonatus Lengkap (KN1, KN2, KN3) Pada
BalitaMenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.14 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Balita Menurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran4.15 CakupanSDyangMelaksanakanPenjaringanSiswaSD/MIKelas1
MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.16 CakupanBalitaDitimbangMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.17 Persentase Frekuensi Penimbangan Anak Umur 659 Bulan
SelamaEnamBulanTerakhirMenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.18 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 06 Bulan
MenurutProvinsiTahun2009
Lampiran4.19 Persentase Anak Usia 023 Bulan yang Pernah dan Masih Disusui
MenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.20 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita dan Ibu Nifas
MenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.21 CakupanPemberian90TabletBesi(Fe3)PadaIbuHamilMenurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran4.22 PersentaseAnakUmur659BulanyangMenerimaKapsulVitamin
ASelamaEnamBulanTerakhirMenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.23 Persentase Penduduk Menurut Kecukupan Konsumsi Energi dan
Protein,Riskesdas2010
Lampiran4.24 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
MenurutProvinsiTahun20082010
Lampiran4.25 Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi Menurut Provinsi Tahun
2010
Lampiran4.26 PersentaseAnakUmur1223BulanyangMendapatkanImunisasi
DasarMenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.27 PersentaseAnakUmur1223BulanyangMendapatkanImunisasi
DasarLengkapMenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.28 Droup Out Rate Cakupan Imunisasi DPTHB1Campak Pada Bayi
MenurutProvinsiTahun20072010

xii

Lampiran4.29 CakupanImunisasiAnakSekolahMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.30 Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun
2010
Lampiran4.31 Persentase Ibu yang Mendapat Suntikan TT Selama Kehamilan
AnakTerakhirMenurutProvinsi,Riskesdas2010
Lampiran4.32 Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Provinsi
Tahun2010
Lampiran4.33 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
SuccesRate(HasilPengobatanPenyakitTBTahun2009)Menurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran4.34 Persentase Penderita TB (D) yang Telah Menyelesaikan
PengobatanDenganOATperProvinsiRiskesdas2010
Lampiran4.35 Jumlah Kasus Pneumonia Pada Balita Menurut Provinsi Tahun
2010
Lampiran4.36 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Menurut
ProvinsiTahun2010
Lampiran4.37 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda
MenurutProvinsiTahun20082010
Lampiran4.38 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Rumah Sakit Umum
DEPKESdanPEMDAMenurutProvinsiTahun2010
Lampiran4.39 JumlahKunjunganPesertaJamkesmasdiPuskesmasTahun2010
Lampiran4.40 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) Peserta
JamkesmasTahun2010
Lampiran4.41 Jumlah Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) Peserta
JamkesmasTahun2010
Lampiran4.42 RekapitulasiKejadianBencanaMenurutJenisBencanadanJumlah
KorbanTahun2010
Lampiran4.43 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Seluruh Indonesia
BulanJuni2011
Lampiran4.44 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Seluruh Indonesia
BulanJuni2011
Lampiran5.1 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut
ProvinsiTahun20062010
Lampiran5.2 Jumlah Puskesmas Perawatan dan Puskesmas Non Perawatan
MenurutProvinsiTahun20062010
Lampiran5.3 JumlahRumahSakitdiIndonesiaMenurutPengeloladanProvinsi
Tahun2010
Lampiran5.4 JumlahRumahSakitUmumdanTempatTidurMenurutPengelola
Tahun20062010

xiii

Lampiran5.5 Jumlah Rumah Sakit Umum dan Tempat Tidur Milik Kemenkes
danPemdaMenurutKelasRumahSakitdanProvinsiTahun2010
Lampiran5.6 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis
RumahSakitTahun20062010
Lampiran5.7 Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
KhususMenurutKelasPerawatandanProvinsiTahun2009
Lampiran5.8 Jumlah Sarana Produksi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
MenurutProvinsiTahun20082010
Lampiran5.9 JumlahSaranaDistribusiBidangKefarmasiandanAlatKesehatan
MenurutProvinsiTahun20082010
Lampiran5.10 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
MenurutProvinsidiIndonesiaTahun2009
Lampiran5.11 Jumlah Institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Menurut
JurusandanProvinsiTahun2010
Lampiran5.12 Jumlah Institusi Non Politeknik Kesehatan (NonPoltekkes)
MenurutJurusan/ProgramStudidanProvinsiTahun2010
Lampiran5.13 Jumlah Jurusan/Program Studi Politeknik Kesehatan (Poltekkes)
MenurutAkreditasidanStrataTahun2010
Lampiran5.14 Jumlah Institusi Non Politeknik Kesehatan (NonPoltekkes)
MenurutAkreditasidanStrataTahun2010
Lampiran5.15 Jumlah Institusi Diknakes NonPoltekkes Menurut Status
KepemilikanTahun2010
Lampiran5.16 Rekapitulasi Peserta Didik Poltekkes Menurut Jenis Tenaga
KesehatanTahunAjaran2010/2011
Lampiran5.17 Rekapitulasi Peserta Didik non Poltekkes Menurut Jenis Tenaga
KesehatanTahunAjaran2010/2011
Lampiran5.18 RekapitulasiPesertaDidikProgramDiplomaIVBerdasarkanJenis
InstitusiPendidikanTahun20072009
Lampiran5.19 Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis
TenagaKesehatanTahun2010
Lampiran5.20 Jumlah Lulusan Poltekkes Berdasarkan Jurusan/Program Studi
InstitusiDiknakesSeluruhIndonesiaTahunAjaran2010/2011
Lampiran5.21 Rekapitulasi Lulusan Non Poltekkes Diknakes Seluruh Indonesia
BerdasarkanJenisdanProvinsiTahunAjaran2010/2011
Lampiran5.22 Rekapitulasi Data SDM Kesehatan Per Provinsi Keadaan
Desember2010
Lampiran5.23 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Menurut Jenis dan
ProvinsiTahun2010
Lampiran5.24 Rasio Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat dan Bidan Terhadap
JumlahPuskesmasMenurutProvinsiTahun2010

xiv

Lampiran5.25 Rekapitulasi SDM Kesehatan Rumah Sakit Pemerintah per
ProvinsiMenurutJenisdanProvinsiTahun2010
Lampiran5.26 Rekapitulasi Keberadaan Dokter Umum Sebagai Pegawai Tidak
Tetap(PTT)AktifTahun2010
Lampiran5.27 Rekapitulasi Keberadaan Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak
Tetap(PTT)AktifTahun2010
Lampiran5.28 Rekapitulasi Keberadaan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap
(PTT)AktifTahun2010
Lampiran5.29 Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Umum Sebagai Pegawai Tidak
Tetap(PTT)AktifTahun2010
Lampiran5.30 Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak
Tetap(PTT)Tahun2010
Lampiran5.31 Rekapitulasi Pengangkatan Bidan Pegawai Sebagai Tidak Tetap
(PTT)Tahun2010
Lampiran5.32 Keadaan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Sebagai PTT
Kementerian Kesehaan yang Masih Aktif Sampai Dengan
Desember2010
Lampiran5.33 Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Umum Sebagai PTT Tahun
2010
Lampiran5.34 RekapitulasiPengangkatanDokterGigiSebagaiPTTTahun2010
Lampiran5.35 DistribusiTingkatKeterlibatanInstitusiDiklatKesehatanSeluruh
IndonesiaDalamKegiatanKediklatanTahun2009
Lampiran5.36 Distribusi Widyaiswara Institusi Diklat Kesehatan Seluruh
IndonesiaBerdasarkanKelompokUmurTahun2009
Lampiran5.37 Distribusi Frekuensi Pelatihan dan Jumlah Peserta di Institusi
Diklat Kesehatan Seluruh Indonesia Berdasarkan Jenis Diklat
Tahun2009
Lampiran5.38 AlokasidanRealisasiKementerianKesehatanRIMenurutEselonI
Tahun2010
Lampiran5.39 DataCakupanKepesertaanJaminanKesehatanTahun2010
Lampiran5.40 Distribusi Pegawai Kementerian Kesehatan di Kantor Pusat, UPT
dan DPK/DPB Dirinci Menurut Strata Pendidikan Keadaan
DesemberTahun2010
Lampiran6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di NegaraNegara
ASEAN&SEAROTahun2010
Lampiran6.2 Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks Pembangunan
ManusiadiNegaraNegaraASEANdanSEARO
Lampiran6.3 Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan yang
MenggunakanSaranaSanitasiSehatdiNegaraNegaraASEANdan
SEAROTahun2008

xv

Lampiran6.4 Perbandingan Data Tuberkulosis di NegaraNegara ASEAN dan
SEAROTahun2008/2009
Lampiran6.5 Angka Estimasi HIV dan AIDS di NegaraNegara ASEAN dan
SEAROTahun2009
Lampiran6.6 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan
ImunisasidiNegaraNegaraASEAN&SEAROTahun2010
Lampiran6.7 Perbandingan Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi di Negara
NegaraASEAN&SEAROTahun2009
Lampiran6.8 Perbandingan Upaya Kesehatan di NegaraNegara ASEAN &
SEAROTahun20002010
Lampiran6.9 PembiayaanKesehatandiNegaraNegaraASEAN&SEAROTahun
2008

***


xvi

AlatKontrasepsiDalamRahim
(AKDR)
IntraUterineDevice(IUD)
: Alat Kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim, terbuat dari
plastikhalusdanfleksibel(polietilen).

AngkaInsidens(IR)

: Jumlah kasus tertentu terhadap penduduk berisiko pada


periodedanwaktutertentu

AngkaKeberhasilan
Pengobatan(SR=SuccessRate)
: Angka kesembuhan + cakupan pengobatan lengkap pada
penderitaTBparuBTA+

AngkaKematianBalita
(AKABA)
: Jumlah kematian anak berusia 04 tahun per 1.000 kelahiran
hiduppadaperiodetahuntertentu.

AngkaKematianBayi(AKB)
InfantMortalityRate(IMR)
: Jumlah kematian bayi berusia dibawah 1 tahun per 1.000
kelahiranhiduppadasatutahuntertentu.

AngkaKematianIbu(AKI)
MaternalMortaliteRate(NMR)
: Jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan
dannifasper100.000kelahiranhiduppadamasatertentu.

AngkaKematianKasar
CrudeDeathRate(CDR)
: Banyaknyakematianselamasatutahuntiap1.000penduduk.

AngkaKematianNeonatal
(AKN)
NeonatalMortalityRate
: Jumlahkematianbayidibawahusia28hariper1.000kelahiran
hiduppadaperiodetertentu

AngkaPartisipasiKasar(APK) : Persentasejumlah pesertadidikSD,jumlahpesertadidikSLTP,


jumlah peserta didik SLTA, jumlah peserta didik PTS/PTN
dibagidenganjumlahpendudukkelompokusiamasingmasing
jenjangpendidikan(SDusia712tahun,SLTPusia1315tahun,
SLTAusia1618tahun,PTS/PTNusia1924tahun).

ASIEksklusif
ExclusiveBreastFeeding
: Pemberian hanya ASI (Air Susu Ibu) saja, tanpa makanan dan
minumanlainkepadabayisejaklahir

BeratBadanLahirRendah
(BBLR)
LowBirthWeight
: Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram,
yangditimbangpadasaatlahirsampaidengan24jampertama
setelahlahir.

CFR(CaseFatalityRate) : Persentase orang yang meninggal karena penyakit tertentu


terhadaporangyangmengalamipenyakityangsama

DaftarAlokasiDanaAlokasi
Khusus(DADAK)
: Dokumen pengesahan Dana Alokasi Khusus yang dikeluarkan
KementerianKeuangan.

Dependencyratio
(AngkaBebanTanggungan)
: Perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif
(usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia 65
tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia
produktif(1564tahun)

Difteri : infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang


sistempernafasanbagianatas.


xvii

DirectlyObservedTreatment
Shortcourse(DOTS)
: Pengawasan langsung menelan obat anti tuberculosis jangka
pendeksetiaphariolehPengawasMenelanObat(PMO)

Dokterkecil : Kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid


kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan
pelatihandokterkecil.

GrossNationalIncome : (PendapatanNasionalBrutoperkapita)

HDI : (HumanDevelopment)

IPM(IndeksPembangunan
Manusia)
: Pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh
dunia.
IPM mengukur pencapaian ratarata sebuah negara dalam 3
dimensidasarpembangunanmanusia:
1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan
harapanhidupsaatkelahiran.
2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis
pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi
pendidikandasar,menengah,atas(bobotsatupertiga)
Standar kehidupan yang layak diukur dengan GDP (Gross
Domestic Product) per kapita / produk domestik bruto dalam
paritas kekuatan bali (Purchasing Power Parity) dalam Dollar
AS.

KunjunganNeonatus1(KN1) : Pelayanan kesehatan neonatal dasar, kunjungan ke-1 pada 6-24 jam
setelah lahir

KunjunganNeonatusLengkap
(KNLengkap)
: Pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI ekslusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian
vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian
imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan pada saat lahir, dan
manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standar sedikitnya
3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada -28 hari
setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun
kunjungan rumah.

KunjunganNifas3(KF3) : Pelayanan kepada ibunifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca


persalinans.d3hari;padaminggukeII,danpadaminggukeVI
termasukpemberianvitaminA2kalisertapersiapandan/atau
pemasanganKBpascapersalinan

NAPZA : Narkotika,PsikotropikadanZatAdiktiflain.

NCDR(NewlyCaseDetection
Rate)
: Rataratakasusyangbaruterdeteksi padatahunpelaporan

PasanganUsiaSubur(PUS) : Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik
bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak,
dimanaumuristrinyaantara15tahunsampai49tahun

Pes(bubonicplaque) : infeksibakteriPasteurellapestis melaluihewanpengeratliar.

Pneumonia : merupakaninfeksiakutyangmengenaijaringanparu(alveoli).
Infeksidapatdisebabkanolehbakteri,virusmaupunjamur.


xviii

Polio : Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk
ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang
sistemsyarafhiggapenderitamengalamikelumpuhan.

SEARO : (SouthEastAsiaRegion/SEARO)

TB(Tuberkulosis) : infeksibakteriMycobacteriumtuberculosis
Infeksi ini dapat menyerang paru (tuberculosis paru) maupun
organselainparu(tuberculosisekstrapulmonal).

TN(TetanusNeonatorum) : Infeksidisebabkanolehbasil Clostridiumtetani,yangmasukke


tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir
yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat
denganalatyangtidaksteril.

UHH(UmurHarapanHidup
WaktuLahir)
: Jumlah ratarata usia yang diperkirakan pada seseorang atas
dasarangkakematianpadamasatersebut.

UniversalChildImmunization
(UCI)
: DesaatauKelurahanUCIadalahdesa/kelurahandimana80%
dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat
imunisasidasarlengkapdalamwaktusatutahun

VAR(VaksinAntiRabies),dan
Lyssa
: Vaksin yang digunakan untuk infeksi virus rabies yang
ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing,
kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya
mengandungvirusRabies.


3



Visi Kementerian Kesehatan adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan, sedangkan Misi Kementerian Kesehatan untuk mencapai visi tersebut
adalahsebagaiberikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat,termasukswastadanmasyarakatmadani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatanyangparipurna,merata,bermutu,danberkeadilan.
3. Menjaminketersediaandanpemerataansumberdayakesehatan.
4. Menciptakantatakelolakepemerintahanyangbaik.
VisidanmisiiniharusberpedomanpadanilainilaiKementerianKesehatansebagai
berikut yaitu : 1) Pro Rakyat, 2) Inklusif, 3) Responsif, 4) Efisien, dan 5) Bersih.
Dalam implementasi Visi dan Misi Kementerian Kesehatan tersebut, sangat
dibutuhkanadanyadatadaniInformasi.
MenurutWHO,dalamSistemKesehatanselaluharusadaSubsistem Informasi
yang mendukung subsistem lainnya. Tidak mungkin subsistem lain dapat bekerja
tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan. Sebaliknya Sistem Informasi
Kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi harus bersama subsistem lain. Ini
tercermin pula dalam SKN 2009, dimana terdapat Subsistem Manajemen dan
InformasiKesehatan,yangmenaungipengembanganSistemInformasiKesehatan.
Undangundang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan,pasal17ayat1menyebutkanbahwapemerintahbertanggungjawabatas
ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan
melaluisisteminformasidanmelaluikerjasamalintassektor,denganketentuanlebih
lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada Pasal 169
disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
memperolehaksesterhadapinformasikesehatandalamupayameningkatkanderajat
kesehatanmasyarakat.
Salahsatukeluarandaripenyelenggaraansisteminformasikesehatannasional
adalah Profil Kesehatan Indonesia, yang merupakan salah satu paket penyajian
data/informasi kesehatan yang relatif lengkap, berisi data/informasi derajat

4

kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data/informasi terkait
lainnya,sertaterbitsetiaptahun.
Sejalan dengan penyusunan Profik Kesehatan Indonesia, di provinsi juga
disusun Profil Kesehatan Provinsi dan di kapupaten/kota disusun Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pada masa yang akan datang, dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi yang berkembang dengan pesat, penyusunan profil
kesehatan diharapakan dapat terselenggara secara berjenjang. Profil kesehatan
provinsi disusun berdasarkan profil kesehatan kabupaten/kota dan hasil
pembangunankesehatanyangdiselenggarakanprovinsi,termasukhasillintassektor
terkait; dan Profil Kesehatan Indonesia disusun berdasarkan profil kesehatan
provinsi dan hasil pembangunan kesehatan yang diselenggarakan pusat, termasuk
hasilkegiatanlintassektorterkaittingkatnasional.
Profil Kesehatan Indonesia, profil kesehatan provinsi, dan profil kesehatan
kabupaten/kota diharapkan dapat dijadikan salah satu media untuk memantau dan
mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di pusat maupun
daerah. Untuk itu penyusunan profil kesehatan yang berkualitas, yaitu yang dapat
terbit lebih cepat, menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten, dan sesuai
kebutuhan,menjadiharapankitabersama.
Profil Kesehatan Indonesia 2010 disusun berdasarkan data/informasi yang
didapatkan dari daerah, pengelola program di lingkungan Kementerian Kesehatan,
lintassektorterkait,sertasumberdata/informasilainnya,termasukbadan/lembaga/
organisasikesehatannasionaldaninternasional.
ProfilKesehatanIndonesia2010initerdiriatas6(enam)bab,yaitu:
BabIPendahuluan.Babinimenyajikantentanglatarbelakang diterbitkannyaProfil
KesehatanIndonesia2010inisertasistimatikapenyajiannya.
Bab II Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk. Bab ini menyajikan tentang
gambaranumum,yangmeliputi:kependudukan,perekonomian,danlingkunganfisik;
sertaperilakupendudukyangterkaitdengankesehatan.
Bab III Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikaor
derajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, angka harapan hidup,
angkakesakitan,danstatusgizimasyarakat.
BabIVSituasiUpayaKesehatan.Babiniberisiuraiantentangupayakesehatanyang
tujuan program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar,
pencapaian pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan dan
pemberantasanpenyakit,danupayaperbaikangizimasyarakat.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2010. Gambaran tentang keadaan

5

sumber daya mencakup tentang keadaan sarana/fasilitas kesehatan, tenaga
kesehatan,danpembiayaankesehatan.
BabVIPerbandinganIndonesiadenganNegaraAnggotaASEANdanSEARO.Babini
menyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data kependudukan,
Angka Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis,
angka estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi,cakupanimunisasipadabayidanupayakesehatan.

***

9

Indonesia adalah negara yang terletak di Asia Tenggara, secara geografis


terletakdiantaraduabenuayaitubenuaAsiadanAustraliasertadiantaraSamudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Secara astronomis Indonesia terletak antara 6
o
garis
Lintang Utara sampai 11
o
garis Lintang Selatan, dan 95
o
sampai 141
o
garis Bujur
Timur yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke. Dengan
demikian,wilayahIndonesiaberadapadaposisisilang,yangmempunyaiartipenting
dalamkaitannyadenganperekonomian.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara. Menurut
data yang bersumber dari Bakosurtanal, jumlah pulau di Indonesia 17.504 pulau.
Jumlah pulau itu termasuk yang berada di muara dan tengah sungai, serta delta
sungai. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Fakta ini membuat Indonesia memiliki
keragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama
lain. Keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang
berhubungandengankesehatan.
Pembagian wilayah secara administratif, wilayah Indonesia pada tahun 2010
terbagi atas 33 provinsi, 497 kabupaten/kota (399 kabupaten dan 98 kota), 6.598
kecamatan, dan 75.638 kelurahan/desa. Pembagian wilayah Indonesia secara
administratifmenurutprovinsipadatahun2010dapatdilihatpadaLampiran2.1.
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku
penduduk pada tahun 2010 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi,
keadaan kesehatan lingkungan, dan keadaan perilaku masyarakat yang berkaitan
dengankesehatan.


A. KEADAANPENDUDUK
BerdasarkanhasilSensusPendudukTahun2010,jumlahpendudukIndonesia
sebesar 237.641.326 orang, yang terdiri atas 119.630.913 penduduk lakilaki dan
118.010.413 penduduk perempuan (Lampiran 2.2). Bila dibandingkan dengan hasil
Sensus Penduduk Tahun 2000, jumlah penduduk sebesar 205.132.458 orang, maka
penduduk Indonesia bertambah sekitar 32,5 juta orang atau meningkat dengan
tingkat/laju pertumbuhan penduduk (LPP) per tahun sebesar 1,49%. Bila dilihat
pada tingkat provinsi, jumlah penduduk meningkat dengan laju pertumbuhan

10

penduduk (LPP) yang bervariasi. Laju pertumbuhan penduduk terendah sebesar
0,37% terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan laju pertumbuhan penduduk tertinggi
sebesar5,46%terjadidiProvinsiPapua.
Pertumbuhanpendudukadalahperubahanjumlahpendudukdisuatuwilayah
tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Laju Pertumbuhan
penduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa yang
akan datang. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Indonesia mengalami
peningkatanselama10tahunterakhir,walaupunpadaperiode20 tahunsebelumnya
LPP mengecil. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sejak Sensus Penduduk tahun
1971 sampai dengan Sensus Penduduk tahun 2010 secara nasional dapat dilihat
dalamLampiran2.4

GAMBAR2.1
LAJUPERTAMBAHANPENDUDUKINDONESIATAHUN19712010
(%pertahun)


Tren laju pertumbuhan penduduk disajikan dalam Gambar 2.1. Laju
pertumbuhan penduduk per tahun selama tahun 19711980 sebesar 2,31% dan
menurun secara tajam selama rentang tahun 19902000. Penurunan laju
pertumbuhan penduduk ini dimungkinkan karena berhasilnya program keluarga
berencanayangdicanangkanolehpemerintahpadamasaitu.
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk periode 2000 2010 sebesar 1,49% per tahun, meningkat jika
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 19902000. Semakin
tinggi laju pertumbuhan penduduk menyebabkan jumlah penduduk yang semakin
banyakdimasayangakandatang.
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk seperti tersebut di atas, jumlah
penduduk Indonesia semakin banyak seperti terlihat pada Gambar 2.2. Hasil sensus
penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 orang,
Sumber:BadanPusatStatistik,2011

11

meningkat pesat jika dibandingkan dengan tahun 1990 dan tahun 2000.
Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang terusmenerus apabila tidak
dikendalikanakanmembawadampakyangkurangbaik,diantaranyamenjadibeban
pembangunan,termasukpembangunandibidangkesehatan.
GAMBAR2.2
TRENJUMLAHPENDUDUKINDONESIATAHUN19612010
(dalamjutaanjiwa)


Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan jumlah penduduk lakilaki per 100
penduduk perempuan. Data tentang rasio jenis kelamin berguna untuk
pengembanganperencanaanpembangunanyangberwawasangender,terutamayang
ada kaitannya dengan perimbangan pembangunan lakilaki dan perempuan secara
adil.
Secara nasional, rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar
101, yang artinya jumlah penduduk lakilaki satu persen lebih banyak dibandingkan
jumlahpendudukperempuan.Nilaiiniberartibahwasetiap100perempuanterdapat
101 lakilaki. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Provinsi Papua yaitu sebesar
113danyangterkecilterdapatdiNusaTenggaraBaratyaitusebesar94.Gambar2.3
menyajikan tren rasio jenis kelamin secara nasional sejak Sensus Penduduk tahun
1961sampaiSensusPenduduktahun2010.

Sumber:BadanPusatStatistik,2011

12

GAMBAR2.3
TRENRASIOJENISKELAMINPENDUDUKINDONESIA
TAHUN19612010

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat


digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk
menunjukkanjumlahpenduduk.Badanpiramidapendudukbagiankirimenunjukkan
banyaknya penduduk lakilaki dan badan piramida penduduk bagian kanan
menunjukkan jumlah penduduk perempuan menurut kelompok umur. Piramida
tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur
penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi
kebijakankependudukan,sosial,budaya,danekonomi.
GAMBAR2.4
PIRAMIDAPENDUDUKINDONESIATAHUN2010
(jutaanjiwa)


Gambar 2.4 menunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasuk
struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk
usiamuda(014tahun),walaupunjumlahkelahirantelahmenurunjikadibandingkan
Sumber:BadanPusatStatistik,2011
Sumber:BadanPusatStatistik,2011

13

denganlimatahunyanglaludanangkaharapanhidupyangsemakinmeningkatyang
ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua. Badan piramida
membengkak, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia kerja terutama pada
kelompokumur2529tahunbaiklakilakimaupunperempuan.
Berdasarkan distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
maka kita dapat memperoleh gambaran piramida penduduk Indonesia sejak
pelaksanaan Sensus Penduduk tahun 1961 sampai dengan Sensus Penduduk tahun
2010.PiramidapendudukIndonesiasecaralengkapdisajikanpadaGambar2.5.
GAMBAR2.5
PIRAMIDAPENDUDUKINDONESIATAHUN19612010
(jutaanjiwa)




Piramidatahun1961,1971dan1980menunjukkanbentukpiramida kerucut.
Bentuk dasar piramida melebar dengan puncak yang runcing. Hal ini menunjukkan
tingginya angka kelahiran, tingginya angka kematian dan angka harapan hidup yang
masihrendah.Jumlahbayilahiruntukhidupsampaiharituamasihrendah.Piramida
tahun 1990 mulai menunjukkan perbedaan, jumlah kelahiran mulai menurun dan
jumlah penduduk tua mulai meningkat. Hal ini menunjukkan meningkatnya angka
harapan hidup dan proporsi penduduk yang lahir untuk hidup sampai hari tua
semakinmeningkat.
Piramida pada tahun 1990 dan tahun 2000 bentuknya sudah sangat berbeda
dibandingkan dengan bentuk piramida tahun 1961 dan 1971. Dasar piramida
menyempityangberartibahwajumlahkelahiranmenurun.Puncakpiramidamelebar
yang berarti bahwa tingkat harapan hidup penduduk semakin tinggi dan harapan
Sumber:BadanPusatStatistik,2011

14

bayi lahir untuk hidup sampai usia 75 tahun ke atas semakin besar. Struktur umur
masih berada di umur muda. Hal ini menjadikan tantangan bagi pemerintah untuk
penyediaanlayananpendidikan,kesehatandanlapangankerjayangsemakinbesar.
Secara nasional, dengan luas wilayah Indonesia 1.910.931,32 km
2
maka
tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2010 sebesar 124 jiwa per km
2
. Tingkat
kepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsiprovinsi di Pulau Jawa.
Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu
sebesar 14.440jiwa per km
2
. ProvinsiJawa Baratmerupakanwilayah yangmemiliki
kepadatanpenduduktertinggikeduadengankepadatan1.216jiwa perkm
2
.Provinsi
dengan tingkat kepadatan tertinggi ketiga yaitu D.I. Yogyakarta sebesar 1.102 jiwa
per km
2
. Kepadatan penduduk terendah di Papua Barat, yaitu hanya 8 jiwa per km
2
,
Papua merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah kedua
yaitusebesar9jiwaperkm
2
,yangkemudiandiikutiolehKalimantanTengahdengan
kepadatan 14 jiwa per km
2
. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per
provinsitahun2010dapatdilihatpadaLampiran2.5.
GAMBAR2.6
PERSENTASELUASWILAYAHDANPERSEBARANPENDUDUKINDONESIA
MENURUTKELOMPOKPULAUPULAUBESARTAHUN2010

Sumber:BadanPusatStatistik,2011

Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk di


Indonesia secara geografis adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak
merataantaraJawadanluarJawa. Daridatadistribusipendudukmenurutpulaupada
Gambar2.6dapatdiketahuiterdapatketimpanganpersebaranpendudukantarpulau
yang nyata. Fenomena penyebaran penduduk tidak merata masih menjadi ciri
demografis Indonesia. Di Pulau Jawa yang luas geografisnya 7% terdapat penduduk
58%. Pulau Sumatera yang luasnya 25% terdapat penduduk 21%. Pulau Kalimantan
yang luasnya 28% terdapat penduduk hanya 6%. Pulau Sulawesi yang luasnya 10%

15

terdapat penduduk 7%. Pulau lainnya (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) yang
luasnya30%terdapatpenduduk8%.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering
digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah rasio beban
ketergantungan atau Dependency Ratio. Rasio beban ketergantungan adalah angka
yangmenyatakanperbandinganantarabanyaknyaorangyangtidak produktif(umur
di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk
umur produktif (umur 1564 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban
ketergantungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur nonproduktif
terhadap umur produktif. Semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggi
pulajumlahpenduduknonproduktifyangditanggungolehpendudukumurproduktif.
TABEL2.1
JUMLAHPENDUDUKDANANGKABEBANKETERGANTUNGAN
MENURUTJENISKELAMINDANKELOMPOKUSIAPRODUKTIF(1564TAHUN)
DANNONPRODUKTIF(014TAHUNDAN65TAHUNKEATAS)
DIINDONESIATAHUN2010
No Usia Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan %
1 0 14 Tahun 35.288.970 33.307.750 68.596.720 28.87
2 15 64 Tahun 78.935.732 78.046.486 156.982.218 66,05
3 65 Tahun ke atas 5.361.028 6.619.670 11.980.698 5,04
4 Tidak Terjawab (TT) 42.183 36.507 81.690 0,03
Jumlah 119.630.913 118.010.413 237.641.326 100,00
Angka Beban Tanggungan (%) 51,50 51,16 51,33
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur yang ditunjukkan
oleh Tabel 2.1, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (014 tahun)
sebesar 28,87%, yang berusia produktif (1564 tahun) sebesar 66,05%, dan yang
berusia tua ( 65 tahun) sebesar 5,04%. Dengan demikian maka angka beban
tanggungan (dependency ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebesar
51,33%. Hal ini berarti bahwa 100 orang Indonesia yang masih produktif akan
menanggung 51 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan
antar jenis kelamin, maka angka beban tanggungan lakilaki sedikit lebih besar jika
dibandingkandenganangkabebantanggunganperempuan,yaitu51,50%untuklaki
lakidan51,16%untukperempuan.
Gambar2.7menunjukkanangkabebanketergantungansecaranasionaladalah
51,33%. Provinsi dengan persentase angka beban ketergantungan tertinggi adalah
Nusa Tenggara Timur (73,23%), Maluku (67,20%) dan Sulawesi Barat (67%).
PersentaseangkabebanketergantunganyangterendahadalahDKIJakarta(36,95%),
KepulauanRiau(45,72%)danD.I.Yogyakarta(46%).

16

GAMBAR2.7
ANGKABEBANTANGGUNGANMENURUTPROVINSI
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber:BadanPusatStatistik,2011
Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, angka beban tanggungan
danprovinsitahun2010dapatdilihatpadaLampiran2.6.

B. KEADAANEKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian Indonesia
selama tahun 20062010 mengalami pertumbuhan masingmasing sebesar 5,5%
(2006),6,3%(2007),6,0%(2008),4,5%(2009),dan6,1%(2010).
Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% pada 2010, maka nilai Produk
Domestik Bruto (PDB) 2010 naik sebesar Rp 809,5 triliun. Dari Rp 5.613,4 triliun
pada 2009 menjadi sebesar Rp 6.422,9 triliun pada 2010. Pertumbuhan tertinggi
terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 13,5%.
Pertumbuhan terendah terjadi di sektor pertanian sebesar 2,9%. Sedangkan PDB
untuknonmigastumbuh6,6%.
Pertumbuhanekonomiberkaitaneratdenganangkatankerjadankesempatan
kerja di Indonesia. Pembahasan mengenai kondisi ekonomi perlu dibarengi dengan
pembahasantentangangkatankerjadankesempatankerja.MenurutSurveiAngkatan
KerjaNasional(Sakernas),definisioperasionalAngkatanKerjaadalahpendudukusia
kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan

17

penganggur. Sementara Bekerja menurut definisi Sakernas adalah kegiatan ekonomi
yangdilakukanseseorangdenganmaksudmemperolehataumembantumemperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam
seminggu yang lalu. Kegiatan itu termasuk juga kegiatan pekerja tak dibayar yang
membantudalamsuatuusahaataukegiatanekonomi.
Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna untuk acuan
pemerintah dalam pembukaan lapangan kerja baru di masa mendatang. Angka ini
jugamenunjukkantingkatkeberhasilanpembangunanprogramketenagakerjaandari
tahunketahun.BerdasarkanpublikasidatahasilSakernasBPStahun20082010ada
penurunan angka pengangguran. Hal ini disebabkan bertambahnya lapangan kerja
padasektorjasakemasyarakatansepertijasapertukangan,pembanturumahtangga,
transportasi dan pertanian. Perkembangan angkatan kerja, penduduk yang bekerja
dan pengangguran terbuka (jumlah dan persentase) pada rentang waktu Februari
2008Februari2010disajikanpadaTabel2.2.
TABEL2.2
PERKEMBANGANANGKATANKERJA,PENDUDUKYANGBEKERJA
DANPENGANGGURANTERBUKADIINDONESIATAHUN20082010

Feb2008
(jutaorang)
Feb2009
(jutaorang)
Feb2010
(jutaorang)
JumlahAngkatanKerja 111,48 113,74 115,99
Jumlahpendudukyangbekerja 102,05 104,49 107,41
Pengangguranterbuka 9,43 9,26 8,59
Pengangguranterbuka(%) 8,46 8,14 7,40
Sumber:BPS,SurveiAngkatanKerjaNasional20082010
SepertiterlihatpadaTabel2.2,terjadipeningkatanjumlahangkatankerjadan
jumlah penduduk yang bekerja. Peningkatan jumlah penduduk telah menyebabkan
peningkatan jumlah angkatan kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerja
menyebabkan semakin sempitnya peluang kerja dikarenakan minimnya lapangan
pekerjaan. Pertumbuhan lapangan kerja lebih lambat dibandingkan dengan
pertumbuhanlapangankerja.Halinilahyangmenyebabkantimbulnyapengangguran
terbuka yang cukup tinggi. Hal yang menggembirakan adalah turunnya jumlah
pengangguran terbuka dari tahun ke tahun, walaupun angka pengangguran masih
cukuptinggi.
Pembahasan yang cukup menarik tentang pengangguran adalah
pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan. Pada Gambar 2.8 dapat ditunjukkan
bahwa pengangguran tertinggi ada pada penduduk yang menamatkan pendidikan
pada tingkat SMA dengan persetase sebesar 40,20%. Pengangguran tertinggi kedua
ada pada penduduk dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 19,97%. Tingkat
pengangguran tertinggi ketiga adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SD.
Sedangkantingkatpengangguranpadatingkatpendidikanuniversitassebesar8,54%.

18

GAMBAR2.8
PERSENTASETINGKATPENGANGGURANMENURUTPENDIDIKAN
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber:BadanPusatStatistik,2011
Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong
kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama
wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi
daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu: geografis, sumber daya
alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan
konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap
berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di
daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan
sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah
administrasi kabupaten. Menurut definisinya, daerah tertinggal adalah daerah
kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala
nasional dan berpenduduk relatif tertinggal. Penetapan kriteria daerah tertinggal
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam
kriteria dasar yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana
(infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan
karakteristikdaerah,sertaberdasarkankabupatenyangberadadidaerahpedalaman,
kepulauan (pulau kecil dan gugus pulau), perbatasan antar negara, daerah rawan
bencanadandaerahrawankonflikdansebagianbesarwilayahdaerahpesisir.


19

GAMBAR2.9
PROVINSIDENGANPERSENTASEKABUPATENTERTINGGAL
DIINDONESIATAHUN2010




Berdasarkan pendekatan tersebut, maka ditetapkan 183 kabupaten yang
dikategorikan kabupaten tertinggal. Saat ini Indonesia memiliki 19 kabupaten
perbatasan, 33 pulaupulau kecil terluar berpenduduk dan 183 daerah tertinggal
(termasuk terpencil). Pada tahun 2010 persentase daerah tertinggal adalah 36,8%
(dari497kabupaten/kota)yangterdapatdi27provinsi.Provinsidenganpersentase
kabupaten tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%, diikuti
oleh Nusa Tenggara Timur 65,2% dan Papua 93,1%. Jumlah dan persentase
kabupatentertinggalmenurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.7.
Berdasarkan daerah tertinggal telah disusun skala prioritas dikawasan
perbatasan dan pulau kecil terluar di Indonesia oleh Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal. Terdapat 38 Kabupaten/Kota yang masuk dalam skala prioritas
dansangatprioritasyangtersebardi9ProvinsidiIndonesia.
TABEL2.3
JUMLAHKABUPATENTERTINGGALDANPUSKESMASDIDTPK
DIINDONESIATAHUN2010
Wilayah
Jumlah
Kabupaten

Kabupaten Puskesmas
Tertinggal

Puskesmas
biasa

Puskesmas
DTPK

Sumatera 151 46 30,5 1946 862 44


Jawa,Bali 127 9 7,1 3524 500 14
Kalimantan 55 16 29,1 764 275 36
Sulawesi 73 34 46,6 911 590 65
Papua,Maluku,NTT,NTB 91 78 85,7 870 787 90
Jumlah 497 183 36,8 8.015 3.014 37,6
Sumber:Kemenkes,DitjenBinkesmas2010
Sumber:StrategiNasionalPercepatanPembangunanDaerahTertinggal

20

Tabel 2.3 menunjukkan tentang jumlah kabupaten tertinggal dan jenis
puskesmas di Indonesia tahun 2010. Persentase wilayah tertinggi untuk kabupaten
tertinggaladalahPapua,Maluku,NusaTenggaraTimur,NusaTenggaraBaratdengan
kabupatentertinggalmencapai82,4%.Wilayahkabupatentertinggalterkecilterletak
di pulau Jawa dan Bali dengan persentase 14,4%. Pulau Kalimantan dan Sumatera
mempunyai kabupaten tertinggal sebesar 40% dan 4 %. Ratarata nasional di
Indonesia,persentasekabupatentertinggalsebesar43,5%.Jumlahyangmasihcukup
besar dan persebarannya yang tidak merata mengindikasikan adanya ketimpangan
dalamprogrampembangunan.SecaralebihlengkapdisajikandalamLampiran2.8
Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan
terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang
dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakitpenyakit tertentu.
Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang
buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapat
menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti
Xeropthalmia,Scorbut,danBeriberi.
Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari
pengeluaran. Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai
standarkebutuhanminimum,baikuntukmakananmaupununuknonmakananyang
harus dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan
minimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara
penduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut
dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan per propinsi di Indonesia disajikan pada
Lampiran2.9.
GAMBAR2.9
PERSENTASEPENDUDUKMISKINDIINDONESIATAHUN20062010


Sumber:BPS,AnalisisdanPenghitunganTingkatKemiskinanTahun2010
BeritaResmiStatistik,BPS2008,No.45/07/Th.XIII,1Juli2010

21

Kategori miskin adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per
bulan sebesar Rp 211.726 atau sekitar Rp 7.000 per hari. Jumlah ini meningkat
dibandingkan kategori miskin tahun 2009 per Maret yang tercatat sebesar Rp
200.262 per kapita per bulan. Metode perhitungan kemiskinan dilakukan dengan
konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Pada bulan Maret 2010, jumlah
penduduk miskin menurun menjadi 31,02 juta (13,3%) dari 32,53 juta (14,15%)
penduduk miskin pada bulan Maret 2009. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
penurunan1,51jutapendudukmiskin.Persentasependudukmiskindaritahun2008
2010disajikanpadaTabel2.4.
TABEL2.4
PERSEBARANDANPROPORSIPENDUDUKMISKIN
MENURUTKELOMPOKBESARPULAUDIINDONESIATAHUN20082010

KelompokPulau
Maret2008 Maret2009 Maret2010
Jumlah
(juta)
%
Jumlah
(juta)
%
Jumlah
(juta)
%
Sumatera 7,3 20,9 5,3 17,3 6,7 21,4
Jawa 19,9 57,1 18,1 59,1 17,3 55,8
Kalimantan 2,4 6,8 2,2 7,3 2,2 7,1
BalidanNusaTenggara 1,2 3,5 1,0 3,3 1,0 3,3
Sulawesi 2,6 7,5 2,5 8,1 2,3 7,6
MalukudanPapua 1,5 4,2 1,5 4,9 1,5 4,8
Total 34,9 100,0 32,5 100,0 31,0 100,0

Berdasarkan data jumlah penduduk miskin menurut provinsi dari BPS


(Lampiran 2.10) terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata
perbedaannya. Jumlah dan proporsi penduduk miskin menurut pulau dapat dilihat
pada Tabel 2.4. Lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau
Jawayaitu57,1%padatahun2008danmenjadi55,8%padatahun2010.Selebihnya
tersebar di Sumatera 21,4%, Sulawesi 7,6%, Kalimantan 3,3%, Bali dan Kepulauan
Nusa Tenggara 7,1%, Maluku dan Papua 4,8% (tahun 2010). Persentase penduduk
miskinmenurutprovinsitahun2010dipetakanpadaGambar2.10dibawahini.

Sumber:BPS,AnalisisdanPenghitunganTingkatKemiskinanTahun2010
BeritaResmiStatistik,BPS2008,No.45/07/Th.XIII,1Juli2010

22

GAMBAR2.10
PERSENTASEPENDUDUKMISKINDIINDONESIATAHUN2010

Sumber:BadanPusatStatistik,2011
Dalam roadmapreformasi kesehatan masyarakat Kementerian Kesehatanada
7 prioritas yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran strategis pembangunan
kesehatan. Salah satu di antaranya adalah mengatasi permasalahan pelayanan
kesehatan di Daerah yang Bermasalah Kesehatan (DBK) dengan pendekatan spesifik
yang tidak dapat disamakan dengan daerah lainnya. Penanggulangan Daerah
Bermasalah Kesehatan (PDBK) adalah upaya kesehatan terfokus, terintegrasi,
berbasis bukti, dilakukan secara bertahap di daerah yang menjadi prioritas bersama
kementerian terkait, dalam jangka waktu tertentu, sampai mampu mandiri dalam
menyelenggarakankewenanganpemerintahandibidangkesehatanseluasluasnya.
Menurut definisi, Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) adalah
keadaan/derajatkesehatanwilayahkabupaten/kotayangdigambarkanmelaluihasil
Riskesdas/SUSENAS dengan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM),
wilayah menurut Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan (Pendataan Sosial
Ekonomi/PSEBPS).
Hasil Riskesdas tahun 2007 menghasilkan instrumen pengukuran Indeks
PembangunanKesehatan Masyarakat (IPKM).DenganIPKM, dapatdiketahui dimana
daerahdaerah bermasalah tersebut dapat dipetakan berdasarkan peringkat
kabupaten/kota. Daerah yang mempunyai IPKM <0,337 merupakan Daerah
Bermasalah Kesehatan (DBK). Besaran IPKM setiap kabupaten/kota dirumuskan
berdasarkan20indikatorkesehatan.


23

TABEL2.5
JUMLAHKABUPATEN/KOTADAERAHBERMASALAHKESEHATAN
DIINDONESIATAHUN2010

Kab/Kota Berat
Berat,
Perbatasan
Berat,
Tertinggal
Berat,
Tertinggal dan
Kepulauan
Terluar
Berat,
Tertinggal
dan
Perbatasan
Jumlah
Kabupaten 14 1 71 7 5 98
Kota 18 1 0 0 0 19
Total 32 2 71 7 5 117
Jumlah Penduduk 37.741.501
Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes, 2010
Berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditetapkan di atas, dari 440
kabupaten/kotayangmenjadidaerahpelaksanaanRiskesdas2007,terdapat117DBK
yang berada di 22 provinsi. Tiga provinsi mempunyai jumlah kabupaten/kota DBK
terbanyakyaituAceh(16kab/kota),Papua (15 kab/kota)dan Nusa TenggaraTimur
(12kab/kota).Kabupaten/kotabermasalahmeliputi32DBK,2DBKdanPerbatasan,
71 DBK Berat dan Tertinggal, 7 DBK Berat, Tertinggal dan Kepulauan Terluar dan 5
DBKBerat,TertinggaldanPerbatasansepertiterlihatpadaTabel2.5.

C. KEADAANKESEHATANLINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya
derajatkesehatanmasyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator
indikator seperti : akses terhadap air bersih dan air minum yang aman, akses
terhadapsanitasidasar,danrumahsehat.

1. SaranaAirBersihyangDigunakandanAksesAirMinumBerkualitas
Secara nasional, 90% kualitas fisik air minum di Indonesia termasuk dalam
kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau). Akan
tetapi, masih terdapat rumah tangga dengan kualitas air minum keruh (6,9%),
berwarna(4,0%),berasa(3,4%),berbusa(1,2%),danberbau(2,7%).


24

GAMBAR2.11
PERSENTASERUMAHTANGGAMENURUTKUALITASFISIKAIRMINUM
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010

Gambar2.11 memperlihatkanpersentase rumah tanggadengan kualitasfisik
air minum baik. Provinsi dengan persentase rumah tangga dengan kualitas fisik air
minum baik tertinggi adalah di Bali (95,7%). Sedangkan yang terendah di Provinsi
Papua(69,0%).SecaralengkapmenurutprovinsidisajikandalamLampiran2.11.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menunjukkan
persentasekeluargamenurutjenissaranaairbersihyangdigunakanuntukkeperluan
rumah tangga dan untuk keperluan air minum. Secara nasional, persentase tertinggi
jenis sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga adalah air
sumur gali terlindung (27,9 %), sumur bor/pompa(22,2%), dan air ledeng/PAM
(19,5%). Sedangkan pertase tertinggi jenis sarana air bersih yang dipergunakan
untuk air minum adalah sumur gali terlindungi (24,7%), air ledeng/PAM (14,2%),
dan sumur bor/pompa (14%). Rincian persentase keluarga menurut jenis sarana air
bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan air minum dapat dilihat
dalamLampiran2.12danLampiran2.13.
Gambaran persentase rumah tangga yang memiliki akses yang baik terhadap
air minum berkualitas menurut provinsi dapat dilihat dalam Gambar 2.12. Secara
nasional,sebesar67,5%rumahtanggatelahmempunyaiaksesyangbaikterhadapair
minumyangberkualitas.


25

GAMBAR2.12
PERSENTASERUMAHTANGGAMENURUTAKSESYANGBAIK
TERHADAPAIRMINUMYANGBERKUALITAS
DIINDONESIATAHUN2010


Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010
Sebagian besar rumah tangga di Indonesia telah dapat mengakses air minum
dengan mudah.Persentaserumah tanggayang mengakumudahuntuk mendapatkan
airbersihsebesar81,70%,sebesar17,8%rumahtanggasulitmendapatkanairbersih
di saat kemarau, dan hanya 0,5% rumah tangga yang sulit (sepanjang tahun) untuk
mendapatkan air bersih. Kemudahan rumah tangga dalam mendapatkan air bersih
dirincimenurutpropinsidapatdilihatsecaralengkapdiLampiran2.15.
2. SaranadanAksesterhadapSanitasiDasar
Airbersihdansanitasiyangbaikmerupakanelemenpentingyangmenunjang
kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Riset Kesehatan Tahun 2010
menghasilkan data persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar.
Secara nasional, persentase tertinggi akses keluarga dengan kepemilikan sarana
sanitasidasaradalahkepemilikanterhadapfasilitasbuangair besarsendiri(69,7%),
persentase rumah tangga menurut akses terhadap pembuangan tinja layak sesuai
MDGs(55,5%),sertapersentaserumahtanggayangmenanganisampahdenganbaik
(28,7%).
Gambar2.13memperlihatkanpersentaserumahtanggadenganfasilitasbuang
airbesarmiliksendirimenurutprovinsi.


26

GAMBAR2.13
PERSENTASERUMAHTANGGA
MENURUTPENGGUNAANFASILITASBUANGAIRBESARMILIKSENDIRI
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010
Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang menggunakan
fasilitas buang air besar milik sendiri adalah Riau sebesar (84,3%), Lampung
(80,4%). dan Kepulauan Bangka Belitung (79%). Sedangkan yang terendah di
ProvinsiGorontalo(32,1%),KalimantanTengah(49,4%),danMalukuUtara(49,6%).
RincianmenurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.17.
Menurut jenis kloset yang digunakan, sebagian besar rumah tangga di
Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 77,58%,
cemplung/cubluk sebesar 14,32%, dan plengsengan sebesar 6,37%. Sebesar 59,3%
rumah tangga di Indonesia menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan
akhirtinja,sebesar16,4%tempatpembuangandisungai/kolam,dansebesar11,7%
di buang di lubang tanah. Rincian persentase rumah tangga dengan kepemilikan
saranasanitasidasardansehatmenurutprovinsidapatdilihat dalamLampiran2.18,
Lampiran2.19,Lampiran2.20,danLampiran2.21.

3. RumahSehat
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi
kehidupansetiaporang.Rumahtidakhanyaberfungsisebagaitempatuntukmelepas
lelah setelah bekerja seharian, tetapi juga mempunyai fungsi yang penting sebagai
tempat untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan sejahtera. Kriteria

27

rumah sehat berdasarkan Riskesdas 2010 adalah apabila memenuhi tujuh kriteria,
yaitu atap berplafon, dinding permanen, jenis lantai bukan tanah, tersedia jendela,
ventilasicukup,pencahayaanalamicukup,dantidakpadathuni(>=8m
2
/orang).
GAMBAR2.14
PERSENTASERUMAHTANGGAMENURUTKRITERIARUMAHSEHAT
DIINDONESIATAHUN2010


Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010
Hasil Riskesdas tahun 2010 menyatakan bahwa persentase rumah tangga
secara nasional yang mempunyai rumah sehat hanya 24,9%. Gambar 2.14
menunjukkan provinsi dengan persentase rumah sehat tertinggi adalah Kalimantan
Timur (43,6%), Kepulauan Riau (42,7%) dan Riau (41,1%). Provinsi dengan
persentase rumah sehat yang terendah adalah Nusa Tenggara Timur (7,5%),
Lampung (14,1%) dan Sulawesi Tengah (16,1%). Persentase rumah sehat menurut
provinsidisajikanpadaLampiran2.22.

D.KEADAANPERILAKUMASYARAKAT
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu perilaku merokok,
penanganansampah,usiawanitaperkawinanpertamadanjumlahanakyangpernah
dilahirkan.
1. PerilakuMerokok
Merokok merupakanmasalahyang belumdapatterselesaikan hinggasaatini.
MerokoksudahmelandaberbagaikalanganmasyarakatdiIndonesia,baikanakanak
sampaiorangtua,lakilakimaupunperempuan.Salahsatusasaranprogramperilaku
sehat dan pemberdayaan masyarakat adalah menurunnya prevalensi perokok serta

28

meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah, tempat kerja dan tempat
umum.
GAMBAR2.15
PERSENTASEPENDUDUKUMUR15TAHUNYANGMEROKOK
DIINDONESIATAHUN2010


Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010

Gambar 2.15 menunjukkan hasil Riskesdas tahun 2010 tentang perilaku
merokok penduduk. Secara nasional persentase penduduk usia > 15 tahun yang
merokok adalah 34,7%, yang terdiri atas 28,2% perokok setiap hari dan 6,5%
perokok kadangkadang. Persentase tertinggi penduduk > 15 tahun yang merokok
(setiap hari dan kadangkadang) terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (43,2 %),
NusaTenggaraTimur(41,2%),danMalukuUtara(40,8%).Sedangkanyangterendah
diProvinsiSulawesiTenggara(28,3%),KalimantanSelatan(30,5%),danDKIJakarta
(30,8%).Persentasependuduk>15tahunyangmerokokmenurutprovinsidisajikan
padaLampiran2.23.
Secara nasional, berdasarkan hasil Riskesdas 2010, persentase terbesar
menurutkelompokumurpertamakalimerokokadalahpadaumur1519tahun,yaitu
sebesar43,3%,kemudiankelompokumur1014tahun(17,5%),dankelompokumur
2024 tahun (14,6%). Di antara para perokok, sebanyak 1,7% yang pertama kali
merokok pada umur 59 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa ratarata penduduk
Indonesia telah mengisap rokok/mengunyah tembakau pada usia muda. Hal ini juga
didukung dengan mudahnya akses penduduk Indonesia untuk mendapatkan rokok
atautembakau.RincianmenurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.24

2.PenangananSampah
Riskesdas 2010 juga mengumpulkan data tentang pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah dikatakan baik apabila sampah di rumah tangga diambil oleh

29

petugas, dibuat kompos, atau dikubur dalam tanah. Kategori kurang baik apabila
rumah tangga dalam mengelola sampah dibakar, dibuang ke sungai, atau
sembarangan.Persentaserumahtanggayangmengelolasampahdengankriteriabaik
dapatdilihatpadaGambar2.16berikutini.
GAMBAR2.16
PERSENTASERUMAHTANGGAMENURUTKRITERIAPENANGANANSAMPAH
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010
Secara nasional, rumah tangga dalam mengelola sampah dengan kriteria baik
masih rendah, yaitu hanya 28,7%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah DKI
Jakarta, yaitu sebesar 84,3%, kemudian Kepulauan Riau 48,1%, dan Kalimantan
Timur 47,2%. Persentase terendah di Provinsi Gorontalo sebesar 6,0 %, Kalimantan
Barat10,5%,danNusaTenggaraTimur11,7%.
3.UmurPerkawinanPertama
Umur perkawinan pertama adalah umur pada saat wanita melakukan
perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali. Wanita yang kawin pada
usia yang sangat muda mempunyai risiko yang lebih besar bagi keselamatan ibu
maupun anak. Hal ini dikarenakan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk
melahirkananak.
SecaranasionalsepertiyangditunjukkanGambar2.17,dariperempuanumur
1059 tahun yang pernah kawin, sebesar 41,9% di antaranya yang menikah/kawin
yang pertama kali pada umur 1519 tahun, kemudian pada umur 2024 sebesar
33,6%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya umur perkawinan pertama
perempuan di Indonesia. Ratarata umur perkawinan pertama perempuan terjadi
padaumur20tahun.Ratarataumurpertamaperempuanmenikahtertinggiterdapat

30

di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu umur 22,2 tahun dan umur perkawinan pertama
perempuan terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Selatan,yaituumur19tahun.
GAMBAR2.17
PERSENTASEPEREMPUANUMUR1059TAHUNYANGPERNAHKAWIN
MENURUTUMURPERKAWINANPERTAMA
DIINDONESIATAHUN2010


Persentase perempuan umur 1059 tahun yang pernah kawin menurut umur
perkawinanpertamaperprovinsidapatdilihatpadaLampiran2.26.

4.JumlahAnakyangPernahDilahirkan
Salah satu faktor utama dalam pertumbuhan penduduk adalah kelahiran.
Semakin besar jumlah kelahiran maka pertumbuhan penduduk akan semakin besar.
Gambar 2.18 memperlihatkan hasil Riskesdas 2010 tentang persentase perempuan
yang pernah kawin menurut jumlah anak yang pernah dilahirkan. Sebesar 56,1%
dengananakyangpernahdilahirkanberjumlah12orangdansebesar29,9%dengan
anak yang pernah dilahirkan berjumlah anak 34 orang. Masih didapatkan sebesar
3,4% dengan anak yang pernah dilahirkan berjumlah 7 orang atau lebih. Sedangkan
yangbelum/tidakpunyaanakpersentasenyasangatkecil,yaituhanyasebesar2,2%.

Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010

31

GAMBAR2.18
PERSENTASEPEREMPUANUMUR1059TAHUNPERNAHKAWIN
MENURUTJUMLAHANAKYANGPERNAHDILAHIRKAN
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber:Riskesdas,Balitbangkes,Tahun2010
Kondisi di provinsi seluruh Indonesia menunjukkan hal yang relatif sama.
Sebagianbesar rumah tangga mempunyai jumlah anak12orang dengan persentase
tertinggi terjadi di Jawa Timur sebesar 68,1% dan DI Yogyakarta sebesar 67,7%.
AngkaterendahterdapatdiNusaTenggaraTimur(35,6%).Rincianmenurutprovinsi
dapatdilihatpadaLampiran2.27.

***

35




Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator
yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam
kondisi morbiditas, mortalitas, dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan
masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa
penyakit.
Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga
dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor
lainnya.

A. MORTALITAS

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun
sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI,
dan Angka Kematian Kasar.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah yang meninggal sebelum mencapai
usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang
dilakukan dalam rangka menurunkan AKB.
Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991. Pada tahun 1991
diestimasikan AKB sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil SDKI 2007
mengestimasikan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Hasil estimasi tersebut
memperhitungkan Angka Kematian Bayi dalam periode 5 tahun terakhir sebelum
survei, misalnya pada SDKI tahun 2007 diperoleh AKB untuk periode 5 tahun
sebelumnya yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.





36

GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 S.D TAHUN 2007

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB seperti yang
ditampilkan pada gambar di atas, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan
berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan
pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan
gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.
GAMBAR 3.2
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
Hasil SDKI tahun 2007 juga mengestimasikan AKB pada tingkat provinsi.
Provinsi dengan AKB terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup, diikuti Aceh sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kalimantan Timur
serta Jawa Tengah sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi
terdapat di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh
Nusa Tenggara Barat sebesar 72 per 1.000 kelahiran hidup dan Sulawesi Tengah

37

sebesar 60 per 1.000 kelahiran hidup. Rincian AKB menurut provinsi di Indonesia
terdapat pada Lampiran 3.1.

2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA merepresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran
dan sebelum umur 5 tahun.
Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu
sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-
70 dan rendah dengan nilai < 20. SDKI tahun 2007 mengestimasikan nilai AKABA
sebesar 44 per per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan estimasi untuk
periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007).
GAMBAR 3.3
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 2007

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi, diketahui
bahwa provinsi dengan AKABA terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar
22 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup dan Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan provinsi dengan AKABA tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per
1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Maluku sebesar 93 per 1.000 kelahiran hidup dan
Nusa Tenggara Barat sebesar 92 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran AKABA
menurut provinsi dapat dilihat pada gambar berikut.






38

GAMBAR 3.4
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan
kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan
pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor
kesehatan.
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,
persalinan, dan nifas. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007
menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007)
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI
hasil SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada Gambar 3.5 berikut nampak adanya kecenderungan penurunan AKI sejak
tahun 1994 sampai dengan tahun 2007.








39

GAMBAR 3.5
ANGKA KEMATIAN IBU (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP)
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007

Sumber : Badan Pusat Statistik,2008

4. Angka Kematian Kasar (AKK)
Angka kematian kasar adalah jumlah kematian yang terjadi pada suatu waktu
dan tempat tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Estimasi Angka
Kematian Kasar (AKK) berdasarkan hasil SUPAS 2005, menyebutkan bahwa AKK
tahun 2007 sebesar 6,9 per 1.000 penduduk.

5. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) dapat digunakan untuk menilai status derajat
kesehatan. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan
dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Gambaran AHH di Indonesia
selama tahun 2006-2009 menunjukkan peningkatan.
Data BPS, menunjukkan bahwa AHH di Indonesia pada tahun 2006 dan 2007
sebesar 68,5 tahun dan 68,7 tahun. Angka tersebut kemudian naik menjadi 69 tahun
pada tahun 2008. AHH di Indonesia kembali meningkat menjadi 69,21 pada tahun
2009.
Pada tahun 2009, provinsi dengan AHH tertinggi adalah DI Yogyakarta, yaitu
sebesar 73,16 yang diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 73,05 dan Sulawesi Utara sebesar
72,12 tahun. Sedangkan, AHH terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebesar 61,8 tahun, yang diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 63,45 tahun dan
Banten sebesar 64,75 tahun. Gambaran AHH pada tahun 2008-2009 menurut
provinsi terdapat pada Lampiran 3.2.







40

GAMBAR 3.6
ANGKA HARAPAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa AHH merupakan salah
satu komponen dalam memformulasikan IPM. Berikut ini ditampilkan nilai IPM 33
provinsi di Indonesia tahun 2009.
GAMBAR 3.7
NILAI IPM MENUURT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: BPS, 2010
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa provinsi dengan IPM tertinggi
adalah DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Riau. Sedangkan provinsi dengan IPM
terendah adalah Papua, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.


41

B. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu
penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada
kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Rumah Sakit
Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010
menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) menunjukkan bahwa kasus terbanyak
merupakan penyakit diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis
infeksi) dengan jumlah total kasus 71.889. Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak
pada pasien rawat inap di rumah sakit dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 3.1
POLA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2010
No
Daftar Tabulasi Dasar
(DTD)
Kasus Jumlah
Pasien
Keluar
Meninggal CFR (%) Laki-
Laki
Perempuan
1
Diare & gastroenteritis oleh
penyebab infeksi tertentu
(kolitis infeksi)
37.281 34.608 71.889 1.289 1,79
2 Demam Berdarah Dengue 30.232 28.883 59.115 325 0,55
3
Demam tifoid dan
paratifoid
19.706 21.375 41.081 274 0,67
4
Penyulit kehamilan dan
persalinan lainnya
0 40.636 40.636 276 0,68
5 Dispepsia 9.594 15.122 24.716 166 0,67
6
Cedera YDT lainnya YTT
dan daerah badan Multipel
14.405 7.328 21.733 605 2,78
7
Hipertensi esensial
(primer)
8.423 11.451 19.874 955 4,81
8 Cedera intrakranial 12.010 7.371 19.381 1.025 5,29
9
Infeksi saluran napas
bagian atas akut lainnya
9.737 8.181 17.918 589 3,29
10 Pneumonia 9.340 7.971 17.311 1.315 7,60
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2011
Pada gambar di atas nampak bahwa tingkat kematian tertinggi pada 10
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit adalah pneumonia sebesar
7,6%, diikuti oleh cedera intrakranial sebesar 5,29% dan hipertensi esensial (primer)
sebesar 4,81%.
Pada pasien rawat jalan, gambaran 10 penyakit terbanyak menunjukkan pola
yang sedikit berbeda. Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya memiliki jumlah
kasus terbanyak sebesar 291.356 kasus.

42

TABEL 3.2
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2010
No
Daftar Tabulasi Dasar
(DTD)
Kasus Jumlah
Kasus
Baru

Jumlah
Kunjungan
Laki-Laki Perempuan
1
Infeksi saluran napas bagian
atas akut lainnya
147.410 143.946 291.356 433.354
2
Cedera YDT lainnya YTT dan
daerah badan Multipel
77.337 49.739 127.076 168.768
3
Penyakit kulit dan jaringan
subkutan lainnya
48.576 73.500 122.076 192.414
4
Gangguan refraksi dan
akomodasi
42.349 69.164 111.513 143.404
5
Diare & gastroenteritis oleh
penyebab infeksi tertentu
(kolitis infeksi)
53.389 51.890 105.279 141.556
6 Dispepsia 34.981 53.618 88.599 163.428
7
Penyakit pulpa dan
periapikal
39.427 46.994 86.421 163.211
8 Hipertensi esensial (primer) 35.462 45.153 80.615 277.846
9
Konjungtivitis dan gangguan
lain konjungtiva
30.250 37.776 68.026 87.513
10
Penyakit telinga dan
prosesus mastoid
30.583 30.855 61.438 99.663
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2011

2. Status Gizi
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam
MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga
indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator
BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak
memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena
berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain,
berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis) atau
karena diare atau penyakit infeksi lain (akut).
Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup
sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan
yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan
indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi
dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya: mengidap penyakit tertentu dan
kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus.

43

Gambaran status gizi balita dengan indikator BB/U berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa provinsi dengan prevalensi balita gizi
buruk tertinggi adalah Gorontalo sebesar 11,2%, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
sebesar 10,6%, dan Kalimantan Barat sebesar 9,5%. Sedangkan prevalensi balita gizi
buruk terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 1,4%, diikuti oleh Bali
sebesar 1,7%, dan DKI Jakarta sebesar 2,6%.
Permasalahan gizi kronis yang diindikasikan melalui indikator antropometri
TB/U menunjukkan bahwa prevalensi balita sangat pendek paling tertinggi terdapat
di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 30,9%, diikuti oleh Papua Barat sebesar
28,6%, dan Nusa Tenggara Barat sebesar 27,8%. Sedangkan provinsi dengan
pevalensi balita sangat pendek terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 10,2%, diikuti
oleh Kepulauan Riau sebesar 11,4%, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 12,5%.
Permasalahan gizi bersifat akut yang dapat diketahui melalui indikator BB/TB
menunjukkan gambaran bahwa prevalensi balita sangat kurus tertinggi terdapat di
Provinsi Jambi sebesar 11,3%, diikuti oleh Bengkulu sebesar 9,7%, dan Riau sebesar
9,2%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita sangat pendek terendah adalah
Kepulauan Bangka Belitung sebesar 1,7%, diikuti oleh Kepulauan Riau sebesar 2%,
dan Sulawesi Utara sebesar 2,6%.
Gambaran status gizi pada kelompok umur > 18 tahun dapat diketahui melalui
prevalensi gizi berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Melalui indikator
ini dapat diketahui bahwa prevalensi penduduk dewasa > 18 tahun dengan kategori
kurus tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 19,7%, diikuti
oleh Kalimantan Selatan sebesar 18,6%, dan DI Yogyakarta sebesar 17,5%.
Sedangkan prevalensi kurus terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar
6%, diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 8,4%, dan Sumatera Utara sebesar 8,7%.
Informasi lebih rinci mengenai status gizi balita dapat dilihat pada Lampiran 3.5, 3.6,
3.7, 3.8, dan 3.9.
Berikut ini disajikan tabel prevalensi status gizi pada balita berdasarkan
indikator antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB menurut karakteristik jenis kelamin,
pendidikan kepala rumah tangga, dan tingkat pengeluaran rumah tangga.











44

TABEL 3.3
PREVALENSI (%) STATUS GIZI BALITA (BB/U)
MENURUT KAREKTERISTIK RESPONDEN, RISKESDAS 2010
Karaktersitik Responden Gizi Buruk
Gizi
Kurang
Gizi Baik Gizi Lebih Jumlah
Jenis
Kelamin
Laki-Laki 5,2 13,9 75,0 5,9 100
Perempuan 4,6 12,1 77,5 5,8 100
Jumlah 4,9 13,0 76,2 5,8 100
Tingkat
Pengeluaran
Rumah
Tangga per
Kapita
Kuintil 1 7,1 15,6
72,2 5,2 100
Kuintil 2 4,9 14,2
75,8 5,1 100
Kuintil 3 4,6 13,0
77,4 5,0 100
Kuintil 4 3,8 11,5
78,4 6,4 100
Kuintil 5 2,5 7,9
80,5 9,0 100
Jumlah 4,9 13
76,2 5,8 100
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa prevalensi balita gizi
buruk dan prevalensi balita gizi kurang pada balita laki-laki lebih besar dibandingkan
balita perempuan. Selain itu juga dapat dilihat bahwa semakin rendah tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita, semakin tinggi prevalensi balita gizi buruk dan
prevalensi balita gizi kurang. Sedangkan prevalensi balita gizi baik meningkat seiring
dengan meningkatnya tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
TABEL 3.4
PREVALENSI (%) STATUS GIZI BALITA (TB/U)
MENURUT KAREKTERISTIK RESPONDEN, RISKESDAS 2010
Karaktersitik Responden
Sangat
Pendek
Pendek Normal Jumlah
Pendidikan
Kepala
Keluarga
Tidak pernah sekolah 24,6 17.3 58.0 100
Tidak tamat SD/MI 21,2 19.9
58.8 100
Tamat SD/MI 20,1 18.6
61.3 100
Tamat SLTP/MTS 18,8 18.1
63.1 100
Tamat SLTA/MA 16,4 14.8
68.8 100
Tamat D1/D2/D3/PT 11,3 12.9
75.8 100
Jumlah 18,5 17.2
64.4 100
Tingkat
Pengeluaran
Rumah
Tangga per
Kapita
Kuintil 1 22,6 20.5
56.9 100
Kuintil 2 20,8 18.1
61.1 100
Kuintil 3 16,9 17.0
66.0 100
Kuintil 4 15,3 15.4
69.3 100
Kuintil 5 12,8 11.3
75.9 100
Jumlah 18,5 17.1
64.4 100
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI

45

Pada tabel 3.4 nampak bahwa prevalensi balita sangat pendek dan prevalensi
balita pendek meningkat seiring dengan semakin rendahnya tingkat pendidikan
kepala rumah tangga dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Prevalensi
balita normal meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan kepala
keluarga dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
TABEL 3.5
PREVALENSI (%) STATUS GIZI BALITA (BB/TB)
MENURUT KAREKTERISTIK RESPONDEN, RISKESDAS 2010
Karaktersitik Responden
Sangat
Kurus
Kurus Normal Gemuk
Jumlah
Pendidikan
Kepala
Keluarga
Tidak pernah sekolah 6.7 6.9 69.6 16.8 100
Tidak tamat SD/MI 6.5 7.5
73.6 12.4 100
Tamat SD/MI 6.5 7.5
72.5 13.5 100
Tamat SLTP/MTS 6.2 7.6
72.3 13.9 100
Tamat SLTA/MA 5.4 6.8
74.0 13.9 100
Tamat D1/D2/D3/PT 4.5 7.0
71.4 17.1 100
Jumlah 6.0 7.3
72.8 14.0 100
Tingkat
Pengeluaran
Rumah
Tangga per
Kapita
Kuintil 1 6.6 8.1
71.6 13.7 100
Kuintil 2 6.6 7.3
72.6 13.5 100
Kuintil 3 6.3 6.9
73.1 13.6 100
Kuintil 4 5.1 7.0
73.2 14.7 100
Kuintil 5 4.3 6.3
74.4 14.9 100
Jumlah 6.0 7.3
72.8 14.0 100
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Tabel di atas menunjukkan bahwa bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
kepala keluarga, prevalensi balita sangat kurus semakin menurun. Demikian juga,
semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin rendah
prevalensi balita sangat kurus. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga,
semakin tinggi prevalensi balita normal.

3. Penyakit Menular
a. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya
menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat
menyerang semua orang baik laki laki ataupun perempuan pada semua golongan
umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Sekitar 80% dari kabupaten/kota di
Indonesia termasuk kategori endemis dan lebih dari 45% penduduknya berdomisili
di desa endemis. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil

46

dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang
sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan
hidup sehat.
Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi
endemisitas malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu :
1. Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk.
2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 5 per 1.000 penduduk.
3. Endemis Rendah bila API 0 - 1 per 1.000 penduduki.
4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria
(Daerah pembebasan malaria) atau API = 0.
Berikut ini ditampilkan peta endemisitas malaria di Indonesia menurut
kabupaten/kota pada tahun 2010.
GAMBAR 3.8
PETA ENDEMISITAS MALARIA MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Secara nasional kasus malaria selama tahun 2005 2010 cenderung menurun
yaitu pada tahun 2005 sebesar 4,10 per 1.000 penduduk menjadi 1,96 per 1.000
penduduk pada tahun 2010. Angka ini cukup bermakna karena diikuti dengan
intensifikasi upaya pengendalian malaria yang salah satu hasilnya adalah
peningkatan cakupan pemeriksaan sediaan darah atau konfirmasi laboratorium. Pada
tahun 2005, telah dilakukan pemeriksaan sediaaan darah sebanyak 982.828 (47%)
terhadap penderita klinis yang berjumlah 2.113.265. Pada tahun 2010, telah
dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 1.164.406 (63%) terhadap penderita
klinis yang berjumlah 1.848.999. Tingginya cakupan pemeriksaan sediaan darah di
laboratorium tersebut merupakan pelaksanaan kebijakan nasional pengendalian
malaria dalam mencapai eliminasi malaria, yaitu semua kasus malaria klinis harus
dikonfirmasi laboratorium.


47

GAMBAR 3.9
ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA PER 1.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Sejak tahun 2010, Ditjen PP dan PL telah menggunakan indikator API di
seluruh provinsi di Indonesia. Pencapaian angka API 2010 sudah memenuhi target (2
per 1.000 penduduk). Pada gambar di atas nampak bahwa pada tahun 2010, Provinsi
Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan API
tertinggi dengan nilai berurutan sebesar 18,03; 17,86 dan 12,14 per 1.000 penduduk.
Sedangkan provinsi dengan API terendah adalah provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta,
dan Bali dengan nilai sebesar 0,00; 0,01; dan 0,03 per 1.000 penduduk.
Hasil Riskesdas tahun 2010 juga menyajikan gambaran penyakit malaria.
Salah satu indikator yang diukur adalah period prevalence malaria. Period prevalence
malaria dalam satu bulan terakhir terdiri dari: (1) kasus yang sudah dipastikan
dengan pemeriksaan darah, dan (2) kasus yang menunjukkan gejala klinis malaria
atau tidak menunjukkan gejala namun pernah minum obat anti malaria.
Gambaran period prevalence malaria menurut provinsi menunjukkan
gambaran bahwa provinsi dengan prevalensi dengan pemeriksaan darah tertinggi
adalah Papua Barat sebesar sebesar 10,6%, diikuti oleh Papua sebesar 10,1%, dan
NTT sebesar 4,4%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah DI
Yogyakarta sebesar 0%, diikuti oleh DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten, dan Bali sebesar 0,1%.








48

TABEL 3.6
PERIOD PREVALENCE MALARIA (%) SATU BULAN TERAKHIR
MENURUT CARA DIAGNOSIS DAN KAREKTERISTIK RESPONDEN, RISKESDAS 2010
Karaktersitik Responden
Period Prevalence (%)
D G DG
Tempat tinggal
Perkotaan 0,3 8,2 8,5
Perdesaan 0,8 12,1 12,8
Tidak sekolah 0,6 11,9 12,4
Tidak Tamat SD 0,7 11,5 12,2
Tingkat
pendidikan
Tamat SD 0,5 11,6 12,0
Tamat SMP 0,5 9,3 9,7
Tamat SMA 0,6 7,3 7,8
Tamat PT 0,4 5,2 5,6
Pekerjaan
Tidak Kerja 0,4 10,2 10,5
Sekolah 0,5 8,9 9,3
Pegawai/TNI/POLRI 0,6 6,0 6,6
Wiraswasta 0,4 8,4 8,8
Petani/Nelayan/Buruh 0,8 12,8 13,5
Lainnya 0,7 10,3 10,9
Ket : D= diagnosis dengan pemeriksaan darah; G= diagnosis dengan gejala klinis;
DG= Gabungan D dan G
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenke RI
Pada tabel di atas nampak bahwa prevalensi malaria dengan kriteria D, G, dan
DG di wilayah perdesaan lebih tinggi dibandingkan di wilayah perkotaan. Terdapat
kecenderungan penurunan prevalensi malaria dengan kriteria DG seiring dengan
meningkatnya tingkat pendidikan. Gambaran prevalensi menurut jenis pekerjaan
menunjukkan bahwa prevalensi malaria untuk seluruh kriteria tertinggi terdapat
pada kelompok petani/nelayan/buruh, sedangkan prevalensi terendah terdapat pada
kelompok pegawai/TNI/POLRI. Informasi lebih rinci menurut provinsi tentang
malaria terdapat pada Lampiran 3.10, 3.11, dan 3.12.

b. TB Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet
orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB
menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam
MDGs.
Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan
telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif

49

(cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2)
Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka
pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat,
termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT yang
bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
Pengembangan strategi DOTS sampai dengan tahun 2010 telah dilaksanakan di
seluruh provinsi (33 provinsi) pada 497 kabupaten/kota yang ada. Pada sarana
fasilitas kesehatan secara kuantitatif strategi DOTS telah dilaksanakan di Puskesmas
(96%) dan di Rumah Sakit (40%) baik Rumah Sakit Pemerintah, Swasta, BUMN, TNI-
POLRI, B/BPKPM dan RSTP.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection
Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati
terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah
tersebut. Kementerian Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010
sebesar 73%. Berikut ini disajikan pencapaian CDR menurut provinsi tahun 2010.
GAMBAR 3.10
CAKUPAN CASE DETECTION RATE (CDR) TB DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Pencapaian CDR pada tahun 2010 sebesar 78,3%. Angka ini telah memenuhi
target minimal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 73%. Pada tingkat provinsi, CDR
tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 96,2%, diikuti DKI Jakarta sebesar
79,9% dan Gorontalo sebesar 77,3%. Sedangkan provinsi dengan CDR terendah adalah
Kalimantan Tengah sebesar 29,8% diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 32,5% dan
Nusa Tenggara Barat sebesar 33,3%. Pada gambar di atas nampak bahwa terdapat 6
provinsi yang telah memenuhi target CDR 73%, yaitu Sulawesi Utara, DKI Jakarta,
Gorontalo, Maluku, Banten, dan Sumatera Utara.
Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan indikator persentase
sembuh, persentase pengobatan lengkap, dan angka keberhasilan pengobatan
(SR=Success Rate). Pada tahun 2009, persentase sembuh sebesar 83,9% dan

50

persentase pengobatan lengkap sebesar 7,3%. Success Rate mengindikasikan
persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik
yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB
paru BTA positif yang tercatat. Berikut ini ditampilkan SR tahun 2004-2009.
GAMBAR 3.11
SUCCESS RATE (SR) TB DI INDONESIA TAHUN 2004-2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pencapaian Success Rate (SR) pada
tahun 2004-2009 telah memenuhi target 85%. Namun demikian terjadi penurunan
Success Rate (SR) dari 91% pada tahun 2005 menjadi 87,6% pada tahun 2006. Angka ini
kemudian kembali naik menjadi 91% pada tahun 2007, dan terus naik hingga mencapai
91,2% pada tahun 2009.
Riskesdas 2010 menyajikan period prevalence TB yang terdiri dari kelompok yang
pernah di diagnosis (D) dan yang memiliki gejala klinis (G). Hasil Riskesdas 2010
menyebutkan bahwa untuk memperoleh indikator prevalensi TB Paru 2009/2010
yang pernah didiagnosis (D) kepada penduduk ditanyakan apakah pernah
didiagnosis menderita Tuberkulosis Paru melalui pemeriksaan dahak dan/atau foto
paru oleh tenaga kesehatan/nakes, seperti dokter/perawat/bidan. Sedangkan untuk
memperoleh indikator Prevalensi TB Paru 2009/2010 berdasarkan gejala klinis (G)
atau suspek TB, maka penduduk yang menjawab tidak pernah didiagnosis
Tuberkulosis Paru kemudian ditanyakan apakah pernah menderita batuk berdahak
selama dua minggu atau lebih dan disertai satu atau lebih gejala: dahak bercampur
darah/batuk berdarah, berat badan menurun, berkeringat pada malam hari tanpa
kegiatan fisik, dan demam lebih dari satu bulan.
Pada tahun 2010, provinsi dengan prevalensi TB pada kelompok yang pernah
didiagnosis (D) tertinggi adalah Papua sebesar 1,441% diikuti oleh Banten sebesar
1,282%, dan Sulawesi Utara sebesar 1,221%. Sedangkan prevalensi terendah terdapat di
Provinsi Lampung sebesar 0,27%, diikuti oleh Bali sebesar 0,306% , dan DI Yogyakarta
sebesar 0,311%.

51

Berikut ini disajikan prevalensi TB paru menurut karakteristik responden.
Gambaran kasus TB dan keberhasilan pengobatannya dapat dilihat pada Lampiran 3.13,
3.14, 3.15, 3.16, dan 3.17.
TABEL 3.7
PERIOD PREVALENCE TB (D) DAN PERIOD PREVALENCE SUSPEK TB (G)
PADA PENDUDUK > 15 TAHUN MENURUT KARAKTERISTIK, RISKESDAS 2010
Karaktersitik Responden
Period Prevalence (%)
D G
Tempat Tinggal
Perkotaan 0,703 2,320
Perdesaan 0,750 3,182
Tidak sekolah 1,041 4,074

Tidak Tamat
SD
0,974 3,948
Tingkat Pendidikan Tamat SD 0,904 3,060
Tamat SMP 0,566 2,305
Tamat SMA 0,455 1,922

Tamat SMA
Plus
0,535 1,366
Tingkat Pengeluaran
per Kapita
Kuintil 1 0,733 3,012
Kuintil 2 0,707 2,870
Kuintil 3 0,768 2,745
Kuintil 4 0,801 2,516
Kuintil 5 0,607 2,410
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenke RI
Pada tabel di atas nampak bahwa period prevalence TB (D) di perdesaan lebih
tinggi dibandingkan di perkotaan. Prevalensi TB berdasarkan diagnosis menunjukkan
kecenderungan penurunan seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan. Selain itu
juga terdapat kecenderungan penurunan prevalensi TB berdasarkan gejala klinis seiring
dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Prevalensi TB berdasarkan gejala klinis juga
menunjukkan penurunan seiring dengan peningkatan tingkat pengeluaran per kapita.

c. HIV & AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi
tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga
sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV
positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu
pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu
Biologis dan Perilaku (STBP). Pada tahun 2010, terdapat 192.076 orang pada layanan
VCT yang menjalani tes, sebanyak 20.028 orang dinyatakan HIV positif. Dengan demikian

52

positif rate di layanan VCT pada tahun 2010 adalah sebesar 10,4%. Sedangkan, secara
kumulatif jumlah kasus HIV positif pada layanan VCT sampai dengan tahun 2010 sebesar
55.848.
Sedangkan jumlah kasus AIDS kumulatif sampai dengan Desember 2010,
menunjukkan angka sebesar 24.131 kasus. Gambar berikut menampilkan kasus baru dan
kumulatif penderita AIDS yang terjadi sampai dengan tahun 2010.
GAMBAR 3.12
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS
YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2001 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Pada gambar di atas nampak adanya peningkatan penemuan kasus baru yang
cukup signifikan pada tahun 2005 dan tahun 2008. Peningkatan kasus baru juga
terjadi dari 3.863 pada tahun 2009 menjadi 4.158 pada tahun 2010.
Besaran kasus juga dapat dilihat dengan menggunakan Case Rate AIDS yang
diperoleh dengan membandingkan jumlah kasus kumulatif terhadap jumlah
penduduk. Gambaran case rate menurut provinsi pada tahun 2010 menunjukkan
bahwa provinsi dengan case rate tertinggi adalah Papua sebesar 173,69 ; diikuti oleh
Bali sebesar 49,16; dan DKI Jakarta sebesar 44,74 per 100.000 penduduk.
GAMBAR 3.13
CASE RATE AIDS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010

53

HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan
seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks dengan
Lelaki (LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dan perinatal.
Berikut ini disajikan persentase kasus kumulatif menurut cara penularan tersebut.
GAMBAR 3.14
PERSENTASE KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT CARA PENULARAN DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN DESEMBER 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Pada gambar di atas nampak bahwa hubungan heteroseksual masih
merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu
sebesar 52,7%, diikuti oleh IDU sebesar 38,3% dan LSL sebesar 3%.
Berdasarkan jenis kelamin, persentase kasus AIDS pada kelompok laki-laki
lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok perempuan yaitu sebesar 73%
berbanding 26,6%.
GAMBAR 3.15
PERSENTASE KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT
JENIS KELAMIN DI INDONESIA SAMPAI DENGAN DESEMBER 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010

54

Gambaran kasus AIDS menurut kelompok umur menunjukkan bahwa sebagian
besar kasus kumulatif AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 40-49
tahun. Kelompok umur tersebut memang termasuk ke dalam kelompok usia
produktif yang juga aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang
menggunakan NAPZA suntik.
GAMBAR 3.16
PERSENTASE KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA SAMPAI DENGAN DESEMBER 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Informasi lebih rinci tentang HIV/AIDS dapat dilihat pada Lampiran 3.18, 3.19,
dan 3.20.

d. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi
akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan
terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih
dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan
imunologi).
Cakupan penemuan Pneumonia pada balita pada tahun 2010 sebesar 23%
dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 499.259 kasus. Berikut ini
ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut provinsi tahun
2010.








55

GAMBAR 3.17
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Pada tingkat provinsi, dapat diketahui bahwa tiga provinsi dengan cakupan
tertinggi berturut-turut adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 64,49%,
Kalimantan Selatan sebesar 49,6% dan Jawa Barat sebesar 48,65%. Sedangkan tiga
provinsi dengan cakupan terendah adalah Provinsi Bengkulu sebesar 1.68%,
Kepulauan Riau sebesar 1,91%, dan Aceh sebesar 3,53%. Data cakupan masing-
masing provinsi terdapat pada Lampiran 3.21.

e. Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta
menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota
gerak, dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai
berikut :
a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa
dan kelemahan/kelumpuhan otot.
c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).
Pada tahun 2010, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler sebanyak
13.734 kasus dan tipe Pausi Basiler sebanyak 3.278 dengan Newly Case Detection Rate
(NCDR) sebesar 7,22 per 100.000 penduduk. Berikut ini disajikan kecenderungan
kasus baru tipe PB dan MB serta NCDR.




56

GAMBAR 3.18
JUMLAH KASUS BARU KUSTA TIPE PB DAN MB
DAN NCDR PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2005-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Penemuan kasus baru sejak tahun 2005-2010 menunjukkan kecenderungan
penurunan. Pada tahun 2005 NCDR sebesar 8,99 per 100.000 penduduk, angka ini
turun terus hingga 7,22 per 100.000 penduduk pada tahun 2010. Kecenderungan
penurunan tersebut juga terjadi pada jumlah kasus baru kusta tipe MB. Sedangkan
kasus tipe PB pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009,
dari 3.033 kasus menjadi 3.278 kasus.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(Ditjen PP&PL) telah menetapkan 33 provinsi di Indonesia ke dalam 2 kelompok
beban kusta, yaitu provinsi dengan beban kusta tinggi (high endemic) dan beban
kusta rendah (low endemic). Provinsi dengan high endemic jika NCDR > 10 per
100.000 penduduk atau jumlah kasus baru lebih dari 1.000, sedangkan low endemic
jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk.
GAMBAR 3.19
STATUS BEBAN KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi
rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan
di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita

57

baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2010 sebesar 10,71%. Sedangkan proporsi
anak di antara penderita baru pada tahun 2010 sebesar 11,19%.
GAMBAR 3.20
PROPORSI CACAT TINGKAT II
DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA KASUS BARU KUSTA
DI INDONESIA TAHUN 2001-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2011
Pada kurun waktu 2002-2010 terjadi kecenderungan peningkatan proporsi
cacat tingkat II. Kecenderunggan peningkatan proporsi pada anak nampak dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2009. Sedikit penurunan nampak dari tahun 2009-2010,
dari 11,44% menjadi 11,19%. Informasi menurut provinsi terkait penyakit kusta
terdapat pada Lampiran 3.22.

f. Frambusia
Frambusia adalah penyakit yang tidak menimbulkan kematian walaupun bila
tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kecacatan. Selain itu, Frambusia
biasanya terjadi di daerah yang sulit dijangkau (end of the road) oleh pelayanan
kesehatan serta menginfeksi masyarakat miskin dengan kebersihan perorangan yang
jelek. Kesulitan mendapatkan air bersih merupakan salah satu kendala sulitnya
dilaksanakan eradikasi Frambusia.
Meskipun secara nasional angka prevalensi frambusia sudah kurang dari 1 per
100.000 penduduk, frambusia masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia.
Secara nasional, prevalensi penyakit frambusia turun secara bermakna dalam kurun
waktu 1985 hingga 1995. Pada periode itu, prevalensi frambusia turun secara
signifikan dari 2,21 per 100.000 penduduk menjadi hampir mendekati 0. Setelah
tahun 1995, penurunan prevalensi frambusia berjalan lambat. Hal ini disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain: upaya pemberantasan tidak adekuat dan karena
program eradikasi frambusia bukan merupakan program prioritas.




58

GAMBAR 3.21
PREVALENSI FRAMBUSIA DI INDONESIA TAHUN 2005-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2011
Pada gambar di atas nampak adanya peningkatan jumlah kasus dan prevalensi
frambusia dari tahun 2008-2010. Dilakukannya intensifikasi penemuan kasus
frambusia membuat jumlah kasus yang ditemukan mengalami peningkatan.
Penemuan kasus ini dilakukan dalam upaya eradikasi Frambusia di Indonesia.
Dalam upaya mencapai Eradikasi Frambusia pada tahun 2015, Subdit Kusta dan
Frambusia pada tahun 2010 melaksanakan survei serologi di 10 kabupaten yang
selama 3 tahun melaporkan tidak adanya kasus di daerah tersebut. Bila selama 3
tahun berturut-turut hasil survei serologi menunjukkan hasil yang baik (negatif)
maka kabupaten tersebut berhak mendapat Sertifikat Bebas Frambusia dari WHO.
Intensifikasi penemuan kasus kusta dan frambusia juga dilakukan di beberapa daerah
yang masih termasuk daerah kantong frambusia. Ini untuk menemukan kasus
sebanyak-banyaknya untuk kemudian diobati. Sehingga diharapkan di tahun-tahun
mendatang tidak ditemukan lagi kasus frambusia.

4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah
satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus
TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Pada tahun 2010 dilaporkan terdapat 147 kasus dengan jumlah meninggal 84
kasus. Dengan demikian CFR Tetanus Neonatorum pada tahun 2010 sebesar 57,14%.
Jumlah kasus pada tahun 2010 lebih rendah dibandingkan tahun 2009 sebesar 158
kasus dengan 76 kasus meninggal. Pada tahun 2010 kasus TN terjadi di 19 provinsi,
dan 14 provinsi melaporkan adanya kasus meninggal.

59

Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa
sebagian besar kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 80 kasus
(54,4%) dari 147 kasus yang dilaporkan. Gambaran kasus menurut faktor risiko
penolong persalinan menunjukkan sebagian besar kasus ditemukan pada kelompok
dengan penolong persalinan tradisional, yaitu 99 kasus (67,3%). Sedangkan
gambaran kasus menurut cara perawatan tali pusat, menunjukkan bahwa sebagian
besar kasus dilaporkan terdapat pada kelompok dengan perawatan tali pusat
tradisional yaitu 53 kasus (36,1%). Gambaran kasus Tetanus Neonatorum beserta
persentase kasus berdasarkan faktor risiko menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 3.23.

b. Campak
Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus
campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi
melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.
Berikut ini ditampilkan Incidence Rate (IR) Campak menurut provinsi tahun 2010.
GAMBAR 3.22
INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 10.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2011
Pada tahun 2010 dilaporkan terdapat 17.139 kasus campak dengan Incidence
Rate sebesar 0,73 per 10.000 penduduk. Incidence Rate tertinggi terdapat di Provinsi
Kepulauan Riau sebesar 3,51 per 10.000 penduduk; diikuti oleh DI Yogyakarta
sebesar 2,35 per 10.000 penduduk, dan Banten sebesar 2,21 per 10.000 penduduk.
Sedangkan Maluku memiliki IR sebesar 0 per 10.000 penduduk, Sulawesi Tenggara
sebesar 0,01 per 10.000 penduduk, dan Nusa Tenggara Barat sebesar 0,05 per 10.000
penduduk. Sedangkan jumlah kasus yang terjadi pada KLB campak pada tahun 2010
sebanyak 2.570 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 6 kasus.
Informasi mengenai penyakit campak menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 3.24, 3.25, 3.26, 3.27, dan 3.28.

60


c. Difteri
Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher,
demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran
kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan.
Jumlah kasus Difteri pada tahun 2010 sebanyak 385 kasus. Gambaran kasus
menurut kelompok umur pada tahun 2010 menunjukkan jumlah kasus pada
kelompok umur < 1 tahun sebanyak 9 kasus, kelompok umur 1-3 tahun sebanyak 138
kasus, kelompok umur 4-9 tahun sebanyak 141 kasus, kelompok umur 10-14 tahun
sebanyak 54 kasus, dan kelompok umur > 14 tahun sebanyak 43 kasus.
GAMBAR 3.23
JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2011
Gambaran penyakit Difteri menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.29
dan 3.30.
d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga
penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak
berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual,
kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan.
Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami
penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada
kelumpuhan. Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator
surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar 2/100.000
anak usia < 15 tahun. Non Polio AFP Rate pada tahun 2010 sebesar 2,62 per 100.000
anak < 15 tahun.


61

GAMBAR 3.24
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN
DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2011
Provinsi dengan non Polio AFP Rate tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar
6,2 per 100.000 anak < 15 tahun, diikuti oleh Gorontalo dan DIY masing-masing
sebesar 5,67 dan 4,83 per 100.000 anak < 15 tahun. Sedangkan provinsi dengan non
Polio AFP Rate terendah adalah Maluku Utara sebesar 1 per 100.000 anak < 15 tahun,
diikuti oleh Kalimantan Tengah dan Sulawesi Barat masing-masing sebesar 1,33 dan
1,67 per 100.000 anak < 15 tahun. Informasi lebih rinci menurut provinsi terdapat
pada Lampiran 3.31.

5. Penyakit Potensial KLB/Wabah
Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB/wabah yang sering terjadi
di Indonesia, di antaranya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Diare dan
Chikungunya. Seluruh penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian
dan kerugian secara ekonomi.

a.Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar
menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Jumlah kasus DBD pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah
kematian akibat DBD sebesar 1.358 orang. Dengan demikian, IR DBD pada tahun
2010 adalah 65,7 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,87%. IR DBD mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2009 dengan IR sebesar 68,22 per 100.000
penduduk. Demikian juga dengan CFR yang mengalami sedikit penurunan, pada
tahun 2009 CFR DBD sebesar 0,89%.




62

GAMBAR 3.25
INCIDENCE RATE DBD PER 100.000 PENDUDUK
DAN CASE FATALITY RATE DBD DI INDONESIA TAHUN 2005-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2011
Sejak tahun 2005, nampak adanya kecenderungan penurunan CFR DBD.
Sedikit peningkatan nampak pada tahun 2009. CFR DBD kembali turun pada tahun
2010. Kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak pada IR DBD per 100.000
penduduk.
Pada tahun 2010, IR tertinggi terdapat di Provinsi Bali, yaitu 337,04 per
100.000 penduduk, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 227,44 per 100.000 penduduk
dan Kalimantan Timur sebesar 167,31 per 100.000 penduduk. Sedangkan IR
terendah di Provinsi Maluku sebesar 0,42, per 100.000 penduduk, Jambi sebesar 5,99
per 100.000 penduduk, dan Kalimantan Barat sebesar 13,86 per 100.000 penduduk.
GAMBAR 3.26
INCIDENCE RATE DBD PER 100.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2010
Pada tahun 2010, provinsi dengan CFR tertinggi adalah Maluku sebesar
16,67%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung sebesar 4,39%, dan Maluku Utara
sebesar 3,46%. Sedangkan CFR terendah adalah Papua Barat dan Sulawesi Barat,
dimana tidak dilaporkan adanya kasus meninggal, dan DKI Jakarta sebesar 0,17%.

63

GAMBAR 3.27
CASE FATALITY RATE DBD DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2011
Persentase kabupaten/kota terjangkit DBD pada tahun 2010 sebesar 80,48%.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 sebesar 77,26%.
GAMBAR 3.28
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD
DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2010
Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan penyakit DBD dapat
dilihat pada Lampiran 3.32 dan Lampiran 3.33.

b. Diare
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses
lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air
besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 provinsi
dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang
dengan CFR sebesar 1,74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009.
Kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2006-2010 terdapat pada gambar
berikut.

64

GAMBAR 3.29
CASE FATALITY RATE (CFR) PADA KLB DIARE
DI INDONESIA TAHUN 2006 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Pada gambar di atas terlihat adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan
pada tahun 2007-2008, dari 1,79% menjadi 2,94%. Angka ini turun menjadi 1,74%
pada tahun 2009 dan 2010. Penurunan ini dapat disebabkan oleh adanya perbaikan
penatalaksanaan kasus Diare.
Berikut ini disajikan gambaran distribusi provinsi dengan KLB Diare pada
tahun 2010.
GAMBAR 3.30
KLB DIARE DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait Diare dapat dilihat pada
Lampiran 3.34.
c. Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit infeksi akut yang ditandai gejala utama demam,
ruam/bercak-bercak kemerahan di kulit dan nyeri persendian. Penyakit disebabkan
oleh infeksi virus Chik yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.

65

Penyakit ini kerap dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering
menimbulkan epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya penyakit ini
antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan
populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang
biasanya terjadi pada musim penghujan.
Pada tahun 2010 kasus Chikungunya dilaporkan terdapat di 20 provinsi
dengan jumlah 53.899 kasus tanpa kematian seperti yang disajikan pada gambar
berikut.
GAMBAR 3.31
JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus Chikungunya antara
lain semakin banyaknya tempat-tempat perindukan nyamuk penular, dan semakin
meningkatnya arus mobilisasi penduduk. Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun-
tahun sebelumnya masih banyak daerah-daerah yang belum melaporkan kejadian
kasus Chikungunya. Gambaran kasus Chikungunya menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 3.35.

d.Rabies
Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yang
ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan
serigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus Rabies.
Penyakit dengan CFR tinggi ini terus menyebar ke berbagai wilayah di
Indonesia. Sampai akhir tahun 2010, daerah tertular rabies adalah 24 provinsi dari
33 provinsi di Indonesia. Dengan demikian hanya 9 provinsi yaitu: Kep.Bangka
Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Kalimantan
Barat, Papua Barat, dan Papua yang masih dinyatakan sebagai daerah bebas rabies.
Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya
pengendalian Rabies, yaitu : GHPR (kasus Gigitan Hewan Penular Rabies), kasus yang

66

divaksinasi dengan Vaksin Anti Rabies (VAR), dan Lyssa. Berikut ini disajikan
gambaran GHPR, kasus divaksinasi, dan Lyssa pada tahun 2004-2010.
GAMBAR 3.32
JUMLAH KASUS GHPR, VAR DAN LYSSA DI INDONESIA TAHUN 2004-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Pada gambar di atas nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus GHPR
dan VAR sejak tahun 2004-2010. Kasus GHPR pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak
78.203 kasus, VAR 63.334 kasus, dan LYSSA 206 kasus. Pada tahun 2010 provinsi
dengan kasus GHPR, VAR, dan LYSSA terbanyak adalah Bali yaitu 60.434 kasus GHPR,
52.775 kasus VAR, dan 82 kasus LYSSA. Sedangkan provinsi yang pada tahun 2009
memiliki kasus LYSSA dan berhasil menekan jumlah LYSSA pada tahun 2010 menjadi
0 kasus adalah Aceh, Banten, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Berikut ini
ditampilkan peta wilayah endemis Rabies tahun 2010
GAMBAR 3.33
WILAYAH TERTULAR RABIES DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Gambaran situasi Rabies di Indonesia menurut provinsi pada tahun 2010
terdapat pada Lampiran 3.36.


67

e. Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria,
yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular
melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam
tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di
jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara,
lengan dan organ genital.
GAMBAR 3.34
JUMLAH KASUS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2003-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Sampai tahun 2010 jumlah kasus klinis filariasis yang dilaporkan sebanyak
11.969 kasus. Jumlah kasus klinis filariasis ini merupakan jumlah kumulatif yang
dilaporkan dari waktu ke waktu, baik penderita lama maupun penderita yang baru
ditemukan.
GAMBAR 3.35
JUMLAH KABUPATEN/KOTA ENDEMIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Sampai dengan tahun 2010, sebanyak 356 (72%) kabupaten/kota di Indonesia
telah ditentukan sebagai kabupaten/kota endemis filariasis. Penentuan endemisitas
kabupaten/kota tersebut berdasarkan pada hasil survei darah jari dengan

68

mikrofilaria ratenya (mf rate) >1%. Daerah yang dinyatakan non endemis sebanyak
139 kabupaten/kota. Informasi lebih rinci terkait penyakit filariasis terdapat pada
Lampiran 3.37.

f. Pes
Pes atau bubonic plaque adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Pasteurella pestis melalui hewan pengerat liar. Sampai tahun 2010 terdapat 4
provinsi dan 5 kabupaten masih merupakan wilayah fokus Pes yaitu :
1. Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Pasuruan
2. Provinsi DI Yogyakarta di Kabupaten Sleman
3. Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Boyolali
4. Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cirebon
Surveilans aktif dan pasif terhadap rodent dan pinjalnya masih tetap dilakukan
secara rutin di wilayah fokus Pes tersebut untuk mengantisipasi terjadinya KLB Pes
yang biasa terjadi setiap 10 tahun. KLB Pes terakhir terjadi pada tahun 2007 di Dusun
Sulorowo, Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur Nongkojajar Kabupaten Pasuruan,
Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2010 jumlah spesimen yang diperiksa pada manusia
adalah 1 spesimen dari Kabupaten Pasuruan dengan hasil negatif, dan pada rodent
407 spesimen dari Kabupaten Sleman. Sebanyak 34 spesimen pada rodent dinyatakan
positif. Data dan Informasi mengenai penyakit pes terdapat pada Lampiran 3.38.

g. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang ditularkan melalui urin hewan pengerat
yang telah terinfeksi bakteri penyebab Leptospirosis. Manusia dapat terinfeksi jika
terpapar dengan air, tanah basah yang telah terkontaminasi urin tersebut. Penyakit
ini ditandai dengan beberapa gejala seperti flu sampai dengan gangguan serius yang
dapat menyebabkan kematian. Kasus Leptospirosis seringkali dilaporkan dari
wilayah yang terkena banjir.
Pada tahun 2010 kasus Leptospirosis meningkat dibandingkan tahun 2009
yaitu dari 335 kasus menjadi 409 kasus. Tahun 2010 kasus dilaporkan dari 6 provinsi
sedangkan pada tahun sebelumnya hanya dilaporkan dari 3 provinsi. Kasus
terbanyak pada tahun 2009 dan 2010 dilaporkan dari Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta. Berikut ini ditampilkan gambaran jumlah kasus,dan CFR Leptospirosis
selama tahun 2005-2009.







69

GAMBAR 3.36
JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CFR LEPTOSPIROSIS
DI INDONESIA TAHUN 2004-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Gambar di atas menampilkan puncak peningkatan kasus pada tahun 2007
dengan jumlah kasus 664 kasus dan jumlah meninggal 55. Pada tahun 2007 terjadi
banjir di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Provinsi DKI Jakarta. Nampak
terdapat penurunan CFR dari 12,17% pada tahun 2005 menjadi 5,16% pada tahun
2008. Pada tahun 2009 dan 2010 CFR kembali naik menjadi 6,87% pada tahun 2009
dan 10,51% pada tahun 2010. Informasi lebih rinci menurut provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 3.39.

h. Antraks
Penyakit Antraks adalah penyakit disebabkan oleh Bacillus anthracis yang
bersifat zoonotik, sehingga dapat menyerang hewan pemamah biak maupun binatang
buas. Hewan yang terinfeksi tersebut dapat menularkan kepada manusia sehingga
dapat menimbulkan kematian. Pada tahun 2010 telah dilaporkan kasus antraks pada
manusia sebanyak 31 kasus dan 1 orang diantaranya meninggal (CFR 3,2%).
Penderita antraks yang meninggal tersebut adalah penderita antraks tipe
pencernaan.
GAMBAR 3.37
JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CFR ANTRAKS
DI INDONESIA TAHUN 2005-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011

70

Pada tahun 2010, 24 kasus tersebut berasal dari Kabupaten Klaten Provinsi
Jawa Tengah dan 7 kasus berasal dari Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
CFR kasus antraks menurun dari 12 % pada tahun 2009 menjadi 3,2% pada tahun
2010. Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait penyakit antraks terdapat pada
Lampiran 3.40.

i. Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus influenza tipe A (H5N1) yang umumnya menginfeksi unggas dan sedikit
kemungkinan menginfeksi babi. Penyakit ini bisa menular kepada manusia dan dapat
menyebabkan kematian.
Kasus Flu Burung di Indonesia pada manusia pertama kali dilaporkan pada
bulan Juni tahun 2005. Berikut ini ditampilkan jumlah kasus, kasus meninggal dan
CFR Flu Burung tahun 2005-2010.
GAMBAR 3.38
JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CFR FLU BURUNG
DI INDONESIA TAHUN 2005-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2010
Jumlah kasus Flu Burung dan jumlah meninggal dilaporkan terbanyak pada
tahun 2006. Kecenderungan penurunan terjadi dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010. Pada tahun 2010 dilaporkan kasus sebanyak 9 dengan kasus meninggal
sebanyak 7 dan CFR sebesar 77,8%. Angka CFR ini lebih rendah dibandingkan CFR
tahun 2009 sebesar 90,5%.
Jika dilihat secara kumulatif sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, tiga
provinsi dengan jumlah kasus Flu Burung tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Banten.





71

GAMBAR 3.39
JUMLAH KASUS DAN MENINGGAL AKIBAT FLU BURUNG
DI 13 PROVINSI TAHUN 2005-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Berikut ini ditampilkan pemetaan kasus Flu Burung sampai dengan tahun
2010.
GAMBAR 3.40
WILAYAH PENYEBARAN KASUS FLU BURUNG
DI INDONESIA TAHUN 2005-2010

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2011
Pada gambar di atas nampak bahwa sejak pertama kali dilaporkan pada tahun
2005 sampai dengan tahun 2010, flu burung telah menyebar ke 13 provinsi di
Indonesia. Gambaran situasi Flu Burung menurut provinsi juga dapat dilihat pada
Lampiran 3.41.


***



75




Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya
kesehatan masyarakat mencakup upayaupaya promosi kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuankemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintahdanataumasyarakatsertaswasta,untukmemeliharadanmeningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upayaupaya
promosikesehatan,pencegahanpenyakit,pengobatanrawatjalan,pengobatanrawat
inap,pembatasandanpemulihankecacatanyangditujukanterhadapperorangan.
Berikutinidiuraikanupayakesehatanyangdilakukanselamabeberapatahun
terakhir,khususnyauntuktahun2010.

A.PELAYANANKESEHATANDASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan
kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah
kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang
dilaksanakanadalahsebagaiberikutini.

1.PelayananKesehatanIbudanAnak
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus
berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi
baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari

76

posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan
swasta.Kesehatananakmeliputibayi,balita,danremaja.
Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan
masyarakat. Angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah
AngkaKematianIbu(AKI),AngkaKematianNeonatus(AKN),AngkaKematianBayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Dibandingkan dengannegaranegara
ASEAN lainnya, AKI, AKB, dan AKABA di Indonesia termasuk tinggi. Menurut data
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000
kelahiranhidup,danAKABA44per1.000kelahiranhidup.
Dalam upaya pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan,
peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015
dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu diperlukan upayaupaya yang terkait dengan
kehamilan,kelahiran,dannifas.
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun
1980an melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat perhatian
besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada
akhir tahun 1990an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk
menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making
PregnancySafer(MPS)yangdicanangkanolehpemerintahpadatahun2000.

a.PelayananKesehatanIbuHamil(K1danK4)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standarpelayananantenatalyangditetapkandalamStandarPelayananKebidanan
(SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan
danperawat.
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan
atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus
Toksoid(TT)biladiperlukan,pemberiantabletzatbesiminimal90tabletselama
kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu
wicara(konseling),termasukPerencanaanPersalinandanPencegahanKomplikasi
(P4K),sertaKBpascapersalinan.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga
kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
ketentuanwaktupemberianpelayananyangdianjurkanyaitu:minimal1kalipada


77

triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungankepadaibuhamil,berupadeteksidinifaktorrisiko,pencegahandan
penanganankomplikasi.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai
dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan
membagi jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali
oleh tenaga kesehatan (untuk penghitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil
yangmelakukanpemeriksaankehamilanminimal4kalisesuaistandarolehtenaga
kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk penghitungan
indikatorK4)denganjumlahsasaranibuhamilyangadadiwilayahkerjadalam1
tahun.
Gambar4.1memperlihatkancakupankunjunganK1danK4padaibu hamil
selama enam tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1 selama tahun 2004
sampai2010terusmengalamipeningkatandari88,09%padatahun2004menjadi
95,26% pada tahun 2010. Sedangkan cakupan K4 pada tahun 20042010
cenderung meningkat dari 77% pada tahun 2004 menjadi 85,56% pada tahun
2010.
GAMBAR4.1
CAKUPANPELAYANANIBUHAMILK1DANK4
DIINDONESIATAHUN20042010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara
cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2004 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4
sebesar 11% kemudian tahun 2006 menjadi 10% dan pada tahun 2008 semakin
kecil, yaitu 6,6%. Namun, pada tahun 20092010 kesenjangan kembali meningkat
menjadi9%.KesenjanganantaracakupanK1danK4menunjukkanangkadropout
K1K4;dengankatalainjikakesenjanganK1danK4kecilmakahampirsemuaibu
hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal meneruskan
hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus
dipantauolehpetugaskesehatan.
Gambar 4.2 menyajikan hasil pencapaian cakupan K1 tahun 2010, yang
menunjukkan pencapaian indikator K1 sebesar 95,26%. DKI Jakarta dan Banten

78

merupakan provinsi dengan pencapaian K1 100%. Sedangkan Papua adalah
provinsidenganpencapaianK1terendah,yaitusebesar53,55%.
GAMBAR4.2
CAKUPANPELAYANANIBUHAMIL(K1)
TAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI

Dari33provinsidiIndonesia,27provinsi(81,8%)telahmencapaicakupan
lebihdari90%.SementaraprovinsiyanglainnyatelahmencapaicakupanK1lebih
dari 80%, kecuali provinsi Papua, Kepulauan Riau, dan Papua Barat dengan
pencapaian masingmasing 53,55%, 73,53%, dan 79,52%. Oleh karena itu perlu
dilakukan percepatan peningkatan pelayanan kesehatan ibu, terutama di ketiga
provinsitersebut.
Pada tahun 2010, hasil pencapaian indikator cakupan pelayanan K4 di
Indonesia sebesar 85,56% yang berarti telah mencapai target rencana strategis
Kementerian Kesehatan (renstra) untuk cakupan K4 tahun 2010 yang sebesar
84%. Sebanyak 20 provinsi (60,6%) telah mencapai target cakupan K4. Provinsi
DKIJakartamerupakanprovinsidenganpencapaianK4tertinggi(94,01%),diikuti
provinsi Bali (92,23%), dan Kepulauan Bangka Belitung (91,61%). Sedangkan
Papua adalah provinsi dengan pencapaian K4 terendah (20,90%), diikuti Papua
Barat (48,03%) dan Nusa Tenggara Timur (56,39%). Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihatpadaGambar4.3dibawahini.



79

GAMBAR4.3
CAKUPANPELAYANANIBUHAMILK4
TAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Cakupan pelayanan K4 berdasarkan hasil Riskesdas 2010 menurut
provinsi dapat dilihat melalui Gambar 4.4 di bawah ini. Terlihat bahwa hanya 2
provinsidiIndonesiadenganibuumur1059tahunyangmelakukankunjunganK4
pada kehamilan terakhir lebih dari 84%, yaitu DI Yogyakarta dan DKI Jakarta.
Empat provinsi memiliki cakupan antara 68% 84%. Sebelas provinsi memiliki
cakupan antara 52%68%. Dan sebanyak 16 provinsi memiliki cakupan kurang
dari52%.ProvinsiprovinsiyangberadadikawasantimurIndonesiamasukdalam
kelompokyangterakhirini.
GAMBAR4.4
PERSENTASEPEREMPUANUSIA1059TAHUNYANGMENDAPATKANPELAYANANK4
PADAKEHAMILANTERAKHIRTAHUN2010

Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan terdapat 92,7% ibu berumur 1059
tahun yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 1 kali pada kehamilan
TARGET RENSTRA
2010 : 84%

80

anak terakhir, tanpa melihat waktu pemeriksaan. Sedangkan yang melakukan
pemeriksaan kehamilan K1 pada trimester 1 adalah 72,3%. Subjek yang sama
melakukan pemeriksaan kehamilan K4 hanya sebesar 61,4%. Hal itu berarti
terdapat hamper 11% ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan K1 pada
trimester1,namuntidakmelakukanpemeriksaansampaiK4.Sebaliknya,sebagian
besar ibu yang melakukan pemeriksaan K1 pada trimester 1 kehamilan akan
melakukanpemeriksaansampaiminimal4kalipadatrimester3.
Berdasarkan riset yang sama, terdapat kesenjangan persentase
pemeriksaan kehamilan K4 antara di perkotaan dan di perdesaan. Di perkotaan
pemeriksaankehamilanK4mencapai76,2%dandiperdesaan55,7%.
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap pemeriksaan
kehamilan K4 adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan ibu, dan tingkat sosial
ekonomi. Pada ibu yang tidak sekolah, pemeriksaan K4 dilakukan hanya oleh
31,6%ibuhamil.SedangkanpadaibuyangtamatSD,tamatSLTP,tamatSLTA,dan
tamat Perguruan Tinggi berturutturut adalah 50,2%, 63,7%, 74,8%, dan 84,5%.
Berdasarkan pekerjaan, ibu yang bekerja sebagai petani/nelayan/buruh hanya
45,6% yang melakukan pemeriksaan kehamilan K4. Sebaliknya, ibu yang bekerja
sebagai PNS/TNI/Polri/pegawai 81% melakukan pemeriksaan kehamilan K4.
Berdasarkan tingkat sosial ekonomi, yang digambarkan dengan tingkat
pengeluaran perkapita (kuintil), kuintil 1 merupakan 20% tingkat pengeluaran
perkapita terendah dan kuintil 5 merupakan 20% tingkat pengeluaran perkapita
tertinggi. Semakin tinggi kuintil pengeluaran per kapita semakin tinggi ibu yang
melakukan pemeriksaan kehamilan K4. Pada kuintil 1 hanya 47,5% pemeriksaan
kehamilanK4,padakuintil3sebesar63,6%,danpadakuintil5sebesar79,7%.
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi
Kebidanan(Pn)
Periodepersalinanmerupakansalahsatuperiodeyangberkontribusibesar
terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu
pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Maternal Mortality: who,
when, where and why; Lancet 2006). Sedangkan dalam target MDGs, salah satu
upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah
menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta
meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada
tahun 2015 dari 40,7% pada tahun 1992 (BPS). Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh
tenagakesehatandengankompetensikebidanan.
Gambar4.5memperlihatkancakupanpersalinanyangditolongolehtenaga
kesehatan sejak tahun 2004 sampai tahun 2010 yang cenderung meningkat. Pada
tahun 2010 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia
telahmencapai84,78%.


81

GAMBAR4.5
CAKUPANPERTOLONGANPERSALINAN
OLEHTENAGAKESEHATANDIINDONESIATAHUN20042010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Indonesia pada tahun
2010 yang sebesar 84,78%, telah mencapai target renstra persalinan oleh nakes
tahun 2010 yang sebesar 84%. Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa Bali merupakan
provinsi dengan pencapaian tertinggi (98,8%), diikuti Provinsi Jawa Timur
(95,04%) dan Jawa Tengah (91,9%). Sedangkan Papua merupakan provinsi
dengan pencapaian Pn terendah (25,2%), diikuti Provinsi Kepulauan Riau
(64,61%)danPapuaBarat(65,97%).
GAMBAR4.6
CAKUPANPERTOLONGANPERSALINANOLEHTENAGAKESEHATAN
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Pada tahun 2010 sebanyak 15 provinsi di Indonesia telah mencapai target
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu 84%. Upaya
TARGET RENSTRA
2010 : 84%

82

peningkatan cakupan persalinan perlu dilakukan melalui upaya pelaksanaan
program unggulan kesehatan ibu, di antaranya adalah Kemitraan Bidan Dukun,
peningkatan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan melalui jaminan program
persalinan, model rumah tunggu di Kabupaten dengan Puskesmas di daerah
terpencil untuk pencegahan terhadap komplikasi yang terjadi selama persalinan,
revitalisasi Bidan Koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk
peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalinan, serta peningkatan
kualitas surveilans kesehatan ibu melalui pelaksanaan Pemantauan Wilayah
SetempatKesehatanIbudanAnak(PWSKIA).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan terdapat 82,2% persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter
spesialis,dokter,danbidan.Terdapatkesenjanganpersentasepenolongpersalinan
oleh tenaga kesehatan antara di perkotaan dan di perdesaan. Di perkotaan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 91,4% dan di perdesaan
72,5%. Tingkat pengeluaran perkapita diduga berpengaruh terhadap pencapaian
indikator ini. Semakin tinggi pengeluaran perkapita semakin tinggi persentase
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Pada kuintil 1 pengeluaran
perkapita,69,3%persalinanditolongolehtenagakesehatan,padakuintil3sebesar
86,8%,danpadakuintil5sebesar94,1%.
Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat
menurunkan risiko kematian ibu saat persalinan karena ditempat tersebut
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan tersedia sarana kesehatan yang
memadai sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat
persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi. Hasil Riskesdas 2010
menggambarkan bahwa persentase ibu melahirkan di fasilitas kesehatan adalah
55,4%.Sedangkan43,2%lainnyamelahirkandirumahatautempatlain.Diantara
ibu yang melahirkan di rumah, 40,2% ditolong oleh tenaga non kesehatan
terutamadukun.
GAMBAR4.7
PERSENTASETEMPATPERSALINANBALITA
MENURUTTIPEDAERAH,RISKESDAS2010

Sumber : Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010


83

Gambar 4.7 memperlihatkan rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan
untuktempatpersalinandiperdesaanyaitusebesar35,2%.Sebaliknya,persalinan
yang dilakukan di rumah/tempat lain sangat tinggi yaitu sebesar 62,7%. Hal itu
mungkin terjadi akibat terbatasnya akses ibu bersalin ke fasilitas pelayanan
kesehatan,baik aksesgeografis,ekonomi, dan pengetahuan. Olehkarena itu perlu
diupayakan langkahlangkahstrategisyang mampu mengatasiketerbatasan akses
tersebut sehingga seluruh persalinan dapat ditolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitaspelayanankesehatan.
Beberapa persalinan dilakukan melalui operasi perut dengan alasan medis
maupun psikologis. Hasil Riskesdas 2010 menyatakan terdapat 15,3% persalinan
dilakukan melalui operasi. Provinsi tertinggi dengan persalinan melalui operasi
perut adalah DKI Jakarta (27,2%), Kepulauan Riau (24,7%), dan Sumatera Barat
(23,1%).
Umur saat bersalin, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pengeluaran
perkapitamerupakanfaktoryangdidugaberpengaruhterhadappilihanpersalinan
melalui operasi perut. Ibu bersalin berumur 35 tahun ke atas relatif lebih banyak
bersalin melalui operasi perut (17,1%) dibandingkan usia <35 tahun walaupun
perbedaan proporsi tidak terlalu senjang yaitu 11,6% pada usia <20 tahun dan
15,2% pada usia 2034%. Terdapat 11,2% ibu bersalin dengan pendidikan tamat
SD yang pada balita terakhir melalui operasi perut, ibu dengan pendidikan
tertinggi SLTP melakukan operasi perut saat persalinan kurang 15%. Sedangkan
ibu bersalin dengan pendidikan perguruan tinggi 29,4%nya bersalin melalui
operasi perut. Gambar 4.8 memperlihatkan karakteristik persalinan dengan
operasiperut.
GAMBAR4.8
KARAKTERISTIKIBUYANGMELAHIRKANDENGANOPERASIPERUT
PADAPERSALINANBALITATERAKHIRRISKESDAS2010

Sumber : Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Persalinanmelalui operasi peruttertinggi dilakukanolehibu bersalinyang
bekerja sebagaiPNS/TNI/Polri/pegawai(27,1%)dan ibuyang sedang bersekolah
(24,8%). Berdasarkan kuintil pengeluaran perkapita, semakin tinggi tingkat

84

pengeluaran perkapita, pilihan operasi perut saat persalinan semakin tinggi,
denganperbedaanproporsiyangcukupbermakna.
c.CakupanPelayananKesehatanIbuNifas(KF3)
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Untukdeteksidinikomplikasipadaibunifasdiperlukanpemantauanpemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali
dengan distribusi waktu: 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah
persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas ke2 (KF2) dilakukan dalam waktu
harike4sampaidenganharike28setelahpersalinan;dan3)kunjungannifaske
3 (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke29 sampai dengan hari ke42 setelah
persalinan. Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas
dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas
kesehatan(termasukbidandidesa/polindes/poskesdes)dankunjunganrumah.
Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3)
pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A
200.000IUsebanyakduakali;dan6)pelayananKBpascapersalinan.
Gambar4.9berikutinimenyajikanpersentasepelayananibunifasmenurut
provinsidiIndonesia.
GAMBAR4.9
CAKUPANPELAYANANIBUNIFAS(KF3)
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI


85

Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2010 adalah 73,48%. Sementara
targetcakupankunjunganibunifasberdasarkantargetstandarpelayananminimal
bidangkesehatanpadatahun2015adalah90%.
Berdasarkan provinsi, Bali merupakan provinsi dengan pencapaian
cakupan KF3 tertinggi (96,68%), kemudian Jawa Timur (95,82%) dan DI
Yogyakarta(89,05%).Dari33provinsiyangmelaporkandata,BalidanJawaTimur
bahkantelahmencapaitargetSPMbidangkesehatantahun2015untukpelayanan
ibu nifas. Provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (14,21%), Sulawesi
Tengah(19,52%),danPapuaBarat(35,78%).
Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah
pemberian vitamin A. Gambar 4.10 berikut memperlihatkan persentase ibu nifas
yangmendapatkapsulvitaminAsaatmelahirkanbalitaterakhirmenurutprovinsi
tahun2010.
GAMBAR4.10
PERSENTASEIBUNIFASYANGMENDAPATKANKAPSULVITAMINA
SAATMELAHIRKANBALITATERAKHIRMENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010

Secara nasional, ibu yang mendapatkan vitamin A pada masa nifas masih
cukuprendahbiladibandingkandenganpelayanankesehatanpadaibunifas,yaitu
52,2%. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di seluruh provinsi di
Indonesiakurangdari70%,bahkandi19provinsicakupannyakurangdari50%.
d.PenangananKomplikasiObstetridanNeonatal
Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

86

Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdarahan per vaginan,
hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg) dengan
atau tanpa edema pre tibial, ancaman persalinan prematur, infeksi berat dalam
kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju), dan infeksi masa
nifas.
Gambar 4.11 memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan
menurut provinsi pada tahun 2010. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan
tahun 2010 ratarata sebesar 58,8%. Target SPM kesehatan untuk cakupan
penanganan komplikasi kebidanan tahun 2015 adalah 80%. Dari 33 provinsi,
hanya 3 provinsi yang mencapai cakupan lebih dari 80%, yaitu Sumatera Barat
(84,4%),NusaTenggaraBarat(83,2%),danDIYogyakarta(82,7%).
GAMBAR4.11
CAKUPANPENANGANANKOMPLIKASIKEBIDANAN
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis,
trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan
pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani
adalahneonatusristi/komplikasiyangmendapatpelayananolehtenagakesehatan
yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan
rumahsakit.
Pada tahun 2010 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang
dilaporkan sebesar 25,23%, dengan kisaran cakupan antar provinsi yang cukup
lebar yaitu antara 1,10% sampai 82,29%. Sementara target standar pelayanan
minimalbidangkesehatanuntukindikatortersebutyangharusdicapaipadatahun
2010 adalah 80%. Artinya, pada tahun 2010 cakupan penanganan neonatal
TARGET SPM 2015
80%


87

komplikasi tidak mencapai target. Gambaran cakupan penanganan komplikasi
neonatalperprovinsidapatdilihatpadaGambar4.12berikutini.
GAMBAR4.12
CAKUPANPENANGANANKOMPLIKASINEONATAL
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Pencapaian cakupan penanganan neonatal komplikasi tertinggi adalah DI
Yogyakarta sebesar 82,29% dan yang terendah di Provinsi Sulawesi Selatan
sebesar1,10%.Dari33provinsi,28diantaranyamemilikipencapaiankurangdari
50%. Rendahnya penanganan neonatal komplikasi ini perlu mendapat perhatian
karena langkah ini merupakan salah satu strategi untuk menurunkan angka
kematianbayi.

e.KunjunganNeonatal
Neonatus atau bayi baru lahir (028 hari) merupakan golongan umur yang
memilikirisikogangguankesehatanpalingtinggi.Upayakesehatanyangdilakukan
untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan memberikan
pelayanankesehatansesuaistandarpadakunjunganbayibarulahir.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, sebagian besar (78,5%) kematian
neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan (06 hari). Mengingat besarnya
risiko kematian pada minggu pertama ini, setiap bayi baru lahir harus
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering dalam minggu pertama
untuk mendeteksi adanya penyakit atau tanda bahaya sehingga dapat dilakukan
intervensi sedini mungkin untuk mencegah kematian. Terkait hal tersebut, tahun
2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonatus
dari semula 2 kali (satu kali pada minggu pertama dan satu kali pada 828 hari),
TARGET SPM 2010
80%

88

menjadi 3 kali (dua kali pada minggu pertama). Dengan perubahan ini, jadwal
kunjunganneonatusdilaksanakanpadaumur648jam,umur37haridanumur8
28hari.
Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar mengacu pada
pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan
tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI Eksklusif, injeksi Vit. K1,
Imunisasi (jika belum diberikan saat lahir), penanganandan rujukan kasus, serta
penyuluhanperawatanneonatusdirumahdenganmenggunakanbukuKIA.
Pelayanan kesehatan neonatal digambarkan dengan indikator cakupan
kunjungan neonatal. Pencapaian cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)
berdasarkan laporanrutin tahun2010yaitusebesar 80%, belum mencapai target
renstra yang diharapkan yaitu 82%. Gambar 4.13 memperlihatkan cakupan
kunjunganneonatalpertama(KN1)perprovinsidiIndonesiatahun2010.
GAMBAR4.13
CAKUPANKUNJUNGANNEONATAL(KN1)
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Sebanyak 25 provinsi (76%) di Indonesia telah mencapai target renstra
cakupan kunjungan neonates pertama tahun 2010 sebesar 82%. Provinsi dengan
cakupan KN1 tertinggi adalah Provinsi Bali 99,23%, Jawa Tengah 98%, dan Jawa
Timur 97%. Cakupan terendah terjadi di Provinsi Papua 32,53%, Papua Barat
42,60%,danMalukuUtara45,30%.
Kecenderungan cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) tahun
20032010 dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini. Semenjak tahun 2006
hingga 2010 cakupan KN lengkap bersifat fluktuatif. Tahun 2010 angka ratarata
cakupankunjunganneonatallengkapmencapai71,5%.

TARGET RENSTRA
2010 : 82%


89

GAMBAR4.14
CAKUPANKUNJUNGANNEONATALLENGKAP
DIINDONESIATAHUN20042010


Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Sejak tahun 2008 terjadi perubahan kebijakan waktu pelaksanaan
kunjungan dari semula minimal 2 kali kunjungan menjadi 3 kali kunjungan, yang
mulaidisosialisasikanpadatahun2008.
Provinsiprovinsi yang telah mencapai target tahun 2010 sebesar 80%
dapatdilihatpadaGambar4.15berikutini.
GAMBAR4.15
CAKUPANKUNJUNGANNEONATALLENGKAP
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI

Sebanyak 13 provinsi telah mencapai target cakupan KN Lengkap sebesar
80%.ProvinsidengancakupanKNLengkaptertinggiadalahProvinsiBali98,11%,
KNLengkap:
KN1,KN2
KNLengkap:
KN1,KN2,KN3
TARGET RENSTRA
2010 : 80%

90

Kep.BangkaBelitung95,30%danJawaTimur95%.Sedangkancakupanterendah
adalahprovinsiSulawesiSelatan25,10%,PapuaBarat31%danPapua38,20%.
f.PelayananKesehatanPadaBayi
Pelayanan Kesehatan Bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh
tenagakesehatan(Dokter,BidandanPerawat)minimal4kalidalamsetahun,yaitu
satukalipadaumur29hari3bulan,1kalipadaumur36bulan,1kalipadaumur
69bulan,dan1kalipadaumur911bulan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar
(BCG, DPT/ HB13, Polio 14, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini
tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi.
Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya
kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta
peningkatankualitashidupbayi.
Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 84%,
sementara target renstra yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 84%,
berarti target cakupan pelayanan kesehatan bayi telah mencapai target tahun
2010. Sebanyak 26 dari 33 provinsi (79%) telah mencapai target seperti terlihat
padagambar4.16berikutini.
GAMBAR4.16
CAKUPANPELAYANANKESEHATANBAYI
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Provinsi dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah provinsi Bali
97%, Sumatera Barat 96,8%, dan Jawa Tengah 96,7%. Cakupan terendah adalah
TARGET RENSTRA
2010 : 84%


91

provinsi Papua 32,4%, Papua Barat 42% dan Maluku Utara 55,9%. Pencapaian
target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu tiap
bulannya, peran kader, dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke
posyandu,sertakeaktifantenagapuskesmasdalammembinaposyandu.
g.PelayananKesehatanpadaBalita
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak
umur 12 59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal
8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun dan pemberian
vitaminA2xsetahun(BulanFebruaridanAgustus).
Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan Berat Badan,
pengukuranTinggiBadandiposyandu,PuskesmasdanRumahSakit,BidanPraktik
Swasta serta sarana / fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan
dapat dilakukan melalui SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang) oleh petugas kesehatan. Pemberian Vitamin A dilaksanakan oleh
petugaskesehatandisaranakesehatan.
Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (14 tahun)
sebesar 78,11% dan target renstra yang harus dicapai adalah 78%. Dengan
demikian cakupan pelayanan kesehatan pada anak balita secara nasional sudah
mencapai target renstra. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per provinsi
dapatdilihatpadaGambar4.17berikut:
GAMBAR4.17
CAKUPANPELAYANANKESEHATANANAKBALITA
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
TARGET RENSTRA
2010 : 78%

92

Walaupun secara ratarata cakupan pelayanan kesehatan anak balita sudah
mencapai target, namun masih terdapat 14 provinsi (42%) yang belum mencapai
target renstra 2010 sebesar 78%. Pencapaian cakupan pelayanan kesehatan anak
balita tertinggi terjadi di DI Yogyakarta 97,69%, Sumatera Utara 91,81%, dan DKI
Jakarta 89,77%. Sedangkan Papua, NTT, dan Kalimantan Barat merupakan provinsi
dengancakupanpelayanankesehatananakbalitaterendah.
Indikator lain yang cukup sensitifmemotretupayapelayanankesehatanpada
balita adalah cakupan D/S yaitu cakupan balita yang ditimbang terhadap jumlah
seluruh balita. Balita yang ditimbang diasumsikan sudah mendapatkan pelayanan
pelayanan kesehatan sesuai standar. Berikut adalah gambar cakupan penimbangan
balitaD/Smenurutprovinsi.
GAMBAR4.18
CAKUPANPENIMBANGANBALITA(D/S)
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Target renstra cakupan balita ditimbang yang harus dicapai tahun 2010
adalah 65%. Ratarata capaian cakupan balita ditimbang tahun 2010 adalah
67,87%, berarti target rentra tahun 2010 telah tercapai. Sebanyak 13 provinsi
(39%) telah mencapai target renstra 2010. Provinsi dengan cakupan tertinggi
adalahAceh(78,3%)danterendahadalahPapua(30,8%).

h.PelayananKesehatanPadaSiswaSDdansetingkat
Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah
semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan
benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang
TARGET RENSTRA
2010 : 65%


93

sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan
refraksi/ketajamanpenglihatandanmasalahgizi.
Olehkarenaitu,sangatperluadanyapenjaringankesehatanterhadapmurid
SD/MI kelas I dimana sebagai indikatornya adalah jumlah sekolah dasar yang
melaksanakan penjaringan kesehatan siswa kelas I. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkankualitaskesehatananakusiasekolah.
Gambar 4.19 memperlihatkan cakupan SD/MI yang melaksanakan
penjaringansiswaSD/MIkelassatu.RataratacakupanSD/MIyangmelaksanakan
penjaringan siswa SD/MI kelas satusebesar 61,08%. Dibandingkan dengan target
renstra tahun 2010 yaitu sebesar 80%, cakupan penjaringan siswa kelas satu
SD/sederajatpadatahun2010masihjauhdaricakupanyangditargetkan.
GAMBAR4.19
CAKUPANSD/MIYANGMELAKSANAKANPENJARINGANSISWASD/MIKELAS1
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Terdapat 9 provinsi (29%) mencapai target 80%. Provinsi dengan capaian
cakupanpenjaringanmuridSDdansetingkattertinggiadalahJawaTimur(100%),
DI Yogyakarta (100%), dan Bali (97,36%). Sedangkan provinsi dengan capaian
terendah adalah Lampung (10,16%), Papua (12,20%), dan Sulawesi Tengah
(12,83%).
2.PelayananKeluargaBerencana(KB)
Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15
49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan
kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan
alat/metodeKB.
TARGET RENSTRA
2010 : 80%

94

Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari
cakupan peserta KB yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi (KB
aktif), cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi,
tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Proporsi
wanita umur 1549 tahun berstatus menikah (pasangan usia subur/PUS) yang
sedangmenggunakanalat/metodeKBdapatdilihatpadaGambar4.20berikutini.
GAMBAR4.20
PERSENTASEPESERTAKBAKTIFMENURUTPROVINSI
TAHUN2010

Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
RataratacakupanpesertaKBaktifpadatahun2010adalahsebesar75,4%.
Provinsi dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah Bengkulu (89,9%),
Gorontalo (85,6%), dan Bali (85,3%). Sedangkan persentase peserta KB aktif
terendah adalah Papua (48,4%), Maluku Utara (58,2%), dan Kepulauan Riau
(64%).
Target SPM bidang kesehatan untuk peserta KB aktif pada tahun 2010
adalah 70%. Dengan demikian secara nasional, target tersebut dapat dicapai.
Sedangkanberdasarkanprovinsi,terdapat7provinsiyangbelummencapaitarget.
Proporsi peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang
digunakan tahun 2010 terlihat pada Gambar 4.21 berikut ini. Pada tahun 2010
sebesar 76,5% peserta KB aktif masih banyak menggunakan alat kontrasepsi
jangka pendek terutama suntikan (47,19%) dan Pil KB (26,81%). Sebaliknya
metode kontrasepsi jangka panjang hanya digunakan oleh 23,5% peserta KB aktif
terutamaMOP(MetodeOperasiPria)yangpalingrendahproporsipenggunaannya
yaituhanyasebesar0,68%.

TARGET SPM
2010 : 70%


95

GAMBAR4.21
PERSENTASEPESERTAKBAKTIFMENURUTALAT/METODEKONTRASEPSI
TAHUN2010


Sumber: Badan Kependudukan dan KB Nasional
Berdasarkan jenis kelamin, metode kontrasepsi yang digunakan oleh
pesertalakilakiadalahMOPdankondom(denganmengsumsikanbahwakondom
sebagian besar digunakan oleh lakilaki). Sedangkan metode kontrasepsi yang
digunakanperempuanadalahsuntik,pil,IUD,implan,danMOW.Dengandemikian
sebagian besar peserta KB aktif adalah perempuan yaitu sebesar 96,82% dan
3,18% lainnya adalah lakilaki. Terdapatnya kesenjangan yang tinggi antara laki
laki dan perempuan dalam partisipasi terhadap penggunaan metode/alat KB.
Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan partisipasi lakilaki
terhadappenggunaanmetode/alatKB.
Berdasarkanmetode kontrasepsi menurut provinsi,alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR/IUD) banyak digunakan di Provinsi Bali, DI Yogyakarta, dan DKI
Jakarta. Ketiga provinsi tersebut memiliki persentase jauh di atas angka ratarata
nasional (yang sebesar 11,03%) yaitu masingmasing sebesar 47,34%, 24,57%,
dan 21,33%. Sedangkan provinsi dengan peserta KB aktif yang banyak
menggunakan metode MOW adalah Sumatera Utara yaitu sebesar 7,71%. Rincian
persentase KB, baik peserta KB baru maupun peserta KB aktif menurut metode
kontrasepsidanprovinsiterdapatpadaLampiran4.6dan4.8.
Persentase tempat pelayanan peserta KB baru tahun 20072010 dapat
dilihatpadagambar4.22berikutini.


96

GAMBAR4.22
PERSENTASEPESERTAKBBARUMENURUTTEMPATPELAYANANKB
DIINDONESIATAHUN20062010


















Sumber: Badan Kependudukan dan KB Nasional
Sesuai data BKKBN, tempat pelayanan peserta KB baru pada tahun 2010
tidak jauh berbeda dengan tahuntahun sebelumnya. Sebagian besar peserta KB
baru memanfaatkan klinik KB pemerintah sebagai tempat pelayanan KB yaitu
sebesar 62,16%. Selain klinik KB pemerintah, bidan praktek swasta juga banyak
dimanfaatkanpesertaKBbarusebagaitempatpelayananKByaitusebesar30,28%.
Berdasarkan provinsi, terdapat 3 provinsi dengan pemanfaatan klinik KB
pemerintah sebagai tempat pelayanan KB lebih dari 90%, yaitu NTT (97,92%),
Sulawesi Barat (92,46%), dan NTB (90,66%). Sebaliknya, di Provinsi DKI Jakarta,
Bali,danDIYogyakarta,pemanfaatanklinikKBpemerintahsangatrendah,bahkan
kurang dari 40%.Ketiga provinsi tersebut lebih banyakmemanfaatkan pelayanan
KB swasta (klinik KB swasta, bidan praktek swasta, dan dokter praktek swasta).
Data lebih rinci proporsi KB Baru menurut tempat pelayanan KB dan provinsi
dapatdilihatpadaLampiran4.7.


3.PelayananImunisasi
Bayi dan anakanak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit
menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang
selaput otak, radang paruparu, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu
salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini
terlindungiadalahmelaluiimunisasi.
Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.
Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu
kuat,karenatubuhbelummempunyai"pengalaman."Tetapipadareaksiyangke2,
ke3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen
tersebutsehinggapembentukanantiboditerjadidalamwaktuyanglebihcepatdan


97

dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit
yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit
tersebut,atauseandainyaterkenapun,tidakakanmenimbulkanakibatyangfatal.
a.ImunisasiDasarpadaBayi
Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi dasar Lengkap)
pada bayi yang dicanangkan pemerintah meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4
dosispolio,4dosishepatitisB,dan1dosiscampak.
Di antara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi,
campakadalahpenyebabutamakematianpadabalita.Olehkarenaitupencegahan
campakmerupakanfaktorpentingdalammengurangiangkakematianbalita. Dari
beberapa tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah
satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Di
seluruhnegaraASEANdanSEARO,imunisasicampakdiberikanpadabayiumur9
11bulandanmerupakanimunisasiterakhiryangdiberikankepadabayidiantara
imunisasiwajiblainnya.
Pada tahun 2010, Indonesia telah mencapai cakupan imunisasi campak
sebesar 93,61%. Dengan demikian Indonesia telah mampu mencapai target
imunisasicampakyangtelahditetapkanolehWHO.Gambar4.23berikutiniadalah
petacakupanimunisasicampakmenurutprovinsitahun2010.
GAMBAR4.23
PERSENTASEPENCAPAIANIMUNISASICAMPAK
MENURUTPROVINSITAHUN2010


Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Dari 33 provinsi di Indonesia, 20 provinsi telah mencapai cakupan
imunisasi campak 90%, 10 provinsi mencapai cakupan 80% 90%, dan 4
provinsi lainnya masih di bawah 80%, bahkan ada yang baru mencapai cakupan
68,34%. Cakupan tertinggi dicapai Kep. Bangka Belitung, Jambi, NTB, dan DI
Yogyakarta yaitu masingmasing sebesar 100%. Sedangkan cakupan terendah
adalah di Papua Barat (68,34%), Papua (71,71%), dan Sumatera Barat (78,31%).
Data mengenai cakupan imunisasi dasar pada bayi menurut provinsi tahun 2010
terdapatpadaLampiran4.25.

98

Menurut hasil Riskesdas 2010, anak usia 1223 bulan yang mendapatkan
imunisasi campak sebesar 74,4%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah DI
Yogyakarta(96,4%),KepulauanRiau(92,1%),danSulawesiUtara(90%).
Pendidikan dan pengeluaran per kapita diduga berhubungan dengan
persentase anak umur 1223 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar termasuk
juga campak. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga maka semakin
tinggi pulacakupan imunisasi. Begitu pula denganpengeluaran rumah tangga per
kapita, bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita semakin tinggi pula
anakmendapatimunisasidasar.Terdapatperbedaanantaracakupandiperkotaan
dan di perdesaan, cakupan di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan untuk
semuajenisimunisasidasar.Tabel4.1berikutinimenjelaskanhubungantersebut.

TABEL4.1
PERSENTASEANAKUMUR1223BULANYANGMENDAPATKANIMUNISASIDASAR
MENURUTKARAKTERISTIKRESPONDEN,2010
Karakteristik responden
Jenis imunisasi
BCG Polio4 DPT-HB3 Campak
Tipe daerah
Perkotaan 85,3 73,4 67,9 78,6
Perdesaan 70,2 60,0 55,9 70,2
Pendidikan Kepala Keluarga
Tidak sekolah 63,9 50,9 43,7 56,3
Tidak tamat SD 66,5 54,2 51,5 65,0
Tamat SD 73,9 62,0 56,8 69,7
Tamat SMP 78,9 70,2 65,2 77,5
Tamat SMA 84,9 73,7 69,3 81,3
Tamat PT 91,5 80,5 74,1 85,5
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 67,9 54,7 51,7 65,0
Kuintil 2 76,0 64,5 59,1 71,4
Kuintil 3 81,2 72,4 66,9 77,8
Kuintil 4 82,3 73,3 68,2 80,8
Kuintil 5 90,9 78,8 72,5 86,3
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0 11
bulan).DesaUCImerupakangambarandesa/kelurahandengan80%jumlahbayi
yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam
waktusatutahun.TargetUCItahun2010menurutrenstraKementerianKesehatan
20102014adalah80%.Sedangkanstandarpelayananminimalmenetapkantarget
100%desa/kelurahanUCIpadatahun2010untuksetiapkabupaten/kota.
Gambar 4.24 berikut menyajikan persentase desa/kelurahan UCI di
Indonesia yang belum menunjukkan perkembangan yang bermakna selama enam
tahun terakhir. Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar


99

76,23%. Capaian ratarata desa/kelurahan UCI tahun 2010 sebesar 75,31%.
Provinsi dengan capaian desa/kelurahan UCI tertinggi tahun 2010 adalah DI
Yogyakarta(100%),Bali(99,72%),danDKIJakarta(99,25%).Sedangkanprovinsi
dengan cakupan desa/kelurahan UCI terendah adalah Papua Barat (40,05%),
Maluku Utara (50,63%), dan Aceh (52,67%). Rincian capaian desa/kelurahan UCI
menurutprovinsitahun20082010terdapatpadaLampiran4.24.
GAMBAR4.24
CAKUPANDESA/KELURAHANUCI
DIINDONESIATAHUN20042010

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Dari33provinsi,13diantaranyatelahmencapaitargetrenstratahun2010
cakupan desa/kelurahan UCI yaitu 80%. Terdapat 6 provinsi dengan cakupan
desa/kelurahanUCI<60%yaituAceh,Riau,SulawesiTengah,MalukuUtara,Papua
Barat,danPapua.
Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai
umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakitpenyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi dapat optimal. Namun kenyataannya, sebagian anak
tidakmendapatkanimunisasidasarsecaralengkap.Anakanakinilahyangdisebut
dengan drop out imunisasi. Imunisasi DPTHB1 adalah jenis imunisasi yang
pertama kali diberikan pada bayi. Sebaliknya, imunisasi campak adalah imunisasi
dasar yang terakhir diberikan pada bayi. Diasumsikan bayi yang mendapat
imunisasi campak telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Untuk itu maka
dropoutrateimunisasibayidihitungberdasarkanpersentasepenurunancakupan
imunisasicampakterhadapcakupanimunisasiDPTHb1.


100

DropoutratecakupanimunisasiDPTHb1campaktahun20062010dapat
dilihatpadaGambar4.25berikut:
GAMBAR4.25
ANGKADROPOUTCAKUPANIMUNISASIDPTHb1CAMPAKPADABAYI
DIINDONESIATAHUN20062010

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Selama lima tahun terakhir, angka drop out nasional semakin menurun
yaitudari9,3%padatahun2005menjadi4,8%padatahun2010.Provinsidengan
angka drop out imunisasi terendah adalah Jambi, DI Yogyakarta dan Bengkulu.
Sedangkan provinsi yang tertinggi adalah Papua Barat, Sulawesi Tenggara, dan
Sumatera Barat. Rincian angka drop out cakupan imunisasi DPTHb1campak
tahun2010menurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran4.28.

b.ImunisasipadaIbuHamil
Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut
Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus
Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan
salahsatupenyebabkematianbayidiIndonesia.
Masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah
daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih jauh dari kondisi
steril saat persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun
bayinyaterkenatetanus.
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program
eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil.
Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal
adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi
rutinTTyangtinggidanmerata;dan3)penyelenggaraansurveilans.
Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia
subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai


101

dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan
cakupanimunisasiTT2bumiljauhlebihrendahdaricakupanK4.
Gambar 4.26 memperlihatkan cakupan imunisasi TT2 selama tahun 2003
2007 yang cenderung menurun. Namun selama empat tahun terakhir terjadi
peningkatan cakupan imunisasi TT2+, dari 26% pada tahun 2007 menjadi 70%
padatahun2010danmerupakancakupantertinggisemenjaklimatahunterakhir.
GAMBAR4.26
CAKUPANTT2+PADAIBUHAMILDIINDONESIA
TAHUN20032010

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Pada tahun 2010, provinsi dengan cakupan ibu hamil yang mendapat
imunisasi TT2+ tertinggi adalah Provinsi Bali (103,44%), Jawa Barat (90,08%),
dan Banten (89,19%). Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Jawa
Timur(27,64%).
Berdasarkan hasil Riskesdas terdapat 47,2% ibu yang mendapat imunisasi
TT minimal 2 kali selama kehamilannya dengan rentang tertinggi dan terendah
antara71,4%dan22,8%.
Dari33provinsi,terdapat3provinsiyangmemilikicakupanlebihdari70%
yaitu Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah, dan Maluku. Sebanyak 12 provinsi
memiliki cakupan antara 50%70% dan sebagian besar lainnya (54%) masih
memiliki cakupan imunisasi TT2+ <50%. Berdasarkan tipe daerah, cakupan
imunisasi TT2+ pada ibu di perdesaan sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 49,8%
dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan (44,9%). Persentase ibu yang
mendapat suntikan TT selama kehamilan anak terakhir menurut provinsi
Riskesdas2010dapatdilihatpadalampiran4.31.
Beberapalangkahyangperlusegeradilakukanadalahsosialisasikeseluruh
petugas lapangan agar mengacu pada kriteria Antenatal Care (ANC) berkualitas,
yang salah satunya dengan imunisasi TT, dan semua sistem pencatatan dalam
pelaksanaan imunisasi TT WUS termasuk ibu hamil memakai sistem pencatatan
yangsama,yaituT1T5.

102

4.KetersediaanObat
Program peningkatan ketersediaan obat dan vaksin dilaksanakan
sebagaimanaamanatyangtertuangdalamInstruksiPresiden(Inpres)No.3tahun
2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Obat adalah salah satu
kebutuhan dasar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
merupakan barang publik yang perlu dijamin ketersediaannya dalam upaya
pemenuhan pelayanan kesehatan. Dalam rangka mendukung program tersebut
dilakukan pengadaan buffer stock obat untuk menjamin ketersediaan obat,
pemerataan pelayanan dan terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan
sampaikemasyarakat.
Dalamhalperencanaandanpenyusunankebutuhanobat(RKO)bufferstock
diperlukan data kebutuhan dari masingmasing kabupaten/kota. Dalam
perhitungan tersebut, tingkat kecukupan obat harus dapat tersedia untuk kurun
waktu minimal selama 18 bulan dengan asumsi 12 bulan untuk pemenuhan
kebutuhan obat selama 1 tahun anggaran dan 6 bulan untuk pemenuhan
kebutuhan selama waktu tunggu proses pengadaan obat di tahun anggaran
selanjutnya. Daftar obat yang disertakan dalam perhitungan tersebut terdiri dari
135 jenis obat dan 9 jenis vaksin sehingga didapat total ketersediaan untuk 144
jenisobatdanvaksinyangdirekapitulasiperkabupaten/kotadi33provinsisecara
nasional.
Pada Lampiran 4.43 dan 4.44 dapat dilihat kebutuhan obat berdasarkan
144 jenis obat dan vaksin dan tingkat ketersediaanya. Dari 144 jenis obat dan
vaksin hanya 8 jenis obat yang mencapai ketersediaan 50% atau lebih. Sebanyak
134 obat dan vaksin lainnya memiliki ketersediaan kurang dari 50%. Persentase
ketersediaan paling tinggi yaitu pada Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50ml
(ABU II) yaitu sebesar 77%, sementara obat dan vaksin yang lain memiliki
ketersediaan <60%. Padahal target renstra yang harus dicapai untuk indikator
ketersediaan obat pada tahun 2010 adalah 80%. Kedelapan jenis obat yang telah
mencapai 50% ketersediaan adalah Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml
(ABUII),AntiparkinsonDOENtabletkombinasi:Karbidopa25mg+Levodopa250
mg,Fenobarbitaltablet30mg,KetaminInjeksi10mg/ml,Klorpromazininjeksii.m
5mg/ml2ml(HCL),MagnesiumSulfatinj(IV)20%25ml,Primakuintablet15mg,
Reserpintablet0,10mg,danTriheksifenidiltablet2mg.

B.PELAYANANKESEHATANRUJUKAN
Beberapakegiatanpokokupayakesehatanperoranganyangdiuraikanpada
bab ini adalah peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan
bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit, cakupan pelayanan gawat
darurat,danlainlain.



103

1. IndikatorPelayananKesehatandiRumahSakit
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat
dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi
pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy
Rate/BOR), ratarata lama hari perawatan (Length of Stay/LOS), ratarata tempat
tidur dipakai (Bed Turn Over/BTO), ratarata selang waktu pemakaian tempat
tidur(TurnofInterval/TOI),persentasepasienkeluaryangmeninggal(GrossDeath
Rate/GDR)danpersentasepasienkeluaryangmeninggal48jamperawatan(Net
DeathRate/NDR).
Berdasarkan data Ditjen Bina Upaya Kesehatan, tingkat pemanfaatan
tempat tidur (BOR) di rumah sakit umum (yang dikelola Kementerian Kesehatan
dan Pemerintah Daerah) sampai tahun 2009 cenderung meningkat setiap
tahunnya walaupun pada tahun 20032006 belum mencapai angka ideal yang
diharapkan yaitu 6085%. Pada tahun 2007 dan 2008 BOR nasional telah
mencapai angka ideal. Namun pada tahun 2009 BOR mengalami penurunan yang
cukupbesar,dari79,8%padatahun2008turunmenjadi58,7%padatahun2009.
Dari33provinsi,sebanyak17provinsitelahmencapaiBORideal.Sementaratidak
ada satu provinsi pun yang memiliki BOR lebih tinggi dari 85%. Data tentang
pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit umum yang dikelola oleh swasta,
TNI/POLRI, dan BUMN lainnya tidak tersedia. Tingkat pemanfaatan tempat tidur
dirumahsakitsejaktahun20032009dapatdilihatpadaGambar4.27berikutini.
GAMBAR4.27
PENCAPAIANBORDANBTORSUKEMENKESDANPEMDA
DIINDONESIATAHUN20032009

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemenkes RI
Keterangan:
BOR = Bed Occupation Rate/persentase pemanfaatan tempat tidur
BTO = Bed Turn Over/rata-rata tempat tidur dipakai selama setahun
BTOadalahfrekuensipemakaiantempattidurpadasatuperiode(biasanya
satu tahun), berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur ratarata dipakai 4050 kali. Pada

104

tahun2009BTOrumahsakitbelummencapaiangkaideal,yaituhanyasebesar25
kali. Padahal selama dua tahun sebelumnya BTO di rumah sakit berada pada
kisaran 4050 kali. Pada tahun 2009, dari 31 provinsi yang menyampaikan data,
hanya 2 provinsi yang mencapai BTO ideal, yaitu Bali (45,7 kali) dan Jambi (43,4
kali).
LOS adalah ratarata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini di
samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS
yangidealantara69hari.Gambar4.28memperlihatkanratarataLOSnasionaldi
rumah sakit umum selama tahun 20032009 yang berkisar antara 45,3 hari dan
belum mencapai angka ideal. Berdasarkan provinsi, Kalimantan Barat memiliki
LOStertinggi(5,6hari)danKep.BangkaBelitungmemilikiLOSterendah(3,1hari).
GAMBAR4.28
PENCAPAIANLOSDANTOIRUMAHSAKITDIINDONESIA
TAHUN20032009

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemenkes RI
Keterangan:
LOS = Length of Stay/rata-rata hari rawat seorang pasien
TOI = Turn over Interval/rata-rata tempat tidur tidak dipakai antar dua episode pemakaian
Indikator pelayanan rumah sakit yang lain adalah turn over interval (TOI).
TOI adalah ratarata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
digunakan sampai saat digunakan kembali (ratarata lama tempat tidur kosong
antar pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisipadakisaran13hari.Selamatahun20032009TOIdirumahsakitberkisar
antara2,96,3hari.Hanyapadatahun2007dan2008TOImencapaiangkaideal1
3hari.Padatahun2009angkaTOItempattidurrumahsakitdiIndonesiamemiliki
selangwaktu6,3haritempattidurtidakterisi.Berdasarkanprovinsi,hanyaBali(2
hari)danJambi(2,6hari)yangmemilikiTOIideal.
GDRadalahangkakematianumumuntuksetiap1.000penderitakeluardari
rumah sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit


105

darimasuksampaimeninggal.NilaiidealGDRadalah<45per1.000pasienkeluar.
Padatahun2010angkaGDRdiIndonesiasebesar38,8kematianper1.000pasien
keluar rumah sakit. Dari 31 provinsi yang menyampaikan laporan, 6 provinsi
memiliki GDR > 45 per 1.000 pasien keluar, yaitu Sulawesi Barat (62), Sumatera
Barat(58,1),SulawesiSelatan(48,9),Maluku(48,2),DIYogyakarta(46),danRiau
(45,1).
GAMBAR4.29
PENCAPAIANGDRDANNDRPER1.000PASIENKELUARRUMAHSAKIT
DIINDONESIATAHUN20052010

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemenkes RI
Keterangan:
NDR = Net Death Rate (per 1.000 pasien keluar)
GDR = Gross Death Rate (per 1.000 pasien keluar)
NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat 48 jam per 1.000
pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah
sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam
berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi
meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal kurang dari 48 jam masa
perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang
menjadi penyebab utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per
1.000 pasien keluar. NDR sejak tahun 2005 hingga 2010 berada pada kisaran 18
23,6 per 1.000 pasien keluar. Dengan demikian NDR telah mencapai angka ideal
yaitu<25per1.000pasienkeluar.

2.PelayananJaminanKesehatanMasyarakat
TujuanpenyelenggaraanJaminanKesehatanMasyarakat(Jamkesmas)yaitu
untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh
masyarakatmiskindanhampirmiskinagartercapaiderajatkesehatanmasyarakat
yang optimal secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan
angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping
dapat terlayaninya kasuskasus kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya.

106

Program ini telah berjalan enam tahun, dan telah memberikan banyak manfaat
bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir
miskindipuskesmasdanjaringannyasertapelayanankesehatandirumahsakit.
PelaksanaanprogramJamkesmas2010merupakankelanjutanpelaksanaan
tahun2009denganpenyempurnaandanpeningkatanterhadapaspekkepesertaan,
pelayanan kesehatan, pendanaan dan organisasi manajemen. Penyelenggarannya
diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas melalui Keputusan Menteri
KesehatanRINomor:686/Menkes/SK/VI/2010tanggal2Juni2010.
KepesertaanJamkesmas2010tetapberjumlah76.400.000jiwamasyarakat
sangat miskin, miskin dan tidak mampu yang terdiri atas 73.726.290 jiwa
kepesertaan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota dan selebihnya
adalahpesertadiluarSKBupati/Walikota,meliputi:gelandangan,pengemis,anak
terlantar, panti sosial, penghuni rutan/lapas, korban bencana pasca tanggap
darurat, peserta program keluarga harapan (PKH), dll yaitu sebanyak 2.673.710
jiwa.
Sejak tahun 2005 hingga 2007 sasaran Jamkesmas terus bertambah.
Sedangkansejaktahun2007sampai2009denganjumlahsasarantetapyaitu76,4
juta jiwa. Provinsi dengan jumlah sasaran terbesar adalah Jawa Tengah, Jawa
Barat, dan Jawa Timur. Gambar 4.30 berikut ini menyajikan realisasi program
JPKMtahun20052010.
GAMBAR4.30
REALISASIPROGRAMJPKM
TAHUN20052010

Sumber:PusatPembiayaandanJaminanKesehatan,KemenkesRI
Pada tahun 2010, terdapat 36,23 juta kunjungan peserta jamkesmas ke
pelayanan kesehatan rawat jalan, meliputi 31,49 juta kunjungan rawat jalan
tingkat pertama dan 4,74 juta kunjungan rawat jalan tingkat lanjut. Jumlah
kunjungan rawat jalan pada tahun 2010 relatif lebih tinggi bila dibandingkan
dengan tahuntahun sebelumnya. Sedangkan pemanfaatan rawat inap pada
pesertajamkesmaspadatahun2010sebesar2,1jutakunjunganmeliputi1,19juta


107

kunjunganrawatinaptingkatpertamadan0,91jutakunjunganrawatinaptingkat
lanjut.
Bila dilihat dari pengelompokan umur, peserta Jamkesmas terbanyak
adalahpadausiaremaja(1115tahunsebesar10,22%)kemudiansecaraproporsi
menurun di kelompok usia yang lebih tua lalu meningkat kembali pada kelompok
umur 76 tahun (2,97%) seperti terlihat pada gambar 2 dan rincian angka pada
tabel 2. Hal ini menunjukkan bahwa Jamkesmas mencakup perlindungan kepada
kelompok rentan dan beresiko tinggi dalam kesehatan. Kelompok sasaran dari
pencapaiantargetMDGsbidangkesehatansepertiibuhamil,bayidananakbalita
serta kelompok lanjut usia pada kelompok masyarakat miskin dan mendekati
miskin telah dilindungi haknya oleh pemerintah untuk mendapat kepastian
jaminankesehatanmelaluiprogramJamkesmas.
GAMBAR4.31
JUMLAHPESERTAJAMKESMASMENURUTKELOMPOKUMUR
DANJENISKELAMINTAHUN2010

Sumber:PusatPembiayaandanJaminanKesehatan,KemenkesRI

Berdasarkan jenis kelamin, tidak ada perbedaan signifikan jumlah peserta


jamkesmas pada lakilaki dan perempuan. Perbedaan proporsi yang paling besar
terjadi pada kelompok umur 7174 tahun dengan perbedaan 9% dan pada
kelompokumur75tahunyaitusebesar8%.

C.PENCEGAHANDANPEMBERANTASANPENYAKIT
1.PengendalianPenyakitPolio
Pada tahun 1988, sidang ke41 WHA (World Health Assembly) telah
menetapkan program eradikasi polio secara global (global polio eradication
initiative) yang ditujukan untuk mengeradikasi penyakit polio pada tahun 2000.
KesepakataninidiperkuatolehsidangWorldSummitforChildrenpadatahun1989,
di mana Indonesia turut menandatangani kesepakatan tersebut. Eradikasi dalam
halini bukan sekedarmencegah terjadinyapenyakit polio,melainkan mempunyai
artiyanglebihluaslagi,yaitumenghentikanterjadinyatransmisiviruspolioliardi
seluruhdunia.

108

Pengertian Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus polio liar
indigenous selama 3 tahun berturutturut di suatu region yang dibuktikan dengan
surveilans AFP yang sesuai standar sertifikasi. Dasar pemikiran Eradikasi Polio
adalah:
1. Manusiasatusatunyareservoirdantidakadalongtermcarrierpadamanusia.
2. Sifatviruspolioyangtidaktahanlamahidupdilingkungan.
3. Tersedianya vaksin yang mempunyai efektivitas > 90% dan mudah dalam
pemberian.
4. Layakdilaksanakansecaraoperasional.
Di Indonesia, selama 10 tahun terakhir tidak ditemukan kasus AFP yang
disebabkan virus Polio liar. Surveilans AFP di Indonesia dilaksanakan sejak
pertengahan tahun 1995. Pencapaian kinerja sampai tahun 2002 berfluktuasi,
namun sejak adanya tenaga khusus (surveillance officer) di tingkat provinsi,
pencapaiankinerjamenunjukkanpeningkatanyangcukupbermakna.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan
melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan
surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasuskasus Acute Flaccid Paralysis
(AFP) kelompok umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari
kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan
pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan
surveilans AFP pada penduduk <15 tahun selama tahun 2003 2010, secara
nasionaldiperolehgambaransepertiterlihatpadaGambar4.32berikutini.
GAMBAR4.32
PERSENTASEHASILPENGIRIMANSPESIMENADEKUAT
DANNONPOLIOAFPRATETAHUN20032010


Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans,
akandilakukanpemeriksaan spesimentinjauntuk mengetahui ada tidaknyavirus
Polio liar yang menyerang masyarakat. Gambar 4.32 menunjukkan bahwa
persentasespesimenadekuatyangdikirimuntukpemeriksaanvirusPoliosemakin


109

meningkat, dengan demikian hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin
mewakilikondisidilapangan.
Target untuk non Polio AFP rate ditetapkan sebesar 2 per 100.000 anak
umur < 15 tahun. Sedangkan untuk standar spesimen adekuat adalah >80%,
artinya minimal 80% spesimen tinja penderita harus sesuai dengan persyaratan
yaitu diambil 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 08C sampai di
laboratorium. Dengan demikian sejak tahun 2003 hingga 2010 spesimen adekuat
telahsesuaistandar,kecualipadatahun2006yangmencapai79,1%.
Provinsi yang telah memenuhi target non polio AFP rate 2 per 100.000
anak umur < 15 tahun dan spesimen adekuat sesuai standar dapat dilihat pada
Gambar4.33berikutini.
GAMBAR 4.33a
NON POLIO AFP RATE/ 100.000 ANAK UMUR < 15 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
GAMBAR 4.33b
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

2.PengendalianTBParu
Tujuan utama pengendalian TB Paru pada Millenium Development Goals
(MDGs) adalah: 1) menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015; 2)
menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi
setengahnyapadatahun2015dibandingkantahun1990;3)sedikitnya70%kasus
TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TBParu dengan
pengawasanlangsungolehPengawasMenelanObat(PMO);dan4)sedikitnya85%
tercapaisuccesrate.
DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan
pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses
penyembuhan TB Paru dapat berlangsung secara cepat. DOTS menekankan
pentingnya pengawasan terhadap penderita TB Paru agar menelan obat secara
teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS
direkomendasikanolehWHOsecaraglobaluntukmenanggulangiTB Paru.Karena
menghasilkanangkakesembuhanyangtinggiyaitumencapai95%.






110

a. ProporsiPasienTBParuBTAPositifdiantaraSuspekyangdiperiksa
UpayaPemerintahdalammenanggulangiTBParusetiaptahunnyasemakin
menunjukkankemajuan.Halinidapatterlihatdarimeningkatnyajumlahpenderita
yangditemukandandisembuhkansetiaptahun.
Gambar 4.34 memperlihatkan persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek
TBParuselamatahun20052010.SelamaenamtahunterakhirpersentaseTBParu
BTA+ terhadap suspek TB Paru tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 13,01%
danterendahterjadipadatahun2008(10,5%).
GAMBAR4.34
PERSENTASEBTAPOSITIFTERHADAPSUSPEK
TAHUN20052010

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Menurut standar, persentase BTA+ diperkirakan 10% dari suspek yang
diperkirakandimasyarakatdengannilaiyangditoleransiantara515%.Bilaangka
ini terlalu besar (> 15%) kemungkinan disebabkan kriteria pada penjaringan
suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek atau
ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Sedangkan bila
angka ini terlalu kecil (< 5%) kemungkinan disebabkan kriteria yang digunakan
penjaringan terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium
(negatif palsu). Dengan demikian, sejak tahun 20052010 persentase BTA+
terhadapsuspekmasihdalambatasyangditolerir.Berarti,kriteriayangdigunakan
dalam penjaringan suspek cukup baik dan petugas kesehatan mampu
mendiagnosiskasusBTA+sesuaistandardankriteria.
Untuk hasil proporsi pasien TB Paru BTA Positif di antara suspek yang
diperiksamenurutprovinsitahun2010dapatdilihatpadaGambar4.35berikutini.



111

GAMBAR4.35
PERSENTASEPASIENTBPARUBTA+TERHADAPSUSPEKYANGDIPERIKSADAHAKNYA
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI
SebagianbesarprovinsimencapaipersentasepasienTBParuBTA+diantara
suspek yang diperiksa sebesar 515% yaitu sebanyak 30 provinsi. Sedangkan
provinsidenganpersentasepasienTBParuBTA+terhadapsuspek yangdiperiksa
>15%sebanyak3provinsiyaituMalukuUtara,KepulauanRiau,danDKIJakarta.

b. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (Case Detection Rate/CDR) dan Angka
KeberhasilanPengobatan(SuccessRate/SR)
AngkapenemuankasusTBParuBTA+memperlihatkanpenemuanTBParu
BTA+ terhadap jumlah perkiraan TB Paru. Gambar 4.36 menyajikan
kecenderungan angka penemuan kasus baru (Case Detection Rate). Selama tahun
20002010,CDRmengalamipeningkatanyangberarti,dari20%padatahun2000
menjadi 78,3% pada tahun 2010 yang sekaligus merupakan capaian tertinggi
selama 11 tahun terakhir. Sementara standar CDR TB Paru sebesar 70%. Dengan
demikian sejak tahun 2006 sampai 2010 (kecuali tahun 2007) Indonesia telah
mampumencapaidanmempertahankantargettersebut.Targetrenstrayangingin
dicapai untuk indikator penemuan kasus baru tahun 2010 adalah 73%. Hal
tersebutberarti,capaiannasionaltahun2010yangsebesar78,3%telahmencapai
targetrenstra.


112

GAMBAR4.36
PERSENTASEPENEMUANKASUSBARUDAN
KEBERHASILANPENGOBATANTBPARU
DIINDONESIATAHUN20002010

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Keberhasilan pengobatan TB paru ditentukan oleh kepatuhan dan
keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Angka
keberhasilanpengobatansemenjak20002009telahmencapaitargetkeberhasilan
pengobatan yangdistandarkan oleh WHO yaitu minimal85%. Bahkanpadatahun
2009keberhasilanpengobatantelahmencapai91,2%.
Angka keberhasilan pengobatan penderita pada tahun 2010 (penderita
yangdiobatitahun2009)menurutprovinsidapatdilihatpadagambarberikut:
GAMBAR4.37
PERSENTASEKEBERHASILANPENGOBATANPENDERITATBPARU(SUCCESSRATE)
TAHUN2010(PENGOBATAN2009)MENURUTPROVINSI

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Terdapat27dari33provinsi(82%)provinsidenganpenderitayangdiobati
tahun 2009 telah berhasil mencapai target keberhasilan pengobatan 85% pada
TARGET SUCCESS
RATE : 85%


113

tahun2010.Provinsi dengancapaian SRtertinggiyaituMaluku(96,9%), Sulawesi
Utara (96,1%), dan Sumatera Utara (96,1%). Terdapat 6 provinsi yang belum
mencapai target SR 85% yaitu Papua Barat, Papua, Kepulauan Riau, Riau, DI
Yogyakarta,danMalukuUtara.
3.PengendalianPenyakitISPA
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyebab kematian
terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui
hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi, diketahui
bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia,
yaitu sebesar 22,30% dari seluruh kematian bayi. Survei yang sama juga
menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada
anak balita yaitu sebesar 23,60%. Studi mortalitas pada Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi (post neonatal) karena
pneumoniasebesar23,8%danpadaanakbalitasebesar15,5%.
Program Pengendalian Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu Pneumonia dan bukan Pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat
beratnya penyakit yaitu Pneumonia berat dan Pneumonia tidak berat. Penyakit
batukpileksepertirinitis,faringitis,tonsilitisdanpenyakitjalannapasbagianatas
lainnya digolongkan sebagai bukan Pneumonia. Etiologi dari sebagian besar
penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut
harusmendapatantibiotik.
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang
ditemukanharus ditatalaksana sesuai standar,dengan demikian angkapenemuan
kasuspneumoniajugamenggambarkanpenatalaksanaankasusISPA.
Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita pneumonia pada
balita hingga saat ini masih belum mencapai target, seperti tampak pada Gambar
4.38berikutini.
GAMBAR4.38
CAKUPANPENEMUANPENDERITAPNEUMONIAPADABALITA
DIINDONESIATAHUN20052010

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI

114

Ratarata cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun 2010 sebesar
23%, yang berarti masih jauh dari target tahun 2010 yang sebesar 60%. Provinsi
dengancakupantertinggiadalahNTB(64,49%),KalimantanSelatan(49,60%)dan
JawaBarat(48,65%).
Cakupan penemuan penderita pneumonia tetap rendah sejak tahun 2005
hingga 2010. Hambatan yang ditemui dalam meningkatkan cakupan penemuan
Pneumoniabalitadipuskesmasyaitu:
a. Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA di poliklinik belum
terlatihkarenaketerbatasandanadanmutasipetugasyangtinggi.
b. Manajemendata:
Under reported karena kerancuan antara diagnosa kerja dan klasifikasi
ISPA(Pneumonia,PneumoniaBerat,BatukBukanPneumonia/ISPAbiasa),
sehinggabanyakkasuspneumoniadimasukkankedalamISPAbiasa.
Keterlambatanpelaporansecaraberjenjang
c. Pengendalian pneumonia balita masih berbasis Puskesmas. Data kasus
pneumonia belum mencakup RS pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan
saranakesehatanlain.
d. Di beberapa Kabupaten dan Provinsi masih terjadi kesalahan perhitungan
targetcakupan.

4.PenanggulanganPenyakitHIV/AIDSdanPMS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit
HIV/AIDS di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga
diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang
dilanjutkandengankegiatankonseling.
Upayapenemuanpenderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap
darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular
Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan
suntikan (IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali
dilakukanpenelitianpadakelompokberisikorendahsepertiiburumahtanggadan
sebagainya.HasilpelaksanaansurveilansHIV/AIDSselamadelapantahunterakhir
terlihatpadaTabel4.2berikutini.



115

TABEL4.2
PENEMUANPENDERITAHIV/AIDSDIINDONESIA
TAHUN20032010
Tahun Pengidap HIV Penderita AIDS Penderita AIDS
Meninggal
Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif
2003 168 2.72 316 1.487 261 479
2004 649 3.369 1.195 2.682 361 740
2005 875 4.244 2.638 5.321 592 1.332
2006 986 5.23 2.873 8.194 539 1.871
2007 836 6.066 2.947 11.141 498 2.369
2008 4.969 16.11 993 3.362
2009 6.015 3.863 19.973 484 3.846
2010 4.158 24.131 693 4.539
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Dalam perjalanan penyakit HIV dikenal istilah window period (periode
jendela) yaitu 12 minggu sejak virus masuk dalam tubuh sampai terbentuk
antibodi. Sering terjadi salah pengertian dimana dianggap tidak terinfeksi virus
HIV (pemeriksaan saat ini tidak/belum mendeteksi adanya antibodi), padahal
periode jendela ini sangatpotensial dalam menularkan virus karena saat ini virus
berkembang biak sangat cepat. Pada kelompok demikian, dianjurkan memeriksa
ulang12minggukemudian.

5.PengendalianPenyakitDemamBerdarahDengue(DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering
menimbulkankejadianluarbiasa(KLB)diIndonesia.
Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu: 1)
peningkatan kegiatan surveilanspenyakit dansurveilans vektor;2) diagnosis dini
dan pengobatan dini; dan 3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular
penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor ini yaitu dengan pemberantasan
sarangnyamuk(PSN)danpemeriksaanjentikberkala.KeberhasilankegiatanPSN
antaralaindapatdiukurdenganAngkaBebasJentik(ABJ).
Metode yang tepat guna untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus
menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta
kegiatankegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes
berkembangbiak.
Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vektor
melalui PSN3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah

116

DBD. Oleh karena itu pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan
kepedulianmasyarakatmerupakansalahsatualternatifpendekatanbaru.
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh
petugas kesehatan maupun juru/ kader pemantau jentik (Jumantik/Kamantik).
Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan
terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.
Sejak tahun 2004 hingga saat ini hanya beberapa provinsi yang melaporkan data
ABJ,halinidikarenakankegiatanPemantauanJentikBerkala(PJB)belummenjadi
prioritaskegiatanprogramdisebagianbesarwilayah.
Sejak tahun 2004 dilakukan suatu pendekatan sosial budaya setempat
yaitu suatu metode komunikasi/penyampaian informasi/pesan yang berdampak
padaperubahanperilakudalampelaksanaanPSNDBD(MetodeCommunicationfor
Behavioral Impact/COMBI). Pada tahun 2007 pelaksanaan PSN dengan metode
COMBI telah dilaksanakan di 4 (empat) kota yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Timur,
Padang dan Yogyakarta. Pada tahun 2008 dilaksanakan di 5 (lima) kota yaitu
JakartaSelatan,KotaBandung,Kab.Tangerang,KotaSemarangdanKotaSurabaya.
Pada tahun 2009 dilaksanakan di 5 kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota
Bogor, Kota Batam dan Kota Mataram. Tahun 2010 dilaksanakan juga di 5 (lima)
kotayakniKotaSamarinda,KotaPontianak,KotaMetroLampung,KotaDenpasar
danKotaManado.
Angka bebas jentik tahun 20052010 yang dilaksanakan pemantauan di 5
kotadiperlihatkanGambar4.39berikutini.
GAMBAR4.39
ANGKABEBASJENTIKDIINDONESIA
TAHUN20052010

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Gambar di atas memperlihatkan angka bebas jentik menurun pada tahun
2009 namun kembali meningkat pada tahun 2010 yaitu sebesar 81,4%. Dengan
demikian capaian angka bebas jentik tahun 2010 sudah mencapai target yang
harus dicapai pada tahun 2010 ( 60%). Data angka bebas jentik tersebut
diperoleh dari beberapa laporan atau survei di beberapa kota saja sehingga tidak
mewakili keadaan di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan
TARGET 2010 60%


117

optimalisasi/revitalisasi kembali kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di
seluruhpuskesmasdiIndonesia.
6.PengendalianPenyakitMalaria
Di Indonesia kejadian penyakit malaria dan terjadinya Kejadian Luar Biasa
malaria sangat berkaitan erat dengan beberapa hal sebagai berikut: 1) Adanya
perubahan lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan nyamuk
penular malaria; 2) Mobilitas penduduk yang cukup tinggi; 3) Perubahan iklim
yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari musim kemarau; 4) Krisis
ekonomiyangberkepanjanganmemberikandampakpadadaerahdaerahtertentu
dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga lebih rentan
untuk terserang malaria; 5)Tidak efektifnya pengobatan karena terjadi
Plasmodiumfalciparumresistenklorokuindanmeluasnyadaerahresisten,serta6)
Menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya
penanggulanganmalariasecaraterpadu.
Penggalakkan pemberantasan malaria melalui gerakan masyarakat yang
dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak Malaria telah
dicetuskanpadatahun2000.Gerakaninimerupakanembriopengendalianmalaria
yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan Ayo Berantas
Malaria.
PengendalianmalariadiIndonesiayangtertuangdalamKeputusanMenteri
KesehatanRepublikIndonesiaNomor293/MENKES/SK/IV/2009tanggal28April
2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara
bertahap sampai tahun 2030. Sasaran wilayah eliminasi dilaksanakan secara
bertahapsebagaiberikut:
a. Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Pulau Bali, dan pulau Batam pada
tahun2010;
b. PulauJawa,ProvinsiNAD,danProvinsiKepulauanRiaupadatahun2015;
c. PulauSumatera(KecualiProvinsiNADdanPropinsiKepulauanRiau),Provinsi
NTB,PulauKalimantan,danPulauSulawesipadatahun2020;dan
d. Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Maluku, Provinsi NTT dan
ProvinsiMalukuUtara,padatahun2030.
e. PersentasePenderitaMalariayangDiobati
Persentase penderita malaria yang diobati merupakan persentase penderita
malaria yang diobati sesuai pengobatan standar dalam kurun waktu 1 tahun
dibandingkan dengan tersangka malaria dan atau positif malaria yang datang ke sarana
pelayanan kesehatan.

118

Persentase penderita malaria yang diobati sejak tahun 2003 hingga 2010 sebesar
100%, berarti semua penderita tersangka malaria dan/atau positif malaria yang datang
ke sarana kesehatan diobati sesuai pengobatan standar.
f. PencapaianPemeriksaanSediaanDarah(KonfirmasiLaboratorium)
Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua penderita
klinis malaria dilakukan pemeriksaan sediaan darahnya. Dari tahun 20002010
pemeriksaan sediaan darah terhadap jumlah malaria klinis cenderung meningkat
secarasignifikanyaitupadatahun2005sebesar47%sedangkanpadatahun2010
meningkat menjadi 63%. Cakupan konfirmasi laboratorium/mikroskop malaria
tahun2005sampai2010dapatdilihatpadaGambar4.40berikutini.
GAMBAR4.40
CAKUPANKONFIRMASILABORATORIUM/MIKROSKOPMALARIA
TAHUN20052010

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

7.PengendalianPenyakitKusta
Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus penyakit kusta,
digunakanangkaproporsicacattingkatII(cacatakibatkerusakansyarafdancacat
terlihat). Tingginya proporsi cacat tingkat II menunjukkan keterlambatan dalam
penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja petugas yang rendah dalam
menemukankasussertapengetahuanmasyarakatyangrendah.
Penderita cacat tingkat II selama tahun 20042007 relatif stabil (8,6%
8,7%), namun pada tahun 2008 hingga 2010 berangsur meningkat yaitu menjadi
10,79%padatahun2010sepertiyangdiperlihatkanpadaTabel4.3.Proporsicacat
tingkat II hingga tahun 2010 belum mencapai target program yaitu < 5%. Hal itu
berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus ditemukan terlambat
sehinggapadasaatpenemuanpenderitasudahmengalamicacattingkatII.



119

TABEL4.3
HASILPEMERIKSAANPENDUDUK,PENEMUANKASUSBARU(NCDR)
DANPENDERITACACATTINGKATIIDIINDONESIATAHUN20042010
Tahun
SuspekPositif NCDR PenderitaCacat
TingkatII(%)
PB MB (per100.000penduduk)
2004 3.615 12.957 7,8 8,6
2005 4.056 15.639 8,9 8,7
2006 3.55 14.75 8,3 8,6
2007 3.643 14.083 7,8 8,6
2008 3.113 14.328 7,41 9,6
2009 2.958 14,277 7,1 10,27
2010 3,278 13,734 7,22 10,71
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller, NCDR = New Case Detection Rate

8.PengendalianPenyakitFilariasis
Program eliminasi filariasis di Indonesia dilaksanakan atas dasar
kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The Global Goal of Elimination of
Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem the year 2020 yang merupakan
realisasidariresolusiWHApadatahun1997.
ProgramEliminasiinidilaksanakanmelaluiduapilarkegiatanyaitu:
1. Pemberianobatmassalpencegahan(POMP)filariasiskepadasemuapenduduk
di kabupaten/kota endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB
dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun,
gunamemutuskanrantaipenularan.
2. Tatalaksanakasusklinisfilariasisgunamencegahdanmengurangikecatatan.
ImplementationUnit(IU)yangdigunakandalamprogrameliminasifilariasis
sejaktahun2005adalahKabupaten/Kota.Satuanwilayahterkecildalamprogram
iniadalahkabupaten/kota,baikuntukpenentuanendemisitasmaupunpemberian
obat massal pencegahan (POMP) filariasis. Bila suatu kabupaten/kota sudah
endemisfilariasis,makakegiatanPOMPfilariasisharussegera dilaksanakanuntuk
memutus rantai penularan, dengan sasaran pemberian obat adalah semua
pendudukdikabupaten/kotatersebutkecualianakberumur<2tahun,ibuhamil,
orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan
akut,danbalitadenganmarasmus/kwasiorkordapatditundapengobatannya.
Kegiatan tatalaksana kasus klinis filariasis harus dilakukan pada semua
penderita. Tatalaksana ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan
penderita dan agar penderita menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap
penderita dibuatkan status rekam medis yang disimpan di Puskesmas, dan
mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 6 kali dalam setahun.
Persentase penatalaksanaan kasus klinis filariasis tahun 20052010 terlihat pada
Gambar4.41berikutini.

120

GAMBAR 4.41
PERSENTASE PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS
TAHUN 2005-2010

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Darigambardiatasterlihatbahwakegiatanpenatalaksanaankasuskronis
filariasis dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada pada tahun 2010
penanganan kasus kronis meningkat menjadi 5.170 kasus (43.2%). Diharapkan
padatahuntahunselanjutnyakasuskronisfilariasisyangditatalaksanameningkat
lagisebagaimanayangditargetkanyaitusebesar90%.
Belum semua kabupaten/kota yang dapat melakukan POMP Filariasis
dengan sasaran seluruh penduduknya disebabkan oleh beberapa hal, salah
satunya adalah karena besarnya biaya operasional yang harus disediakan serta
belum semua pemerintah daerah mempunyai komitmen untuk melakukan POMP
filariasistersebut.

GAMBAR4.42
JUMLAHKABUPATEN/KOTAYANGMELAKUKAN
PEMBERIANOBATMASSALPENCEGAHAN(POMP)FILARIASIS
DIINDONESIATAHUN20052010

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Sejak tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan POMP Filariasis setiap tahunnya. Namun, pada tahun 2010 terjadi
penurunan jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan POMP Filariasis yakni
hanya88kabupatenatau25%darikabupaten/kotaendemisfilariasis.Penurunan
jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan POMP Filariasis ini disebabkan oleh


121

beberapa hal, diantaranya tidak tersedianya biaya operasional POMP Filariasis di
daerahdanketerlambatanobattibadikabupaten/kota.
Kabupaten/kota yang merupakan endemis filariasis, kabupaten/kota yang
melaksanakan MDA, dan kabupaten/kota yang sudah selesai melaksanakan MDA
dapatdilihatpadaGambar4.43dibawahini.
GAMBAR4.43
KABUPATEN/KOTAENDEMISFILARIASISYANGMELAKSANAKAN
PENGOBATANMASSALDIINDONESIA,TAHUN2010


Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Cakupan pengobatan massal filariasis di Indonesia tahun 20052010 dapat
dilihatpadaGambar4.44berikutini.

GAMBAR4.44
CAKUPANPENGOBATANMASSALFILARIASIS
DIINDONESIA,TAHUN20052010


Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Pada tahun 2010, target pengobatan massal adalah 56 juta penduduk,
sedangkanrealisasinyaadalah22.052.622(39.4%).CakupanPOMPFilariasispada
tahun 2010 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya seperti
terlihat pada Gambar 4.41. Hal itu terjadi karena adanya keterlambatan proses
pengadaan dan distribusi obat. Oleh karena itu perlu dilakukan advokasi terus
menerus kepada pemangku kepentingan di kabupaten/kota untuk mendapatkan

122

komitmen dan kesinambungan alokasi penganggaran dalam upaya mencapai
tujuaneliminasifilariasisdiIndonesiatahun2020.


9.SurveilansVektor
Salahsatukegiatanyangharusdiperhatikandalamsurveilansvektoradalah
monitoring resistensi vektor terhadap insektisida yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi Dinas Kesehatan serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam kebijakan
pengendalianvektordilapangan.
Pengendalian vektor yang dilakukan oleh swasta serta pemakaian
insektisida rumah tangga merupakan permasalahan tersendiri yang tidak bisa
diabaikan, karena penggunaan di masyarakat tidak terpantau yang akan dapat
mempercepat terjadinya resistensi. Pengendalian vektor saat ini identik dengan
penggunaan insektisida, meskipun upaya pengendalian dengan metode lain juga
perlu dipertimbangkan. Dengan kondisi seperti itu, maka pengawasan atau
monitoring terhadap penggunaan insektisida dan dampaknya perlu dilakukan
agarhasilnyatetapefektif.
Permenkes Nomor: 374/Menkes/Per/III/2010 tentang pengendalian
vektor ini, memuat pedoman pengendalian vektor terpadu (PVT), peralatan dan
bahan surveilans vektor serta peralatan dan bahan pengendalian vektor.
Pengendalian vektor terpadu merupakan suatu pendekatan yang menggunakan
kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta
denganmempertimbangkankesinambungannya.
Subdit Pengendalian Vektor juga telah membentuk Komisi Ahli (KOMLI).
Komisi Ahli pengendalian vektor merupakan kumpulan para ahli dalam bidang
epidemiologi,lingkungan,kimia,entomologi,sumberdayatenagakesehatanserta
bahan dan peralatan pengendalian vektor. KOMLI pengendalian vektor
merupakan lembaga independen yang berfungsi untuk memberikan masukan,
sarandanpertimbanganpertimbangandalamprogrampengendalianvektor.

Salah satu indikator rencana strategik yang telah ditetapkan pada tahun
2010 adalah persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pemetaan vektor.
Hasil yang dicapai sampai tahun 2010 adalah 120 kabupaten/kota telah
melakukanmappingvektor(26,09%).Angkatersebutmasihdibawahtargetyang
ditetapkanyakni30%.

A. MonitoringdanSurveilansVektorMalaria
UjiKerentanan
Monitoring resistensi insektisida vektor malaria dari tahun 20072010
ditunjukkan pada Gambar 4.45 yang menggambarkan daerah yang toleran
terhadap insektisida yang digunakan dalam program pengendalian malaria.


123

Daerahdaerah yang toleran tersebut yaitu Aceh (An. subpictus toleran terhadap
lambdacyhalothrin0,05%), Gorontalo (An. aconitus toleran terhadap bendiocarb
0,1%)danNTT(An.barbirostristoleranterhadapbendiocarb0,1%).Daerahyang
toleran tersebut harus segera dilakukan rotasi insektisida dalam program
pengendalianpenyakitmalaria.
GAMBAR4.45
PETAMONITORINGRESISTENSIINSEKTISIDAVEKTORMALARIA
TAHUN20072010

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

VektorPenyakitMalaria
Sampaidengantahun2008jumlahvektorpenyakitmalariayangtercatatdi
Subdit Pengendalian Vektor dan diambil dari berbagai sumber sebanyak 25
spesies seperti terlihat pada gambar 4.46. Akhirakhir ini di beberapa daerah
seperti Provinsi NTT, Kab. Purworejo, dan Kab. Sukabumi ditemukan An. vagus
positif parasit malaria, padahal dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan
An. vagus lebih menyukai darah binatang dibandingkan dengan darah manusia.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui
kemungkinantelahterjadiperubahanbionomik.


124

GAMBAR4.46
PENYEBARANVEKTORMALARIADINDONESIA

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI



Keterangan:
1.An.aconitus 7.An.koliensis 13.An.minimus 19.An.vagus
2.An.balabacensis 8.An.letifer 14.An.nigerrimus 20.An.umbrosus
3.An.bancrofti 9.An.leucosphyrus 15.An.punctulatus 21.An.tesellatus
4.An.barbirostris 10.An.karwari 16.An.sinensis 22.An.parangensis
5.An.farauti 11.An.Ludlowi 17.An.subpictus 23.An.kochi
6.An.flavirostris 12.An.maculates 18An.sundaicus 24.An.ludlowi
25.An.annullaris

B. VektorPenyakitFilaria
Vektor filariasis di Indonesia teridentifikasi 4 genera nyamuk yaitu Culex,
Anopheles, Mansonia dan Aedes. Genera terakhir (Aedes) merupakan vektor
filariasisdiPapua.BrugiatimorimerupakanfilariasisyanghanyaadadiIndonesia
tepatnya di Propinsi NTT, sedangkan Brugia malayi dan Wuchereria bancrofti
menyebardihampirseluruhprovinsi.
GAMBAR4.47
PETAVEKTORFILARIASISDIINDONESIA

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI





125

C. MonitoringdanSurveilansVektorDBD
Peta monitoring resistensi insektisida vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) dari tahun 20042009 dapat dilihat pada Gambar 4.48. Pada gambar
tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa daerah yang telah resisten
terhadap Malation 0,8% dan Cypermethrin 0,05%. Provinsi Kalimantan Tengah,
Sulawesi Selatan, Bali, dan NTB toleran terhadap Malation 0,8% dan
Cypermethrin 0,05%. Oleh karena itu sangat diperlukan rotasi insektisida dalam
programpengendalianpenyakitDBD.
GAMBAR4.48
PETAMONITORINGRESISTENSIINSEKTISIDAVEKTORDEMAMBERDARAHDENGUE(DBD)
TAHUN20042009.

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

D.PERBAIKANGIZIMASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani
permasalahangiziyangdihadapimasyarakat.Berdasarkanpemantauanyangtelah
dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada
kelompok masyarakat antara lain anemia gizi besi, kekurangan vitamin A, dan
gangguanakibatkekuranganyodium.
1. PemberianTabletTambahDarahpadaIbuHamil(Fe)
Anemiagizi adalah kekurangankadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb
tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan
zatbesi(Fe)hinggadisebutanemiakekuranganzatbesiatauanemiagizibesi.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi
terutama anemia gizi besi. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2001, prevalensi anemia ibu hamil sebesar 40,1% dan pada tahun 2007
turun menjadi 24,5% (Riskesdas, 2007). Namun demikian keadaan ini
mengindikasikan bahwa anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan

126

masyarakat. Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini terfokus pada
pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil mendapat tablet
tambahdarah90tabletselamakehamilannya.
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) selama
limatahunterakhirdapatdilihatpadagambarberikutini.
GAMBAR4.49
PERSENTASEIBUHAMILYANGMENDAPATTABLETFE
TAHUN20062010

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI
Pada Gambar 4.49 terlihat bahwa cakupan ibu hamil yang mendapatkan
tablet tambah darah (Fe3) selama tahun 20062008 cenderung turun, namun
mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2010 terdapat
71,2%ibuhamilyangmendapatkantabletFesebanyak90tablet.Sebarancakupan
pemberiantabletFe3padaibuhamilmenurutprovinsidapatdilihatpadaGambar
4.50berikutini.
GAMBAR4.50
PERSENTASEIBUHAMILYANGMENDAPATTABLETTAMBAHDARAH(FE3)
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI


127


Provinsi dengan cakupan ibu hamil yang mendapat Fe3 tertinggi adalah
Provinsi Kep. Bangka Belitung (94,1%), Riau (91,9%), dan Bali (90%). Sedangkan
cakupan terendah adalah di Provinsi Papua (22,6%), Papua Barat (27,9%), dan
MalukuUtara(32,3%).
Cakupanpemberiantablettambahdarahterkaiteratdenganantenatalcare
(ANC). Pada tahun 2010 cakupan kunjungan K4 pada ibu hamil sebesar 85,56%
sementara cakupan ibu hamil yang mendapat Fe3 sebesar 71,2%. Padahal salah
satu kriteria K4 adalah ibu hamil tersebut mendapatkan tablet Fe sebanyak 90
tablet yang diindikasikan dengan besarnya cakupan Fe3. Oleh karena itu
seharusnya cakupan Fe3 lebih besar atau sama dengan cakupan K4. Namun yang
terjadi sebaliknya, cakupan ibu hamil yang mendapat Fe3 lebih rendah
dibandingkan dengan cakupan K4. Faktor yang diduga menyebabkan hal tersebut
adalah belum optimalnya koordinasi sistem pencatatan dan pelaporan antar
programterkait.
Hallainyangperludiperhatikanadalahkepatuhanibuhamilmenelantablet
Fe.Walaupundaripelaporandihasilkanbahwacakupanibuhamil yangmendapat
tablet Fe3 cukup baik namun jika tidak dikonsumsi oleh ibu hamil maka efek
minum tablet Fe yang diharapkan tidak akan tercapai. Secara umum derajat
kesehatanyang diharapkanmeningkatpunakanterhambat.Hasil Riskesdas2010
menggambarkan persentase ibu yang melaporkan minum tablet Fe pada
kehamilanbalitaterakhirsepertidapatdilihatpadagambar4.51berikutini.
GAMBAR4.51
PERSENTASEIBUYANGMELAPORKANMINUMTABLETFE
PADAKEHAMILANBALITATERAKHIR
MENURUTJUMLAHHARIMINUMTAHUN2010

Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010

Gambar di atas memperlihatkan bahwa ibu yang minum tablet Fe pada
kehamilan balita terakhir sebanyak 90 tablet atau lebih hanya sebesar 18%.
Terdapat 36,3% ibu yang minum tablet Fe 030 tablet pada kehamilan balita
terakhirdan19,3%yangtidakminumtabletFepadakehamilanbalitaterakhir.



128

2. PemberianKapsulVitaminA

Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan
prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A
dosistinggiterbuktiefektifuntukmengatasimasalahkekuranganvitaminA(KVA)
pada masyarakat apabila cakupannya tinggi. Buktibukti lain menunjukkan
peranan vitamin A dalam menurunkan secara bermakna angka kematian anak,
maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya pemberian vitamin A saat ini
lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak.
Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, serta
meningkatkan daya tahan tubuh. Anakanakyang mendapatcukupvitamin A, bila
terkenadiare,campakataupenyakitinfeksilain,makapenyakitpenyakittersebut
tidakmudahmenjadiparah,sehinggatidakmembahayakanjiwaanak.
Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 611
bulan) diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak balita (umur 14 tahun)
diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A
200.000SI,sehinggabayinyaakanmemperolehvitaminAyangcukupmelaluiASI.
Pada bayi (611 bulan) diberikan setahun pada bulan Februari atau Agustus dan
untuk anak balita enam bulan sekali, yang diberikan secara serentak pada bulan
Februari dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas,
diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas.
Namun dapat pula diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas tersebut
belummendapatkankapsulvitaminA.
Persentase cakupan pemberian vitamin A balita dan ibu nifas selama 4
tahunterakhirdapatdilihatpadaGambar4.52berikutini.
GAMBAR4.52
PERSENTASEBALITADANIBUNIFASYANGMENDAPATKAPSULVITAMINA
TAHUN20072010

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI

Cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan balita empat tahun terakhir
sudah menunjukkan angka diatas 80%. Namun cakupan tahun 2010 merupakan


129

yangpalingrendahselamaempattahunterakhirbaikvitaminApadabayimaupun
pada anak balita. Cakupan vitamin A pada ibu nifas masih di bawah 80%,
walaupun demikian ada kecenderungan cakupannya makin meningkat selama
empat tahun terakhir. Dengan demikian masih diperlukan upayaupaya untuk
meningkatkan cakupan tersebut, antara lain melalui peningkatan integrasi
pelayanan kesehatan ibu nifas, sweeping pada daerah yang cakupannya masih
rendah,dankampanyepemberiankapsulvitaminA.
Masalah vitamin Apada balitasecaraklinissudahtidakmerupakan masalah
kesehatan masyarakat (prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi
mikrodi10kotapada10provinsitahun2006,diperolehprevalensixeropthalmia
pada balita 0.13% menurun secara bermakna bila dibandingkan hasil survey
vitaminAtahun1992menunjukkanprevalensixeropthalmiasebesar0,33%.
Namun demikian kekurangan vitamin A (KVA) subklinis, yaitu tingkat yang
belum menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas terutama
kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan
memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Di samping itu sebaran
cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang di
bawah 80%. Dengan demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita dan ibu
nifas masih perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata dan
mencegahkebutaan,danlebihpentinglagi,vitaminAmeningkatkankelangsungan
hidupanak,kesehatandanpertumbuhananak.
Gambar berikut menyajikan persentase balita yang mendapat kapsul
vitaminAmenurutprovinsi.
GAMBAR4.53
PERSENTASEBALITAYANGMENDAPATKAPSULVITAMINA
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI

130


Hasil laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2010, cakupan pemberian
kapsul vitamin A pada balita sebesar 81,47%. Provinsi dengan cakupan tertinggi,
adalah Jawa Tengah (98,58%), Bali (95,13%), dan DI Yogyakarta (92,72%).
Sedangkanprovinsidengan cakupanpemberianvitaminA terendah adalahPapua
(34,87%),Maluku(40,20%),danPapuaBarat(41,90%).
Persentase ibu nifas yang mendapat vitamin A menurut provinsi dapat
dilihatpadagambar4.54berikutini.
GAMBAR4.54
PERSENTASEIBUNIFASYANGMENDAPATKAPSULVITAMINA
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI



Dari 30 provinsi yang melapor cakupan pemberian kapsul vitamin A pada
ibu nifas tahun 2010 sebesar 72,46%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah
Kep. Bangka Belitung (91,74%), Jawa Tengah (91,72%), dan Bali (91,44%).
Sedangkan provinsi dengan cakupan ibu nifas yang terendah adalah Sumatera
Utara (5,58%), Papua (13,71%), dan Papua Barat (39,79%). Provinsi Lampung,
Jawa Timur, dan Sumatera Utara tidak tersedia datanya. Rincian cakupan
pemberian vitamin A pada bayi 05 bulan, anak balita, dan ibu nifas menurut
provinsidapatdilihatpadaLampiran4.20.

3. CakupanPemberianASIEksklusif

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui
bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan
menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat


131

makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembangnya.
Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama
masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya peraturan
perundangan tentang pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi,
sosialisasi,advokasi,dankampanyeterkaitpemberianASImaupunMPASI,masih
kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI & MPASI dan belum
optimalnya pembinaan kelompok pendukung ASI dan MPASI. Gambar 4.55
berikutinimenyajikancakupananakusia05bulanyangmendapatASIeksklusif.
GAMBAR4.55
CAKUPANASIEKSKLUSIFPADABAYI05BULAN
MENURUTPROVINSITAHUN2009

Sumber: BPS, Susenas 2009

Berdasarkan Susenas 2009 terdapat 61,3% bayi usia 05 bulan yang
mendapat ASI eksklusif dengan rentang terendah dan tertinggi antara 48,8%
sampai 78,3%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat,
Bengkulu, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Provinsi dengan cakupan
terendahadalahJawaTimur,JawaTengah,danAceh.Padagambar diatasterlihat
bahwa provinsi yang berada di kawasan timur Indonesia memiliki cakupan ASI
eksklusif pada bayi usia 05 bulan relatif lebih tinggi dibandingkan di kawasan
JawaBali.
Persentase pola menyusui pada bayi usia 05 bulan menurut kelompok
umurdapatdilihatpadatabelberikutini.


132

TABEL4.4
PERSENTASEPOLAMENYUSUIPADABAYIUSIA05BULAN
MENURUTKELOMPOKUMURTAHUN2010
Kelompok
Umur
PolaMenyusui
Menyusuieksklusif
Menyusui
predominan
Menyusuiparsial
0bulan 39,8 5,1 55,1
1bulan 32,5 4,4 63,1
2bulan 30,7 4,1 65,2
3bulan 25,2 4,4 70,4
4bulan 26,3 3,0 70,7
5bulan 15,3 1,5 83,2
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Keterangan:
Menyusuieksklusif=tidakmemberibayimakananatauminumanlainselainASI
Menyusuipredominan=menyusuibayitetapipernahmemberikansedikitairatauminumanberbasis
air,misalnyateh,sebagaimakanan/minumanprelaktealsebelumASIkeluar
Menyusuiparsial=menyusuibayisertadiberikanmakananbuatanselainASI,baiksusuformula,
buburataumakananlainnyasebelumbayiberumurenambulan,baik
diberikansecarakontinyumaupundiberikansebagaimakananprelakteal

Semakin tinggi usia bayi pemberian ASI eksklusif semakin rendah.


Sebanyak 39,8% bayi usia 0 bulan mendapatkan ASI eksklusif. Sedangkan pada
bayi usia 5 bulan hanya 15,3% yang masih diberikan ASI eksklusif. Begitu pula
halnya dengan pola menyusui predominan, semakin menurun persentasenya
seiring meningkatnya usia bayi. Sebaliknya pada bayi dengan pola menyusui
parsial, semakin tinggi usia bayi semakin tinggi juga persentase bayi dengan pola
menyusui parsial. Bahkan pada kelompok bayi usia 0 bulan, 55,1% di antaranya
telahdiberimakananselainASI.
Tabel 4.5 memperlihatkan karakteristik pola menyusui pada bayi usia 05
bulan. Berdasarkan jenis kelamin, bayi lakilaki 05 bulan lebih banyak yang
mendapatkan ASI eksklusif yaitu sebesar 29% dibandingkan dengan bayi
perempuan 05 bulan yang sebesar 25,4%. Bayi 05 bulan yang tinggal di
perdesaanlebihbanyakmendapatASIeksklusifyaitusebesar29,3%dibandingkan
denganyangtinggaldiperkotaan(25,2%).
Berdasarkan pendidikan kepala keluarga, bayi 05 bulan dengan kepala
keluarga tidak sekolah atau tidak tamat SD lebih banyak yang mendapatkan ASI
eksklusif yaitu masingmasing 34,5% dan 31,4%. Sedangkan bayi 05 bulan
dengan kepala keluarga berpendidikan perguruan tinggi yang mendapatkan ASI
aksklusifsebesar22,4%.Berdasarkanpengeluaranrumahtanggaperkapitabayi0
5 bulan yang berasal dari kuintil 1 adalah yang paling besar proporsi mendapat
ASI eksklusif yaitu sebesar 34,7%. Sebaliknya, bayi 05 bulan yang berasal dari
kuintil tertinggi (kuintil 5) yang paling sedikit mendapatkan ASI eksklusif yaitu
sebesar17,5%.



133

TABEL4.5
PERSENTASEPOLAMENYUSUIPADABAYIUSIA05BULAN
MENURUTKARAKTERISTIKTAHUN2010

Menyusuieksklusif Menyusuipredominan Menyusuiparsial


Lakilaki 29,0 10,5 60,6
Perempuan 25,4 11,7 62,9
Perkotaan 25,2 10,5 64,3
Perdesaan 29,3 11,5 59,2
Tidakpernahsekolah 34,5 5,5 60,0
TidaktamatSD 31,4 10,0 58,6
TamatSD 26,5 12,0 61,5
TamatSMP 29,5 8,6 61,9
TamatSMA 24,6 13,7 61,6
TamatPT 22,4 9,7 67,9
Kuintil1 34,7 9,9 55,4
Kuintil2 30,5 11,3 58,1
Kuintil3 26,6 10,4 63,0
Kuintil4 19,9 14,6 65,5
Kuintil5 17,5 8,7 73,8
TempatTinggal
PendidikanKK
PengeluaranRTperkapita
Karakeristik
PolaMenyusi
JenisKelamin

Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Di sisi lain promosi dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu
formula yang kadang sulit untuk dikendalikan. Masih banyak Rumah Sakit (RS)
yangbelummendukungpeningkatanpemberianASIeksklusif,yangdapatditandai
dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya, dan belum atau
masihrendahnyamelakukaninisiasimenyusuidini(IMD)sertamasihberedarnya
susuformuladilingkunganRS.
UpayaterobosanyangperludilakukanuntukmeningkatkanpemberianASI
eksklusif antara lain melalui upaya peningkatan pengetahuan petugas tentang
manfaat ASI eksklusif, penyediaan fasilitas menyusui di tempat kerja,
peningkatkanpengetahuandanketerampilanibu,peningkatandukungankeluarga
danmasyarakatsertaupayauntukmengendalikanpemasaransusuformula.Selain
itu perlu juga penerapan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui
(LMKM) di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang melakukan kegiatan
persalinan.
Sepuluh langkah tersebut meliputi : 1) membuat kebijakan tentang
menyusui; 2) melatih staf pelayanan kesehatan; 3) KIE kepada ibu hamil tentang
manfaat dan manajemen menyusui; 4) membantu ibu untuk IMD dalam 60 menit
pertama persalinan; 5) membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan
menyusuimeskipunibudipisahdaribayinya;6)memberikanASIsajakepadabayi
baru lahir kecuali ada indikasi medis; 7) menerapkan rawat gabung ibu dengan
bayinyasepanjangwaktu(24jam);8)menganjurkanmenyusuisesuaipermintaan

134

bayi; 9) Tidak memberi dot kepada bayi; dan 10) mendorong pembentukan
kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut
setelahkeluardarisaranapelayanankesehatan.

4. CakupanPenimbanganBalitadiPosyandu(D/S)
Cakupanpenimbanganbalitadiposyandu(D/S)merupakanindikatoryang
berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan
kesehatan dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang
padabalita.SemakintinggicakupanD/S,seyogyanyasemakintinggipulacakupan
vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan diharapkan semakin rendah
prevalensigizikurang.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2010 cakupan
penimbangan balita di posyandu sebesar 67,87%. Target renstra yang ingin
dicapai adalah 65% pada tahun 2010. Berarti persentase kunjungan balita yang
ditimbangdiposyandusecaranasionalsudahmencapaiterget.Dari33provinsi,16
provinsidiantaranya(48,5%)telahmencapaitarget.Cakupanpenimbanganbalita
diposyandumenurutprovinsitahun2010dapatdilihatpadaGambar4.56berikut
ini.
GAMBAR4.56
PERSENTASEKUNJUNGANBALITAYANGDITIMBANGDIPOSYANDU(D/S)
MENURUTPROVINSI2010


Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI

CakupanpenimbanganbalitadiposyanduyangtertinggiadalahdiProvinsi
Sulawesi Utara (84,89%), Jawa Tengah (82,54%), dan Jawa Timur (77,70%).
TARGET RENSTRA 2010
D/S : 65%


135

SedangkancakupanterendahadadiProvinsiPapua(31%),PapuaBarat(33,23%)
danKalimantanTimur(35,96%).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan secara nasional cakupan penimbangan
anak umur 659 bulan pada 6 bulan terakhir sebesar 76,3%. Gambar 4.57
memperlihatkan bahwa sebagian besar provinsi telah mencapai target cakupan
D/S65%padatahun2010,yaitusebanyak21provinsi(63,6%).
GAMBAR4.57
PERSENTASEPENIMBANGANANAKUMUR659BULANSELAMA6BULANTERAKHIR(D/S)
MENURUTPROVINSITAHUN2010

Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Berdasarkan umur anak, semakin tinggi umur anak, persentase
penimbangan selama 6 bulan terakhir semakin rendah. Pada anak umur 611
bulan persentase penimbangan mencapai 90,3%. Namun, pada anak umur 4859
bulan persentase penimbangan mencapai 66,2%. Berdasarkan tipe daerah, anak
umur659bulanyangtinggaldiperkotaanlebihbanyakyangditimbangselama6
bulanterakhir,yaitusebesar81%dandiperdesaansebesar71,2%.
Berdasarkan pendidikan, semakin tinggi pendidikan kepala keluarga
semakin tinggi juga capaian penimbangan anak umur 611 bulan selama 6 bulan
terakhir.Padaanakumur611bulandengankepalakeluargatidaksekolah66,7%
di antaranya melakukan penimbangan pada 6 bulan terakhir. Sedangkan pada
anak umur 611 bulan dengan kepala keluarga berpendidikan perguruan tinggi
82,2% di antaranya dilakukan penimbangan. Begitu juga dengan tingkat
pengeluaran rumah tangga perkapita, Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah
tangga perkapita semakin tinggi juga persentase penimbangan anak umur 611
bulanpada6bulanterakhir.
Berdasarkan tempat penimbangan, secara nasional sebagian besar anak
umur 659 bulan selama 6 bulan terakhir ditimbang di Posyandu yaitu sebesar
80,6%. Di Gorontalo, Maluku Utara, NTB, dan DI Yogyakarta lebih dari 90% anak
umur 659 bulan ditimbang di Posyandu. Sedangkan persentase anak umur 659
bulanyangditimbangdiRSselama6bulanterakhirtertinggiyaitudiProvinsiDKI
Jakarta(14,6%),KalimantanTengah(10,3%),danKalimantanTimur(10%).


136

E.PELAYANANKESEHATANDALAMSITUASIBENCANA
BencanadiIndonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana
lingkunganhidupdanbencanaalam.Bencanalingkunganhidupterjadiakibatdari
kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan
danlahan,kecelakaanindustri,tumpahanminyakdilaut;sedangkanbencanaalam
terjadisebagaiakibataktivitaslapisan/kerakbumi/fenomenaalamsepertigempa
bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang
kejadiannya sulit diprediksi. Jumlah korban dan pengungsi berdasarkan jenis
bencana dan keadaan korban selama tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 4.58
berikutini.
GAMBAR4.58
JUMLAHKORBANBERDASARKANKEADAANKORBANTAHUN2010

Sumber: Pusat Penanggulangan Krisis Kemenkes RI
Berdasarkan hasil pemantauan Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian
Kesehatan pada tahun 2010, banjir merupakan bencana yang paling banyak
melanda provinsi di Indonesia yaitu sebanyak 27 provinsi. Jumlah korban akibat
bencana banjir selama tahun 2010 sebanyak 33 meninggal, 59 luka berat yang
memerlukan rawat inap, 26.565 luka ringan/rawat jalan, 12 korban hilang, dan
sebanyak90.604pengungsi.
Bencana alam yang menelan korban yang paling banyak adalah letusan
gunung berapi, yang terjadi di 4 provinsi. Jumlah korban akibat letusan gunung
berapi selama tahun 2010 sebanyak 382 meninggal, 2.787 luka berat yang
memerlukan rawat inap, 63.286 luka ringan/rawat jalan, 4 korban hilang, dan
sebanyak 428.159 pengungsi. Namun bencana yang paling banyak menyebabkan
korban meninggal adalah gempa dan tsunami yang mengakibatkan 509 korban
meninggal.Rinciankejadianbencanamenurutjenisdanjumlahkorbanpadatahun
2010dapatdilihatpadaLampiran4.42.
DemikiangambaranmengenaisituasiupayakesehatandiIndonesiasampai
dengantahun2010.


***

139

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam


penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan
diulas dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
danpembiayaankesehatan.

A.SARANAKESEHATAN
Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi: puskesmas, rumah
sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan
BersumberdayaMasyarakat(UKBM),saranaproduksidandistribusikefarmasiandan
alatkesehatan,sertainstitusipendidikantenagakesehatan.

1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas merupakan
salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas
sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem
pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib dan beberapa upaya
kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan,
kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas
memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat
pemberdayaanmasyarakat;3)pusatpelayanankesehatanmasyarakatprimer;dan4)
pusatpelayanankesehatanperoranganprimer.
JumlahpuskesmasdiIndonesiayangtercatatsampaidenganakhirtahun2010
sebanyak 9.005 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.920 unit dan
puskesmasnonperawatansebanyak6.085unit.Salahsatuindikatoryangdigunakan
untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio
puskesmas per 100.000 penduduk. Dalam kurun waktu 2006 hingga 2010, rasio ini
menunjukkan adanya peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada
tahun 2006 sebesar 3,61, pada tahun 2010 meningkat menjadi 3,79, seperti terlihat
padaGambar5.1berikutini.


140

GAMBAR5.1
RASIOPUSKESMASPER100.000PENDUDUKTAHUN20062010

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI


Rasio puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi menunjukkan
bahwarasiotertinggipadatahun2010adalahdiProvinsiPapuaBarat,yaitusebesar
13,94, sedangkan rasio terendah di Provinsi Banten, yaitu sebesar 2,04. Gambaran
rasio puskesmas menurut provinsi pada tahun 2010 terdapat pada Gambar 5.2.
Sedangkan rincian jumlah dan rasio puskesmas per 100.000 penduduk menurut
provinsipadatahun2010terdapatpadaLampiran5.1.

GAMBAR5.2
RASIOPUSKESMASPER100.000PENDUDUKTAHUN2010

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI

Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di


puskesmas, beberapa puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya
menjadi puskesmas perawatan. Jumlah puskesmas perawatan pada tahun 2009
sebanyak 2.704unitmeningkat menjadi 2.920 unitpada tahun 2010. Perkembangan
jumlah puskesmas perawatan dan non perawatan pada tahun 20062010 dapat

141

dilihat pada Gambar 5.3. Rincian mengenai jumlah puskesmas perawatan dan non
perawatanmenurutprovinsiterdapatpadaLampiran5.2.
GAMBAR5.3
JUMLAHPUSKESMASPERAWATANDANNONPERAWATAN
TAHUN20062010

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI

Untukmeningkatkanjangkauanpelayananpuskesmasterhadapmasyarakatdi
wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa
puskesmas pembantu (pustu). Jumlah pustu pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak
23.049 unit dengan rasio pustu terhadap puskesmas 2,6. Rincian jumlah pustu per
provinsitahun2010terdapatpadaLampiran5.2.

2. RumahSakit
Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif,
di dalamnya jugaterdapatpembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Rumahsakitmerupakanpelayanankesehatanpadamasyarakatyangbergerakdalam
kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana
pelayanankesehatanrujukan.
Pada tahun 2010 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.632 unit, yang
terdiri atas rumah sakit umum (RSU) berjumlah 1.299 unit dan rumah sakit khusus
(RSK) berjumlah 333 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh Kementerian
Kesehatan, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, TNI/POLRI,
kementerianlain/BUMNsertasektorswasta.
Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah
rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Selama 5 tahun
terakhir, jumlah rumah sakit meningkat sebesar 26,32% yaitu dari 1.292 unit pada
tahun2006menjadi1.632unitpadatahun2010.

142

Tabel5.1berikutmenampilkanperkembanganjumlahrumahsakit(umumdan
khusus) di Indonesia tahun 20062010. Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada
tahun2010menurutpengeloladanprovinsiterdapatpadaLampiran5.3.
TABEL5.1
PERKEMBANGANJUMLAHRUMAHSAKIT(UMUM&KHUSUS)
DIINDONESIATAHUN20062010
No Pengelola/Kepemilikan 2006 2007 2008 2009 2010
1 KementerianKesehatandan
PemerintahProvinsi/
Kabupaten/Kota
464 477 509 552 585
2 TNI/POLRI 112 112 112 125 131
3 BUMN/KementerianLain 78 78 78 78 78
4 Swasta 638 652 673 768 838
Jumlah 1.292 1.319 1.372 1.523 1.632
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI

Selamakurunwaktu5tahunterakhir(20062010)jumlahrumahsakitumum
baik yang dikelola oleh institusi pemerintah maupun sektor swasta mengalami
peningkatan, pada tahun 2006 terdapat 1.012 unit menjadi 1.299 unit pada tahun
2010. Jumlah rumah sakit umum di Indonesia menurut pengelola dapat dilihat pada
Lampiran5.4.PerkembanganRSUdiIndonesiaselama5tahunterakhirdapatdilihat
padaGambar5.4berikutini.
GAMBAR5.4
PERKEMBANGANJUMLAHRUMAHSAKITUMUM
DIINDONESIATAHUN20062010
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Dari rumah sakit umum yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan
pemerintah daerah menunjukkan bahwa sebagian besar tergolong RSU kelas C. Dari

143

jumlah506RSU,terdapat250unit(49,41%)kelasC,126unit(24,90%)kelasD,120
unit (23,72%) kelas B, dan 10 unit (1.98%) kelas A. Gambar 5.5 berikut ini
menyajikanpersentaseRSUmenurutkelas.
GAMBAR5.5
PERSENTASERUMAHSAKITUMUM
MILIKKEMENTERIANKESEHATANDANPEMERINTAHDAERAHMENURUTKELAS
TAHUN2010

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI

Terdapat 10 RSU milik Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah yang


termasukkelasA,yangterdapatdi9kotayaituMedan,Palembang,Jakarta,Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Informasi lebih rinci
mengenai jumlah RSU yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan pemerintah
daerahmenurutkelasrumahsakitdanprovinsiterdapatpadaLampiran5.5.
Jumlah rumah sakit khusus (RSK) baik milik pemerintah maupun swasta
dalamkurunwaktutahun20062010menunjukkanadanyapeningkatan.Padatahun
2006terdapat280unitrumahsakitkhusus,meningkatmenjadi333unitpadatahun
2010.PerkembanganjumlahRSKselama5tahunterakhirdapatdilihatpadaGambar
5.6.


144

GAMBAR5.6
PERKEMBANGANJUMLAHRUMAHSAKITKHUSUS
DIINDONESIATAHUN20062010

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI

SebagianbesarrumahsakitkhusustersebutadalahRSIbudanAnaksebanyak
107 unit, RS Bersalin sebanyak 65 unit, dan RS Jiwa sebanyak 51 unit, seperti dapat
dilihatpadaGambar5.7.Jumlahrumahsakitkhususbesertajumlahtempattidurnya
tahun20062010terdapatpadaLampiran5.6.
GAMBAR5.7
JUMLAHRUMAHSAKITKHUSUS(RSK)DIINDONESIATAHUN2010

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI

Jumlah dan rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dapat
digunakan untuk menggambarkan kemampuan rumah sakit tersebut dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk sebagai sarana
pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah tempat tidur pada rumah sakit umum dan
rumah sakit khusus dalam 5 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan.
GambaranpeningkatantersebutdapatdilihatpadaGambar5.8dibawahini.

145

GAMBAR5.8
PERKEMBANGANJUMLAHTEMPATTIDUR
RUMAHSAKITUMUM(RSU)DANRUMAHSAKITKHUSUS(RSK)
DIINDONESIATAHUN20062010

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI

Rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dari tahun 20062010
juga mengalami peningkatan, rasio pada tahun 2006 sebesar 63,25 naik menjadi
69,97 per 100.000 penduduk pada tahun 2010. Gambar 5.9 menyajikan jumlah
tempattidurdanrasiotempattidurper100.000pendudukdirumahsakitpadatahun
20062010.
GAMBAR5.9
JUMLAHTEMPATTIDURRUMAHSAKITDAN
RASIONYAPER100.000PENDUDUKTAHUN20062009

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI

Proporsitempattidurdirumahsakitumumdanrumahsakitkhususmenurut
kelas perawatan menunjukkan gambaran bahwa sebagian besar adalah Kelas III,

146

yaitu sebesar 39,5%, diikuti oleh Kelas II sebesar 20,2% dan Kelas I sebesar 10,6%.
Selaintigajeniskelasperawatantersebut,terdapatkelasVIPsebesar7,5%dantanpa
kelas sebesar 22,1%. Rincian mengenai jumlah dan persentase tempat tidur di RSU
danRSKmenurutjeniskelasperawatandanprovinsiterdapatpadaLampiran5.7.

3. SaranaProduksidanDistribusiSediaanFarmasidanAlatKesehatan
Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan
kesehatan.Aksesterhadapobatterutamaobatesensialmerupakansalahsatuhakasasi
manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi
pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Sebagai
komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan
mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu
upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga ke tangan konsumen adalah
menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga
keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga
pengelolayangterlatih.
Instalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian dan alat
kesehatanyangadaditingkatprovinsidankabupaten/kota,sebagaisaranapengadaan,
penerimaan,penyimpanan,pendistribusian,pengendalian,administrasidanpelaporan
serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Sampai dengan
tahun 2010 jumlah instalasi farmasi secara nasional adalah 490 unit, rincian menurut
provinsidapatdilihatpadaGambar5.10.
GAMBAR5.10
JUMLAHINSTALASIFARMASITAHUN2010

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI

Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan


Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini

147

bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
penyalahgunaansediaanfarmasidanalatkesehatanataupenggunaanyangsalah/tidak
tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak
prosesproduksi,distribusihinggapenggunaannyadimasyarakat.
Jumlah sarana produksi dan distribusi yang tersebar di 33 provinsi
menggambarkan variasi sarana di bidang farmasi dan alat kesehatan memiliki
disparitas jumlah yang masih relatif tinggi antara wilayah Indonesia bagian Barat,
TengahdanTimur.Kebanyakansaranabaikproduksimaupundistribusiberlokasidi
Indonesia bagian Barat yaitu di Pulau Sumatera dan Jawa. Sebanyak 94,25% sarana
produksi dan 75,12% sarana distribusi tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa.
Kenyataan ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk
mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat
kesehatan terutama di Indonesia bagian Timur sehingga terjadi pemerataan jumlah
sarana tersebut di seluruh Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka
akses terhadap keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan
yangdimaksudantaralainIndustriFarmasi,IndustriObatTradisional(IOT),Industri
Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan dan
RumahTangga(PKRT)danIndustriKosmetik.Selamakurunwaktu5tahunterakhir,
sejak tahun 2006 hingga 2010 terlihat adanya kecenderungan peningkatan jumlah
sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.11. Jumlah sarana produksi di Indonesia pada tahun 2010 dirinci menurut
provinsidapatdilihatpadaLampiran5.8.
GAMBAR5.11
JUMLAHSARANAPRODUKSIKEFARMASIANDANALATKESEHATAN
TAHUN20062010

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI

Sementara yang termasuk sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan


antara lain Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat, Penyalur Alat

148

Kesehatan (PAK) dan Sub serta Cabang Penyalur Alat Kesehatan (Sub/Cab PAK).
Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan selama lima tahun terakhir
(20062010) terdapat pada Gambar 5.12. Jumlah sarana distribusi di Indonesia pada
tahun2010dirincimenurutprovinsidapatdilihatpadaLampiran5.9.
GAMBAR5.12
JUMLAHSARANADISTRIBUSIKEFARMASIANDANALATKESEHATAN
TAHUN20062010

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI

4. UpayaKesehatanBersumberdayaMasyarakat
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan
menerapkanberbagaipendekatan,termasukdidalamnyadenganmelibatkanpotensi
masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan pengembangan
masyarakat. Langkah tersebut tercermin dalam pengembangan sarana Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). UKBM di antaranya terdiri dari Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di Desa Siaga,
TanamanObatKeluarga(Toga),danPosObatDesa(POD).
Salah satu jenis UKBM yang telah lama dikembangkan dan mengakar di
masyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan
dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana,perbaikangizi,imunisasi,danpenanggulangandiare.Dalamrangkamenilai
kinerja dan perkembangannya, posyandu diklasifikasikan menjadi 4 strata, yaitu
PosyanduPratama,PosyanduMadya,PosyanduPurnamadanPosyanduMandiri.Pada
tahun 2009 terdapat 266.827 posyandu, dengan demikian maka rasio posyandu
terhadap desa/kelurahan sebesar 3,55 posyandu per desa/kelurahan. Informasi
selengkapnya mengenai rasio posyandu menurut provinsi pada tahun 2009 dapat
dilihatpadaGambar5.13berikutini.


149

GAMBAR5.13
RASIOPOSYANDUTERHADAPJUMLAHDESA/KELURAHANMENURUTPROVINSI
TAHUN2009

Sumber: Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI

Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang


dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan penyediaan pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat desa, dengan kata lain sebagai salah satu wujud upaya untuk
mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kegiatan utama
poskesdes yaitu pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans perilaku berisiko,
lingkungandanmasalahkesehatanlainnya),penanganankegawatdaruratankesehatan
dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang
diberikan poskesdes juga mencakup pertolongan persalinan dan pelayanan KIA.
Adanyaposkesdesmerupakansalahsatuindikatorsuatudesadisebutdesasiaga.Data
menyebutkan bahwa pada tahun 2009 terdapat 51.996 unit poskesdes/desa siaga.
Rasio poskesdes/desa siaga terhadap desa secara nasional pada tahun 2009 sebesar
0,69.JumlahdesasiagadiProvinsiDKIJakartamerupakanjumlahRWsiagadanjumlah
desa siaga di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga ditambah nagari
siaga. Gambar 5.14 berikut ini menyajikan rasio poskesdes terhadap jumlah
desa/kelurahan menurut provinsi pada tahun 2009 (tidak termasuk Provinsi DKI
Jakarta dan Provinsi Sumatera Barat). Sedangkan data mengenai jumlah UKBM
menurutprovinsitahun2009dapatdilihatpadaLampiran5.10.

150

GAMBAR5.14
RASIOPOSKESDESTERHADAPDESA/KELURAHANDIINDONESIATAHUN2009

Sumber: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI

5. InstitusiPendidikanTenagaKesehatan

a.Jumlah,JenisdanPersebaranInstitusi
Pembangunankesehatanberkelanjutanmembutuhkantenagakesehatanyang
memadai baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga
kesehatan yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang
berkualitaspula.KementerianKesehatanmerupakaninstitusidarisektorpemerintah
yang berperan di dalam penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut.
Dalam penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan jenjang pendidikan menengah
dan Diploma yang berada di bawah pembinaan Kementerian Kesehatan
dikelompokkan dalam Politeknik Kesehatan (milik Kemenkes) dan Non Poltekkes
(milikSwasta,TNI/POLRIdanPemda).
Program pendidikan DIII institusi pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes)
saat ini berkembang dengan pesat, baik jenis maupun jumlah di masingmasing
provinsi. Sampai dengan Desember 2010 jumlah institusi Diknakes sebanyak 1.229
institusi,yangterdiridari243jurusan/programstudi(yangberadapada33Poltekkes)
dan 986 institusi Non Poltekkes. Perkembangan jumlah program studi (prodi) pada
institusiPoltekkesdanNonPoltekkesterdapatpadaGambar5.15berikutini.

151

GAMBAR5.15
PERKEMBANGANJUMLAHPROGRAMSTUDIINSTITUSIPOLTEKKES
DANNONPOLTEKKESDIINDONESIATAHUN20052010

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI

Pada Gambar 5.15 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah jurusan/prodi


Poltekkes setiap tahunnya, hal ini sesuai dengan kebutuhan jenis tenaga kesehatan
dan pemerataan produksi tenaga kesehatan. Tahun 2010 terjadi penambahan 22
prodi, dari 221 prodi pada tahun 2009 menjadi 243 prodi. Demikian juga dengan
jumlah institusi Non Poltekkes bertambah sebanyak 67 institusi, dari 919 institusi
padatahun2009menjadi986institusipadatahun2010.
Gambar 5.16 menunjukkan jumlah program studi pada institusi Diknakes
Poltekkes.JenisprodiyangterbanyakyaituprodiKeperawatan(71),prodiKebidanan
(57)danprodiGizi(30).InformasiperprovinsidapatdilihatpadaLampiran5.11.
GAMBAR5.16
JUMLAHPROGRAMSTUDIPADAINSTITUSIPOLTEKKES
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI


152

Gambar 5.17 menunjukkan jumlah jurusan/program studi pada institusi
DiknakesNonPoltekkes;untukjurusan/prodikeperawatanterdiridarikeperawatan,
kebidanan dan kesehatan gigi; untuk jurusan/prodi keterapian fisik terdiri dari
fisioterapi,okupasiterapi,terapiwicaradanakupunktur.
GAMBAR5.17
JUMLAHJURUSAN/PROGRAMSTUDIPADAINSTITUSIDIKNAKESNONPOLTEKKES
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI

b.AkreditasiInstitusi
Dengan banyaknya institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini,
Kementerian Kesehatan berupaya untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan.
Akreditasi merupakan salah satu upaya pembinaan yang dilakukan pemerintah
terhadap institusi pendidikan kesehatan yang ada, selain itu juga untuk melihat
kualitasdarimasingmasinginstitusi.
Akreditasi dilaksanakan bagi institusi baru yang telah menjalankan
perkuliahan sampai dengan semester V (lima), dan institusi lama yang telah habis
masa berlaku akreditasinya. Mulai tahun 2004 Pusdiknakes melakukan akreditasi
terhadap jurusan/program studi Poltekkes yang ada. Sampai tahun 2010 sebanyak
192 prodi Poltekkes (79.01%) telah diakreditasi dan yang belum terakreditasi
sebanyak51prodi(20.99%).Darijumlahyangsudahterakreditasi,terdapat87prodi
(45.31%)denganstrataA,100prodi(52.08%)denganstrataBdan5prodi(2.60%)
dengan strata C. Gambar 5.18 berikut ini menunjukkan persentase akreditasi
programstudipadainstitusiPoltekkes.Informasiselengkapnyamengenaijumlahdan
persentaseprogramstudiPoltekkesyangtelahterakreditasimenurutprovinsidapat
dilihatpadaLampiran5.13.

153

GAMBAR5.18
PERSENTASESTRATAAKREDITASI
PROGRAMSTUDIPOLTEKKESDIINDONESIATAHUN2010

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI

Akreditasi juga dilakukan pada institusi Diknakes Non Poltekkes. Jumlah


institusi yang telah terakreditasi sebanyak 608 institusi (61.66%) dan yang belum
terakreditasisebanyak378institusi(38.34%).Darijumlahyangsudahterakreditasi,
terdapat86institusi(14.14%)denganstrataA,471institusi(77.47%)denganstrata
B dan 52 institusi (8.55%) dengan strata C. Gambar 5.19 berikut ini menunjukkan
persentase strata akreditasi institusi Diknakes Non Poltekkes pada tahun 2010.
SedangkaninformasiselengkapnyamenurutprovinsiterdapatpadaLampiran5.14.
GAMBAR5.19
PERSENTASESTRATAAKREDITASI
INSTITUSIDIKNAKESNONPOLTEKKESDIINDONESIATAHUN2010

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI


154

Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut status kepemilikan
menunjukkan sebagian besar institusi dimiliki oleh swasta, yaitu sebesar 86,29%,
sedangkan kepemilikan oleh Pemerintah Daerah sebesar 10,45% dan TNI/POLRI
sebesar 3,26%. Informasi lebih rinci mengenai jumlah dan persentase institusi
DiknakesNonPoltekkesmenurutkepemilikandapatdilihatpadaLampiran5.15.

c.Pesertadidik
Jumlah peserta didik institusi pendidikan tenaga kesehatan baik Poltekes
maupun Non Poltekkes jalur umum tahun ajaran 2010/2011 sebanyak (326.801
orang) dibanding tahun ajaran 2009/2010 (296.132 orang) mengalami kenaikan
sebanyak 30.669 orang atau 10.36%. Hal ini selaras dengan jumlah institusi
pendidikantenagakesehatanyangjugamengalamikenaikan.
Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
diperlukantenagakesehatanyanglebihberkualitas.Sehubungandenganhaltersebut
sejak tahun 2004, selain menyelenggarakan DIII Poltekkes juga menyelenggarakan
program DIV dan Kelas Internasional. Pada tahun 2009 program DIV yang ada di
seluruhIndonesiamemilikipesertadidiksebanyak2.020orang.
ProgramDIVmempunyaijenisinstitusipendidikanyanglebihkhususbidang
keilmuannya yaitu untuk jenis institusi keperawatan, kebidanan dan kesehatan gigi.
Jenis institusi keperawatan terdiri dari keperawatan medical bedah, keperawatan
gawat darurat, keperawatan klinik kemahiran, keperawatan kardiovaskuler,
keperawatan anestesi, keperawatan jiwa, keperawatan intensive dan keperawatan
anestesi reanimasi. Jenis institusi kebidanan terdiri dari bidan pendidik dan
kebidanan komunitas. Jenis institusi kesehatan gigi terdiri dari kesehatan gigi,
kesehatan gigi komunitas, kesehatan gigi prothodansia, dental bedah mulut dan
perawat gigi pendidik. Informasi lebih rinci mengenai jumlah peserta didik menurut
jenis institusi pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 5.16, Lampiran 5.17 dan
Lampiran5.18.

d.Lulusan
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes pada tahun 2010 adalah 74.778
orang,yangterdiridarilulusanPoltekkesadalah14.612orang(19,54%)danlulusan
Non Poltekkes sebanyak 60.166 orang (80,46%). Jumlah lulusan Poltekkes dan Non
Poltekkes terbanyak pada jurusan keperawatan sebanyak 32.938 orang kemudian
jurusankebidanansebanyak14.611orang.

155

TABEL 5.2
JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
TAHUN 2006-2010
Jenis Tenaga
Tahun
Total
5 Tahun
Rerata
Lulusan
per Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Keperawatan 23.811 25.200 26.446 28.835 37.055 141.347 26.928
Kebidanan 8.264 13,337 9.131 18.545 17.828 67.105 13.421
Kesehatan Gigi 742 857 1166 1.085 1.468 5.318 1.064
Kefarmasian 2.236 2.285 5.562 4.864 8.134 23.081 4.616
Kesehatan Lingkungan 1.557 1.396 1.870 1.685 2.177 8.685 1.737
Gizi 1.415 1.693 2.039 1.812 2.063 9.022 1.804
Keterapian Fisik 858 965 998 781 1.653 5.255 1.051
Keteknisian Medis 3.473 3.644 5.131 4.764 7.160 24.172 4.834
Jumlah 42.356 49.377 52.343 62.371 77.538 283.985 56.797
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI

Dari Tabel 5.2 di atas terlihat bahwa rata-rata selama 5 tahun terakhir lulusan
Diknakes Diploma III Poltekkes dan Non Poltekkes adalah 56.797 orang, dengan
lulusan terbanyak adalah tenaga Keperawatan (rata-rata 26.928 orang), yang tersebar
hampir di semua provinsi. Tiga provinsi yang menghasilkan lulusan tenaga kesehatan
terbanyak (Poltekkes dan Non Poltekkes) tahun 2010 adalah Provinsi Jawa Tengah
(12.447 orang), Sumatera Utara (9.631 orang) dan Jawa Timur (8.416 orang).
Rekapitulasi jumlah lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes menurut jenis
tenaga dapat dilihat pada Lampiran 5.19 sedangkan rincian menurut provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 5.20 dan Lampiran 5.21.

B. TENAGA KESEHATAN
SDM Kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit
kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan) di Provinsi dan Kabupaten/Kota,
dengan status kepegawaian PNS, CPNS, PTT, TNI/POLRI dan swasta. SDM Kesehatan
tersebut bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan unit pelaksana teknis (UPT), Dinas
Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/poliklinik dan sarana kesehatan lainnya milik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan TNI/POLRI.
Data Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM Kesehatan) yang terkumpul dari
33 Provinsi belum sepenuhnya dapat menggambarkan SDM Kesehatan secara
lengkap, dikarenakan:
1. Kabupaten/Kota belum memiliki data SDM Kesehatan secara lengkap, terutama
data rumah sakit baik milik Kementerian lain, TNI/POLRI dan Swasta.
2. Belum ada sistem yang handal yang mengatur manajemen pengumpulan data SDM
di daerah.


156

DataSDMkesehataninisudahmenggambarkantenagakesehatandi kabupaten/kota
dan provinsi namun hanya di fasilitas kesehatan milik pemerintah (dinas kesehatan
danUPTnyasertaKementerianKesehatandanUPTnya).

1.JumlahdanRasioTenagaKesehatan
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan
adalahtenagakesehatanyangbertugasdisaranapelayanankesehatandimasyarakat.
MenurutpendataanBadanPPSDMK,datayangtercatatsebanyak501.052orangyang
terdiri atas 391.745 tenaga kesehatan dan 109.307 tenaga non kesehatan. Tenaga
kesehatan terdiri atas 42.467 tenaga medis, 266.348 tenaga keperawatan (169.797
tenaga perawat dan perawat gigi, 96.551 tenaga bidan), 18.022 tenaga kefarmasian,
34.869 tenaga kesehatan masyarakat, 12.823 tenaga gizi, 2.587 tenaga keterapian
fisikdan17.216keteknisianmedis.
Jumlah dokter umum tercatat sebanyak 25.333 orang, dengan rasio sebesar
10,66dokterper100.000penduduk.ProvinsidenganrasiotertinggiyaituDKIJakarta
sebesar34,37dokterper100.000penduduk,sedangkanyangterendahyaituBanten
dengan rasio 5,05 dokter per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum terhadap
jumlahpendudukditiapprovinsipadatahun2010terlihatpadaGambar5.20berikut
ini.
GAMBAR5.20
RASIODOKTERUMUMTERHADAP100.000PENDUDUKDIINDONESIATAHUN2010

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI

Jumlah dokter gigi pada tahun 2010 tercatat sebanyak 8.731 orang dengan
rasiosebesar3,67doktergigiper100.000penduduk.Provinsidenganrasiotertinggi
yaitu DKI Jakarta sebesar 12,35 dokter gigi per 100.000 penduduk, sedangkan
terendah yaitu Sumatera Selatan dengan rasio 1,25 dokter gigi per 100.000

157

penduduk.Jumlahbidanpadatahun2010tercatatsebanyak96.551orang,sehingga
rasionya terhadap penduduk sebesar 40,63 bidan per 100.000 penduduk. Provinsi
dengan rasio tertinggi yaitu Aceh sebesar 144,98 bidan per 100.000 penduduk
sedangkanterendahyaituDKIJakartasebanyak19,74bidanper100.000penduduk.
Jumlah perawat pada tahun 2010 tercatat sebanyak 160.074 orang, sehingga
rasionyaterhadappenduduksebesar67,36perawatper100.000penduduk.Provinsi
denganrasiotertinggiyaituDKIJakartasebesar259,77bidanper100.000penduduk
sedangkan terendah yaitu Banten sebanyak 23,16 bidan per 100.000 penduduk.
Jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan tahun 2010 menurut provinsi dapat
dilihatpadaLampiran5.22.

a.TenagaKesehatandiPuskesmas
Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang
dimiliki, terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2010, terdapat 255.563
orang yang bertugas di puskesmas dengan rincian 225.040 tenaga kesehatan dan
30.523 tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum
yang bertugas di puskesmas sebanyak 14.934 orang, dengan rasio 1,66 dokter umum
perpuskesmas.RasiodokterumumterhadappuskesmastertinggiterdapatdiProvinsi
Kepulauan Riau sebesar 3,37 dan Bali sebesar 2,99 dokter umum per puskesmas.
Beberapaprovinsimemilikitenagadokterspesialisyangbertugasdipuskesmas.Rasio
dokterumumdipuskesmasterhadapjumlahpuskesmastahun2010dapatdilihatpada
Gambar5.21berikutini.
GAMBAR5.21
RASIODOKTERUMUMDIPUSKESMASTERHADAPJUMLAHPUSKESMAS
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI


158

Jumlah dokter gigi pada tahun 2010 sebanyak 6.140 orang. Bila dibandingkan
dengan jumlah seluruh puskesmas maka dapat diartikan bahwa belum seluruh
puskesmasmemilikidoktergigi.
Pada tahun 2010 terdapat 120 dokter spesialis yang bertugas di puskesmas,
sebagianbesardokterspesialistersebutberadadiProvinsiDKIJakartadenganjumlah
33 orang (27,5%). Jumlah perawat di seluruh puskesmas sebanyak 78.215 orang,
sehinggarataratatiappuskesmasmemiliki89orangperawat.Jumlahmasingmasing
tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada Gambar 5.22 di bawah ini. Rincian
jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 5.23, sedangkan
rasiodokterumum,doktergigi,perawatdanbidanterhadapjumlahpuskesmas dapat
dilihatpadaLampiran5.24.
GAMBAR5.22
JUMLAHTENAGAKESEHATANDIPUSKESMAS
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI

b.TenagaKesehatandiRumahSakit
Data tenaga kesehatan di rumah sakit yang tercatat Badan PPSDM Kesehatan
tahun 2010 yaitu 473 rumah sakit dari 506 rumah sakit pemerintah yang ada. Pada
tahun2010,terdapat142.521orangyangbertugasdirumahsakitpemerintahdengan
rincian 111.998 tenaga kesehatan dan 30.523 tenaga non kesehatan. Dari seluruh
jumlah tenaga kesehatan, dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit pemerintah
sebanyak 7.593 orang, dengan ratarata 16 dokter spesialis per rumah sakit; dokter
umum yang bertugas di rumah sakit pemerintah sebanyak 6.685 orang, dengan rata
rata 14 dokter umum per rumah sakit dan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit
pemerintah sebanyak 1.741 orang, dengan ratarata 4 dokter gigi per rumah sakit.
Bidan yang bertugas di rumah sakit pemerintah sebanyak 10.510 orang, dengan rata
rata 22 bidan per rumah sakit dan perawat yang bertugas di rumah sakit pemerintah
sebanyak66.701orang,denganratarata128perawatperrumahsakit.Rincianjumlah
tenagakesehatandirumahsakitpemerintahdapatdilihatpadaLampiran5.25.

159

2. TenagaKesehatandenganStatusPegawaiTidakTetap(PTT)
Tenaga kesehatan dengan status PTT terdiri dari dokter spesialis, dokter
umum, dokter gigi dan bidan. Sampai dengan tahun 2010 tercatat sebanyak 31.840
tenaga kesehatan PTT Pusat yang masih aktif bertugas di daerah dengan kriteria
Biasa,Terpencil,danSangatTerpencildengankomposisidokterspesialissejumlah50
orang,dokterumumsejumlah2.614orang,doktergigisejumlah800orang,danbidan
sejumlah28.376orang.
Dokter spesialis PTT sebagian besar tersebar di daerah dengan kriteria
Terpencil, yaitu sejumlah 26 orang, sedangkan untuk daerah dengan kriteria Biasa
sejumlah 14 orang dan Sangat Terpencil sejumlah 10 orang. Dokter umum PTT dan
dokter gigi PTT sebagian besar tersebar di wilayah dengan kriteria Sangat Terpencil
yaitu 1.629 orang dokter umum dan 564 orang dokter gigi, sedangkan bidan PTT
sebagianbesartersebardidaerahdengankriteriaBiasasejumlah16.789orang.
Provinsi dengan jumlah keberadaan dokter spesialis PTT terbanyak adalah
SumateraUtarasebanyak8orang.KeberadaandokterumumPTTterbanyakdiNusa
Tenggara Timur sejumlah 348 orang, diikuti oleh Aceh sejumlah 202 orang dan
Sumatera Utara sejumlah 158 orang, sedangkan dokter gigi PTT terbanyak bertugas
diNusaTenggaraTimursejumlah98orang,diikutiolehAcehsebanyak58orangdan
Jawa Timur sejumlah 52 orang. Bidan PTT terbanyak bertugas di Sumatera Utara,
yaitu sejumlah 4.640 orang, diikuti Jawa Tengah sejumlah 4.547 orang dan Jawa
Timur2.986orang.
Gambar5.23menampilkankeadaantenagaPTTdiIndonesiatahun2010.Data
selengkapnya mengenai distribusi tenaga kesehatan PTT di seluruh provinsi dapat
dilihatpadaLampiran5.25,5.26dan5.27.
GAMBAR5.23
KEBERADAANDOKTERUMUMPTT,DOKTERGIGIPTTDANBIDANPTT
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI


160

Pada tahun 2010 telah diangkat tenaga kesehatan PTT untuk daerah dengan
kriteria Biasa, Terpencil, dan Sangat Terpencil sebanyak 17.037 orang, yang terdiri
dari dokter spesialis PTT sejumlah 35 orang, dokter umum PTT sejumlah 3.461
orang, dokter gigi PTT sebanyak 975 orang dan bidan PTT sejumlah 12.601 orang.
Adapun pengangkatan dokter umum PTT dan dokter gigi PTT terbanyak berada di
Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan jumlah 411 orang dan 132 orang, dengan
pengangkatan untuk daerah Sangat Terpencil adalah sejumlah 388 orang untuk
dokterumumdan131oranguntukdoktergigi.Provinsidenganpengangkatandokter
umum dan dokter gigi terbanyak berikutnya adalah Provinsi Maluku dengan jumlah
340 dokter umum dan 112 dokter gigi. Gambar 5.24 menampilkan pengangkatan
dokterumumdandoktergigiPTTdiIndonesiatahun2010.
GAMBAR5.24
PENGANGKATANDOKTERUMUMPTTDANDOKTERGIGIPTT
DIINDONESIATAHUN2010

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI

Pengangkatan bidan PTT terbanyak berada di Provinsi Sumatera Utara


sejumlah 1.608 orang dengan jumlah pengangkatan untuk daerah dengan kriteria
Terpencil 965 orang dan 643 orang untuk daerah dengan kriteria Biasa, diikuti
provinsi kedua terbanyak adalah Jawa Tengah sejumlah 1.558 orang dengan
pengangkatan untuk daerah dengan kriteria Biasa sebanyak 1.548 orang dan daerah
dengan kriteria Terpencil sebanyak 10 orang. Gambar 5.25 menampilkan
pengangkatanbidanPTTdiIndonesiatahun2010.


161

GAMBAR5.25
PENGANGKATANBIDANPTTDIINDONESIATAHUN2010

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI

Data selengkapnya mengenai pengangkatan tenaga kesehatan PTT di seluruh


provinsidapatdilihatpadaLampiran5.28,5.29dan5.30.

3. FasilitasPelatihanKesehatan
Fasilitas unit pelatihan kesehatan merupakan komponen yang sangat penting
dari penunjang kegiatan pelatihan. Ketersediaan fasilitas juga menentukan
performance kinerja unit pelatihan kesehatan. Kapasitas asrama, kelas, aula dan
ruang diskusi untuk unit pelatihan kesehatan UPT Pusat, masih beragam (belum
standar) khususnya untuk unit pelatihan kesehatan Balai Besar Pelatihan Kesehatan
(BBPK).
Kapasitas asrama yang terbesar di BBPK Ciloto (220 tempat tidur), kapasitas
kelas yang terbanyak BBPK Jakarta (260 kursi), kapasitas aula yang terbesar BBPK
Ciloto (400 kursi), kapasitas ruang diskusi terbesar di BBPK Ciloto (50 kursi). Tidak
terlihatperbedaanyangjelasantarakapasitasyangdimilikiolehBBPKdanBapelkes
UPT Pusat, ternyata Bapelkes Lemah Abang dan Bapelkes Salaman mempunyai
kapasitasyanglebihbesardaripadaBBPKMakassar.
Jumlah unit pelatihan kesehatan UPT daerah sebanyak 24 unit. Variasi yang
cukup tinggi terlihat pada unit pelatihan kesehatan UPT daerah, sebanyak 21 unit
(87,5%) mempunyai kapasitas asrama di atas atau sama dengan 100 tempat tidur
dan sebanyak 3 unit (12,5%) mempunyai kapasitas asrama kurang dari 100 tempat
tidur.
Unit pelatihan kesehatan UPT daerah dengan kapasitas terkecil adalah
Bapelkes Palu. Sebanyak 21 unit (87,5%) sudah diakreditasi oleh Pusdiklat SDM
Kesehatan dan sebanyak 3 unit (12,5%) belum terakreditasi (Bapelkes Jantho
ProvinsiAceh,BapelkesProvinsiKalimantanSelatan,danBapelkesProvinsiMaluku).

162

Fasilitas sarana unit pelatihan kesehatan pada tahun 2009 sebagian besar
digunakan untuk kegiatan Kemenkes yaitu 69,76% (2.298 kegiatan), swasta 20,86%
(687 kegiatan), dan selebihnya dipergunakan oleh institusi pemerintah non
Kemenkes 9,38% (309 kegiatan). Dari pemanfaatan fasilitas tersebut, 68,11%
digunakan untuk kegiatan non pelatihan dan 31,89% digunakan untuk kegiatan
pelatihan. Sedangkan Seat Occupancy Rate (SOR) untuk kegiatan pelatihan ratarata
34,40%, sedangkan non pelatihan 5,86%, dan Bed Occupancy Rate (BOR) sebesar
28,60%.
Pemanfaatan unit pelatihan kesehatan/insitusi diklat pada tahun 2009
sebanyak 1.052 kegiatan pelatihan. Tingkat keterlibatan unit pelatihan pada
penyelenggaraanpelatihansebesar39,8%dimanfaatkansebagaitempatsaja(tingkat
libat I), sebesar 26,5% berperan sebagai tempat, pelatih, penyelenggara/OC dan SC
(tingkatlibatIV)dansebesar19,5%berperansekaligussebagaiperancangpelatihan
(tingkat libat V). Distribusi tingkat keterlibatan institusi diklat dalam kediklatan
tahun2009dapatdilihatpadaLampiran5.35.
Jumlah keseluruhan Widyaiswara pada institusi diklat kesehatan sebanyak
172 orang. Distribusi tenaga Widyaiswara kesehatan menurut institusi sangat
bervariasi mulai dari 1 (satu) orang sampai dengan 14 orang. Untuk institusi diklat
kesehatanUPTpusatkhususnyaBBPK,jumlahWidyaiswaraberkisarantara6sampai
14 orang. Sedangkan institusi diklat kesehatan UPT daerah, jumlah Widyaiswara
berkisarantara1sampai11orangdenganratarata5orang.
Widyaiswaraberdasarkankelompokumur,jumlahterbanyakpadausia5160
tahun (86 orang), dan diikuti kelompok umur 4150 tahun (42 orang). Berdasarkan
pendidikan jumlah Widyaiswara terbanyak di kelompok pendidikan S2 (112 orang),
sedangkan S3 dan DIII masingmasing 2 orang. Distribusi Widyaiswara menurut
institusidiklatdankelompokumurtahun2009dapatdilihatpadaLampiran5.36.
Jumlah SDM Kesehatan yang dilatih di institusi diklat kesehatan pada tahun
2009 sebanyak 46.136 orang. Jumlah peserta yang dilatih selama tahun 2009
berdasarkan 5 jenis kategori pelatihan, berturutturut mulai dari yang terbanyak
adalah pelatihan teknis kesehatan 50,64% (23.361 orang), pelatihan manajemen
17,5% (7.867 orang), pelatihan prajabatan 13,29% (6.133 orang), pelatihan
fungsional 6,98% (3.222 orang), dan pelatihan penjenjangan 1,84% (851 orang).
Distribusi frekuensi pelatihan dan jumlah peserta menurut jenis pelatihan dan
provinsidapatdilihatpadaLampiran5.37.

C.PEMBIAYAANKESEHATAN
Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan
pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan
bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat.
Berikut ini diuraikan anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk Kementerian
Kesehatan dan anggaran yang disediakan untuk pembiayaan jaminan kesehatan
masyarakat(jamkesmas).

163


1. Anggaran Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan pada tahun 2010 mengalokasikan anggaran sebesar
Rp25.274.803.995.000 dengan jumlah realisasi sebesar Rp22.496.458.336.327
(89,01%). Distribusi anggaran Kementerian Kesehatan menurut unit kerja eselon I
menunjukkan bahwa alokasi terbesar dimiliki oleh Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik dengan jumlah Rp 13.205.337.162.000 (52,2%), sedangkan alokasi
terendah adalah Inspektorat Jenderal sebesar Rp76.977.600.000 (0,3%).
Realisasi anggaran tertinggi adalah Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan dengan persentase penyerapan sebesar 95,75%. Sedangkan realisasi
terendah adalah Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dengan persentase
penyerapan sebesar 82,76%. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terdapat
peningkatan alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan. Pada Tahun
2006 Kementerian Kesehatan memiliki alokasi anggaran sebesar Rp 15,32 trilyun
dengan realisasi Rp 12,26 trilyun (80,05%), jumlah tersebut meningkat pada tahun
2010 menjadi Rp 25,27 trilyun dengan realisasi Rp 22,50 trilyun (89,01%).
Peningkatan tersebut dijelaskan dalam Gambar 5.22 di bawah ini. Informasi
selengkapnya tentang alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan tahun
2010 terdapat pada Lampiran 5.38.
GAMBAR 5.26
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2006 2010

Sumber : Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI

2. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Menurut data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan,
sampai dengan bulan Juni 2011 jumlah penduduk yang mempunyai jaminan/asuransi
kesehatan sebanyak 148.709.645 orang (63% dari jumlah penduduk). Persentase
penduduk yang memiliki jaminan kesehatan oleh program jaminan/asuransi disajikan
pada Gambar 5.27 di bawah ini. Data mengenai persentase penduduk yang memiliki
jaminan/asuransi kesehatan menurut provinsi sampai tahun 2010 terdapat pada
Lampiran 5.39.

164

GAMBAR5.27
PERSENTASEPENDUDUKYANGDILINDUNGIJAMINANKESEHATANMASYARAKAT/ASURANSI
KESEHATANDIINDONESIASAMPAIDENGANJUNI2011

Sumber : Pusat Pembiayaan dan J aminan Kesehatan, Kemenkes RI

Peserta Jamkesmas mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif dan


berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya hingga
pelayanankesehatanrujukandiRS.Padatahun2010terdapat8.967unitpuskesmas
di seluruh Indonesia yang melayani peserta Jamkesmas. Untuk pelayanan kesehatan
rujukan tersedia 1.020RS/Balai/Klinik terdiri dari 564 RSmilik pemerintah, 346 RS
swasta, 41 Balai Kesehatan dan 69 RS TNI/POLRI. Secara keseluruhan peserta
Jamkesmas dilayani oleh 9.987 PPK (pemberi pelayanan kesehatan). Gambar 5.27 di
bawah ini menunjukkan persentase pemberi pelayanan kesehatan rujukan peserta
Jamkesmastahun2010.
GAMBAR5.28
PEMBERIPELAYANANKESEHATANRUJUKANPESERTAJAMKESMAS
TAHUN2010

Sumber : Pusat Pembiayaan dan J aminan Kesehatan, Kemenkes RI



165

Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin dan hampir


miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
dan beberapa pemerintah daerah menanggung biaya pelayanan kesehatan di
puskesmas dan kelas III di rumah sakit bagi peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas). Jumlah sasaran penduduk miskin (sangat miskin, miskin dan hampir
miskin) yang ditanggung oleh program Jamkesmas pada tahun 2009 sebanyak
76.400.000jiwa.

***

169

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi


geopolitikdanekonomidarinegaranegaradikawasanAsiaTenggarayangbertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan
kebudayaan negaranegara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat
regional. Anggota ASEAN ada 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina
(Philippines), Indonesia, Kamboja (Cambodia), Laos (Lao People's Democratic
Republic),Malaysia,Myanmar,Singapura(Singapore),Thailand,danVietnam.
Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk
dalam negara SEARO (South East Asia Region) bersama 10 negara lainnya, yaitu
Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic People's Republic of Korea), India,
Maladewa(Maldives),Myanmar,Nepal,SriLanka,Thailand,danTimorLeste.
Perbandingan antar negara, baik dengan negaranegara ASEAN maupun
SEARO,dilakukanuntukmelihatposisiIndonesiaterhadapnegaranegaralaindalam
kawasanyangsama.BabiniakanmembahasperbandinganantaraIndonesiadengan
negara ASEAN dan SEARO dari aspek yang berhubungan dengan kesehatan yaitu
aspekkependudukan,derajatkesehatan,danupayakesehatan.

A.KEPENDUDUKAN
Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat
diarahkan sesuai kebutuhan penduduk yang merupakan sasaran sekaligus pelaku
pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban
sekaligusjugamodaldalampembangunan.Beberapaindikatoryangdigunakanuntuk
mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju
pertumbuhanpenduduk,angkabebantanggungan,danangkakelahiran.

1. JumlahdanKepadatanPenduduk
Menurut World Populations Data Sheet 2010, pada pertengahan tahun 2010,
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota
ASEAN lainnya dengan jumlah penduduk 235,5 juta jiwa (data Sensus Penduduk
2010 menyatakan penduduk Indonesia per bulan Mei tahun 2010 berjumlah 237,6
jutajiwa).Denganwilayahnegaraterluas,Indonesiaselalumenempatiperingkatsatu
negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN. Sedangkan Brunei Darussalam
memilikijumlahpendudukpalingrendahyaitusekitar0,4jutajiwa.

170

Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan
jumlahpendudukterbesar,dikawasanSEAROIndonesiamenempatiperingkatkedua
setelah India (dengan jumlah penduduk 1.188,8 juta jiwa). Selain Bangladesh yang
berpenduduk 164,4 juta jiwa, 8 negara lainnya berpenduduk kurang dari 100 juta
jiwa, bahkan terdapat 2 negara dengan jumlah penduduk kurang dari 1 juta, yaitu
Bhutan(0,7juta),danMaladewa(0,3juta).JumlahpendudukdikawasanASEANdan
SEAROdapatkitalihatpadaGambar6.1.
GAMBAR6.1
JUMLAHPENDUDUKDINEGARANEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2010

Sumber:PopulationReferenceBureau,WorldPopulationDataSheet2010
Bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai
negara yang paling padat di kawasan ASEAN dengankepadatan 7.526 penduduk per
km
2
. Angka tersebut jauh di atas negara anggota ASEAN lainnya. Sementara, negara
dengankepadatanpendudukterendahadalahLaosdengan27pendudukperkm
2
.
Di kawasan SEARO, Bangladesh memiliki kepadatan penduduk tertinggi
dengan 1.142 jiwa per km
2
. Selanjutnya, walaupun memiliki jumlah penduduk
terkecil, dengan luas wilayah yang juga kecil, Maladewa merupakan negara dengan
kepadatan penduduk tertinggi kedua di wilayah SEARO, yaitu 1.070 jiwa per km
2
.
NegaradengankepadatanpendudukterendahadalahBhutanyaitu15jiwaperkm
2
.
Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 124 jiwa per km
2
. Indonesia di
kawasan ASEAN berada pada peringkat ke lima terpadat. Sedangkan di kawasan
SEARO, Indonesia menempati peringkat ke delapan terpadat, atau peringkat ke
empat untuk negara dengan kepadatan paling rendah di antara 11 negara. Tingkat
kepadatan penduduk negaranegara ASEAN dan SEARO tahun 2010 dapat dilihat
padaGambar6.2berikutini.


171

GAMBAR6.2
KEPADATANPENDUDUKDINEGARAASEAN&SEARO(Jiwaperkm
2
)
TAHUN2010

Sumber:WorldPopulationDataSheet2010
Secara nasional, kepadatan penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk
tahun2010adalah124jiwaperkm
2
.
2. LajuPertumbuhanPenduduk
Indikatortingkatpertumbuhanpenduduksangatbergunauntukmemprediksi
jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara di masa yang akan datang. Dengan
diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar
penduduk di segenap bidang kehidupan termasuk di bidang kesehatan. Indikator
tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan
penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.
LajupertumbuhanpendudukdinegaranegaraASEANdanSEAROdapatdilihatpada
Gambar6.3dibawahini.
GAMBAR6.3
LAJUPERTUMBUHANPENDUDUKPERTAHUN
DINEGARANEGARAASEAN&SEAROTAHUN20002009

Sumber:TheStateofTheWorldsChildren2011

172

Pada periode 20002009, laju pertumbuhan penduduk per tahun yang
tertinggi di antara negara anggota ASEAN adalah Brunei Darussalam dengan laju
pertumbuhan penduduk 2,3%, sedangkan Myanmar merupakan negara dengan laju
pertumbuhanpendudukpalingrendahyaitu0,8%.
Pada negaranegara SEARO selama periode yang sama, laju pertumbuhan
pendudukberkisarantara0,5%hingga3,7%.Lajupertumbuhanpendudukterendah
padaKoreaUtaradantertinggidiTimorLeste.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,4%. Di kawasan ASEAN,
Indonesiamendudukiperingkatke3terendah(bersamadenganVietnam)untuklaju
pertumbuhan penduduk. Sedangkan bila dilihat dari kawasan SEARO, Indonesia
menduduki peringkat ke5 dengan laju pertumbuhan penduduk terendah dari 11
negara. Data kependudukan negaranegara ASEAN dan SEARO tahun 2010 dapat
dilihatpadaLampiran6.1.

3. PendudukMenurutKelompokUmur
Salah satu indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi
suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang
adalah Angka Beban Tanggungan (dependency ratio). Semakin tinggi persentase
Angka Beban Tanggungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus
ditanggungpendudukyangproduktifuntukmembiayai hiduppendudukyangbelum
produktif (kelompok umur 014 tahun) dan tidak produktif lagi (kelompok umur 65
tahunkeatas).
Persentase penduduk menurut kelompok umur non produktif (kelompok
umur 014 tahun dan kelompok umur 65 tahun keatas) untuk keadaan tahun 2010,
Laosmerupakannegarayangterbesaruntukkelompokumurtersebutdibandingkan
negaranegara lain di kawasan ASEAN yaitu 43% dari total penduduk. Sebaliknya
Singapura merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur non
produktifterendahyaitu27%.
Di antara negaranegara di kawasan SEARO, Timor Leste adalah negara
dengan komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 52%. Sebaliknya,
negara dengan penduduk non produktif terendah di kawasan tersebut adalah
Thailandyaitu29%,yangdapatdilihatpadaGambar6.4dibawahini.


173

GAMBAR6.4
KOMPOSISIPENDUDUKYANGPRODUKTIFDANNONPRODUKTIF
DINEGARANEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2010

Sumber:PopulationReferenceBureau,WorldPopulationDataSheet2010
Dengan distribusi penduduk seperti yang telah digambarkan di atas, Laos
merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi di kawasan ASEAN
yaitu 75%. Sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban
Tanggunganterendahyaitu37%.
Di kawasan SEARO, Timor Leste merupakan negara dengan Angka Beban
Tanggungan tertinggi yaitu 92% sedangkan Thailand merupakan negara dengan
AngkaBebanTanggunganterendahyaitu41%.
Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan sebesar 52%. Ini
berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia menanggung 52 penduduk
yangbelumproduktifdanyangdianggaptidakproduktiflagi.
Komposisi penduduk menurut kelompok umur serta besar Angka Beban
Tanggungan di negaranegara kawasan ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada
Lampiran6.1.
4.IndeksPembangunanManusia
Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia,
yaitu panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup),
terdidik (diukur dari angka melek huruf dan ratarata lama sekolah) dan memiliki
standarhidupyanglayak(diukurdaripenghasilan/pengeluaranriilperkapita).
Berdasarkan standar internasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dikategorikan sebagai berikut: kategori sangat tinggi, jika IPM > 0,900; kategori
tinggi, jika IPM > 0,800 0,899; kategori sedang, jika IPM 0,5000,799; dan kategori
rendah,jikaIPM<0,500.

174

Menurutkategori tersebut di atas,pada tahun2010 tidak ada negara anggota
ASEAN masuk dalam kategori sangat tinggi. Hanya 2 (dua) Negara masuk dalam
kategori tinggi, yaitu Brunei Darussalam dan Singapura, 5 (lima) negara, termasuk
Indonesia, masuk kategori sedang, dan 3 negara masuk kategori rendah. Bila dilihat
dariperingkatdinegaraASEANpadatahunyangsama,Singapuramerupakannegara
denganperingkatIPMtertinggiyaitupadaperingkatke27dari 169negaradidunia,
dan yang terendah adalah Myanmar dengan peringkat ke132; sedangkan Indonesia
beradapadaperingkatke108.
IPM Indonesia pada tahun 2010 sebesar 0,600, bila dibandingkan dengan
tahun2009IPMIndonesiamengalamipeningkatan(IPM2009adalah0,593).
GAMBAR6.5
INDEKSPEMBANGUNANMANUSIADINEGARANEGARA
ASEAN&SEAROTAHUN2010

Sumber:UNDP,HumanDevelopmentReport2010
Padatahun2010dikawasanSEARO,dari11negara(BhutandanKoreaUtara
tidak ada data), tidak ada negara yang memiliki IPM dengan kategori sangat tinggi
dantinggi,6(enam)negaramemilikiIPMdengankategorisedang,dan3(tiga)negara
yaitu Bangladesh, Myanmar dan Nepal masuk dalam kategori rendah. Data IPM
negaranegara di kawasan ASEAN dan SEARO tahun 2009 2010 dapat dilihat pada
Lampiran6.2.

5. TotalFertilityRate
Angka Fertilitas Total atau Total Fertility Rate (TFR) merupakan gambaran
mengenai ratarata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15
sampai 49 tahun. Perbandingan TFR antar negara dapat menunjukkan keberhasilan
negara dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. TFR yang tinggi
merupakan cerminan ratarata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang
rendah, terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat

175

kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan
programkeluargaberencanayangdilaksanakandinegaratersebut.
Angka Fertilitas Total suatu negara dapat dipergunakan bagi para perencana
programpembangunanuntukmeningkatkanrataratausiakawin,danmeningkatkan
program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan
perawatananak.
AngkaFertilitasTotaldapatdiklasifikasikanmenjadi3tingkatanyaiturendah,
sedang,dantinggi(ADB,KeyIndicators2002).Kesuburanrendahterjadiketikaangka
kesuburanwanita2,1ataukurang;kesuburansedangantara2,23,9;dankesuburan
tinggijikaangkakesuburanwanita4ataulebih.
Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2010 ada 4
negara yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah, yaitu
Singapura (1,2), Brunei Darussalam (1,7), Thailand (1,8), serta Vietnam (2,1).
SedangkanIndonesiamasuk dalamkategorisedang denganangkakesuburanwanita
2,4yangberartiuntuksetiapwanitadiIndonesiarataratamemilikianak2sampai3
orangselamamasasuburnya.
Padatahun2010,diantara11negaraSEARO,hanyaThailanddanKoreaUtara
termasuk negara dengan Angka Fertilitas Total berkategori rendah. 8 negara
(Indonesia, Myanmar, Bangladesh, Sri Lanka, Maladewa, India, Nepal, dan Bhutan)
masuk dalam kategori sedang. Sedangkan Timor Leste merupakan satusatunya
negaradiSEAROyangmasukdalamkategoritinggiyaitusebesar 5,7.BesaranAngka
Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.6 berikut
ini.
GAMBAR6.6
ANGKAKESUBURANWANITADINEGARANEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2010
Layer1

Sumber:PopulationReferenceBureau,WorldPopulationDataSheet2010


176

DataAngkaFertilitasTotaldinegaraASEANdanSEAROdapatdilihatpadaLampiran
6.2.

6. AngkaKelahiranKasar
Crude Birth Rate (CBR) atau Angka Kelahiran Kasar adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada
pertengahantahunyangsama.
Angka Kelahiran Kasar pada tahun 2010 di negaranegara ASEAN dengan
kisaran 10 sampai 28 per 1.000 penduduk. Angka tertinggi terjadi di Laos dengan
Angka Kelahiran Kasar 28 per 1.000 penduduk dan diikuti oleh Filipina yaitu 26 per
1.000 penduduk. Singapura memiliki Angka Kelahiran Kasar terendah yaitu 10
kelahiranper1.000penduduk.SedangkanIndonesiamemilikiAngkaKelahiranKasar
sebesar20kelahiranuntuksetiap1.000penduduk.
Pada tahun 2010, Angka Kelahiran Kasar di negaranegara SEARO berkisar
antara 15 sampai 41 per 1.000 penduduk. Terendah di Thailand dan Korea Utara
(masingmasing15)sedangkantertinggidiTimorLeste(41)danNepal(28).
Dengan 20 kelahiran per 1.000 penduduk, di kawasan ASEAN Indonesia
menempati peringkat ke5 tertinggi, sedangkan di kawasan SEARO menempati
peringkatke7tertinggiuntukAngkaKelahiranKasar.
Gambar 6.7 memperlihatkan perbandingan Angka Kelahiran Kasar negara
negara kawasan ASEAN dan SEARO. Data Angka Kelahiran Kasar di negara ASEAN
danSEAROtahun2010dapatdilihatpadaLampiran6.2.
GAMBAR6.7
ANGKAKELAHIRANKASARDINEGARANEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2010

Sumber:PopulationReferenceBureau,WorldPopulationDataSheet2010


177

7. SosialEkonomi
Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross
National Income) terdiri atas sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam
suatunegara,besertapendapatanyangditerimadarinegaralain.
PendapatanNasionalBrutoperkapitatertinggidi2010antara negaraanggota
ASEANadalahBruneiDarussalam(US$50.200perkapita)diikutiolehSingapura(US$
47.940 per kapita). Myanmar dan Kamboja merupakan negara dengan Pendapatan
Nasional Bruto perkapita terendah, yaitu masingmasing US$ 1.290 dan US$ 1.820.
Sedangkan Indonesia memiliki pendapatan nasional bruto perkapita sebesar US$
3.830. Pendapatan Nasional Bruto di negara ASEAN dan SEARO tahun 2010 dapat
dilihatpadaGambar6.8dibawahini.
GAMBAR6.8
PENDAPATANNASIONALBRUTODINEGARAANGGOTAASEAN&SEARO
TAHUN2010

Sumber:PopulationReferenceBureau,WorldPopulationDataSheet2010

DarisepuluhnegaradiSEARO(tidakadadatauntukKoreaUtara),seluruhnya
memilikiPendapatanNasionalBrutoperkapitakurangdariUS$6.000.Negaradengan
pendapatan nasional bruto perkapita tertinggi adalah Thailand yaitu sebesar US$
5.990, dan terendah adalah Nepal dengan US$ 1.120. Jika dibandingkan dengan 17
negara di ASEAN dan SEARO, Indonesia berada di peringkat ke9 tertinggi
pendapatannasionalbrutoperkapita.







178

B.DERAJATKESEHATAN
MORTALITAS
1. AngkaKematianBayi
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah
jika AKB kurang dari 20; sedang 2049; tinggi 5099; dan sangat tinggi jika AKB di
atas100per1.000kelahiranhidup.
Gambar 6.9 menunjukkan bahwa pada tahun 2009, lima negara ASEAN yaitu
Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Vietnam termasuk negara
denganAngkaKematianBayirendah.Tiganegara,yaituFilipina,IndonesiadanLaos,
termasuk kelompok sedang, sementara 2 negara lainnya (Kamboja dan Myanmar)
masuk dalam kelompok negara yang memiliki Angka Kematian Bayi tinggi. Dari 10
negara anggota ASEAN, tidak ada yang masuk dalam kelompok angka kematian bayi
sangattinggi(>100per1.000kelahiranhidup).
GAMBAR6.9
ANGKAKEMATIANBAYIDINEGARANEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2009

Sumber:WorldPopulationDataSheet2007,USAID

Sumber:WHO,WorldHealthStatistics2011
Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 3 negara di SEARO, yaitu Maladewa,
Thailand dan Sri Lanka masuk dalam kategori negara dengan angka kematian bayi
rendah dengan angka 11, 12 dan 13 per 1.000 kelahiran hidup. Lima Negara masuk
kategori sedang dan selebihnya, yaitu 3 negara termasuk kategori tinggi (Myanmar,
Bhutan,danIndia).
Besaran Angka Kematian Bayi di negaranegara ASEAN dan SEARO berkisar
antara 2 dan 68. Indonesia memiliki angka kematian bayi 30 per 1000 kelahiran

179

hidupdanberadadiperingkat10diantara18negaratersebut.DataAngkaKematian
BayidinegaraASEANdanSEAROtahun2009dapatdilihatpadaLampiran6.2.

2. AngkaKematianBalita
Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang
dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang
tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita saat mereka
rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian
balitadisebabkandiare,pneumonia,campak,malaria,danmalnutrisi.
GAMBAR6.10
ANGKAKEMATIANBALITA(PER1.000KELAHIRANHIDUP)
DINEGARANEGARAASEAN&SEAROTAHUN2009

Sumber:WHO,WorldHealthStatistics2011
Data yang didapat dari World Health Statistics 2011 memperlihatkan
perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita di antara negaranegara anggota
ASEAN pada tahun 2009. Angka Kematian Balita terendah dicapai Singapura yaitu 3
kematianper 1.000 kelahiranhidup, sedangkan yang tertinggi adalah Kamboja yaitu
sebesar 88 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian besar negara ASEAN
memiliki Angka Kematian Balita kurang dari 50 per 1.000 kelahiran hidup, hanya
Kamboja, Myanmar, dan Laos yang memiliki Angka Kematian Balita di atas 50 per
1.000kelahiranhidup.
Menurutsumberyangsama,AngkaKematianBalitadiSEAROberkisarantara
13 sampai 79 per 1.000 kelahiran hidup. Buthan merupakan negara dengan Angka
KematianBalitatertinggi,sedangkanThailandadalahnegaradenganAngkaKematian
Balita terendah. Jika di ASEAN hanya terdapat 3 negara (dari 10 negara) dengan
AKABA lebih dari 50 per 1.000 kelahiran hidup, di SEARO ada 5 negara dengan
AKABAlebihdari50.
Pada Gambar 6.10 terlihat bahwa negaranegara ASEAN memiliki Angka
Kematian Balita relatif lebih rendah (kecuali Kamboja) jika dibandingkan dengan
negaranegaraSEARO.Telahdipaparkansebelumnyabahwasebagianbesarkematian

180

balita disebabkan oleh diare, pneumonia, dan malnutrisi. Hal itu berarti negara
negara ASEAN mungkin memiliki sanitasi dan keadaan ekonomi yang lebih baik
dibandingkannegaranegaraSEARO.
Padatahun2009,diIndonesiaterdapat39kematianbalitaper1.000kelahiran
hidup (menurut SDKI 2007 AKABA Indonesia adalah 44). Di kawasan ASEAN,
Indonesia menempati peringkat ke4 tertinggi kematian balitanya, sedangkan pada
kawasan SEARO, Indonesia menempati peringkat ke5 terendah kematian balita per
1.000 kelahiran hidup. Data Angka Kematian Balita di negara ASEAN dan SEARO
tahun2009dapatdilihatpadaLampiran6.2.
3. AngkaKematianIbu
BerdasarkanklasifikasiAngkaKematianIbudariWHOadalahsebagaiberikut;
<15per100.000kelahiran hidup;15199per100.000 kelahiranhidup; 200499 per
100.000 kelahiran hidup; 500999 per 100.000 kelahiran hidup; dan 1.000 per
kelahiranhidup.
GAMBAR6.11
ANGKAKEMATIANIBUDINEGARANEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2008

Sumber:WHO,WorldHealthStatistics2011
Pada tahun 2008 di negara ASEAN hanya Singapura yang mencapai Angka
KematianIbu<15yaitu9per100.000kelahiranhidup,danhanyaLaosyangmemiliki
AngkaKematianIbu>500yaitu580per100.000kelahiranhidup.
Pada tahun yang sama, negaranegara di SEARO tidak ada yang mencapai
Angka Kematian Ibu <15 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu > 500 kelahiran
hidup. Tiga negara memiliki Angka Kematian Ibu antara 15199 per 100.000
kelahiran hidup, dan 8 negara memiliki Angka Kematian Ibu 200499 per 100.000
kelahiranhidup.

181

Di antara kedua kawasan tersebut, Indonesia berada di peringkat ke11 (dari
18 negara di ASEAN dan SEARO) untuk Angka Kematian Ibu yaitu 240 per 100.000
kelahiran hidup. Data Angka Kematian Ibu di negara ASEAN dan SEARO tahun 2008
dapatdilihatpadaLampiran6.2.
Sementara, berdasarkan data SDKI 2007, Angka nasional untuk Angka
KematianIbudiIndonesiaadalah228per100.000kelahiranhidup.

4. AngkaKematianKasar
Crude Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar adalah angka yang
menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu
untuk setiap 1.000 penduduk. Pada umumnya penduduk tua mempunyai risiko
kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Jika
tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan
gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang
bersangkutan.
GAMBAR6.12
ANGKAKEMATIANKASAR(PER1.000PENDUDUK)
DINEGARAANGGOTAASEAN&SEAROTAHUN2010

Sumber:PopulationReferenceBureau,WorldPopulationDataSheet2010
Di antara negaranegara anggota ASEAN, pada tahun 2010 Myanmar
merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar tertinggi, yakni sebesar 11 per
1.000 penduduk. Keadaan Angka Kematian Kasar di negaranegara kawasan SEARO,
tidak berbeda jauh dengan negaranegara di kawasan ASEAN. Myanmar merupakan
negara dengan Angka Kematian Kasar tertinggi, sementara terendah adalah
Maladewadengan3kematianper1.000penduduk.
Pada tahun 2010, di Indonesia terdapat 6 kematian per 1.000 penduduk. Di
kawasan ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke5 tertinggi Angka Kematian
Kasar sedangkan di kawasan SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke2 terendah.

182

Data Angka Kematian Kasar di negara ASEAN dan SEARO tahun 2010 dapat dilihat
padaLampiran6.2.

5. AngkaHarapanHidup
Angka Harapan Hidup merupakan indikator untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkanderajatkesehatanpadakhususnya.
Gambar 6.13 memperlihatkan bahwa pada tahun 2010 di antara sepuluh
negara anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup
waktu lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 81 tahun. Negara yang
memiliki Angka Harapan Hidup waktu lahir terendah adalah Myanmar yaitu 58
tahun.
GAMBAR6.13
ANGKAHARAPANHIDUPDINEGARANEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2010

Sumber:PopulationReferenceBureau,WorldPopulationDataSheet2010
Untuk kawasan SEARO, Sri Lanka merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup
waktu lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 74 tahun. Negara yang
memilikiumurharapanhidupwaktulahirterendahadalahMyanmaryaitu58tahun.
Di kawasan ASEAN, Indonesia dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir 71
tahunmenempatiperingkatke6tertinggi,sedangkandikawasanSEAROmenempati
peringkat ke3 tertinggi. Data Angka Harapan Hidup di negara ASEAN dan SEARO
tahun2010dapatdilihatpadaLampiran6.2.

MORBIDITAS

1. PrevalensiTuberkulosis(TBC)
Data dari World Health Statistics 2011 menunjukkan besarnya perbedaan
prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk dan kematian yang berhubungan

183

dengan tuberkulosis per 100.000 penduduk di negaranegara ASEAN dan SEARO.
Angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2009 di negaranegara anggota ASEAN
berkisar antara 43 sampai 693 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara
denganprevalensituberkulosistertinggidiASEANyaitu693per100.000penduduk.
Sedangkan Singapura memiliki prevalensi tuberkulosis terkecil yaitu 43 kasus per
100.000penduduk.
Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun
2009 tertinggi terjadi di Kamboja yaitu 71 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus
kematian akibat tuberkulosis terendah terjadi di Brunei Darussalam dan Singapura
masingmasing1,7dan2,3kematianper100.000penduduk.
GAMBAR6.14
PREVALENSIDANKEMATIANAKIBATTUBERKULOSISPER100.000PENDUDUK
DINEGARANEGARAASEAN&SEAROTAHUN2009

Sumber:WHO,WorldHealthStatistics2011
Seperti halnya negaranegara di ASEAN, angka prevalensi tuberkulosis pada
tahun 2009 di negaranegara SEARO memiliki kesenjangan yang cukup besar,
berkisar antara 47 sampai 744 per 100.000 penduduk. Negara dengan prevalensi
tuberkulosis tertinggi tahun 2009 adalah Timor Leste (744 per 100.000 penduduk)
danterendahadalahMaladewa(47per100.000penduduk).
Sedangkan kematian akibat tuberkulosis di negaranegara kawasan SEARO
berkisar antara 2,6 sampai 66 per 100.000 penduduk. Seperti angka prevalensi
tuberkulosis,angkakematiantertinggiakibattuberkulosisjugaterjadidiTimorLeste
yaitu66kematianper100.000penduduk.Dansepertihalnyaangkaprevalensi,angka
kematian akibat tuberkulosis yang terendah juga di Maladewa (2,6 per 100.00
penduduk).
Di antara 18 negara di ASEAN dan SEARO, Indonesia dengan prevalensi 285
per 100.000 penduduk berada pada urutan ke8 tertinggi yang dapat dilihat pada
Lampiran6.4.


184

2.AvianInfluenza
Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1)
pertama kaliterdeteksi diHongkong. Akibatnya sebanyak 18orangharusdirawat di
rumah sakit, dan 6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali
bahwa virus Avian Influenza dapat menular langsung dari unggas ke manusia.
Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini penularan virus influenza dari unggas ke
manusiatidakterjadisecaralangsung.
Avian Influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003
melalui Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya
meninggal. Sampai dengan akhir tahun 2010, 6 negara di wilayah ASEAN telah
terinfeksi Avian Influenza yaitu Vietnam, Thailand, Indonesia, Laos, Myanmar dan
Kamboja.
Pada wilayah SEARO, negara yang memiliki kasus Avian Influenza adalah
negara yang sama dengan negara ASEAN yang memiliki kasus tersebut, yaitu
Indonesia,Myanmar,danThailand.
GAMBAR6.15
JUMLAHKASUSDANKEMATIANAKIBATAVIANINFLUENZA
DINEGARANEGARAASEAN&SEAROTAHUN20032010

Sumber:http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/country/cases_table_2011_05_13/en/index.html,
data13Mei2011diakses20Juni2011
Gambar 6.15 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat Avian
Influenza di wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2010. Kasus pertama kali
menyerangVietnam dengan3korban yangkeseluruhannya berakhir padakematian.
Tahun 2004 jumlah kasus meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun
tersebut selain Vietnam, Thailand pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun
2005 jumlah penderita dan negara yang terinfeksi Avian Influenza terus bertambah,
90 orang menjadi korban. Namun kali ini jumlah kematian bisa ditekan, jika
sebelumnyahampir100%berakhirpadakematian,tahun2005dari 90penderita38
meninggal (42,22%). Semenjak itu jumlah kasus Avian Influenza terus menurun,
namun tidak demikian dengan angka kematiannya (CFR). Pada tahun 2009 terdapat
27 kasus dari 3 negara di ASEAN dengan 24 kematian (CFR = 88,89%). Tahun 2010,
terjadipenurunanCFRmenjadi58,82%(17kasusdengan10kematian).
Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa selama 3 tahun terakhir, virus Avian
Influenza menyebar di 3 negara ASEAN, yaitu Kamboja, Vietnam dan Indonesia. Di 3

185

negara yang pernah terjangkit virus ini (Laos, Myanmar dan Thailand) sudah tidak
menunjukkanadanyapenemuankasus.
TABEL6.1
JUMLAHKASUSDANKEMATIANAKIBATAVIANINFLUENZA
MENURUTNEGARATAHUN20032010
K M K M K M K M K M K M K M K M K M
Kamboja 0 0 0 0 4 4 2 2 1 1 1 0 1 0 1 1 10 8
Laos 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 2 2
Vietnam 3 3 29 20 61 19 0 0 8 5 6 5 5 5 7 2 119 54
Indonesia 0 0 0 0 20 13 55 45 42 37 24 20 21 19 9 7 171 122
Myanmar 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Thailand 0 0 17 12 5 2 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 25 17
Bangladesh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
ASEAN 3 3 46 32 90 38 60 50 54 45 31 25 27 24 17 10 328 203
SEARO 0 0 17 12 25 15 58 48 43 37 25 20 21 19 9 7 198 139
2010 Total 2003
NEGARA
2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/country/cases_table_2011_05_13/en/index.html, data 13 Mei 2011


diakses20Juni2011
Ket.:K=KasusM=Meninggal
PenyakitfluburungmulaimenyerangmanusiadikawasanSEAROpadatahun
2004, yaitu di Thailand. Negaranegara di SEARO yang terjangkit flu burung sejak
2004 adalah negaranegara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negaranegara
tersebutadalahThailanddanIndonesia.

3.POLIO
Beberapa penyakit dapat berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa.
Namun, di antara penyakitpenyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat dicegah
dengan melakukan imunisasi, atau biasa disebut dengan PD3I (Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi). Penyakitpenyakit tersebut adalah Tuberkulosis,
HepatitisB,Difteri,Pertusis,Tetanus,TetanusNeonatorum,Campak,danPolio.
TABEL6.2
JUMLAHKASUSPOLIOPERNEGARA
TAHUN20042008
NEGARA 2004 2005 2006 2007 2008
Kamboja 0 1 1 0 0
Laos 1 0 0 0 0
Indonesia 0 349 2 0 0
Myanmar 0 0 1 15 0
Bangladesh 0 0 18 0 0
India 134 66 676 873 559
Nepal 0 4 5 5 6
ASEAN 1 350 4 15 0
SEARO 134 419 702 893 565

Sumber:WHOvaccinepreventablediseasemonitoringsystem,2009globalsummary
Sejak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negaranegara di ASEAN.
Namun, pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan
ASEAN. Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah
kasus polio mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN
yaitu Kamboja dan Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di

186

Indonesia.Tahun2006 penularan penyakitpoliomulaidapatdikendalikan, sehingga
hanya ditemukan4penderita dikawasan ini, 2 penderitaberasal dari Indonesia dan
masingmasing1penderitaberasaldariKambojadanMyanmar.Padatahun2007,di
antara negaranegara anggota ASEAN, hanya Myanmar yang masih ditemukan kasus
polio bahkan jumlahnya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
ditemukan 1 kasus menjadi 15 kasus. Indonesia yang pada tahun 2005 terjadi
kejadian luar biasa dengan ditemukannya 349 kasus polio mampu mengendalikan
kejadiantersebutsehinggapadasejak2007tidakditemukanlagikasuspolio.
Pada tahun 2008, wilayah ASEAN sudah tidak ditemukan lagi kasus Polio.
Namun, di SEARO masih ditemukan sebanyak 565 kasus dari 2 negara, yaitu India
dan Nepal. India mengalami penurunan 36% dari tahun sebelumnya, sementara
Nepalmengalamikenaikan20%.
GAMBAR6.16
JUMLAHKASUSPOLIODINEGARANEGARAASEAN&SEARO
TAHUN20042008

Sumber:WHOvaccinepreventablediseasemonitoringsystem,2009globalsummary
Jika dibandingkan dengan kawasan ASEAN, jumlah seluruh kejadian polio di
kawasan SEARO cukup tinggi sejak tahun 2002 dan tahuntahun sebelumnya.
Semenjak2004sampai2006jumlahkasuslambatlaunkembalimeningkat.Tingginya
angkakejadianinikarenakontribusijumlahkasusyangsangatbesarolehIndiayang
merupakan salah satu dari 4 negara endemis polio. Walau pada 2008 India telah
berhasilmenekanjumlahkasuspolio,namun99%kasusdiSEAROterjadidiIndia.

4.TetanusNeonatorum
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang
masih memiliki kondisi kesehatan lingkungan rendah. Data organisasi kesehatan
duniaWHOmenunjukkan,kematianakibattetanusdinegaraberkembangadalah135
kali lebih tinggi dibanding negara maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular
danpalingberisikomengakibatkankematian.
Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah Tetanus Neonatorum, karena
umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya,

187

spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau
perawatanyangtidakmemenuhisyaratkebersihan.
Pada tahun 2010, Tetanus Neonatorum terjadi di 7 negara ASEAN, dengan
jumlah kasus tertinggi di Indonesia yang melebihi 100 orang. Di Singapura dan
BruneiDarussalamdilaporkantidakadakasusTetanusNeonatorum.
BerdasarkanVaccinePreventableDiseaseMonitoringSystem2011,tahun2010
pada kawasan SEARO jumlah kasus tetanus neonatorum yang terjadi di India jauh
melebihi kasus di negara lain di kawasan ASEAN, yaitu 373 kasus. Indonesia dan
Bangladeshmenempatiurutankeduadanketigaterbesardenganmasingmasing137
dan117kasus.SedangkandiBhutan,KoreaUtaradanMaladewadilaporkantidakada
kasustetanusneonatorum.
Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di
negaranegara ASEAN dan SEARO tahun 2010 secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran6.6.

C.UPAYAKESEHATAN
1. CakupanImunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah
kematian pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib
diberikan pada bayi adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali
digunakan sebagai cerminan proporsi anakanak yang dilindungi dari bentuk
tuberkulosis yang parah selama 1 tahun pertama hidupnya, dan juga digunakan
sebagaisalahsatuindikatorakseskepelayanankesehatan.
SelainBCG,vaksinlainyangwajibdiberikanpadabayiadalahpolio.Imunisasi
polio merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi
BCGataucampakyangmembutuhkan1dosis,imunisasipoliomembutuhkan3dosis.
Maka untuk mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3
yaituketikabayitelahmendapatkanimunisasipoliosebanyak3dosis(3kali).
Di antara penyakit pada anakanak yang dapat dicegah dengan imunisasi,
campakadalahpenyebabutamakematiananak.Olehkarenaitupencegahancampak
merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan
yang disepakati dalam pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah
mempertahankancakupanimunisasicampaksebesar90%.DiseluruhnegaraASEAN
dan SEARO, imunisasi campak diberikan pada bayi usia 912 bulan dan merupakan
imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di antara imunisasi wajib lainnya
(BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan demikian, diasumsikan bayi yang
mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan imunisasi lengkap. Berarti
besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan besarnya cakupan bayi
yangtelahmendapatimunisasilengkap.

188

Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya, seperti dapat dilihat pada
Gambar 6.17, cakupan imunisasi BCG pada bayi umumnya lebih tinggi. Hal tersebut
terjadikarenajadwalpemberianimunisasiBCGyangrelatiflebihawaldibandingkan
dengan imunisasi yang lainbahkan beberapa negara memberikan imunisasi BCG
sesaat setelah bayi dilahirkansehingga bayi masih dalam pantauan petugas
kesehatan. Pada tahun 2009 cakupan imunisasi BCG tertinggi di antara negara
anggotaASEANdicapaiBruneiDarussalam,Singapura,danThailanddenganmasing
masing99%danterendahLaos67%.
Di kawasan SEARO, 8 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 90%.
Negaranegara tersebut adalah Indonesia, Myanmar, Thailand, Bangladesh, Bhutan,
Korea Utara, Maladewa, dan Sri Lanka. Sedangkan Timor Leste merupakan negara
dengancakupanimunisasiBCGterendahyaitu71%.
GAMBAR6.17
CAKUPANBEBERAPAIMUNISASIDINEGARANEGARA
ASEAN&SEAROTAHUN2009

Sumber:WHOImmunizationSummary2011:AStatisticalReferenceContainingDatathrough2009
Pada tahun 2009, 7 dari 10 negara anggota ASEAN telah mencapai target
cakupan imunisasi polio3 sebesar 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei
Darussalam dan Thailand yaitu 99% dan terendah adalah Laos yaitu 67%. Menurut
sumber yang sama, 7 dari 11 negara di kawasan SEARO telah mencapai cakupan
imunisasi polio3 sebesar 90%. Cakupan imunisasi polio tertinggi adalah Thailand
99%danterendahadalahIndiadengan67%.
Pada tahun yang sama, 6 negara anggota ASEAN juga telah mencapai target
imunisasi campak yaitu 90%. Negaranegara tersebut adalah Brunei Darussalam,
Kamboja,Malaysia,Singapura,VietnamdanThailand.BruneiDarussalammerupakan
negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi yaitu 99%. Sedangkan yang
terendah adalah Laos dengan cakupan campak sebesar 59%. Cakupan imunisasi
CampakdiIndonesia2009sebesar82%.

189

Di kawasan SEARO, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi Campak 90%.
Negaranegara tersebut adalah Thailand, Bhutan, Korea Utara, Maladewa dan Sri
Lanka. Timor Lestemerupakan negara dengan cakupan imunisasiCampak terendah
yaitu70%.
Hampir di seluruh negara ASEAN dan SEARO imunisasi hepatitis merupakan
imunisasidasaryangdiberikanpadabayi,namuntidakdemikianhalnyadenganyang
terjadidiIndia.DiIndiaimunisasihepatitisbukanmerupakan imunisasidasar,maka
pada Lampiran 6.7 dapat dilihat hanya India yang merupakan negara dengan
persentase rendah bayi yang mendapat imunisasi hepatitis3, yaitu 21%. Sedangkan
negaranegara lain telah mencapai imunisasi tersebut di atas 60%, bahkan sebagian
besardiantaranyatelahmelebihi90%.
SementaradiIndonesiasebanyak93%bayitelahmendapatkanimunisasiBCG,
89% mendapatkan imunisasi polio3, dan 82% mendapatkan imunisasi campak.
Cakupan 5 imunisasi dasar di ASEAN dan SEARO lebih lengkap dapat dilihat pada
Lampiran6.7.

2. PengendalianTBParu
WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB Paru melalui strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) sebesar 70% dan angka
kesembuhan85%.SementarapencapaiansecaraglobaltemuankasusTBParuadalah
60% dan angka kesembuhan mencapai 84%. Hal tersebut berarti pencapaian kedua
indikator tersebut belum mencapai target walaupun untuk angka kesembuhan
hampirmencapaitarget.
MenurutWorldHealthStatistics2011,padatahun2009,3negaraASEANtelah
mencapai target penemuan penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%. Tiga negara
tersebut adalah Brunei Darussalam (89%), Singapura (89%), dan Malaysia (76%).
Tujuh negara ASEAN lainnya belum mencapai target penemuan penderita penyakit
parukarenamasihberkisar54%69%.
GAMBAR6.18
PENEMUANPENDERITATBPARUDINEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2009
GAMBAR6.19
ANGKAKESEMBUHANTBPARUDINEGARAASEAN&SEARO
TAHUN2008

Sumber:WHO,WorldHealthStatistic2011 Sumber:WHO,WorldHealthStatistic2011

190

Dari 11 negaranegara di kawasan SEARO hanya 6 negara yang sudah


mencapai target penemuan penderita Tuberkulosis. Negara dengan angka cakupan
penemuan tertinggi adalah Bhutan dengan 100%. Penemuan penderita tuberkulosis
terendahterdapatdiBangladeshdengancakupan44%.
Menurut sumber yang sama, pada tahun 2008 terdapat 8 negara di ASEAN
dengan angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu
negara yang mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 91%. Malaysia,
Singapura,danThailandtermasuknegarayangbelummencapaitargetpenyembuhan
penderita. Angka kesembuhan tertinggi dicapai Kamboja dengan 95% dan terendah
adalahMalaysiadengan78%.
PadaGambar6.19terlihatbahwa9negaradikawasanSEAROtelahmencapai
angkapenyembuhan penderita. Tertinggi dicapai Indonesia,Bangladesh, dan Buthan
dengan angka kesembuhan masingmasing 91% dan terendah adalah Maladewa
denganangkakesembuhan45%.
Sementara itu, dari Gambar 6.18 dan 6.19 terlihat bahwa Indonesia telah
mencapai target yang ditetapkan terhadap indikator success rate (angka
kesembuhan), namun belum mencapai target pada indicator case detection rate
(angkapenemuanpenderita).Bahkanuntukangkakesembuhan,Indonesiamencapai
angkatertinggidikawasanSEARObersamasamadenganBangladeshdanBhutan.
3.SumberAirBersihdanSanitasi
Padatahun2008,diantara9negaraanggotaASEAN(BruneiDarussalamtidak
adadata),pendudukyangmenggunakansumberairbersihyangtelahmencapai80%
ataulebihsebanyak6negara.HanyaKamboja,LaosdanMyanmardenganpersentase
penduduk yang memiliki akses terhadap air bersih kurang dari 80%. Persentase
tertinggidicapaiMalaysiadanSingapurayaitu100%danterendahLaosdengan57%.
Pada tahun yang sama, di antara negaranegara di kawasan SEARO hampir
seluruh negara dengan penduduk yang menggunakan sumber air bersih 80% atau
lebih, kecuali Timor Leste dengan persentase sebesar 69%. Negara dengan
persentasetertinggiadalahKoreaUtarayaitu100%.
SepertiterlihatpadaGambar6.20,diantaranegaranegaraASEANdanSEARO
terdapat perbedaan persentase yang besar antar negara dengan penduduk yang
menggunakansaranasanitasisehattertinggidanyangterendahdengankisaran29%
dan100%.Negaradengancakupan29%adalahKambojadannegaradengancakupan
100%adalahSingapura.


191

GAMBAR6.20
PERSENTASEPENDUDUKYANGMENGGUNAKANSUMBERAIRBERSIHDAN
SARANASANITASISEHATDINEGARANEGARAASEAN&SEAROTAHUN2008

Sumber:UNDP,StatesoftheWorldsChildren2011
Dibandingkan persentase penduduk yang menggunakan sumber air bersih,
maka persentase penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat relatif rendah,
masih terdapat 10 negara di kawasan ini dengan penduduk yang menggunakan
sarana sanitasi sehat di bawah 80%. Persentase penduduk yang menggunakan
sumberairbersihdansaranasanitasisehatdinegaraASEANdanSEAROtahun2008
dapatdilihatpadaLampiran6.3.
4.PelayananKesehatanIbu
Untuk periode 20002010, dari 6 anggota ASEAN (Brunei, Laos, Malaysia dan
Singapura tidak ada data), Indonesia merupakan negara dengan persentase
pemeriksaan ibu hamil (K4) tertinggi yaitu sebesar 82%. Sedangkan yang terendah
tercatat di Kamboja yaitu sebesar 27%. Untuk kawasan SEARO cakupan
pemeriksaaan ibu hamil (K4) tertinggi dicapai oleh Korea Utara yaitu sebesar 95%,
diikutiolehSriLanka(93%),danyangterendahadalahBangladeshsebesar21%.
Cakupan pertolongan persalinan di negaranegara ASEAN bervariasi dengan
cakupan tertinggi di Negara Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia masing
masing sebesar 100% dan yang terendah di Laos dengan cakupan 20%. Indonesia
dengan cakupan salinakes 73% berada pada peringkat ke6 dari 10 negara. Untuk
kawasan SEARO cakupan salinakes tertinggi dicapai oleh Thailand dan Sri Lanka
yaitusebesar99%danyangterendahdiBangladeshsebesar18%.
Persentase peserta KB aktif pada wanita subur tahun 2010 di negaranegara
anggota ASEAN (Brunei Darussalam dan Malaysia tidak ada data) yang tertinggi
dicapai oleh Thailand dengan cakupan sebesar 70%, dan yang terendah di Kamboja
sebesar 27%. Indonesia dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 57% berada pada
peringkatke3dari10negaraASEAN.UntuknegaranegaraanggotaSEAROcakupan
peserta KB aktif tertinggi dicapai oleh Thailand sebesar 70% dan yang terendah di
TimorLestesebesar21%.
***

192

Badan Pusat Statistik. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002
2003.Calverton,Maryland,USA.

___________.2004.StatistikIndonesia2003.BPS,Jakarta.

___________. 2005. Beberapa Indikator Penting SosialEkonomi Indonesia 2005. BPS,


Jakarta.

___________.2005.StatistikIndonesia2004.BPS,Jakarta.

___________.2006.EstimasiParameterDemografiSUPAS2005.BPS,Jakarta.

___________.2006.StatistikIndonesia2005/2006.BPS,Jakarta.

___________.2006.StatistikKesejahteraanRakyat2005.BPS,Jakarta.

___________.2007.BeberapaIndikatorPentingmengenaiIndonesia.BPS,Jakarta.

___________.2007.StatistikIndonesia2007.BPS,Jakarta.

___________.2007.StatistikKesejahteraanRakyat2006.BPS,Jakarta.

___________.2008..PedomanMilleniumDevelopmentGoals.BPS,Jakarta.

___________.2008..PressReleaseBPS2008:JumlahKemiskinan.www.bps.go.id,Jakarta.

___________.2008.StatistikKesejahteraanRakyat2007.BPS,Jakarta.

___________.2009.StatistikKesejahteraanRakyat2008.BPS,Jakarta.

___________.2010.AnalisisDanPenghitunganTingkatKemiskinan2010.BPS,Jakarta.

___________.2010.BeritaResmiStatistik,BPS,No.45/07/Th.XIII,1Juli2010.

___________.2010..DataStrategisBPS,BPS,Jakarta.

___________. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat Per Provinsi, BPS,
Jakarta.

___________. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia.


BPS,Jakarta.


193

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, 1998. Survei Demografi dan
KesehatanIndonesia(SDKI)1997.Calverton,Maryland,USA.

___________. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Macro.
Calverton,Maryland,USA.

Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia


(IndonesiaPopulationProjection20002025).BPS,Jakarta.

KementerianDalamNegeri.2010.KodeDanDataWilayahAdministrasiPemerintahan
2010.Depdagri,Jakarta. www.depdagri.goid

Kementerian Kesehatan.1996. Publikasi HasilSurveiKesehatanRumah Tangga1995.


BadanLitbangkes,Jakarta.

___________.2000.IndonesiaSehat2010,DepartemenKesehatanRI,Jakarta.

___________.2005. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia, Ditjen PPPL


DepartemenKesehatanRI,Jakarta.

___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes,DepkesRI,Jakarta.

___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes,


DepkesRI,Jakarta.

___________.2006.ProfilPengembanganDanPemberdayaanSumberdayaManusia
Kesehatan2005.Depkes,Jakarta.

___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan.


Depkes,Jakarta.

___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes,


Jakarta.

___________.2006.StatistikRumahSakitDiIndonesiaSeri3:Morbiditas/Mortalitas.
Depkes,Jakarta.

___________. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun
2007.Depkes,Jakarta.

___________. 2010. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)


2010.Depkes,Jakarta.

___________.2008.PemantauanWilayahSetempat(PWS)KIA,DepartemenKesehatanRI,
Jakarta.


194

___________. 2008. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2007.
Depkes,Jakarta.

___________.2009.ProfilKesehatanIndonesia2008.DepartemenKesehatanRI,Jakarta.

___________. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun
2010.Kemenkes,Jakarta.

___________. 2010. Pendataan SDM Kesehatan Indonesia Tahun 2010, Kemenkes RI,
BadanPPSDMKesehatan,Jakarta.

Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2010. Strategi Nasional


PercepatanPembangunanDaerahTertinggal20042009.Jakarta.

PRB,2010.TheWorldPopulationDataSheet2010.PopulationReferenceBureau.

The United Nations Development Programme. 2008. Human Development Report


2007/2008.UNDP,NewYork.

UNAIDS.2010.2010ReportonTheGlobalAIDSEpidemic.UNAIDS/WHO.

UNICEF. 2011. Immunization Summary: A Statistical Reference Containing Data


Through2009(The20011Edition).UNICEF/WHO,NewYork.

___________.2008.IncidenceSeriesImmunization2007.UNICEF/WHO,NewYork.

___________.2009.TheStateoftheWorldsChildren2009.UNICEF/WHO,NewYork.

WHO.2011.WorldHealthStatistics20011.WHOPress,Geneva.

___________. 2010. WHO Vaccine Preventable Diseases, Monitoring System. WHO, New
York.

___________. 2010. Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza


A/(H5N1) Repoerted to WHO 13 May 2011
(http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/country/cases_table_2011_05_13
/en/index.htmldiakses20Juni2011)

***

Lampiran 2.1
Kabupaten Kota Kabupaten + Kota Kecamatan Kelurahan + Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 18 5 23 275 6.420
2 Sumatera Utara 25 8 33 410 5.656
3 Sumatera Barat 12 7 19 169 968
4 Riau 10 2 12 154 1.568
5 J ambi 9 2 11 128 1.321
6 Sumatera Selatan 11 4 15 217 2.895
7 Bengkulu 9 1 10 116 1.444
8 Lampung 12 2 14 206 2.358
9 Kepulauan Bangka Belitung 6 1 7 44 361
10 Kepulauan Riau 5 2 7 59 342
11 DKI J akarta 1 5 6 44 267
12 J awa Barat 17 9 26 625 5.836
13 J awa Tengah 29 6 35 573 8.576
14 DI Yogyakarta 4 1 5 78 438
15 J awa Timur 29 9 38 662 8.499
16 Banten 4 4 8 154 1.535
17 Bali 8 1 9 57 699
18 Nusa Tenggara Barat 8 2 10 116 913
19 Nusa Tenggara Timur 20 1 21 288 2.823
20 Kalimantan Barat 12 2 14 175 1.778
21 Kalimantan Tengah 13 1 14 125 1.445
22 Kalimantan Selatan 11 2 13 151 1.975
23 Kalimantan Timur 10 4 14 136 1.439
24 Sulawesi Utara 11 4 15 156 1.542
25 Sulawesi Tengah 10 1 11 148 1.732
26 Sulawesi Selatan 21 3 24 302 2.874
27 Sulawesi Tenggara 10 2 12 201 1.843
28 Gorontalo 5 1 6 65 595
29 Sulawesi Barat 5 0 5 69 569
30 Maluku 9 2 11 76 898
31 Maluku Utara 7 2 9 111 1.054
32 Papua Barat 10 1 11 160 1.354
33 Papua 28 1 29 348 3.621
399 98 497 6.598 75.638
Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2010
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
No Provinsi
Pembagian Wilayah
Lampiran 2.2
No Provinsi Laki-Laki Perempuan Laki-Laki dan Perempuan Rasio Jenis Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 2.248.952 2.245.458 4.494.410 100
2 Sumatera Utara 6.483.354 6.498.850 12.982.204 100
3 Sumatera Barat 2.404.377 2.442.532 4.846.909 98
4 Riau 2.853.168 2.685.199 5.538.367 106
5 J ambi 1.581.110 1.511.155 3.092.265 105
6 Sumatera Selatan 3.792.647 3.657.747 7.450.394 104
7 Bengkulu 877.159 838.359 1.715.518 105
8 Lampung 3.916.622 3.691.783 7.608.405 106
9 Kepulauan Bangka Belitung 635.094 588.202 1.223.296 108
10 Kepulauan Riau 862.144 817.019 1.679.163 106
11 DKI J akarta 4.870.938 4.736.849 9.607.787 103
12 J awa Barat 21.907.040 21.146.692 43.053.732 104
13 J awa Tengah 16.091.112 16.291.545 32.382.657 99
14 DI Yogyakarta 1.708.910 1.748.581 3.457.491 98
15 J awa Timur 18.503.516 18.973.241 37.476.757 98
16 Banten 5.439.148 5.193.018 10.632.166 105
17 Bali 1.961.348 1.929.409 3.890.757 102
18 Nusa Tenggara Barat 2.183.646 2.316.566 4.500.212 94
19 Nusa Tenggara Timur 2.326.487 2.357.340 4.683.827 99
20 Kalimantan Barat 2.246.903 2.149.080 4.395.983 105
21 Kalimantan Tengah 1.153.743 1.058.346 2.212.089 109
22 Kalimantan Selatan 1.836.210 1.790.406 3.626.616 103
23 Kalimantan Timur 1.871.690 1.681.453 3.553.143 111
24 Sulawesi Utara 1.159.903 1.110.693 2.270.596 104
25 Sulawesi Tengah 1.350.844 1.284.165 2.635.009 105
26 Sulawesi Selatan 3.924.431 4.110.345 8.034.776 95
27 Sulawesi Tenggara 1.121.826 1.110.760 2.232.586 101
28 Gorontalo 521.914 518.250 1.040.164 101
29 Sulawesi Barat 581.526 577.125 1.158.651 101
30 Maluku 775.477 758.029 1.533.506 102
31 Maluku Utara 531.393 506.694 1.038.087 105
32 Papua Barat 402.398 358.024 760.422 112
33 Papua 1.505.883 1.327.498 2.833.381 113
119.630.913 118.010.413 237.641.326 101
Sumber: BPS, Sensus Penduduk 2010
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS KELAMIN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
Lampiran 2.3
No Kelompok Umur
(1) (2)
1 0 - 4 11.658.856 11.013.204 22.672.060
2 5 - 9 11.970.804 11.276.366 23.247.170
3 10 - 14 11.659.310 11.018.180 22.677.490
4 15 - 19 10.610.119 10.260.967 20.871.086
5 20 - 24 9.881.969 9.996.448 19.878.417
6 25 - 29 10.626.458 10.673.629 21.300.087
7 30 - 34 9.945.211 9.876.989 19.822.200
8 35 - 39 9.333.720 9.163.782 18.497.502
9 40 - 44 8.319.453 8.199.015 16.518.468
10 45 - 49 7.030.168 7.005.784 14.035.952
11 50 - 54 5.863.756 5.693.103 11.556.859
12 55 - 59 4.398.805 4.046.531 8.445.336
13 60 - 64 2.926.073 3.130.238 6.056.311
14 65 - 69 2.224.273 2.467.877 4.692.150
15 70 - 74 1.530.938 1.924.247 3.455.185
16 75+ 1.605.817 2.227.546 3.833.363
17 Tidak Terjawab 45.183 36.507 81.690
Jumlah 119.630.913 118.010.413 237.641.326
Sumber: BPS, Sensus Penduduk 2010
JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2010
Laki-Laki dan Perempuan
(5)
Perempuan
(4)
Laki-Laki
(3)
Lampiran 2.4
1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 2,93 2,72 1,46 1,35
2 Sumatera Utara 2,60 2,06 1,32 1,11
3 Sumatera Barat 2,21 1,62 0,62 1,34
4 Riau 3,11 4,30 4,27 3,59
5 J ambi 4,07 3,40 1,83 2,55
6 Sumatera Selatan 3,32 3,15 1,24 1,85
7 Bengkulu 4,39 4,38 2,20 1,66
8 Lampung 5,77 2,67 1,17 1,23
9 Kepulauan Bangka Belitung NA NA NA 3,14
10 Kepulauan Riau NA NA NA 4,99
11 DKI J akarta 3,93 2,42 0,13 1,39
12 J awa Barat 2,66 2,57 2,24 1,89
13 J awa Tengah 1,64 1,18 0,94 0,37
14 DI Yogyakarta 1,10 0,57 0,72 1,02
15 J awa Timur 1,49 1,08 0,70 0,76
16 Banten NA NA NA 2,79
17 Bali 1,69 1,18 1,31 2,15
18 Nusa Tenggara Barat 2,36 2,15 1,81 1,17
19 Nusa Tenggara Timur 1,95 1,79 1,63 2,06
20 Kalimantan Barat 2,31 2,65 2,28 0,91
21 Kalimantan Tengah 3,43 3,88 2,98 1,74
22 Kalimantan Selatan 2,16 2,32 1,45 1,98
23 Kalimantan Timur 5,73 4,42 2,80 3,80
24 Sulawesi Utara 2,31 1,60 1,40 1,26
25 Sulawesi Tengah 3,86 2,87 2,57 1,94
26 Sulawesi Selatan 1,74 1,42 1,48 1,17
27 Sulawesi Tenggara 3,09 3,66 3,14 2,07
28 Gorontalo NA NA NA 2,24
29 Sulawesi Barat NA NA NA 2,67
30 Maluku 2,88 2,79 0,67 2,78
31 Maluku Utara NA NA NA 2,44
32 Papua Barat NA NA NA 3,72
33 Papua 2,67 3,46 3,10 5,46
2,31 1,98 1,40 1,49
Sumber : BPS, Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000, Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995 dan Sensus Penduduk 2010, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 10, Maret 2011
NA: Pemekaran Provinsi Sejak 1999
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 1971 - 2010
Indonesia
Laju Pertumbuhan Penduduk (% per tahun)
Provinsi No
Lampiran 2.5
(1) (2) (3)
(4) (5) (6)
(7)
1 Aceh 57.956 2.248.952 2.245.458 4.494.410 78
2 Sumatera Utara 72.981 6.483.354 6.498.850 12.982.204 178
3 Sumatera Barat 42.013 2.404.377 2.442.532 4.846.909 115
4 Riau 87.024 2.853.168 2.685.199 5.538.367 64
5 J ambi 50.058 1.581.110 1.511.155 3.092.265 62
6 Sumatera Selatan 91.592 3.792.647 3.657.747 7.450.394 81
7 Bengkulu 19.919 877.159 838.359 1.715.518 86
8 Lampung 34.624 3.916.622 3.691.783 7.608.405 220
9 Kepulauan Bangka Belitung 16.424 635.094 588.202 1.223.296 74
10 Kepulauan Riau 8.202 862.144 817.019 1.679.163 205
11 DKI J akarta 664 4.870.938 4.736.849 9.607.787 14.469
12 J awa Barat 35.378 21.907.040 21.146.692 43.053.732 1.217
13 J awa Tengah 32.801 16.091.112 16.291.545 32.382.657 987
14 DI Yogyakarta 3.133 1.708.910 1.748.581 3.457.491 1.104
15 J awa Timur 47.800 18.503.516 18.973.241 37.476.757 784
16 Banten 9.663 5.439.148 5.193.018 10.632.166 1.100
17 Bali 5.780 1.961.348 1.929.409 3.890.757 673
18 Nusa Tenggara Barat 18.572 2.183.646 2.316.566 4.500.212 242
19 Nusa Tenggara Timur 48.718 2.326.487 2.357.340 4.683.827 96
20 Kalimantan Barat 147.307 2.246.903 2.149.080 4.395.983 30
21 Kalimantan Tengah 153.565 1.153.743 1.058.346 2.212.089 14
22 Kalimantan Selatan 38.744 1.836.210 1.790.406 3.626.616 94
23 Kalimantan Timur 204.534 1.871.690 1.681.453 3.553.143 17
24 Sulawesi Utara 13.852 1.159.903 1.110.693 2.270.596 164
25 Sulawesi Tengah 61.841 1.350.844 1.284.165 2.635.009 43
26 Sulawesi Selatan 46.717 3.924.431 4.110.345 8.034.776 172
27 Sulawesi Tenggara 38.068 1.121.826 1.110.760 2.232.586 59
28 Gorontalo 11.257 521.914 518.250 1.040.164 92
29 Sulawesi Barat 16.787 581.526 577.125 1.158.651 69
30 Maluku 46.914 775.477 758.029 1.533.506 33
31 Maluku Utara 31.983 531.393 506.694 1.038.087 32
32 Papua Barat 97.024 402.398 358.024 760.422 8
33 Papua 319.036 1.505.883 1.327.498 2.833.381 9
1.910.931,32 119.630.913 118.010.413 237.641.326 124
Sumber: (a) Kemendagri, Data Ditjen PUM Kemendagri 2010
(b) BPS, Sensus Penduduk 2010
Indonesia
Jumlah Penduduk (Jiwa) (b) Luas
Wilayah
(Km) (a)
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi
Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Kepadatan
Penduduk
Per Km
Lampiran 2.6
0-14 15-64 65+ TT 0-14 15-64 65+ TT 0-14 15-64 65+ TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1 Aceh 738.658 1436703 73.588 3 2.248.952 699.372 1.448.615 97.468 3 2.245.458 1.438.030 2.885.318 171.056 6 4.494.410 55,77
2 Sumatera Utara 2.219.026 4.053.861 210.119 348 6.483.354 2.096.415 4.108.097 294.014 324 6.498.850 4.315.441 8.161.958 504.133 672 12.982.204 59,05
3 Sumatera Barat 797.096 1.495.487 110.395 1.399 2.404.377 749.428 1.527.492 164.183 1.429 2.442.532 1.546.524 3.022.979 274.578 2.828 4.846.909 60,24
4 Riau 944.893 1.840.012 68.042 221 2.853.168 890.865 1.721.924 72.192 218 2.685.199 1.835.758 3.561.936 140.234 439 5.538.367 55,48
5 J ambi 485.019 1.043.069 52.643 379 1.581.110 459.430 994.973 56.501 251 1.511.155 944.449 2.038.042 109.144 630 3.092.265 51,70
6 Sumatera Selatan 1.158.639 2.493.548 139.506 954 3.792.647 1.095.422 2.398.153 163.521 651 3.657.747 2.254.061 4.891.701 303.027 1.605 7.450.394 52,27
7 Bengkulu 269.637 575.562 31.001 959 877.159 254.588 548.343 34.839 589 838.359 524.225 1.123.905 65.840 1.548 1.715.518 52,50
8 Lampung 1.152.258 2.578.331 183.914 2.119 3.916.622 1.086.878 2.417.964 185.659 1.282 3.691.783 2.239.136 4.996.295 369.573 3.401 7.608.405 52,21
9 Kepulauan Bangka Belitung 184.862 429.702 20.412 118 635.094 175.674 388.249 24.216 63 588.202 360.536 817.951 44.628 181 1.223.296 49,53
10 Kepulauan Riau 254.021 590.833 16.910 380 862.144 238.612 561.038 17.116 253 817.019 492.633 1.151.871 34.026 633 1.679.163 45,72
11 DKI J akarta 1.179.776 3.550.850 138.441 1.871 4.870.938 1.117.856 3.462.458 155.246 1.289 4.736.849 2.297.632 7.013.308 293.687 3.160 9.607.787 36,95
12 J awa Barat 6.470.027 14.503.547 918.749 14.717 21.907.040 6.124.621 13.950.656 1.059.644 11.771 21.146.692 12.594.648 28.454.203 1.978.393 26.488 43.053.732 51,22
13 J awa Tengah 4.376.532 10.682.795 1.031.768 17 16.091.112 4.139.235 10.860.520 1.291.773 17 16.291.545 8.515.767 21.543.315 2.323.541 34 32.382.657 50,31
14 DI Yogyakarta 390.675 1.171.571 143.748 2.916 1.708.910 368.647 1.193.515 184.784 1.635 1.748.581 759.322 2.365.086 328.532 4.551 3.457.491 46,00
15 J awa Timur 4.724.653 12.642.240 1.122.271 14.352 18.503.516 4.486.631 12.946.813 1.526.344 13.453 18.973.241 9.211.284 25.589.053 2.648.615 27.805 37.476.757 46,35
16 Banten 1.640.944 3.662.065 135.893 246 5.439.148 1.541.255 3.488.636 162.846 281 5.193.018 3.182.199 7.150.701 298.739 527 10.632.166 48,68
17 Bali 520.899 1.321.726 118.720 3 1.961.348 486324 1.304.905 138.180 1.929.409 1.007.223 2.626.631 256.900 3 3.890.757 48,13
18 Nusa Tenggara Barat 719.018 1.369.324 95.287 17 2.183.646 682.767 1.523.817 109.968 14 2.316.566 1.401.785 2.893.141 205.255 31 4.500.212 55,55
19 Nusa Tenggara Timur 898.567 1.316.603 111.125 192 2.326.487 849.112 1.387.063 121.031 134 2.357.340 1.747.679 2.703.666 232.156 326 4.683.827 73,23
20 Kalimantan Barat 717.996 1.450.825 77.726 356 2.246.903 682.208 1.387.061 79.510 301 2.149.080 1.400.204 2.837.886 157.236 657 4.395.983 54,88
21 Kalimantan Tengah 352.275 769.516 31.951 1 1.153.743 332.198 693.908 32.239 1 1.058.346 684.473 1.463.424 64.190 2 2.212.089 51,16
22 Kalimantan Selatan 544.555 1.236.416 55.232 7 1.836.210 511.351 1.203.573 75.477 5 1.790.406 1.055.906 2.439.989 130.709 12 3.626.616 48,63
23 Kalimantan Timur 561.000 1.266.864 42.529 1.297 1.871.690 525.732 1.113.837 41.038 846 1.681.453 1.086.732 2.380.701 83.567 2.143 3.553.143 49,16
24 Sulawesi Utara 327.254 776.894 55.706 49 1.159.903 305.156 734.341 71.169 27 1.110.693 632.410 1.511.235 126.875 76 2.270.596 50,24
25 Sulawesi Tengah 450.644 853.448 46.405 347 1.350.844 424.749 810.799 48.376 241 1.284.165 875.393 1.664.247 94.781 588 2.635.009 58,30
26 Sulawesi Selatan 1.276.892 2.461.105 186.051 383 3.924.431 1.205.617 2.649.089 255.327 312 4.110.345 2.482.509 5.110.194 441.378 695 8.034.776 57,22
27 Sulawesi Tenggara 403.131 679.618 38.210 867 1.121.826 379.095 684.977 46.011 677 1.110.760 782.226 1.364.595 84.221 1.544 2.232.586 63,49
28 Gorontalo 170.664 334.693 16.551 6 521.914 162.501 334.990 20.750 9 518.250 333.165 669.683 37.301 15 1.040.164 55,32
29 Sulawesi Barat 214.904 344.712 21.700 210 581.526 202.737 348.882 25.342 164 577.125 417.641 693.594 47.042 374 1.158.651 67,00
30 Maluku 286.647 459.419 29.411 NA 775.477 267.854 457.766 32.409 NA 758.029 554.501 917.185 61.820 NA 1.533.506 67,20
31 Maluku Utara 190.293 326.613 14.440 47 531.393 179.157 312.135 15.375 27 506.694 369.450 638.748 29.815 74 1.038.087 62,51
32 Papua Barat 134.483 260.711 6.922 282 402.398 125.119 227.217 5.594 94 358.024 259.602 487.928 12.516 376 760.422 55,77
33 Papua 533.032 957.069 15.662 120 1.505.883 461.144 854.680 11.528 146 1.327.498 994.176 1.811.749 27.190 266 2.833.381 56,37
35.288.970 78.935.732 5.361.028 45.183 119.630.913 33.307.750 78.046.486 6.619.670 36.507 118.010.413 68.596.720 156.982.218 11.980.698 81.690 237.641.326 51,33
Sumber: BPS, Sensus Penduduk Tahun 2010.
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah
Kelompok Umur
Jumlah
Indonesia
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
DAN PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi
Laki-laki Laki-laki + Perempuan
Angka
Beban
Tanggungan
Perempuan
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah
Lampiran 2.7
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(%)
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(%)
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(%)
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(%)
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 21 16 76,19 23 16
69,57
23 16 69,57 23 16 69,57 23
12
52,17
2 Sumatera Utara 25 6 24,00 28 6
21,43
33 6 18,18 33 6 18,18 33
6
18,18
3 Sumatera Barat 19 9 47,37 19 9
47,37
19 9 47,37 19 9 47,37 19
8
42,11
4 Riau 11 2 18,18 11 2
18,18
11 2 18,18 12 2 16,67 12
0
0,00
5 J ambi 10 2 20,00 10
2 20,00
11 2 18,18 11 2 18,18
11 0
0,00
6 Sumatera Selatan 14 6 42,86 15 6
40,00
15 6 40,00 15 6 40,00 15
7
46,67
7 Bengkulu 9 8 88,89 9 8
88,89
10 8 80,00 10 8 80,00 10
6
60,00
8 Lampung 10 5 50,00 11 5
45,45
14 5 35,71 14 5 35,71 14
4
28,57
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 3 42,86 7 3
42,86
7 3 42,86 7 3 42,86 7
1
14,29
10 Kepulauan Riau 6 1 16,67 6 1
16,67
7 1 14,29 7 1 14,29 7
2
28,57
11 DKI J akarta 6 0 0,00 6 0
0,00
6 0 0,00 6 0 0,00 6
0
0,00
12 J awa Barat 25 2 8,00 26 2
7,69
26 2 7,69 26 2 7,69 26
2
7,69
13 J awa Tengah 35 3 8,57 35 3
8,57
35 3 8,57 35 3 8,57 35
0
0,00
14 DI Yogyakarta 5 2 40,00 5 2
40,00
5 2 40,00 5 2 40,00 5
0
0,00
15 J awa Timur 38 8 21,05 38 8
21,05
38 8 21,05 38 8 21,05 38
5
13,16
16 Banten 6 2 33,33 7 2
28,57
8 2 25,00 8 2 25,00 8
2
25,00
17 Bali 9 1 11,11 9 1
11,11
9 1 11,11 9 1 11,11 9
0
0,00
18 Nusa Tenggara Barat 9 7 77,78 9 6
66,67
10 6 60,00 10 7 70,00 10
8
80,00
19 Nusa Tenggara Timur 16 15 93,75 20 15
75,00
21 15 71,43 21 15 71,43 21
20
95,24
20 Kalimantan Barat 12 9 75,00 14 10
71,43
14 10 71,43 14 9 64,29 14
10
71,43
21 Kalimantan Tengah 14 7 50,00 14 7
50,00
14 7 50,00 14 7 50,00 14
1
7,14
22 Kalimantan Selatan 13 0 0,00 13 2
15,38
13 2 15,38 13 2 15,38 13
2
15,38
23 Kalimantan Timur 13 5 38,46 14 3
21,43
14 3 21,43 14 3 21,43 14
3
21,43
24 Sulawesi Utara 9 2 22,22 13 2
15,38
15 2 13,33 15 2 13,33 15
3
20,00
25 Sulawesi Tengah 10 9 90,00 10 9
90,00
11 9 81,82 11 9 81,82 11
10
90,91
26 Sulawesi Selatan 23 13 56,52 23 13
56,52
24 13 54,17 24 13 54,17 24
4
16,67
27 Sulawesi Tenggara 10 8 80,00 12 8
66,67
12 8 66,67 12 8 66,67 12
9
75,00
28 Gorontalo 5 4 80,00 6 4
66,67
6 4 66,67 6 4 66,67 6
3
50,00
29 Sulawesi Barat 5 5 100,00 5 5
100,00
5 5 100,00 5 5 100,00 5
5
100,00
30 Maluku 8 7 87,50 9 7
77,78
11 7 63,64 11 7 63,64 11
8
72,73
31 Maluku Utara 8 6 75,00 8 6
75,00
9 6 66,67 9 6 66,67 9
7
77,78
32 Papua Barat 9 7 77,78 9 7
77,78
10 7 70,00 11 7 63,64 11
8
72,73
33 Papua 20 19 95,00 21 19
90,48
29 19 65,52 29 19 65,52 29
27
93,10
440 199 45,23 465 199 42,80 495 199 40,20 497 199 40,04 497 183 36,82
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2010
Indonesia
2006
No Provinsi
JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
2008 2007 2009 2010
Lampiran 2.8
No Provinsi Kategori
(1) (2) (4)
1 Aceh 1 Sabang Sangat Prioritas
2 Sumatera Utara 1 Serdang Bedagai Prioritas
3 R i a u 1 Dumai Prioritas
2 Bengkalis Prioritas
3 Rotan Hilir Prioritas
4 Indragiri Hilir Prioritas
5 Kepulauan Meranti Prioritas
4 Kepulauan Riau 1 Karimun Prioritas
2 Batam Sangat Prioritas
3 Natuna Sangat Prioritas
4 Bintan Prioritas
5 Kepulauan Anambas Prioritas
5 Nusa Tenggara Timur 1 Kupang Sangat Prioritas
2 Timor Tengah Utara Sangat Prioritas
3 Belu Sangat Prioritas
4 Alor Prioritas
5 Rote Ndao Prioritas
6 Kalimantan Barat 1 Sambas Sangat Prioritas
2 Bengkayang Sangat Prioritas
3 Sanggau Sangat Prioritas
4 Sintang Sangat Prioritas
5 Hulu Sangat Prioritas
7 Kalimantan Timur 1 Nunukan Sangat Prioritas
2 Malinau Sangat Prioritas
3 Kutai Barat Sangat Prioritas
8 Sulawesi Utara 1 Kepulauan Talaud Sangat Prioritas
2 Kepulauan Sangihe Sangat Prioritas
9 Maluku 1 Maluku Barat Daya Prioritas
2 Maluku Tenggara Barat Prioritas
3 Kepulauan Aru Prioritas
10 Maluku Utara 1 Morotai Prioritas
11 Papua Barat 1 Raja Ampat Prioritas
12 Papua 1 Keerom Prioritas
2 Merauke Sangat Prioritas
3 Boven Digoel Sangat Prioritas
4 Peg. Bintang Prioritas
5 J ayapura Sangat Prioritas
6 Supiori Prioritas
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2010
Keterangan:
Sangat Prioritas : apabila memenuhi 3 indikator daerah tertinggal
Prioritas : apabila memenuhi 2 indikator daerah tertinggal
38 Kabupaten/Kota Prioritas dan Sangat Prioritas
di Kawasan Perbatasan dan Pulau Kecil Terluar di Indonesia Tahun 2010
Indonesia
Kabupaten
(3)
38
Lampiran 2.9
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 308.306 266.285 278.389
2 Sumatera Utara 247.547 201.810 222.898
3 Sumatera Barat 262.173 214.458 230.823
4 Riau 276.627 235.267 256.112
5 J ambi 262.826 193.834 216.187
6 Sumatera Selatan 258.304 198.572 221.687
7 Bengkulu 255.762 209.616 225.857
8 Lampung 236.098 189.954 202.414
9 Kepulauan Bangka Belitung 289.644 283.302 286.334
10 Kepulauan Riau 321.668 265.258 295.095
11 DKI J akarta 331.169 - 331.169
12 J awa Barat 212.210 185.335 201.138
13 J awa Tengah 205.606 179.982 192.435
14 DI Yogyakarta 240.282 195.406 224.258
15 J awa Timur 213.383 185.879 199.327
16 Banten 220.771 188.741 208.023
17 Bali 222.868 188.071 208.152
18 Nusa Tenggara Barat 223.784 176.283 196.185
19 Nusa Tenggara Timur 241.807 160.743 175.308
20 Kalimantan Barat 207.884 182.293 189.407
21 Kalimantan Tengah 220.658 212.790 215.466
22 Kalimantan Selatan 230.712 196.753 210.850
23 Kalimantan Timur 307.479 248.583 285.218
24 Sulawesi Utara 202.469 188.096 194.334
25 Sulawesi Tengah 231.225 195.795 203.237
26 Sulawesi Selatan 186.693 151.879 163.089
27 Sulawesi Tenggara 177.787 161.451 165.208
28 Gorontalo 180.606 167.162 171.371
29 Sulawesi Barat 182.206 165.914 171.356
30 Maluku 249.895 217.599 226.030
31 Maluku Utara 238.533 202.185 212.982
32 Papua Barat 319.170 287.512 294.727
33 Papua 298.285 247.563 259.128
232.988 192.354 211.726
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011
GARIS KEMISKINAN MENURUT PROVINSI DAN DAERAH (MARET 2010)
Indonesia
Provinsi No
Garis Kemiskinan (Rupiah/Kapita/Bulan)
Lampiran 2.10
Jumlah
(ribu)
%
Jumlah
(ribu)
%
Jumlah
(ribu)
%
Jumlah
(ribu)
%
Jumlah
(ribu)
%
Jumlah
(ribu)
%
Jumlah
(ribu)
%
Jumlah
(ribu)
%
Jumlah
(ribu)
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Aceh 195,8 16,67 763,9 26,30 959,7 23,53 182,1 15,44 710,7 24,37 892,8 21,80 173,4 14,65 688,5 23,54 861,9 20,98
2 Sumatera Utara 761,7 12,85 852,1 12,29 1.613,8 12,55 688,0 11,45 811,6 11,56 1499,7 11,51 689,0 11,34 801,9 11,29 1490,9 11,31
3 Sumatera Barat 127,3 8,30 349,9 11,91 477,2 10,67 115,8 7,50 313,5 10,00 429,3 9,54 106,2 6,84 323,8 10,88 430,0 9,50
4 Riau 245,1 9,12 321,6 12,16 566,7 10,63 225,6 8,04 301,9 10,93 527,5 9,48 208,9 7,17 291,3 10,15 500,3 8,65
5 J ambi 120,1 13,28 140,2 7,43 260,3 9,32 117,3 12,71 132,4 6,88 249,7 8,77 110,8 11,80 130,8 6,67 241,6 8,34
6 Sumatera Selatan 514,7 18,87 734,9 17,01 1.249,6 17,73 470,0 16,93 697,9 15,87 1167,9 16,28 471,2 16,73 654,5 14,67 1125,7 15,47
7 Bengkulu 131,8 21,95 220,2 19,93 352,0 20,64 117,6 19,16 206,5 18,28 324,1 18,59 117,2 18,75 207,7 18,05 324,9 18,30
8 Lampung 365,6 17,85 1226,0 22,14 1.591,6 20,98 349,3 16,78 1209,0 21,49 1558,0 20,22 301,7 14,30 1178,2 20,65 1479,9 18,94
9 Kepulauan Bangka Belitung 36,5 7,57 50,2 9,52 86,7 8,58 28,8 5,86 47,9 8,93 76,6 7,46 21,9 4,39 45,9 8,45 67,8 6,51
10 Kepulauan Riau 69,2 8,81 67,1 9,60 136,4 9,18 62,6 7,63 65,6 8,98 128,2 8,27 67,1 7,87 62,6 8,24 129,7 8,05
11 DKI J akarta 379,6 4,29 - - 379,6 4,29 323,2 3,62 - - 323,0 3,62 312,2 3,48 - - 312,2 3,48
12 J awa Barat 2617,4 10,88 2705,0 16,05 5.322,4 13,01 2531,4 10,33 2452,2 14,28 4983,6 11,96 2350,5 9,43 2423,2 13,88 4773,7 11,27
13 J awa Tengah 2556,5 16,34 3633,1 21,96 6.189,6 19,23 2420,9 15,41 3304,8 19,89 5725,7 17,72 2258,9 14,33 3110,2 18,66 5369,2 16,56
14 DI Yogyakarta 324,2 14,99 292,1 24,32 616,3 18,32 311,5 14,25 274,3 22,60 585,8 17,23 308,4 13,98 268,9 21,95 577,3 16,83
15 J awa Timur 2310,6 13,15 4340,6 23,64 6.651,3 18,51 2148,5 12,17 3874,1 21,00 6022,6 16,68 1873,6 10,58 3655,8 19,74 5529,3 15,26
16 Banten 371,0 6,15 445,7 11,18 816,7 8,15 348,7 5,62 439,3 10,70 788,1 7,64 318,3 4,99 439,9 10,44 758,2 7,16
17 Bali 115,1 5,70 100,7 6,81 215,7 6,17 92,1 4,50 89,7 5,98 181,7 5,13 83,6 4,04 91,3 6,02 174,9 4,88
18 Nusa Tenggara Barat 560,4 29,47 520,2 19,73 1.080,6 23,81 557,5 28,84 493,4 18,40 1051,0 22,78 552,6 28,16 456,7 16,78 1009,4 21,55
19 Nusa Tenggara Timur 119,3 15,50 979,1 27,88 1.098,3 25,65 109,4 14,01 903,7 25,35 1013,2 23,31 107,4 13,57 906,7 25,10 1014,1 23,03
20 Kalimantan Barat 127,5 9,98 381,3 11,49 508,8 11,07 94,0 7,23 340,8 10,09 434,8 9,30 83,4 6,31 345,3 10,06 428,8 9,02
21 Kalimantan Tengah 45,3 5,81 154,6 10,20 200,0 8,71 35,8 4,45 130,1 8,34 165,9 7,02 33,2 4,03 131,0 8,19 164,2 6,77
22 Kalimantan Selatan 81,1 5,79 137,8 6,97 218,9 6,48 68,8 4,82 107,2 5,33 176,0 5,12 65,8 4,54 116,2 5,69 182,0 5,21
23 Kalimantan Timur 110,4 5,89 176,1 15,47 286,4 9,51 77,1 4,00 162,2 13,86 239,2 7,73 79,2 4,02 163,8 13,66 243,0 7,66
24 Sulawesi Utara 72,7 7,56 150,9 12,04 223,5 10,10 79,3 8,14 140,3 11,05 219,6 9,79 76,4 7,75 130,4 10,14 206,7 9,10
25 Sulawesi Tengah 60,9 11,47 463,8 23,22 524,7 20,75 54,7 10,09 435,2 21,35 489,8 18,98 54,2 9,82 420,8 20,26 475,0 18,07
26 Sulawesi Selatan 150,8 6,05 880,9 16,79 1.031,7 13,34 124,5 4,94 839,1 15,81 963,6 12,31 119,2 4,70 794,3 14,88 913,4 11,60
27 Sulawesi Tenggara 27,2 5,29 408,7 23,78 435,9 19,53 26,2 4,96 408,2 23,11 434,3 18,93 22,2 4,10 378,5 20,92 400,7 17,05
28 Gorontalo 27,5 9,87 194,1 31,72 221,6 24,88 22,2 7,89 202,4 32,82 224,6 25,01 17,8 6,29 192,1 30,89 209,9 23,19
29 Sulawesi Barat 48,3 14,14 122,8 18,03 171,1 16,73 43,5 12,59 114,7 16,65 158,2 15,29 33,7 9,70 107,6 15,52 141,3 13,58
30 Maluku 44,7 12,97 346,7 35,56 391,3 29,66 38,8 11,03 341,2 34,30 380,0 28,23 36,4 10,20 342,3 33,94 378,6 27,74
31 Maluku Utara 9,0 3,27 96,0 14,67 105,1 11,28 8,7 3,10 89,3 13,42 98,0 10,36 7,6 2,66 83,4 12,28 91,1 9,42
32 Papua Barat 9,5 5,93 237,0 43,74 246,5 35,12 8,6 5,22 248,3 44,71 256,8 35,71 9,6 5,73 246,7 43,48 256,3 34,88
33 Papua 31,6 7,02 701,5 45,96 733,1 37,08 28,2 6,10 732,2 46,81 760,4 37,53 26,2 5,55 735,4 46,02 761,6 36,80
12768,5 11,65 22194,8 18,93 34963,3 15,42 11910,5 10,72 20619,4 17,35 32530,0 14,15 11097,8 9,87 19925,6 16,56 31023,4 13,33
Sumber: BPS, Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th.XIII, 1 J uli 2010
Perkotaan +
Perdesaan
Indonesia
Maret Tahun 2010
Perkotaan Perdesaan
Perkotaan +
Perdesaan
JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2008 - 2010
No Provinsi
Maret Tahun 2008 Maret Tahun 2009
Perkotaan Perdesaan
Perkotaan +
Perdesaan
Perkotaan Perdesaan
Keruh Berwarna Berasa Berbusa Berbau Baik*)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 12,3 6,2 2,1 1,1 2,2 84,5
2 Sumatera Utara 11,4 7,0 5,6 1,5 4,2 84,5
3 Sumatera Barat 6,4 5,7 2,8 1,3 3,4 91,3
4 Riau 5,6 4,9 3,9 2,3 3,9 90,5
5 Kepulauan Riau 11,9 6,6 2,5 1,2 3,8 84,2
6 J ambi 14,7 7,4 6,3 2,2 4,5 81,4
7 Sumatera Selatan 10,3 6,0 7,8 1,3 3,4 84,1
8 Kep.Bangka Belitung 10,4 5,1 3,3 2,3 3,2 87,1
9 Bengkulu 2,2 1,0 6,2 0,7 0,7 92,0
10 Lampung 3,8 3,0 2,3 0,9 1,5 94,9
11 DKI J akarta 4,0 1,9 3,0 0,5 3,6 92,4
12 J awa Barat 4,6 2,8 2,5 0,8 2,2 92,6
13 J awa Tengah 4,5 2,3 1,4 0,7 1,9 94,1
14 D.I. Yogyakarta 4,6 2,0 0,8 0,2 0,9 94,3
15 J awa Timur 4,5 2,4 2,2 0,7 1,8 93,8
16 Banten 5,8 3,5 4,7 1,6 3,0 90,5
17 Bali 1,9 2,2 1,6 0,4 1,2 95,7
18 Nusa Tenggara Barat 6,8 3,8 5,7 1,0 2,0 89,0
19 Nusa Tenggara Timur 5,7 5,4 3,0 0,8 1,0 88,2
20 Kalimantan Barat 14,6 12,0 8,9 6,5 5,9 75,6
21 Kalimantan Tengah 19,3 12,1 4,0 1,3 4,9 76,8
22 Kalimantan Timur 18,2 10,5 6,2 1,1 4,1 76,3
23 Kalimantan Selatan 11,1 7,4 3,5 1,6 3,2 87,2
24 Sulawesi Utara 7,7 4,5 2,0 0,4 1,3 91,5
25 Sulawesi Tengah 11,1 7,5 9,0 1,9 4,8 79,2
26 Sulawesi Selatan 7,6 3,3 5,5 1,7 4,1 87,9
27 Sulawesi Tenggara 11,8 4,7 10,0 0,8 1,7 79,4
28 Gorontalo 9,1 5,6 10,3 2,9 4,7 84,5
29 Sulawesi Barat 9,8 3,4 3,1 1,3 2,7 87,6
30 Maluku 16,8 5,5 6,3 2,4 3,6 80,3
31 Maluku Utara 1,4 1,2 5,4 0,3 1,2 92,3
32 Papua Barat 5,1 9,3 1,4 0,9 3,6 88,8
33 Papua 24,2 15,4 15,6 3,0 10,4 69,0
6,9 4,0 3,4 1,2 2,7 90,0
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Indonesia
Keterangan : *) Baik =Tidak Keruh, Tidak Berwarna, Tidak Berasa, Tidak Berbusa dan Tidak Berbau
Lampiran 2.11
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Kualitas Fisik Air Minum
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 23,0 0,4 9,3 38,7 13,4 5,0 5,1 1,0 2,7 1,4
2 Sumatera Utara 25,4 1,4 18,9 22,2 6,7 8,8 3,5 3,4 9,5 0,3
3 Sumatera Barat 26,7 0,7 5,8 23,0 13,4 10,3 9,7 1,0 9,3 0,0
4 Riau 2,8 0,4 19,4 35,5 22,0 2,9 2,6 6,8 7,4 0,1
5 J ambi 19,7 1,7 10,4 24,7 22,4 0,9 1,5 3,2 10,7 4,8
6 Sumatera Selatan 12,9 0,4 6,8 33,7 18,1 3,7 1,2 3,2 19,9 0,1
7 Bengkulu 16,1 0,8 6,5 41,1 22,1 2,6 5,4 0,2 4,6 0,6
8 Lampung 5,3 0,5 6,6 48,7 27,6 3,7 5,3 1,2 1,0 0,1
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,4 0,9 15,1 36,2 25,4 3,9 3,9 1,6 12,4 0,2
10 Kepulauan Riau 31,1 3,1 1,6 44,3 16,6 1,6 0,6 0,2 0,9 0,0
11 DKI J akarta 42,5 2,2 50,6 3,4 1,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0
12 J awa Barat 13,5 1,2 30,6 30,5 7,8 9,3 4,3 0,1 2,3 0,3
13 J awa Tengah 19,7 0,6 14,9 36,7 8,2 13,6 3,9 0,5 1,6 0,2
14 DI Yogyakarta 13,2 0,3 5,7 63,2 5,4 2,3 3,0 6,8 0,1 0,0
15 J awa Timur 17,6 1,3 32,4 25,5 8,1 9,4 3,3 0,7 1,6 0,1
16 Banten 12,6 1,4 48,2 20,3 7,6 3,3 3,8 0,4 1,8 0,7
17 Bali 52,2 2,1 7,9 23,1 4,8 3,0 1,6 3,5 1,7 0,1
18 Nusa Tenggara Barat 15,6 2,0 15,8 37,3 15,4 10,5 1,6 0,0 1,6 0,1
19 Nusa Tenggara Timur 30,7 12,0 2,8 11,6 7,6 20,3 6,8 1,0 3,8 3,2
20 Kalimantan Barat 13,7 0,7 6,0 14,1 13,9 4,1 1,1 8,3 36,7 1,3
21 Kalimantan Tengah 22,6 0,1 16,6 7,8 4,1 4,4 1,3 4,0 38,9 0,1
22 Kalimantan Selatan 27,5 1,0 14,9 17,7 10,1 1,1 0,5 0,1 27,1 0,1
23 Kalimantan Timur 48,8 2,0 5,6 7,1 6,2 1,2 2,5 11,1 15,3 0,2
24 Sulawesi Utara 25,2 0,4 12,8 19,0 18,0 19,0 5,0 0,1 0,2 0,3
25 Sulawesi Tengah 22,3 1,9 17,3 10,7 8,1 21,5 7,2 0,1 9,1 1,8
26 Sulawesi Selatan 22,3 1,1 17,9 19,7 18,1 11,8 4,0 2,1 3,0 0,0
27 Sulawesi Tenggara 39,0 0,9 9,9 22,8 5,6 12,4 2,1 3,4 3,7 0,1
28 Gorontalo 17,9 0,9 10,7 47,8 9,1 4,9 2,0 0,0 6,5 0,1
29 Sulawesi Barat 8,4 0,8 10,9 25,9 7,4 23,7 6,6 2,8 13,2 0,2
30 Maluku 18,2 2,4 8,0 25,4 23,9 7,6 11,5 1,9 1,1 0,0
31 Maluku Utara 23,4 0,8 2,7 40,6 22,9 1,8 2,4 0,5 5,0 0,0
32 Papua Barat 24,6 0,8 10,0 26,7 9,1 2,6 0,4 13,1 12,5 0,2
33 Papua 15,9 0,8 9,7 16,3 14,8 5,3 17,3 11,2 7,9 0,9
19,5 1,3 22,2 27,9 10,2 8,4 3,7 1,6 4,9 0,4
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
A
i
r

s
u
n
g
a
i
/
d
a
n
a
u
/
i
r
i
g
a
s
i
L
a
i
n
n
y
a
Lampiran 2.12
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS SUMBER UTAMA AIR UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Jenis Sumber Air
A
i
r

l
e
d
e
n
g
/
P
A
M
Indonesia
S
u
m
u
r

g
a
l
i

t
a
k

t
e
r
-
l
i
n
d
u
n
g
M
a
t
a

a
i
r

t
e
r
-
l
i
n
d
u
n
g
M
a
t
a

a
i
r

t
a
k

t
e
r
-
l
i
n
d
u
n
g
P
e
n
a
m
p
u
n
g
a
n

a
i
r

h
u
j
a
n
S
u
m
u
r

b
o
r
/
p
o
m
p
a
S
u
m
u
r

g
a
l
i

t
e
r
-
l
i
n
d
u
n
g
A
i
r

l
e
d
e
n
g

e
c
e
r
a
n
/
m
e
m
b
e
l
i
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 2,7 30,4 9,6 0,9 3,9 28,9 10,1 3,5 6,0 1,9 0,9 1,3
2 Sumatera Utara 3,3 11,2 22,5 2,3 15,5 19,2 4,5 8,4 3,9 3,5 5,4 0,2
3 Sumatera Barat 1,8 17,2 20,8 0,2 3,9 22,1 10,0 9,8 9,1 1,4 3,6 0,0
4 Riau 4,5 25,5 1,0 1,0 9,3 23,4 11,7 0,2 0,5 21,2 1,6 0,1
5 J ambi 2,7 17,8 12,8 1,8 5,9 19,7 22,8 0,9 0,4 13,7 1,7 0,0
6 Sumatera Selatan 2,0 14,4 10,1 1,8 4,5 33,3 16,3 2,0 1,0 4,9 9,7 0,0
7 Bengkulu 1,0 7,9 13,2 0,6 7,2 39,6 22,1 0,5 2,9 0,4 4,1 0,5
8 Lampung 4,2 4,3 4,5 1,5 4,5 49,7 23,7 1,5 4,9 0,8 0,4 0,1
9 Kepulauan Bangka Belitung 12,1 27,9 0,7 0,2 7,0 25,1 17,5 3,8 0,5 3,1 2,0 0,0
10 Kepulauan Riau 9,7 45,5 6,1 2,0 0,3 27,3 8,5 0,2 0,2 0,1 0,0 0,0
11 DKI J akarta 36,2 29,3 15,8 2,5 14,8 1,0 0,1 0,2 0,0 0,1 0,0 0,0
12 J awa Barat 8,8 17,3 9,4 1,8 17,8 27,1 6,0 7,6 3,6 0,2 0,4 0,0
13 J awa Tengah 4,2 5,0 19,2 2,6 11,7 35,2 6,3 11,7 2,9 0,4 0,8 0,1
14 DI Yogyakarta 11,6 8,0 8,4 0,6 4,1 51,0 5,4 1,2 3,0 6,7 0,0 0,0
15 J awa Timur 8,8 8,5 13,3 2,1 24,8 24,0 6,3 8,0 3,3 0,5 0,3 0,0
16 Banten 15,0 25,8 5,5 1,9 23,7 15,4 4,3 2,4 3,8 1,3 0,6 0,3
17 Bali 19,5 13,3 33,9 1,2 3,1 13,4 3,1 4,8 3,7 3,9 0,1 0,0
18 Nusa Tenggara Barat 5,3 13,2 12,6 2,7 12,2 33,4 11,2 8,7 0,5 0,1 0,1 0,0
19 Nusa Tenggara Timur 1,0 3,9 30,1 10,3 3,8 12,1 6,6 19,8 6,1 1,1 2,8 2,5
20 Kalimantan Barat 4,1 7,2 7,5 0,2 2,5 5,6 3,6 4,6 1,9 45,0 17,3 0,4
21 Kalimantan Tengah 3,2 14,4 14,3 0,6 10,3 10,9 3,4 1,0 8,6 8,2 25,1 0,1
22 Kalimantan Selatan 2,4 12,6 27,3 2,4 13,7 14,5 7,3 0,1 0,2 2,5 17,0 0,0
23 Kalimantan Timur 6,8 29,6 26,3 0,9 3,2 3,8 3,5 1,9 2,0 14,0 7,5 0,4
24 Sulawesi Utara 8,7 25,1 18,7 0,3 6,3 11,3 8,8 15,4 5,3 0,0 0,0 0,0
25 Sulawesi Tengah 1,8 9,9 18,8 1,5 12,7 11,5 7,3 20,8 6,0 0,0 7,6 2,0
26 Sulawesi Selatan 2,3 16,7 16,5 1,1 13,8 15,5 13,9 11,1 3,5 3,3 2,4 0,0
27 Sulawesi Tenggara 5,4 8,9 32,3 1,7 4,2 26,1 8,1 8,3 1,5 0,3 3,3 0,0
28 Gorontalo 1,5 3,8 17,7 1,5 10,5 50,5 8,0 3,8 1,0 0,2 1,4 0,1
29 Sulawesi Barat 0,8 9,3 6,8 1,5 5,6 29,6 5,8 26,3 7,5 1,4 5,0 0,4
30 Maluku 0,6 4,7 14,1 3,4 7,4 22,1 24,5 10,3 8,4 3,5 0,9 0,0
31 Maluku Utara 2,5 3,8 21,0 0,6 4,2 40,3 18,6 0,5 0,0 3,6 5,0 0,0
32 Papua Barat 2,4 25,5 17,0 0,4 1,1 18,1 6,1 2,2 0,4 15,1 11,7 0,0
33 Papua 4,0 17,2 12,9 0,8 2,2 8,0 9,7 6,3 15,5 18,3 4,4 0,7
7,8 13,8 14,2 2,0 14,0 24,7 7,7 7,1 3,3 2,9 2,3 0,2
Lampiran 2.13
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS SUMBER AIR MINUM PENGGUNAAN RUMAH TANGGA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Jenis Sumber Air
A
i
r

k
e
m
a
s
a
n
D
e
p
o
t

a
i
r

m
i
n
u
m
A
i
r

l
e
d
e
n
g
/
P
A
M
L
e
d
e
n
g

e
c
e
r
a
n
/
m
e
m
b
e
l
i
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
A
i
r

s
u
n
g
a
i
/
d
a
n
a
u
/
i
r
i
g
a
s
i
L
a
i
n
n
y
a
Indonesia
S
u
m
u
r

B
o
r
/
p
o
m
p
a
S
u
m
u
r

g
a
l
i

t
e
r
l
i
n
d
u
n
g
S
u
m
u
r

g
a
l
i

t
i
d
a
k

t
e
r
l
i
n
d
u
n
g
M
a
t
a

a
i
r

t
e
r
l
i
n
d
u
n
g
M
a
t
a

a
i
r

t
i
d
a
k

t
e
r
l
i
n
d
u
n
g
P
e
n
a
m
p
u
n
g
a
n

A
i
r

H
u
j
a
n
Kurang Baik Baik*)
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 37,1 62,9
2 Sumatera Utara 35,6 64,5
3 Sumatera Barat 33,7 66,4
4 Riau 41,8 58,2
5 Kepulauan Riau 49,3 50,7
6 J ambi 51,3 48,7
7 Sumatera Selatan 49,0 51,1
8 Kep.Bangka Belitung 53,9 46,1
9 Bengkulu 36,5 63,5
10 Lampung 26,2 73,9
11 DKI J akarta 13,0 87,0
12 J awa Barat 29,6 70,4
13 J awa Tengah 26,0 74,0
14 D.I. Yogyakarta 23,2 76,8
15 J awa Timur 24,9 75,1
16 Banten 25,8 74,2
17 Bali 20,3 79,7
18 Nusa Tenggara Barat 34,1 65,9
19 Nusa Tenggara Timur 46,2 53,8
20 Kalimantan Barat 64,1 35,9
21 Kalimantan Tengah 55,8 44,2
22 Kalimantan Timur 50,5 49,5
23 Kalimantan Selatan 36,6 63,4
24 Sulawesi Utara 28,1 71,9
25 Sulawesi Tengah 38,8 61,2
26 Sulawesi Selatan 43,2 56,8
27 Sulawesi Tenggara 39,2 60,8
28 Gorontalo 30,3 69,7
29 Sulawesi Barat 37,0 63,0
30 Maluku 59,4 40,6
31 Maluku Utara 43,4 56,6
32 Papua Barat 35,5 64,5
33 Papua 58,7 41,3
32,5 67,5
berbusa.
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Indonesia
Keterangan : *) Sumber air minum terlindung (termasuk air kemasan) sarana berada dalam radius 1 KM
tersedia sepanjang waktu, dan kualitas airnya baik (tidak keruh, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak
Lampiran 2.14
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES TERHADAP AIR MINUM "BERKUALITAS"
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Akses Terhadap Air Minum "Berkualitas"
Sulit di musim Sulit sepanjang
kemarau tahun
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 89,0 10,9 0,2
2 Sumatera Utara 82,0 17,5 0,5
3 Sumatera Barat 88,6 11,1 0,2
4 Riau 70,7 29,3 0,1
5 Kepulauan Riau 74,9 25,0 0,1
6 J ambi 71,5 28,2 0,3
7 Sumatera Selatan 83,2 16,6 0,2
8 Kep.Bangka Belitung 69,7 29,8 0,5
9 Bengkulu 74,7 25,3 0,0
10 Lampung 85,0 14,3 0,7
11 DKI J akarta 93,3 6,5 0,2
12 J awa Barat 81,1 18,6 0,3
13 J awa Tengah 85,3 14,5 0,2
14 D.I. Yogyakarta 85,8 14,2 0,0
15 J awa Timur 84,9 14,6 0,5
16 Banten 84,7 15,0 0,3
17 Bali 86,6 13,1 0,3
18 Nusa Tenggara Barat 80,1 18,1 1,8
19 Nusa Tenggara Timur 71,5 26,6 1,9
20 Kalimantan Barat 57,8 41,8 0,4
21 Kalimantan Tengah 78,6 21,3 0,1
22 Kalimantan Timur 72,9 26,7 0,3
23 Kalimantan Selatan 76,8 21,1 2,0
24 Sulawesi Utara 87,8 11,8 0,3
25 Sulawesi Tengah 90,6 9,3 0,1
26 Sulawesi Selatan 79,5 20,3 0,2
27 Sulawesi Tenggara 81,9 17,9 0,1
28 Gorontalo 89,5 10,1 0,3
29 Sulawesi Barat 87,3 12,7 0,0
30 Maluku 80,6 14,5 4,9
31 Maluku Utara 76,9 21,6 1,5
32 Papua Barat 82,0 17,6 0,4
33 Papua 58,4 37,7 3,9
81,7 17,8 0,5
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Indonesia
Lampiran 2.15
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEMUDAHAN MEMPEROLEH AIR UNTUK MINUM
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Kemudahan memperoleh air
Ya (mudah)
< 5 5-19,9 20-49,9 50-99,9 100
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 0,7 10,3 18,8 24,9 45,3
2 Sumatera Utara 3,2 18,6 24,7 18,7 34,8
3 Sumatera Barat 1,4 9,7 18,1 29,3 41,5
4 Riau 2,3 6,8 19,8 28,9 42,1
5 Kepulauan Riau 1,0 5,6 21,1 41,2 31,0
6 J ambi 4,0 10,8 28,0 34,2 22,9
7 Sumatera Selatan 1,9 8,6 24,1 34,6 30,7
8 Kep.Bangka Belitung 0,4 7,4 21,7 32,6 37,9
9 Bengkulu 3,5 8,9 26,6 33,7 27,3
10 Lampung 0,9 3,3 12,8 40,7 42,2
11 DKI J akarta 4,6 15,8 24,0 21,3 34,4
12 J awa Barat 2,2 8,4 18,5 26,1 44,8
13 J awa Tengah 1,4 10,0 20,5 29,5 38,6
14 D.I. Yogyakarta 0,6 3,1 13,2 31,6 51,5
15 J awa Timur 3,4 14,1 22,9 23,3 36,4
16 Banten 2,7 11,8 24,1 23,9 37,4
17 Bali 0,2 10,3 30,1 34,4 25,0
18 Nusa Tenggara Barat 1,4 10,3 20,9 36,2 31,3
19 Nusa Tenggara Timur 5,5 36,5 29,5 20,5 7,9
20 Kalimantan Barat 3,6 15,5 27,7 26,9 26,3
21 Kalimantan Tengah 4,3 7,8 11,9 36,1 39,9
22 Kalimantan Timur 2,3 7,6 18,8 40,9 30,4
23 Kalimantan Selatan 0,3 1,6 14,5 43,7 39,9
24 Sulawesi Utara 1,5 11,7 22,3 33,8 30,7
25 Sulawesi Tengah 1,3 11,1 26,6 29,2 31,7
26 Sulawesi Selatan 1,8 15,2 36,4 25,0 21,7
27 Sulawesi Tenggara 0,2 16,7 32,6 28,5 22,0
28 Gorontalo 3,5 16,5 12,8 30,3 36,9
29 Sulawesi Barat 1,0 18,2 21,2 25,3 34,2
30 Maluku 1,0 10,0 27,5 38,6 22,8
31 Maluku Utara 0,3 14,3 44,2 22,5 18,7
32 Papua Barat 0,7 14,3 32,4 29,7 22,9
33 Papua 9,1 23,9 18,8 23,1 25,1
2,4 11,6 22,1 27,3 36,6
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Indonesia
Lampiran 2.16
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JUMLAH PEMAKAIAN AIR
PER ORANG PER HARI MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Jumlah pemakaian air per orang per hari (liter)
Sendiri Bersama Umum Tidak Ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 63,6 5,5 9,9 21,0
2 Sumatera Utara 72,0 4,0 5,8 18,2
3 Sumatera Barat 57,5 8,2 9,0 25,3
4 Riau 84,3 6,1 2,4 7,3
5 Kepulauan Riau 71,1 8,6 2,2 18,1
6 J ambi 64,3 7,4 4,5 23,8
7 Sumatera Selatan 74,3 5,0 1,5 19,3
8 Kep.Bangka Belitung 79,0 8,2 1,8 11,0
9 Bengkulu 66,3 1,8 3,3 28,7
10 Lampung 80,4 7,6 8,0 4,0
11 DKI J akarta 77,0 15,8 6,9 0,3
12 J awa Barat 73,5 7,8 11,1 7,7
13 J awa Tengah 72,4 7,1 5,0 15,6
14 D.I. Yogyakarta 75,5 17,9 2,1 4,5
15 J awa Timur 69,0 8,3 3,8 18,8
16 Banten 67,0 6,8 4,3 21,9
17 Bali 73,0 12,6 1,5 13,0
18 Nusa Tenggara Barat 50,5 10,7 5,7 33,1
19 Nusa Tenggara Timur 67,0 8,6 2,8 21,6
20 Kalimantan Barat 60,1 4,8 1,8 33,3
21 Kalimantan Tengah 49,4 12,8 16,8 21,0
22 Kalimantan Timur 64,2 13,5 10,9 11,4
23 Kalimantan Selatan 74,6 5,8 4,1 15,5
24 Sulawesi Utara 73,3 10,3 3,9 12,5
25 Sulawesi Tengah 49,7 5,9 5,9 38,6
26 Sulawesi Selatan 67,7 7,9 5,3 19,1
27 Sulawesi Tenggara 61,7 8,5 6,4 23,4
28 Gorontalo 32,1 9,2 19,6 39,2
29 Sulawesi Barat 49,6 4,1 7,2 39,1
30 Maluku 52,9 8,1 9,9 29,1
31 Maluku Utara 49,6 7,8 24,3 18,4
32 Papua Barat 51,2 16,4 20,4 12,0
33 Papua 60,2 17,1 6,3 16,4
69,7 8,3 6,2 15,8
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Indonesia
Lampiran 2.17
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PENGGUNAAN FASILITAS BUANG AIR BESAR
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Leher Angsa Plengsengan Cemplung/Cubluk Tidak Ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 80,2 7,6 10,7 1,5
2 Sumatera Utara 77,1 7,4 13,3 2,1
3 Sumatera Barat 72,2 5,8 17,1 4,9
4 Riau 64,4 10,8 24,4 0,3
5 Kepulauan Riau 71,1 6,5 19,7 2,7
6 J ambi 66,1 4,8 25,9 3,3
7 Sumatera Selatan 79,5 2,2 16,1 2,2
8 Kep.Bangka Belitung 65,0 3,3 30,9 0,8
9 Bengkulu 83,3 15,2 1,0 0,5
10 Lampung 84,4 2,8 12,4 0,4
11 DKI J akarta 94,1 3,7 2,1 0,0
12 J awa Barat 77,4 7,7 12,9 2,0
13 J awa Tengah 80,5 5,4 12,3 1,9
14 D.I. Yogyakarta 88,0 2,3 8,9 0,8
15 J awa Timur 74,9 6,4 17,3 1,3
16 Banten 85,3 4,6 8,6 1,5
17 Bali 94,6 2,4 2,3 0,7
18 Nusa Tenggara Barat 76,4 8,6 12,5 2,6
19 Nusa Tenggara Timur 45,9 27,0 27,1 0,0
20 Kalimantan Barat 74,6 6,1 18,2 1,1
21 Kalimantan Tengah 55,7 5,5 30,1 8,7
22 Kalimantan Timur 66,8 3,3 23,6 6,3
23 Kalimantan Selatan 85,6 8,2 5,2 1,0
24 Sulawesi Utara 87,3 4,4 7,0 1,2
25 Sulawesi Tengah 87,7 2,2 9,8 0,4
26 Sulawesi Selatan 85,8 5,5 7,8 1,0
27 Sulawesi Tenggara 78,4 5,2 14,9 1,6
28 Gorontalo 92,6 1,5 1,7 4,2
29 Sulawesi Barat 88,6 2,0 8,9 0,6
30 Maluku 85,5 5,0 8,6 1,0
31 Maluku Utara 89,8 2,2 6,0 2,0
32 Papua Barat 80,0 5,5 13,9 0,6
33 Papua 55,5 8,2 34,5 1,9
77,58 6,37 14,32 1,73
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Indonesia
Lampiran 2.18
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KLOSET YANG DIGUNAKAN
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Jenis Kloset
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 62,1 3,2 1,3 14,0 11,7 4,4 3,3
2 Sumatera Utara 61,4 3,1 1,7 14,8 10,1 7,0 1,9
3 Sumatera Barat 42,4 2,4 14,9 28,7 8,7 1,0 1,9
4 Riau 59,9 2,1 1,9 9,9 22,8 2,4 1,0
5 J ambi 54,4 1,5 1,2 26,6 13,6 1,5 1,3
6 Sumatera Selatan 49,6 1,7 2,4 26,4 16,6 2,2 1,1
7 Bengkulu 61,2 1,1 0,9 12,7 13,8 8,5 1,8
8 Lampung 47,7 2,5 4,9 9,4 33,3 1,0 1,2
9 Kepulauan Bangka Belitung 66,7 2,2 0,2 7,1 2,0 17,1 4,8
10 Kepulauan Riau 74,1 0,9 0,3 13,9 2,3 5,0 3,6
11 DKI J akarta 90,6 2,5 0,5 4,0 0,7 0,4 1,4
12 J awa Barat 56,7 3,8 12,6 19,2 5,0 1,3 1,5
13 J awa Tengah 62,4 2,6 4,3 16,5 10,9 1,7 1,6
14 DI Yogyakarta 76,1 6,8 0,8 5,5 9,9 0,4 0,6
15 J awa Timur 58,0 2,7 1,3 18,4 16,2 2,6 0,9
16 Banten 67,0 2,4 5,5 9,1 3,2 11,7 1,1
17 Bali 73,1 1,9 0,3 6,0 9,8 8,8 0,1
18 Nusa Tenggara Barat 51,7 3,0 0,9 23,4 8,4 10,3 2,5
19 Nusa Tenggara Timur 34,4 1,6 0,2 0,7 42,5 17,3 3,3
20 Kalimantan Barat 43,2 1,2 0,9 27,8 16,0 9,7 1,2
21 Kalimantan Tengah 37,7 1,2 1,0 47,0 10,0 2,5 0,7
22 Kalimantan Selatan 50,1 4,1 0,8 31,8 12,2 0,9 0,3
23 Kalimantan Timur 71,7 2,1 0,2 15,5 6,9 3,0 0,7
24 Sulawesi Utara 68,6 5,3 0,5 11,3 10,2 2,4 1,6
25 Sulawesi Tengah 51,1 1,1 0,1 24,1 8,2 11,8 3,6
26 Sulawesi Selatan 64,6 2,9 2,5 7,5 12,8 7,4 2,3
27 Sulawesi Tenggara 48,5 5,1 2,4 7,9 22,8 12,2 1,1
28 Gorontalo 49,6 2,1 0,6 22,2 6,0 17,2 2,4
29 Sulawesi Barat 33,3 10,9 0,8 22,7 19,1 11,0 2,2
30 Maluku 61,5 0,3 0,4 9,3 5,7 20,7 2,2
31 Maluku Utara 73,2 1,0 0,2 10,7 2,7 11,5 0,6
32 Papua Barat 66,1 2,0 1,1 14,8 3,1 11,0 2,0
33 Papua 43,1 2,1 1,8 10,5 34,0 7,9 0,7
59,3 2,9 4,3 16,4 11,7 4,0 1,5
Indonesia
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 2.19
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Tempat Pembuangan Akhir Tinja
Tengki septik SPAL Kolam/Sawah Sungai/Danau Lubang Tanah Pantai Kebun Lainnya
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 46,2 53,8
2 Sumatera Utara 42,7 57,3
3 Sumatera Barat 58,5 41,5
4 Riau 45,7 54,3
5 J ambi 48,7 51,3
6 Sumatera Selatan 52,9 47,1
7 Bengkulu 42,5 57,5
8 Lampung 53,3 46,7
9 Kepulauan Bangka Belitung 45,1 54,9
10 Kepulauan Riau 31,1 68,9
11 DKI J akarta 17,3 82,7
12 J awa Barat 45,7 54,3
13 J awa Tengah 41,1 58,9
14 DI Yogyakarta 20,8 79,2
15 J awa Timur 45,7 54,3
16 Banten 38,8 61,2
17 Bali 28,2 71,8
18 Nusa Tenggara Barat 57,2 42,8
19 Nusa Tenggara Timur 74,8 25,2
20 Kalimantan Barat 57,3 42,7
21 Kalimantan Tengah 64,1 35,9
22 Kalimantan Selatan 49,1 50,9
23 Kalimantan Timur 34,3 65,7
24 Sulawesi Utara 31,9 68,1
25 Sulawesi Tengah 54,2 45,8
26 Sulawesi Selatan 39,2 60,8
27 Sulawesi Tenggara 54,4 45,6
28 Gorontalo 64,7 35,3
29 Sulawesi Barat 64,4 35,6
30 Maluku 49,0 51,0
31 Maluku Utara 49,4 50,6
32 Papua Barat 52,0 48,0
33 Papua 60,9 39,1
44,5 55,5
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Indonesia
Lampiran 2.20
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES TERHADAP PEMBUANGAN TINJA LAYAK
SESUAI MDGs MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi Tidak Akses Akses*)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 49,9 10,7 17,2 22,2
2 Sumatera Utara 55,1 4,5 20,5 19,9
3 Sumatera Barat 39,8 3,1 28,2 28,9
4 Riau 51,5 3,3 37,6 7,6
5 J ambi 48,7 3,2 27,8 20,3
6 Sumatera Selatan 43,9 3,8 25,9 26,3
7 Bengkulu 54,2 4,1 20,6 21,0
8 Lampung 42,1 5,6 40,6 11,7
9 Kepulauan Bangka Belitung 53,8 4,1 13,0 29,0
10 Kepulauan Riau 64,9 7,2 23,5 4,4
11 DKI J akarta 69,8 18,4 11,5 0,3
12 J awa Barat 51,5 4,4 34,6 9,5
13 J awa Tengah 54,6 6,3 21,9 17,2
14 DI Yogyakarta 63,5 17,3 14,0 5,2
15 J awa Timur 50,4 5,6 24,1 19,9
16 Banten 57,0 6,0 14,0 23,1
17 Bali 62,1 10,9 13,4 13,5
18 Nusa Tenggara Barat 36,0 10,1 19,0 34,8
19 Nusa Tenggara Timur 22,4 3,4 52,7 21,6
20 Kalimantan Barat 41,5 1,4 23,1 34,0
21 Kalimantan Tengah 30,0 7,1 35,0 27,8
22 Kalimantan Selatan 46,8 6,1 30,0 17,0
23 Kalimantan Timur 61,3 6,8 15,6 16,3
24 Sulawesi Utara 60,2 10,3 15,9 13,6
25 Sulawesi Tengah 40,8 10,3 10,1 38,8
26 Sulawesi Selatan 54,5 10,3 15,4 19,9
27 Sulawesi Tenggara 40,6 10,5 24,4 24,6
28 Gorontalo 27,6 23,1 7,6 41,7
29 Sulawesi Barat 32,9 8,3 19,4 39,5
30 Maluku 45,5 12,5 12,2 29,8
31 Maluku Utara 43,5 29,8 6,7 20,0
32 Papua Barat 38,4 26,6 22,4 12,6
33 Papua 35,6 5,2 41,4 17,9
51,1 6,7 25,0 17,2
* Penggunaan sendiri, jenis kloset latrine dan pembuangan akhir tinjanya tangki septic atau SPAL
** Penggunaan bersama/umum, jenis kloset latrine dan pembuangan akhir tinjanya tangki septik atau SPAL.
*** J enis kloset plengsengan atau cemplung.
**** Tidak menggunakan sarana pembuangan kotoran atau tidak menggunakan kloset atau BAB sembarangan
Lampiran 2.21
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT CARA BUANG AIR BESAR SESUAI JMP WHO-UNICEF 2008
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi Improved*) Shared**) Unimproved***) Open Defication****)
Indonesia
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Rumah Kurang Sehat Rumah Sehat **)
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 70,3 29,8
2 Sumatera Utara 62,7 37,4
3 Sumatera Barat 74,0 26,0
4 Riau 58,9 41,1
5 J ambi 77,8 22,2
6 Sumatera Selatan 71,4 28,6
7 Bengkulu 68,3 31,7
8 Lampung 85,9 14,1
9 Kepulauan Bangka Belitung 65,5 34,5
10 Kepulauan Riau 57,3 42,7
11 DKI J akarta 66,8 33,2
12 J awa Barat 75,6 24,4
13 J awa Tengah 81,3 18,8
14 DI Yogyakarta 73,0 27,0
15 J awa Timur 75,4 24,6
16 Banten 77,6 22,4
17 Bali 67,4 32,6
18 Nusa Tenggara Barat 82,9 17,1
19 Nusa Tenggara Timur 92,5 7,5
20 Kalimantan Barat 71,9 28,1
21 Kalimantan Tengah 76,5 23,5
22 Kalimantan Selatan 71,9 28,1
23 Kalimantan Timur 56,4 43,6
24 Sulawesi Utara 64,0 36,0
25 Sulawesi Tengah 83,8 16,2
26 Sulawesi Selatan 82,5 17,6
27 Sulawesi Tenggara 80,8 19,2
28 Gorontalo 74,2 25,8
29 Sulawesi Barat 82,1 17,9
30 Maluku 83,3 16,7
31 Maluku Utara 78,3 21,7
32 Papua Barat 66,2 33,8
33 Papua 76,0 24,0
75,1 24,9 Indonesia
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 2.22
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KRITERIA RUMAH SEHAT
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Kriteria Rumah Sehat
Setiap hari Kadang kadang Mantan Perokok Bukan Perokok
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 31,9 5,2 3,5 59,4
2 Sumatera Utara 29,7 6,0 3,4 60,9
3 Sumatera Barat 33,1 5,3 7,0 54,6
4 Riau 30,3 6,0 4,1 59,6
5 J ambi 32,7 5,4 5,5 56,4
6 Sumatera Selatan 29,9 6,6 3,3 60,2
7 Bengkulu 33,0 4,8 3,6 58,7
8 Lampung 31,4 6,6 4,0 57,9
9 Kepulauan Bangka Belitung 31,2 4,1 6,0 58,8
10 Kepulauan Riau 33,4 5,5 8,2 52,8
11 DKI J akarta 23,9 6,9 8,2 61,0
12 J awa Barat 30,9 6,8 5,9 56,4
13 J awa Tengah 25,3 7,3 5,2 62,2
14 DI Yogyakarta 25,3 6,3 10,4 58,1
15 J awa Timur 25,1 6,3 4,4 64,2
16 Banten 29,6 6,7 7,1 56,7
17 Bali 25,1 5,9 4,8 64,2
18 Nusa Tenggara Barat 30,5 5,0 3,2 61,3
19 Nusa Tenggara Timur 33,0 8,2 3,0 55,8
20 Kalimantan Barat 29,3 5,0 5,0 60,7
21 Kalimantan Tengah 36,0 7,1 5,7 51,1
22 Kalimantan Selatan 25,3 5,2 6,9 62,5
23 Kalimantan Timur 28,4 6,4 7,8 57,4
24 Sulawesi Utara 29,1 7,1 10,3 53,5
25 Sulawesi Tengah 30,7 7,5 5,8 56,0
26 Sulawesi Selatan 26,1 5,5 7,0 61,4
27 Sulawesi Tenggara 22,0 6,3 3,3 68,4
28 Gorontalo 32,7 6,0 5,4 55,9
29 Sulawesi Barat 27,6 8,0 5,3 59,1
30 Maluku 26,2 10,5 3,9 59,4
31 Maluku Utara 31,8 8,9 5,6 53,6
32 Papua Barat 28,9 9,6 3,5 58,0
33 Papua 28,4 8,7 5,5 57,3
28,2 6,5 5,4 59,9 Indonesia
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 2.23
PREVALENSI PENDUDUK UMUR 15 TAHUN YANG MEROKOK DAN TIDAK MEROKOK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Merokok Tidak Merokok
5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 1,3 20,6 43,8 13,0 3,5 3,5
2 Sumatera Utara 0,8 15,5 43,1 11,0 2,8 4,4
3 Sumatera Barat 3,8 27,7 42,1 11,9 3,1 4,0
4 Riau 0,8 14,2 49,5 13,4 3,7 2,6
5 J ambi 0,9 18,8 41,6 14,8 4,7 2,5
6 Sumatera Selatan 1,9 18,1 47,7 13,8 2,9 2,0
7 Bengkulu 1,3 22,4 40,5 13,0 2,5 2,2
8 Lampung 1,7 20,4 43,8 9,8 3,7 2,4
9 Kepulauan Bangka Belitung 5,1 22,3 47,1 14,5 3,3 2,8
10 Kepulauan Riau 2,0 19,8 47,2 17,5 4,1 3,9
11 DKI J akarta 2,2 21,4 46,7 15,3 4,8 3,1
12 J awa Barat 1,2 15,3 44,6 16,2 4,6 4,9
13 J awa Tengah 1,8 16,8 41,9 15,1 5,2 4,2
14 DI Yogyakarta 4,4 19,5 38,7 15,3 5,6 6,2
15 J awa Timur 2,2 17,4 41,8 16,1 5,3 3,7
16 Banten 1,6 19,2 46,7 12,6 3,1 2,3
17 Bali 0,5 10,3 40,8 16,8 4,7 8,3
18 Nusa Tenggara Barat 1,8 19,4 48,2 12,5 3,1 3,0
19 Nusa Tenggara Timur 0,9 12,6 35,5 15,8 5,3 4,7
20 Kalimantan Barat 1,3 15,2 44,6 12,5 3,8 3,2
21 Kalimantan Tengah 1,8 17,5 42,0 16,2 4,6 5,5
22 Kalimantan Selatan 2,7 20,6 43,6 15,3 4,4 4,6
23 Kalimantan Timur 2,1 22,7 42,5 16,6 4,4 3,4
24 Sulawesi Utara 1,1 16,6 44,7 15,0 3,1 3,2
25 Sulawesi Tengah 1,6 17,4 41,5 12,6 3,5 2,7
26 Sulawesi Selatan 2,1 21,7 41,1 13,4 3,9 3,4
27 Sulawesi Tenggara 1,3 12,0 36,7 10,7 2,9 2,5
28 Gorontalo 2,4 19,4 43,2 11,8 3,6 4,6
29 Sulawesi Barat 1,3 13,0 32,9 10,9 2,8 3,9
30 Maluku 1,3 13,7 45,0 12,3 5,2 3,6
31 Maluku Utara 1,1 16,0 51,9 16,0 5,0 4,8
32 Papua Barat 1,5 15,8 40,2 13,6 4,4 3,6
33 Papua 1,4 18,0 31,3 11,0 3,3 3,6
1,7 17,5 43,3 14,6 4,3
3,9
Indonesia
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 2.24
No Provinsi
Umur Pertama Kali Merokok/Kunyah Tembakau( tahun)
PREVALENSI PEROKOK UMUR 15 TAHUN MENURUT UMUR PERTAMA KALI MEROKOK
ATAU MENGUNYAH TEMBAKAU MENURUT PROVINSI , RISKESDAS 2010
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 82,4 17,6
2 Sumatera Utara 78,7 21,3
3 Sumatera Barat 83,1 16,9
4 Riau 79,8 20,2
5 J ambi 80,0 20,0
6 Sumatera Selatan 80,3 19,7
7 Bengkulu 76,3 23,7
8 Lampung 86,8 13,2
9 Kepulauan Bangka Belitung 87,8 12,2
10 Kepulauan Riau 51,9 48,1
11 DKI J akarta 15,7 84,3
12 J awa Barat 67,3 32,7
13 J awa Tengah 74,4 25,6
14 DI Yogyakarta 55,7 44,3
15 J awa Timur 71,7 28,3
16 Banten 66,5 33,5
17 Bali 59,4 40,6
18 Nusa Tenggara Barat 81,0 19,0
19 Nusa Tenggara Timur 88,3 11,7
20 Kalimantan Barat 89,5 10,5
21 Kalimantan Tengah 82,3 17,7
22 Kalimantan Selatan 76,3 23,7
23 Kalimantan Timur 52,8 47,2
24 Sulawesi Utara 73,1 26,9
25 Sulawesi Tengah 87,1 12,9
26 Sulawesi Selatan 75,4 24,6
27 Sulawesi Tenggara 79,5 20,5
28 Gorontalo 94,0 6,0
29 Sulawesi Barat 84,8 15,2
30 Maluku 73,6 26,4
31 Maluku Utara 86,3 13,7
32 Papua Barat 76,3 23,7
33 Papua 84,9 15,1
71,3 28,7
Indonesia
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 2.25
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KRITERIA PENANGANAN SAMPAH
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Kriteria Penanganan Sampah
Kurang Baik Baik
Tidak Rata-rata
Menjawab/Lupa (Tahun)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 2,3 36,9 35,6 15,1 2,5 1,2 6,4 20,7
2 Sumatera Utara 1,4 28,5 44,2 17,0 2,7 0,9 5,3 21,5
3 Sumatera Barat 2,1 34,1 43,0 16,3 3,0 0,6 0,9 21,0
4 Riau 2,9 36,4 40,3 13,8 1,6 0,7 4,4 20,5
5 J ambi 6,3 44,6 31,1 10,7 1,1 0,8 5,5 19,4
6 Sumatera Selatan 4,8 43,7 33,9 9,5 1,9 0,9 5,2 19,8
7 Bengkulu 6,3 45,9 33,0 9,7 1,3 0,4 3,3 19,3
8 Lampung 3,2 44,3 36,1 10,6 0,9 0,3 4,6 19,6
9 Kepulauan Bangka Belitung 2,8 47,9 35,3 9,4 0,9 1,3 2,4 20,0
10 Kepulauan Riau 2,6 29,9 40,1 20,1 3,2 0,9 3,2 22,2
11 DKI J akarta 3,2 29,3 39,5 21,8 3,9 0,9 1,3 21,7
12 J awa Barat 7,5 50,2 29,1 8,3 1,1 0,3 3,6 19,2
13 J awa Tengah 4,4 43,6 34,5 10,5 2,0 0,7 4,4 20,0
14 DI Yogyakarta 1,6 29,6 42,8 18,4 4,0 1,3 2,3 21,9
15 J awa Timur 6,1 44,5 31,9 9,2 1,6 0,4 6,2 19,6
16 Banten 6,5 45,7 29,9 8,8 1,2 0,2 7,7 19,6
17 Bali 0,6 30,6 39,6 17,0 2,6 0,4 9,0 21,5
18 Nusa Tenggara Barat 2,3 41,6 35,2 10,2 2,1 1,0 7,7 20,1
19 Nusa Tenggara Timur 0,9 23,6 35,3 20,0 5,0 1,2 14,1 22,3
20 Kalimantan Barat 3,6 44,2 34,0 7,4 1,1 1,0 8,8 19,6
21 Kalimantan Tengah 7,0 52,1 27,3 9,6 1,0 0,6 2,3 19,0
22 Kalimantan Selatan 9,0 48,4 28,4 7,9 1,5 0,9 4,0 19,0
23 Kalimantan Timur 7,1 42,4 31,9 11,9 1,6 0,4 4,7 19,8
24 Sulawesi Utara 0,9 33,8 42,2 15,6 3,9 0,7 2,8 21,4
25 Sulawesi Tengah 4,1 46,3 27,0 11,4 1,6 0,4 9,2 19,6
26 Sulawesi Selatan 4,3 38,0 30,3 13,3 3,1 1,7 9,3 20,5
27 Sulawesi Tenggara 3,4 43,5 25,3 9,9 1,2 0,5 16,1 19,6
28 Gorontalo 2,6 39,7 36,1 12,8 1,5 1,7 5,6 20,3
29 Sulawesi Barat 4,3 36,0 23,6 11,3 1,9 0,2 22,8 19,8
30 Maluku 2,4 28,3 39,3 18,4 2,8 1,6 7,2 21,6
31 Maluku Utara 3,1 43,0 31,9 13,2 2,3 0,4 6,1 20,0
32 Papua Barat 2,5 26,5 36,1 12,3 2,1 0,4 20,0 20,9
33 Papua 4,6 35,0 25,3 12,0 1,5 0,7 21,0 19,9
4,8 41,9 33,6 11,5 1,9 0,6 5,7 20,0 Indonesia
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 2.26
PERSENTASE PEREMPUAN 10-59 TAHUN MENURUT UMUR PERKAWINAN PERTAMA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Umur Perkawinan Pertama (%)
10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35 +
Belum/tidak
punya anak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 2,6 46,4 32,6 13,0 5,5
2 Sumatera Utara 2,7 39,9 36,1 14,7 6,6
3 Sumatera Barat 2,5 41,5 35,5 14,9 5,6
4 Riau 1,4 50,4 34,1 9,9 4,2
5 J ambi 2,1 52,2 31,8 10,0 3,8
6 Sumatera Selatan 2,2 52,3 32,9 8,8 3,8
7 Bengkulu 2,5 51,4 31,3 11,9 2,8
8 Lampung 2,2 54,4 31,5 8,6 3,2
9 Kepulauan Bangka Belitung 2,1 57,8 26,9 8,9 4,3
10 Kepulauan Riau 2,5 61,0 28,8 6,1 1,7
11 DKI J akarta 2,3 59,9 29,0 6,2 2,6
12 J awa Barat 2,2 56,4 29,9 8,1 3,3
13 J awa Tengah 2,2 59,1 29,7 6,7 2,3
14 DI Yogyakarta 2,6 67,7 25,9 3,3 0,5
15 J awa Timur 1,5 68,1 25,1 4,2 1,1
16 Banten 2,5 52,1 28,3 10,4 6,7
17 Bali 1,6 62,5 30,0 4,8 1,0
18 Nusa Tenggara Barat 2,5 53,6 28,9 10,8 4,3
19 Nusa Tenggara Timur 2,2 35,6 34,9 20,4 6,9
20 Kalimantan Barat 2,0 55,3 31,1 8,6 3,0
21 Kalimantan Tengah 2,0 55,8 28,5 10,2 3,4
22 Kalimantan Selatan 3,7 55,6 26,5 9,3 4,9
23 Kalimantan Timur 2,5 56,9 30,3 7,7 2,6
24 Sulawesi Utara 2,6 65,8 26,4 4,3 0,9
25 Sulawesi Tengah 3,3 45,7 34,4 12,2 4,4
26 Sulawesi Selatan 3,2 42,8 33,9 13,8 6,2
27 Sulawesi Tenggara 1,8 44,8 36,2 12,5 4,7
28 Gorontalo 3,7 50,7 32,4 9,5 3,6
29 Sulawesi Barat 1,5 45,8 32,4 15,8 4,4
30 Maluku 2,3 44,0 32,1 14,3 7,3
31 Maluku Utara 2,8 41,4 35,4 13,8 6,7
32 Papua Barat 2,8 47,7 29,0 13,1 7,5
33 Papua 2,7 50,0 29,2 12,4 5,6
2,2 56,1 29,9 8,4 3,4
5-6 Anak 7 + Anak
Lampiran 2.27
Indonesia
Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010
PERSENTASE PEREMPUAN PERNAH KAWIN 10 - 59 TAHUN MENURUT JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, RISKESDAS 2010
No Provinsi 1-2 Anak 3-4 Anak
Lampiran 3.1
(1) (2)
1 Aceh 25 45 68,60
2 Sumatera Utara 46 67 69,35
3 Sumatera Barat 47 62 69,25
4 Riau 37 47 71,25
5 Jambi 39 47 68,95
6 Sumatera Selatan 42 52 69,40
7 Bengkulu 46 65 69,65
8 Lampung 43 55 69,25
9 Kepulauan Bangka Belitung 39 46 68,75
10 Kepulauan Riau 43 58 69,75
11 DKI Jakarta 28 36 73,05
12 Jawa Barat 39 49 68,00
13 Jawa Tengah 26 32 71,25
14 DI Yogyakarta 19 22 73,16
15 Jawa Timur 35 45 69,35
16 Banten 46 58 64,75
17 Bali 34 38 70,67
18 Nusa Tenggara Barat 72 92 61,80
19 Nusa Tenggara Timur 57 80 67,25
20 Kalimantan Barat 46 59 66,45
21 Kalimantan Tengah 30 34 71,10
22 Kalimantan Selatan 58 75 63,45
23 Kalimantan Timur 26 38 71,00
24 Sulawesi Utara 35 43 72,12
25 Sulawesi Tengah 60 69 66,35
26 Sulawesi Selatan 41 53 69,80
27 Sulawesi Tenggara 41 62 67,60
28 Gorontalo 52 69 66,50
29 Sulawesi Barat 74 96 67,60
30 Maluku 59 93 67,20
31 Maluku Utara 51 74 65,70
32 Papua Barat 41 62 68,20
33 Papua 36 64 68,35
34 44 69,21
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
* : Periode lima tahunan sebelum survei.
AHH :BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2009
Indonesia
(3) (4)
(IMR) (AKABA)
(eo) 2009
(5)
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA KEMATIAN BALITA TAHUN 2007
DAN ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSITAHUN 2009
No Provinsi
E s t i m a s i
*Angka Kematian Bayi *Angka Kematian Balita Angka Harapan Hidup
Lampiran 3.2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 68,50 8,50 96,20 605,56 70,76 17 68,60 8,63 96,39 610,27 71,31 17 1,90
2 Sumatera Utara 69,20 8,60 97,08 629,97 73,29 8 69,35 8,65 97,15 634,73 73,80 8 1,89
3 Sumatera Barat 69,00 8,26 96,66 631,52 72,96 9 69,25 8,45 96,81 633,72 73,44 9 1,78
4 Riau 71,10 8,51 97,81 638,31 75,09 3 71,25 8,56 98,11 642,55 75,60 3 2,06
5 Jambi 68,80 7,63 96,05 628,25 71,99 13 68,95 7,68 96,06 632,60 72,45 13 1,64
6 Sumatera Selatan 69,20 7,60 97,05 623,49 72,05 12 69,40 7,66 97,21 628,30 72,61 10 2,01
7 Bengkulu 69,40 8,00 94,87 625,66 72,14 11 69,65 8,23 94,90 626,82 72,55 12 1,46
8 Lampung 69,00 7,30 93,63 615,03 70,30 20 69,25 7,49 94,37 617,42 70,93 21 2,12
9 Kepulauan Bangka Belitung 68,60 7,37 95,57 636,07 72,19 10 68,75 7,41 95,63 639,10 72,55 11 1,30
10 Kepulauan Riau 69,70 8,94 96,00 637,67 74,18 6 69,75 8,96 96,08 641,63 74,54 6 1,42
11 DKI Jakarta 72,90 10,80 98,76 625,70 77,03 1 73,05 10,90 98,94 627,46 77,36 1 1,45
12 Jawa Barat 67,80 7,50 95,53 626,81 71,12 15 68,00 7,72 95,98 628,71 71,64 15 1,80
13 Jawa Tengah 71,10 6,86 89,24 633,59 71,60 14 71,25 7,07 89,46 636,39 72,10 14 1,77
14 DI Yogyakarta 73,11 8,71 89,46 643,25 74,88 4 73,16 8,78 90,18 644,67 75,23 4 1,39
15 Jawa Timur 69,10 6,95 87,43 636,61 70,38 18 69,35 7,20 87,80 640,12 71,06 18 2,29
16 Banten 64,60 8,10 95,60 625,52 69,70 23 64,75 8,15 95,95 627,63 70,06 23 1,19
17 Bali 70,61 7,81 86,94 626,63 70,98 16 70,67 7,83 87,22 632,15 71,52 16 1,84
18 Nusa Tenggara Barat 61,50 6,70 80,13 633,58 64,12 32 61,80 6,73 80,18 637,98 64,66 32 1,50
19 Nusa Tenggara Timur 67,00 6,55 87,66 599,93 66,15 31 67,25 6,60 87,96 602,60 66,60 31 1,32
20 Kalimantan Barat 66,30 6,70 89,40 624,74 68,17 29 66,45 6,75 89,70 630,34 68,79 28 1,94
21 Kalimantan Tengah 71,00 8,00 97,67 628,64 73,88 7 71,10 8,02 97,69 633,91 74,36 7 1,84
22 Kalimantan Selatan 63,10 7,44 95,30 630,83 68,72 26 63,45 7,54 95,41 634,59 69,30 26 1,86
23 Kalimantan Timur 70,80 8,80 96,36 634,52 74,52 5 71,00 8,85 96,89 638,73 75,11 5 2,32
24 Sulawesi Utara 72,01 8,80 99,31 625,58 75,16 2 72,12 8,82 99,41 631,00 75,68 2 2,07
25 Sulawesi Tengah 66,10 7,81 95,68 622,35 70,09 22 66,35 7,89 95,78 627,40 70,70 22 2,04
26 Sulawesi Selatan 69,60 7,23 86,53 630,81 70,22 21 69,80 7,41 87,02 635,48 70,94 20 2,39
27 Sulawesi Tenggara 67,40 7,74 91,42 611,72 69,00 25 67,60 7,90 91,51 615,29 69,52 25 1,69
28 Gorontalo 66,20 6,91 95,75 619,70 69,29 24 66,50 7,18 95,77 621,31 69,79 24 1,62
29 Sulawesi Barat 67,40 6,99 87,31 625,04 68,55 27 67,60 7,05 87,59 630,32 69,18 27 1,99
30 Maluku 67,00 8,60 98,12 605,02 70,38 18 67,20 8,63 98,13 610,73 70,96 19 1,94
31 Maluku Utara 65,40 8,60 95,44 595,69 68,18 28 65,70 8,61 95,74 598,45 68,63 29 1,43
32 Papua Barat 67,90 7,67 92,15 593,13 67,95 30 68,20 8,01 92,34 595,28 68,58 30 1,95
33 Papua 68,10 6,52 75,41 599,65 64,00 33 68,35 6,57 75,58 603,88 64,53 33 1,49
69,00 7,52 92,19 628,33 71,17 69,21 7,72 92,58 631,46 71,76 2,06
Sumber : Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia 2008-2009
Ket : Reduksi Short Fall : Percepatan pembangunan manusia untuk mencapai angka IPM ideal
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008- 2009
2009
Reduksi
Short Fall
Angka Harapan
Hidup (tahun)
Rata-rata Lama
Sekolah (tahun)
Angka Melek
Huruf (%)
Pengeluaran Riil
/ Kapita (Rp.000)
IPM Peringkat
Indonesia
No. Provinsi
2008
Angka Harapan
Hidup (tahun)
Rata-rata Lama
Sekolah (tahun)
Angka Melek
Huruf (%)
Pengeluaran Riil
/ Kapita (Rp.000)
IPM Peringkat
Lampiran 3.3
Laki-laki Perempuan Laki-laki (%) Perempuan (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1
Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi
tertentu (kolitis infeksi)
37.281 34.608 51,86 48,14 71.889 1.289 1,79
2 Demam Berdarah Dengue 30.232 28.883 51,14 48,86 59.115 325 0,55
3 Demam tifoid dan paratifoid 19.706 21.375 47,97 52,03 41.081 274 0,67
4 Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya 0 40.636 0,00 100,00 40.636 276 0,68
5 Dispepsia 9.594 15.122 38,82 61,18 24.716 166 0,67
6
Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan
Multipel
14.405 7.328 66,28 33,72 21.733 605 2,78
7 Hipertensi esensial (primer) 8.423 11.451 42,38 57,62 19.874 955 4,81
8 Cedera intrakranial 12.010 7.371 61,97 38,03 19.381 1.025 5,29
9 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 9.737 8.181 54,34 45,66 17.918 589 3,29
10 Pneumonia 9.340 7.971 53,95 46,05 17.311 1.315 7,60
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2011
10 BESAR PENYAKIT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2010
No
Golongan Sebab Sakit Berdasarkan Daftar
Tabulasi Dasar (DTD)
Kasus
Jumlah
Pasien
Keluar
CFR (%)
Proporsi Kasus
Meninggal
Lampiran 3.4
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 147.410 143.946 291.356 433.354
2
Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan
Multipel
77.337 49.739 127.076 168.768
3 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 48.576 73.500 122.076 192.414
4 Gangguan refraksi dan akomodasi 42.349 69.164 111.513 143.404
5
Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi
tertentu (kolitis infeksi)
53.389 51.890 105.279 141.556
6 Dispepsia 34.981 53.618 88.599 163.428
7 Penyakit pulpa dan periapikal 39.427 46.994 86.421 163.211
8 Hipertensi esensial (primer) 35.462 45.153 80.615 277.846
9 Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtiva 30.250 37.776 68.026 87.513
10 Penyakit telinga dan prosesus mastoid 30.583 30.855 61.438 99.663
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2011
10 BESAR PENYAKIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TAHUN 2010
No
Golongan Sebab Sakit Berdasarkan Daftar
Tabulasi Dasar (DTD)
Kasus
Jumlah
Kasus Baru
Jumlah
Kunjungan
Lampiran 3.5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 7,1 16,6 72,1 4,2 100
2 Sumatera Utara 7,8 13,5 71,1 7,5 100
3 Sumatera Barat 2,8 14,4 81,3 1,6 100
4 Riau 4,8 11,4 75,2 8,6 100
5 Jambi 5,4 14,3 76,3 4,1 100
6 Sumatera Selatan 5,5 14,4 74,5 5,6 100
7 Bengkulu 4,3 11,0 73,7 10,9 100
8 Lampung 3,5 10,0 79,8 6,8 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 3,2 11,7 80,6 4,5 100
10 Kepulauan Riau 4,3 9,8 81,3 4,6 100
11 DKI Jakarta 2,6 8,7 77,7 11,1 100
12 Jawa Barat 3,1 9,9 81,6 5,4 100
13 Jawa Tengah 3,3 12,4 78,1 6,2 100
14 DI Yogyakarta 1,4 9,9 81,5 7,3 100
15 Jawa Timur 4,8 12,3 75,3 7,6 100
16 Banten 4,8 13,7 77,5 4,0 100
17 Bali 1,7 9,2 81,0 8,0 100
18 Nusa Tenggara Barat 10,6 19,9 66,9 2,6 100
19 Nusa Tenggara Timur 9,0 20,4 67,5 3,1 100
20 Kalimantan Barat 9,5 19,7 67,0 3,9 100
21 Kalimantan Tengah 5,3 22,3 69,4 2,9 100
22 Kalimantan Selatan 6,0 16,8 73,1 4,0 100
23 Kalimantan Timur 4,4 12,7 75,9 7,0 100
24 Sulawesi Utara 3,8 6,8 84,3 5,1 100
25 Sulawesi Tengah 7,9 18,6 69,1 4,4 100
26 Sulawesi Selatan 6,4 18,6 72,2 2,8 100
27 Sulawesi Tenggara 6,5 16,3 66,9 10,2 100
28 Gorontalo 11,2 15,3 69,4 4,1 100
29 Sulawesi Barat 7,6 12,9 74,9 4,7 100
30 Maluku 8,4 17,8 70,5 3,4 100
31 Maluku Utara 5,7 17,9 73,2 3,2 100
32 Papua Barat 9,1 17,4 67,3 6,2 100
33 Papua 6,3 10,0 78,4 5,3 100
4,9 13,0 76,2 5,8 100
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) Gizi Baik (%) Gizi Lebih (%) Jumlah (%)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN PE RUMUR (BB/U)
No. Provinsi
Status Gizi Menurut BB/U
Lampiran 3.6
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 24,2 14,8 61,1 100
2 Sumatera Utara 23,4 18,9 57,7 100
3 Sumatera Barat 14,3 18,4 67,2 100
4 Riau 19,6 12,5 67,8 100
5 Jambi 15,4 14,8 69,8 100
6 Sumatera Selatan 23,1 17,3 59,6 100
7 Bengkulu 18,3 13,3 68,4 100
8 Lampung 20,6 15,6 63,7 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 12,5 16,6 71,0 100
10 Kepulauan Riau 11,4 15,5 73,1 100
11 DKI Jakarta 14,3 12,3 73,4 100
12 Jawa Barat 16,6 17,1 66,4 100
13 Jawa Tengah 16,9 17,0 66,1 100
14 DI Yogyakarta 10,2 12,3 77,5 100
15 Jawa Timur 20,9 14,9 64,1 100
16 Banten 16,5 17,0 66,5 100
17 Bali 14,0 15,3 70,7 100
18 Nusa Tenggara Barat 27,8 20,5 51,8 100
19 Nusa Tenggara Timur 30,9 27,5 41,6 100
20 Kalimantan Barat 20,7 19,0 60,3 100
21 Kalimantan Tengah 18,0 21,6 60,4 100
22 Kalimantan Selatan 15,9 19,4 64,7 100
23 Kalimantan Timur 14,4 14,7 70,9 100
24 Sulawesi Utara 12,7 15,1 72,2 100
25 Sulawesi Tengah 16,0 20,1 63,8 100
26 Sulawesi Selatan 15,8 23,1 61,1 100
27 Sulawesi Tenggara 20,8 17,0 62,2 100
28 Gorontalo 21,6 18,7 59,7 100
29 Sulawesi Barat 21,6 20,0 58,4 100
30 Maluku 16,5 21,0 62,5 100
31 Maluku Utara 14,4 15,0 70,6 100
32 Papua Barat 28,6 20,6 50,8 100
33 Papua 13,3 15,0 71,7 100
18,5 17,1 64,4 100
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Jumlah (%)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN PER UMUR (TB/U)
No. Provinsi
Status Gizi Menurut TB/U
Sangat Pendek
(%)
Pendek (%) Normal (%)
Lampiran 3.7
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 6,3 7,9 69,6 16,2 100
2 Sumatera Utara 5,6 8,4 67,6 18,3 100
3 Sumatera Barat 4,0 4,2 83,5 8,3 100
4 Riau 9,2 8,0 66,8 16,0 100
5 Jambi 11,3 8,7 70,4 9,6 100
6 Sumatera Selatan 7,3 7,3 68,7 16,8 100
7 Bengkulu 9,7 8,1 66,7 15,5 100
8 Lampung 5,4 8,5 69,6 16,4 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,7 5,8 82,8 9,6 100
10 Kepulauan Riau 2,0 6,0 81,4 10,6 100
11 DKI Jakarta 4,4 6,9 69,1 19,6 100
12 Jawa Barat 4,6 6,4 74,4 14,6 100
13 Jawa Tengah 6,4 7,8 71,8 14,0 100
14 DI Yogyakarta 2,6 6,5 77,3 13,6 100
15 Jawa Timur 7,3 6,8 68,8 17,1 100
16 Banten 6,2 7,9 74,2 11,7 100
17 Bali 5,2 7,9 69,4 17,5 100
18 Nusa Tenggara Barat 5,9 8,0 73,5 12,5 100
19 Nusa Tenggara Timur 6,8 6,4 74,8 11,9 100
20 Kalimantan Barat 7,6 9,1 72,5 10,8 100
21 Kalimantan Tengah 6,0 9,6 75,4 9,0 100
22 Kalimantan Selatan 8,4 7,2 74,6 9,8 100
23 Kalimantan Timur 5,8 7,1 77,6 9,6 100
24 Sulawesi Utara 2,6 6,7 82,3 8,5 100
25 Sulawesi Tengah 8,4 6,4 75,1 10,2 100
26 Sulawesi Selatan 4,8 7,2 81,1 6,9 100
27 Sulawesi Tenggara 6,2 9,6 66,1 18,1 100
28 Gorontalo 4,1 7,7 80,4 7,8 100
29 Sulawesi Barat 6,1 10,6 71,5 11,8 100
30 Maluku 6,3 6,9 78,5 8,2 100
31 Maluku Utara 6,4 11,3 77,2 5,0 100
32 Papua Barat 6,0 5,5 73,8 14,8 100
33 Papua 8,2 5,7 75,5 10,7 100
6,0 7,3 72,8 14,0 100
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Sangat Kurus
(%)
Kurus (%) Normal (%) Gemuk (%) Jumlah (%)
Indonesia
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN PER TINGGI BADAN (BB/TB)
No. Provinsi
Status Gizi Menurut BB/TB
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Lampiran 3.8
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 3,1 26,1 9,2 11,2 47,2 3,2 100
2 Sumatera Utara 3,1 28,3 10,2 11,2 41,4 5,9 100
3 Sumatera Barat 1,2 25,6 5,7 6,9 59,2 1,4 100
4 Riau 1,7 20,7 7,7 15,6 46,9 7,3 100
5 Jambi 3,1 22,2 4,3 16,8 49,6 4,1 100
6 Sumatera Selatan 2,0 27,2 10,3 12,8 43,9 3,8 100
7 Bengkulu 1,2 20,8 7,7 16,2 48,1 6,0 100
8 Lampung 1,6 24,2 8,7 12,4 47,4 5,7 100
9 Kepulauan Bangka Belitung 2,3 22,7 4,2 5,1 61,0 4,9 100
10 Kepulauan Riau 2,1 17,9 4,9 6,0 64,3 4,8 100
11 DKI Jakarta 0,4 15,8 8,4 10,8 54,5 10,1 100
12 Jawa Barat 1,4 23,4 8,4 9,4 52,7 4,8 100
13 Jawa Tengah 1,3 23,9 7,8 12,5 49,4 5,1 100
14 DI Yogyakarta 0,4 16,3 5,2 8,8 61,3 8,0 100
15 Jawa Timur 1,6 24,2 9,7 12,4 46,4 5,7 100
16 Banten 2,3 24,9 6,5 11,9 50,6 3,8 100
17 Bali 0,9 18,7 8,6 12,6 51,9 7,3 100
18 Nusa Tenggara Barat 5,3 36,4 6,8 9,0 40,1 2,5 100
19 Nusa Tenggara Timur 4,9 44,3 9,7 8,3 31,9 1,0 100
20 Kalimantan Barat 5,3 28,9 4,6 11,9 44,4 5,0 100
21 Kalimantan Tengah 3,9 31,1 4,6 11,7 45,1 3,6 100
22 Kalimantan Selatan 2,5 26,6 4,9 12,5 49,3 4,2 100
23 Kalimantan Timur 2,1 22,7 3,2 10,8 55,4 5,7 100
24 Sulawesi Utara 2,2 21,2 3,9 6,8 62,5 3,5 100
25 Sulawesi Tengah 4,3 25,8 5,0 10,4 51,9 2,7 100
26 Sulawesi Selatan 2,6 32,8 3,9 9,3 49,2 2,1 100
27 Sulawesi Tenggara 3,7 25,6 7,2 13,4 44,0 6,1 100
28 Gorontalo 4,5 31,5 4,7 7,0 49,6 2,9 100
29 Sulawesi Barat 4,2 29,8 6,3 13,1 42,9 3,6 100
30 Maluku 4,0 28,4 5,4 9,4 50,8 2,0 100
31 Maluku Utara 1,9 25,3 2,3 15,8 52,3 2,4 100
32 Papua Barat 2,6 37,1 9,2 8,6 38,5 4,1 100
33 Papua 2,3 22,1 4,6 11,4 54,5 5,1 100
2,1 25,3 7,6 11,1 49,1 4,8 100
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Normal-Gemuk
(%)
Jumlah (%)
Indonesia
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN PER UMUR DAN BERAT BADAN PER TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB)
No. Provinsi
Status Gizi Menurut TB/U dan BB/TB
Pendek-Kurus
(%)
Pendek-Normal
(%)
Pendek-Gemuk
(%)
Normal-Kurus
(%)
Normal-Normal
(%)
Lampiran 3.9
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 11,1 64,5 10,9 13,4
2 Sumatera Utara 8,7 65,9 11,9 13,5
3 Sumatera Barat 14,1 64,1 9,4 12,5
4 Riau 9,2 69,4 11,1 10,3
5 Jambi 11,6 65,9 11,3 11,2
6 Sumatera Selatan 14,9 65,9 9,2 10,0
7 Bengkulu 12,7 68,0 9,3 10,0
8 Lampung 12,0 70,7 8,5 8,8
9 Kepulauan Bangka Belitung 10,2 63,4 9,9 16,5
10 Kepulauan Riau 9,1 60,0 13,2 17,6
11 DKI Jakarta 9,7 61,8 12,3 16,2
12 Jawa Barat 12,5 64,8 10,0 12,8
13 Jawa Tengah 13,7 67,4 9,3 9,5
14 DI Yogyakarta 17,5 60,8 9,7 12,1
15 Jawa Timur 12,3 67,1 9,5 11,1
16 Banten 15,3 63,0 9,5 12,2
17 Bali 11,0 68,2 10,5 10,4
18 Nusa Tenggara Barat 16,1 67,1 8,0 8,8
19 Nusa Tenggara Timur 19,7 67,3 6,5 6,5
20 Kalimantan Barat 14,7 67,2 8,6 9,5
21 Kalimantan Tengah 12,1 68,4 9,2 10,3
22 Kalimantan Selatan 18,6 60,1 10,5 10,8
23 Kalimantan Timur 8,4 62,1 12,1 17,3
24 Sulawesi Utara 6,0 56,8 15,2 21,9
25 Sulawesi Tengah 10,2 65,7 10,8 13,3
26 Sulawesi Selatan 14,6 64,7 9,7 11,0
27 Sulawesi Tenggara 10,9 72,8 8,9 7,4
28 Gorontalo 11,6 60,9 11,3 16,1
29 Sulawesi Barat 9,9 69,3 9,8 11,0
30 Maluku 10,6 64,8 9,5 15,1
31 Maluku Utara 10,4 62,4 12,8 14,4
32 Papua Barat 10,4 62,1 12,1 15,4
33 Papua 9,2 66,0 11,0 13,8
12,6 65,8 10,0 11,7
Sumber: Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Indonesia
PREVALENSI STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN)
BERDASARKAN KATEGORI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
Kategori IMT
Kurus (%) Normal (%) BB Lebih (%) Obese (%)
Lampiran 3.10
No Provinsi Populasi Berisiko Klinis
Sediaan Darah
Diperiksa
Positif
Annual Parasite
Incidence (API)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 4.363.475 29.559 30.689 2.354 0,54
2 Sumatera Utara 8.872.054 108.895 88.561 5.377 0,61
3 Sumatera Barat 2.359.946 998 699 260 0,11
4 Riau 4.190.975 8.156 7.735 1.005 0,24
5 Jambi 1.408.470 37.882 21.901 2.309 1,64
6 Sumatera Selatan 5.350.075 49.444 25.212 2.396 0,45
7 Bengkulu 1.858.466 51.090 41.582 7.926 4,26
8 Lampung 6.295.088 25.922 22.960 2.025 0,32
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.106.657 58.382 6.216 5.596 5,06
10 Kepulauan Riau 1.244.515 16.078 4.787 1.073 0,86
11 DKI Jakarta 200.000 0 0 0 0,00
12 Jawa Barat 1.092.677 18.452 18.452 466 0,43
13 Jawa Tengah 21.430.044 74.619 74.619 2.098 0,10
14 DI Yogyakarta 3.565.783 - - 36 0,01
15 Jawa Timur 6.814.535 23.260 20.672 657 0,10
16 Banten 3.473.302 955 - 113 0,03
17 Bali 1.402.202 10.806 10.806 40 0,03
18 Nusa Tenggara Barat 4.380.548 72.125 75.695 7.919 1,81
19 Nusa Tenggara Timur 4.617.521 436.717 65.075 56.075 12,14
20 Kalimantan Barat 4.130.874 120.298 59.398 1.839 0,45
21 Kalimantan Tengah 2.218.235 26.038 17.468 7.730 3,48
22 Kalimantan Selatan 3.394.359 8.718 7.704 2.672 0,79
23 Kalimantan Timur 2.848.793 18.208 8.940 1.352 0,47
24 Sulawesi Utara 2.452.635 31.901 19.835 3.990 1,63
25 Sulawesi Tengah 2.531.777 74.191 36.070 5.271 2,08
26 Sulawesi Selatan 3.671.933 22.206 17.353 1.297 0,35
27 Sulawesi Tenggara 2.299.988 24.232 7.443 1.057 0,46
28 Gorontalo 1.037.751 5.899 3.668 1.772 1,71
29 Sulawesi Barat 1.176.149 25.743 7.911 642 0,55
30 Maluku 1.576.914 42.762 30.921 8.559 5,43
31 Maluku Utara 1.005.735 32.495 27.972 6.486 6,45
32 Papua Barat 2.127.982 133.334 93.334 38.009 17,86
33 Papua 2.851.999 259.634 310.728 51.418 18,03
117.351.457 1.848.999 1.164.406 229.819 1,96
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
Lampiran 3.11
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 0,94 0,25 0,48 0,54
2 Sumatera Utara NA 0,28 0,25 0,61
3 Sumatera Barat 0,03 0,57 0,41 0,11
4 Riau NA 0,23 0,47 0,24
5 Jambi 1,21 2,12 1,89 1,64
6 Sumatera Selatan 0,08 0,54 0,45 0,45
7 Bengkulu 1,52 4,70 4,36 4,26
8 Lampung 0,33 0,33 0,78 0,32
9 Kepulauan Bangka Belitung 15,89 8,09 7,87 5,06
10 Kepulauan Riau 1,06 1,34 1,12 0,86
11 DKI Jakarta - - - -
12 Jawa Barat 0,37 0,58 0,36 0,43
13 Jawa Tengah 0,12 0,07 0,08 0,10
14 DI Yogyakarta 0,05 0,00 0,30 0,01
15 Jawa Timur 0,18 0,71 0,47 0,10
16 Banten 0,05 0,03 0,14 0,03
17 Bali 0,42 0,17 0,02 0,03
18 Nusa Tenggara Barat 3,47 4,88 1,93 1,81
19 Nusa Tenggara Timur
30,09 20,35 15,62 12,14
20 Kalimantan Barat
- 0,65 0,54 0,45
21 Kalimantan Tengah
- 2,53 1,38 3,48
22 Kalimantan Selatan
0,49 1,04 1,06 0,79
23 Kalimantan Timur
2,90 2,04 0,93 0,47
24 Sulawesi Utara
1,99 3,37 4,57 1,63
25 Sulawesi Tengah
2,01 2,56 1,35 2,08
26 Sulawesi Selatan
0,08 0,31 0,47 0,35
27 Sulawesi Tenggara
0,52 0,28 0,22 0,46
28 Gorontalo
0,43 4,13 0,54 1,71
29 Sulawesi Barat
0,48 0,57 0,85 0,55
30 Maluku
0,85 8,94 7,37 5,43
31 Maluku Utara
11,25 8,91 8,91 6,45
32 Papua Barat
53,57 46,10 27,66 17,86
33 Papua
41,66 18,35 9,94 18,03
2,89 2,47 1,85 1,96
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007-2010
Indonesia
ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA
No. Provinsi
API
2007 2008 2009 2010
Lampiran 3.12
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 0,7 11,5 12,1
2 Sumatera Utara 0,4 9,6 10,0
3 Sumatera Barat 0,3 11,9 12,2
4 Riau 0,5 6,0 6,5
5 Jambi 1,2 9,5 10,6
6 Sumatera Selatan 0,9 8,4 9,2
7 Bengkulu 1,6 11,6 12,9
8 Lampung 0,5 9,1 9,6
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,5 17,9 19,0
10 Kepulauan Riau 1,4 8,2 9,5
11 DKI Jakarta 0,1 8,3 8,4
12 Jawa Barat 0,1 10,6 10,7
13 Jawa Tengah 0,1 7,6 7,7
14 DI Yogyakarta 0,0 4,6 4,6
15 Jawa Timur 0,1 7,2 7,3
16 Banten 0,1 10,5 10,6
17 Bali 0,1 4,5 4,6
18 Nusa Tenggara Barat 1,4 13,0 14,2
19 Nusa Tenggara Timur
4,4 22,2 25,3
20 Kalimantan Barat
0,9 11,2 12,0
21 Kalimantan Tengah
1,4 15,0 16,2
22 Kalimantan Selatan
0,7 14,0 14,5
23 Kalimantan Timur
0,9 8,6 9,3
24 Sulawesi Utara
1,9 20,1 21,6
25 Sulawesi Tengah
0,9 18,2 18,9
26 Sulawesi Selatan
0,6 15,1 15,6
27 Sulawesi Tenggara
0,4 6,8 7,1
28 Gorontalo
0,8 28,0 28,6
29 Sulawesi Barat
1,5 12,5 13,8
30 Maluku
1,4 11,5 12,6
31 Maluku Utara
3,6 18,1 20,8
32 Papua Barat
10,6 27,3 33,8
33 Papua
10,1 19,2 25,9
0,1 8,5 8,6
1,3 12,3 13,4
0,6 10,0 10,6
Sumber Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI : Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Ket : D= Kasus yang didiagnosis berdasarkan pemeriksaan darah; G= kasus yang didiagnosis berdasarkan gejala klinis
DG= Kasus yang didiagnosis berdasarkan pemeriksaan darah dan gejala klinis.
G (%) DG (%)
Indonesia
Jawa-Bali
Luar Jawa-Bali
PERIOD PREVALENCE MALARIA SATU BULAN TERAKHIR
No. Provinsi
Period Prevalence
MENURUT CARA DIAGNOSIS DAN PROVINSI TAHUN 2010
D (%)
Lampiran 3.13
Semua Kasus
BTA
Positif
Case Detection Rate
(CDR) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 7.092 4.592 3.670 51,7%
2 Sumatera Utara 21.524 19.673 16.078 74,7%
3 Sumatera Barat 7.828 6.068 4.156 53,1%
4 Riau 8.677 4.553 2.996 34,5%
5 Jambi 4.608 3.459 3.149 68,3%
6 Sumatera Selatan 11.716 8.046 5.705 48,7%
7 Bengkulu 2.707 2.083 1.784 65,9%
8 Lampung 12.147 7.241 5.139 42,3%
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.846 1.500 1.130 61,2%
10 Kepulauan Riau 2.527 1.621 917 36,3%
11 DKI Jakarta 9.946 24.895 7.944 79,9%
12 Jawa Barat 45.027 61.010 32.649 72,5%
13 Jawa Tengah 35.411 37.986 19.190 54,2%
14 DI Yogyakarta 2.262 2.450 1.193 52,7%
15 Jawa Timur 40.093 37.511 23.350 58,2%
16 Banten 10.662 13.877 8.018 75,2%
17 Bali 2.294 2.942 1.449 63,2%
18 Nusa Tenggara Barat 9.457 5.122 3.151 33,3%
19 Nusa Tenggara Timur 9.880 5.507 3.755 38,0%
20 Kalimantan Barat 9.216 5.797 4.634 50,3%
21 Kalimantan Tengah 4.439 2.094 1.323 29,8%
22 Kalimantan Selatan 7.445 4.710 3.253 43,7%
23 Kalimantan Timur 6.794 3.848 2.210 32,5%
24 Sulawesi Utara 4.724 4.997 4.546 96,2%
25 Sulawesi Tengah 5.296 2.719 2.307 43,6%
26 Sulawesi Selatan 16.822 9.633 7.820 46,5%
27 Sulawesi Tenggara 4.539 3.445 3.185 70,2%
28 Gorontalo 2.091 1.822 1.617 77,3%
29 Sulawesi Barat 2.233 1.361 1.149 51,5%
30 Maluku 2.852 3.199 2.175 76,3%
31 Maluku Utara 2.080 1.176 792 38,1%
32 Papua Barat 1.591 1.487 635 39,9%
33 Papua 4.491 6.437 2.297 51,1%
234.181 302.861 183.366 78,3%
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Indonesia
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU
No Provinsi
Perkiraan Kasus
Menular
Cakupan Penemuan
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Lampiran 3.14
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 2.352 64,1% 1.318 35,9% 3.670
2 Sumatera Utara 10.496 65,3% 5.582 34,7% 16.078
3 Sumatera Barat 2.693 64,8% 1.463 35,2% 4.156
4 Riau 1.912 63,8% 1.084 36,2% 2.996
5 Jambi 1.966 62,4% 1.183 37,6% 3.149
6 Sumatera Selatan 3.508 61,5% 2.197 38,5% 5.705
7 Bengkulu 1.096 61,4% 688 38,6% 1.784
8 Lampung 3.115 60,6% 2.024 39,4% 5.139
9 Kepulauan Bangka Belitung 727 64,3% 403 35,7% 1.130
10 Kepulauan Riau 576 62,8% 341 37,2% 917
11 DKI Jakarta 4.884 61,5% 3.060 38,5% 7.944
12 Jawa Barat 18.854 57,7% 13.795 42,3% 32.649
13 Jawa Tengah 10.789 56,2% 8.401 43,8% 19.190
14 DI Yogyakarta 719 60,3% 474 39,7% 1.193
15 Jawa Timur 13.060 55,9% 10.290 44,1% 23.350
16 Banten 4.780 59,6% 3.238 40,4% 8.018
17 Bali 836 57,7% 613 42,3% 1.449
18 Nusa Tenggara Barat 1.888 59,9% 1.263 40,1% 3.151
19 Nusa Tenggara Timur 2.074 55,2% 1.681 44,8% 3.755
20 Kalimantan Barat 2.961 63,9% 1.673 36,1% 4.634
21 Kalimantan Tengah 811 61,3% 512 38,7% 1.323
22 Kalimantan Selatan 1.979 60,8% 1.274 39,2% 3.253
23 Kalimantan Timur 1.355 61,3% 855 38,7% 2.210
24 Sulawesi Utara 2.821 62,1% 1.725 37,9% 4.546
25 Sulawesi Tengah 1.401 60,7% 906 39,3% 2.307
26 Sulawesi Selatan 4.559 58,3% 3.261 41,7% 7.820
27 Sulawesi Tenggara 1.919 60,3% 1.266 39,7% 3.185
28 Gorontalo 916 56,6% 701 43,4% 1.617
29 Sulawesi Barat 681 59,3% 468 40,7% 1.149
30 Maluku 1.245 57,2% 930 42,8% 2.175
31 Maluku Utara 495 62,5% 297 37,5% 792
32 Papua Barat 368 58,0% 267 42,0% 635
33 Papua 1.330 57,9% 967 42,1% 2.297
109.166 59,5% 74.200 40,5% 183.366
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Perempuan
Laki-laki+ Perempuan
Jumlah % Jumlah %
Indonesia
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi
Jenis Kelamin
Laki-laki
Lampiran 3.15
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Aceh 24 14 265 207 474 280 434 269 479 236 478 220 198 92 2.352 1.318 3.670
2 Sumatera Utara 77 67 1.360 1.036 2.169 1.302 2.293 1.169 2.375 1.098 1.673 677 549 233 10.496 5.582 16.078
3 Sumatera Barat 13 14 379 287 591 337 460 264 538 236 461 223 251 102 2.693 1.463 4.156
4 Riau 9 18 262 200 437 274 377 224 405 191 290 139 132 38 1.912 1.084 2.996
5 Jambi 12 14 238 200 390 258 411 239 413 247 336 152 166 73 1.966 1.183 3.149
6 Sumatera Selatan 23 23 441 345 759 516 711 463 723 386 577 334 274 130 3.508 2.197 5.705
7 Bengkulu 6 17 111 116 248 145 228 141 213 128 202 103 88 38 1.096 688 1.784
8 Lampung 26 17 332 321 667 493 628 388 601 362 572 320 289 123 3.115 2.024 5.139
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 4 94 75 158 101 143 59 147 81 123 59 61 24 727 403 1.130
10 Kepulauan Riau 6 5 84 97 176 106 126 52 91 41 63 31 30 9 576 341 917
11 DKI Jakarta 27 30 1.001 743 1.525 852 939 633 794 497 461 229 137 76 4.884 3.060 7.944
12 Jawa Barat 129 140 3.714 3.300 4.815 3.624 3.580 2.674 3.018 2.212 2.522 1.380 1.076 465 18.854 13.795 32.649
13 Jawa Tengah 60 86 1.608 1.780 2.395 2.016 1.937 1.541 2.067 1.409 1.745 1.138 977 431 10.789 8.401 19.190
14 DI Yogyakarta - 4 107 114 141 116 127 82 132 83 114 51 98 24 719 474 1.193
15 Jawa Timur 70 101 1.566 1.690 2.530 2.303 2.459 2.132 2.783 2.059 2.514 1.518 1.138 487 13.060 10.290 23.350
16 Banten 32 24 973 807 1.257 866 959 664 827 522 545 279 187 76 4.780 3.238 8.018
17 Bali 5 4 123 123 196 159 157 113 141 92 138 86 76 36 836 613 1.449
18 Nusa Tenggara Barat 10 8 252 200 413 303 339 249 408 259 342 196 124 48 1.888 1.263 3.151
19 Nusa Tenggara Timur 17 34 287 293 458 364 352 297 352 277 363 278 245 138 2.074 1.681 3.755
20 Kalimantan Barat 18 27 317 280 570 364 575 335 628 305 577 268 276 94 2.961 1.673 4.634
21 Kalimantan Tengah 11 10 84 90 177 124 186 112 193 100 112 54 48 22 811 512 1.323
22 Kalimantan Selatan 9 9 221 198 402 285 394 275 415 257 405 193 133 57 1.979 1.274 3.253
23 Kalimantan Timur 11 10 214 173 310 187 254 173 257 165 212 108 97 39 1.355 855 2.210
24 Sulawesi Utara 27 15 377 315 516 322 519 363 608 302 484 246 290 162 2.821 1.725 4.546
25 Sulawesi Tengah 11 9 186 154 294 218 296 200 291 184 226 108 97 33 1.401 906 2.307
26 Sulawesi Selatan 9 25 557 514 908 666 907 665 925 683 838 522 415 186 4.559 3.261 7.820
27 Sulawesi Tenggara 10 13 288 220 380 297 400 241 359 208 325 222 157 65 1.919 1.266 3.185
28 Gorontalo 6 8 145 125 210 164 186 140 171 134 131 95 67 35 916 701 1.617
29 Sulawesi Barat 3 2 107 85 136 122 141 85 128 83 120 79 46 12 681 468 1.149
30 Maluku 20 21 195 181 267 219 212 151 227 162 203 119 121 77 1.245 930 2.175
31 Maluku Utara 3 7 99 68 139 92 83 48 80 38 55 34 36 10 495 297 792
32 Papua Barat 2 4 93 91 113 78 66 38 47 31 34 20 13 5 368 267 635
33 Papua 27 32 421 372 424 285 211 150 141 74 88 43 18 11 1.330 967 2.297
714 816 16.501 14.800 24.645 17.838 21.090 14.629 20.977 13.142 17.329 9.524 7.910 3.451 109.166 74.200 183.366
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Indonesia
P L P L L L
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi
K e l o m p o k U m u r ( t a h u n)
P
Total > 65
L P T P L
55 - 64
L
35 - 44 0 - 14
P P
25 - 34 45 - 54 15 - 24
P L
Lampiran 3.16
Semua Kasus BTA Positif Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 3.966 3.065 2.681 87,5 172 5,6 2.853 93,1 71 2,3
2 Sumatera Utara 16.815 13.897 12.984 93,4 367 2,6 13.351 96,1 154 1,1
3 Sumatera Barat 5.482 3.732 2.950 79,0 351 9,4 3.301 88,5 124 3,3
4 Riau 4.325 2.880 1.840 63,9 572 19,9 2.412 83,8 55 1,9
5 Jambi 3.291 2.745 2.458 89,5 127 4,6 2.585 94,2 73 2,7
6 Sumatera Selatan 7.779 5.181 4.641 89,6 284 5,5 4.925 95,1 67 1,3
7 Bengkulu 1.941 1.588 1.371 86,3 135 8,5 1.506 94,8 43 2,7
8 Lampung 7.266 4.943 4.284 86,7 323 6,5 4.607 93,2 101 2,0
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.229 951 837 88,0 20 2,1 857 90,1 27 2,8
10 Kepulauan Riau 1.695 784 471 60,1 172 21,9 643 82,0 5 0,6
11 DKI Jakarta 25.074 7.989 5.749 72,0 1.108 13,9 6.857 85,8 121 1,5
12 Jawa Barat 61.964 31.433 27.153 86,4 1.813 5,8 28.966 92,2 414 1,3
13 Jawa Tengah 34.671 16.906 14.365 85,0 926 5,5 15.291 90,4 301 1,8
14 DI Yogyakarta 2.345 1.155 893 77,3 79 6,8 972 84,2 54 4,7
15 Jawa Timur 38.010 22.598 19.165 84,8 1.293 5,7 20.458 90,5 509 2,3
16 Banten 15.629 8.134 7.031 86,4 560 6,9 7.591 93,3 118 1,5
17 Bali 3.227 1.517 1.154 76,1 186 12,3 1.340 88,3 56 3,7
18 Nusa Tenggara Barat 5.346 3.089 2.436 78,9 472 15,3 2.908 94,1 64 2,1
19 Nusa Tenggara Timur 5.302 3.369 2.634 78,2 467 13,9 3.101 92,0 125 3,7
20 Kalimantan Barat 5.499 4.156 3.733 89,8 128 3,1 3.861 92,9 57 1,4
21 Kalimantan Tengah 2.090 1.339 1.116 83,3 153 11,4 1.269 94,8 13 1,0
22 Kalimantan Selatan 4.609 2.891 2.587 89,5 127 4,4 2.714 93,9 74 2,6
23 Kalimantan Timur 3.694 2.065 1.407 68,1 355 17,2 1.762 85,3 64 3,1
24 Sulawesi Utara 4.989 3.988 3.596 90,2 237 5,9 3.833 96,1 78 2,0
25 Sulawesi Tengah 2.397 1.918 1.689 88,1 111 5,8 1.800 93,8 40 2,1
26 Sulawesi Selatan 8.223 6.428 5.615 87,4 163 2,5 5.778 89,9 204 3,2
27 Sulawesi Tenggara 2.663 2.296 1.920 83,6 246 10,7 2.166 94,3 68 3,0
28 Gorontalo 1.620 1.370 1.117 81,5 191 13,9 1.308 95,5 30 2,2
29 Sulawesi Barat 1.179 942 809 85,9 61 6,5 870 92,4 31 3,3
30 Maluku 2.702 2.014 1.530 76,0 421 20,9 1.951 96,9 13 0,6
31 Maluku Utara 1.096 708 392 55,4 207 29,2 599 84,6 29 4,1
32 Papua Barat 1.559 638 224 35,1 84 13,2 308 48,3 20 3,1
33 Papua 7.054 2.504 1.146 45,8 405 16,2 1.551 61,9 79 3,2
294.731 169.213 141.978 83,9 12.316 7,3 154.294 91,2 3.282 1,9
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Indonesia
No. Provinsi
Pengobatan Lengkap Meninggal Cakupan TB BTA Positif Sembuh
Success Rate
Sembuh dan
Pengobatan
Lengkap
DAN SUCCESS RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP
Lampiran 3.17
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 0,644 2,652
2 Sumatera Utara 0,539 3,009
3 Sumatera Barat 0,674 4,757
4 Riau 0,433 1,988
5 Jambi 0,630 5,337
6 Sumatera Selatan 0,351 1,765
7 Bengkulu 0,827 3,886
8 Lampung 0,270 1,746
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,640 3,585
10 Kepulauan Riau 0,427 3,220
11 DKI Jakarta 1,032 2,240
12 Jawa Barat 0,937 2,746
13 Jawa Tengah 0,687 2,163
14 DI Yogyakarta 0,311 2,065
15 Jawa Timur 0,628 1,843
16 Banten 1,282 3,127
17 Bali 0,306 1,339
18 Nusa Tenggara Barat 0,927 2,877
19 Nusa Tenggara Timur 0,577 6,511
20 Kalimantan Barat 0,903 2,802
21 Kalimantan Tengah 0,426 4,305
22 Kalimantan Selatan 0,810 4,201
23 Kalimantan Timur 0,789 2,758
24 Sulawesi Utara 1,221 3,382
25 Sulawesi Tengah 0,542 5,367
26 Sulawesi Selatan 0,577 4,844
27 Sulawesi Tenggara 0,418 2,147
28 Gorontalo 1,200 6,992
29 Sulawesi Barat 0,668 2,126
30 Maluku 0,887 4,022
31 Maluku Utara 0,546 3,016
32 Papua Barat 0,637 6,722
33 Papua 1,441 3,813
0,725 2,728
Sumber Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI : Riskesdas 2010, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Indonesia
PERIOD PREVALENCE TB (D) DAN PERIOD PREVALENCE SUSPECT TB (G)
No. Provinsi
Period Prevalence
D (%) G (%)
PADA PENDUDUK > 15 TAHUN, MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
Lampiran 3.18
Jumlah Kasus Jumlah Kasus Case Rate
Baru Kumulatif Per 100.000 Penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 10 53 12 1,29
2 Sumatera Utara 22 507 94 3,88
3 Sumatera Barat 80 410 99 9,10
4 Riau 2 477 132 8,39
5 Jambi 103 268 62 9,37
6 Sumatera Selatan - 219 38 3,04
7 Bengkulu 40 131 29 7,49
8 Lampung - 144 42 1,86
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 120 18 11,65
10 Kepulauan Riau 41 374 143 24,96
11 DKI Jakarta 1167 3.995 576 44,74
12 Jawa Barat 130 3.728 665 8,91
13 Jawa Tengah 227 944 289 2,92
14 DI Yogyakarta 215 505 108 14,82
15 Jawa Timur 545 3.771 779 10,44
16 Banten 82 401 67 3,86
17 Bali 132 1.747 311 49,16
18 Nusa Tenggara Barat 23 142 69 3,07
19 Nusa Tenggara Timur 104 242 36 5,55
20 Kalimantan Barat 331 1.125 138 23,96
21 Kalimantan Tengah 36 57 4 2,40
22 Kalimantan Selatan - 27 5 0,78
23 Kalimantan Timur - 11 10 0,35
24 Sulawesi Utara - 173 62 7,69
25 Sulawesi Tengah - 12 6 0,46
26 Sulawesi Selatan - 591 62 6,65
27 Sulawesi Tenggara 1 22 5 0,95
28 Gorontalo - 3 1 0,33
29 Sulawesi Barat - - - -
30 Maluku - 192 70 14,21
31 Maluku Utara 7 17 8 1,77
32 Papua Barat - 58 19 8,93
33 Papua 857 3.665 580 173,69
4.158 24.131 4.539 10,46
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
JUMLAH KASUS BARU AIDS , KASUS KUMULATIF AIDS, KASUS MENINGGAL, DAN CASE RATE AIDS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2010
Indonesia
No Provinsi Meninggal
Lampiran 3.19
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 44 48 52 53
2 Sumatera Utara 485 485 485 507
3 Sumatera Barat 382 410 410 410
4 Riau 476 477 477 477
5 Jambi 165 166 166 268
6 Sumatera Selatan 219 219 219 219
7 Bengkulu 91 113 119 131
8 Lampung 144 144 144 144
9 Kepulauan Bangka Belitung 117 120 120 120
10 Kepulauan Riau 334 341 365 374
11 DKI Jakarta 2.828 3.740 3.870 3.995
12 Jawa Barat 3.599 3.710 3.714 3.728
13 Jawa Tengah 752 819 872 944
14 DI Yogyakarta 290 290 458 505
15 Jawa Timur 3.540 3.540 3.617 3.771
16 Banten 318 323 326 401
17 Bali 1.725 1.747 1.747 1.747
18 Nusa Tenggara Barat 133 139 142 142
19 Nusa Tenggara Timur 139 142 182 242
20 Kalimantan Barat 794 794 1.125 1.125
21 Kalimantan Tengah 30 40 49 57
22 Kalimantan Selatan 27 27 27 27
23 Kalimantan Timur 11 11 11 11
24 Sulawesi Utara 173 173 173 173
25 Sulawesi Tengah 12 12 12 12
26 Sulawesi Selatan 591 591 591 591
27 Sulawesi Tenggara 21 22 22 22
28 Gorontalo 3 3 3 3
29 Sulawesi Barat - - - -
30 Maluku 192 192 192 192
31 Maluku Utara 13 16 16 17
32 Papua Barat 58 58 58 58
33 Papua 2.858 2.858 2.962 3.665
20.564 21.770 22.726 24.131
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Jumlah Kasus AIDS Kumulatif
JUMLAH KASUS AIDS KUMULATIF PER TRIWULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
J u m l a h
No Provinsi
Lampiran 3.20
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 10 1 10,0 53 17 32,1
2 Sumatera Utara 22 13 59,1 507 222 43,8
3 Sumatera Barat 80 44 55,0 410 268 65,4
4 Riau 2 0 0,0 477 135 28,3
5 Jambi 103 59 57,3 268 155 57,8
6 Sumatera Selatan - - - 219 104 47,5
7 Bengkulu 40 19 47,5 131 66 50,4
8 Lampung - - - 144 112 77,8
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 1 33,3 120 41 34,2
10 Kepulauan Riau 41 1 2,4 374 31 8,3
11 DKI Jakarta 1167 729 62,5 3.995 2.801 70,1
12 Jawa Barat 130 77 59,2 3.728 2.706 72,6
13 Jawa Tengah 227 26 11,5 944 178 18,9
14 DI Yogyakarta 215 46 21,4 505 140 27,7
15 Jawa Timur 545 35 6,4 3.771 1.046 27,7
16 Banten 82 43 52,4 401 247 61,6
17 Bali 132 8 6,1 1.747 269 15,4
18 Nusa Tenggara Barat 23 4 17,4 142 50 35,2
19 Nusa Tenggara Timur 104 3 2,9 242 15 6,2
20 Kalimantan Barat 331 51 15,4 1.125 197 17,5
21 Kalimantan Tengah 36 7 19,4 57 14 24,6
22 Kalimantan Selatan - - - 27 9 33,3
23 Kalimantan Timur - - - 11 4 36,4
24 Sulawesi Utara - - - 173 40 23,1
25 Sulawesi Tengah - - - 12 6 50,0
26 Sulawesi Selatan - - - 591 265 44,8
27 Sulawesi Tenggara 1 0 0,0 22 1 4,5
28 Gorontalo - - - 3 2 66,7
29 Sulawesi Barat - - - - - -
30 Maluku - - - 192 79 41,1
31 Maluku Utara 7 3 42,9 17 5 29,4
32 Papua Barat - - - 58 5 8,6
33 Papua 857 0 0,0 3.665 3 0,1
4.158 1.170 28,1 24.131 9.233 38,3
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Persentase Kasus Baru
AIDS Pada IDU
Jumlah Kasus
Kumulatif AIDS
Jumlah Kasus Kumulatif
AIDS Pada IDU
Persentase Kasus
Kumulatif AIDS Pada IDU
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2010
Indonesia
No Provinsi Jumlah Kasus Baru AIDS
Jumlah Kasus Baru AIDS
Pada IDU
Lampiran 3.21
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 47.090 484 1.178 1.662 3,53
2 Sumatera Utara 144.630 19.236 18.483 37.719 26,08
3 Sumatera Barat 50.130 2.649 7.895 10.544 21,03
4 Riau 61.190 2.363 7.321 9.684 15,83
5 Jambi 28.590 1.186 2.994 4.180 14,62
6 Sumatera Selatan 72.790 8.448 12.377 20.825 28,61
7 Bengkulu 16.810 88 194 282 1,68
8 Lampung 72.760 4.396 6.725 11.121 15,28
9 Kepulauan Bangka Belitung 11.060 1.096 3.336 4.432 40,07
10 Kepulauan Riau 18.750 135 223 358 1,91
11 DKI Jakarta 79.440 4.800 10.454 15.254 19,20
12 Jawa Barat 398.720 67.346 126.634 193.980 48,65
13 Jawa Tengah 275.810 8.097 22.143 30.240 10,96
14 DI Yogyakarta 34.792 476 1.234 1.710 4,91
15 Jawa Timur 263.230 17.282 35.492 52.774 20,05
16 Banten 99.200 4.063 7.344 11.407 11,50
17 Bali 25.980 1.367 2.372 3.739 14,39
18 Nusa Tenggara Barat 50.830 13.263 19.515 32.778 64,49
19 Nusa Tenggara Timur 56.230 1.349 1.765 3.114 5,54
20 Kalimantan Barat 47.290 995 2.260 3.255 6,88
21 Kalimantan Tengah 21.160 309 769 1.078 5,09
22 Kalimantan Selatan 33.560 5.006 11.640 16.646 49,60
23 Kalimantan Timur 31.560 1.059 2.530 3.589 11,37
24 Sulawesi Utara 17.710 2.803 1.470 4.273 24,13
25 Sulawesi Tengah 25.700 2.412 5.294 7.706 29,98
26 Sulawesi Selatan 81.020 2.212 4.896 7.108 8,77
27 Sulawesi Tenggara 25.600 288 821 1.109 4,33
28 Gorontalo 9.500 304 574 878 9,24
29 Sulawesi Barat 10.490 1.341 2.879 4.220 40,23
30 Maluku 15.270 924 1.490 2.414 15,81
31 Maluku Utara 11.010 382 798 1.180 10,72
32 Papua Barat 8.560 - - - -
33 Papua 23.960 - - - -
2.170.423 176.159 323.100 499.259 23,00
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
%
Indonesia
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
Target Penemuan
Pneumonia Balita
(10%)
Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita
< 1 Tahun 1 - 4 Tahun Jumlah
Lampiran 3.22
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 133 331 464 10,25 60 12,93 38 8,19 434 11 86,60 79,90
2 Sumatera Utara 28 172 200 1,51 38 19,00 23 11,50 213 1 94,50 92,80
3 Sumatera Barat 19 63 82 1,68 4 4,88 2 2,44 112 - 64,70 40,00
4 Riau 36 149 185 3,41 31 16,76 27 14,59 298 - 95,20 91,70
5 Jambi 22 87 109 3,78 7 6,42 21 19,27 116 - 88,50 85,10
6 Sumatera Selatan 24 201 225 3,02 63 28,00 9 4,00 212 2 83,30 74,50
7 Bengkulu - 10 10 0,59 2 20,00 0 - 11 - 100,00 91,70
8 Lampung 52 309 361 4,75 57 15,79 43 11,91 405 7 78,00 65,00
9 Kepulauan Bangka Belitung 9 22 31 2,63 1 3,23 5 16,13 37 4 100,00 80,00
10 Kepulauan Riau 4 1 5 0,32 1 20,00 - - 15 - 100,00 45,50
11 DKI Jakarta 125 622 747 8,04 22 2,95 26 3,48 621 11 81,50 81,80
12 Jawa Barat 209 1540 1.749 4,06 234 13,38 168 9,61 2.027 31 97,60 87,20
13 Jawa Tengah 325 1415 1.740 5,33 240 13,79 164 9,43 2.169 21 95,00 84,00
14 DI Yogyakarta 34 93 127 3,59 34 26,77 7 5,51 158 5 100,00 100,00
15 Jawa Timur 719 3934 4.653 12,42 598 12,85 515 11,07 5.496 16 92,70 90,30
16 Banten 91 320 411 4,12 42 10,22 106 25,79 997 - 100,00 87,50
17 Bali 18 75 93 2,59 2 2,15 10 10,75 118 - 96,60 90,00
18 Nusa Tenggara Barat 69 188 257 5,80 22 8,56 45 17,51 251 1 98,00 95,00
19 Nusa Tenggara Timur 24 121 145 3,17 12 8,28 18 12,41 311 6 26,20 73,80
20 Kalimantan Barat 7 108 115 2,62 6 5,22 17 14,78 217 - 90,00 88,00
21 Kalimantan Tengah 8 67 75 3,71 7 9,33 2 2,67 72 - 100,00 95,00
22 Kalimantan Selatan 15 163 178 5,02 42 23,60 17 9,55 215 2 90,00 85,00
23 Kalimantan Timur 30 185 215 6,84 13 6,05 14 6,51 212 - 88,40 65,40
24 Sulawesi Utara 52 354 406 18,05 35 8,62 45 11,08 424 2 91,00 89,00
25 Sulawesi Tengah 93 264 357 13,56 40 11,20 23 6,44 334 - 93,20 86,30
26 Sulawesi Selatan 202 890 1.092 13,63 119 10,90 62 5,68 1.013 10 91,00 82,40
27 Sulawesi Tenggara 33 221 254 11,36 7 2,76 15 5,91 286 - 96,60 81,00
28 Gorontalo 15 136 151 14,89 17 11,26 18 11,92 156 - 89,50 93,20
29 Sulawesi Barat 50 119 169 14,53 5 2,96 11 6,51 193 1 100,00 94,00
30 Maluku 82 348 430 26,37 19 4,42 27 6,28 514 4 93,00 86,30
31 Maluku Utara 179 334 513 49,01 17 3,31 94 18,32 520 4 97,00 92,00
32 Papua Barat 117 174 291 38,90 6 2,06 55 18,90 410 9 76,40 45,20
33 Papua 454 718 1.172 41,09 19 1,62 277 23,63 1.174 10 71,00 63,00
3.278 13.734 17.012 7,22 1.822 10,71 1.904 11,19 19.741 158 89,50 84,90
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Jumlah
0 - 14 Tahun
Jumlah
Case Detection
Rate per 100.000
Penduduk
Cacat Tkt. 2
RFT Rate (%)
Jumlah
Kasus
Register Pausi Basiler
(PB)
Multi Basiler
(MB)
Kasus
Kambuh
JUMLAH KASUS BARU KUSTA, CASE DETECTION RATE (CDR),
PROPORSI KECACATAN, KASUS PADA ANAK DAN WANITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
Indonesia
Pausi Basiler
(PB)
%
Multi Basiler
(MB)
%
Lampiran 3.23
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28)
1 Aceh 6 4 1 3 2 0 0 2 0 2 2 0 3 3 0 0 0 0 6 4 1 0 1 6 0 0
2 Sumatera Utara 2 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 2 0 0
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 4 3 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 4 0 0 4 0 0 0 3 1 0
5 Jambi 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0
6 Sumatera Selatan 11 5 0 6 0 1 4 0 3 4 4 0 1 6 4 2 6 0 3 3 3 2 3 8 2 1
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 11 8 1 4 2 3 1 1 3 5 2 0 3 7 1 2 6 1 2 5 2 1 3 7 2 2
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 3 3 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3 3 0 0
12 Jawa Barat 11 6 1 3 0 6 1 1 1 9 0 0 2 8 1 0 2 9 0 9 0 2 0 10 1 0
13 Jawa Tengah 4 3 0 4 0 0 0 0 3 1 0 0 2 2 0 1 2 1 0 4 0 0 0 3 1 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 33 18 0 28 0 3 2 5 7 18 3 1 6 23 3 11 10 11 1 20 9 3 1 30 1 2
16 Banten 40 19 1 16 4 17 2 5 8 24 3 0 6 33 1 8 14 15 3 32 4 4 0 38 2 0
17 Bali 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 2 2 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 1 1 0 1 1
20 Kalimantan Barat 9 9 0 7 0 2 0 0 4 4 1 0 3 6 0 3 5 0 1 4 3 1 1 7 2 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 2 2 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 2 0 1 1 0 0 1 1 0 0 2 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 2 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 2 1 0 1
26 Sulawesi Selatan 3 1 0 0 1 0 2 0 1 1 1 0 0 1 2 1 2 0 0 2 0 0 1 3 0 0
27 Sulawesi Tenggara 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
147 84 5 79 11 38 14 16 32 80 19 1 32 99 15 31 53 38 25 92 24 14 17 126 14 7
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
L
a
i
n
-
l
a
i
n
T
i
d
a
k

D
i
k
e
t
a
h
u
i
Y
a
T
i
d
a
k
T
i
d
a
k

D
i
k
e
t
a
h
u
i
Indonesia
A
l
k
o
h
o
l
/
I
o
d
i
u
m
T
r
a
d
i
s
i
o
n
a
l
L
a
i
n
-
l
a
i
n
T
i
d
a
k

D
i
k
e
t
a
h
u
i
G
u
n
t
i
n
g
B
a
m
b
u
T
i
d
a
k

D
i
i
m
u
n
i
s
a
s
i
T
i
d
a
k

D
i
k
e
t
a
h
u
i
D
o
k
t
e
r
B
i
d
a
n
/
P
e
r
a
w
a
t
T
r
a
d
i
s
i
o
n
a
l
T
i
d
a
k

D
i
k
e
t
a
h
u
i
Perawatan Tali Pusat Pemotongan Tali Pusat Dirawat di RS
D
o
k
t
e
r
B
i
d
a
n
/
P
e
r
a
w
a
t
T
r
a
d
i
s
i
o
n
a
l
T
a
n
p
a

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
T
i
d
a
k

D
i
k
e
t
a
h
u
i
T
T
2
+
T
T
1
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
T
o
t
a
l
M
e
n
i
n
g
g
a
l
Faktor Risiko
Pemeriksaan Kehamilan Status Imunisasi Penolong Persalinan
Lampiran 3.24
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 70 48 74 63 69 76 35 10 1 19 37 23 525
2 Sumatera Utara 27 57 29 28 0 24 31 1 7 19 2 0 225
3 Sumatera Barat 62 67 52 35 37 44 32 8 9 24 16 24 410
4 Riau 45 35 53 18 64 0 30 37 48 50 23 14 417
5 Jambi 67 38 41 57 37 26 21 22 8 16 16 21 370
6 Sumatera Selatan 79 71 49 34 47 47 33 34 30 35 10 39 508
7 Bengkulu 32 42 19 22 21 8 2 6 1 1 3 4 161
8 Lampung 114 95 77 61 58 40 21 24 30 24 16 13 573
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 8 9 4 0 2 1 1 0 4 0 27 59
10 Kepulauan Riau 56 60 69 74 23 25 17 18 31 48 58 75 554
11 DKI Jakarta 80 104 112 0 78 66 88 172 165 58 204 74 1.201
12 Jawa Barat 424 434 462 499 456 137 133 3 0 0 0 0 2.548
13 Jawa Tengah 429 566 420 310 243 167 183 125 120 106 82 63 2.814
14 DI Yogyakarta 195 138 85 64 38 41 40 33 43 64 42 46 829
15 Jawa Timur 194 224 153 205 176 131 72 52 32 17 15 0 1.271
16 Banten 145 167 196 282 225 138 183 192 122 225 221 105 2.201
17 Bali 0 40 77 11 6 0 0 7 0 0 0 0 141
18 Nusa Tenggara Barat 2 1 2 2 2 5 1 9 0 0 0 0 24
19 Nusa Tenggara Timur 7 30 16 16 12 18 1 0 7 0 5 0 112
20 Kalimantan Barat 52 39 24 34 18 4 10 12 6 9 6 5 219
21 Kalimantan Tengah 0 19 21 17 20 19 21 5 2 20 20 18 182
22 Kalimantan Selatan 34 13 13 10 6 18 8 13 15 13 3 3 149
23 Kalimantan Timur 0 0 17 39 0 13 5 10 0 8 0 0 92
24 Sulawesi Utara 63 98 87 23 24 16 5 38 19 17 10 10 410
25 Sulawesi Tengah 10 9 10 16 14 5 9 18 3 19 9 9 131
26 Sulawesi Selatan 105 117 124 97 54 43 28 3 0 0 0 0 571
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 3
28 Gorontalo 7 2 6 4 10 10 5 8 5 20 15 17 109
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 5 0 8
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 8 11 0 2 7 7 2 5 4 6 7 0 59
32 Papua Barat 0 31 8 5 1 0 2 3 5 27 3 7 92
33 Papua 12 67 18 22 20 6 2 1 6 13 1 3 171
2.322 2.631 2.323 2.054 1.766 1.137 1.023 870 720 864 829 600 17.139
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Jul Ags
JUMLAH KASUS CAMPAK PER BULAN
Jan Des Mei Feb Total
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
Mar Apr
No. Provinsi
Jumlah Kasus per Bulan
Sep Okt Nov Jun
Lampiran 3.25
Divaksinasi Total Divaksinasi Total Divaksinasi Total Divaksinasi Total Divaksinasi Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 4 63 9 113 18 149 9 81 8 119 48 525 9,14
2 Sumatera Utara 17 35 30 72 19 56 0 45 2 17 68 225 30,22
3 Sumatera Barat 19 38 61 110 85 136 32 58 22 68 219 410 53,41
4 Riau 19 38 78 149 69 147 15 45 15 38 196 417 47,00
5 Jambi 15 57 45 72 78 98 54 71 12 72 204 370 55,14
6 Sumatera Selatan 22 77 68 134 66 135 21 53 12 109 189 508 37,20
7 Bengkulu 8 21 20 33 38 40 18 41 8 26 92 161 57,14
8 Lampung 22 64 65 106 103 173 66 106 42 124 298 573 52,01
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 7 3 10 2 24 1 8 1 10 8 59 13,56
10 Kepulauan Riau 39 77 96 189 81 170 31 49 20 69 267 554 48,19
11 DKI Jakarta 0 183 0 504 0 220 0 114 0 180 0 1.201 0,00
12 Jawa Barat 0 310 0 823 0 761 0 355 0 299 0 2.548 0,00
13 Jawa Tengah 69 231 294 546 472 850 264 574 141 613 1240 2.814 44,07
14 DI Yogyakarta 3 50 7 115 7 148 4 148 4 368 25 829 3,02
15 Jawa Timur 55 122 235 363 238 401 125 194 97 191 750 1.271 59,01
16 Banten 30 364 134 890 83 565 28 149 22 233 297 2.201 13,49
17 Bali 1 1 5 10 18 36 12 41 9 53 45 141 31,91
18 Nusa Tenggara Barat 0 3 0 2 4 14 2 2 0 3 6 24 25,00
19 Nusa Tenggara Timur 2 2 16 34 12 45 2 13 10 18 42 112 37,50
20 Kalimantan Barat 3 11 30 52 30 42 27 36 10 78 100 219 45,66
21 Kalimantan Tengah 9 22 18 35 20 43 13 25 31 57 91 182 50,00
22 Kalimantan Selatan 7 27 26 34 14 38 2 14 5 36 54 149 36,24
23 Kalimantan Timur 8 20 21 27 26 30 9 10 5 5 69 92 75,00
24 Sulawesi Utara 8 44 26 132 18 132 5 47 7 55 64 410 15,61
25 Sulawesi Tengah 1 26 9 33 12 33 1 19 1 20 24 131 18,32
26 Sulawesi Selatan 30 65 105 132 84 115 58 87 111 172 388 571 67,95
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0,00
28 Gorontalo 4 6 16 26 9 35 3 21 0 21 32 109 29,36
29 Sulawesi Barat 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 7 8 87,50
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
31 Maluku Utara 5 13 6 22 7 15 2 6 1 3 21 59 35,59
32 Papua Barat 2 9 14 58 5 20 1 5 0 0 22 92 23,91
33 Papua 6 24 32 72 33 54 8 14 0 7 79 171 46,20
411 2.013 1.471 4.901 1.652 4.726 814 2.434 597 3.065 4.945 17.139 28,85
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Total
Divaksinasi
Proporsi
Divaksinasi
Pada Kasus
Total Kasus
<1 1-4 5-9 10-14 > 14
Indonesia
JUMLAH KASUS CAMPAK
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (Tahun)
Lampiran 3.26
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 525 0 1,18
2 Sumatera Utara 225 0 0,17
3 Sumatera Barat 410 0 0,84
4 Riau 417 0 0,77
5 Jambi 370 0 1,28
6 Sumatera Selatan 508 0 0,69
7 Bengkulu 161 0 0,95
8 Lampung 573 0 0,75
9 Kepulauan Bangka Belitung 59 0 0,51
10 Kepulauan Riau 554 0 3,51
11 DKI Jakarta 1.201 0 1,29
12 Jawa Barat 2.548 0 0,61
13 Jawa Tengah 2.814 5 0,85
14 DI Yogyakarta 829 0 2,35
15 Jawa Timur 1.271 0 0,34
16 Banten 2.201 1 2,21
17 Bali 141 0 0,39
18 Nusa Tenggara Barat 24 0 0,05
19 Nusa Tenggara Timur 112 0 0,24
20 Kalimantan Barat 219 1 0,50
21 Kalimantan Tengah 182 0 0,86
22 Kalimantan Selatan 149 0 0,42
23 Kalimantan Timur 92 0 0,28
24 Sulawesi Utara 410 0 1,82
25 Sulawesi Tengah 131 0 0,52
26 Sulawesi Selatan 571 0 0,71
27 Sulawesi Tenggara 3 0 0,01
28 Gorontalo 109 0 1,09
29 Sulawesi Barat 8 0 0,08
30 Maluku 0 0 0,00
31 Maluku Utara 59 0 0,60
32 Papua Barat 92 0 1,19
33 Papua 171 0 0,80
17.139 7 0,73
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Kasus
Indonesia
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
IR (per 10.000 penduduk) Meninggal
Laporan Rutin
Lampiran 3.27
Frekuensi KLB Frekuensi KLB Frekuensi KLB Total Meninggal
Dengan Spesimen > 5 Dengan Investigasi Penuh Dengan Laporan ke Pusat Kasus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 3 3 0 0 16 0
2 Sumatera Utara 1 1 1 1 15 0
3 Sumatera Barat 2 1 0 0 9 0
4 Riau 4 4 2 2 81 0
5 Jambi 6 6 6 6 88 0
6 Sumatera Selatan 7 7 7 7 63 0
7 Bengkulu 2 2 2 2 25 0
8 Lampung 12 11 10 11 135 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 1 1 0 0 6 0
12 Jawa Barat 29 20 17 20 283 0
13 Jawa Tengah 21 19 17 19 336 0
14 DI Yogyakarta 3 3 3 3 23 0
15 Jawa Timur 13 9 0 0 65 0
16 Banten 33 33 31 33 463 1
17 Bali 7 7 7 7 134 0
18 Nusa Tenggara Barat 1 1 0 0 5 0
19 Nusa Tenggara Timur 2 2 0 0 10 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 1 0 0 0 4 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 2 2 0 0 11 0
24 Sulawesi Utara 7 5 4 6 318 0
25 Sulawesi Tengah 2 1 0 0 8 0
26 Sulawesi Selatan 1 1 0 0 5 0
27 Sulawesi Tenggara 4 4 4 4 75 0
28 Gorontalo 3 2 0 0 13 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 1 1 1 1 6 0
33 Papua 6 5 0 0 373 5
174 151 112 122 2.570 6
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
Laporan KLB
Total KLB
Provinsi No.
Lampiran 3.28
Total Darah
(Serum) Sampel Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus Frekuensi Kasus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 16 0 0 3 16 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 5 1 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 9 1 4 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0
4 Riau 24 4 81 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 33 0 0 4 69 2 19 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 36 3 32 3 26 0 0 1 5 0 0 0 0
7 Bengkulu 14 0 0 2 25 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 65 1 40 7 66 0 0 4 29 0 0 0 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 6 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 140 13 154 6 65 2 11 8 53 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 98 9 121 8 178 1 5 3 32 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 23 1 6 2 17 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 64 8 44 2 10 2 9 1 2 0 0 0 0
16 Banten 173 28 420 2 20 0 0 3 23 0 0 0 0
17 Bali 35 4 100 3 34 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 5 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 10 2 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 4 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 11 0 0 2 11 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 35 6 313 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 8 0 0 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 5 0 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0
27 Sulawesi Tenggara 25 3 66 0 0 1 9 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 13 2 7 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 5 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 30 6 373 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
892 96 1.807 44 537 9 58 25 168 0 0 0 0
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
No. Provinsi Campak
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Rubella
Gabungan (Campak
dan Rubella)
KLB CAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI LABORATORIUM
Indonesia
Negatif Pending Lab.
Tanpa Spesimen
Konfirmasi Laboratorium
Lampiran 3.29
Divaksinasi Kasus Divaksinasi Kasus Divaksinasi Kasus Divaksinasi Kasus Divaksinasi Kasus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
3 Sumatera Barat 0 0 2 3 2 3 1 1 0 0 0 5 7 71,43
4 Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
6 Sumatera Selatan 0 0 1 2 0 2 0 2 0 1 0 1 7 14,29
7 Bengkulu 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 100,00
8 Lampung 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,00
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 2 0,00
10 Kepulauan Riau 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 2 0,00
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
12 Jawa Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
13 Jawa Tengah 1 1 3 3 0 1 0 0 0 2 0 4 7 57,14
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 2 2 100,00
15 Jawa Timur 3 4 65 96 67 107 25 44 7 35 16 167 286 58,39
16 Banten 0 0 1 6 1 2 1 1 0 0 0 3 9 33,33
17 Bali 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 2 2 100,00
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
20 Kalimantan Barat 1 1 1 8 3 3 0 0 0 1 5 5 13 38,46
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
23 Kalimantan Timur 1 3 12 18 13 16 2 5 1 4 0 29 46 63,04
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
6 9 85 138 90 141 30 54 8 43 24 219 385 56,88
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR
<1 1-3 4-9 10-14
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Total
Meninggal
Total
Divaksinasi
Total
Kasus
Proporsi
Divaksinasi
Terhadap Total
Kasus
Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (Bulan)
Indonesia
> 14
No. Provinsi
Lampiran 3.30
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 0 0 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 7
4 Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 0 2 0 1 1 2 0 0 1 0 0 7
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 1 0 0 0 0 1 2 1 0 1 1 0 7
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2
15 Jawa Timur 17 22 15 25 21 18 13 31 17 39 42 26 286
16 Banten 4 0 0 1 0 2 2 0 0 0 0 0 9
17 Bali 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 2 1 0 2 0 0 5 1 2 13
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 4 16 8 10 6 2 0 0 0 0 46
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 23 22 44 33 36 30 35 19 46 46 28 385
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Sep Okt Nov Des Mei Jun Jul Ags
JUMLAH KASUS DIFTERI PER BULAN
Indonesia
Mar Apr
No. Provinsi
Jan Feb Total
Jumlah Kasus per Bulan
Lampiran 3.31
No Provinsi Minimal Kasus per Tahun Jumlah Kasus AFP Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 26 48 3,69
2 Sumatera Utara 84 88 2,10
3 Sumatera Barat 30 29 1,93
4 Riau 34 56 3,29
5 Jambi 16 19 2,38
6 Sumatera Selatan 44 59 2,68
7 Bengkulu 10 12 2,40
8 Lampung 42 44 2,10
9 Kepulauan Bangka Belitung 6 10 3,30
10 Kepulauan Riau 10 11 2,20
11 DKI Jakarta 44 59 2,68
12 Jawa Barat 232 256 2,21
13 Jawa Tengah 164 177 2,16
14 DI Yogyakarta 12 29 4,83
15 Jawa Timur 158 263 3,33
16 Banten 60 81 2,70
17 Bali 16 23 2,88
18 Nusa Tenggara Barat 28 45 3,07
19 Nusa Tenggara Timur 30 62 3,93
20 Kalimantan Barat 26 27 2,08
21 Kalimantan Tengah 12 8 1,33
22 Kalimantan Selatan 20 22 2,20
23 Kalimantan Timur 18 24 2,67
24 Sulawesi Utara 10 31 6,20
25 Sulawesi Tengah 14 20 2,71
26 Sulawesi Selatan 46 58 2,48
27 Sulawesi Tenggara 14 18 2,57
28 Gorontalo 6 17 5,67
29 Sulawesi Barat 6 6 1,67
30 Maluku 8 8 2,00
31 Maluku Utara 6 3 1,00
32 Papua Barat 4 6 3,00
33 Papua 12 22 3,67
1.248 1.641 2,62
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Indonesia
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
JUMLAH KASUS AFP, DAN NON POLIO AFP RATE
Lampiran 3.32
P M CFR IR P M CFR IR P M CFR IR P M CFR IR P M CFR IR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
1 Aceh 758 15 1,98 19,43 1.569 13 0,83 38,92 2.436 32 1,31 54,76 1.573 20 1,27 35,36 2.834 26 0,92 63,71
2 Sumatera Utara 2.125 34 1,60 16,86 3.990 34 0,85 31,66 4.454 49 1,10 34,49 4.697 58 1,23 35,70 8.889 87 0,98 67,25
3 Sumatera Barat 1.067 13 1,22 23,87 2.189 24 1,10 48,05 1.907 11 0,58 40,59 2.813 18 0,64 59,75 1.795 5 0,28 38,13
4 Riau 948 18 1,90 21,04 795 15 1,89 18,46 828 10 1,21 15,96 1.563 27 1,73 29,29 991 26 2,62 18,27
5 Jambi 365 11 3,01 13,83 309 5 1,62 11,20 245 9 3,67 8,64 254 5 1,97 8,55 178 1 0,56 5,99
6 Sumatera Selatan 2.272 2 0,09 32,48 3.480 13 0,37 48,17 2.360 3 0,13 33,62 1.854 6 0,32 25,67 1.161 5 0,43 16,07
7 Bengkulu 129 1 0,78 7,61 274 7 2,55 15,62 339 1 0,29 19,33 260 8 3,08 15,44 609 13 2,13 35,36
8 Lampung 1.402 14 1,00 20,08 4.470 23 0,51 64,01 4.807 40 0,83 68,83 1.862 20 1,07 24,85 1.716 28 1,63 25,59
9 Kepulauan Bangka Belitung 58 0 0,00 5,80 145 2 1,38 13,67 34 0 0,00 3,07 349 16 4,58 31,54 205 9 4,39 18,52
10 Kepulauan Riau 969 28 2,89 74,79 950 11 1,16 73,33 1.724 22 1,28 122,08 1.828 14 0,77 115,60 1.507 14 0,93 88,37
11 DKI Jakarta 24.932 39 0,16 316,17 31.836 86 0,27 392,64 28.361 26 0,09 317,09 28.032 32 0,11 313,41 19.273 33 0,17 227,44
12 Jawa Barat 25.851 275 1,06 66,08 30.536 288 0,94 78,05 23.248 231 0,99 54,23 37.861 307 0,81 89,41 25.727 171 0,66 59,54
13 Jawa Tengah 10.924 220 2,01 33,72 20.391 327 1,60 61,96 19.235 228 1,19 58,45 17.881 248 1,39 54,81 19.871 251 1,26 60,46
14 DI Yogyakarta 2.184 23 1,05 66,22 2.462 26 1,06 74,65 2.119 21 0,99 61,72 2.203 15 0,68 63,89 4.997 34 0,68 144,92
15 Jawa Timur 20.374 247 1,21 56,19 25.950 372 1,43 69,95 17.310 168 0,97 46,31 18.631 185 0,99 50,03 26.020 233 0,90 68,92
16 Banten 2.306 35 1,52 26,92 5.587 98 1,75 65,22 3.954 53 1,34 46,16 5.250 70 1,33 56,39 5.544 119 2,15 55,27
17 Bali 5.629 30 0,53 170,57 6.375 14 0,22 193,18 6.254 19 0,30 181,31 5.810 9 0,15 167,41 11.697 34 0,29 337,04
18 Nusa Tenggara Barat 623 4 0,64 15,59 720 2 0,28 16,90 777 4 0,51 18,10 615 4 0,65 13,72 2.096 12 0,57 51,02
19 Nusa Tenggara Timur 251 3 1,20 6,36 518 11 2,12 13,13 695 22 3,17 14,58 399 7 1,75 8,44 1.459 15 1,03 30,60
20 Kalimantan Barat 2.659 35 1,32 65,94 508 7 1,38 12,98 947 32 3,38 22,29 9.792 171 1,75 228,30 589 16 2,72 13,86
21 Kalimantan Tengah 513 4 0,78 27,42 696 8 1,15 35,54 531 7 1,32 27,11 1.309 16 1,22 65,25 1.394 7 0,50 62,82
22 Kalimantan Selatan 455 7 1,54 12,40 1.321 16 1,21 35,59 576 11 1,91 15,52 1.113 20 1,80 29,30 1.134 33 2,91 29,86
23 Kalimantan Timur 2.714 76 2,80 103,64 5.341 102 1,91 193,15 5.762 105 1,82 202,83 5.244 68 1,30 173,84 5.610 42 0,75 167,31
24 Sulawesi Utara 1.290 19 1,47 59,62 1.865 24 1,29 86,15 1.430 16 1,12 63,58 1.640 20 1,22 68,79 2.091 40 1,91 87,70
25 Sulawesi Tengah 492 11 2,24 20,01 1.338 17 1,27 54,02 1.389 17 1,22 55,25 952 7 0,74 36,50 2.098 29 1,38 81,80
26 Sulawesi Selatan 2.612 22 0,84 35,03 2.732 30 1,10 36,79 3.538 27 0,76 46,37 3.411 23 0,67 44,71 4.083 33 0,81 49,02
27 Sulawesi Tenggara 95 3 3,16 4,73 944 7 0,74 48,20 1.006 9 0,89 46,21 692 12 1,73 31,86 986 13 1,32 45,28
28 Gorontalo 302 2 0,66 32,90 236 4 1,69 25,71 172 4 2,33 18,20 91 2 2,20 9,19 467 8 1,71 46,14
29 Sulawesi Barat 31 1 3,23 3,06 2 0 0,00 0,20 43 0 0,00 4,24 149 0 0,00 13,74 144 0 0,00 14,19
30 Maluku 0 0 0,00 0,00 0 0 0,00 0,00 0 0 0,00 0,00 0 0 0,00 0,00 6 1 16,67 0,42
31 Maluku Utara 138 4 2,90 16,09 275 7 2,55 29,22 250 7 2,80 25,25 384 7 1,82 38,89 347 12 3,46 33,61
32 Papua Barat 128 0 0,00 22,69 208 2 0,96 28,76 510 2 0,39 90,41 204 2 0,98 28,21 298 0 0,00 52,83
33 Papua 60 0 0,00 3,55 103 4 3,88 6,09 228 1 0,44 13,47 196 3 1,53 10,93 270 8 2,96 15,05
114.656 1.196 1,04 52,48 158.115 1.599 1,01 71,78 137.469 1.187 0,86 59,02 158.912 1.420 0,89 68,22 156.086 1.358 0,87 65,70
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Ket : P = Penderita, M = Meninggal, CFR = Case Fatality Rate, IR = Incidence Rate
Indonesia
No. Provinsi
2006 2007 2008 2009 2010
JUMLAH PENDERITA, MENINGGAL, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
Lampiran 3.33
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota
2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 21 23 23 23 23 15 71,43 15 65,22 17 73,91 17 73,91 21 91,30
2 Sumatera Utara 25 28 33 33 33 19 76,00 20 71,43 22 66,67 22 66,67 22 66,67
3 Sumatera Barat 19 19 19 19 19 12 63,16 15 78,95 17 89,47 16 84,21 16 84,21
4 Riau 11 11 11 12 12 11 100,00 11 100,00 10 90,91 11 91,67 12 100,00
5 Jambi 10 10 11 11 11 10 100,00 8 80,00 9 81,82 7 63,64 7 63,64
6 Sumatera Selatan 14 15 15 15 15 9 64,29 12 80,00 9 60,00 12 80,00 13 86,67
7 Bengkulu 9 9 10 10 10 7 77,78 9 100,00 9 90,00 10 100,00 10 100,00
8 Lampung 10 11 14 14 14 10 100,00 10 90,91 10 71,43 11 78,57 11 78,57
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 7 7 7 7 5 71,43 7 100,00 6 85,71 7 100,00 7 100,00
10 Kepulauan Riau 6 6 7 7 7 3 50,00 4 66,67 4 57,14 5 71,43 6 85,71
11 DKI Jakarta 6 6 6 6 6 5 83,33 6 100,00 6 100,00 6 100,00 6 100,00
12 Jawa Barat 25 26 26 26 26 25 100,00 25 96,15 26 100,00 26 100,00 26 100,00
13 Jawa Tengah 35 35 35 35 35 35 100,00 35 100,00 35 100,00 35 100,00 35 100,00
14 DI Yogyakarta 5 5 5 5 5 5 100,00 5 100,00 5 100,00 5 100,00 5 100,00
15 Jawa Timur 38 38 38 38 38 38 100,00 38 100,00 38 100,00 38 100,00 38 100,00
16 Banten 6 7 8 8 8 6 100,00 6 85,71 6 75,00 8 100,00 8 100,00
17 Bali 9 9 9 9 9 9 100,00 9 100,00 9 100,00 9 100,00 9 100,00
18 Nusa Tenggara Barat 9 9 10 10 10 8 88,89 8 88,89 8 80,00 7 70,00 9 90,00
19 Nusa Tenggara Timur 16 20 21 21 21 1 6,25 5 25,00 5 23,81 6 28,57 9 42,86
20 Kalimantan Barat 12 14 14 14 14 10 83,33 10 71,43 10 71,43 14 100,00 11 78,57
21 Kalimantan Tengah 14 14 14 14 14 6 42,86 12 85,71 9 64,29 13 92,86 14 100,00
22 Kalimantan Selatan 13 13 13 13 13 12 92,31 13 100,00 13 100,00 13 100,00 13 100,00
23 Kalimantan Timur 13 14 14 14 14 13 100,00 13 92,86 13 92,86 13 92,86 14 100,00
24 Sulawesi Utara 9 13 15 15 15 9 100,00 9 69,23 9 60,00 11 73,33 12 80,00
25 Sulawesi Tengah 10 10 11 11 11 7 70,00 9 90,00 9 81,82 9 81,82 11 100,00
26 Sulawesi Selatan 23 23 24 24 24 20 86,96 21 91,30 21 87,50 22 91,67 21 87,50
27 Sulawesi Tenggara 10 12 12 12 12 5 50,00 7 58,33 3 25,00 6 50,00 8 66,67
28 Gorontalo 5 6 6 6 6 5 100,00 5 83,33 6 100,00 5 83,33 6 100,00
29 Sulawesi Barat 5 5 5 5 5 2 40,00 1 20,00 1 20,00 4 80,00 4 80,00
30 Maluku 8 9 11 11 11 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 9,09
31 Maluku Utara 8 8 9 9 9 3 37,50 6 75,00 4 44,44 4 44,44 6 66,67
32 Papua Barat 9 9 10 11 11 2 22,22 3 33,33 0 0,00 5 45,45 2 18,18
33 Papua 20 21 29 29 29 3 15,00 4 19,05 6 20,69 7 24,14 7 24,14
440 465 495 497 497 330 75,00 361 77,63 355 71,72 384 77,26 400 80,48
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
2006 2007 2008 2009
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
Indonesia
No. Provinsi
Tahun
2010
Lampiran 3.34
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 642 7 1,09 - - - 178 0 0,00 45 3 6,67 121 3 2,48
2 Sumatera Utara 1.264 13 1,03 1.078 23 2,13 636 12 1,89 - - - - - -
3 Sumatera Barat 40 0 0,00 - - - - - - - - - 51 0 0,00
4 Riau - - - - - - - - - 86 0 0,00 116 1 0,86
5 Jambi - - - - - - - - - - - - - - -
6 Sumatera Selatan 46 0 0,00 - - - - - - - - - - - -
7 Bengkulu 218 6 2,75 - - - - - - - - - - - -
8 Lampung - - - - - - - - - 11 2 18,18 - - -
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 1.722 18 1,05 174 2 1,15 380 2 0,53 1.425 14 0,98 1.068 5 0,47
13 Jawa Tengah - - - - - - 216 1 0,46 95 6 6,32 35 1 2,86
14 DI Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - - -
15 Jawa Timur 263 3 1,14 604 13 2,15 362 9 2,49 - - - 1.181 12 1,02
16 Banten - - - 1.057 3 0,28 351 10 2,85 385 3 0,78
17 Bali - - - - - - 1.047 4 0,38 - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 102 1 0,98 - - - 814 1 0,12 1.147 3 0,26 - - -
19 Nusa Tenggara Timur 1.223 45 3,68 104 3 2,88 217 3 1,38 416 17 4,09 - - -
20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah 184 7 3,80 120 3 2,50 - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan 488 7 1,43 163 6 3,68 - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur 373 3 0,80 - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara 50 1 2,00 - - - - - - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - 66 11 16,67 106 2 1,89 437 21 4,81 817 30 3,67
26 Sulawesi Selatan 46 0 0,00 - - - 41 1 2,44 37 1 2,70 169 4 2,37
27 Sulawesi Tenggara 269 7 2,60 293 5 1,71 229 5 2,18 - - - - - -
28 Gorontalo 177 12 6,78 - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat 40 0 0 - - - 2.023 23 1,14 423 10 2,36 - - -
30 Maluku - - - - - - 130 18 13,85 - - - - - -
31 Maluku Utara 133 6 4,51 - - - 169 14 8,28 205 3 1,46 - - -
32 Papua Barat 6.544 158 2,41 - - - 1.585 144 9,09 473 7 1,48 37 8 21,62
33 Papua - - - - - - - - - 605 3 0,50 224 6 2,68
13.451 291 2,16 4.032 72 1,79 8.133 239 2,94 5.756 100 1,74 4.204 73 1,74
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Ket . : P = Penderita, M = Meninggal, CFR = Case Fatality Rate
CFR P M CFR
2010
CFR P M
Indonesia
CFR P
No. Provinsi
P M
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE
M CFR
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
2006 2007 2008 2009
P M
Lampiran 3.35
Jumlah Wilayah Terjangkit
P M Kab/Kota
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 376 0 8 Januari-Desember
2 Sumatera Utara - - - -
3 Sumatera Barat 77 0 2 Januari-Juni
4 Riau - - - -
5 Jambi - - - -
6 Sumatera Selatan 1.506 0 1 Januari-April
7 Bengkulu - - - -
8 Lampung 27.087 0 13 Januari-Juni
9 Kepulauan Bangka Belitung 225 0 1 Januari-Mei
10 Kepulauan Riau - - - -
11 DKI Jakarta 528 0 4 Januari-Mei
12 Jawa Barat 4.441 0 9 Januari-Oktober
13 Jawa Tengah 345 0 - Januari-Desember
14 DI Yogyakarta 568 0 2 Januari
15 Jawa Timur 4.763 0 6 Januari-Mei
16 Banten 192 0 1 Januari
17 Bali 246 0 2 Maret-Agustus
18 Nusa Tenggara Barat 2.200 0 4 Januari-September
19 Nusa Tenggara Timur - - - -
20 Kalimantan Barat 492 0 1 Januari-Mei
21 Kalimantan Tengah - - - -
22 Kalimantan Selatan 9.133 0 12 januari-Oktober
23 Kalimantan Timur 378 0 3 Januari-Mei
24 Sulawesi Utara 157 0 1 Juni
25 Sulawesi Tengah 851 0 - September-Desember
26 Sulawesi Selatan 41 0 1 Mei
27 Sulawesi Tenggara - - - -
28 Gorontalo 293 0 3 Mei-Nopember
29 Sulawesi Barat - - - -
30 Maluku - - - -
31 Maluku Utara - - - -
32 Papua Barat - - - -
33 Papua - - - -
53.899 0 74
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
JUMLAH KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
Indonesia
Kasus
Periode
Lampiran 3.36
GHPR VAR LYSSA GHPR VAR LYSSA GHPR VAR LYSSA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 269 248 0 329 294 5 524 471 0
2 Sumatera Utara 2.660 2.073 7 2.386 1.718 18 3.714 2.848 35
3 Sumatera Barat 2.374 1.688 7 2.818 2.061 14 858 514 5
4 Riau 791 560 1 653 636 5 1.293 1.082 2
5 Jambi 480 382 0 502 303 0 704 475 3
6 Sumatera Selatan 883 769 2 2.123 1.518 9 144 75 2
7 Bengkulu 353 265 4 575 422 0 261 181 0
8 Lampung 886 466 10 1.274 1.095 7 1.018 76 3
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 9 0 1 1 0 1
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 651 489 3 288 83 0 294 183 1
13 Jawa Tengah 13 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 12 9 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 110 50 0 264 105 2 119 106 0
17 Bali 355 325 4 21.806 18.825 28 60.434 52.775 82
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 3.414 3.061 25 3.882 3.237 33 3.547 2.154 25
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 385 256 3 629 346 1 566 390 1
22 Kalimantan Selatan 165 125 4 110 104 0 65 53 0
23 Kalimantan Timur 197 131 0 240 173 1 42 2 0
24 Sulawesi Utara 1.917 534 14 1.859 689 12 1.412 439 10
25 Sulawesi Tengah 391 246 5 605 512 4 591 371 3
26 Sulawesi Selatan 1.015 913 5 947 827 3 99 85 0
27 Sulawesi Tenggara 2.554 1.070 16 1.994 805 4 1.267 478 4
28 Gorontalo 238 107 1 284 139 5 325 127 2
29 Sulawesi Barat 101 85 1 325 215 0 97 50 5
30 Maluku 844 650 3 1.288 933 35 778 359 21
31 Maluku Utara 187 181 7 276 276 8 50 40 1
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21.245 14.683 122
45.466 35.316 195 78.203 63.334 206
Persentase (%) 69,1%
77,68% 80,99%
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Ket : GHPR = Gigitan Hewan Penular Rabies, VAR = Vaksin Anti Rabies
2008 2009 2010
Indonesia
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2008-2010
No. Provinsi
Lampiran 3.37
2006 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 2.359 2.359 2.359 2.359 2.359
2 Sumatera Utara 104 104 141 141 141
3 Sumatera Barat 231 274 274 274 274
4 Riau 532 532 532 532 532
5 Jambi 255 255 257 257 221
6 Sumatera Selatan 191 191 210 210 210
7 Bengkulu 94 94 94 94 94
8 Lampung 74 74 74 74 74
9 Kepulauan Bangka Belitung 151 207 207 207 207
10 Kepulauan Riau 31 31 31 31 31
11 DKI Jakarta 53 53 53 53 53
12 Jawa Barat 252 265 404 474 474
13 Jawa Tengah 224 395 395 412 412
14 DI Yogyakarta 5 37 37 37 37
15 Jawa Timur 207 238 219 219 219
16 Banten 67 67 91 76 76
17 Bali 18 18 18 18 18
18 Nusa Tenggara Barat 62 69 71 71 71
19 Nusa Tenggara Timur 1.682 1.682 1.682 1.730 1.730
20 Kalimantan Barat 232 244 253 253 253
21 Kalimantan Tengah 202 226 225 225 225
22 Kalimantan Selatan 385 385 385 385 385
23 Kalimantan Timur 409 409 409 409 409
24 Sulawesi Utara 30 30 30 30 30
25 Sulawesi Tengah 451 451 451 451 451
26 Sulawesi Selatan 60 60 60 128 128
27 Sulawesi Tenggara 181 208 208 201 107
28 Gorontalo 224 224 224 224 224
29 Sulawesi Barat 92 92 96 96 96
30 Maluku 70 70 70 70 70
31 Maluku Utara 12 12 27 27 27
32 Papua Barat 355 985 985 988 988
33 Papua 1.132 1.132 1.127 1.158 1.343
10.427 11.473 11.699 11.914 11.969
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Indonesia
T a h u n
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
No. Provinsi
Lampiran 3.38
Human Rodent Human Rodent Diperiksa Positif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta Sleman 0 407 0 34 0 0
15 Jawa Timur Pasuruan 1 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - - -
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0 0
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - -
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat - - - - - - -
30 Maluku - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - - - -
32 Papua Barat - - - - - - -
33 Papua - - - - - - -
1 407 0 34 0 0
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Indonesia
SITUASI PES MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
Jumlah Spesimen Diperiksa Hasil Spesimen Positif Spesimen Pool
Kabupaten/Kota
Lampiran 3.39
K M CFR K M CFR K M CFR K M CFR K M CFR K M CFR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Aceh 0 0 0,0 49 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
2 Sumatera Utara 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
3 Sumatera Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
4 Riau 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
5 Jambi 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
6 Sumatera Selatan 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
7 Bengkulu 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
8 Lampung 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
10 Kepulauan Riau 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
11 DKI Jakarta 56 0 0,0 51 0 0,0 470 34 7,2 141 2 1,4 8 2 25,0 15 0 0,0
12 Jawa Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 9 1 11,1 0 0 0,0 0 0 0,0 1 0 0,0
13 Jawa Tengah 35 10 28,6 35 9 25,7 67 6 9,0 231 15 6,5 232 14 6,0 133 14 10,5
14 DI Yogyakarta 16 2 12,5 9 3 33,3 1 1 100,0 23 2 8,7 95 7 7,4 230 23 10,0
15 Jawa Timur 0 0 0,0 0 0 0,0 48 4 8,3 31 3 9,7 0 0 0,0 19 6 31,6
16 Banten 0 0 0,0 0 0 0,0 53 4 7,5 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
17 Bali 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
20 Kalimantan Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
23 Kalimantan Timur 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
24 Sulawesi Utara 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
26 Sulawesi Selatan 8 2 25,0 2 2 100,0 16 5 31,3 0 0 0,0 0 0 0,0 11 0 0,0
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
28 Gorontalo 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
29 Sulawesi Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
30 Maluku 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
31 Maluku Utara 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
32 Papua Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
33 Papua 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
115 14 12,17 146 14 9,59 664 55 8,28 426 22 5,16 335 23 6,87 409 43 10,51
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Ket. : K= Kasus, M= Meninggal
2006 2007 2008 2009 2010
Indonesia
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) LEPTOSPIROSIS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2010
No. Provinsi
2005
Lampiran 3.40
Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 8 7 1 18 18 0 18 18 0 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 24 1
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 7 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 56 51 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 15 2 7 4 0
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0
15 14 1 74 69 5 20 20 0 17 15 2 31 28 1
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Indonesia
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
No. Provinsi
2006 2007 2008 2009 2010
Lampiran 3.41
K M CFR K M CFR K M CFR K M CFR K M CFR K M CFR K M CFR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)
1 Aceh 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
2 Sumatera Utara 0 0 0,0 7 6 85,7 1 1 100,0 0 0 0,0 - - - - - - 8 7 87,5
3 Sumatera Barat 0 0 0,0 2 0 0,0 1 1 100,0 1 0 0,0 - - - - - - 4 1 25,0
4 Riau 0 0 0,0 0 0 0,0 6 5 83,3 1 0 0,0 1 1 100,0 1 1 100,0 9 7 77,8
5 Jambi 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
6 Sumatera Selatan 0 0 0,0 0 0 0,0 1 1 100,0 0 0 0,0 - - - - - - 1 1 100,0
7 Bengkulu 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
8 Lampung 3 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 - - - - - - 3 0 0,0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
10 Kepulauan Riau 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
11 DKI Jakarta 8 7 87,5 11 10 90,9 8 7 87,5 7 5 71,4 10 8 80,0 3 3 100,0 47 40 85,1
12 Jawa Barat 3 2 66,7 22 18 81,8 5 4 80,0 4 4 100,0 6 6 100,0 2 1 50,0 42 35 83,3
13 Jawa Tengah 1 0 0,0 3 3 100,0 5 5 100,0 2 2 100,0 1 1 100,0 1 1 100,0 13 12 92,3
14 DI Yogyakarta 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 1 1 100,0 - - - 1 1 100,0
15 Jawa Timur 0 0 0,0 5 3 60,0 2 2 100,0 0 0 0,0 1 1 100,0 1 0 0,0 9 6 66,7
16 Banten 5 4 80,0 4 4 100,0 11 9 81,8 9 9 100,0 1 1 100,0 1 1 100,0 31 28 90,3
17 Bali 0 0 0,0 0 0 0,0 2 2 100,0 0 0 0,0 - - - - - - 2 2 100,0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
20 Kalimantan Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
23 Kalimantan Timur 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
24 Sulawesi Utara 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
26 Sulawesi Selatan 0 0 0,0 1 1 100,0 0 0 0,0 0 0 0,0 - - - - - - 1 1 100,0
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
28 Gorontalo 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
29 Sulawesi Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
30 Maluku 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
31 Maluku Utara 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
32 Papua Barat 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
33 Papua 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0 0 0 0,0
20 13 65,0 55 45 81,8 42 37 88,1 24 20 83,3 21 19 90,5 9 7 77,8 171 141 82,5
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2011
Ket. : K= Kasus, M= Meninggal
2005 2010 Total Kumulatif (2005-2010)
Indonesia
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%) FLU BURUNG
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2010
No. Provinsi
2006 2007 2008 2009
Lampiran 4.1
Jumlah K1 % K1 K4 % K4 Jumlah
Ditolong
Nakes
% Ditolong
Nakes
Kunjungan
Nifas 3 kali
% KF3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (9) (10)
1 Aceh 113.584 104.208 91,75 94.347 83,06 100.499 83.318 82,90 77.511 77,13
2 Sumatera Utara 323.082 305.330 94,51 285.328 88,31 307.891 259.853 84,40 160.217 52,04
3 Sumatera Barat 114.090 107.729 94,42 103.005 90,28 108.902 97.445 89,48 55.464 50,93
4 Riau 137.524 136.399 99,18 125.373 91,16 119.687 109.410 91,41 87.400 73,02
5 Jambi 76.957 73.560 95,59 67.802 88,10 73.132 63.464 86,78 55.713 76,18
6 Sumatera Selatan 191.287 179.252 93,71 167.217 87,42 190.243 156.237 82,12 146.829 77,18
7 Bengkulu 48.051 44.136 91,85 40.944 85,21 45.839 36.509 79,65 32.144 70,12
8 Lampung 188.374 171.785 91,19 159.060 84,44 179.811 143.048 79,55 142.488 79,24
9 Kepulauan Bangka Belitung 28.191 27.832 98,73 25.825 91,61 26.931 24.532 91,09 23.018 85,47
10 Kepulauan Riau 42.935 31.572 73,53 29.758 69,31 41.277 26.670 64,61 21.317 51,64
11 DKI Jakarta 159.281 160.888 101,01 149.735 94,01 152.041 139.289 91,61 110.533 72,70
12 Jawa Barat 1.039.072 1.002.470 96,48 906.651 87,26 991.842 824.386 83,12 789.834 79,63
13 Jawa Tengah 632.226 609.315 96,38 568.850 89,98 590.303 542.478 91,90 422.464 71,57
14 DI Yogyakarta 47.928 47.548 99,21 39.663 82,76 42.640 36.911 86,56 37.971 89,05
15 Jawa Timur 654.382 642.717 98,22 576.297 88,07 600.949 571.133 95,04 575.828 95,82
16 Banten 231.382 232.271 100,38 195.349 84,43 220.944 171.992 77,84 124.451 56,33
17 Bali 68.193 67.873 99,53 62.895 92,23 65.066 64.286 98,80 62.909 96,68
18 Nusa Tenggara Barat 116.343 115.661 99,41 102.883 88,43 112.399 94.427 84,01 96.949 86,25
19 Nusa Tenggara Timur 128.179 103.096 80,43 72.285 56,39 122.330 84.316 68,93 67.443 55,13
20 Kalimantan Barat 108.650 101.629 93,54 91.717 84,42 103.654 79.825 77,01 70.632 68,14
21 Kalimantan Tengah 52.186 48.033 92,04 42.216 80,90 49.492 39.571 79,95 30.257 61,14
22 Kalimantan Selatan 78.372 76.407 97,49 68.341 87,20 74.251 65.928 88,79 65.016 87,56
23 Kalimantan Timur 85.215 82.366 96,66 70.125 82,29 82.103 64.257 78,26 53.946 65,71
24 Sulawesi Utara 42.874 39.052 91,09 35.218 82,14 41.077 33.593 81,78 29.189 71,06
25 Sulawesi Tengah 54.169 52.139 96,25 47.389 87,48 51.709 43.874 84,85 10.093 19,52
26 Sulawesi Selatan 179.374 177.395 98,90 157.146 87,61 171.221 149.353 87,23 118.065 68,95
27 Sulawesi Tenggara 47.529 45.475 95,68 40.746 85,73 42.813 36.878 86,14 36.022 84,14
28 Gorontalo 29.265 27.856 95,19 24.452 83,55 26.296 21.903 83,29 19.972 75,95
29 Sulawesi Barat 27.502 27.119 98,61 20.490 74,50 26.251 19.033 72,50 18.927 72,10
30 Maluku 39.662 35.029 88,32 29.115 73,41 37.891 26.529 70,01 26.573 70,13
31 Maluku Utara 25.469 21.320 83,71 19.652 77,16 24.409 16.821 68,91 16.193 66,34
32 Papua Barat 18.703 14.872 79,52 8.983 48,03 17.853 11.778 65,97 6.388 35,78
33 Papua 61.083 32.712 53,55 12.766 20,90 57.260 14.428 25,20 8.139 14,21
5.191.116 4.945.046 95,26 4.441.623 85,56 4.899.006 4.153.475 84,78 3.599.895 73,48
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN IBU NIFAS KF3
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Ibu Nifas
Indonesia
No Provinsi
Ibu Hamil Ibu Bersalin
Lampiran 4.2
PERSENTASE PEREMPUAN USIA 10-59 TAHUN MENURUT CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL
(K1 DAN K4) DARI KEHAMILAN ANAK TERAKHIR PER PROVINSI, RISKESDAS 2010
K1 K4
Trimester 1 Trimester (1,1,2)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 94,1 78,4 62,1
2 Sumatera Utara 88,0 71,1 51,5
3 Sumatera Barat 94,1 64,1 54,7
4 Riau 88,4 68,3 52,2
5 Jambi 78,6 50,2 40,5
6 Sumatera Selatan 90,1 64,9 49,4
7 Bengkulu 92,1 68,0 55,8
8 Lampung 94,2 76,0 59,7
9 Kep. Bangka Belitung 94,6 76,9 67,4
10 Kepulauan Riau 98,4 85,8 77,1
11 DKI Jakarta 97,9 89,2 84,3
12 Jawa Barat 95,5 75,5 67,2
13 Jawa Tengah 98,1 83,1 74,4
14 DI Yogyakarta 100,0 91,5 89,0
15 Jawa Timur 96,7 81,5 74,6
16 Banten 89,8 64,5 54,5
17 Bali 96,4 85,9 77,8
18 Nusa Tenggara Barat 93,0 66,2 53,4
19 Nusa Tenggara Timur 85,9 55,4 44,4
20 Kalimantan Barat 78,3 63,4 46,7
21 Kalimantan Tengah 77,2 47,3 35,5
22 Kalimantan Selatan 95,0 62,2 48,4
23 Kalimantan Timur 91,9 71,1 58,4
24 Sulawesi Utara 91,1 62,0 53,0
25 Sulawesi Tengah 79,9 48,8 30,1
26 Sulawesi Selatan 93,1 62,7 44,5
27 Sulawesi Tenggara 82,1 36,5 21,3
28 Gorontalo 78,1 25,9 19,7
29 Sulawesi Barat 87,9 40,7 24,6
30 Maluku 85,3 52,7 35,1
31 Maluku Utara 81,4 41,5 32,5
32 Papua Barat 71,3 45,5 34,7
33 Papua 76,8 54,1 40,1
Indonesia 92,7 72,3 61,4
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
No Provinsi
Akses/K1
Kunjungan Ibu Hamil
Lampiran 4.3
PERSENTASE IBU USIA 10-59 TAHUN YANG MEMERIKSAKAN KEHAMILAN ANAK TERAKHIR
MENURUT TENAGA YANG MEMERIKSA DAN PROVINSI, RISKESDAS 2010
Dokter Dokter Perawat/
kandungan umum mantri
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 31,7 1,1 61,4 0,5 94,7 0,2 3,1 2,1
2 Sumatera Utara 12,5 1,6 74,0 0,7 88,8 0,0 4,9 6,4
3 Sumatera Barat 23,1 3,6 67,5 0,4 94,6 0,0 2,3 3,2
4 Riau 21,6 1,2 65,6 1,5 89,9 0,0 5,6 4,5
5 Jambi 15,5 1,1 61,9 3,4 81,9 0,0 13,2 4,9
6 Sumatera Selatan 13,9 2,7 73,5 1,0 91,1 0,0 4,1 4,8
7 Bengkulu 7,1 0,9 84,1 0,0 92,1 0,0 2,8 5,1
8 Lampung 7,7 1,2 85,3 0,5 94,7 0,0 3,5 1,9
9 Kep. Bangka Belitung 20,3 1,2 73,1 0,0 94,6 0,4 3,5 1,5
10 Kepulauan Riau 49,5 1,4 47,6 0,7 99,2 0,0 0,4 0,5
11 DKI Jakarta 37,4 1,7 58,7 0,1 97,9 0,7 0,4 0,9
12 Jawa Barat 18,9 1,3 75,3 0,3 95,8 0,3 2,4 1,6
13 Jawa Tengah 20,7 1,0 76,4 0,2 98,3 0,2 0,4 1,1
14 DI Yogyakarta 34,7 2,1 63,2 0,0 100,0 0,0 0,0 0,0
15 Jawa Timur 21,7 1,1 73,8 0,5 97,1 0,3 1,2 1,4
16 Banten 17,4 1,4 71,0 0,0 89,8 0,2 6,9 3,1
17 Bali 38,8 1,9 55,8 0,5 97,0 1,0 0,6 1,5
18 Nusa Tenggara Barat 8,8 2,9 81,2 1,5 94,4 0,0 2,3 3,2
19 Nusa Tenggara Timur 9,8 3,7 72,5 0,7 86,7 0,3 7,5 5,5
20 Kalimantan Barat 12,1 0,8 65,3 3,5 81,7 0,3 8,4 9,5
21 Kalimantan Tengah 9,3 1,9 65,9 4,0 81,1 0,0 12,3 6,5
22 Kalimantan Selatan 16,2 2,8 75,9 0,2 95,1 0,3 2,9 1,6
23 Kalimantan Timur 32,4 3,6 55,8 1,4 93,2 0,0 3,2 3,5
24 Sulawesi Utara 32,6 4,8 53,7 4,7 95,8 0,4 0,8 2,9
25 Sulawesi Tengah 7,6 4,1 68,2 5,7 85,6 1,0 5,8 7,5
26 Sulawesi Selatan 18,2 2,0 73,0 1,7 94,9 0,2 1,3 3,7
27 Sulawesi Tenggara 9,4 2,3 70,4 1,1 83,2 0,0 11,8 5,0
28 Gorontalo 14,1 2,9 61,1 1,3 79,4 0,7 9,0 11,0
29 Sulawesi Barat 9,5 3,7 74,7 0,6 88,5 0,6 6,0 5,0
30 Maluku 16,6 2,4 66,3 0,5 85,8 0,0 8,8 5,5
31 Maluku Utara 13,3 1,4 66,8 0,6 82,1 0,6 8,4 9,0
32 Papua Barat 22,8 3,5 45,0 3,9 75,2 0,0 7,6 17,3
33 Papua 20,1 2,4 54,3 1,4 78,2 0,9 6,3 14,7
Indonesia 19,7 1,7 71,4 0,8 93,6 0,2 3,2 3,0
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Dukun
Tidak pernah
periksa Bidan
No Provinsi
Pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan Pemeriksaan
Kehamilan oleh
Tenaga Kesehatan
Lainnya
Lampiran 4.4
PERSENTASE IBU USIA 10-59 TAHUN YANG MELAPORKAN PERSALINAN
DENGAN OPERASI PERUT SAAT MELAHIRKAN ANAK TERAKHIR
PADA PERIODE LIMA TAHUN TERAKHIR MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
Ya Tidak
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 13,8 86,2
2 Sumatera Utara 13,5 86,5
3 Sumatera Barat 23,1 76,9
4 Riau 13,6 86,4
5 Jambi 11,7 88,3
6 Sumatera Selatan 10,3 89,7
7 Bengkulu 11,9 88,1
8 Lampung 11,3 88,7
9 Bangka Belitung 18,3 81,7
10 Kepulauan Riau 24,7 75,3
11 DKI Jakarta 27,2 72,8
12 Jawa Barat 15,1 84,9
13 Jawa Tengah 16,6 83,4
14 DI Yogyakarta 20,8 79,2
15 Jawa Timur 17,0 83,0
16 Banten 16,8 83,2
17 Bali 18,3 81,7
18 Nusa Tenggara Barat 10,2 89,8
19 Nusa Tenggara Timur 12,6 87,4
20 Kalimantan Barat 9,3 90,7
21 Kalimantan Tengah 8,4 91,6
22 Kalimantan Selatan 13,4 86,6
23 Kalimantan Timur 17,0 83,0
24 Sulawesi Utara 18,2 81,8
25 Sulawesi Tengah 8,0 92,0
26 Sulawesi Selatan 14,8 85,2
27 Sulawesi Tenggara 5,5 94,5
28 Gorontalo 8,3 91,7
29 Sulawesi Barat 7,6 92,4
30 Maluku 15,6 84,4
31 Maluku Utara 12,2 87,8
32 Papua Barat 10,0 90,0
33 Papua 9,5 90,5
Indonesia 15,3 84,7
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
No Provinsi
Melahirkan dengan operasi perut (cesaria)
Lampiran 4.5
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 776.140 197.755 25,48 593.025 76,41
2 Sumatera Utara 2.117.695 405.961 19,17 1.429.414 67,50
3 Sumatera Barat 803.493 146.703 18,26 593.887 73,91
4 Riau 700.926 177.053 25,26 465.378 66,39
5 Jambi 615.826 133.206 21,63 493.416 80,12
6 Sumatera Selatan 1.567.427 459.294 29,30 1.226.532 78,25
7 Bengkulu 376.420 106.515 28,30 338.370 89,89
8 Lampung 1.533.422 501.819 32,73 1.083.224 70,64
9 Kepulauan Bangka Belitung 222.837 51.971 23,32 178.546 80,12
10 Kepulauan Riau 320.147 61.761 19,29 204.804 63,97
11 DKI Jakarta 1.225.738 439.797 35,88 1.009.579 82,36
12 Jawa Barat 8.908.312 1.612.950 18,11 6.758.379 75,87
13 Jawa Tengah 6.511.254 997.425 15,32 5.155.761 79,18
14 DI Yogyakarta 544.057 53.376 9,81 430.231 79,08
15 Jawa Timur 7.846.174 1.171.619 14,93 5.975.675 76,16
16 Banten 1.927.397 374.253 19,42 1.343.713 69,72
17 Bali 659.546 71.075 10,78 562.484 85,28
18 Nusa Tenggara Barat 951.998 182.691 19,19 686.176 72,08
19 Nusa Tenggara Timur 651.940 107.497 16,49 471.059 72,25
20 Kalimantan Barat 852.929 163.184 19,13 587.963 68,93
21 Kalimantan Tengah 422.894 79.577 18,82 330.831 78,23
22 Kalimantan Selatan 738.697 152.608 20,66 566.773 76,73
23 Kalimantan Timur 606.704 99.580 16,41 430.646 70,98
24 Sulawesi Utara 472.167 102.380 21,68 393.892 83,42
25 Sulawesi Tengah 489.295 98.211 20,07 380.481 77,76
26 Sulawesi Selatan 1.324.031 342.745 25,89 932.461 70,43
27 Sulawesi Tenggara 404.076 75.191 18,61 290.980 72,01
28 Gorontalo 205.877 50.545 24,55 176.261 85,61
29 Sulawesi Barat 176.491 48.022 27,21 139.241 78,89
30 Maluku 266.194 66.870 25,12 197.589 74,23
31 Maluku Utara 189.414 38.345 20,24 110.235 58,20
32 Papua Barat 55.051 26.565 48,26 43.700 79,38
33 Papua 273.809 50.480 18,44 132.409 48,36
Indonesia 44.738.378 8.647.024 19,33 33.713.115 75,36
Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Peserta KB Baru Peserta KB Aktif
CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF
No Provinsi Jumlah PUS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Lampiran 4.6
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 2.438 1,23 644 0,33 22 0,01 33.691 17,04 3.496 1,77 83.222 42,08 74.242 37,54 197.755
2 Sumatera Utara 23.674 5,83 8.612 2,12 2.088 0,51 80.042 19,72 30.279 7,46 124.377 30,64 136.889 33,72 405.961
3 Sumatera Barat 7.391 5,04 1.004 0,68 217 0,15 24.226 16,51 15.532 10,59 65.355 44,55 32.978 22,48 146.703
4 Riau 4.205 2,37 1.278 0,72 182 0,10 9.655 5,45 10.503 5,93 91.615 51,74 59.615 33,67 177.053
5 Jambi 4.497 3,38 364 0,27 132 0,10 4.364 3,28 10.738 8,06 63.894 47,97 49.217 36,95 133.206
6 Sumatera Selatan 8.164 1,78 1.797 0,39 805 0,18 41.560 9,05 39.733 8,65 206.860 45,04 160.375 34,92 459.294
7 Bengkulu 3.529 3,31 698 0,66 148 0,14 8.768 8,23 9.902 9,30 50.336 47,26 33.134 31,11 106.515
8 Lampung 25.581 5,10 1.252 0,25 1.663 0,33 57.654 11,49 24.913 4,96 200.615 39,98 190.141 37,89 501.819
9 Kep. Bangka Belitung 1.301 2,50 182 0,35 49 0,09 6.167 11,87 2.705 5,20 24.941 47,99 16.626 31,99 51.971
10 Kepulauan Riau 1.675 2,71 258 0,42 79 0,13 14.364 23,26 2.472 4,00 23.533 38,10 19.380 31,38 61.761
11 DKI Jakarta 47.504 10,80 3.112 0,71 785 0,18 28.493 6,48 14.306 3,25 221.235 50,30 124.362 28,28 439.797
12 Jawa Barat 120.051 7,44 17.553 1,09 3.645 0,23 54.951 3,41 86.925 5,39 844.636 52,37 485.189 30,08 1.612.950
13 Jawa Tengah 59.702 5,99 18.290 1,83 3.925 0,39 52.228 5,24 89.436 8,97 579.761 58,13 194.083 19,46 997.425
14 DI Yogyakarta 9.261 17,35 1.342 2,51 487 0,91 5.472 10,25 4.525 8,48 27.001 50,59 5.288 9,91 53.376
15 Jawa Timur 99.981 8,53 16.136 1,38 4.131 0,35 45.112 3,85 63.378 5,41 662.092 56,51 280.789 23,97 1.171.619
16 Banten 17.110 4,57 2.137 0,57 696 0,19 21.076 5,63 23.562 6,30 190.647 50,94 119.025 31,80 374.253
17 Bali 17.664 24,85 2.150 3,02 274 0,39 5.999 8,44 2.621 3,69 34.595 48,67 7.772 10,93 71.075
18 Nusa Tenggara Barat 15.368 8,41 1.336 0,73 320 0,18 11.003 6,02 16.955 9,28 99.658 54,55 38.051 20,83 182.691
19 Nusa Tenggara Timur 6.990 6,50 3.190 2,97 414 0,39 6.669 6,20 15.525 14,44 59.582 55,43 15.127 14,07 107.497
20 Kalimantan Barat 5.533 3,39 1.068 0,65 121 0,07 24.016 14,72 8.145 4,99 71.143 43,60 53.158 32,58 163.184
21 Kalimantan Tengah 1.248 1,57 389 0,49 114 0,14 5.243 6,59 5.866 7,37 34.899 43,86 31.818 39,98 79.577
22 Kalimantan Selatan 2.041 1,34 806 0,53 223 0,15 7.470 4,89 8.110 5,31 63.054 41,32 70.904 46,46 152.608
23 Kalimantan Timur 3.803 3,82 1.130 1,13 178 0,18 12.777 12,83 3.508 3,52 49.904 50,11 28.280 28,40 99.580
24 Sulawesi Utara 5.404 5,28 711 0,69 556 0,54 11.895 11,62 11.019 10,76 47.584 46,48 25.211 24,62 102.380
25 Sulawesi Tengah 3.898 3,97 702 0,71 271 0,28 9.860 10,04 6.626 6,75 39.597 40,32 37.257 37,94 98.211
26 Sulawesi Selatan 8.012 2,34 2.163 0,63 432 0,13 49.469 14,43 19.426 5,67 144.488 42,16 118.755 34,65 342.745
27 Sulawesi Tenggara 1.254 1,67 432 0,57 282 0,38 9.305 12,38 6.952 9,25 29.229 38,87 27.737 36,89 75.191
28 Gorontalo 4.180 8,27 394 0,78 224 0,44 4.170 8,25 6.690 13,24 17.459 34,54 17.428 34,48 50.545
29 Sulawesi Barat 1.134 2,36 189 0,39 129 0,27 11.307 23,55 2.292 4,77 12.788 26,63 20.183 42,03 48.022
30 Maluku 1.727 2,58 475 0,71 155 0,23 11.378 17,02 4.649 6,95 26.534 39,68 21.952 32,83 66.870
31 Maluku Utara 844 2,20 253 0,66 126 0,33 3.473 9,06 6.693 17,45 16.651 43,42 10.305 26,87 38.345
32 Papua Barat 144 0,54 144 0,54 75 0,28 6.732 25,34 2.003 7,54 10.165 38,26 7.302 27,49 26.565
33 Papua 971 1,92 849 1,68 47 0,09 11.576 22,93 2.856 5,66 22.729 45,03 11.452 22,69 50.480
516.279 5,97 91.040 1,05 22.995 0,27 690.165 7,98 562.341 6,50 4.240.179 49,04 2.524.025 29,19 8.647.024
Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pil
Total
Indonesia
PERSENTASE PESERTA KB BARU
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi
M e t o d e K o n t r a s e p s i
IUD MOW MOP Kondom Implan Suntikan
Lampiran 4.7
Peserta % Peserta % Peserta % Peserta % Peserta %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 123.020 62,21 4.814 2,43 4.088 2,07 65.833 33,29 197.755 100,00
2 Sumatera Utara 296.175 72,96 35.814 8,82 13.076 3,22 60.896 15,00 405.961 100,00
3 Sumatera Barat 99.831 68,05 851 0,58 1.808 1,23 44.213 30,14 146.703 100,00
4 Riau 102.339 57,80 3.824 2,16 9.146 5,17 61.744 34,87 177.053 100,00
5 Jambi 89.426 67,13 1.035 0,78 3.669 2,75 39.076 29,34 133.206 100,00
6 Sumatera Selatan 311.433 67,81 26.870 5,85 9.685 2,11 111.306 24,23 459.294 100,00
7 Bengkulu 70.624 66,30 540 0,51 2.836 2,66 32.515 30,53 106.515 100,00
8 Lampung 332.449 66,25 11.443 2,28 8.554 1,70 149.373 29,77 501.819 100,00
9 Kep. Bangka Belitung 34.471 66,33 249 0,48 751 1,45 16.500 31,75 51.971 100,00
10 Kepulauan Riau 33.670 54,52 10.572 17,12 1.709 2,77 15.810 25,60 61.761 100,00
11 DKI Jakarta 163.015 37,07 15.951 3,63 53.138 12,08 207.693 47,22 439.797 100,00
12 Jawa Barat 925.127 57,36 105.599 6,55 40.896 2,54 541.328 33,56 1.612.950 100,00
13 Jawa Tengah 506.270 50,76 42.590 4,27 34.286 3,44 414.279 41,53 997.425 100,00
14 DI Yogyakarta 20.769 38,91 9.984 18,71 827 1,55 21.796 40,83 53.376 100,00
15 Jawa Timur 680.181 58,05 32.752 2,80 28.870 2,46 429.816 36,69 1.171.619 100,00
16 Banten 224.679 60,03 26.924 7,19 10.040 2,68 112.610 30,09 374.253 100,00
17 Bali 27.206 38,28 2.600 3,66 3.021 4,25 38.248 53,81 71.075 100,00
18 Nusa Tenggara Barat 165.625 90,66 2.707 1,48 1.249 0,68 13.110 7,18 182.691 100,00
19 Nusa Tenggara Timur 105.266 97,92 250 0,23 448 0,42 1.533 1,43 107.497 100,00
20 Kalimantan Barat 100.372 61,51 15.007 9,20 6.164 3,78 41.641 25,52 163.184 100,00
21 Kalimantan Tengah 61.053 76,72 3.934 4,94 1.075 1,35 13.515 16,98 79.577 100,00
22 Kalimantan Selatan 98.881 64,79 2.390 1,57 3.923 2,57 47.414 31,07 152.608 100,00
23 Kalimantan Timur 51.437 51,65 6.096 6,12 2.540 2,55 39.507 39,67 99.580 100,00
24 Sulawesi Utara 72.153 70,48 11.571 11,30 4.661 4,55 13.995 13,67 102.380 100,00
25 Sulawesi Tengah 86.751 88,33 3.767 3,84 1.215 1,24 6.478 6,60 98.211 100,00
26 Sulawesi Selatan 285.298 83,24 7.017 2,05 4.846 1,41 45.584 13,30 342.745 100,00
27 Sulawesi Tenggara 67.089 89,22 325 0,43 1.378 1,83 6.399 8,51 75.191 100,00
28 Gorontalo 35.490 70,21 1.525 3,02 477 0,94 13.053 25,82 50.545 100,00
29 Sulawesi Barat 44.401 92,46 161 0,34 96 0,20 3.364 7,01 48.022 100,00
30 Maluku 57.459 85,93 2.906 4,35 849 1,27 5.656 8,46 66.870 100,00
31 Maluku Utara 34.249 89,32 2.063 5,38 329 0,86 1.704 4,44 38.345 100,00
32 Papua Barat 23.759 89,44 2.033 7,65 3 0,01 770 2,90 26.565 100,00
33 Papua 44.744 88,64 2.968 5,88 1.579 3,13 1.189 2,36 50.480 100,00
5.374.712 62,16 397.132 4,59 257.232 2,97 2.617.948 30,28 8.647.024 100,00
Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Bidan Praktik Swasta Jumlah
Pemerintah Swasta
Indonesia
PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN
TAHUN 2010
No Provinsi
Klinik KB
Dokter Praktik Swasta
Lampiran 4.8
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Aceh 776.140 593.025 76,41 11.993 2,02 4.479 0,76 187 0,03 11.746 1,98 51.698 8,72 267.195 45,06 245.727 41,44
2 Sumatera Utara 2.117.695 1.429.414 67,50 146.107 10,22 110.156 7,71 4.746 0,33 127.308 8,91 87.125 6,10 478.007 33,44 475.965 33,30
3 Sumatera Barat 803.493 593.887 73,91 57.195 9,63 16.657 2,80 575 0,10 77.207 13,00 22.960 3,87 305.672 51,47 113.621 19,13
4 Riau 700.926 465.378 66,39 31.619 6,79 5.364 1,15 1.715 0,37 42.945 9,23 19.152 4,12 208.985 44,91 155.598 33,43
5 Jambi 615.826 493.416 80,12 30.720 6,23 4.000 0,81 1.064 0,22 64.344 13,04 8.235 1,67 203.111 41,16 181.942 36,87
6 Sumatera Selatan 1.567.427 1.226.532 78,25 48.334 3,94 40.930 3,34 4.772 0,39 209.583 17,09 62.590 5,10 505.758 41,23 354.565 28,91
7 Bengkulu 376.420 338.370 89,89 21.344 6,31 6.834 2,02 1.156 0,34 49.052 14,50 10.508 3,11 148.658 43,93 100.818 29,80
8 Lampung 1.533.422 1.083.224 70,64 127.761 11,79 14.535 1,34 13.233 1,22 146.563 13,53 20.729 1,91 394.415 36,41 365.988 33,79
9 Kep. Bangka Belitung 222.837 178.546 80,12 6.343 3,55 5.027 2,82 144 0,08 15.220 8,52 5.660 3,17 80.858 45,29 65.294 36,57
10 Kepulauan Riau 320.147 204.804 63,97 12.325 6,02 2.171 1,06 295 0,14 9.997 4,88 10.338 5,05 96.758 47,24 72.920 35,60
11 DKI Jakarta 1.225.738 1.009.579 82,36 215.333 21,33 36.179 3,58 11.598 1,15 73.590 7,29 29.784 2,95 381.360 37,77 261.735 25,93
12 Jawa Barat 8.908.312 6.758.379 75,87 785.631 11,62 160.779 2,38 65.463 0,97 290.891 4,30 76.843 1,14 3.459.360 51,19 1.919.412 28,40
13 Jawa Tengah 6.511.254 5.155.761 79,18 427.226 8,29 287.570 5,58 60.062 1,16 487.002 9,45 95.704 1,86 2.935.640 56,94 862.557 16,73
14 DI Yogyakarta 544.057 430.231 79,08 105.690 24,57 21.545 5,01 2.846 0,66 24.666 5,73 25.172 5,85 195.750 45,50 54.562 12,68
15 Jawa Timur 7.846.174 5.975.675 76,16 857.569 14,35 304.206 5,09 24.510 0,41 464.560 7,77 75.909 1,27 2.913.591 48,76 1.335.330 22,35
16 Banten 1.927.397 1.343.713 69,72 191.604 14,26 33.492 2,49 15.475 1,15 117.650 8,76 19.300 1,44 621.726 46,27 344.466 25,64
17 Bali 659.546 562.484 85,28 266.299 47,34 21.151 3,76 2.791 0,50 8.392 1,49 15.486 2,75 201.116 35,75 47.249 8,40
18 Nusa Tenggara Barat 951.998 686.176 72,08 80.004 11,66 15.478 2,26 2.577 0,38 88.653 12,92 12.481 1,82 336.566 49,05 150.417 21,92
19 Nusa Tenggara Timur 651.940 471.059 72,25 49.589 10,53 19.021 4,04 4.050 0,86 48.676 10,33 10.426 2,21 262.951 55,82 76.346 16,21
20 Kalimantan Barat 852.929 587.963 68,93 35.997 6,12 8.985 1,53 4.106 0,70 33.493 5,70 19.130 3,25 238.784 40,61 247.468 42,09
21 Kalimantan Tengah 422.894 330.831 78,23 6.129 1,85 3.280 0,99 456 0,14 30.822 9,32 7.274 2,20 148.937 45,02 133.933 40,48
22 Kalimantan Selatan 738.697 566.773 76,73 10.092 1,78 6.852 1,21 701 0,12 51.795 9,14 12.264 2,16 199.002 35,11 286.067 50,47
23 Kalimantan Timur 606.704 430.646 70,98 44.090 10,24 9.687 2,25 1.121 0,26 20.677 4,80 9.965 2,31 167.644 38,93 177.462 41,21
24 Sulawesi Utara 472.167 393.892 83,42 39.295 9,98 8.111 2,06 931 0,24 52.226 13,26 7.354 1,87 141.933 36,03 144.042 36,57
25 Sulawesi Tengah 489.295 380.481 77,76 20.868 5,48 8.033 2,11 605 0,16 34.425 9,05 9.697 2,55 153.269 40,28 153.584 40,37
26 Sulawesi Selatan 1.324.031 932.461 70,43 41.450 4,45 15.040 1,61 872 0,09 85.631 9,18 56.002 6,01 410.834 44,06 322.632 34,60
27 Sulawesi Tenggara 404.076 290.980 72,01 7.266 2,50 5.661 1,95 997 0,34 38.670 13,29 13.237 4,55 114.052 39,20 111.097 38,18
28 Gorontalo 205.877 176.261 85,61 20.853 11,83 2.508 1,42 553 0,31 23.794 13,50 2.920 1,66 65.354 37,08 60.279 34,20
29 Sulawesi Barat 176.491 139.241 78,89 4.208 3,02 1.154 0,83 198 0,14 8.942 6,42 9.964 7,16 48.850 35,08 65.925 47,35
30 Maluku 266.194 197.589 74,23 6.736 3,41 4.122 2,09 1.030 0,52 19.988 10,12 12.345 6,25 88.660 44,87 64.708 32,75
31 Maluku Utara 189.414 110.235 58,20 1.755 1,59 2.086 1,89 519 0,47 15.085 13,68 5.988 5,43 43.901 39,82 40.901 37,10
32 Papua Barat 55.051 43.700 79,38 2.120 4,85 1.410 3,23 85 0,19 1.494 3,42 3.934 9,00 21.799 49,88 12.858 29,42
33 Papua 273.809 132.409 48,36 3.519 2,66 4.608 3,48 313 0,24 9.562 7,22 12.722 9,61 67.869 51,26 33.816 25,54
Indonesia 44.738.378 33.713.115 75,36 3.717.064 11,03 1.191.111 3,53 229.746 0,68 2.784.649 8,26 842.896 2,50 15.908.365 47,19 9.039.284 26,81
Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Implan
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2010
Suntikan Pil
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF
M e t o d e K o n t r a s e p s i
No Provinsi Jumlah PUS IUD MOW MOP
Peserta KB Aktif
Kondom
Lampiran 4.9
PERSENTASE PEREMPUAN KAWIN UMUR 10-49 TAHUN MENURUT SATUS PENGGUNAAN KB
RISKESDAS 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 43,8 26,5 29,8
2 Sumatera Utara 37,9 24,6 37,4
3 Sumatera Barat 50,4 28,0 21,6
4 Riau 48,0 27,9 24,1
5 Jambi 63,4 20,4 16,1
6 Sumatera Selatan 60,9 22,3 16,8
7 Bengkulu 60,5 26,3 13,3
8 Lampung 62,1 22,0 15,9
9 Kep. Bangka Belitung 65,3 23,0 11,7
10 Kepulauan Riau 53,6 25,8 20,7
11 DKI Jakarta 51,2 28,5 20,3
12 Jawa Barat 59,8 28,4 11,8
13 Jawa Tengah 59,4 25,2 15,4
14 DI Yogyakarta 55,3 27,1 17,6
15 Jawa Timur 59,4 22,9 17,7
16 Banten 56,8 28,8 14,5
17 Bali 65,4 18,0 16,6
18 Nusa Tenggara Barat 53,6 31,1 15,3
19 Nusa Tenggara Timur 38,1 22,9 39,0
20 Kalimantan Barat 59,9 23,8 16,3
21 Kalimantan Tengah 65,7 23,6 10,7
22 Kalimantan Selatan 62,6 26,6 10,8
23 Kalimantan Timur 56,3 28,2 15,5
24 Sulawesi Utara 62,4 28,1 9,5
25 Sulawesi Tengah 51,4 26,9 21,6
26 Sulawesi Selatan 45,6 28,1 26,3
27 Sulawesi Tenggara 40,5 30,6 28,9
28 Gorontalo 63,1 21,6 15,3
29 Sulawesi Barat 39,9 20,3 39,8
30 Maluku 36,4 22,2 41,4
31 Maluku Utara 43,3 30,8 25,9
32 Papua Barat 32,1 26,4 41,5
33 Papua 32,8 25,6 41,6
Indonesia 55,8 25,7 18,4
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
No Provinsi
Sedang
Menggunakan
Pernah/tidak
menggunakan lagi
Tidak pernah sama
sekali
Lampiran 4.10
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 14.570 4.109 28,20 22.717 14.124 62,17
2 Sumatera Utara 43.954 892 2,03 64.616 33.093 51,21
3 Sumatera Barat 15.886 1.662 10,46 22.818 19.260 84,41
4 Riau 19.578 3.524 18,00 27.505 10.739 39,04
5 Jambi 10.400 2.569 24,70 15.391 9.051 58,81
6 Sumatera Selatan 26.254 3.623 13,80 38.257 21.989 57,48
7 Bengkulu 6.611 721 10,90 9.610 7.221 75,14
8 Lampung 25.057 3.443 13,74 37.675 15.292 40,59
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.867 247 6,40 5.638 3.230 57,29
10 Kepulauan Riau 6.049 2.008 33,20 8.587 4.909 57,17
11 DKI Jakarta 25.557 7.233 28,30 31.856 22.148 69,52
12 Jawa Barat 141.692 27.389 19,33 207.814 122.558 58,97
13 Jawa Tengah 86.924 48.782 56,12 126.445 71.762 56,75
14 DI Yogyakarta 6.468 5.323 82,29 9.586 7.923 82,66
15 Jawa Timur 89.321 58.523 65,52 130.876 93.943 71,78
16 Banten 31.734 7.312 23,04 46.276 18.893 40,83
17 Bali 9.301 4.915 52,85 13.639 10.032 73,56
18 Nusa Tenggara Barat 16.218 5.157 31,80 23.269 19.352 83,17
19 Nusa Tenggara Timur 17.577 1.874 10,66 25.636 14.676 57,25
20 Kalimantan Barat 15.216 2.535 16,66 21.730 10.920 50,25
21 Kalimantan Tengah 6.832 204 2,98 10.437 3.856 36,94
22 Kalimantan Selatan 10.644 2.909 27,33 15.674 10.532 67,19
23 Kalimantan Timur 11.748 8.889 75,67 17.043 8.704 51,07
24 Sulawesi Utara 10.188 2.917 28,63 8.575 4.672 54,49
25 Sulawesi Tengah 7.387 2.279 30,85 10.834 7.102 65,55
26 Sulawesi Selatan 26.647 293 1,10 35.875 21.500 59,93
27 Sulawesi Tenggara 6.850 1.961 28,63 9.506 4.093 43,06
28 Gorontalo 4.010 407 10,16 5.853 3.945 67,40
29 Sulawesi Barat 3.329 1.227 36,85 5.500 3.405 61,90
30 Maluku 5.183 882 17,01 7.932 2.866 36,13
31 Maluku Utara 3.498 364 10,40 5.094 2.323 45,60
32 Papua Barat 2.510 203 8,10 3.741 1.541 41,20
33 Papua 6.457 452 7,00 12.217 5.030 41,17
717.516 214.827 25,23 1.038.223 610.684 58,82
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Indonesia
No Provinsi
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI DAN OBSTETRI DENGAN KOMPLIKASI
Obstetri Komplikasi
Cakupan Penanganan Obstetri Komplikasi
Neonatal Komplikasi
Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi
Lampiran 4.11
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 89.264 91,90 84.893 87,40
2 Sumatera Utara 256.400 87,50 161.752 55,20
3 Sumatera Barat 95.580 90,25 89.363 84,38
4 Riau 117.728 90,20 95.279 73,00
5 Jambi 62.367 89,95 56.785 81,90
6 Sumatera Selatan 153.498 87,70 144.747 82,70
7 Bengkulu 39.188 88,91 31.250 70,90
8 Lampung 147.502 88,30 107.444 64,32
9 Kepulauan Bangka Belitung 23.730 92,05 24.567 95,30
10 Kepulauan Riau 38.913 96,50 21.533 53,40
11 DKI Jakarta 160.155 94,00 148.910 87,40
12 Jawa Barat 870.931 92,20 732.074 77,50
13 Jawa Tengah 567.904 98,00 527.340 91,00
14 DI Yogyakarta 39.671 92,00 35.713 82,82
15 Jawa Timur 577.612 97,00 565.702 95,00
16 Banten 191.886 90,70 146.527 69,26
17 Bali 61.528 99,23 60.833 98,11
18 Nusa Tenggara Barat 97.955 90,60 80.224 74,20
19 Nusa Tenggara Timur 89.758 76,60 64.706 55,22
20 Kalimantan Barat 86.324 85,10 63.865 62,96
21 Kalimantan Tengah 37.894 83,20 20.906 45,90
22 Kalimantan Selatan 62.159 87,60 53.382 75,23
23 Kalimantan Timur 67.902 86,70 72.421 92,47
24 Sulawesi Utara 63.473 93,45 52.402 77,15
25 Sulawesi Tengah 39.908 81,04 39.583 80,38
26 Sulawesi Selatan 152.242 85,70 44.589 25,10
27 Sulawesi Tenggara 39.366 86,20 35.233 77,15
28 Gorontalo 21.548 80,60 21.558 80,64
29 Sulawesi Barat 17.379 78,30 12.391 55,83
30 Maluku 24.358 70,50 24.185 70,00
31 Maluku Utara 10.565 45,30 15.941 68,35
32 Papua Barat 7.129 42,60 5.188 31,00
33 Papua 14.004 32,53 16.444 38,20
4.325.819 84,01 3.657.729 71,50
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI
%KN Lengkap
Indonesia
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI
TAHUN 2010
No Provinsi
Kunjungan Neonatus
KN1 % KN1 KN Lengkap
Lampiran 4.12
PERSENTASE KUNJUNGAN NEONATUS PADA BALITA MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
6-48 jam 3-7 hari 8-28 hari
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 73,2 69,6 28,8
2 Sumatera Utara 76,1 68,1 23,9
3 Sumatera Barat 75,4 54,6 35,8
4 Riau 70,1 50,5 14,7
5 Jambi 77,9 60,0 22,3
6 Sumatera Selatan 70,3 50,7 26,6
7 Bengkulu 74,7 56,2 26,3
8 Lampung 72,4 58,6 35,4
9 Bangka Belitung 76,4 50,3 29,9
10 Kepulauan Riau 78,8 61,5 31,6
11 DKI Jakarta 84,7 72,8 59,2
12 Jawa Barat 67,6 65,6 45,6
13 Jawa Tengah 82,6 71,0 48,0
14 DI Yogyakarta 96,2 83,7 77,1
15 Jawa Timur 77,7 74,3 49,0
16 Banten 61,8 55,7 37,1
17 Bali 86,7 66,7 58,2
18 Nusa Tenggara Barat 74,3 50,4 41,6
19 Nusa Tenggara Timur 43,3 30,9 22,5
20 Kalimantan Barat 53,7 44,2 19,3
21 Kalimantan Tengah 55,6 49,4 13,4
22 Kalimantan Selatan 77,3 65,7 20,2
23 Kalimantan Timur 74,3 58,4 42,3
24 Sulawesi Utara 80,7 65,9 40,2
25 Sulawesi Tengah 57,0 37,3 17,2
26 Sulawesi Selatan 70,1 48,9 26,0
27 Sulawesi Tenggara 54,2 44,6 23,0
28 Gorontalo 47,4 28,4 21,1
29 Sulawesi Barat 61,3 45,1 9,2
30 Maluku 44,4 40,4 20,3
31 Maluku Utara 37,5 25,9 15,4
32 Papua Barat 41,2 27,0 21,2
33 Papua 52,9 40,2 28,4
Indonesia 71,4 61,3 38,0
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
No Provinsi
Kunjungan Neonatus
Lampiran 4.13
PERSENTASE KUNJUNGAN NEONATUS LENGKAP (KN1, KN2, KN3) PADA BALITA
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
KN Lengkap KN Tidak Lengkap Tidak Pernah KN
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 25,8 56,3 17,9
2 Sumatera Utara 22,3 56,2 21,5
3 Sumatera Barat 27,4 53,3 19,3
4 Riau 11,8 65,0 23,2
5 Jambi 19,0 63,5 17,5
6 Sumatera Selatan 24,5 48,7 26,8
7 Bengkulu 23,0 58,6 18,4
8 Lampung 31,8 45,7 22,4
9 Bangka Belitung 25,7 56,1 18,2
10 Kepulauan Riau 23,3 66,5 10,2
11 DKI Jakarta 52,8 35,6 11,6
12 Jawa Barat 37,8 41,5 20,7
13 Jawa Tengah 40,2 49,7 10,1
14 DI Yogyakarta 71,2 27,5 1,3
15 Jawa Timur 41,6 47,7 10,7
16 Banten 30,4 41,8 27,8
17 Bali 48,8 41,3 9,9
18 Nusa Tenggara Barat 31,5 48,3 20,2
19 Nusa Tenggara Timur 12,5 43,2 44,3
20 Kalimantan Barat 14,1 47,0 38,9
21 Kalimantan Tengah 8,4 56,3 35,3
22 Kalimantan Selatan 18,1 64,0 17,8
23 Kalimantan Timur 35,5 44,7 19,8
24 Sulawesi Utara 34,7 50,9 14,5
25 Sulawesi Tengah 13,3 45,8 40,9
26 Sulawesi Selatan 20,5 54,5 25,0
27 Sulawesi Tenggara 20,5 38,0 41,5
28 Gorontalo 11,6 47,4 41,1
29 Sulawesi Barat 6,8 58,5 34,7
30 Maluku 17,1 37,3 45,6
31 Maluku Utara 10,4 37,8 51,9
32 Papua Barat 15,2 30,3 54,5
33 Papua 23,7 32,8 43,5
Indonesia 31,8 47,4 20,8
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
No Provinsi
Kategori Kunjungan Neonatus
Lampiran 4.14
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 86.739 89,30 428.679 81,04
2 Sumatera Utara 252.004 86,00 1.045.442 91,81
3 Sumatera Barat 102.549 96,83 339.970 86,43
4 Riau 116.175 89,01 425.468 71,90
5 Jambi 64.204 92,60 202.097 83,72
6 Sumatera Selatan 150.873 86,20 402.010 71,20
7 Bengkulu 39.316 89,20 121.778 72,00
8 Lampung 151.645 90,78 690.523 77,30
9 Kepulauan Bangka Belitung 23.021 89,30 99.739 88,80
10 Kepulauan Riau 34.719 86,10 140.396 76,90
11 DKI Jakarta 155.385 91,20 699.316 89,77
12 Jawa Barat 850.622 90,05 2.985.831 83,30
13 Jawa Tengah 560.487 96,72 1.982.945 89,33
14 DI Yogyakarta 39.973 92,70 199.662 97,69
15 Jawa Timur 569.871 95,70 2.101.364 86,40
16 Banten 194.192 91,79 729.127 79,20
17 Bali 60.145 97,00 300.549 85,10
18 Nusa Tenggara Barat 101.177 93,58 398.640 83,30
19 Nusa Tenggara Timur 88.118 75,20 16.459 57,70
20 Kalimantan Barat 85.208 84,00 291.130 62,80
21 Kalimantan Tengah 37.439 82,20 168.234 71,90
22 Kalimantan Selatan 62.188 87,64 279.403 79,10
23 Kalimantan Timur 66.962 85,50 336.024 89,03
24 Sulawesi Utara 62.556 92,10 106.430 82,30
25 Sulawesi Tengah 39.135 79,47 141.883 68,20
26 Sulawesi Selatan 149.915 84,39 516.555 80,61
27 Sulawesi Tenggara 38.694 84,73 167.000 72,70
28 Gorontalo 23.793 89,00 100.071 82,05
29 Sulawesi Barat 18.866 85,00 37.598 87,64
30 Maluku 24.140 69,87 54.431 66,10
31 Maluku Utara 13.037 55,90 68.318 64,60
32 Papua Barat 7.028 42,00 53.080 64,00
33 Papua 13.948 32,40 119.432 53,62
4.284.121 84,04 15.749.585 78,11
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Indonesia
No Provinsi
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Lampiran 4.15
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 3,821 1,253 32.79
2 Sumatera Utara 4,027 3,016 74.89
3 Sumatera Barat 4,444 3,894 87.63
4 Riau 2,679 2,276 84.96
5 J ambi 2,790 1,638 58.71
6 Sumatera Selatan 4,537 2,494 54.97
7 Bengkulu 1,310 1,034 78.93
8 Lampung 6,095 619 10.16
9 Kep. Bangka Belitung 813 762 93.73
10 Kepulauan Riau 697 380 54.56
11 DKI J akarta 2,987 2,489 83.33
12 J awa Barat 18,747 16,831 89.78
13 J awa Tengah 22,687 15,954 70.32
14 DI Yogyakarta 1,786 1,786 100.00
15 J awa Timur 24,468 24,468 100.00
16 Banten 4,177 3,450 82.60
17 Bali 2,460 2,395 97.36
18 Nusa Tenggara Barat 3,544 2,768 78.10
19 Nusa Tenggara Timur 3,693 2,393 64.80
20 Kalimantan Barat 2,959 1,565 52.90
21 Kalimantan Tengah 2,493 1,129 45.30
22 Kalimantan Selatan 3,472 1,959 56.42
23 Kalimantan Timur 3,589 1,054 29.37
24 Sulawesi Utara 43,195 27,174 62.91
25 Sulawesi Tengah 1,836 236 12.83
26 Sulawesi Selatan 5,839 4,504 77.13
27 Sulawesi Tenggara 2,244 487 21.70
28 Gorontalo 956 729 76.30
29 Sulawesi Barat 1,379 303 22.00
30 Maluku 1,799 491 27.28
31 Maluku Utara 692 250 36.06
32 Papua Barat 472 - -
33 Papua 2,140 261 12.20
188,827 130,043 58.49
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI
No Provinsi Jumlah SD/MI
Cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan siswa
SD/MI kelas 1
Indonesia
CAKUPAN SD YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/MI KELAS 1
Lampiran 4.16
Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 402.420 298.348 74,14
2 Sumatera Utara 1.088.274 780.890 71,75
3 Sumatera Barat 501.470 343.203 68,44
4 Riau 734.400 457.451 62,29
5 Jambi 310.367 222.238 71,60
6 Sumatera Selatan 750.935 474.756 63,22
7 Bengkulu 169.710 89.095 52,50
8 Lampung 906.837 594.730 65,58
9 Kepulauan Bangka Belitung 145.512 66.683 45,83
10 Kepulauan Riau 220.935 115.174 52,13
11 DKI Jakarta 779.009 332.890 42,73
12 Jawa Barat 3.584.431 2.668.055 74,43
13 Jawa Tengah 2.546.259 2.101.759 82,54
14 DI Yogyakarta 236.104 175.146 74,18
15 Jawa Timur 3.041.160 2.363.111 77,70
16 Banten 1.180.053 596.304 50,53
17 Bali 256.148 194.490 75,93
18 Nusa Tenggara Barat 507.694 374.995 73,86
19 Nusa Tenggara Timur 520.415 401.942 77,23
20 Kalimantan Barat 420.263 218.561 52,01
21 Kalimantan Tengah 227.600 113.970 50,07
22 Kalimantan Selatan 376.569 240.648 63,91
23 Kalimantan Timur 498.296 179.186 35,96
24 Sulawesi Utara 158.462 134.518 84,89
25 Sulawesi Tengah 316.431 136.375 43,10
26 Sulawesi Selatan 755.893 514.034 68,00
27 Sulawesi Tenggara 278.962 186.013 66,68
28 Gorontalo 126.533 83.085 65,66
29 Sulawesi Barat 123.752 68.353 55,23
30 Maluku 197.366 114.154 57,84
31 Maluku Utara 122.403 57.401 46,90
32 Papua Barat 82.865 27.538 33,23
33 Papua 237.480 73.607 31,00
21.805.008 14.798.703 67,87
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Indonesia
CAKUPAN BALITA DITIMBANG
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi Jumlah Balita
Jumlah Balita ditimbang (D/S)
Lampiran 4.17
4 kali 13 kali Tidak pernah
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 32,7 39,5 27,8
2 Sumatera Utara 23,3 32,6 44,1
3 Sumatera Barat 49,1 30,4 20,4
4 Riau 34,9 31,0 34,1
5 Jambi 21,2 41,6 37,2
6 Sumatera Selatan 25,3 26,5 48,1
7 Bengkulu 32,8 20,7 46,6
8 Lampung 37,0 30,8 32,2
9 Kepulauan Bangka Belitung 42,1 28,6 29,4
10 Kepulauan Riau 40,4 38,2 21,3
11 DKI Jakarta 53,7 32,2 14,1
12 Jawa Barat 61,4 25,4 13,1
13 Jawa Tengah 66,3 20,9 12,8
14 DI Yogyakarta 86,8 10,8 2,5
15 Jawa Timur 61,8 23,8 14,4
16 Banten 45,9 33,3 20,9
17 Bali 58,3 23,8 17,9
18 Nusa Tenggara Barat 52,5 28,8 18,8
19 Nusa Tenggara Timur 62,1 17,3 20,6
20 Kalimantan Barat 30,9 17,3 51,9
21 Kalimantan Tengah 26,7 27,6 45,7
22 Kalimantan Selatan 38,9 31,1 30,1
23 Kalimantan Timur 38,0 30,5 31,5
24 Sulawesi Utara 43,8 32,2 24,0
25 Sulawesi Tengah 23,6 27,4 48,9
26 Sulawesi Selatan 35,8 29,4 34,8
27 Sulawesi Tenggara 22,0 22,0 56,1
28 Gorontalo 43,8 26,0 30,1
29 Sulawesi Barat 23,3 32,2 44,4
30 Maluku 30,4 29,7 39,9
31 Maluku Utara 36,0 26,3 37,7
32 Papua Barat 46,9 24,7 28,4
33 Papua 31,3 28,0 40,7
49,4 26,9 23,8
Sumber: Balitbang Kemenkes RI, Riskesdas 2010
PERSENTASE FREKUENSI PENIMBANGAN ANAK UMUR 6-59 BULAN SELAMA ENAM BULAN TERAKHIR
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
Indonesia
No Provinsi
Frekuensi Penimbangan
Lampiran 4.18
CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-5 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
(1) (2) (3)
1 Aceh 52,2
2 Sumatera Utara 55,1
3 Sumatera Barat 71,2
4 Riau 57,3
5 Jambi 63,5
6 Sumatera Selatan 64,4
7 Bengkulu 75,8
8 Lampung 55,1
9 Kepulauan Bangka Belitung 62,0
10 Kepulauan Riau 56,8
11 DKI Jakarta 58,7
12 Jawa Barat 64,1
13 Jawa Tengah 52,2
14 DI Yogyakarta 63,4
15 Jawa Timur 48,8
16 Banten 58,6
17 Bali 54,3
18 Nusa Tenggara Barat 78,3
19 Nusa Tenggara Timur 75,2
20 Kalimantan Barat 52,7
21 Kalimantan Tengah 63,2
22 Kalimantan Selatan 65,1
23 Kalimantan Timur 66,3
24 Sulawesi Utara 54,8
25 Sulawesi Tengah 62,5
26 Sulawesi Selatan 70,2
27 Sulawesi Tenggara 62,5
28 Gorontalo 57,5
29 Sulawesi Barat 73,4
30 Maluku 68,4
31 Maluku Utara 61,7
32 Papua Barat 59,8
33 Papua 67,2
61,3
Sumber : BPS, Susenas 2009
No Provinsi
INDONESIA
Cakupan ASI eksklusif bayi 0-5 bulan
Lampiran 4.19
PERSENTASE ANAK USIA 0-23 BULAN YANG PERNAH DISUSUI DAN MASIH DISUSUI
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
Pernah disusui Masih disusui
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 87,8 82,1
2 Sumatera Utara 88,9 74,9
3 Sumatera Barat 95,4 84,0
4 Riau 85,5 76,6
5 Jambi 93,3 78,4
6 Sumatera Selatan 90,5 75,3
7 Bengkulu 90,0 81,5
8 Lampung 95,7 80,6
9 Kepulauan Bangka Belitung 89,1 65,3
10 Kepulauan Riau 86,4 64,3
11 DKI Jakarta 85,4 70,3
12 Jawa Barat 91,1 84,5
13 Jawa Tengah 93,9 85,0
14 DI Yogyakarta 94,0 72,6
15 Jawa Timur 88,8 79,8
16 Banten 89,0 80,4
17 Bali 92,0 76,0
18 Nusa Tenggara Barat 91,4 82,8
19 Nusa Tenggara Timur 86,9 82,0
20 Kalimantan Barat 89,3 80,7
21 Kalimantan Tengah 91,6 79,2
22 Kalimantan Selatan 88,3 78,8
23 Kalimantan Timur 90,3 72,7
24 Sulawesi Utara 89,4 71,2
25 Sulawesi Tengah 91,9 78,8
26 Sulawesi Selatan 90,0 81,8
27 Sulawesi Tenggara 92,7 84,2
28 Gorontalo 87,8 83,8
29 Sulawesi Barat 89,4 78,6
30 Maluku 94,7 64,8
31 Maluku Utara 83,0 84,1
32 Papua Barat 89,4 73,8
33 Papua 84,8 75,8
90,3 80,1
Sumber : BPS, Susenas 2010
INDONESIA
Anak Usia 0-23 bulan
No Provinsi
Lampiran 4.20
6-11bln 12 - 59 bln Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 135.671 409.244 100.486 74.167 54,67 291.239 71,17 68.735 68,40
2 Sumatera Utara 727.918 1.620.800 307.891 532.046 73,09 1.230.983 75,95 17.193 5,58
3 Sumatera Barat 129.740 393.346 103.720 107.880 83,15 346.431 88,07 76.919 74,16
4 Riau 213.570 601.743 119.660 145.411 68,09 441.888 73,43 102.703 85,83
5 Jambi 73.532 234.518 73.132 66.488 90,42 201.774 86,04 62.924 86,04
6 Sumatera Selatan 217.528 626.707 191.863 180.656 83,05 527.967 84,24 154.854 80,71
7 Bengkulu 63.364 131.093 45.815 42.274 66,72 103.765 79,15 34.816 75,99
8 Lampung 213.127 732.026 - 150.167 70,46 466.109 63,67 - -
9 Kepulauan Bangka Belitung 26.890 102.052 26.931 24.986 92,92 86.476 84,74 24.707 91,74
10 Kepulauan Riau 41.851 171.663 41.091 36.883 88,13 107.855 62,83 20.296 49,39
11 DKI Jakarta 331.239 608.631 144.802 136.951 41,35 367.004 60,30 130.380 90,04
12 Jawa Barat 962.858 3.117.605 991.842 875.327 90,91 2.742.248 87,96 776.766 78,32
13 Jawa Tengah 641.850 2.031.953 591.438 636.538 99,17 1.999.216 98,39 542.461 91,72
14 DI Yogyakarta 57.271 190.167 44.323 52.200 91,15 177.218 93,19 38.474 86,80
15 Jawa Timur 901.992 2.404.679 - 869.637 96,41 2.011.505 83,65 - -
16 Banten 229.186 839.593 221.436 213.402 93,11 714.581 85,11 138.665 62,62
17 Bali 67.848 207.635 65.066 60.227 88,77 201.852 97,21 59.497 91,44
18 Nusa Tenggara Barat 116.950 397.814 - 101.430 86,73 356.198 89,54 - -
19 Nusa Tenggara Timur 128.134 413.647 122.330 102.707 80,16 332.610 80,41 74.857 61,19
20 Kalimantan Barat 172.107 401.488 103.651 107.923 62,71 295.268 73,54 79.314 76,52
21 Kalimantan Tengah 69.556 198.220 49.492 48.193 69,29 140.441 70,85 40.091 81,01
22 Kalimantan Selatan 81.916 295.620 74.251 72.902 89,00 256.972 86,93 58.671 79,02
23 Kalimantan Timur 104.680 351.927 82.045 76.618 73,19 238.141 67,67 57.443 70,01
24 Sulawesi Utara 73.539 265.419 40.440 61.998 84,31 231.041 87,05 31.436 77,73
25 Sulawesi Tengah 74.358 211.436 51.709 63.612 85,55 180.230 85,24 26.145 50,56
26 Sulawesi Selatan 205.182 604.395 171.221 191.596 93,38 522.209 86,40 147.995 86,44
27 Sulawesi Tenggara 62.206 200.463 42.786 38.574 62,01 130.994 65,35 34.673 81,04
28 Gorontalo 21.494 89.690 26.296 16.658 77,50 71.111 79,29 21.964 83,53
29 Sulawesi Barat 36.479 103.581 26.251 33.365 91,46 85.482 82,53 18.981 72,31
30 Maluku 70.408 180.861 37.891 32.689 46,43 68.330 37,78 26.134 68,97
31 Maluku Utara 34.788 110.867 24.409 20.608 59,24 58.104 52,41 14.599 59,81
32 Papua Barat 14.424 53.660 17.853 10.319 71,54 18.207 33,93 7.104 39,79
33 Papua 92.430 212.515 57.260 41.004 44,36 65.330 30,74 7.848 13,71
6.394.086 18.515.058 3.997.381 5.225.436 81,72 15.068.779 81,39 2.896.645 72,46
Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
INDONESIA
No Provinsi Anak Balita 12-59 bulan
Ibu Nifas
Ibu Nifas
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA DAN IBU NIFAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Balita
Sasaran Cakupan Vitamin A
Bayi 6-11 bulan
Lampiran 4.21

Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 109.510 92.198 84,19
2 Sumatera Utara 684.701 486.146 71,00
3 Sumatera Barat 113.882 88.557 77,76
4 Riau 140.049 128.713 91,91
5 Jambi 82.100 59.421 72,38
6 Sumatera Selatan 188.839 119.603 63,34
7 Bengkulu 48.834 37.694 77,19
8 Lampung 166.002 129.713 78,14
9 Kepulauan Bangka Belitung 27.571 25.944 94,10
10 Kepulauan Riau 44.803 30.084 67,15
11 DKI Jakarta 159.281 128.151 80,46
12 Jawa Barat 1.054.741 865.560 82,06
13 Jawa Tengah 536.228 421.632 78,63
14 DI Yogyakarta 45.751 39.096 85,45
15 Jawa Timur 665.150 325.848 48,99
16 Banten 231.382 183.658 79,37
17 Bali 68.193 61.375 90,00
18 Nusa Tenggara Barat 117.285 98.393 83,89
19 Nusa Tenggara Timur 126.510 83.458 65,97
20 Kalimantan Barat 103.782 82.025 79,04
21 Kalimantan Tengah 53.752 23.050 42,88
22 Kalimantan Selatan 77.336 66.842 86,43
23 Kalimantan Timur 84.273 58.631 69,57
24 Sulawesi Utara 42.730 35.445 82,95
25 Sulawesi Tengah 58.513 39.586 67,65
26 Sulawesi Selatan 184.312 64.509 35,00
27 Sulawesi Tenggara 58.736 40.469 68,90
28 Gorontalo 27.099 14.683 54,18
29 Sulawesi Barat 27.342 17.152 62,73
30 Maluku 39.587 19.687 49,73
31 Maluku Utara 25.704 8.312 32,34
32 Papua Barat 18.265 5.096 27,90
33 Papua 60.176 13.583 22,57
5.472.419 3.894.314 71,16
Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI
Indonesia
CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi Jumlah Ibu Hamil
Ibu Hamil mendapat Fe3
(1) (2) (3)
1 Aceh 66,2
2 Sumatera Utara 53,7
3 Sumatera Barat 71,6
4 Riau 58,9
5 Jambi 63,7
6 Sumatera Selatan 55,7
7 Bengkulu 65,4
8 Lampung 65,5
9 Bangka Belitung 81,4
10 Kepulauan Riau 67,3
11 DKI Jakarta 72,9
12 Jawa Barat 75,7
13 Jawa Tengah 78,6
14 DI Yogyakarta 91,1
15 Jawa Timur 78,7
16 Banten 69,3
17 Bali 58,5
18 Nusa Tenggara Barat 70,7
19 Nusa Tenggara Timur 62,3
20 Kalimantan Barat 50,9
21 Kalimantan Tengah 59,7
22 Kalimantan Selatan 70,1
23 Kalimantan Timur 72,7
24 Sulawesi Utara 74,3
25 Sulawesi Tengah 53,5
26 Sulawesi Selatan 69,9
27 Sulawesi Tenggara 61,3
28 Gorontalo 68,9
29 Sulawesi Barat 53,5
30 Maluku 50,4
31 Maluku Utara 49,6
32 Papua Barat 49,3
33 Papua 55
Indonesia 69,8
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 4.22
PERSENTASE ANAK UMUR 6-59 BULAN YANG MENERIMA KAPSUL VITAMIN A
SELAMA ENAM BULAN TERAKHIR MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
No Provinsi Menerima Kapsul Vitamin A
Lampiran 4.23
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KECUKUPAN KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN
RISKESDAS 2010
Rata-rata SD SD < 70% Rata-rata SD < 80%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 83,4 28,3 39,6 120,2 62,6 25,6
2 Sumatera Utara 83,2 30,1 43,4 129,6 74,0 21,4
3 Sumatera Barat 90,6 31,8 31,0 114,5 56,0 28,5
4 Riau 83,9 28,8 39,3 116,5 64,1 30,8
5 Jambi 90,0 32,6 33,9 121,6 65,2 25,8
6 Sumatera Selatan 80,2 26,7 45,4 97,6 48,2 42,4
7 Bengkulu 82,5 29,0 42,3 101,1 46,9 36,5
8 Lampung 82,6 28,9 43,3 96,3 49,6 44,7
9 Kepulauan Bangka Belitung 84,8 28,0 37,1 131,2 62,2 18,0
10 Kepulauan Riau 88,8 31,7 32,2 121,7 59,0 23,5
11 DKI Jakarta 84,9 30,2 39,9 112,8 68,3 30,7
12 Jawa Barat 80,7 26,9 44,3 98,5 48,7 41,9
13 Jawa Tengah 81,3 28,1 44,3 95,6 47,8 44,5
14 DI Yogyakarta 81,7 26,9 40,9 95,2 45,6 43,7
15 Jawa Timur 87,5 31,7 36,8 104,9 57,5 37,5
16 Banten 88,2 30,6 34,2 111,7 58,2 31,6
17 Bali 91,2 31,2 30,9 121,9 70,7 27,4
18 Nusa Tenggara Barat 80,7 27,9 46,7 103,6 52,4 36,6
19 Nusa Tenggara Timur 87,1 32,7 38,4 89,1 57,7 56,0
20 Kalimantan Barat 83,1 30,3 43,7 102,7 56,3 41,2
21 Kalimantan Tengah 87,4 32,5 39,0 108,1 53,2 33,7
22 Kalimantan Selatan 85,1 30,5 39,3 116,4 60,8 28,0
23 Kalimantan Timur 84,0 30,0 41,3 114,9 57,1 30,2
24 Sulawesi Utara 90,9 34,4 35,7 115,8 58,6 30,7
25 Sulawesi Tengah 86,5 32,7 40,6 104,1 61,6 42,3
26 Sulawesi Selatan 83,3 29,9 43,4 121,9 66,4 27,2
27 Sulawesi Tenggara 84,8 32,9 45,5 114,2 70,8 31,9
28 Gorontalo 86,6 32,8 40,4 113,6 59,5 27,7
29 Sulawesi Barat 82,3 30,1 46,7 110,4 57,1 32,5
30 Maluku 84,7 29,2 38,4 91,8 46,0 47,8
31 Maluku Utara 85,4 32,1 41,9 91,4 52,4 49,0
32 Papua Barat 82,9 29,5 42,8 110,2 72,4 36,3
33 Papua 83,6 28,9 39,7 96,3 52,8 46,1
84,2 29,7 40,7 105,8 57,4 37,0
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia)
Konsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 persen berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia)
SD = Standard Deviasi
Energi Protein
Indonesia
No Provinsi
Lampiran 4.24
Jumlah Desa Desa UCI % Jumlah Desa Desa UCI % Jumlah Desa Desa UCI %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 6.483 1.841 28,40 6.436 2.444 37,97 6.471 3.408 52,67
2 Sumatera Utara 5.772 4.079 70,67 5.978 4.150 69,42 5.771 3.997 69,26
3 Sumatera Barat 3.380 2.297 67,96 3.437 3.284 95,55 3.437 3.335 97,03
4 Riau 1.559 1.171 75,11 1.642 935 56,94 1.642 925 56,33
5 Jambi 1.271 1.095 86,15 1.329 1.116 83,97 1.363 1.215 89,14
6 Sumatera Selatan 251 235 93,63 3.103 2.559 82,47 3.108 2.637 84,85
7 Bengkulu 1.325 1.054 79,55 1.461 1.114 76,25 1.463 1.143 78,13
8 Lampung 2.310 1.511 65,41 2.247 1.008 44,86 2.401 2.048 85,30
9 Kep. Bangka Belitung 36 31 82,98 346 311 89,88 359 329 91,64
10 Kepulauan Riau 317 222 65,55 333 222 66,67 351 223 63,53
11 DKI Jakarta 282 234 86,83 267 267 100,00 267 265 99,25
12 Jawa Barat 6.000 3.933 94,52 5.877 4.754 80,89 5.880 4.858 82,62
13 Jawa Tengah 8.560 7.433 75,05 8.559 7.886 92,14 8.287 7.791 94,01
14 DI Yogyakarta 438 414 69,54 438 432 98,63 438 438 100,00
15 Jawa Timur 1.407 1.056 71,77 8.505 6.842 80,45 8.507 6.453 75,86
16 Banten 1.504 875 72,21 1.454 986 67,81 1.510 1.238 81,99
17 Bali 707 705 76,95 715 712 99,58 716 714 99,72
18 Nusa Tenggara Barat 885 793 76,38 897 823 91,75 911 844 92,65
19 Nusa Tenggara Timur 2.813 1.968 74,72 2.813 2.194 78,00 2.817 1.916 68,02
20 Kalimantan Barat 1.520 1.057 81,78 1.858 1.161 62,49 1.873 1.134 60,54
21 Kalimantan Tengah 1.456 1.045 65,86 1.479 1.012 68,42 1.492 1.160 77,75
22 Kalimantan Selatan 1.965 1.419 99,72 1.958 1.377 70,33 1.983 1.382 69,69
23 Kalimantan Timur 1.410 1.085 89,60 1.417 828 58,43 1.417 895 63,16
24 Sulawesi Utara 1.435 1.096 69,96 1.546 1.097 70,96 1.395 898 64,37
25 Sulawesi Tengah 1.634 1.221 53,51 1.710 1.189 69,53 1.778 1.063 59,79
26 Sulawesi Selatan 2.898 2.370 21,30 2.941 2.459 83,61 2.947 2.420 82,12
27 Sulawesi Tenggara 1.939 1.277 58,18 1.989 768 38,61 2.028 1.422 70,12
28 Gorontalo 601 371 49,22 606 399 65,84 622 382 61,41
29 Sulawesi Barat 543 196 61,73 558 235 42,11 604 396 65,56
30 Maluku 1.069 572 86,11 893 579 64,84 953 696 73,03
31 Maluku Utara 967 476 14,35 967 499 51,60 1.033 523 50,63
32 Papua Barat 683 98 70,03 1.253 265 21,15 1.106 443 40,05
33 Papua 2.361 503 36,10 3.380 782 23,14 1.060 635 59,91
65.781 43.733 66,48 78.392 54.689 69,76 75.990 57.226 75,31
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI
Indonesia
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008 - 2010
No Provinsi
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Lampiran 4.25
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 105.179 93.664 89,05 59.632 56,70 92.694 88,13 86.627 82,36 89.359 84,96 85.442 81,23
2 Sumatera Utara 318.459 303.553 95,32 203.697 63,96 307.235 96,48 292.467 91,84 296.251 93,03 297.046 93,28
3 Sumatera Barat 105.391 90.753 86,11 63.821 60,56 91.809 87,11 85.987 81,59 84.243 79,93 82.529 78,31
4 Riau 133.569 124.549 93,25 79.821 59,76 126.276 94,54 123.246 92,27 121.645 91,07 121.565 91,01
5 Jambi 72.531 74.217 102,32 58.543 80,71 75.286 103,80 73.748 101,68 73.893 101,88 75.281 103,79
6 Sumatera Selatan 175.904 173.409 98,58 117.888 67,02 177.104 100,68 173.739 98,77 172.289 97,94 171.987 97,77
7 Bengkulu 41.010 40.154 97,91 27.341 66,67 40.788 99,46 39.014 95,13 38.437 93,73 40.437 98,60
8 Lampung 167.091 156.940 93,92 112.440 67,29 159.590 95,51 158.485 94,85 152.308 91,15 156.548 93,69
9 Kep. Bangka Belitung 22.520 24.857 110,38 22.657 100,61 25.027 111,13 24.094 106,99 23.893 106,10 24.662 109,51
10 Kepulauan Riau 39.936 37.320 93,45 29.560 74,02 39.631 99,24 38.934 97,49 37.511 93,93 38.479 96,35
11 DKI Jakarta 166.834 177.467 106,37 123.448 73,99 179.255 107,45 175.952 105,47 177.050 106,12 165.314 99,09
12 Jawa Barat 939.420 946.038 100,70 783.953 83,45 941.049 100,17 917.853 97,70 883.117 94,01 892.652 95,02
13 Jawa Tengah 579.053 581.099 100,35 546.932 94,45 579.205 100,03 568.389 98,16 550.622 95,09 557.971 96,36
14 DI Yogyakarta 43.625 44.801 102,70 41.785 95,78 43.859 100,54 43.059 98,70 42.779 98,06 43.662 100,08
15 Jawa Timur 595.104 608.000 102,17 537.270 90,28 609.766 102,46 595.019 99,99 590.937 99,30 580.727 97,58
16 Banten 209.167 203.130 97,11 164.852 78,81 208.732 99,79 199.881 95,56 201.122 96,15 201.338 96,26
17 Bali 62.006 62.120 100,18 59.338 95,70 63.632 102,62 61.407 99,03 61.458 99,12 61.787 99,65
18 Nusa Tenggara Barat 105.250 109.449 103,99 101.844 96,76 113.920 108,24 111.832 106,25 111.754 106,18 109.061 103,62
19 Nusa Tenggara Timur 128.907 103.083 79,97 59.188 45,92 105.257 81,65 100.131 77,68 100.165 77,70 102.613 79,60
20 Kalimantan Barat 101.397 91.280 90,02 51.390 50,68 92.410 91,14 87.810 86,60 85.818 84,64 86.394 85,20
21 Kalimantan Tengah 46.459 46.419 99,91 20.640 44,43 46.050 99,12 44.182 95,10 43.390 93,39 44.254 95,25
22 Kalimantan Selatan 70.725 65.503 92,62 40.414 57,14 64.999 91,90 61.241 86,59 60.886 86,09 60.013 84,85
23 Kalimantan Timur 76.422 71.411 93,44 49.306 64,52 72.981 95,50 69.814 91,35 67.880 88,82 68.743 89,95
24 Sulawesi Utara 46.587 43.094 92,50 24.633 52,88 41.914 89,97 39.381 84,53 41.013 88,04 39.554 84,90
25 Sulawesi Tengah 53.890 50.175 93,11 28.223 52,37 49.667 92,16 46.741 86,73 47.236 87,65 45.972 85,31
26 Sulawesi Selatan 166.454 161.026 96,74 132.135 79,38 163.040 97,95 157.507 94,62 157.844 94,83 155.115 93,19
27 Sulawesi Tenggara 52.338 51.100 97,63 18.047 34,48 49.186 93,98 43.866 83,81 43.546 83,20 43.711 83,52
28 Gorontalo 26.465 25.310 95,64 19.073 72,07 24.996 94,45 24.764 93,57 24.977 94,38 23.822 90,01
29 Sulawesi Barat 24.766 22.845 92,24 12.283 49,60 23.160 93,52 21.754 87,84 22.412 90,50 22.694 91,63
30 Maluku 38.106 32.679 85,76 14.944 39,22 34.097 89,48 31.403 82,41 31.286 82,10 31.996 83,97
31 Maluku Utara 23.581 20.667 87,64 9.239 39,18 21.848 92,65 20.445 86,70 20.432 86,65 19.959 84,64
32 Papua Barat 18.943 13.862 73,18 6.121 32,31 14.646 77,32 12.760 67,36 12.189 64,35 12.945 68,34
33 Papua 50.454 37.260 73,85 16.775 33,25 39.926 79,13 32.723 64,86 31.245 61,93 36.183 71,71
4.807.543 4.687.234 97,50 3.637.233 75,66 4.719.035 98,16 4.564.255 94,94 4.498.987 93,58 4.500.456 93,61
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI
POLIO4 CAMPAK
Indonesia
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi Sasaran
Imunisasi pada Bayi
BCG HB0 DPT/HB(1) DPT/HB(3)
Lampiran 4.26
PERSENTASE ANAK UMUR 12-23 BULAN YANG MENDAPATKAN IMUNISASI DASAR MENURUT PROVINSI,
RISKESDAS 2010
BCG Polio 4 DPT-HB3 Campak
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 57,3 52,4 40,2 62,2
2 Sumatera Utara 56,9 49,6 43,5 58,1
3 Sumatera Barat 71,8 63,5 51,0 66,3
4 Riau 63,3 53,9 50,0 61,7
5 Jambi 78,6 72,9 65,7 72,5
6 Sumatera Selatan 72,1 57,4 53,9 73,6
7 Bengkulu 74,2 62,1 51,6 73,3
8 Lampung 80,6 77,4 72,9 83,5
9 Bangka Belitung 87,1 77,4 72,4 76,7
10 Kepulauan Riau 89,7 84,6 79,5 92,1
11 DKI Jakarta 89,3 68,6 62,5 76,7
12 Jawa Barat 80,9 67,2 61,4 72,8
13 Jawa Tengah 90,1 80,2 77,5 86,2
14 DI Yogyakarta 100,0 96,4 96,4 96,4
15 Jawa Timur 83,0 77,3 74,2 81,6
16 Banten 76,3 64,5 57,7 69,3
17 Bali 83,6 78,6 72,7 83,6
18 Nusa Tenggara Barat 90,1 70,3 69,2 87,0
19 Nusa Tenggara Timur 75,2 45,3 41,9 76,1
20 Kalimantan Barat 63,9 58,3 57,7 60,4
21 Kalimantan Tengah 81,0 64,3 62,8 83,3
22 Kalimantan Selatan 76,3 67,1 60,0 70,0
23 Kalimantan Timur 83,3 73,1 70,5 80,8
24 Sulawesi Utara 86,7 73,3 70,0 90,0
25 Sulawesi Tengah 60,0 49,2 44,6 62,1
26 Sulawesi Selatan 77,6 65,2 57,8 77,0
27 Sulawesi Tenggara 65,3 50,0 44,9 66,7
28 Gorontalo 72,7 56,5 52,2 68,2
29 Sulawesi Barat 60,7 46,4 35,7 57,1
30 Maluku 76,7 58,6 56,7 63,3
31 Maluku Utara 64,3 55,2 57,1 65,5
32 Papua Barat 65,2 50,0 45,5 73,9
33 Papua 53,6 40,5 36,5 47,1
Indonesia 77,9 66,7 61,9 74,4
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
No Provinsi
Jenis Imunisasi Dasar
Lengkap Tidak Lengkap Tidak Imunisasi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 37,0 42,0 21,0
2 Sumatera Utara 33,3 43,1 23,6
3 Sumatera Barat 48,1 32,7 19,2
4 Riau 37,5 37,5 25,0
5 Jambi 60,9 20,3 18,8
6 Sumatera Selatan 44,7 39,7 15,6
7 Bengkulu 46,7 36,7 16,7
8 Lampung 65,4 25,6 9,0
9 Bangka Belitung 60,0 26,7 13,3
10 Kepulauan Riau 74,4 20,5 5,1
11 DKI Jakarta 53,2 41,1 5,7
12 Jawa Barat 52,3 37,2 10,4
13 Jawa Tengah 69,0 27,3 3,8
14 DI Yogyakarta 91,1 8,9 0,0
15 Jawa Timur 66,0 25,8 8,2
16 Banten 48,8 38,6 12,6
17 Bali 66,1 28,6 5,4
18 Nusa Tenggara Barat 62,6 34,1 3,3
19 Nusa Tenggara Timur 33,3 53,0 13,7
20 Kalimantan Barat 52,1 19,8 28,1
21 Kalimantan Tengah 54,8 33,3 11,9
22 Kalimantan Selatan 52,5 27,5 20,0
23 Kalimantan Timur 64,1 25,6 10,3
24 Sulawesi Utara 65,5 31,0 3,4
25 Sulawesi Tengah 35,4 38,5 26,2
26 Sulawesi Selatan 50,9 38,5 10,6
27 Sulawesi Tenggara 37,5 41,7 20,8
28 Gorontalo 54,5 22,7 22,7
29 Sulawesi Barat 32,1 39,3 28,6
30 Maluku 46,7 36,7 16,7
31 Maluku Utara 44,8 27,6 27,6
32 Papua Barat 39,1 43,5 17,4
33 Papua 28,2 36,5 35,3
Indonesia 53,8 33,5 12,7
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Lampiran 4.27
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
No Provinsi
Kelengkapan Imunisasi Dasar
PERSENTASE ANAK UMUR 12-23 BULAN YANG MENDAPATKAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
Lampiran 4.28
DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI
DPT-HB1-Campak DPT-HB1 - DPT-HB3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 21,6 13,2 6,7 7,8 6,5
2 Sumatera Utara 1,3 4,4 5,3 3,3 4,8
3 Sumatera Barat 15,0 7,8 8,9 10,1 6,3
4 Riau 7,2 6,8 7,8 3,7 2,4
5 Jambi 7,8 5,5 3,6 0,0 2,0
6 Sumatera Selatan 6,9 4,7 5,8 2,9 1,9
7 Bengkulu 17,8 4,9 3,0 0,9 4,3
8 Lampung (1,1) 2,7 9,1 1,9 0,7
9 Kepulauan Bangka Belitung 4,0 7,3 3,9 1,5 3,7
10 Kepulauan Riau 10,7 9,6 5,5 2,9 1,8
11 DKI Jakarta 0,6 8,2 6,9 7,8 1,8
12 Jawa Barat 5,7 4,7 4,3 5,1 2,5
13 Jawa Tengah 4,3 3,2 4,2 3,7 1,9
14 DI Yogyakarta (0,8) (0.8) (1,0) 0,4 1,8
15 Jawa Timur 5,9 4,3 4,3 4,8 2,4
16 Banten 1,4 5,4 6,2 3,5 4,2
17 Bali 4,5 10,8 2,1 2,9 3,5
18 Nusa Tenggara Barat 4,0 3,1 4,0 4,3 1,8
19 Nusa Tenggara Timur 22,7 11,6 1,2 2,5 4,9
20 Kalimantan Barat 13,1 5,1 8,3 6,5 5,0
21 Kalimantan Tengah 3,3 5,4 5,5 3,9 4,1
22 Kalimantan Selatan 7,0 6,1 5,7 7,7 5,8
23 Kalimantan Timur 4,3 7,8 7,3 5,8 4,3
24 Sulawesi Utara 10,6 4,5 4,3 5,6 6,0
25 Sulawesi Tengah 11,0 8,2 7,0 7,4 5,9
26 Sulawesi Selatan 4,2 5,4 4,1 4,9 3,4
27 Sulawesi Tenggara 5,8 6,4 9,5 11,1 10,8
28 Gorontalo 6,8 7,1 2,8 4,7 0,9
29 Sulawesi Barat (1.5) 9,8 12,2 2,0 6,1
30 Maluku 3,4 8,6 15,8 6,2 7,9
31 Maluku Utara 7,2 13,9 3,3 8,6 6,4
32 Papua Barat 19,8 19,9 6,3 11,6 12,9
33 Papua 21,6 13,8 3,8 9,4 18,0
6,1 5,4 5,2 4,6 3,3
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI
TAHUN 2007 - 2010
Indonesia
No Provinsi
Tahun
2010
2007 2008 2009
Lampiran 4.29
CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
PER PROVINSI, 2010 MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 KLS. 2+3 JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 ACEH 105.472 104.126 105.230 209.356 79.515 75,4 91.427 86,7 92.291 88,6 96.062 91,3 188.353 90,0
2 SUMATERA UTARA 330.560 310.253 301.857 612.110 258.895 78,3 321.870 97,4 302.964 97,7 295.826 98,0 598.790 97,8
3 SUMATERA BARAT 121.345 120.994 114.132 235.126 107.656 88,7 111.825 93,0 120.121 99,3 104.292 91,4 224.413 95,4
4 RIAU 151.637 142.224 137.546 417.147 127.561 84,1 132.204 87,2 129.052 90,7 122.314 88,9 242.144 58,0
5 JAMBI 78.754 74.144 70.967 145.111 75.430 95,8 75.441 95,8 71.487 96,4 69.263 97,6 140.750 97,0
6 SUMATERA SELATAN 190.466 175.603 167.207 342.810 183.965 96,6 178.769 93,9 171.308 97,6 163.046 97,5 74.563 21,8
7 BENGKULU 44.066 40.132 38.882 79.014 37.306 84,7 37.003 84,5 34.717 86,5 33.191 85,4 67.908 85,9
8 LAMPUNG 177.332 172.917 171.076 343.993 170.193 96,0 165.573 93,4 161.593 93,5 160.160 93,6 321.753 93,5
9 BANGKA BELITUNG 29.243 25.536 25.375 50.911 28.152 96,3 25.776 88,1 24.499 95,9 24.150 95,2 48.649 95,6
10 KEPULAUAN RIAU 37.895 34.395 33.281 67.676 33.424 88,2 34.676 91,5 31.185 90,7 30.045 90,3 61.230 90,5
11 DKI JAKARTA 166.546 - - - 152.050 91,3 - - - - - - - -
12 JAWA BARAT 865.838 810.923 781.846 1.592.769 802.171 92,6 790.536 92,8 625.771 77,2 597.550 76,4 1.223.322 76,8
13 JAWA TENGAH 599.206 - - 1.230.909 590.448 98,5 603.500 98,4 - - - - 1.233.092 100,2
14 D.I. YOGYAKARTA 51.293 51.906 53.458 105.364 49.912 97,3 51.103 99,6 52.873 101,9 52.461 98,1 105.334 100,0
15 JAWA TIMUR 676.896 662.714 658.368 1.321.082 626.598 92,6 627.924 92,8 618.040 93,3 608.268 92,4 1.226.308 92,8
16 BANTEN 238.340 210.970 206.348 417.318 221.417 92,9 222.335 93,3 191.987 91,0 214.143 103,8 406.130 97,3
17 BALI 73.671 74.552 73.993 148.545 73.258 99,4 74.548 101,2 73.974 99,2 73.347 99,1 147.321 99,2
18 NUSA TENGGARA BARAT 112.601 104.961 104.497 209.458 107.940 95,9 108.652 96,5 101.225 96,4 100.705 96,4 201.930 96,4
19 NUSA TENGGARA TIMUR 247.956 - - 460.491 178.535 72,0 204.496 82,5 - - - - 276.366 60,0
20 KALIMANTAN BARAT 133.614 118.127 111.717 229.844 123.282 92,3 115.560 86,5 111.618 94,5 105.063 94,0 216.681 94,3
21 KALIMANTAN TENGAH 25.226 23.710 22.586 46.296 18.438 73,1 24.070 93,7 22.537 95,1 21.374 94,6 43.911 94,8
22 KALIMANTAN SELATAN 89.771 - - - 85.679 95,4 - - - - - - - -
23 KALIMANTAN TIMUR 81.700 75.175 73.460 148.635 74.019 90,6 75.828 92,8 70.581 93,9 68.367 93,1 138.948 93,5
24 SULAWESI UTARA 28.901 27.930 28.248 56.178 26.894 93,1 26.571 91,9 26.013 93,1 26.111 92,4 52.124 92,8
25 SULAWESI TENGAH 53.821 48.572 47.622 96.194 44.982 83,6 49.979 92,9 39.033 80,4 43.266 90,9 82.299 85,6
26 SULAWESI SELATAN 185.490 186.342 179.417 365.759 161.088 86,8 171.245 92,3 172.178 92,4 165.829 92,4 324.997 88,9
27 SULAWESI TENGGARA 67.487 44.738 42.496 87.234 67.608 100,2 67.715 100,3 44.672 99,9 43.500 102,4 88.172 101,1
28 GORONTALO 16.963 17.539 19.173 36.712 7.854 46,3 14.595 86,0 15.628 89,1 17.707 92,4 33.335 90,8
29 SULAWESI BARAT 35.474 33.513 68.987 - - 29.211 79,6 28.349 79,9 26.621 79,4 54.970 79,7
30 MALUKU 27.199 16.468 16.734 33.202 16.412 60,3 25.028 92,0 15.444 93,8 15.657 93,6 31.101 93,7
31 MALUKU UTARA 22.458 18.781 18.138 36.919 18.989 84,6 18.468 82,2 16.195 86,2 15.553 85,7 31.748 86,0
32 PAPUA BARAT - - - - - - - - - - - - - -
33 PAPUA - - - - - - - - - - - - - -
INDONESIA 5.031.747 3.729.206 3.637.167 9.195.150 4.549.671 90,4 3.995.588 83,7 2.910.451 78,0 2.844.043 78,2 6.981.930 75,9
Sumber: Ditjen PPPL
TT (KELAS 2+3)
NO KABUPATEN/KOTA
SASARAN CAMPAK (KELAS 1) DT (KELAS 1) TT (KELAS 2) TT (KELAS 3)
Lampiran 4.30
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 113.107 48.074 42,50 45.264 40,02 19.079 16,87 12.908 11,41 11.986 10,60 89.237 78,90
2 Sumatera Utara 349.352 101.542 29,07 100.267 28,70 47.379 13,56 33.792 9,67 27.350 7,83 208.788 59,76
3 Sumatera Barat 113.857 37.277 32,74 35.661 31,32 16.920 14,86 14.841 13,03 10.587 9,30 78.009 68,51
4 Riau 149.188 37.210 24,94 38.417 25,75 28.703 19,24 26.897 18,03 24.705 16,56 118.722 79,58
5 Jambi 79.735 55.492 69,60 47.783 59,93 10.292 12,91 2.283 2,86 1.007 1,26 61.365 76,96
6 Sumatera Selatan 190.512 161.730 84,89 153.454 80,55 0 0,00 0 0,00 0 0,00 153.454 80,55
7 Bengkulu 41.316 33.966 82,21 32.140 77,79 470 1,14 341 0,83 426 1,03 33.377 80,78
8 Lampung 180.530 54.863 30,39 54.620 30,26 22.954 12,71 19.858 11,00 16.487 9,13 113.919 63,10
9 Kep. Bangka Belitung 28.109 8.740 31,09 8.521 30,31 4.734 16,84 3.265 11,62 2.319 8,25 18.839 67,02
10 Kepulauan Riau 49.096 18.894 38,48 15.771 32,12 5.100 10,39 3.688 7,51 3.458 7,04 28.017 57,07
11 DKI Jakarta 95.858 39.239 40,93 35.370 36,90 732 0,76 0 0,00 0 0,00 36.102 37,66
12 Jawa Barat 1.033.362 828.546 80,18 757.088 73,26 82.853 8,02 50.115 4,85 40.769 3,95 930.825 90,08
13 Jawa Tengah 721.796 208.188 28,84 208.540 28,89 127.151 17,62 105.279 14,59 87.001 12,05 527.971 73,15
14 DI Yogyakarta 47.909 12.465 26,02 12.087 25,23 9.242 19,29 6.192 12,92 4.359 9,10 31.880 66,54
15 Jawa Timur 653.446 25.089 3,84 25.697 3,93 33.954 5,20 54.773 8,38 66.189 10,13 180.614 27,64
16 Banten 230.637 142.342 61,72 128.151 55,56 35.561 15,42 23.525 10,20 19.650 8,52 206.887 89,70
17 Bali 68.119 2.375 3,49 2.030 2,98 4.015 5,89 20.912 30,70 43.503 63,86 70.460 103,44
18 Nusa Tenggara Barat 115.775 104.091 89,91 99.175 85,66 0 0,00 0 0,00 0 0,00 99.175 85,66
19 Nusa Tenggara Timur 136.088 59.717 43,88 43.715 32,12 31.947 23,48 21.950 16,13 17.921 13,17 115.533 84,90
20 Kalimantan Barat 106.277 40.014 37,65 37.907 35,67 12.022 11,31 8.463 7,96 7.878 7,41 66.270 62,36
21 Kalimantan Tengah 51.178 40.599 79,33 36.840 71,98 2.171 4,24 720 1,41 356 0,70 40.087 78,33
22 Kalimantan Selatan 78.362 47.086 60,09 42.796 54,61 4.965 6,34 3.845 4,91 2.790 3,56 54.396 69,42
23 Kalimantan Timur 84.059 24.897 29,62 21.843 25,99 11.179 13,30 7.394 8,80 6.277 7,47 46.693 55,55
24 Sulawesi Utara 49.584 20.000 40,34 17.327 34,94 1.186 2,39 450 0,91 74 0,15 19.037 38,39
25 Sulawesi Tengah 59.764 38.291 64,07 35.571 59,52 403 0,67 183 0,31 112 0,19 36.269 60,69
26 Sulawesi Selatan 184.137 120.133 65,24 105.818 57,47 24.524 13,32 14.005 7,61 8.858 4,81 153.205 83,20
27 Sulawesi Tenggara 58.691 19.864 33,84 22.311 38,02 8.704 14,83 7.033 11,98 6.287 10,71 44.335 75,54
28 Gorontalo 28.762 20.810 72,35 17.570 61,09 3.308 11,50 2.216 7,70 1.500 5,22 24.594 85,51
29 Sulawesi Barat 26.688 19.718 73,88 15.749 59,01 2.013 7,54 1.052 3,94 941 3,53 19.755 74,02
30 Maluku 40.269 18.512 45,97 15.976 39,67 3.677 9,13 2.051 5,09 1.928 4,79 23.632 58,69
31 Maluku Utara 24.173 14.560 60,23 12.878 53,27 2.682 11,10 1.693 7,00 1.697 7,02 18.950 78,39
32 Papua Barat 20.395 4.577 22,44 3.540 17,36 2.101 10,30 1.230 6,03 1.016 4,98 7.886 38,67
33 Papua 55.081 18.506 33,60 16.617 30,17 4.832 8,77 5.212 9,46 1.765 3,20 28.426 51,61
5.265.212 2.427.406 46,10 2.246.494 42,67 564.853 10,73 456.166 8,66 419.196 7,96 3.686.709 70,02
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI
TT5 TT2+
Indonesia
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi
Jumlah Ibu
Hamil
Ibu Hamil Diimunisasi
TT1 TT2 TT3 TT4
Lampiran 4.31
PERSENTASE IBU YANG MENDAPAT SUNTIKAN TT SELAMA KEHAMILAN ANAK TERAKHIR
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2010
1 Kali 2 Kali/lebih Tidak dapat Tidak Tahu
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 18,3 45,8 31,8 4,1
2 Sumatera Utara 13,5 32,2 43,6 10,7
3 Sumatera Barat 22,7 45,3 27,2 4,7
4 Riau 21,4 42,0 31,6 5,0
5 Jambi 21,5 54,9 20,0 3,6
6 Sumatera Selatan 15,5 47,2 32,4 4,9
7 Bengkulu 13,3 62,3 19,2 5,3
8 Lampung 20,4 56,6 15,3 7,7
9 Kep. Bangka Belitung 19,3 54,9 24,0 1,8
10 Kepulauan Riau 28,0 29,5 38,6 3,8
11 DKI Jakarta 26,2 38,3 29,7 5,9
12 Jawa Barat 20,0 55,9 19,9 4,3
13 Jawa Tengah 30,4 47,4 17,8 4,4
14 DI Yogyakarta 38,7 46,6 13,0 1,7
15 Jawa Timur 38,6 22,8 33,9 4,7
16 Banten 23,9 47,5 24,8 3,8
17 Bali 30,1 60,9 7,8 1,2
18 Nusa Tenggara Barat 16,3 68,8 13,9 1,0
19 Nusa Tenggara Timur 26,4 53,3 16,4 3,9
20 Kalimantan Barat 22,1 45,0 28,4 4,5
21 Kalimantan Tengah 13,9 70,4 14,9 0,9
22 Kalimantan Selatan 23,6 54,1 16,6 5,6
23 Kalimantan Timur 30,8 46,7 20,3 2,1
24 Sulawesi Utara 15,3 71,4 9,5 3,8
25 Sulawesi Tengah 22,2 55,2 18,3 4,3
26 Sulawesi Selatan 21,6 60,8 15,3 2,3
27 Sulawesi Tenggara 17,7 64,0 14,0 4,2
28 Gorontalo 23,1 54,1 14,7 8,1
29 Sulawesi Barat 15,4 59,6 21,2 3,8
30 Maluku 14,3 70,4 14,2 1,1
31 Maluku Utara 15,9 60,5 22,0 1,5
32 Papua Barat 12,5 62,1 20,8 4,6
33 Papua 25,2 55,6 13,4 5,8
Indonesia 24,7 47,2 23,6 4,6
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
No Provinsi
Suntikan Tetanus Toksoid (TT) selama kehamilan
Lampiran 4.32
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Aceh 1.029.686 63.874 6,20 56.760 5,51 43.343 4,21 32.461 3,15 27.280 2,65
2 Sumatera Utara 2.548.620 55.419 2,17 53.094 2,08 38.886 1,53 38.870 1,53 52.060 2,04
3 Sumatera Barat 879.158 12.055 1,37 7.961 0,91 9.788 1,11 6.227 0,71 9.278 1,06
4 Riau 1.155.427 9.411 0,81 8.165 0,71 7.892 0,68 4.601 0,40 3.749 0,32
5 Jambi 659.278 18.364 2,79 12.966 1,97 695 0,11 395 0,06 386 0,06
6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - - -
7 Bengkulu 343.528 1.172 0,34 470 0,14 417 0,12 881 0,26 1.173 0,34
8 Lampung 1.753.547 9.564 0,55 10.185 0,58 8.341 0,48 7.757 0,44 6.896 0,39
9 Kep. Bangka Belitung 249.081 1.423 0,57 1.195 0,48 1.053 0,42 508 0,20 317 0,13
10 Kepulauan Riau 371.356 8.818 2,37 5.748 1,55 2.206 0,59 2.009 0,54 1.778 0,48
11 DKI Jakarta 144.343 16.130 11,17 5.132 3,56 9.828 6,81 35.851 24,84 42.478 29,43
12 Jawa Barat - - - - - - - - - - -
13 Jawa Tengah 5.190.053 200.970 3,87 172.078 3,32 273.552 5,27 325.600 6,27 574.762 11,07
14 DI Yogyakarta - 8.649 - 3.062 - 1.410 - 701 - 122 -
15 Jawa Timur 7.961.408 42.173 0,53 51.003 0,64 114.701 1,44 163.438 2,05 265.119 3,33
16 Banten 1.981.063 23.564 1,19 23.637 1,19 28.189 1,42 25.587 1,29 30.015 1,52
17 Bali 625.466 123 0,02 244 0,04 1.584 0,25 6.208 0,99 10.162 1,62
18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur - - - - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat 855.215 20.467 2,39 20.760 2,43 20.520 2,40 21.527 2,52 25.206 2,95
21 Kalimantan Tengah 425.665 5.973 1,40 3.634 0,85 1.053 0,25 944 0,22 1.070 0,25
22 Kalimantan Selatan 657.888 37.187 5,65 25.315 3,85 2.179 0,33 1.625 0,25 1.084 0,16
23 Kalimantan Timur 691.492 11.579 1,67 10.372 1,50 10.068 1,46 7.700 1,11 7.275 1,05
24 Sulawesi Utara 443.497 1.529 0,34 545 0,12 143 0,03 41 0,01 16 0,00
25 Sulawesi Tengah 538.665 3.778 0,70 3.441 0,64 4.293 0,80 4.977 0,92 9.119 1,69
26 Sulawesi Selatan 1.534.561 12.385 0,81 6.122 0,40 5.418 0,35 3.749 0,24 2.484 0,16
27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - -
28 Gorontalo 218.952 5.641 2,58 4.154 1,90 3.354 1,53 2.116 0,97 1.789 0,82
29 Sulawesi Barat 214.771 356 0,17 584 0,27 224 0,10 141 0,07 90 0,04
30 Maluku 321.544 8.549 2,66 7.094 2,21 4.912 1,53 3.540 1,10 3.318 1,03
31 Maluku Utara 217.520 7.883 3,62 3.776 1,74 4.794 2,20 3.643 1,67 2.567 1,18
32 Papua Barat 124.700 1.269 1,02 1.111 0,89 1.065 0,85 1.572 1,26 676 0,54
33 Papua 583.594 2.786 0,48 1.510 0,26 912 0,16 554 0,09 435 0,07
31.720.078 591.091 1,84 500.118 1,57 600.820 1,89 703.224 2,21 1.080.704 3,41
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI
TT3 TT4 TT5
Indonesia
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi Jumlah WUS
Wanita Usia Subur Diimunisasi
TT1 TT2
Lampiran 4.33
Semua Kasus BTA Pos Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 3.966 3.065 2.681 87,47 172 5,61 2.853 93,08
2 Sumatera Utara 16.815 13.897 12.984 93,43 367 2,64 13.351 96,07
3 Sumatera Barat 5.482 3.732 2.950 79,05 351 9,41 3.301 88,45
4 Riau 4.325 2.880 1.840 63,89 572 19,86 2.412 83,75
5 Jambi 3.291 2.745 2.458 89,54 127 4,63 2.585 94,17
6 Sumatera Selatan 7.779 5.181 4.641 89,58 284 5,48 4.925 95,06
7 Bengkulu 1.941 1.588 1.371 86,34 135 8,50 1.506 94,84
8 Lampung 7.266 4.943 4.284 86,67 323 6,53 4.607 93,20
9 Kep. Bangka Belitung 1.229 951 837 88,01 20 2,10 857 90,12
10 Kepulauan Riau 1.695 784 471 60,08 172 21,94 643 82,02
11 DKI Jakarta 25.074 7.989 5.749 71,96 1.108 13,87 6.857 85,83
12 Jawa Barat 61.964 31.433 27.153 86,38 1.813 5,77 28.966 92,15
13 Jawa Tengah 34.671 16.906 14.365 84,97 926 5,48 15.291 90,45
14 DI Yogyakarta 2.345 1.155 893 77,32 79 6,84 972 84,16
15 Jawa Timur 38.010 22.598 19.165 84,81 1.293 5,72 20.458 90,53
16 Banten 15.629 8.134 7.031 86,44 560 6,88 7.591 93,32
17 Bali 3.227 1.517 1.154 76,07 186 12,26 1.340 88,33
18 Nusa Tenggara Barat 5.346 3.089 2.436 78,86 472 15,28 2.908 94,14
19 Nusa Tenggara Timur 5.302 3.369 2.634 78,18 467 13,86 3.101 92,05
20 Kalimantan Barat 5.499 4.156 3.733 89,82 128 3,08 3.861 92,90
21 Kalimantan Tengah 2.090 1.339 1.116 83,35 153 11,43 1.269 94,77
22 Kalimantan Selatan 4.609 2.891 2.587 89,48 127 4,39 2.714 93,88
23 Kalimantan Timur 3.694 2.065 1.407 68,14 355 17,19 1.762 85,33
24 Sulawesi Utara 4.989 3.988 3.596 90,17 237 5,94 3.833 96,11
25 Sulawesi Tengah 2.397 1.918 1.689 88,06 111 5,79 1.800 93,85
26 Sulawesi Selatan 8.223 6.428 5.615 87,35 163 2,54 5.778 89,89
27 Sulawesi Tenggara 2.663 2.296 1.920 83,62 246 10,71 2.166 94,34
28 Gorontalo 1.620 1.370 1.117 81,53 191 13,94 1.308 95,47
29 Sulawesi Barat 1.179 942 809 85,88 61 6,48 870 92,36
30 Maluku 2.702 2.014 1.530 75,97 421 20,90 1.951 96,87
31 Maluku Utara 1.096 708 392 55,37 207 29,24 599 84,60
32 Papua Barat 1.559 638 224 35,11 84 13,17 308 48,28
33 Papua 7.054 2.504 1.146 45,77 405 16,17 1.551 61,94
294.731 169.213 141.978 83,90 12.316 7,28 154.294 91,18
Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2010
Pengobatan Lengkap
Sembuh &
Pengobatan
Lengkap
DAN SUCCES RATE (HASIL PENGOBATAN PENYAKIT TB TAHUN 2009) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP
Success
Rate (%)
INDONESIA
No. Provinsi
Cakupan TB 2010 Sembuh
Lampiran 4.34
PERSENTASE PENDERITA TB (D) YANG TELAH MENYELESAIKAN PENGOBATAN DENGAN OAT* PER PROVINSI,
RISKESDAS 2010
Selesai > 6 Bln
Sedang Dalam
Pengobatan
Berobat Tidak
Lengkap < 5 Bln
Tidak Minum Obat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 52,8 23,0 18,2 5,9
2 Sumatera Utara 61,7 31,3 7,1 0,0
3 Sumatera Barat 63,1 14,1 17,8 5,0
4 Riau 67,4 25,9 6,6 0,0
5 Jambi 24,9 37,1 32,8 5,2
6 Sumatera Selatan 50,6 27,5 21,9 0,0
7 Bengkulu 62,5 15,0 22,6 0,0
8 Lampung 66,7 12,8 20,5 0,0
9 Kep. Bangka Belitung 88,3 0,0 11,7 0,0
10 Kepulauan Riau 73,8 17,8 0,0 8,5
11 DKI Jakarta 62,9 19,8 17,3 0,0
12 Jawa Barat 57,1 19,0 23,3 0,6
13 Jawa Tengah 52,5 16,5 26,2 4,8
14 DI Yogyakarta 100 0,0 0,0 0,0
15 Jawa Timur 62,2 16,5 17,1 4,3
16 Banten 54,9 21,2 19,3 4,5
17 Bali 69,9 18,9 11,2 0,0
18 Nusa Tenggara Barat 63,5 9,3 24,1 3,1
19 Nusa Tenggara Timur 80,9 6,4 0,0 12,7
20 Kalimantan Barat 46,9 14,9 35,2 3,0
21 Kalimantan Tengah 48,3 23,8 13,9 13,9
22 Kalimantan Selatan 89,9 4,7 5,4 0,0
23 Kalimantan Timur 57,4 42,6 0,0 0,0
24 Sulawesi Utara 68,0 17,8 14,2 0,0
25 Sulawesi Tengah 66,7 11,5 21,9 0,0
26 Sulawesi Selatan 47,5 28,6 20,9 3,0
27 Sulawesi Tenggara 84,6 15,4 0,0 0,0
28 Gorontalo 51,2 29,4 19,4 0,0
29 Sulawesi Barat 75,0 12,5 0,0 12,5
30 Maluku 46,7 14,8 38,5 0,0
31 Maluku Utara 82,8 0,0 17,2 0,0
32 Papua Barat 51,3 14,0 34,6 0,0
33 Papua 61,3 31,1 7,6 0,0
59,0 19,1 19,3 2,6
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2010
Keterangan: * Obat Anti Tuberkulosis
No. Provinsi
Mendapat Obat
INDONESIA
Lampiran 4.35
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 470.901 47.090 484 1.178 1.662 3,53
2 Sumatera Utara 1.446.302 144.630 19.236 18.483 37.719 26,08
3 Sumatera Barat 501.300 50.130 2.649 7.895 10.544 21,03
4 Riau 611.901 61.190 2.363 7.321 9.684 15,83
5 Jambi 285.900 28.590 1.186 2.994 4.180 14,62
6 Sumatera Selatan 727.901 72.790 8.448 12.377 20.825 28,61
7 Bengkulu 168.101 16.810 88 194 282 1,68
8 Lampung 727.600 72.760 4.396 6.725 11.121 15,28
9 Kep. Bangka Belitung 110.600 11.060 1.096 3.336 4.432 40,07
10 Kepulauan Riau 187.501 18.750 135 223 358 1,91
11 DKI Jakarta 794.400 79.440 4.800 10.454 15.254 19,20
12 Jawa Barat 3.987.200 398.720 67.346 126.634 193.980 48,65
13 Jawa Tengah 2.758.101 275.810 8.097 22.143 30.240 10,96
14 DI Yogyakarta 347.920 34.792 476 1.234 1.710 4,91
15 Jawa Timur 2.632.300 263.230 17.282 35.492 52.774 20,05
16 Banten 992.002 99.200 4.063 7.344 11.407 11,50
17 Bali 259.800 25.980 1.367 2.372 3.739 14,39
18 Nusa Tenggara Barat 508.299 50.830 13.263 19.515 32.778 64,49
19 Nusa Tenggara Timur 562.300 56.230 1.349 1.765 3.114 5,54
20 Kalimantan Barat 472.899 47.290 995 2.260 3.255 6,88
21 Kalimantan Tengah 211.599 21.160 309 769 1.078 5,09
22 Kalimantan Selatan 335.599 33.560 5.006 11.640 16.646 49,60
23 Kalimantan Timur 315.598 31.560 1.059 2.530 3.589 11,37
24 Sulawesi Utara 177.101 17.710 2.803 1.470 4.273 24,13
25 Sulawesi Tengah 256.999 25.700 2.412 5.294 7.706 29,98
26 Sulawesi Selatan 810.201 81.020 2.212 4.896 7.108 8,77
27 Sulawesi Tenggara 256.002 25.600 288 821 1.109 4,33
28 Gorontalo 95.001 9.500 304 574 878 9,24
29 Sulawesi Barat 104.901 10.490 1.341 2.879 4.220 40,23
30 Maluku 152.699 15.270 924 1.490 2.414 15,81
31 Maluku Utara 110.101 11.010 382 798 1.180 10,72
32 Papua Barat 85.599 8.560 0 0 0 0,00
33 Papua 239.601 23.960 0 0 0 0,00
21.704.229 2.170.423 176.159 323.100 499.259 23,00
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010
1 - 4 Tahun Jumlah %
Indonesia
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No. Provinsi
Jumlah Penduduk Usia
Balita Wil. PKM
Program
Target Penemuan
Pneumonia Balita
(10%)
Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita
< 1 Tahun
Lampiran 4.36
<48 jam 48 jam
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 55.703 1.031 1.096 265.760 266.225
2 Sumatera Utara 42.909 845 761 187.219 214.553
3 Sumatera Barat 55.715 1.554 1.884 289.587 345.708
4 Riau 14.766 378 319 48.694 52.829
5 Jambi 35.532 733 385 134.516 117.658
6 Sumatera Selatan 80.474 1.826 1.306 349.683 320.705
7 Bengkulu 15.809 352 254 58.832 61.145
8 Lampung 64.948 1.509 1.285 225.027 251.361
9 Kepulauan Bangka Belitung 18.625 325 210 66.481 64.215
10 Kepulauan Riau 11.690 186 168 23.798 39.506
11 DKI Jakarta 101.672 1.176 2.094 432.644 471.412
12 Jawa Barat 111.848 1.437 1.812 435.951 441.994
13 Jawa Tengah 254.497 5.057 4.676 1.170.488 1.089.396
14 DI Yogyakarta 45.703 685 1.519 255.958 250.722
15 Jawa Timur 315.946 7.738 7.006 1.694.974 1.444.382
16 Banten 9.342 57 69 46.657 43.180
17 Bali 73.573 989 2.188 351.871 361.155
18 Nusa Tenggara Barat 18.241 317 386 53.304 69.224
19 Nusa Tenggara Timur 59.642 917 1.071 243.130 248.337
20 Kalimantan Barat 46.050 1.044 948 177.501 183.445
21 Kalimantan Tengah 21.512 510 353 79.385 85.642
22 Kalimantan Selatan 28.040 755 479 100.179 95.642
23 Kalimantan Timur 39.894 466 636 175.585 216.675
24 Sulawesi Utara 18.238 231 167 65.885 70.824
25 Sulawesi Tengah 5.147 117 92 21.405 19.984
26 Sulawesi Selatan 91.956 2.021 2.709 486.954 496.484
27 Sulawesi Tenggara 18.366 540 313 71.900 87.066
28 Gorontalo - - - - -
29 Sulawesi Barat 2.648 107 68 12.328 15.465
30 Maluku 11.603 247 340 54.774 62.287
31 Maluku Utara 16.455 180 298 58.451 54.247
32 Papua Barat 7.709 77 155 26.443 31.155
33 Papua 5.681 92 100 33.015 32.389
1.699.934 33.499 35.147 7.698.379 7.605.012
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Indonesia
Lama Dirawat
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi Pasien Keluar Hidup
Pasien Keluar Mati
Hari Perawatan
Lampiran 4.37
2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009 2010 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (14)
1 Aceh 92,8 69,0 4 4,7 66 29,4 2 4,4 36 39,5 36,8 18 19,6 19,0
2 Sumatera Utara 64,5 47,9 6 4,8 26 11,9 5 18,0 54 52,0 36,1 30 28,5 17,1
3 Sumatera Barat 57,1 48,0 4 4,5 30 21,4 3 8,0 36 48,5 58,1 16 24,5 31,8
4 Riau 68,7 59,9 3 3,8 40 18,9 4 10,0 38 31,4 45,1 18 11,2 20,6
5 Jambi 77,4 67,9 3 3,4 58 43,4 2 2,6 35 25,3 30,5 11 8,6 10,5
6 Sumatera Selatan 55,3 63,9 4 4,7 44 32,6 1 3,7 48 42,9 37,5 15 18,4 15,6
7 Bengkulu 45,0 58,8 3 3,9 50 26,9 2 5,6 3 37,2 36,9 12,7 15,5
8 Lampung 74,7 62,9 4 3,8 34 35,8 5 3,6 46 41,7 41,2 20 18,9 19,0
9 Kep. Bangka Belitung 91,0 82,6 3 3,1 26 17,1 1 12,6 42 35,9 27,9 15 13,6 11,0
10 Kepulauan Riau - 53,3 - 3,3 - 31,8 - 5,0 - 27,5 29,4 - 13,6 13,9
11 DKI Jakarta 69,7 53,7 5 4,4 34 28,1 3 4,9 44 29,5 31,2 26 18,0 20,0
12 Jawa Barat 85,7 63,9 4 4,2 41 28,8 2 5,0 39 29,2 28,2 18 15,8 15,7
13 Jawa Tengah 69,5 62,2 4 4,4 39 29,9 2 4,7 45 37,8 36,8 22 18,6 17,7
14 DI Yogyakarta 79,6 49,6 5 5,1 45 19,2 2 9,0 42 39,1 46,0 21 23,4 31,7
15 Jawa Timur 96,0 67,9 5 4,9 44 20,7 1 8,6 58 49,8 44,6 28 24,5 21,2
16 Banten 97,3 61,0 4 4,1 47 16,6 1 11,8 46 27,1 13,3 22 13,9 7,3
17 Bali 80,1 58,6 5 3,6 50 45,7 2 2,0 45 35,9 41,4 24 19,8 28,5
18 Nusa Tenggara Barat 50,3 66,3 4 3,6 32 32,4 1 4,6 40 43,0 37,1 19 18,8 20,4
19 Nusa Tenggara Timur 59,7 57,8 4 3,9 31 28,1 2 5,7 31 30,9 32,3 14 14,9 17,4
20 Kalimantan Barat 73,2 70,1 4 5,6 51 28,3 5 3,1 51 35,0 41,5 15 16,4 19,7
21 Kalimantan Tengah 47,0 52,1 4 3,5 20 14,8 4 14,8 26 28,0 38,6 11 12,4 15,8
22 Kalimantan Selatan 76,8 69,3 4 3,7 38 21,7 2 8,3 44 41,5 42,2 18 15,7 16,4
23 Kalimantan Timur 99,5 75,9 4 4,2 51 25,8 2 5,0 26 21,3 26,9 13 9,6 15,5
24 Sulawesi Utara 83,0 52,4 6 3,6 37 21,8 5 7,7 30 30,6 21,4 13 12,6 9,0
25 Sulawesi Tengah 83,3 42,7 4 3,6 45 14,8 2 14,7 31 32,0 39,0 11 13,6 17,2
26 Sulawesi Selatan 92,2 63,8 4 4,2 43 34,7 1 3,5 30 31,0 48,9 12 14,1 28,0
27 Sulawesi Tenggara 71,5 61,6 5 3,9 39 22,4 8 7,2 32 40,6 44,4 16 18,7 16,3
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat - 60,6 - 3,9 - 92,0 - 24,8 - 48,2 62,0 - 12,4 24,1
30 Maluku 36,0 34,5 4 4,7 22 11,0 8 19,8 40 33,2 48,2 29 12,9 27,9
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - 28,2 - - 17,6
32 Papua Barat 74,0 67,9 6 3,4 27 11,0 1 21,0 17 19,7 29,2 9 10,4 19,5
33 Papua 51,0 59,1 5 4,1 16 66,0 6 36,9 48 36,2 32,7 35 18,8 17,0
79,8 58,7 4 4,3 42 25,0 3 6,3 42 36,5 38,8 19 18,3 19,9
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Provinsi
Indonesia
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2010
Bed Occupancy Rate
(BOR)
Length of Stay (LOS) Bed Turn Over (BTO)
Turn Over Interval
(TOI)
Net Death Rate (NDR) Gross Death Rate (GDR)
No
Lampiran 4.38
No Provinsi
Tumpatan
Gigi
Tetap
Tumpatan
Gigi
Sulung
Pengobatan
Pulpa/
tumpatan
Sementara
Pencabutan
Gigi
Tetap
Pencabutan
Gigi
Sulung
Pengobatan
Periodontal
Pengobatan
Abses
Pembersihan
Karang
Gigi
Prothese
Lengkap
Prothese
Sebagian
Prothese
Cekat
Orthodonsi
Bedah
Mulut
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 3.249 920 7.323 5.648 2.205 2.812 1.413 3.729 10 - 37 - 44
2 Sumatera Utara 472 115 349 710 419 458 353 243 1 6 30 - -
3 Sumatera Barat 3.438 748 4.103 2.581 771 2.317 890 2.068 - - - - 4
4 Riau 1.175 58 1.833 730 226 375 126 448 81 3 - 1 -
5 Jambi 1.451 1.064 1.227 1.441 626 1.427 549 1.908 1 26 - - -
6 Sumatera Selatan 1.853 425 2.140 2.617 1.473 1.395 879 673 10 68 8 - 18
7 Bengkulu 1.310 215 257 967 209 65 233 80 1 14 - - 95
8 Lampung 1.736 119 1.614 2.553 730 1.261 615 580 17 275 11 1 4
9 Kep. Bangka Belitung 388 53 362 579 324 235 213 221 37 - - 59 -
10 Kepulauan Riau 1.683 200 2.037 920 497 1.199 488 706 14 79 36 3 158
11 DKI Jakarta 11.835 2.172 11.290 4.567 2.619 4.295 2.091 4.350 134 506 541 1 103
12 Jawa Barat 17.282 2.453 23.303 8.219 4.391 3.453 4.381 6.180 389 492 884 52 4
13 Jawa Tengah 12.984 1.174 11.852 8.723 3.300 5.205 2.847 3.903 246 221 55 191 551
14 DI Yogyakarta 1.616 504 4.440 3.007 923 2.116 529 1.358 81 425 208 10 212
15 Jawa Timur 35.169 2.712 52.688 19.943 13.989 35.326 10.600 14.102 534 2.940 671 - 23
16 Banten 1.382 164 792 241 181 109 75 304 15 9 62 430 119
17 Bali 3.207 332 4.194 2.968 1.525 1.083 778 1.045 13 142 24 492 954
18 Nusa Tenggara Barat 262 54 335 247 144 214 525 84 - 9 - 601 1.204
19 Nusa Tenggara Timur 685 43 2.125 1.324 382 2.094 604 406 15 122 - 63 51
20 Kalimantan Barat 3.794 133 2.393 3.847 767 735 918 731 2 40 16 27 303
21 Kalimantan Tengah 832 133 1.942 915 547 971 336 461 1 11 1 85 240
22 Kalimantan Selatan 1.802 117 2.984 1.719 1.013 867 384 223 - - - 70 95
23 Kalimantan Timur 1.266 257 1.883 1.223 852 411 321 477 35 6 - - -
24 Sulawesi Utara 214 1 309 621 166 248 83 77 - 4 - 499 711
25 Sulawesi Tengah 141 20 126 220 70 43 66 11 - - - 137 358
26 Sulawesi Selatan 7.196 216 4.216 3.412 1.639 1.276 1.269 1.427 33 121 - - 1.183
27 Sulawesi Tenggara 2.171 273 5.411 1.743 862 1.088 464 307 - 48 - 103 331
28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - -
29 Sulawesi Barat 50 0 40 70 20 67 2 - - - - - 1.186
30 Maluku 498 9 642 776 176 258 76 45 3 - - 3.492 2.010
31 Maluku Utara 991 74 683 660 126 608 48 7 - - - 904 3.069
32 Papua Barat 302 70 308 240 92 136 131 32 - - - 1.536 2.709
33 Papua 29 4 155 4 4 76 50 30 - - - 689 3.363
120.463 14.832 153.356 83.435 41.268 72.223 32.337 46.216 1.673 5.567 2.584 9.446 19.102
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
Lampiran 4.39
No Provinsi RJTP RITP Rujukan
Kunjungan Ibu Hamil
(K4)
Kunjungan Neonatus
(KN2)
Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 2.532.687 41.269 155.463 52.584 43.252 40.920
2 Sumatera Utara 393.151 1.592 12.314 8.706 6.683 6.039
3 Sumatera Barat 226.185 321 20.286 3.560 2.230 1.412
4 Riau 524.666 4.335 16.218 15.697 10.641 8.946
5 Jambi 97.822 1.199 3.451 3.078 2.098 1.837
6 Sumatera Selatan 100.825 1.541 4.356 4.466 3.657 2.916
7 Bengkulu 185.674 8.403 3.806 7.648 4.882 4.604
8 Lampung 995.398 40.738 56.880 23.242 16.253 13.981
9 Kep. Bangka Belitung 13.982 505 1.178 138 44 49
10 Kepulauan Riau 143.486 2.673 13.055 2.808 1.296 1.147
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 7.005.403 63.777 367.661 118.929 90.478 72.089
13 Jawa Tengah 6.082.862 180.914 448.110 84.221 62.983 57.320
14 DI Yogyakarta 561.896 7.908 40.788 6.923 4.332 4.587
15 Jawa Timur 5.037.208 128.939 297.363 78.946 65.712 53.529
16 Banten 1.432.517 202.725 68.614 20.207 20.873 18.407
17 Bali 424.555 1.676 18.175 3.797 2.832 2.740
18 Nusa Tenggara Barat 953.850 51.977 20.750 49.952 39.774 33.723
19 Nusa Tenggara Timur 1.883.324 13.554 20.703 22.261 23.798 21.342
20 Kalimantan Barat 416.790 4.356 22.018 11.560 6.352 4.938
21 Kalimantan Tengah 209.375 29.527 5.217 5.445 3.791 3.322
22 Kalimantan Selatan 524.467 15.558 28.739 10.879 7.425 5.895
23 Kalimantan Timur 506.636 23.859 28.065 8.034 4.713 3.512
24 Sulawesi Utara 86.164 5.199 5.410 1.417 299 309
25 Sulawesi Tengah 46.874 297 592 1.491 1.435 949
26 Sulawesi Selatan 327.897 3.273 13.454 9.829 6.262 5.830
27 Sulawesi Tenggara 17.666 3 752 509 315 317
28 Gorontalo 337.584 3.057 16.263 7.240 5.814 5.569
29 Sulawesi Barat 254.910 25.882 4.017 2.499 3.543 3.287
30 Maluku 56.172 5.936 76 4.819 1.635 1.277
31 Maluku Utara 85.859 24.813 1.725 1.186 1.265 961
32 Papua Barat 24.660 14.159 110 278 268 352
33 Papua 343 1 1 1 2 2
31.490.888 909.966 1.695.610 572.350 444.937 382.108
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI (dari 284 kabupaten/kota)
Keterangan: RJTP = Rawat Jalan Tingkat Pertama
RITP = Rawat Inap Tingkat Pertama
catatan: DKI Jakarta menggunakan dana APBD untuk pembiayaan jamkesmas
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS
TAHUN 2010
Indonesia
Lampiran 4.40
L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 142.230 191.923 334.153
2 Sumatera Utara 124.538 135.565 260.103
3 Sumatera Barat 71.095 89.686 160.781
4 Riau 19.334 26.151 45.485
5 J a m b i 13.451 16.043 29.494
6 Sumatera Selatan 66.849 78.665 145.514
7 Bengkulu 12.912 14.519 27.431
8 Lampung 42.554 47.536 90.090
9 Kep.Bangka Belitung 3.766 4.560 8.326
10 Kepulauan Riau 9.353 11.018 20.371
11 DKI Jakarta 38.135 46.326 84.461
12 Jawa Barat 306.987 391.337 698.324
13 Jawa Tengah 411.547 525.926 937.473
14 D.I.Yogyakarta 64.325 81.400 145.725
15 Jawa Timur 278.660 365.694 644.354
16 B a n t e n 54.557 59.939 114.496
17 B a l i 47.663 35.123 82.786
18 Nusa Tenggara Barat 43.395 44.288 87.683
19 NusaTenggara Timur 45.662 50.518 96.180
20 Kalimantan Barat 41.365 45.155 86.520
21 Kalimantan Tengah 10.162 10.994 21.156
22 Kalimantan Selatan 21.187 21.281 42.468
23 Kalimantan Timur 41.569 30.230 71.799
24 Sulawesi Utara 15.644 19.079 34.723
25 Sulawesi Tengah 13.079 15.869 28.948
26 Sulawesi Selatan 96.816 111.018 207.834
27 Sulawesi Tenggara 21.376 26.669 48.045
28 Gorontalo 7.195 10.577 17.772
29 Sulawesi Barat 5.777 7.676 13.453
30 M a l u k u 8.379 9.120 17.499
31 Maluku Utara 3.153 3.231 6.384
32 Papua Barat 19.820 23.975 43.795
33 P a p u a 41.587 48.378 89.965
TOTAL 2.144.122 2.599.469 4.743.591
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI
Jumlah Rawat Jalan Tingkat Lanjut
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL)
PESERTA JAMKESMAS TAHUN 2010
No Provinsi
Lampiran 4.41
L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 26.857 37.061 63.918
2 Sumatera Utara 30.493 38.715 69.208
3 Sumatera Barat 12.626 18.703 31.329
4 Riau 4.544 6.932 11.476
5 J a m b i 4.201 5.777 9.978
6 Sumatera Selatan 8.944 12.538 21.482
7 Bengkulu 5.334 5.897 11.231
8 Lampung 16.540 20.495 37.035
9 Kep.Bangka Belitung 814 1.080 1.894
10 Kepulauan Riau 1.361 2.334 3.695
11 DKI Jakarta 2.450 3.133 5.583
12 Jawa Barat 54.279 81.464 135.743
13 Jawa Tengah 108.057 144.305 252.362
14 D.I.Yogyakarta 12.001 16.362 28.363
15 Jawa Timur 61.585 93.538 155.123
16 B a n t e n 13.116 14.468 27.584
17 B a l i 9.866 10.541 20.407
18 Nusa Tenggara Barat 14.023 20.148 34.171
19 NusaTenggara Timur 22.392 34.192 56.584
20 Kalimantan Barat 16.704 16.687 33.391
21 Kalimantan Tengah 3.533 3.744 7.277
22 Kalimantan Selatan 5.595 6.893 12.488
23 Kalimantan Timur 10.824 9.029 19.853
24 Sulawesi Utara 4.304 5.555 9.859
25 Sulawesi Tengah 5.497 7.832 13.329
26 Sulawesi Selatan 23.478 28.600 52.078
27 Sulawesi Tenggara 6.201 10.137 16.338
28 Gorontalo 4.210 6.061 10.271
29 Sulawesi Barat 1.487 2.305 3.792
30 M a l u k u 3.554 5.048 8.602
31 Maluku Utara 1.498 1.732 3.230
32 Papua Barat 3.709 6.567 10.276
33 P a p u a 4.056 7.879 11.935
504.133 685.752 1.189.885
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI
Jumlah Rawat Inap Tingkat Lanjut
TOTAL
JUMLAH KASUS RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL)
PESERTA JAMKESMAS TAHUN 2010
No Provinsi
Lampiran 4.42

Luka Berat/ Luka Ringan/
Rawat Inap Rawat Jalan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Banjir 27 33 59 26.565 12 90.604
2 Banjir Bandang 13 215 181 5.567 151 16.214
3 Banjir disertai Tanah Longsor 6 19 12 594 3 10.096
4 Tanah Longsor 16 131 69 131 39 6.316
5 1 - 1 - - -
6 Angin Siklon Tropis 14 10 38 187 2 104
7 Gempa Bumi 7 7 49 269 12 5.096
8 Letusan Gunung Berapi 4 382 2.787 63.286 4 428.159
9 kecelakaan Industri 1 8 13 4 0 0
10 Kegagalan Teknologi 9 5 25 4 3 0
(termasuk ledakan kompor gas)
11 Ledakan Bom 1 - 1 - 0 0
12 Konflik 16 33 331 184 0 44.344
13 Kebakaran 6 29 27 215 0 2.850
14 Keracunan 5 4 317 319 0 0
15 gempa &Tsunami 1 509 175 910 21 15.097
1.385 4.085 98.235 247 618.880
Sumber : Pusat Penanggulangan Krisis, Kemenkes RI, 2010
Pengungsi
Meninggal Hilang
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA MENURUT JENIS BENCANA DAN JUMLAH KORBAN
Gelombang Pasang
Jumlah
TAHUN 2010
No Jenis Bencana Jumlah Provinsi
J u m l a h K o r b a n
Lampiran 4.43
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA
BULAN JUNI 2011
NO NAMA OBAT KEMASAN
KEBUTUHAN
TAHUN2011
KETERSEDIAAN
PER 1MEI 2011
%
KETERSEDIAAN
NO NAMA OBAT KEMASAN
KEBUTUHAN
TAHUN2011
KETERSEDIAAN
PER 1MEI 2011
%
KETERSEDIAAN
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 Alopurinol tablet 100 mg 100 tablet/strip/blister , kotak 8,551,907 1,584,976 32 37 Etakridin larutan 0,1% Botol 300 ml 2,216,258 308,483 18
2 Aminofilin tablet 200 mg 100 tablet / botol 6,785,351 1,837,410 27 38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul @2 ml 1,257,334 353,723 39
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml 30 ampul / kotak 270,250 61,535 25 39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml 30 ampul / kotak 890,196 195,113 48
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) 100 tablet/strip/blister , kotak 1,160,835 261,903 27 40 Fenobarbital tablet 30 mg 1000 tablet / botol 6,766,624 2,458,623 52
5 Amoksisilin kapsul 250 mg 120 kapsul/strip/blister, kotak 28,591,389 6,000,475 20 41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg 100 tablet / kotak 623,494 104,341 28
6 Amoksisilin kaplet 500 mg 100 kaplet/strip, kotak 134,802,623 24,282,556 19 42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg 100 tablet / kotak 606,940 170,134 19
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg Botol 60 ml 53,920,312 6,864,679 16 43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% 24 btl @5 ml / kotak 653,147 129,452 36
8 Metampiron tablet 500 mg 1000 tablet / botol 47,147,417 10,246,867 19 44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml 30 ampul / kotak 846,200 163,014 34
9 Metampiron injeksi 250 mg 30 ampul / kotak 2,734,559 616,561 20 45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg 100 tablet / botol 3,281,298 938,140 24
10
Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi
:AluminiumHidroksida 200 mg + Magnesium
btl 1000 tablet 55,806,774 16,961,945 23 46 Furosemid tablet 40 mg ktk 20 x 10 tablet 3,145,964 1,011,150 29
11
Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500
IU/g + polimiksin 10.000 IU/g
25 tube @5 g / kotak 2,055,339 476,868 19 47 Gameksan lotion 1 % Botol 30 ml 891,672 147,018 14
12
Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat
150 mg + Heksaklorofen 250 mg
10 supp / kotak 885,077 124,402 22 48
GaramOralit I serbuk Kombinasi : Natrium0,70 g ,
Kaliumklorida 0,30 g, TribatriumSitrt dihidrat 0,58
00 kantong/kotak tahan lemba 8,739,343 2,118,613 21
13
Antifungi DOEN Kombinasi : AsamBenzoat 6%+
AsamSalisilat 3%
24 pot @30 g / kotak 2,744,440 276,475 28 49 Gentian Violet Larutan 1 % Botol 10 ml 4,344,808 665,011 33
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg 100 tablet / botol 1,289,585 278,391 21 50 Glibenklamida tablet 5 mg 100 tablet / kotak 8,336,364 1,729,727 27
15
Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa
25 mg + Levodopa 250 mg
ktk 10 x 10 tablet 538,462 127,795 51 51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg 1000 tablet / botol 56,616,996 17,576,071 24
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen 10 vial @20 ml / kotak 1,138,976 243,416 24 52 Gliserin btl 100 ml 162,582 37,503 30
17 AsamAskorbat (vitamin C) tablet 50 mg 1000 tablet / botol 40,693,688 12,448,100 28 53 Glukosa larutan infus 5% btl 500 ml 7,187,881 1,638,316 23
18 AsamAsetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) ktk 10 x 10 tablet 505,007 127,374 19 54 Glukosa larutan infus 10% btl 500 ml 1,505,774 361,058 28
19 AsamAsetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) ktk 10 x 10 tablet 1,984,709 464,770 20 55 Glukosa larutan infus 40%steril (produk lokal) 10 amp @25 ml, kotak 267,963 62,828 53
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg 500 tablet / botol 1,649,999 404,876 30 56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized ktk 10 x 10 tablet 9,273,467 1,090,355 15
21 Atropin tetes mata 0,5% 24 btl @5 ml / kotak 271,608 71,612 27 57 Haloperidol tablet 0,5 mg ktk 10 x 10 tablet 411,875 95,498 46
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) 30 ampul / kotak 3,135,847 770,372 39 58 Haloperidol tablet 1,5 mg ktk 10 x 10 tablet 881,990 221,068 35
23 Betametason krim0,1 % 25 tube @5 g / kotak 1,467,643 293,502 25 59 Haloperidol tablet 5 mg ktk 10 x 10 tablet 331,976 118,975 42
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml 100 ampul /kotak 1,657,432 389,870 34 60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg 1000 tablet / botol 10,906,392 2,520,724 38
25 Deksametason tablet 0,5 mg 1000 tablet / botol 92,741,669 19,829,814 26 61 Hidrkortison krim2,5% 24 tube @5 g / kotak 3,666,430 650,910 19
26 Dekstran 70-larutan infus 6%steril Botol 500 ml 385,421 85,480 41 62 Ibuprofen tablet 200 mg 100 tablet / botol 11,899,307 1,936,670 24
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) Botol 60 ml 23,717,274 3,463,916 19 63 Ibuprofen tablet 400 mg ktk 10 x 10 tablet 24,954,922 1,970,784 29
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) 1000 tablet / botol 36,455,819 10,461,632 35 64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg ktk 10 x 10 tablet 2,774,797 524,656 26
29 DiazepamInjeksi 5mg/ml 30 ampul / kotak 301,653 54,730 41 65 KalsiumLaktat (Kalk) tablet 500 mg 1000 tablet / botol 48,978,656 10,744,929 21
30 Diazepamtablet 2 mg 1000 tablet / botol 25,271,795 3,748,851 29 66 Kaptopril tablet 12,5 mg ktk 10 x 10 tablet 8,360,181 1,819,635 25
31 Diazepamtablet 5 mg 250 tablet / botol 1,544,883 277,725 36 67 Kaptopril tablet 25 mg ktk 10 x 10 tablet 24,777,046 3,699,382 22
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) 30 ampul / kotak 2,374,355 490,618 22 68 Karbamazepimtablet 200 mg ktk 10 x 10 tablet 1,081,286 222,467 21
33 Diagoksin tablet 0,25 mg 100 tablet / kotak 2,493,712 531,456 23 69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml 10 vial @20 ml, kotak 202,461 44,414 53
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) 1000 tablet / botol 14,113,236 3,495,316 32 70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine 100 kapsul / botol 1,461,402 202,700 25
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg 1000 tablet / botol 7,298,904 1,343,455 17 71 Kloramfenikol kapsul 250 mg 250 kapsul / botol 27,637,611 3,728,042 25
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1%(sebagai HCL) 30 ampul /kotak 661,976 141,995 31 72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % 24 botol @5 ml / kotak 2,597,998 244,210 17
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI
Lampiran 4.44
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA
BULAN JUNI 2011
NO NAMA OBAT KEMASAN
KEBUTUHAN
TAHUN2011
KETERSEDIAAN
PER 1MEI 2011
%
KETERSEDIAAN
NO NAMA OBAT KEMASAN
KEBUTUHAN
TAHUN2011
KETERSEDIAAN
PER 1MEI 2011
%
KETERSEDIAAN
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg 1000 tablet / botol 118,244,020 32,593,219 27 109 Povidon Iodida larutan 10 % Botol 30 ml 3,109,389 391,127 17
74 Klorpromazin injeksi i.m5 mg/ml-2ml (HCL) 30 ampul / kotak 405,042 86,694 65 110 Povidon Iodida larutan 10 % Botol 300 ml 1,935,411 282,816 20
75 Klorpromazin injeksi i.m25 mg/ml (HCL) 30 ampul / kotak 163,702 47,775 43 111 Prednison tablet 5 mg 1000 tablet / botol 63,117,211 10,029,513 25
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) 1000 tablet / botol 702,320 189,932 33 112 Primakuin tablet 15 mg 1000 tablet / botol 1,897,705 595,454 51
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) 1000 tablet / botol 1,855,256 401,878 28 113 Propillitiourasil tablet 100 mg 100 tablet / botol 1,311,239 309,369 31
78
Anti Malaria DOENKombinasi Pirimetamin 25 mg +
Sulfadoxin 500 mg
100 tablet / kotak 1,736,825 324,088 23 114 Propanol tablet 40 mg (HCL) 100 tablet / botol 2,745,337 738,014 23
79
Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol
200 mg + Trimetoprim40 mg/ 5 ml
botol 60 ml 38,762,772 4,309,447 18 115 Reserpin tablet 0,10 mg 250 tablet / botol 2,764,159 648,583 57
80
Kotrimosazol DOENI (dewasa) Kombinasi :
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim80 mg
ktk 10 x 10 tablet 37,124,662 7,546,260 17 116 Reserpin tablet 0,25 mg 1000 tablet /botol 5,446,174 1,665,516 44
81
Kotrimosazol DOENII (pediatrik) Kombinasi :
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim20 mg
ktk 10 x 10 tablet 4,466,612 1,764,582 28 117 Ringer Laktat larutan infus btl 500 ml 18,579,917 4,214,549 21
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg ktk 60 tablet 976,507 280,228 27 118
Salep 2-4, kombinasi: AsamSalisilat 2%+
Belerang endap 4%
24 pot @30 g / kotak 2,026,650 427,644 22
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml 30 ampul / kotak 193,037 39,731 40 119 Salisil bedak 2% 50 gram/ kotak 12,416,968 1,863,237 18
84 Lidokain injeksi 2%(HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml 30 vial / kotak 2,734,233 391,139 24 120 SerumAnti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABUI) 10 vial / kotak 750,723 168,102 24
85 MagnesiumSulfat inj (IV) 20%-25 ml 10 vial / kotak 123,241 42,793 57 121
SerumAnti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU
II)
1 vial / kotak 26,989,177 9,751,206 77
86 MagnesiumSulfat inj (IV) 40%-25 ml 10 vial / kotak 94,076 31,952 40 122 SerumAnti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) 10 vial / kotak 2,542,110 541,783 15
87 MagnesiumSulfat serbuk 30 gram 10 sase @30 gr / kotak 113,839 25,512 24 123 SerumAnti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) 10 ampul / kotak 768,798 123,754 16
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml Botol 30 ml 384,662 60,356 25 124 SerumAnti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) 10 vial / kotak 1,175,676 326,911 23
89 Mebendazol tablet 100 mg ktk 5 x 6 tablet 664,460 132,413 45 125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg 100 ampul / kotak 3,048,868 372,771 22
90
Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut
0,125 mg
ktk 10 x 10 tablet 6,276,528 642,144 17 126 Sulfasetamida Natriumtetes mata 15 % ktk 24 btl @5 ml 1,421,062 162,232 20
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml 30 ampul / kotak 915,477 133,153 21 127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% ktk 24 btl @5 ml 1,326,662 382,021 22
92 Metronidazol tablet 250 mg 100 tablet / kotak 14,637,739 1,757,800 22 128 Tetrasiklin kapsul 250 mg 1000 kapsul / botol 23,069,009 3,998,051 26
93 NatriumBikarbonat tablet 500 mg 1000 tablet / botol 11,830,517 3,092,641 25 129 Tetrasiklin kapsul 500 mg ktk 10 x 10 kapsul 4,586,525 1,116,482 16
94 NatriumFluoresein tetes mata 2 % 24 botol @5 ml / kotak 955,865 217,853 38 130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ktk 30 amp @1 ml 1,591,633 349,963 26
95 NatriumKlorida larutan infus 0,9 % Botol / plastik 500 ml 3,180,697 397,650 17 131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) 1000 tablet / botol 64,201,517 13,762,907 27
96 NatriumThiosulfat injeksi I.v. 25 % ktk 10 amp @10 ml 812,652 205,658 30 132 Tiopental Natriumserbuk injeksi 1000 mg/amp Ampul @10 ml 65,554 21,934 38
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g ktk 10 x 10 tablet salut 521,661 128,033 31 133 Triheksifenidil tablet 2 mg ktk 10 x 10 tablet 1,491,918 321,118 50
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g ktk 10 x 10 tablet Vaginal 886,078 195,732 29 134 Vaksin Rabies Vero 1 kuur / set 372,106 102,322 16
99 Obat Batuk hitam( O.B.H.) Botol 100 ml 28,227,179 4,208,101 18 135 Vitamin B Kompleks tablet 1000 tablet / botol 85,292,284 20,717,522 25
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % 25 tube @3,5 g / kotak 2,346,931 498,100 19
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml 10 vial / kotak 491,460 69,872 18 136 BCG 2,099,247 680,411 19
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml 30 ampul / kotak 2,591,294 482,981 19 137 T T 4,524,864 758,556 17
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml Botol 60 ml 47,219,120 6,475,166 17 138 DT 1,044,349 125,989 20
104 Paracetamol tablet 100 mg 100 tablet / botol 3,467,807 1,469,499 35 139 CAMPAK 10 Dosis 2,453,182 704,796 22
105 Paracetamol tablet 500 mg 1000 tablet / botol 122,881,960 32,705,240 27 140 POLIO10 Dosis 4,122,780 1,008,969 18
106 Pilokarpin tetes mata 2 %(HCL/Nitrat) botol @ 5 ml 914,892 262,425 22 141 DTP-HB 4,136,106 866,415 17
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg ktk 30 x 2 score 3,743,392 867,727 30 142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS 4,545,648 1,192,320 19
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) 1000 tablet / botol 60,545,338 12,126,863 24 143 POLIO20 Dosis 548,251 16,135 10
144 CAMPAK 20 Dosis 321,972 8,152 16
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI
VAKSIN
Lampiran 5.1
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 274 311 301 309 315 6,73 7,36 7,01 7,08 7,01
2 Sumatera Utara 445 463 495 500 506 3,52 3,61 3,80 3,77 3,90
3 Sumatera Barat 224 228 227 242 246 4,84 4,85 4,77 5,01 5,08
4 Riau 154 156 183 176 193 2,52 3,08 3,53 3,32 3,48
5 Jambi 140 148 158 163 169 5,22 5,40 5,67 5,75 5,47
6 Sumatera Selatan 249 259 278 284 293 3,61 3,69 3,90 3,93 3,93
7 Bengkulu 126 140 142 167 170 8,04 8,66 8,65 10,02 9,91
8 Lampung 235 248 253 264 265 3,26 3,40 3,42 3,52 3,48
9 Kepulauan Bangka Belitung 47 51 50 55 58 4,37 4,61 4,45 4,83 4,74
10 Kepulauan Riau 45 51 59 61 66 3,36 3,66 4,06 4,03 3,93
11 DKI Jakarta 342 341 351 339 341 3,82 3,76 3,84 3,68 3,55
12 Jawa Barat 999 1.002 999 1.008 1.028 2,52 2,48 2,44 2,43 2,39
13 Jawa Tengah 858 871 842 849 867 2,67 2,69 2,58 2,58 2,68
14 DI Yogyakarta 117 117 120 119 121 3,45 3,41 3,46 3,40 3,50
15 Jawa Timur 930 929 940 944 946 2,54 2,52 2,53 2,53 2,52
16 Banten 177 180 194 196 217 1,92 1,91 2,02 2,00 2,04
17 Bali 110 112 114 114 114 3,21 3,22 3,24 3,21 2,93
18 Nusa Tenggara Barat 130 134 142 145 150 3,05 3,12 3,25 3,27 3,33
19 Nusa Tenggara Timur 251 253 278 288 309 5,76 5,69 6,13 6,23 6,60
20 Kalimantan Barat 205 211 224 229 231 4,98 5,05 5,27 5,30 5,25
21 Kalimantan Tengah 154 163 169 169 174 7,95 8,04 8,21 8,10 7,87
22 Kalimantan Selatan 201 204 214 213 214 6,01 6,01 6,21 6,09 5,90
23 Kalimantan Timur 186 192 205 207 217 6,34 6,35 6,62 6,54 6,11
24 Sulawesi Utara 130 142 144 159 170 6,02 6,49 6,52 7,13 7,49
25 Sulawesi Tengah 144 145 144 165 160 6,13 6,05 5,91 6,65 6,07
26 Sulawesi Selatan 362 374 395 395 416 4,20 4,86 5,06 4,99 5,18
27 Sulawesi Tenggara 159 153 208 223 233 7,94 7,53 10,02 10,53 10,44
28 Gorontalo 55 55 73 75 76 5,84 5,73 7,51 7,62 7,31
29 Sulawesi Barat 62 66 70 77 81 6,25 6,49 6,78 7,35 6,99
30 Maluku 125 142 153 135 156 9,83 10,91 11,58 10,08 10,17
31 Maluku Utara 62 64 91 96 100 6,75 6,78 9,48 9,85 9,63
32 Papua Barat 81 83 96 105 106 11,77 11,59 13,15 14,12 13,94
33 Papua 236 246 236 266 297 8,87 2,05 11,48 12,68 10,48
8.015 8.234 8.548 8.737 9.005 3,50 3,61 3,65 3,74 3,79
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI
JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
per 100.000 Penduduk
Indonesia
No Provinsi
Jumlah Puskesmas
Rasio Puskesmas
Lampiran 5.2
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 85 125 66 115 116 51 189 186 235 194 199 881
2 Sumatera Utara 145 122 144 129 140 62 300 341 351 371 366 1.801
3 Sumatera Barat 81 84 68 81 85 73 143 144 159 161 161 857
4 Riau 46 49 45 51 53 32 108 107 138 125 140 723
5 Jambi 41 59 51 56 59 43 99 89 107 107 110 547
6 Sumatera Selatan 76 86 77 80 82 49 173 173 201 204 211 983
7 Bengkulu 34 35 35 37 39 23 92 105 107 130 131 466
8 Lampung 39 80 37 51 58 56 196 168 216 213 207 766
9 Kepulauan Bangka Belitung 17 19 14 20 18 10 30 32 36 35 40 155
10 Kepulauan Riau 16 17 24 24 26 18 29 34 35 37 40 204
11 DKI Jakarta 50 50 54 51 52 17 292 291 297 288 289 2
12 Jawa Barat 142 150 140 171 237 143 857 852 859 837 791 1.600
13 Jawa Tengah 241 269 232 234 252 145 617 602 610 615 615 1.759
14 DI Yogyakarta 38 38 41 41 42 27 79 79 79 78 79 321
15 Jawa Timur 336 365 392 365 396 217 594 564 548 579 550 2.252
16 Banten 34 34 42 46 50 44 143 146 152 150 167 267
17 Bali 22 23 24 27 28 29 88 89 90 87 86 523
18 Nusa Tenggara Barat 44 58 86 80 81 39 86 76 56 65 69 494
19 Nusa Tenggara Timur 124 111 69 93 110 65 127 142 209 195 199 893
20 Kalimantan Barat 71 71 82 94 93 18 134 140 142 135 138 806
21 Kalimantan Tengah 52 54 47 55 69 26 102 109 122 114 105 834
22 Kalimantan Selatan 36 40 42 46 48 54 165 164 172 167 166 593
23 Kalimantan Timur 87 82 96 100 93 43 99 110 109 107 124 633
24 Sulawesi Utara 59 65 66 72 84 45 71 77 78 87 86 457
25 Sulawesi Tengah 64 64 67 63 68 54 80 81 77 102 92 650
26 Sulawesi Selatan 179 189 168 205 208 64 183 185 227 190 208 1.300
27 Sulawesi Tenggara 52 48 63 69 70 30 107 105 145 154 163 462
28 Gorontalo 17 18 17 22 23 19 38 37 56 53 53 250
29 Sulawesi Barat 22 24 22 31 35 33 40 42 48 46 46 209
30 Maluku 54 59 29 48 56 26 71 83 124 87 100 311
31 Maluku Utara 31 30 27 27 27 18 31 34 64 69 73 226
32 Papua Barat 41 33 26 36 36 0 40 50 70 69 70 271
33 Papua 121 132 45 84 86 6 115 114 191 182 211 553
2.497 2.683 2.438 2.704 2.920 1.579 5.518 5.551 6.110 6.033 6.085 23.049
Sumber:
Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI
Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI (kolom 8)
Puskesmas
Pembantu
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN PUSKESMAS NON PERAWATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
No
Indonesia
Jumlah Puskesmas Perawatan Jumlah Puskesmas Non Perawatan
Puskesmas
PONED 2010
Provinsi
Lampiran 5.3
Kemenkes/Pemda TNI/POLRI Kementerian Lain/BUMN Swasta Semua RS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 21 3 24 4 0 4 3 0 3 10 2 12 38 5 43
2 Sumatera Utara 31 5 36 8 0 8 17 1 18 78 8 86 134 14 148
3 Sumatera Barat 18 2 20 3 0 3 1 0 1 9 10 19 31 12 43
4 Riau 14 1 15 4 0 4 4 0 4 13 4 17 35 5 40
5 Jambi 12 1 13 2 0 2 2 0 2 4 1 5 20 2 22
6 Sumatera Selatan 18 4 22 2 0 2 5 0 5 7 2 9 32 6 38
7 Bengkulu 11 1 12 2 0 2 0 0 0 1 0 1 14 1 15
8 Lampung 11 1 12 2 0 2 0 0 0 16 3 19 29 4 33
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 1 8 0 0 0 0 0 0 2 0 2 9 1 10
10 Kepulauan Riau 8 0 8 2 0 2 2 0 2 7 2 9 19 2 21
11 DKI Jakarta 9 7 16 8 1 9 5 1 6 57 42 99 79 51 130
12 Jawa Barat 34 8 42 13 0 13 6 1 7 89 40 129 142 49 191
13 Jawa Tengah 47 8 55 11 0 11 3 0 3 92 48 140 153 56 209
14 DI Yogyakarta 6 1 7 2 0 2 0 1 1 22 17 39 30 19 49
15 Jawa Timur 50 8 58 20 1 21 14 2 16 65 24 89 149 35 184
16 Banten 6 1 7 2 0 2 1 0 1 16 11 27 25 12 37
17 Bali 10 2 12 2 0 2 0 0 0 20 7 27 32 9 41
18 Nusa Tenggara Barat 8 3 11 2 0 2 0 0 0 4 0 4 14 3 17
19 Nusa Tenggara Timur 17 0 17 2 0 2 0 0 0 10 1 11 29 1 30
20 Kalimantan Barat 13 3 16 4 0 4 1 0 1 7 3 10 25 6 31
21 Kalimantan Tengah 14 0 14 1 0 1 0 0 0 0 0 0 15 0 15
22 Kalimantan Selatan 14 1 15 4 0 4 2 0 2 4 4 8 24 5 29
23 Kalimantan Timur 16 3 19 4 0 4 2 0 2 9 1 10 31 4 35
24 Sulawesi Utara 12 1 13 3 0 3 0 0 0 15 0 15 30 1 31
25 Sulawesi Tengah 12 1 13 2 0 2 0 0 0 4 4 8 18 5 23
26 Sulawesi Selatan 26 8 34 6 0 6 1 1 2 12 9 21 45 18 63
27 Sulawesi Tenggara 12 1 13 2 0 2 1 0 1 4 1 5 19 2 21
28 Gorontalo 6 1 7 0 0 0 0 0 0 1 0 1 7 1 8
29 Sulawesi Barat 4 0 4 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5 0 5
30 Maluku 11 1 12 4 0 4 0 0 0 6 1 7 21 2 23
31 Maluku Utara 10 0 10 2 0 2 0 0 0 1 0 1 13 0 13
32 Papua Barat 5 0 5 2 0 2 1 0 1 2 0 2 10 0 10
33 Papua 13 2 15 4 0 4 0 0 0 5 0 5 22 2 24
506 79 585 129 2 131 71 7 78 593 245 838 1.299 333 1.632
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
RS
Umum
RS
Khusus
RS
Umum
RS
Umum
RS
Khusus
MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2010
Indonesia
No Provinsi
Jumlah
RS
Khusus
RS
Umum
RS
Khusus
RS
Umum
RS
Khusus
Lampiran 5.4
Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Kementerian Kesehatan 13 8.784 13 8.777 13 9.044 13 9.131 13 8.873
2 Pemerintah Provinsi 43 12.834 43 13.182 43 13.605 44 14.029 48 13.955
3 Pemerintah Kab/Kota 334 35.375 345 37.575 375 41.285 416 47.811 445 49.436
4 TNI/POLRI 110 10.842 110 10.836 110 10.907 123 11.821 129 11.771
5 Kementerian Lain / BUMN 71 6.880 71 6.851 71 6.643 71 6.747 71 6.925
6 Swasta 441 43.789 451 45.074 467 47.266 535 52.064 593 52.468
1.012 118.504 1.033 122.295 1.079 128.750 1.202 141.603 1.299 143.428
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR
MENURUT PENGELOLA TAHUN 2006 - 2010
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Jumlah
No Pengelola
Tahun 2006
Lampiran 5.5
Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 0 0 4 763 12 1.164 5 265 21 2.192
2 Sumatera Utara 1 482 8 1.769 19 1.392 3 133 31 3.776
3 Sumatera Barat 0 0 2 1.056 14 1.313 2 117 18 2.486
4 Riau 0 0 1 415 10 974 3 353 14 1.742
5 Jambi 0 0 1 321 9 788 2 104 12 1.213
6 Sumatera Selatan 1 860 1 73 9 1.058 7 423 18 2.414
7 Bengkulu 0 0 1 298 3 228 7 268 11 794
8 Lampung 0 0 2 812 7 698 2 147 11 1.657
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 3 347 4 250 7 597
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 7 514 1 50 8 564
11 DKI Jakarta 2 1.601 6 1.624 1 214 0 0 9 3.439
12 Jawa Barat 1 852 18 3.856 13 1.575 2 92 34 6.375
13 Jawa Tengah 1 888 20 6.151 20 3.638 6 473 47 11.150
14 DI Yogyakarta 1 733 3 496 1 124 0 0 5 1.353
15 Jawa Timur 1 1.447 19 4.965 23 3.020 7 337 50 9.769
16 Banten 0 0 4 1.043 2 136 0 0 6 1.179
17 Bali 1 667 4 835 4 427 1 50 10 1.979
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 1 322 6 672 1 50 8 1.044
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 1 284 5 544 11 790 17 1.618
20 Kalimantan Barat 0 0 2 618 7 581 4 126 13 1.325
21 Kalimantan Tengah 0 0 2 451 5 466 7 253 14 1.170
22 Kalimantan Selatan 0 0 2 682 10 850 2 78 14 1.610
23 Kalimantan Timur 0 0 5 1.158 8 613 3 199 16 1.970
24 Sulawesi Utara 0 0 1 735 4 466 7 405 12 1.606
25 Sulawesi Tengah 0 0 2 441 7 532 3 153 12 1.126
26 Sulawesi Selatan 1 580 5 901 18 1.630 2 76 26 3.187
27 Sulawesi Tenggara 0 0 1 212 6 407 5 250 12 869
28 Gorontalo 0 0 1 282 1 68 4 200 6 550
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 2 139 2 90 4 229
30 Maluku 0 0 1 353 2 147 8 402 11 902
31 Maluku Utara 0 0 1 160 3 118 7 350 11 628
32 Papua Barat 0 0 0 0 4 394 1 50 5 444
33 Papua 0 0 1 348 5 561 7 398 13 1.307
10 8.110 120 31.424 250 25.798 126 6.932 506 72.264
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
No Provinsi
Total
Indonesia
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR MILIK KEMENKES/PEMDA
MENURUT KELAS RUMAH SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2010
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
Lampiran 5.6
RS TT RS TT RS TT RS TT RS TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 RS Jiwa 51 8.630 51 8.726 51 8.781 51 9.206 51 9.121
2 RS Kusta 22 2.137 22 2.133 22 2.168 22 2.224 22 2.170
3 RS Tuberkulosa Paru 9 718 10 757 11 782 10 731 10 757
4 RS Mata 10 459 10 418 10 418 11 423 13 515
5 RS Bersalin 57 2.458 57 2.635 57 2.577 61 2.475 65 2.502
6 RS Ibu dan Anak 69 3.388 74 3.556 79 3.804 95 4.591 107 5.130
7 RS Khusus Lainnya 62 2.157 62 2.187 62 2.258 71 2.427 65 2.665
280 19.947 286 20.412 292 20.788 321 22.077 333 22.860
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Jumlah
No Jenis Rumah Sakit
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA
MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2006 - 2010
Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008
Lampiran 5.7
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Aceh 3.351 129 4 241 7 556 17 1.247 37 1.178 35
2 Sumatera Utara 13.544 638 5 1.334 10 2.315 17 6.163 46 3.094 23
3 Sumatera Barat 4.312 350 8 442 10 1.069 25 1.909 44 542 13
4 R i a u 2.983 266 9 303 10 600 20 1.160 39 654 22
5 J a m b i 1.662 151 9 210 13 300 18 571 34 430 26
6 Sumatera Selatan 4.727 322 7 588 12 840 18 2.198 46 779 16
7 Bengkulu 987 55 6 56 6 130 13 210 21 536 54
8 Lampung 3.091 253 8 251 8 551 18 1.450 47 586 19
9 Bangka Belitung 861 32 4 52 6 211 25 377 44 189 22
10 Kepulauan Riau 1.588 91 6 166 10 270 17 647 41 414 26
11 DKI Jakarta 16.998 1.974 12 2.126 13 3.650 21 5.886 35 3.362 20
12 Jawa Barat 19.368 1.404 7 2.142 11 4.491 23 7.167 37 4.164 21
13 Jawa Tengah 23.574 2.294 10 2.936 12 5.265 22 7.523 32 5.556 24
14 D.I. Yogyakarta 4.141 323 8 506 12 911 22 1.432 35 969 23
15 Jawa Timur 22.268 1.601 7 2.171 10 5.041 23 9.952 45 3.503 16
16 Banten 3.319 154 5 411 12 693 21 1.191 36 870 26
17 B a l i 3.473 392 11 457 13 636 18 1.123 32 865 25
18 Nusa Tenggara Barat 1.602 112 7 167 10 289 18 818 51 216 13
19 Nusa Tenggara Timur 2.448 129 5 273 11 426 17 1.039 42 581 24
20 Kalimantan Barat 3.254 123 4 291 9 563 17 1.547 48 730 22
21 Kalimantan Tengah 1.054 92 9 88 8 150 14 394 37 330 31
22 Kalimantan Selatan 2.439 247 10 230 9 464 19 994 41 504 21
23 Kalimantan Timur 3.575 280 8 327 9 702 20 1.458 41 808 23
24 Sulawesi Utara 3.218 85 3 284 9 642 20 1.542 48 665 21
25 Sulawesi Tengah 1.708 73 4 196 11 279 16 712 42 448 26
26 Sulawesi Selatan 7.447 473 6 764 10 1.186 16 2.756 37 2.268 30
27 Sulawesi Tenggara 1.211 57 5 108 9 161 13 479 40 406 34
28 Gorontalo 510 35 7 24 5 81 16 204 40 166 33
29 Sulawesi Barat 279 28 10 22 8 58 21 125 45 46 16
30 Maluku 1.653 48 3 68 4 192 12 894 54 451 27
31 Maluku Utara 696 20 3 20 3 83 12 214 31 359 52
32 Papua Barat 686 53 8 22 3 66 10 445 65 100 15
33 Papua 1.653 21 1 98 6 229 14 824 50 481 29
163.680 12.305 7,5 17.374 10,6 33.100 20,2 64.651 39,5 36.250 22,1
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI
Tanpa Kelas
MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2009
Indonesia
Total Tempat
Tidur
No Provinsi
JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS
Kelas Perawatan
V I P Kelas I Kelas II Kelas III
Lampiran 5.8
2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 10 19 0 1 0 2 3 1 0 0 5
2 Sumatera Utara 10 9 9 3 3 2 78 79 98 9 13 9 26 37 32 41 41 56
3 Sumatera Barat 2 2 1 0 0 0 11 13 15 1 1 0 3 3 1 15 13 16
4 Riau 0 0 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 1 1 0 0 0 0 4 4 4 0 0 0 2 2 2 2 2 1
6 Sumatera Selatan 1 1 1 2 2 0 6 6 0 1 1 1 3 3 3 2 1 2
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 3 3 3 0 0 1
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 1 4 1 1 1 0 0 0
11 DKI Jakarta 22 23 46 7 7 9 28 116 173 37 46 35 103 120 62 20 70 46
12 Jawa Barat 77 91 95 32 32 37 184 184 191 63 80 80 162 192 194 108 107 115
13 Jawa Tengah 31 25 23 0 0 14 36 282 281 14 18 23 50 55 40 45 26 38
14 DI Yogyakarta 1 1 1 0 0 0 42 40 61 3 3 6 3 3 5 8 0 0
15 Jawa Timur 54 54 45 17 17 15 411 388 136 17 25 25 64 80 46 150 151 113
16 Banten 30 28 30 6 17 20 47 54 57 15 20 19 76 87 86 38 37 100
17 Bali 1 1 0 0 0 0 13 12 18 0 0 0 0 0 0 5 24 12
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 9 9 11 2 3 2 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 9 10 13 0 0 0 2 1 0 0 0 1
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 1 26 29 26 0 0 0 2 3 3 19 20 20
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 15 15 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 9 9 9 0 0 0 3 3 1 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0 10 13 9 0 0 0 1 2 1 0 0 0
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 6 9 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
232 238 251 67 78 98 951 1.293 1.152 164 214 204 507 600 481 453 492 526
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI
Industri Kecil Obat Tradisional
(IKOT)
Produksi Alat Kesehatan
Perbekalan Kesehatan dan Rumah
Tangga (PKRT)
JUMLAH SARANA PRODUKSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008-2010
Industri Kosmetika
TOTAL
Provinsi No
Industri Farmasi Industri Obat Tradisional (IOT)
Lampiran 5.9
2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 51 52 62 170 209 254 576 560 596 0 0 0 99 125 131
2 Sumatera Utara 103 106 107 769 768 971 738 737 805 13 15 36 128 128 186
3 Sumatera Barat 74 81 49 296 295 419 482 478 360 0 0 18 57 89 86
4 Riau 81 91 89 313 346 452 328 546 434 3 5 0 235 235 251
5 Jambi 47 49 54 151 166 206 167 176 161 0 0 0 44 55 48
6 Sumatera Selatan 95 95 98 225 243 309 95 114 136 5 4 4 106 106 128
7 Bengkulu 17 19 20 96 99 140 95 90 76 0 0 0 72 72 84
8 Lampung 48 53 54 212 225 321 157 113 79 1 1 0 65 65 67
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 14 14 62 70 91 79 92 103 2 2 0 30 30 35
10 Kepulauan Riau 28 33 34 129 160 154 336 377 341 2 2 2 38 55 63
11 DKI Jakarta 279 283 357 1.162 1.746 1.862 732 604 549 499 618 564 268 268 481
12 Jawa Barat 365 393 362 2.256 2.256 2.420 872 872 1.362 58 73 132 244 244 283
13 Jawa Tengah 329 325 327 522 1.820 2.514 361 361 381 17 23 22 0 0 114
14 DI Yogyakarta 42 44 43 355 359 418 52 57 60 4 5 4 96 96 107
15 Jawa Timur 461 461 492 1.586 1.586 2.418 218 217 298 27 34 47 274 274 348
16 Banten 79 81 89 137 401 561 9 9 111 31 37 52 12 20 37
17 Bali 81 82 73 383 462 466 159 165 203 3 4 5 109 96 69
18 Nusa Tenggara Barat 38 38 39 162 173 207 102 102 116 0 0 0 92 92 108
19 Nusa Tenggara Timur 27 28 39 103 103 157 183 183 141 0 0 0 153 153 63
20 Kalimantan Barat 69 74 54 130 160 163 270 337 327 0 0 0 97 107 121
21 Kalimantan Tengah 14 15 14 84 126 157 162 141 128 0 0 0 49 50 50
22 Kalimantan Selatan 59 61 55 171 199 227 433 460 426 0 0 0 154 159 118
23 Kalimantan Timur 52 47 47 263 349 392 300 336 233 0 0 3 111 152 152
24 Sulawesi Utara 43 43 47 122 139 165 40 73 101 0 0 0 109 143 148
25 Sulawesi Tengah 23 24 25 124 148 178 112 174 161 0 0 0 102 103 96
26 Sulawesi Selatan 134 134 118 468 518 319 436 116 366 2 3 0 150 150 201
27 Sulawesi Tenggara 13 13 16 105 109 150 165 165 106 0 0 0 90 139 37
28 Gorontalo 5 6 7 55 61 74 41 40 53 0 0 0 25 18 11
29 Sulawesi Barat 1 1 1 28 45 60 33 44 45 0 0 0 8 8 7
30 Maluku 6 6 0 34 54 31 25 29 21 0 0 0 64 42 42
31 Maluku Utara 18 19 13 60 59 86 125 125 95 0 0 0 62 77 52
32 Papua Barat 13 13 13 71 75 96 44 46 52 0 0 0 2 3 9
33 Papua 38 37 43 127 142 165 13 14 21 0 0 0 151 212 67
2.743 2.821 2.855 10.931 13.671 16.603 7.940 7.953 8.447 667 826 889 3.296 3.566 3.800
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI
Penyalur Alat Kesehatan (PAK)
Sub Penyalur Alat Kesehatan
(Sub PAK) termasuk Cabang
PAK
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008-2010
TOTAL
No Provinsi
Pedagang Besar Farmasi Apotek Toko Obat
Lampiran 5.10
No Provinsi
Jumlah Desa /
Kelurahan
Desa / Kelurahan /
RW Siaga /
Poskesdes
Kader / Toma
Terlatih
Posyandu
Rasio Desa
Siaga/Poskesdes
terhadap Desa/Kel
Rasio Posyandu
terhadap Desa/Kel
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 6.420 2021 4500 7.039 0,31 1,10
2 Sumatera Utara 5.649 3660 3548 13.861 0,65 2,45
3 Sumatera Barat 964 2328 - 6.680 2,41 6,93
4 Riau 1.500 1142 200 4.679 0,76 3,12
5 Jambi 1.319 854 1950 2.992 0,65 2,27
6 Sumatera Selatan 2.869 2362 4754 5.775 0,82 2,01
7 Bengkulu 1.442 1274 1878 1.812 0,88 1,26
8 Lampung 2.358 1371 4050 7.480 0,58 3,17
9 Kepulauan Bangka Belitung 361 275 714 948 0,76 2,63
10 Kepulauan Riau 331 192 1059 903 0,58 2,73
11 DKI Jakarta 267 1176 990 4.190 4,40 15,69
12 Jawa Barat 5.827 5378 4500 45.632 0,92 7,83
13 Jawa Tengah 8.577 7529 3750 47.763 0,88 5,57
14 DI Yogyakarta 438 420 714 5.654 0,96 12,91
15 Jawa Timur 8.502 8446 4086 46.060 0,99 5,42
16 Banten 1.530 508 1800 9.548 0,33 6,24
17 Bali 698 462 780 4.719 0,66 6,76
18 Nusa Tenggara Barat 913 888 2664 6.133 0,97 6,72
19 Nusa Tenggara Timur 2.775 574 600 5.792 0,21 2,09
20 Kalimantan Barat 1.777 1014 199 4.057 0,57 2,28
21 Kalimantan Tengah 1.439 410 - 2.262 0,28 1,57
22 Kalimantan Selatan 1.973 1668 - 3.538 0,85 1,79
23 Kalimantan Timur 1.404 636 515 4.455 0,45 3,17
24 Sulawesi Utara 1.510 984 1770 2.226 0,65 1,47
25 Sulawesi Tengah 1.712 1080 4459 3.015 0,63 1,76
26 Sulawesi Selatan 2.874 2610 2520 8.097 0,91 2,82
27 Sulawesi Tenggara 1.825 1008 1968 2.324 0,55 1,27
28 Gorontalo 595 280 612 1.228 0,47 2,06
29 Sulawesi Barat 564 79 660 1.441 0,14 2,55
30 Maluku 898 574 1248 1.894 0,64 2,11
31 Maluku Utara 1.041 211 - 1.318 0,20 1,27
32 Papua Barat 1.291 532 360 1.122 0,41 0,87
33 Papua 3.583 50 1200 2.190 0,01 0,61
75.226 51.996 58.048 266.827 0,69 3,55
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI
Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI
JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2009
Indonesia
Sumber :
Lampiran 5.11
Kesmas Gizi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Banda Aceh 3 3 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
2 Medan 1 3 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9
3 Padang 2 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
4 Pekanbaru 2 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
5 Jambi 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
6 Palembang 4 2 1 2 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 12
7 Bengkulu 2 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7
8 Tanjung Karang 2 2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 10
9 Jakarta I 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
10 Jakarta II 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 7
11 Jakarta III 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
12 Bandung 3 4 1 0 0 1 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 12
13 Tasikmalaya 2 2 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8
14 Semarang 5 3 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 14
15 Surakarta 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 7
16 Yogyakarta 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
17 Surabaya 4 3 1 0 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 12
18 Malang 3 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
19 Denpasar 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7
20 Mataram 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
21 Kupang 3 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9
22 Pontianak 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
23 Palangkaraya 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
24 Banjarmasin 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6
25 Samarinda 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
26 Manado 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7
27 Palu 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
28 Makassar 3 2 1 1 0 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 13
29 Kendari 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
30 Gorontalo 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
31 Ambon 3 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
32 Ternate 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
33 Jayapura 7 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
34 Sorong 2 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
71 57 18 9 1 23 30 2 1 1 1 18 2 3 2 2 2 243
29,2 23,5 7,4 3,7 0,4 9,5 12,3 0,8 0,4 0,4 0,4 7,4 0,8 1,2 0,8 0,8 0,8 100
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Total
G
i
z
i
F
i
s
i
o
t
e
r
a
p
i
T
e
r
a
p
i

W
i
c
a
r
a
A
k
u
p
u
n
k
t
u
r
O
r
t
o
t
i
k


















P
r
o
s
t
e
t
i
k
A
n
a
l
i
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n
T
e
k
n
i
k

E
l
e
k
t
r
o
m
e
d
i
k
T
e
k
n
i
k

R
a
d
i
o
d
i
a
g
n
o
s
t
i
k
T
e
k
n
i
k

G
i
g
i
JUMLAH INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2010
F
a
r
m
a
s
i
Keperawatan Kefarmasian Keterapian Fisik
A
n
a
l
i
s

F
a
r
m
a
s
i

&

M
a
k
a
n
a
n
K
e
s
e
h
a
t
a
n

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n
O
k
u
p
a
s
i

T
e
r
a
p
i
K
e
s
e
h
a
t
a
n

G
i
g
i
Keteknisian Medis
P
e
r
e
k
a
m

I
n
f
o
r
m
a
s
i

K
e
s
e
h
a
t
a
n
%
TOTAL
K
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n
K
e
b
i
d
a
n
a
n
No Poltekkes
Jurusan / Program Studi
Lampiran 5.12
Kesmas Gizi
S
P
K
S
P
R
G
A
K
P
E
R
A
K
B
I
D
A
K
G
S
M
F
S
M
K
F
A
K
A
F
A
R
M
A
A
K
F
A
R
A
K
L
A
K
Z
I
A
K
F
I
S
A
T
W
D
-
I
I
I

A
K
U
P
U
N
T
U
R
S
M
A
K
A
T
G
A
A
K
A
T
R
O
A
R
O
A
P
I
K
E
S
A
T
E
M
D
-
I

P
T
T
D
D
-
I
I
I

K
a
r
d
i
o
v
a
s
k
u
l
e
r
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)
1 Aceh 1 0 14 33 0 0 0 1 1 1 0 2 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 57
2 Sumatera Utara 1 0 42 55 0 4 0 3 1 1 2 2 0 0 1 0 2 1 1 0 1 0 0 117
3 Sumatera Barat 0 0 13 10 0 1 0 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 2 0 0 0 34
4 Riau 0 0 7 20 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 34
5 Jambi 0 0 7 6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 15
6 Sumatera Selatan 0 0 12 16 0 1 0 0 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 35
7 Bengkulu 0 0 4 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
8 Lampung 0 0 5 10 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 17
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 2 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
10 Kepulauan Riau 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5
11 DKI Jakarta 2 2 33 21 0 9 0 2 3 1 1 2 1 0 2 1 0 1 3 2 1 1 1 89
12 Jawa Barat 0 0 13 15 0 4 42 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2 1 1 1 0 0 0 81
13 Jawa Tengah 2 0 44 58 0 9 0 3 12 3 2 4 0 0 2 0 4 1 2 6 2 0 0 154
14 DI Yogyakarta 0 0 5 2 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 1 1 0 16
15 Jawa Timur 0 1 42 28 0 7 0 3 2 1 2 2 0 3 2 1 4 0 1 2 0 0 0 101
16 Banten 0 0 4 9 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15
17 Bali 1 0 1 3 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8
18 Nusa Tenggara Barat 1 0 4 7 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 16
19 Nusa Tenggara Timur 2 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
20 Kalimantan Barat 0 0 6 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
21 Kalimantan Tengah 0 0 3 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7
22 Kalimantan Selatan 0 0 6 6 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15
23 Kalimantan Timur 0 0 6 7 0 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17
24 Sulawesi Utara 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
25 Sulawesi Tengah 0 0 5 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
26 Sulawesi Selatan 23 1 26 22 0 6 0 0 1 1 0 0 0 0 3 0 1 1 0 1 1 0 0 87
27 Sulawesi Tenggara 0 0 6 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 12
28 Gorontalo 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
31 Maluku Utara 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3
33 4 322 349 1 50 43 15 43 13 8 17 1 3 12 2 22 9 9 20 7 2 1 986
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
JUMLAH
No Provinsi
Keperawatan
MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2010
JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES)
Keteknisian Medis Keterapian Fisik
Jumlah
Kefarmasian
Lampiran 5.13
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Banda Aceh 10 7 70 1 14 6 86 0 0 3 30
2 Medan 9 9 100 2 22 7 78 0 0 0 0
3 Pekanbaru 7 6 86 5 83 1 17 0 0 1 14
4 Padang 6 2 33 0 0 2 100 0 0 4 67
5 Jambi 4 4 100 2 50 2 50 0 0 0 0
6 Bengkulu 12 8 67 2 0 6 75 0 0 4 33
7 Palembang 7 4 57 2 50 2 50 0 0 3 43
8 Tanjung Karang 10 8 80 0 0 8 100 0 0 2 20
9 Jakarta I 4 3 75 2 67 1 33 0 0 1 25
10 Jakarta II 7 7 100 4 57 3 43 0 0 0 0
11 Jakarta III 6 6 100 6 100 0 0 0 0 0 0
12 Bandung 12 11 92 9 82 2 18 0 0 1 8
13 Tasikmalaya 8 5 63 5 100 0 0 0 0 3 38
14 Yogyakarta 14 6 43 6 100 0 0 0 0 0 0
15 Semarang 7 11 157 9 82 2 18 0 0 3 43
16 Surakarta 6 6 100 3 50 3 50 0 0 1 17
17 Surabaya 12 12 100 10 83 2 17 0 0 0 0
18 Malang 7 7 100 5 71 2 29 0 0 0 0
19 Denpasar 7 5 71 2 40 3 60 0 0 2 29
20 Mataram 5 5 100 4 80 1 20 0 0 0 0
21 Kupang 9 7 78 0 0 7 100 0 0 2 22
22 Pontianak 6 6 100 2 33 4 67 0 0 0 0
23 Palangkaraya 3 2 67 0 0 2 100 0 0 1 33
24 Samarinda 6 6 100 3 50 3 50 0 0 0 0
25 Banjarmasin 4 2 50 1 50 1 50 0 0 2 50
26 Palu 7 6 86 0 0 6 100 0 0 1 14
27 Makassar 4 3 75 0 0 0 0 3 0 0 0
28 Kendari 13 4 31 0 0 4 100 0 0 0 0
29 Manado 3 8 267 2 25 6 75 0 0 5 167
30 Gorontalo 3 3 100 0 0 3 100 0 0 0 0
31 Ambon 6 6 100 0 0 4 67 2 33 0 0
32 Ternate 3 2 67 0 0 2 100 0 0 1 33
33 Jayapura 11 4 36 0 0 4 100 0 0 7 64
34 Sorong 5 1 20 0 0 1 100 0 0 4 80
243 192 79,01 87 45,3 100 52,1 5 2,6 51 20,99
Sumber: Badan PPSDMKesehatan, Kemenkes RI
Jumlah
No Poltekkes
S t r a t a
A B C
Jumlah Jurusan /
Program Studi
Jurusan Terakreditasi Belum Terakreditasi
JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
MENURUT AKREDITASI DAN STRATA TAHUN 2010
Lampiran 5.14
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Aceh 57 1 3 23 77 6 20 30 53 27 47
2 Sumatera Utara 117 6 7 66 75 16 18 88 75 29 25
3 Sumatera Barat 34 2 10 16 76 3 14 21 62 13 38
4 Riau 34 2 12 15 88 0 0 17 50 17 50
5 Jambi 15 0 0 9 0 0 0 9 60 6 40
6 Sumatera Selatan 35 7 28 13 52 5 20 25 71 10 29
7 Bengkulu 9 1 20 4 80 0 0 5 56 4 44
8 Lampung 17 0 0 11 92 1 8 12 71 5 29
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 0 0 2 100 0 0 2 29 5 71
10 Kepulauan Riau 5 0 0 0 0 0 0 0 0 5 100
11 DKI Jakarta 89 8 10 70 89 1 1 79 89 10 11
12 Jawa Barat 81 3 15 17 85 0 0 20 25 61 75
13 Jawa Tengah 154 18 17 85 79 5 5 108 70 46 30
14 DI Yogyakarta 16 2 25 6 75 0 0 8 50 8 50
15 Jawa Timur 101 24 30 56 69 1 1 81 80 20 20
16 Banten 15 1 20 4 80 0 0 5 33 10 67
17 Bali 8 0 0 3 100 0 0 3 38 5 63
18 Nusa Tenggara Barat 16 1 25 3 75 0 0 4 25 12 75
19 Nusa Tenggara Timur 5 0 0 3 100 0 0 3 60 2 40
20 Kalimantan Barat 11 2 25 6 75 0 0 8 73 3 27
21 Kalimantan Tengah 7 0 0 3 100 0 0 3 43 4 57
22 Kalimantan Selatan 15 4 40 6 60 0 0 10 67 5 33
23 Kalimantan Timur 17 2 20 8 80 0 0 10 59 7 41
24 Sulawesi Utara 5 0 0 4 80 1 20 5 100 0 0
25 Sulawesi Tengah 7 1 14 5 71 1 14 7 100 0 0
26 Sulawesi Selatan 88 1 3 23 64 12 33 36 41 52 59
27 Sulawesi Tenggara 12 0 0 7 100 0 0 7 58 5 42
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 2 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
30 Maluku 1 0 0 1 100 0 0 1 100 1 100
31 Maluku Utara 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 100
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 4 0 0 1 100 0 0 1 25 3 75
986 86 14,1 471 77,3 52 8,5 609 61,76 378 38,34
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES)
MENURUT AKREDITASI DAN STRATA TAHUN 2010
Belum Terakreditasi
Jumlah Institusi
Telah Terakreditasi
Jumlah
No Provinsi
S t r a t a
A B C
Lampiran 5.15
(1) (3) (4) (5) (6)
A KEPERAWATAN
1 Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) 1 4 28 33
2 Akademi Keperawatan (AKPER) 69 16 237 322
3 Akademi Kebidanan (AKBID) 18 1 330 349
4 Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) 0 3 1 4
5 Akademi Kesehatan Gigi (AKG) 0 0 1 1
88 24 597 709
B
1 Sekolah Menengah Farmasi (SMF) 0 3 90 93
2 SMKF 0 0 0 0
3 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 0 0 15 15
4 Akademi Farmasi (AKFAR) 2 1 40 43
2 4 145 151
C
1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) 1 0 12 13
1 0 12 13
D
1 Akademi Gizi (AKZI) 1 0 7 8
1 0 7 8
E
1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 0 0 17 17
2 Akademi Okupasi Terapi (AOT) 0 0 0 0
3 Akademi Terapi Wicara (ATW) 0 0 1 1
4 Akademi Akupunktur 0 0 3 3
0 0 21 21
F KETEKNISIAN MEDIS
1 Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK) 1 1 10 12
2 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 2 0 20 22
3 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 0 1 1 2
4 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) 0 0 2 2
5 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) 0 0 9 9
6 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 0 0 20 20
7 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 0 1 6 7
8 Akademi Refraksionis Optisi (ARO) 0 0 9 9
9 Akademi Teknik Kardiovaskuler 0 0 1 1
3 3 78 84
95 31 860 986
9,63 3,14 87,22 100
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Sub Total
(2)
KEFARMASIAN
%
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Pemda
Sub Total
Jenis Tenaga Kesehatan
KETERAPIAN FISIK
Total
KESEHATAN MASYARAKAT
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN TAHUN 2010
Jumlah
GIZI
No. Swasta
Sub Total
TNI / Polri
Lampiran 5.16
Tingkat I Tingkat II Tingkat III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A KEPERAWATAN
AKPER 7.192 7.476 7.476 22.144
AKBID 5.443 5.025 5.298 15.766
AKG 1.635 1.655 1.530 4.820
14.270 14.156 14.304 42.730
B KEFARMASIAN
AKAFARMA 80 125 125 330
AKFAR 680 625 625 1.930
760 750 750 2.260
C KESEHATAN MASYARAKAT
AKL 2.245 2.065 2.065 6.375
2.245 2.065 2.065 6.375
D GIZI
AKZI 2.360 2.265 2.353 6.978
2.360 2.265 2.353 6.978
E KETERAPIAN FISIK
AKFIS 225 190 190 605
AOT 50 50 50 150
ATW 40 40 40 120
AKUPUNKTUR 100 40 40 180
415 320 320 1.055
F KETEKNISIAN MEDIS
AAK 1.300 1.105 1.105 3.510
ATG 120 100 100 320
PTTD 0 0 0 0
ATRO 295 100 160 555
APIKES 0 0 0 0
ATEM 245 225 225 695
ARO 0 0 0 0
AOP 20 20 20 60
KARDIOVASKULER 0 0 0 0
1.980 1.550 1.610 5.140
22.030 21.106 21.402 64.538
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Jumlah
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Total
REKAPITULASI PESERTA DIDIK POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
No Jenis Tenaga Kesehatan
Poltekkes
Lampiran 5.17
Tingkat I Tingkat II Tingkat III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A KEPERAWATAN
SPK 1.360 1.760 1.280 4.400
AKPER 33.623 31.980 30.795 96.398
AKBID 28.355 28.908 41.016 98.279
SPRG 400 400 400 1.200
AKG 140 100 40 280
63.878 63.148 73.531 200.557
B KEFARMASIAN
SMF 5.820 6.013 4.790 16.623
AKAFARMA 1.835 1.655 1.490 4.980
AKFAR 3.815 3.780 2.840 10.435
11.470 11.448 9.120 32.038
C KESEHATAN MASYARAKAT
AKL 1.160 1.100 1.180 3.440
1.160 1.100 1.180 3.440
D GIZI
AKZI 575 605 605 1.785
575 605 605 1.785
E KETERAPIAN FISIK
AKFIS 1.120 1.320 1.260 3.700
AOT 0 0 0 0
ATW 100 100 100 300
AKUPUNKTUR 220 220 160 600
1.440 1.640 1.520 4.600
F KETEKNISIAN MEDIS
SMAK 850 950 890 2.690
AAK 2.150 1.950 1.890 5.990
ATG 200 200 200 600
PTTD 160 0 0 160
ATRO 680 800 700 2.180
APIKES 1.205 1.589 1.669 4.463
ATEM 480 640 520 1.640
ARO 580 680 680 1.940
AOP 0 0 0 0
KARDIOVASKULER 60 60 60 180
6.365 6.869 6.609 19.843
84.888 84.810 92.565 262.263
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Jumlah
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Sub Total
Total
REKAPITULASI PESERTA DIDIK NON POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
No Jenis Tenaga Kesehatan
Non Poltekkes
Lampiran 5.18
2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5)
I KEPERAWATAN
Keperawatan Medical Bedah 170 657 380
Keperawatan Gawat Darurat 70 400 280
Keperawatan Klinik Kemahiran 0 40 20
Keperawatan Kardiovaskuler 0 40 20
Keperawatan Anestesi 0 40 0
Keperawatan Jiwa 0 0 20
Keperawatan Intensive 0 0 20
Keperawatan Anestesi Reanimasi 0 0 20
240 1177 760
II KEBIDANAN
Bidan Pendidik 80 520 440
Kebidanan Komunitas 0 0 20
80 520 440
III KESLING 100 320 180
100 320 180
IV GIZI 30 580 280
30 580 280
V FISIOTERAPI 40 80 40
40 80 40
VI TEKNIK ELEKTROMEDIK 0 80 40
0 80 40
VII RADIOLOGI 40 80 40
40 80 40
VIII ANALIS KESEHATAN 40 160 80
40 160 80
IX PROMOSI KESEHATAN 0 0 20
0 0 20
X KESEHATAN GIGI
Kesehatan Gigi 0 0 60
Kesehatan Gigi Komunitas 0 0 20
Kesehatan Gigi Prothodansia 0 0 20
Dental Bedah Mulut 0 0 20
Perawat Gigi Pendidik 0 0 20
0 0 140
TOTAL 570 2997 2020
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010
Sub Total
Sub Total
REKAPITULASI PESERTA DIDIK PROGRAM DIPLOMA IV
BERDASARKAN JENIS INSTITUSI PENDIDIKAN TAHUN 2007- 2009
No Jenis Institusi
Tahun
Sub Total
Lampiran 5.19
No Jenis Tenaga Kesehatan Poltekkes Non Poltekkes Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
A KEPERAWATAN
SPK 1,425 1,425
AKPER 4,835 30,795 35,630
AKBID 4,012 13,816 17,828
SPRG 0 400 400
AKG 1,068 0 1,068
9,915 46,436 56,351
B KEFARMASIAN
SMF 0 3,320 3,320
AKAFARMA 90 1,545 1,635
AKFAR 439 2,740 3,179
529 7,605 8,134
C KESEHATAN MASYARAKAT
AKL 1,157 1,020 2,177
1,157 1,020 2,177
D GIZI
AKZI 1,458 605 2,063
1,458 605 2,063
E KETERAPIAN FISIK
AKFIS 153 1,140 1,293
AOT 80 0 80
ATW 60 100 160
AKUPUNKTUR 0 120 120
293 1,360 1,653
F KETEKNISIAN MEDIS
SMAK 800 800
AAK 772 1,545 2,317
ATG 44 200 244
PTTD 0 160 160
ATRO 199 650 849
APIKES 0 1,285 1,285
ATEM 185 480 665
ARO 0 720 720
AOP 60 0 60
KARDIOVASKULER 0 60 60
1,260 5,900 7,160
14,612 62,926 77,538
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
SUB TOTAL
LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010
SUB TOTAL
TOTAL
SUB TOTAL
SUB TOTAL
SUB TOTAL
SUB TOTAL
Lampiran 5.20
Poltekkes
Akupuntur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Banda Aceh 233 82 29 100 100 544
2 Medan 100 291 55 80 60 80 60 726
3 Padang 225 250 125 75 60 735
4 Pekanbaru 168 160 54 382
5 Jambi 65 99 38 40 242
6 Bengkulu 95 223 60 378
7 Palembang 160 80 80 80 80 80 560
8 Tanjung Karang 200 120 120 60 80 80 660
9 Jakarta I 68 80 16 164
10 Jakarta II 65 104 44 199 60 90 109 671
11 Jakarta III 200 155 40 395
12 Bandung 220 207 39 60 50 94 670
13 Tasikmalaya 80 150 37 267
14 Semarang 400 200 100 90 90 880
15 Surakarta 110 80 102 80 60 60 492
16 Yogyakarta 72 79 79 73 73 100 476
17 Malang 314 300 125 739
18 Surabaya 600 189 195 80 125 125 1.314
19 Denpasar 101 80 17 45 21 264
20 Mataram 0
21 Kupang 280 220 80 50 630
22 Pontianak 78 185 56 56 60 56 491
23 Palangkaraya 109 101 49 259
24 Banjarmasin 40 40 40 40 40 40 240
25 Samarinda 80 74 40 194
26 Manado 80 80 80 80 80 80 480
27 Palu 106 130 89 325
28 Makassar 168 40 51 57 51 367
29 Kendari 83 97 47 227
30 Ambon 230 50 50 50 380
31 Ternate 90 90 40 220
32 Gorontalo 80 80 80 240
33 Jayapura 0
4.835 4.012 1.157 1.458 1.112 439 772 185 0 0 90 153 80 60 60 199 0 14.612
Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
JUMLAH LULUSAN POLTEKKES BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI INSTITUSI DIKNAKES SELURUH INDONESIA
TAHUN AJARAN 2010/2011
No
Terapi
Wicara
Ortotik
Prostetik
Jurusan / Program Studi
Jumlah AKAFARMA Teknik Gigi
Teknik
Radio Terapi
Jumlah
Gizi
Kesehatan
Lingkungan
Kesehatan
Gigi
Keperawatan
Teknik
Diagnostik
Okupasi
Terapi
Teknik
Elektromedik
Kebidanan
Analisis
Kesehatan
Fisioterapi Farmasi
Lampiran 5.21
Kesmas Gizi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (23) (24) (25)
1 Aceh 260 810 440 200 100 100 100 80 90 90 60 2,330
2 Sumatera Utara 280 3,620 3,114 400 270 100 80 115 260 166 230 90 90 90 8,905
3 Sumatera Barat 1,205 965 200 100 260 80 90 135 110 170 3,315
4 Riau 682 750 180 182 90 45 104 50 2,083
6 Jambi 688 400 90 105 1,283
7 Sumatera Selatan 1,060 659 135 104 70 100 80 2,208
8 Bengkulu 528 400 156 1,084
9 Lampung 689 600 100 90 1,479
10 Kepulauan Bangka Belitung 100 725 400 1,225
5 Kepulauan Riau 0
11 DKI Jakarta 100 200 2,499 730 436 130 160 50 130 100 130 75 90 130 100 70 90 60 5,280
12 Jawa Barat 815 320 89 90 140 70 110 66 1,700
13 Jawa Tengah 200 4,300 3,300 425 260 500 280 200 160 200 340 90 180 460 180 11,075
15 DI Yogyakarta 818 117 90 56 105 60 79 70 1,395
16 Jawa Timur 100 4,055 551 303 179 90 160 100 120 100 125 290 100 90 6,363
14 Banten 550 750 1,300
17 Bali 100 125 225
18 Nusa Tenggara Barat 125 545 151 821
19 Nusa Tenggara Timur 160 560 720
20 Kalimantan Barat 750 130 880
21 Kalimantan Tengah 535 100 635
22 Kalimantan Selatan 635 601 125 130 1,491
23 Kalimantan Timur 530 88 80 698
24 Sulawesi Utara 680 66 746
25 Sulawesi Tengah 725 180 905
26 Sulawesi Selatan 100 100 2,009 707 150 120 57 65 60 70 100 80 3,618
27 Sulawesi Tenggara 702 80 56 838
28 Gorontalo 0
29 Maluku 80 80
30 Maluku Utara 0
31 Papua 84 100 60 244
1,425 400 30,795 13,816 3,320 1,545 2,740 1,020 605 1,140 100 120 800 200 1,545 650 720 1,285 480 160 60 62,926
Sumber : BPPSDMKesehatan, Kemenkes RI
AKZI AKFAR
AKAFAR
MA
SPK SPRG AKPER AKBID SMF ATW SMAK ATG ARO AAK
AKUPUNTU
R
REKAPITULASI LULUSAN NON POLTEKKES DIKNAKES SELURUH INDONESIA BERDASARKAN JENIS DAN PROVINSI
TAHUN AJARAN 2010/2011
No
Keperawatan Kefarmasian
ATEM
Keterapian
AKL
KARDIOVAS
KULER
AKFIS
Keteknisian
JUMLAH
Provinsi Jumlah
PTTD ATRO APIKES
Dokter
Spesialis
Dokter
Umum
Dokter
Gigi
Perawat
Perawat
Gigi
Bidan
Sarjana
Farmasi &
Apoteker
Asisten
Aptoteker
Sarjana
Kesmas
Sanitarian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (19) (20)
1 Aceh 242 841 161 6.888 495 6.516 133 600 1.290 697 480 171 378 291 19.183 2.592 21.775
2 Sumatera Utara 400 1.791 702 8.241 532 9.828 238 841 1.055 581 773 78 335 458 25.853 1.470 27.323
3 Sumatera Barat 290 738 286 3.925 323 3.430 146 536 740 336 373 70 274 222 11.689 1.750 13.439
4 Riau 160 779 284 4.360 257 2.818 134 336 413 208 224 43 249 86 10.351 1.836 12.187
5 Jambi 161 433 102 3.109 295 1.906 127 360 531 435 165 38 126 233 8.021 1.666 9.687
6 Sumatera Selatan 60 505 93 3.129 312 3.409 99 281 1.010 504 320 69 156 96 10.043 1.655 11.698
7 Bengkulu 49 377 83 2.816 132 1.950 282 270 818 726 250 52 119 96 8.020 1.560 9.580
8 Lampung 130 596 171 3.342 225 2.614 112 174 516 367 196 41 87 142 8.713 1.703 10.416
9 Kepulauan Bangka Belitung 16 189 46 1.320 91 519 36 101 235 96 102 17 68 53 2.889 467 3.356
10 Kepulauan Riau 61 339 97 1.673 60 908 77 127 221 125 94 16 90 45 3.933 784 4.717
11 DKI Jakarta 2.605 3.302 1.187 24.958 286 1.897 1.886 1.052 3.611 168 1.072 749 2.651 106 45.530 29.955 75.485
12 Jawa Barat 902 2.385 1.033 14.794 1.110 9.322 273 1.070 1.214 1.140 1.028 97 586 534 35.488 10.121 45.609
13 Jawa Tengah 1.053 2.716 859 14.605 1.325 11.962 377 1.320 1.323 1.104 1.122 336 1.029 883 40.014 14.165 54.179
14 DI Yogyakarta 47 378 199 1.318 255 822 49 174 215 180 164 16 184 143 4.144 1.650 5.794
15 Jawa Timur 693 2.377 1.124 13.713 819 11.253 306 1.269 834 1.194 1.190 167 555 811 36.305 13.994 50.299
16 Banten 102 537 235 2.462 166 2.253 77 106 284 151 174 30 87 52 6.716 1.575 8.291
17 Bali 343 937 312 2.745 304 1.853 63 222 309 411 281 69 169 122 8.140 4.042 12.182
18 NTB 69 381 100 3.129 191 2.667 109 164 431 467 669 29 146 91 8.643 2.227 10.870
19 NTT 25 444 131 3.936 414 2.663 116 415 402 576 323 51 144 185 9.825 1.787 11.612
20 Kalimantan Barat 102 468 127 3.916 365 1.825 97 215 321 374 384 33 283 225 8.735 2.282 11.017
21 Kalimantan Tengah 34 385 83 3.067 133 1.266 219 187 296 203 225 16 87 55 6.256 932 7.188
22 Kalimantan Selatan 134 539 151 3.385 171 2.097 108 421 592 213 380 23 326 100 8.640 2.169 10.809
23 Kalimantan Timur 206 729 254 4.092 137 1.349 123 242 335 240 210 48 139 150 8.254 2.124 10.378
24 Sulawesi Utara 44 516 45 2.949 259 1.223 90 195 293 401 332 70 8 3 6.428 724 7.152
25 Sulawesi Tengah 88 363 92 3.029 111 1.721 163 200 730 576 190 29 124 54 7.470 1.205 8.675
26 Sulawesi Selatan 64 471 322 3.449 420 1.998 194 224 684 417 383 92 105 87 8.910 931 9.841
27 Sulawesi Tenggara 57 354 88 3.244 138 1.377 168 194 911 544 556 40 175 47 7.893 908 8.801
29 Gorontalo 39 191 24 1.249 78 556 103 51 358 293 239 14 19 10 3.224 439 3.663
28 Sulawesi Barat 16 168 71 1.167 45 504 51 59 159 67 61 20 30 27 2.445 220 2.665
30 Maluku 36 271 73 2.407 135 1.006 58 41 163 213 258 10 25 14 4.710 705 5.415
31 Maluku Utara 37 199 60 1.757 26 816 109 76 414 83 183 21 64 31 3.876 236 4.112
32 Papua Barat 61 165 37 1.717 35 719 44 94 131 158 137 7 28 27 3.360 200 3.560
33 Papua 77 469 99 4.183 78 1.504 97 141 525 257 285 25 253 51 8.044 1.233 9.277
8.403 25.333 8.731 160.074 9.723 96.551 6.264 11.758 21.364 13.505 12.823 2.587 9.099 5.530 391.745 109.307 501.052
12.823 2.587 9.099 5.530 391.745 109.307 501.052
Sumber : Badan PPSDMK, Kemenkes RI
Total
Provinsi
Total Per Kategori 42.467 266.348 18.022
Lampiran 5.22
Keperawatan
REKAPITULASI DATA SDM KESEHATAN PER PROVINSI
KEADAAN DESEMBER 2010
No
Tenaga
Non Nakes
Tenaga
Gizi
Medis
34.869
Kefarmasian Kesehatan Masyarakat
Total SDM
Kesehatan

Keterapian
Fisik
Keteknisian
Medis
Jumlah
Nakes
Analis
Kesehatan
Jumlah Tenaga Kesehatan
Dokter
Spesialis
Dokter
Umum
Dokter Gigi Perawat Perawat Gigi Bidan
Apoteker &
S1 Farmasi
Asisten
Apoteker
Kesmas Sanitarian Gizi
Keterapian
Fisik
Keteknisian
Medis
Analis
Kesehatan
Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Aceh 313 0 547 104 4.185 355 5.728 31 308 568 492 285 38 69 140 12.850 982 13.832
2 Sumatera Utara 501 2 1.037 435 4.554 333 7.989 50 425 185 267 383 0 41 189 15.890 481 16.371
3 Sumatera Barat 243 3 447 219 1.848 247 2.887 21 286 200 221 213 2 74 112 6.780 614 7.394
4 R i a u 190 5 551 192 2.465 133 2.253 36 185 117 140 127 3 73 39 6.319 369 6.688
5 J a m b i 165 1 273 74 1.755 229 1.608 11 166 94 220 84 15 61 123 4.714 285 4.999
6 Sumatera Selatan 300 7 365 78 2.251 273 3.204 34 197 421 334 221 11 81 59 7.536 879 8.415
7 Bengkulu 170 0 217 45 1.460 94 1.736 56 112 213 208 121 2 13 39 4.316 270 4.586
8 Lampung 266 3 405 135 1.943 181 2.371 25 83 187 223 114 0 14 63 5.747 423 6.170
9 Kepulauan Bangka Belitung 56 0 113 32 703 67 414 3 57 65 54 64 0 14 29 1.615 158 1.773
10 Kepulauan Riau 68 4 229 71 926 38 674 15 65 40 55 59 3 24 23 2.226 321 2.547
11 DKI Jakarta 358 33 624 510 1.552 173 984 58 130 98 111 156 6 93 7 4.535 1.056 5.591
12 Jawa Barat 1.028 11 1.726 771 7.733 937 8.502 80 615 484 833 745 8 78 273 22.796 3.691 26.487
13 Jawa Tengah 876 6 1.852 648 6.505 1.092 10.960 95 644 446 766 720 63 231 393 24.421 5.396 29.817
14 DI Yogyakarta 121 1 321 169 801 237 762 26 137 78 151 137 8 107 114 3.049 919 3.968
15 Jawa Timur 946 23 1.682 964 7.516 718 10.287 115 730 254 798 785 19 164 495 24.550 7.609 32.159
16 Banten 198 3 366 196 1.465 146 2.099 21 42 154 121 122 0 6 2 4.743 674 5.417
17 B a l i 114 0 341 195 1.121 230 1.360 13 104 71 231 108 1 28 32 3.835 445 4.280
18 Nusa Tenggara Barat 150 0 239 82 2.056 166 2.311 32 96 172 364 319 5 52 29 5.923 778 6.701
19 Nusa Tenggara Timur 301 0 302 101 2.644 361 2.314 22 255 144 467 238 12 25 121 7.006 679 7.685
20 Kalimantan Barat 231 4 251 76 2.178 308 1.564 23 117 103 265 269 2 119 116 5.395 587 5.982
21 Kalimantan Tengah 176 0 259 56 2.160 83 1.086 133 128 104 113 162 0 50 10 4.344 271 4.615
22 Kalimantan Selatan 219 0 335 114 1.603 92 1.668 36 240 377 129 226 0 147 1 4.968 843 5.811
23 Kalimantan Timur 212 2 417 191 2.123 110 1.012 37 97 139 149 124 3 30 29 4.463 584 5.047
24 Sulawesi Utara 167 2 339 37 2.023 226 1.080 31 134 127 292 249 42 1 2 4.585 110 4.695
25 Sulawesi Tengah 160 0 183 59 1.716 83 1.442 44 89 182 277 91 1 27 21 4.215 317 4.532
26 Sulawesi Selatan 401 5 444 289 3.060 384 1.878 155 188 496 391 342 68 82 66 7.848 752 8.600
27 Sulawesi Tenggara 233 0 232 60 2.183 110 1.119 41 102 342 357 399 0 32 11 4.988 279 5.267
28 Gorontalo 81 1 80 11 532 47 359 16 15 97 171 118 0 0 1 1.448 144 1.592
29 Sulawesi Barat 81 0 102 45 730 36 440 23 34 92 45 46 6 7 15 1.621 76 1.697
30 Maluku 155 2 188 59 1.620 126 798 16 23 30 121 171 3 5 8 3.170 209 3.379
31 Maluku Utara 101 0 101 39 846 17 562 24 47 159 60 108 6 11 8 1.988 82 2.070
32 Papua Barat 116 2 55 13 1.170 26 521 18 43 50 87 98 1 0 10 2.094 60 2.154
33 Papua 308 0 311 70 2.788 27 1.250 27 69 108 131 161 2 98 20 5.062 180 5.242
9.005 120 14.934 6.140 78.215 7.685 83.222 1.368 5.963 6.397 8.644 7.565 330 1.857 2.600 225.040 30.523 255.563
Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
TOTAL
Lampiran 5.23
No Provinsi
Total Tenaga
Kesehatan
Tenaga Non Nakes
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2010
Jumlah
Puskesmas
No Provinsi Jumlah Puskesmas Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan
Rasio Dokter
Umum
Rasio Dokter Gigi Rasio Perawat Rasio Bidan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 313 547 104 4.185 5.728 1,75 0,33 13,37 18,30
2 Sumatera Utara 501 1.037 435 4.554 7.989 2,07 0,87 9,09 15,95
3 Sumatera Barat 243 447 219 1.848 2.887 1,84 0,90 7,60 11,88
4 R i a u 190 551 192 2.465 2.253 2,90 1,01 12,97 11,86
5 J a m b i 165 273 74 1.755 1.608 1,65 0,45 10,64 9,75
6 Sumatera Selatan 300 365 78 2.251 3.204 1,22 0,26 7,50 10,68
7 Bengkulu 170 217 45 1.460 1.736 1,28 0,26 8,59 10,21
8 Lampung 266 405 135 1.943 2.371 1,52 0,51 7,30 8,91
9 Bangka Belitung 56 113 32 703 414 2,02 0,57 12,55 7,39
10 Kepulauan Riau 68 229 71 926 674 3,37 1,04 13,62 9,91
11 DKI Jakarta 358 624 510 1.552 984 1,74 1,42 4,34 2,75
12 Jawa Barat 1.028 1.726 771 7.733 8.502 1,68 0,75 7,52 8,27
13 Jawa Tengah 876 1.852 648 6.505 10.960 2,11 0,74 7,43 12,51
14 DI Yogyakarta 121 321 169 801 762 2,65 1,40 6,62 6,30
15 Jawa Timur 946 1.682 964 7.516 10.287 1,78 1,02 7,95 10,87
16 Banten 198 366 196 1.465 2.099 1,85 0,99 7,40 10,60
17 B a l i 114 341 195 1.121 1.360 2,99 1,71 9,83 11,93
18 Nusa Tenggara Barat 150 239 82 2.056 2.311 1,59 0,55 13,71 15,41
19 Nusa Tenggara Timur 301 302 101 2.644 2.314 1,00 0,34 8,78 7,69
20 Kalimantan Barat 231 251 76 2.178 1.564 1,09 0,33 9,43 6,77
21 Kalimantan Tengah 176 259 56 2.160 1.086 1,47 0,32 12,27 6,17
22 Kalimantan Selatan 219 335 114 1.603 1.668 1,53 0,52 7,32 7,62
23 Kalimantan Timur 212 417 191 2.123 1.012 1,97 0,90 10,01 4,77
24 Sulawesi Utara 167 339 37 2.023 1.080 2,03 0,22 12,11 6,47
25 Sulawesi Tengah 160 183 59 1.716 1.442 1,14 0,37 10,73 9,01
26 Sulawesi Selatan 401 444 289 3.060 1.878 1,11 0,72 7,63 4,68
27 Sulawesi Tenggara 233 232 60 2.183 1.119 1,00 0,26 9,37 4,80
28 Gorontalo 81 80 11 532 359 0,99 0,14 6,57 4,43
29 Sulawesi Barat 81 102 45 730 440 1,26 0,56 9,01 5,43
30 Maluku 155 188 59 1.620 798 1,21 0,38 10,45 5,15
31 Maluku Utara 101 101 39 846 562 1,00 0,39 8,38 5,56
32 Papua Barat 116 55 13 1.170 521 0,47 0,11 10,09 4,49
33 Papua 308 311 70 2.788 1.250 1,01 0,23 9,05 4,06
9.005 14.934 6.140 78.215 83.222 1,66 0,68 8,69 9,24
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
TOTAL
Lampiran 5.24
RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
Jumlah Tenaga Kesehatan
Dokter
Spesialis
Dokter
Umum
Dokter Gigi Perawat Perawat Gigi Bidan
Apoteker &
S1 Farmasi
Asisten
Apoteker
Kesmas Kesling Gizi
Keterapian
Fisik
Keteknisian
Medis
Analis
Kesehatan
Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Aceh 20 240 234 45 2.380 120 643 60 176 193 80 123 131 271 126 4.822 982 5.804
2 Sumatera Utara 29 381 467 184 3.028 161 1.322 82 227 116 108 221 75 190 149 6.711 481 7.192
3 Sumatera Barat 21 271 250 57 1.846 65 318 75 185 142 35 102 66 186 91 3.689 614 4.303
4 R i a u 14 155 183 60 1.759 115 456 64 117 89 28 75 40 173 45 3.359 369 3.728
5 J a m b i 11 147 148 28 1.244 50 248 46 129 98 85 53 22 38 97 2.433 285 2.718
6 Sumatera Selatan 12 53 114 14 690 32 142 40 44 92 39 46 45 57 32 1.440 879 2.319
7 Bengkulu 14 48 157 36 1.216 33 141 174 133 228 230 103 42 88 53 2.682 270 2.952
8 Lampung 10 120 157 22 1.297 40 194 43 61 85 56 55 40 68 66 2.304 423 2.727
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 13 60 8 501 18 77 16 30 27 10 18 17 48 19 862 158 1.020
10 Kepulauan Riau 7 44 80 22 623 18 164 23 37 34 12 22 13 52 21 1.165 321 1.486
11 DKI Jakarta 15 2.179 659 324 8.349 112 882 361 898 234 25 189 264 629 99 15.204 1.056 16.260
12 Jawa Barat 27 839 493 216 6.707 151 691 113 370 164 137 193 88 410 231 10.803 3.691 14.494
13 Jawa Tengah 56 1.022 710 171 7.710 218 841 185 605 209 138 315 256 712 472 13.564 5.396 18.960
14 DI Yogyakarta 3 44 36 7 438 10 31 3 19 12 2 8 7 38 19 674 919 1.593
15 Jawa Timur 47 652 575 125 5.866 92 784 111 432 164 154 287 147 347 287 10.023 7.609 17.632
16 Banten 4 94 115 18 917 13 114 31 52 19 11 30 26 52 45 1.537 674 2.211
17 B a l i 12 336 533 108 1.537 61 459 24 92 53 55 138 68 131 88 3.683 445 4.128
18 Nusa Tenggara Barat 6 65 120 14 995 22 276 39 47 21 24 295 23 72 45 2.058 778 2.836
19 Nusa Tenggara Timur 16 23 119 22 1.119 46 275 39 88 38 29 40 38 105 59 2.040 679 2.719
20 Kalimantan Barat 15 97 183 40 1.668 44 216 47 65 44 39 74 30 153 97 2.797 587 3.384
21 Kalimantan Tengah 13 32 85 14 780 38 139 46 30 26 24 34 15 28 32 1.323 271 1.594
22 Kalimantan Selatan 14 123 163 32 1.529 75 393 50 158 125 75 137 23 129 99 3.111 843 3.954
23 Kalimantan Timur 15 204 259 46 1.869 24 298 58 123 38 25 65 45 99 116 3.269 584 3.853
24 Sulawesi Utara 7 36 92 7 618 21 88 24 30 15 28 35 22 6 0 1.022 110 1.132
25 Sulawesi Tengah 13 86 156 28 1.183 25 242 80 81 120 111 59 28 87 32 2.318 317 2.635
26 Sulawesi Selatan 3 19 20 5 187 8 40 14 4 39 1 17 17 13 13 397 752 1.149
27 Sulawesi Tenggara 13 54 106 22 983 27 207 67 59 176 66 88 39 125 24 2.043 279 2.322
28 Gorontalo 7 35 90 13 618 31 171 53 25 107 75 82 14 12 6 1.332 144 1.476
29 Sulawesi Barat 5 16 42 7 391 7 53 14 20 23 8 10 14 23 12 640 76 716
30 Maluku 12 33 60 9 647 9 159 13 8 26 23 43 7 12 1 1.050 209 1.259
31 Maluku Utara 9 36 73 12 798 9 223 57 22 66 4 51 15 50 21 1.437 82 1.519
32 Papua Barat 3 26 23 4 131 4 39 3 9 7 3 6 0 0 4 259 60 319
33 Papua 13 70 123 21 1.077 46 184 32 35 95 35 65 22 115 27 1.947 180 2.127
473 7.593 6.685 1.741 60.701 1.745 10.510 2.087 4.411 2.925 1.775 3.079 1.699 4.519 2.528 111.998 30.523 142.521
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
TOTAL
Lampiran 5.25
REKAPITULASI SDM KESEHATAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH PER PROVINSI
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2010
No Provinsi
Jumlah Rumah
Sakit
Tenaga Non
Nakes
Total Tenaga
Kesehatan
Lampiran 5.26
Jumlah % Jumlah % 6 Bln 12 Bln Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 10 5 63 31 4 125 129 64 202
2 Sumatera Utara 62 39 69 44 13 14 27 17 158
3 Sumatera Barat 5 10 24 49 6 14 20 41 49
4 Riau 26 43 23 38 0 12 12 20 61
5 Jambi 12 18 28 42 0 26 26 39 66
6 Sumatera Selatan 0 0 16 100 0 0 0 0 16
7 Bengkulu 0 0 32 54 0 27 27 46 59
8 Lampung 5 7 46 64 0 21 21 29 72
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 7 70 0 3 3 30 10
10 Kepulauan Riau 1 5 3 15 0 16 16 80 20
11 DKI Jakarta 12 100 0 0 0 0 0 0 12
12 Jawa Barat 37 100 0 0 0 0 0 0 37
13 Jawa Tengah 57 100 0 0 0 0 0 0 57
14 DI Yogyakarta 11 100 0 0 0 0 0 0 11
15 Jawa Timur 73 100 0 0 0 0 0 0 73
16 Banten 4 100 0 0 0 0 0 0 4
17 Bali 17 100 0 0 0 0 0 0 17
18 Nusa Tenggara Barat 1 2 24 57 0 17 17 40 42
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 23 7 17 308 325 93 348
20 Kalimantan Barat 0 0 27 24 0 86 86 76 113
21 Kalimantan Tengah 0 0 23 33 0 47 47 67 70
22 Kalimantan Selatan 0 0 45 41 0 64 64 59 109
23 Kalimantan Timur 5 8 26 40 0 34 34 52 65
24 Sulawesi Utara 0 0 27 26 0 76 76 74 103
25 Sulawesi Tengah 0 0 22 24 31 39 70 76 92
26 Sulawesi Selatan 12 15 48 59 6 15 21 26 81
27 Sulawesi Tenggara 1 1 11 8 18 110 128 91 140
28 Gorontalo 0 0 19 33 0 38 38 67 57
29 Sulawesi Barat 0 0 8 18 14 22 36 82 44
30 Maluku 1 1 0 0 137 0 137 99 138
31 Maluku Utara 0 0 5 10 44 0 44 90 49
32 Papua Barat 0 0 5 4 112 0 112 96 117
33 Papua 0 0 9 7 113 0 113 93 122
352 13 633 24 515 1.114 1.629 62 2.614
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF TAHUN 2010
No Provinsi
Jumlah
Total
Biasa Terpencil Sangat Terpencil
Lampiran 5.27
Jumlah % Jumlah % 6 Bln 12 Bln Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 0 0 3 5 7 45 52 95 55
2 Sumatera Utara 11 32 13 38 1 9 10 29 34
3 Sumatera Barat 1 3 12 40 5 12 17 57 30
4 Riau 1 4 16 59 0 10 10 37 27
5 Jambi 0 0 4 24 0 13 13 76 17
6 Sumatera Selatan 0 0 6 86 0 1 1 14 7
7 Bengkulu 0 0 1 7 0 14 14 93 15
8 Lampung 7 28 6 24 0 12 12 48 25
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 4 57 0 3 3 43 7
10 Kepulauan Riau 0 0 4 33 0 8 8 67 12
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 19 100 0 0 0 0 0 0 19
13 Jawa Tengah 7 100 0 0 0 0 0 0 7
14 DI Yogyakarta 7 100 0 0 0 0 0 0 7
15 Jawa Timur 52 100 0 0 0 0 0 0 52
16 Banten 3 100 0 0 0 0 0 0 3
17 Bali 6 100 0 0 0 0 0 0 6
18 Nusa Tenggara Barat 1 8 5 38 0 7 7 54 13
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 1 1 14 83 97 99 98
20 Kalimantan Barat 0 0 3 11 0 25 25 89 28
21 Kalimantan Tengah 0 0 2 13 0 13 13 87 15
22 Kalimantan Selatan 0 0 5 12 0 36 36 88 41
23 Kalimantan Timur 2 6 6 17 0 27 27 77 35
24 Sulawesi Utara 0 0 1 14 0 6 6 86 7
25 Sulawesi Tengah 0 0 1 6 9 8 17 94 18
26 Sulawesi Selatan 2 4 18 40 6 19 25 56 45
27 Sulawesi Tenggara 0 0 1 2 7 39 46 98 47
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 16 16 100 16
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 4 15 19 100 19
30 Maluku 0 0 1 2 46 0 46 98 47
31 Maluku Utara 0 0 1 4 24 0 24 96 25
32 Papua Barat 0 0 2 15 11 0 11 85 13
33 Papua 0 0 1 10 9 0 9 90 10
119 15 117 15 143 421 564 71 800
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
Sangat Terpencil
Jumlah
Total
Biasa

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF TAHUN 2010
No Provinsi
Terpencil
Lampiran 5.28
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 216 7 2.662 90 76 3 2.954
2 Sumatera Utara 2.128 46 2.509 54 3 0 4.640
3 Sumatera Barat 1.167 73 429 27 0 0 1.596
4 Riau 350 29 872 71 0 0 1.222
5 Jambi 168 20 681 80 0 0 849
6 Sumatera Selatan 322 62 194 38 0 0 516
7 Bengkulu 33 7 406 91 6 1 445
8 Lampung 1.182 80 296 20 1 0 1.479
9 Kepulauan Bangka Belitung 53 83 11 17 0 0 64
10 Kepulauan Riau 52 26 149 74 1 0 202
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 1.837 85 324 15 2 0 2.163
13 Jawa Tengah 4.543 100 4 0 0 0 4.547
14 DI Yogyakarta 214 100 0 0 0 0 214
15 Jawa Timur 2.850 95 132 4 4 0 2.986
16 Banten 629 69 281 31 0 0 910
17 Bali 314 96 12 4 0 0 326
18 Nusa Tenggara Barat 166 51 151 46 9 3 326
19 Nusa Tenggara Timur 3 1 337 97 8 2 348
20 Kalimantan Barat 3 1 366 88 49 12 418
21 Kalimantan Tengah 1 2 45 94 2 4 48
22 Kalimantan Selatan 2 2 83 98 0 0 85
23 Kalimantan Timur 73 70 32 30 0 0 105
24 Sulawesi Utara 1 5 18 95 0 0 19
25 Sulawesi Tengah 4 2 198 98 1 0 203
26 Sulawesi Selatan 464 58 331 42 1 0 796
27 Sulawesi Tenggara 7 2 324 98 0 0 331
28 Gorontalo 3 25 7 58 2 17 12
29 Sulawesi Barat 3 1 349 99 0 0 352
30 Maluku 1 1 89 79 23 20 113
31 Maluku Utara 0 0 57 76 18 24 75
32 Papua Barat 0 0 32 100 0 0 32
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0
16.789 59 11.381 0 206 1 28.376
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
Total
Jumlah

REKAPITULASI KEBERADAAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF TAHUN 2010
No Provinsi
Biasa Terpencil Sangat Terpencil
Lampiran 5.29
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 10 4 80 34 148 62 238
2 Sumatera Utara 1 1 105 66 54 34 160
3 Sumatera Barat 0 0 28 45 34 55 62
4 Riau 5 10 29 59 15 31 49
5 Jambi 0 0 35 52 32 48 67
6 Sumatera Selatan 0 0 28 93 2 7 30
7 Bengkulu 0 0 38 56 30 44 68
8 Lampung 0 0 50 67 25 33 75
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 8 67 4 33 12
10 Kepulauan Riau 0 0 7 26 20 74 27
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 1 100 0 0 0 0 1
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 2 100 0 0 0 0 2
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 27 61 17 39 44
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 23 6 388 94 411
20 Kalimantan Barat 0 0 31 26 88 74 119
21 Kalimantan Tengah 0 0 29 35 54 65 83
22 Kalimantan Selatan 0 0 51 43 69 58 120
23 Kalimantan Timur 0 0 34 47 38 53 72
24 Sulawesi Utara 0 0 32 28 81 72 113
25 Sulawesi Tengah 0 0 24 15 141 85 165
26 Sulawesi Selatan 0 0 59 64 33 36 92
27 Sulawesi Tenggara 0 0 24 12 181 88 205
28 Gorontalo 0 0 20 33 41 67 61
29 Sulawesi Barat 0 0 13 16 66 84 79
30 Maluku 0 0 0 0 340 100 340
31 Maluku Utara 0 0 6 5 105 95 111
32 Papua Barat 0 0 8 3 259 97 267
33 Papua 0 0 20 5 368 95 388
19 1 809 23 2.633 76 3.461
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
Catatan :
* Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF TAHUN 2010
No Provinsi
Biasa Terpencil Sangat Terpencil
Total
Jumlah
Lampiran 5.30
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Aceh 0 0 4 6 61 94 65
2 Sumatera Utara 0 0 16 52 15 48 31
3 Sumatera Barat 0 0 14 39 22 61 36
4 Riau 0 0 16 57 12 43 28
5 Jambi 0 0 6 29 15 71 21
6 Sumatera Selatan 0 0 7 70 3 30 10
7 Bengkulu 0 0 1 6 15 94 16
8 Lampung 0 0 7 30 16 70 23
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 4 57 3 43 7
10 Kepulauan Riau 0 0 7 47 8 53 15
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 5 42 7 58 12
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 1 1 131 99 132
20 Kalimantan Barat 0 0 4 13 27 87 31
21 Kalimantan Tengah 0 0 2 12 15 88 17
22 Kalimantan Selatan 0 0 5 11 41 89 46
23 Kalimantan Timur 0 0 10 26 28 74 38
24 Sulawesi Utara 0 0 1 11 8 89 9
25 Sulawesi Tengah 0 0 1 3 39 98 40
26 Sulawesi Selatan 0 0 18 37 31 63 49
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 69 100 69
28 Gorontalo 0 0 0 0 13 100 13
29 Sulawesi Barat 0 0 1 4 23 96 24
30 Maluku 0 0 1 1 111 99 112
31 Maluku Utara 0 0 1 2 55 98 56
32 Papua Barat 0 0 2 5 42 95 44
33 Papua 0 0 1 3 30 97 31
0 0 135 14 840 86 975
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
Catatan :
* Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) TAHUN 2010
No Provinsi
Biasa Terpencil Sangat Terpencil
Total
Jumlah
Lampiran 5.31
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 60 5 1.165 95 1.225
2 Sumatera Utara 643 40 965 60 1.608
3 Sumatera Barat 667 70 290 30 957
4 Riau 85 20 350 80 435
5 Jambi 89 18 408 82 497
6 Sumatera Selatan 327 75 110 25 437
7 Bengkulu 24 11 188 89 212
8 Lampung 494 70 210 30 704
9 Kepulauan Bangka Belitung 19 86 3 14 22
10 Kepulauan Riau 33 31 75 69 108
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 702 84 132 16 834
13 Jawa Tengah 1.548 99 10 1 1.558
14 DI Yogyakarta 36 100 0 0 36
15 Jawa Timur 871 95 45 5 916
16 Banten 314 76 97 24 411
17 Bali 79 88 11 12 90
18 Nusa Tenggara Barat 119 53 104 47 223
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 241 100 241
20 Kalimantan Barat 0 0 237 100 237
21 Kalimantan Tengah 0 0 37 100 37
22 Kalimantan Selatan 0 0 52 100 52
23 Kalimantan Timur 54 76 17 24 71
24 Sulawesi Utara 0 0 12 100 12
25 Sulawesi Tengah 0 0 190 100 190
26 Sulawesi Selatan 491 59 340 41 831
27 Sulawesi Tenggara 0 0 219 100 219
28 Gorontalo 0 0 9 100 9
29 Sulawesi Barat 0 0 259 100 259
30 Maluku 0 0 75 100 75
31 Maluku Utara 0 0 63 100 63
32 Papua Barat 0 0 32 100 32
33 Papua 0 0 0 0 0
6.655 53 5.946 47 12.601
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
Catatan :
* Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali
Jumlah

REKAPITULASI PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) TAHUN 2010
No Provinsi
Biasa Terpencil
Total
Lampiran 5.32
B T ST JML B T ST JML B T ST JML B T ST JML B T ST JML B T ST JML B T ST JML B T ST JML B T ST
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) (31) (32) (33) (34) (35) (36) (37) (38) (39) (40) (41)
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 2
2 Sumatera Utara 3 0 0 3 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 2 1 8
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0 2
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 3 0 3
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 2 3 5
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 2
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 2 0 0 0 2 1 0 3
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
23 Kalimantan Timur 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 0 0 4
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 0 2 0 1 0 0 4 0 4
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3
26 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 2
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 2 4
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 2 0 2
4 0 0 4 4 0 0 4 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 8 2 10 1 1 0 2 1 8 0 9 2 9 6 14 26 10 50
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
PENGANGKATAN TAHUN 2009 TOTAL
JUNI
PENGANGKATAN TAHUN 2010

APRIL SEPTEMBER APRIL


T
PERPANJANGA
N TAHUN 2010
JUNI
ST
TOTAL
APRIL JUNI SEPTEMBER
B
KEADAAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PTT KEMENTERIAN KESEHATAN YANG MASIH AKTIF
SAMPAI DENGAN DESEMBER 2010
NO PROVINSI
PENGANGKATAN TAHUN 2008
Lampiran 5.33
T ST T ST T ST T ST T ST T ST T ST T ST T ST
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)
1 Aceh 29 27 56 29 27 56 100 100 100 20 13 33 16 13 29 80 100 88 13 7 20 13 7 20 100 100 100
2 Sumatera Utara 22 4 26 22 4 26 100 100 100 30 5 35 27 5 32 90 100 91 13 8 21 13 8 21 100 100 100
3 Sumatera Barat 7 8 15 7 8 15 100 100 100 9 8 17 9 8 17 100 100 100 8 7 15 8 7 15 100 100 100
4 Riau 5 2 7 5 2 7 100 100 100 7 3 10 7 3 10 100 100 100 7 4 11 7 4 11 100 100 100
5 Jambi 10 5 15 10 5 15 100 100 100 12 3 15 12 3 15 100 100 100 7 4 11 7 4 11 100 100 100
6 Sumatera Selatan 7 0 7 7 0 7 100 0 100 10 1 11 10 1 11 100 0 100 11 0 11 11 0 11 100 0 100
7 Bengkulu 13 11 24 13 11 24 100 100 100 16 6 22 11 6 17 69 100 77 10 3 13 10 3 13 100 100 100
8 Lampung 14 5 19 14 5 19 100 100 100 23 8 31 18 8 26 78 100 84 15 2 17 15 2 17 100 100 100
9 Kep. Bangka Belitung 3 1 4 3 1 4 100 100 100 4 2 6 4 2 6 0 100 100 0 1 1 0 1 1 0 0 0
10 Kepulauan Riau 2 4 6 2 4 6 100 100 100 1 3 4 1 3 4 100 100 100 3 2 5 3 2 5 100 100 100
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 10 5 15 10 5 15 100 100 100 7 2 9 7 2 9 100 100 100 9 0 9 9 0 9 100 0 100
19 Nusa Tenggara Timur 6 71 77 6 71 77 100 100 100 7 77 84 7 77 84 100 100 100 4 65 69 4 65 69 100 100 100
20 Kalimantan Barat 5 12 17 5 12 17 100 100 100 17 23 40 8 23 31 47 100 78 12 4 16 12 4 16 100 100 100
21 Kalimantan Tengah 9 19 28 9 19 28 100 100 100 4 5 9 4 5 9 100 100 100 11 5 16 11 5 16 100 100 100
22 Kalimantan Selatan 19 9 28 19 9 28 100 100 100 13 12 25 12 12 24 92 100 96 13 8 21 13 8 21 100 100 100
23 Kalimantan Timur 8 8 16 8 8 16 100 100 100 11 5 16 11 5 16 100 100 100 10 4 14 10 4 14 100 100 100
24 Sulawesi Utara 15 12 27 15 12 27 100 100 100 7 8 15 5 8 13 71 100 87 4 15 19 4 15 19 100 100 100
25 Sulawesi Tengah 9 15 24 9 15 24 100 100 100 11 22 33 7 22 29 64 100 88 8 12 20 8 12 20 100 100 100
26 Sulawesi Selatan 27 10 37 27 10 37 100 100 100 24 4 28 12 4 16 50 100 57 13 4 17 13 4 17 100 100 100
27 Sulawesi Tenggara 11 34 45 11 34 45 100 100 100 11 28 39 4 28 32 36 100 82 7 19 26 7 19 26 100 100 100
28 Gorontalo 9 3 12 9 3 12 100 100 100 14 7 21 8 7 15 57 100 71 3 6 9 3 6 9 100 100 100
29 Sulawesi Barat 7 10 17 7 10 17 100 100 100 3 8 11 3 8 11 100 100 100 3 10 13 3 10 13 100 100 100
30 Maluku 0 20 20 0 20 20 0 100 100 0 49 49 0 49 49 0 100 100 0 34 34 0 34 34 0 100 100
31 Maluku Utara 4 6 10 4 6 10 100 100 100 1 20 21 1 20 21 100 100 100 0 16 16 0 16 16 0 100 100
32 Papua Barat 0 42 42 0 42 42 0 100 100 2 33 35 2 33 35 0 100 100 0 36 36 0 36 36 0 100 100
33 Papua 10 57 67 10 57 67 100 100 100 6 58 64 4 55 59 67 95 92 0 54 54 0 54 54 0 100 100
261 400 661 261 400 661 100 100 100 270 413 683 210 410 620 78 99 91 184 330 514 184 330 514 100 100 100
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
Catatan:
*persentase adalah perbandingan Realisasi dengan Kebutuhan
Kebutuhan Realisasi Kebutuhan Realisasi Realisasi Persentase
Jumlah
REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PTT
TAHUN 2010
No Provinsi
April Juni September
Persentase Kebutuhan Persentase
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Lampiran 5.34
T ST T ST T ST T ST T ST T ST T ST T ST T ST
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)
1 Aceh 32 26 58 0 7 7 0 27 12 17 27 44 0 12 12 0 44 27 17 9 26 1 2 3 6 22 12
2 Sumatera Utara 33 6 39 6 3 9 18 50 23 25 10 35 3 3 6 12 30 17 17 9 26 2 4 6 12 44 23
3 Sumatera Barat 12 8 20 2 4 6 17 50 30 9 7 16 2 4 6 22 57 38 11 5 16 8 5 13 73 100 81
4 Riau 6 1 7 5 1 6 83 100 86 4 2 6 4 2 6 100 100 100 5 3 8 5 3 8 100 100 100
5 Jambi 9 5 14 2 3 5 22 60 36 19 5 24 0 1 1 0 20 4 10 9 19 2 5 7 20 56 37
6 Sumatera Selatan 5 0 5 2 0 2 40 0 40 9 2 11 3 1 4 33 50 36 8 1 9 1 0 1 13 0 11
7 Bengkulu 19 11 30 1 6 7 5 55 23 9 9 18 0 2 2 0 22 11 11 6 17 0 3 3 0 50 18
8 Lampung 19 7 26 4 6 10 21 86 38 20 10 30 0 2 2 0 20 7 18 3 21 1 3 4 6 100 19
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 2 5 0 2 2 0 100 40 3 1 4 2 1 3 67 100 75 3 0 3 2 0 2 67 0 67
10 Kepulauan Riau 2 9 11 1 4 5 50 44 45 2 5 7 2 0 2 100 0 29 3 8 11 0 2 2 0 25 18
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 12 2 14 2 1 3 17 50 21 7 6 13 0 4 4 0 67 31 6 3 9 1 0 1 17 0 11
19 Nusa Tenggara Timur 10 66 76 0 29 29 0 44 38 0 51 51 0 17 17 0 33 33 1 38 39 0 18 18 0 47 46
20 Kalimantan Barat 5 15 20 1 6 7 20 40 35 9 17 26 1 3 4 11 18 15 7 13 20 2 2 4 29 15 20
21 Kalimantan Tengah 14 17 31 1 8 9 7 47 29 1 4 5 0 1 1 0 25 20 7 9 16 0 1 1 0 11 6
22 Kalimantan Selatan 15 6 21 1 5 6 7 83 29 13 12 25 1 8 9 8 67 36 11 9 20 2 7 9 18 78 45
23 Kalimantan Timur 14 7 21 2 7 9 14 100 43 11 6 17 4 4 8 36 67 47 7 7 14 2 5 7 29 71 50
24 Sulawesi Utara 12 11 23 1 3 4 8 27 17 10 10 20 0 2 2 0 20 10 12 10 22 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 12 24 36 0 6 6 0 25 17 6 16 22 1 8 9 17 50 41 5 10 15 0 2 2 0 20 13
26 Sulawesi Selatan 17 11 28 4 10 14 24 91 50 18 5 23 4 5 9 22 100 39 19 5 24 5 5 10 26 100 42
27 Sulawesi Tenggara 6 23 29 0 18 18 0 78 62 7 20 27 0 9 9 0 45 33 3 19 22 0 15 15 0 79 68
28 Gorontalo 10 4 14 0 2 2 0 50 14 3 7 10 0 1 1 0 14 10 5 6 11 0 3 3 0 50 27
29 Sulawesi Barat 8 3 11 0 3 3 0 100 27 1 7 8 0 4 4 0 57 50 1 7 8 0 5 5 0 71 63
30 Maluku 3 10 13 1 10 11 33 100 85 0 11 11 0 9 9 0 82 82 0 5 5 0 5 5 0 100 100
31 Maluku Utara 3 9 12 1 8 9 33 89 75 0 11 11 0 11 11 0 100 100 3 5 8 0 5 5 0 100 63
32 Papua Barat 4 7 11 0 7 7 0 100 64 2 4 6 1 4 5 50 100 83 1 3 4 1 3 4 100 100 100
33 Papua 3 4 7 0 2 2 0 50 29 7 16 23 1 3 4 14 19 17 3 14 17 0 5 5 0 36 29
285 290 575 37 159 196 13 55 34 212 281 493 29 121 150 14 43 30 194 216 410 35 108 143 18 50 35
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
Catatan:
*persentase adalah perbandingan Realisasi dengan Kebutuhan
September
Kebutuhan Persentase Kebutuhan Kebutuhan Realisasi Realisasi Persentase
Jumlah
REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PTT
TAHUN 2010
No Provinsi
April Juni
Kriteria
Realisasi Persentase
Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah Jumlah
Kriteria Kriteria Kriteria
Jumlah Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah
Kriteria
Jumlah
Frekuensi
Pelatihan I II III IV V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Pusdiklat SDM Kesehatan 74 0 0 2 10 58 4
2 BBPK Cilandak 33 0 0 1 32 0 0
3 BPPK Ciloto 46 1 1 1 0 42 1
4 Bapelkesnas Lemahabang 16 0 1 2 8 5 0
5 Bapelkesnas Salaman Magelang 19 0 0 3 10 6 0
6 Bapelkesnas Makasar 19 0 0 0 0 19 0
207 1 2 9 60 130 5
7 BLTKM Jantho 25 23 0 0 2 0 0
8 Bapelkes Prov.Sumatera utara 36 0 0 0 30 6 0
9 Bapelkes Prov.Sumatera Barat 87 63 1 2 14 7 0
10 Bapelkes Prov.Riau 15 4 0 5 3 3 0
11 Bapelkes Prov.Jambi 40 1 18 13 8 0 0
12 Bapelkes Prov.Bengkulu 52 37 2 3 9 0 1
13 Bapelkes Prov.Lampung 28 0 0 22 5 1 0
14 Bapelkes Prov.Sumatera Selatan 41 7 0 0 23 11 0
15 BPTKM Dinkes Prov. Jawa Barat 62 62 0 0 0 0 0
16 BPTPK Gombong 22 0 0 0 22 0 0
17 Bapelkes Yogyakarta 21 5 0 1 8 7 0
18 Bapelkes Bendul Merisi Murnajati 61 26 2 1 30 2 0
19 UPTD BPKKTK Prov. Bali 25 17 0 4 3 0 1
20 Bapelkes Mataram 62 50 0 0 8 1 3
21 UPTD Pel. Tenaga Kes Kupang 28 13 6 4 5 0 0
22 Upelkes Prov. Kalimantan Barat 41 29 0 0 1 8 3
23 Bapelkes Prov. Kalimantan Tengah 24 7 0 3 14 0 0
24 Bapelkes Prov. Kalimantan Timur 35 6 1 17 8 1 2
25 Bapelkes Prov. Kalimantan Selatan 28 20 0 2 3 3 0
26 Bapelkes Prov. Sulawesi Utara 33 24 0 5 4 0 0
27 Bapelkes Palu 29 9 1 0 1 18 0
28 Bapelkes Prov. Sulawesi Tenggara 20 2 3 7 8 0 0
29 Bapelkes Prov. Maluku 11 0 0 0 10 1 0
30 Bapelkes Prov. Papua 19 13 0 0 0 6 0
845 418 34 89 219 75 10
1.052 419 36 98 279 205 15
100 39,8 3,4 9,3 26,5 19,5 1,4
Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Tingkat Libat (Frekuensi)
Tidak Jelas
Persentase
Sub Total
Sub Total
Total
Lampiran 5.35
DISTRIBUSI TINGKAT KETERLIBATAN INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN SELURUH INDONESIA
DALAM KEGIATAN KEDIKLATAN TAHUN 2009
No Institusi Diklat
< 40 41 - 50 51 - 60 > 60
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Pusdiklat SDM Kesehatan 14 0 2 10 2 0
2 BBPK Cilandak 11 0 0 7 4 0
3 BPPK Ciloto 7 2 2 3 0 0
4 Bapelkesnas Lemahabang 8 0 3 5 0 0
5 Bapelkesnas Salaman Magelang 12 0 5 6 1 0
6 Bapelkesnas Makasar 6 0 0 3 3 0
58 2 12 34 10 0
7 BLTKM Jantho 1 0 0 1 0 0
8 Bapelkes Prov.Sumatera utara 9 2 5 2 0 0
9 Bapelkes Prov.Sumatera Barat 5 0 0 4 1 0
10 Bapelkes Prov.Riau 5 0 3 2 0 0
11 Bapelkes Prov.Jambi 3 0 0 3 0 0
12 Bapelkes Prov.Bengkulu 3 0 0 3 0 0
13 Bapelkes Prov.Lampung 10 2 1 6 0 1
14 Bapelkes Prov.Sumatera Selatan 3 0 1 1 1 0
15 BPTKM Dinkes Prov. Jawa Barat 9 0 2 5 2 0
16 BPTPK Gombong 5 0 0 0 0 5
17 Bapelkes Yogyakarta 10 0 1 6 3 0
18 Bapelkes Bendul Merisi Murnajati 7 1 4 1 1 0
19 UPTD BPKKTK Prov. Bali 2 0 0 2 0 0
20 Bapelkes Mataram 11 0 4 6 1 0
21 UPTD Pel. Tenaga Kes Kupang 6 2 1 3 0 0
22 Upelkes Prov. Kalimantan Barat 1 0 0 1 0 0
23 Bapelkes Prov.Kalimantan Tengah 2 1 1 0 0 0
24 Bapelkes Prov. Kalimantan Timur 4 1 1 2 0 0
25 Bapelkes Prov.Kalimantan Selatan 6 4 2 0 0 0
26 Bapelkes Prov.Sulawesi Utara 5 1 3 1 0 0
27 Bapelkes Palu 2 0 0 2 0 0
28 Bapelkes Prov.Sulawesi Tenggara 2 0 1 1 0 0
29 Bapelkes Prov.Maluku 1 0 0 0 1 0
30 Bapelkes Prov.Papua 2 0 0 0 1 1
114 14 30 52 11 7
172 16 42 86 21 7
Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Total
Lampiran 5.36
DISTRIBUSI WIDYAISWARA INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN SELURUH INDONESIA
BERDASARKAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2009
No Institusi Diklat Jumlah
Umur
Tidak Jelas
Sub Total
Sub Total
Lampiran 5.37
Frekuensi Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Pusdiklat SDM Kesehatan 74 2385 22 752 6 204 10 453 14 396 18 557 4 23
2 BBPK Cilandak 33 1093 9 356 5 171 0 0 18 514 0 0 1 52
3 BPPK Ciloto 46 3438 16 2001 0 0 1 25 18 944 3 110 8 358
4 Bapelkesnas Lemahabang 16 1325 6 758 0 0 0 0 9 537 1 30 0 0
5 Bapelkesnas Salaman Magelang 19 1549 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 1549
6 Bapelkesnas Makasar 19 779 1 58 0 0 0 0 15 568 3 153 0 0
Sub Total 207 10569 54 3925 11 375 11 478 74 2959 25 850 32 1982
7 BLTKM Jantho 25 3854 1 60 0 0 6 225 18 3569 0 0 0 0
8 Bapelkes Prov.Sumatera utara 36 1099 2 77 0 0 6 150 27 842 1 30 0 0
9 Bapelkes Prov.Sumatera Barat 87 3014 2 56 3 151 25 1239 32 913 3 78 22 577
10 Bapelkes Prov.Riau 15 439 5 69 0 0 2 60 4 120 0 0 4 190
11 Bapelkes Prov.Jambi 40 906 0 0 0 0 25 575 11 236 3 75 1 20
12 Bapelkes Prov.Bengkulu 52 1827 0 0 1 40 9 290 24 829 0 0 18 668
13 Bapelkes Prov.Lampung 28 2749 0 0 0 0 2 60 25 2399 1 290 0 0
14 Bapelkes Prov.Sumatera Selatan 41 1420 4 198 0 0 1 30 34 1132 2 60 0 0
15 BPTKM Dinkes Prov. Jawa Barat 62 2355 16 961 0 0 0 0 41 1235 0 0 5 159
16 BPTPK Gombong 22 1165 0 0 0 0 12 860 7 204 3 101 0 0
17 Bapelkes Yogyakarta 21 816 1 50 0 0 0 0 20 766 0 0 0 0
18 Bapelkes Bendul Merisi Murnajati 61 3327 5 401 1 42 11 606 34 1661 10 617 0 0
19 UPTD BPKKTK Prov. Bali 25 1033 3 89 0 0 1 30 12 551 0 0 9 363
20 Bapelkes Mataram 62 1947 0 0 0 0 12 385 37 1157 1 30 12 375
21 UPTD Pel. Tenaga Kes Kupang 28 666 0 0 0 0 8 209 20 457 0 0 0 0
22 Upelkes Prov. Kalimantan Barat 41 1974 0 0 0 0 36 1782 0 0 3 112 2 80
23 Bapelkes Prov.Kalimantan Tengah 24 923 0 0 0 0 3 140 3 160 18 623 0 0
24 Bapelkes Prov. Kalimantan Timur 35 757 0 0 1 35 15 387 16 195 1 30 2 110
25 Bapelkes Prov.Kalimantan Selatan 28 1417 1 161 0 0 2 145 24 1088 1 23 0 0
26 Bapelkes Prov.Sulawesi Utara 33 1070 2 86 2 115 2 71 27 798 0 0 0 0
27 Bapelkes Palu 29 1014 0 0 0 0 1 85 22 649 2 102 4 178
28 Bapelkes Prov.Sulawesi Tenggara 20 565 0 0 0 0 0 0 14 394 6 171 0 0
29 Bapelkes Prov.Maluku 11 356 0 0 0 0 0 0 11 356 0 0 0 0
30 Bapelkes Prov.Papua 19 874 0 0 1 93 2 60 15 691 1 30 0 0
Sub Total 845 35.567 42 2.208 9 476 181 7.389 478 20.402 56 2.372 79 2.720
Total 1.052 46.136 96 6.133 20 851 192 7.867 552 23.361 81 3.222 111 4.702
Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Lain-lain
DISTRIBUSI FREKUENSI PELATIHAN DAN JUMLAH PESERTA DI INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN SELURUH INDONESIA
BERDASARKAN JENIS DIKLAT TAHUN 2009
No Institusi Diklat
Total Prajabatan Penjenjangan Manajemen Teknis Fungsional
Lampiran 5.38
Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) % Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) % Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) % Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Sekretariat Jenderal 2.734.841.910.000 2.037.415.851.004 74,50 36.668.106.000 30.749.597.527 83,86 114.936.100.000 101.520.431.987 88,33 122.680.000.000 105.371.462.863 85,89 3.009.126.116.000 2.275.057.343.381
2 Inspektorat Jenderal 76.977.600.000 60.730.486.059 78,89 0 0 0 0 0 0 0 0 0 76.977.600.000 60.730.486.059
3 Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat 1.626.575.397.000 1.348.283.872.638 82,89 59.150.725.000 53.383.588.780 90,25 573.306.908.000 466.844.747.815 81,43 7.000.000.000 6.923.437.760 98,91 2.266.033.030.000 1.875.435.646.993
4 Ditjen Bina Pelayanan Medik 4.911.288.035.000 4.673.933.560.560 95,17 6.604.289.127.000 6.018.876.798.657 91,14 6.600.000.000 6.072.395.985 92,01 1.683.200.000.000 1.582.016.309.281 93,99 13.205.377.162.000 12.280.899.064.483
5 Ditjen Pengendaliaan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 1.858.133.435.000 1.605.706.258.864 86,42 395.548.915.000 358.991.405.357 90,76 60.974.545.000 52.926.067.513 86,80 115.587.826.000 92.581.830.665 80,10 2.430.244.721.000 2.110.205.562.399
6 Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 954.304.590.000 914.389.369.109 95,82 0 0 0 16.500.000.000 15.161.018.191 91,88 0 0 0 970.804.590.000 929.550.387.300
7 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 308.837.205.000 265.619.517.518 86,01 110.804.579.000 101.722.631.561 91,80 0 0 0 0 0 0 419.641.784.000 367.342.149.079
8 Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan 1.531.081.712.000 1.373.952.080.563 89,74 1.313.084.861.000 1.179.451.452.695 89,82 52.432.419.000 43.834.163.375 83,60 0 0 0 2.896.598.992.000 2.597.237.696.633
14.002.039.884.000 12.280.030.996.315 87,70 8.519.546.313.000 7.743.175.474.577 90,89 824.749.972.000 686.358.824.866 83,22 1.928.467.826.000 1.786.893.040.569 92,66 25.274.803.995.000 22.496.458.336.327
Sumber: Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI
ALOKASI DAN REALISASI KEMENTERIAN KESEHATAN
Anggaran Kementerian Kesehatan
MENURUT ESELON I TAHUN 2010
Kementerian Kesehatan
Jumlah Alokasi (Rp) Jumlah Realisasi(Rp)
Unit Eselon I No. Kantor Pusat Kantor Daerah Dekonsentrasi Tugas Pembantuan
Lampiran 5.39
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 4.670.647 2.682.285 524.638 5.550 - - 1.731.925 4.944.398 105,86
2 Sumatera Utara 13.042.317 4.124.247 908.884 100.207 - - 565.473 5.698.811 43,69
3 Sumatera Barat 4.697.764 1.361.281 535.646 98.829 - - 279.272 2.275.028 48,43
4 Riau 5.422.961 1.230.911 299.421 42.669 - - 2.042.651 3.615.652 66,67
5 Jambi 2.840.265 784.842 247.420 49.196 - - 534.471 1.615.929 56,89
6 Sumatera Selatan 7.288.591 2.793.317 487.956 - - - 4.016.349 7.297.622 100,12
7 Bengkulu 1.717.789 632.098 181.481 13.488 - - 147.857 974.924 56,75
8 Lampung 8.129.250 3.146.184 416.025 199.512 - - 339.594 4.101.315 50,45
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.135.891 116.726 85.602 23.333 - - 621.230 846.891 74,56
10 Kepulauan Riau 1.711.972 277.589 86.169 151.213 - - 1.002.000 1.516.971 88,61
11 DKI Jakarta 9.146.181 675.718 857.007 1.560.213 - - 341.000 3.433.938 37,55
12 Jawa Barat 42.693.951 10.700.175 2.357.903 414.243 - - 5.002.792 18.475.113 43,27
13 Jawa Tengah 32.770.455 11.715.881 2.096.440 214.304 - - 1.172.875 15.199.500 46,38
14 D.I. Yogyakarata 3.434.533 942.129 392.563 68.223 - - 204.157 1.607.072 46,79
15 Jawa Timur 37.432.020 10.710.051 2.189.495 698.482 - - 1.291.881 14.889.909 39,78
16 Banten 10.579.005 2.910.506 421.326 560.648 - - 37.978 3.930.458 37,15
17 Bali 3.516.000 548.617 356.332 88.954 - - 2.535.886 3.529.789 100,39
18 Nusa Tenggara Barat 4.434.012 2.028.491 297.138 7.844 - - 572.976 2.906.449 65,55
19 Nusa Tenggara Timur 4.540.053 2.798.871 363.699 5.877 - - 545.375 3.713.822 81,80
20 Kalimantan Barat 4.319.142 1.584.451 310.171 2.484 - - 405.231 2.302.337 53,31
21 Kalimantan Tengah 2.236.278 763.556 218.143 - - - 421.962 1.403.661 62,77
22 Kalimantan Selatan 3.588.444 843.837 323.033 47.624 - - 980.848 2.195.342 61,18
23 Kalimantan Timur 3.016.800 910.925 325.820 285.758 - - 1.072.627 2.595.130 86,02
24 Sulawesi Utara 2.228.856 485.084 272.336 62.771 - - 114.210 934.401 41,92
25 Sulawesi Tengah 2.396.224 851.027 254.125 14.849 - - 333.057 1.453.058 60,64
26 Sulawesi Selatan 7.868.358 2.449.737 751.549 86.233 - - 4.601.568 7.889.087 100,26
27 Sulawesi Tenggara 1.953.478 1.144.447 220.191 87 - - 89.643 1.454.368 74,45
28 Gorontalo 1.143.645 431.299 92.379 9.024 - - - 532.702 46,58
29 Sulawesi Barat 1.163.342 473.817 88.550 - - - 14.500 576.867 49,59
30 Maluku 2.498.581 840.680 178.562 4.040 - - 714.969 1.738.251 69,57
31 Maluku Utara 1.046.951 302.436 102.951 4.040 - - 170.649 580.076 55,41
32 Papua Barat 729.962 521.558 80.962 - - - - 602.520 82,54
33 Papua 2.640.760 1.943.517 185.494 12.608 - - - 2.141.619 81,10
Pusat - 2.673.710 854.854 - 15.351.532 2.856.539 - 21.736.635 9,21
236.034.478 76.400.000 17.364.265 4.832.303 15.351.532 2.856.539 31.905.006 148.709.645 63,00
32,37 7,36 2,05 6,50 1,21 13,52 63,00
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI
DATA CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2010
No Provinsi
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)
Jumlah Penduduk Jamkesmas Jamkesda %
NASIONAL
Asuransi
Perusahaan
Askes PNS
dan TNI Polri
Jamsostek
%
Total Jaminan
Asuransi Swasta
dan lain
Lampiran 5.40
SPESIALIS
1/2/AV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
I Sekretariat Jenderal 0
Kantor Pusat PNS 9 261 11 361 247 4 478 45 50 1.466
CPNS 0 12 0 82 45 0 0 0 0 139
UPT PNS 0 6 0 112 84 0 28 2 2 234
CPNS 0 0 14 25 0 0 0 0 0 39
DPK/DPB 0 675 29 37 220 11 64 4 0 1.040
SUBTOTAL 9 954 54 617 596 15 570 51 52 2.918
II Inspektorat Jenderal
PNS 0 128 2 69 11 0 24 0 2 236
CPNS 0 9 0 31 2 0 0 0 0 42
SUBTOTAL 0 137 2 100 13 0 24 0 2 278
III Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Kantor Pusat PNS 2 156 1 107 47 0 76 14 11 414
CPNS 0 6 0 23 5 0 0 0 0 34
UPT PNS 0 88 15 88 177 1 115 12 6 502
CPNS 0 7 0 22 24 0 0 0 0 53
SUBTOTAL 2 257 16 240 253 1 191 26 17 1.003
IV Ditjen Bina Pelayanan Medik
Kantor Pusat PNS 2 153 3 140 51 0 137 4 9 499
CPNS 0 0 0 10 2 0 0 0 0 12
UPT PNS 21 1.711 1.515 3.789 10.685 277 10.782 1.296 689 30.765
CPNS 0 263 0 437 1.677 13 9 0 0 2.399
SUBTOTAL 23 2.127 1.518 4.376 12.415 290 10.928 1.300 698 33.675
V Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kantor Pusat PNS 3 201 1 195 61 7 151 14 18 651
CPNS 0 11 0 21 7 0 0 0 0 39
UPT PNS 4 367 22 828 1.107 122 789 74 64 3.377
CPNS 0 18 0 76 313 0 0 0 0 407
SUBTOTAL 7 597 23 1.120 1.488 129 940 88 82 4.474
VI Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 0
PNS 0 109 0 29 36 0 38 1 0 213
CPNS 0 10 0 4 2 0 0 0 0 16
SUBTOTAL 0 119 0 33 38 0 38 1 0 229
VII Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kantor Pusat PNS 23 189 7 208 62 1 239 36 40 805
CPNS 0 16 0 58 25 0 0 0 0 99
UPT PNS 1 59 0 142 115 4 78 16 20 435
CPNS 0 10 0 51 36 0 0 0 0 97
SUBTOTAL 24 274 7 459 238 5 317 52 60 1.436
VIII Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
Kantor Pusat PNS 0 99 1 172 45 0 156 19 24 516
CPNS 0 5 0 26 6 0 0 0 0 37
UPT PNS 17 1.974 36 2.895 944 48 1.886 386 330 8.516
CPNS 0 19 0 255 206 0 0 0 0 480
SUBTOTAL 17 2.097 37 3.348 1.201 48 2.042 405 354 9.549
82 6.306 1.655 10.160 16.191 488 14.988 1.922 1.263 53.055
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI
DISTRIBUSI PEGAWAI KEMENTERIAN KESEHATAN DI KANTOR PUSAT, UPT DAN DPK/DPB
DIRINCI MENURUT STRATA PENDIDIKAN KEADAAN DESEMBER TAHUN 2010
No Nama Satuan Organisasi
Strata Pendidikan
S1
Jumlah
SD SMP S2
TOTAL
D III D I SMA S3
Status
Kepegawaian
Lampiran 6.1
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Brunei Darussalam 0,4 66 72 2,3 27 70 3 43 50,200
2 Filipina 94,0 313 63 2,1 33 63 4 59 3,900
3 Kamboja 15,1 83 20 1,9 35 62 3 61 1,820
4 Laos 6,4 27 27 2,0 39 57 4 75 2,060
5 Malaysia 28,9 87 63 2,1 32 63 5 59 13,740
6 Singapura 5,1 7,526 100 2,1 18 73 9 37 47,940
7 Vietnam 88,9 268 28 1,4 25 67 8 49 2,700
8 Indonesia 235,5 * 124 43 1,4 28 66 6 52 3,830
9 Myanmar 53,4 79 31 0,8 27 70 3 43 1,290
10 Thailand 68,1 133 31 1,0 22 71 7 41 5,990
11 Bangladesh 164,4 1,142 25 1,6 32 64 4 56 1,440
12 Bhutan 0,7 15 32 2,5 31 64 5 56 4,880
13 India 1188,8 362 29 1,6 32 63 5 59 2,960
14 Korea Utara 22,8 189 60 0,5 22 69 9 45 -
15 Maladewa 0,3 1,070 35 1,4 30 65 5 54 5,280
16 Nepal 28,0 191 17 2,1 37 59 4 69 1,120
17 Sri Lanka 20,7 315 15 0,8 26 68 6 47 4,480
18 Timor Leste 1,2 77 22 3,7 45 52 3 92 4,690
Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2010
- The State of The Worlds Children, 2011 : Laju pertumbuhan penduduk
Ket: *) Hasil sensus penduduk 2010 : 237.6 juta jiwa
PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
No Negara
Laju
Pertumbuhan
Penduduk
2000-2009
(%)
TAHUN 2010
Jumlah
Penduduk
(Juta Jiwa)
Pertengahan
2010
Kepadatan
Penduduk
(per Km)
Persentase
Penduduk di
Daerah
Perkotaan
Persentase
Penduduk Usia
0-14 Tahun
Persentase
Penduduk Usia
15 - 64 Tahun
Persentase
Penduduk Usia
65 Tahun Ke
Atas
Angka Beban
Tanggungan
(%)
GNI PPP per
kapita (US$)
Tahun 2008
Lampiran 6.2
L P L+P L P L+P L P L+P
2009 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1 Brunei Darussalam 0,804 37 0,805 75 80 77 1,7 16 3 6 5 5 7 6 7 21 [13 - 34]
2 Filipina 0,635 97 0,638 70 74 72 3,2 26 5 29 23 26 36 30 33 94 [61 - 140]
3 Kamboja 0,489 124 0,494 59 63 61 3,3 25 8 75 61 68 95 80 88 290 [180 - 480]
4 Laos 0,490 122 0,497 63 66 65 3,5 28 7 52 40 46 62 55 59 580 [320 - 1000]
5 Malaysia 0,739 57 0,744 72 77 74 2,6 21 5 6 5 6 7 5 6 31 [14 - 68]
6 Singapura 0,841 27 0,846 79 84 81 1,2 10 4 3 2 2 3 2 3 9 [8 - 10]
7 Vietnam 0,566 113 0,572 72 76 74 2,1 17 5 19 20 19 25 23 24 56 [27 - 120]
8 Indonesia 0,593 108 0,600 69 73 71 * 2,4 20 6 33 27 30 * 42 35 39 * 240 [140 - 380] *
9 Myanmar 0,444 132 0,451 56 60 58 2,4 20 11 61 47 54 79 63 71 240 [140 - 410]
10 Thailand 0,648 92 0,654 66 72 69 1,8 15 9 13 10 12 15 12 13 48 [32 - 68]
11 Bangladesh 0,463 129 0,469 65 67 66 2,4 22 7 44 39 41 53 51 52 340 [170 - 660]
12 Bhutan - - - 67 68 68 3,1 25 8 57 48 52 84 73 79 200 [110 - 370]
13 India 0,512 119 0,519 63 65 64 2,6 23 7 50 51 50 62 70 66 230 [150 - 350]
14 Korea Utara - - - 61 66 63 2,0 15 10 28 25 26 35 31 33 250 [84 - 690]
15 Maladewa 0,595 107 0,602 72 74 73 2,5 22 3 12 10 11 14 11 13 37 [21 - 64]
16 Nepal 0,423 138 0,428 64 65 64 3,0 28 8 38 39 39 49 48 48 380 [210 -650]
17 Sri Lanka 0,653 91 0,658 72 76 74 2,4 19 7 15 11 13 18 13 16 39 [26 - 57]
18 Timor Leste 0,497 120 0,502 60 62 61 5,7 41 10 54 42 48 64 49 56 370 [150 - 860]
Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2010
- Human Development Report 2010: Indeks Pembangunan Manusia
- World Health Statistics 2011 WHO: AKABA, Angka kematian maternal
2009
Peringkat IPM
dunia
Indeks
Pembangunan
Manusia
Angka Kematian Bayi
(AKB)
ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Angka Kematian
Maternal (per 100.000
lahir hidup)
Usia Harapan Hidup Waktu
Lahir
Angka Kematian Balita
(AKABA)
Indeks
Pembangunan
Manusia
Total Fertility
Rate (TFR)
Angka Kelahiran
Kasar per 1000
Penduduk
Angka Kematian
Kasar per 1000
Penduduk
No Negara
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
2010 2010
Lampiran 6.3
Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Brunei Darussalam
- - - - - -
2 Filipina
93 87 91 80 69 76
3 Kamboja
81 56 61 67 18 29
4 Laos
72 51 57 86 38 53
5 Malaysia
100 99 100 96 95 96
6 Singapura
100 - 100 100 - 100
7 Vietnam
99 92 94 94 67 75
8 Indonesia
89 71 80 67 36 52
9 Myanmar
75 69 71 86 79 81
10 Thailand
99 98 98 95 96 96
11 Bangladesh
85 78 80 56 52 53
12 Bhutan
99 88 92 87 54 65
13 India
96 84 88 54 21 31
14 Korea Utara
100 100 100 - - -
15 Maladewa
99 86 91 100 96 98
16 Nepal
93 87 88 51 27 31
17 Sri Lanka
98 88 90 88 92 91
18 Timor Leste
86 63 69 76 40 50
Sumber : The State of The Worlds Children, 2011
PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2008
(%) Penduduk
Yang Menggunakan Sumber Air Bersih
(%) Penduduk
Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat
No Negara
Lampiran 6.4
Case Detection Rate Succes Rate
2008 2009 2009 2008
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9)
1 Brunei Darussalam 72 [21-124] 60 [53-69] 4,2 1,7 [1,4-2,2] 89 [77-100] 87
2 Filipina 520 [486-554] 280 [228-338] 52 35 [23-49] 57 [47-70] 88
3 Kamboja 693 [316-1115] 442 [377-512] 79 71 [50-95] 60 [52-70] 95
4 Laos 131 [54-221] 89 [72-107] 32 12 [6,8-19] 68 [57-84] 93
5 Malaysia 109 [47-173] 83 [75-90] 15 8,6 [6,4-11] 76 [70-84] 78
6 Singapura 43 [13-74] 36 [32-42] 2,5 2,3 [1,9-3,0] 89 [77-100] 81
7 Vietnam 333 [143-580] 200 [151-256] 34 36 [21-56] 54 [42-72] 92
8 Indonesia 285 [120-482] 189 [154-228] 27 27 [16-41] 67 [56-83] 91
9 Myanmar 597 [266-995] 404 [328-487] 57 59 [36-87] 64 [53-78] 85
10 Thailand 189 [84-315] 137 [111-165] 19 18 [11-27] 69 [57-85] 82
11 Bangladesh 425 [197-697] 225 [183-271] 50 51 [37-68] 44 [37-54] 91
12 Bhutan 179 [46-313] 158 [132-186] 15 8,3 [4,5-17] 100 [87-120] 91
13 India 249 [105-419] 168 [137-202] 23 23 [14-36] 67 [56-83] 87
14 Korea Utara 423 [126-739] 345 [294-400] 39 25 [13-45] 93 [80-110] 89
15 Maladewa 47 [14-81] 39 [33-45] 2,9 2,6 [1,4-4,6] 83 [72-96] 45
16 Nepal 240 [97-408] 163 [133-197] 22 21 [13-24] 73 [60-89] 89
17 Sri Lanka 101 [41-172] 66 [54-80] 9,6 9,2 [5,3-15] 70 [58-85] 85
18 Timor Leste 744 [294-1285] 498 [406-601] 83 66 [36-107] 84 [70-100] 85
Sumber : World Health Statistics 2011, WHO
Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
No
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008/2009
Prevalensi TB Paru
per 100.000 Penduduk
Insidens TB Paru
per 100.000 Penduduk
Proporsi Kasus TB Paru melalui DOTS
2009
Negara
Kematian yang berhubungan dengan TB Paru per
100.000 Penduduk
Lampiran 6.5
Estimasi
(estimasi rendah
estimasi tinggi)
Estimasi
(estimasi rendah
estimasi tinggi)
Estimasi
(estimasi rendah
estimasi tinggi)
Estimasi
(estimasi rendah
estimasi tinggi)
Estimasi
(estimasi rendah
estimasi tinggi)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Brunei Darussalam
2 Filipina 8,700 [ 6.100 - 13.000 ] 8,600 [ 6.000 - 13.000 ] <0,1 [ < 0,1 - <0,1 ] 2,600 [ 1.800 - 3.900 ] < 200 [ <100 - <500 ]
3 Kamboja 63,000 [ 42.000 - 90.000 ] 56,000 [ 38.000 - 82.000 ] 0,5 [ 0,4 - 0,8 ] 35,000 [ 23.000 - 52.000 ] 3,100 [ 1.000 - 5.600 ]
4 Laos 8,500 [ 6.000 - 13.000 ] 8,300 [ 5.800 - 12.000 ] 0,2 [ 0,2 - 0,4 ] 3,500 [ 2.400 - 5.500 ] < 200 [ <100 - <500 ]
5 Malaysia 100,000 [ 83.000 - 120.000 ] 100,000 [ 83.000 - 120.000] 0,5 [ 0,4 - 0,6 ] 11,000 [ 8.600 - 15.000 ] 5,800 [ 4.500 - 7.200 ]
6 Singapura 3,400 [ 2.500 - 4.400 ] 3,300 [ 2.400 - 4.300 ] 0,1 [ 0,1 - 0,1 ] 1,000 [ <1.000 - 1.300] < 100 [ <100 - <500 ]
7 Vietnam 280,000 [ 220.000 - 350.000 ] 270,000 [ 220.000 - 350.000] 0,4 [ 0,3 - 0,5 ] 81,000 [ 63.000 - 100.000 ] 14,000 [ 9.500 - 20.000 ]
8 Indonesia 310,000 [ 200.000 - 460.000 ] 300,000 [ 200.000 - 460.000 ] 0,2 [ 0,1 - 0,3 ] 88,000 [ 58.000 - 130.000 ] 8,300 [ 3.800 - 15.000 ]
9 Myanmar 240,000 [ 200.000 - 290.000 ] 230,000 [ 190.000 - 280.000 ] 0,6 [ 0,5 - 0,7 ] 81,000 [ 67.000 - 96.000 ] 18,000 [ 13.000 - 23.000 ]
10 Thailand 530,000 [ 420.000 - 660.000 ] 520,000 [ 410.000 - 640.00 ] 1,3 [ 1,0 - 1,6 ] 210,000 [ 160.000 - 260.000 ] 12,000 [ 21.000 - 37.000 ]
11 Bangladesh 6,300 [ 5.200 - 8.300 ] 6,200 [ 5.100 - 8.100 ] <0,1 [ < 0,1 - <0,1] 1,900 [ 1.500 - 2.400 ] < 200 [ <100 - <500 ]
12 Bhutan < 1.000 [ <1000 - 1.500] < 1.000 [ <1000 - 1.500] 0,2 [ 0,1 - 0,3 ] < 500 [ < 200 - <500] < 100 [ <100 - <100 ]
13 India 2.400.000 [ 2.100.000 - 2.800.000 ] 2.300.000 [ 2.000.000 - 2.600.000 ] 0,3 [ 0,3 - 0,4 ] 880,000 [ 730.000 - 1.000.000 ] 170,000 [ 150.000 - 200.000 ]
14 Korea Utara
15 Maladewa <100 [ <100 ] <100 [ <100 ] <0,1 [ < 0,1 -<0,1 ] <100 [ <100 ] < 100 [ <100 - <100 ]
16 Nepal 64,000 [ 51.000 - 80.000 ] 60,000 [ 48.000 - 75.000 ] 0,4 [ 0,3 - 0,5 ] 20,000 [ 16.000 - 25.000 ] 4,700 [ 3.800 - 5.700 ]
17 Sri Lanka 2,800 [ 2.100 - 3.800 ] 2,800 [ 2.100 - 3.700 ] <0,1 [ < 0,1 -<0,1 ] <1.000 [ <500 - <1.000 ] < 200 [ <100 - <500 ]
18 Timor Leste
Sumber: Global Report 2010, UNAIDS Report on the Global AIDS Epidemic
2. Kematian Akibat AIDS
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
Dewasa dan Anak-anak Dewasa (15+) Dewasa (1549) Rate (%) Wanita (15+)
No Negara
1. Angka Estimasi HIV
Dewasa dan Anak-anak
TAHUN 2009
Lampiran 6.6
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Brunei Darussalam 0 1 0 0 0 0
2 Filipina - - - - - -
3 Kamboja 3 372 - 19 1,156 0
4 Laos 34 6 14 7 153 0
5 Malaysia 3 41 28 10 73 0
6 Singapura 0 8 0 0 50 0
7 Vietnam 6 81 196 35 2,809 0
8 Indonesia 385 - 137 137 16,529 0
9 Myanmar 4 0 96 19 190 0
10 Thailand 65 6 172 4 2,534 0
11 Bangladesh 27 17 710 117 788 0
12 Bhutan 0 0 - 0 97 0
13 India 3,123 38,493 1,574 373 29,760 43
14 Korea Utara - 80 - - - 0
15 Maladewa 0 0 0 0 0 0
16 Nepal 146 2,293 547 13 190 6
17 Sri Lanka 0 2 11 1 79 0
18 Timor Leste 0 0 9 7 50 -
500 515 643 231 489 0
630 146 1.684 671 1,443 49
Sumber : WHO vaccine-preventable diseases monitoring system, 2011 global summary (1 June 2011 updated: http://apps.who.int/immunization_monitoring/en/globalsummary/countryprofileselect.cfm)
A S E A N
S E A R O
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
TAHUN 2010
Difteri Tetanus No Negara Pertusis Campak Polio
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
Tetanus
Neonatorum
Lampiran 6.7
No Negara BCG (%) DPT3 (%) Polio3 (%) Campak (%) Hepatitis B3 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Brunei Darussalam 99 99 99 99 99
2 Filipina 90 87 86 88 85
3 Kamboja 98 94 95 92 91
4 Laos 67 57 67 59 67
5 Malaysia 98 95 95 95 95
6 Singapura 99 97 97 95 97
7 Vietnam 97 96 97 97 94
8 Indonesia 93 82 89 82 82
9 Myanmar 93 90 90 87 90
10 Thailand 99 99 99 98 98
11 Bangladesh 99 94 94 89 95
12 Bhutan 96 96 96 98 96
13 India 87 66 67 71 21
14 Korea Utara 98 93 98 98 92
15 Maladewa 99 98 98 98 98
16 Nepal 87 82 82 79 82
17 Sri Lanka 98 97 97 96 97
18 Timor Leste 71 72 78 70 72
Sumber : WHO Immunization Summary, 2011: A Statistical Reference Containing Data through 2009
PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2009
Persentase KB aktif pada
PUS
Pemeriksaan antenatal (4
kali)
Persalinan oleh tenaga
kesehatan
Anak dengan ASI eksklusif (6
bulan)
2010 2000 - 2010 2000 - 2010 2000 - 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Brunei Darussalam - - 100 -
2 Filipina 34 78 62 34
3 Kamboja 27 27 44 66
4 Laos 29 - 20 26
5 Malaysia - - 100 -
6 Singapura 55 - 100 -
7 Vietnam 69 29 88 17
8 Indonesia 57 82 73 32
9 Myanmar 33 43 37 31
10 Thailand 70 80 99 15
11 Bangladesh 48 21 18 43
12 Bhutan 31 - 72 10
13 India 49 50 47 46
14 Korea Utara 58 95 97 65
15 Maladewa 27 85 95 48
16 Nepal 44 29 19 53
17 Sri Lanka 53 93 99 76
18 Timor Leste 21 55 30 52
Sumber : - World Health Statistics 2011, WHO
- World Population Data Sheet, USAID, 2010 : Persentase KB aktif
No Negara
Lampiran 6.8
PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2000 - 2010
No Negara
Persentase Keseluruhan
Pengeluaran di Bidang
Kesehatan terhadap Produk
Domestik Bruto
Persentase Pengeluaran
Pemerintah di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran di
Bidang Kesehatan
Persentase Pengeluaran
Sektor Swasta di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran di
Bidang Kesehatan
Persentase Pengeluaran
Pemerintah di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran
Pemerintah
Pengeluaran per Kapita di
Bidang Kesehatan Oleh
Pemerintah (PPP int.
$)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Brunei Darussalam 2,3 85,5 14,5 7,0 967
2 Filipina 3,7 34,7 65,3 6,1 45
3 Kamboja 5,7 23,8 76,2 9,0 28
4 Laos 4,0 17,6 82,4 3,7 15
5 Malaysia 4,3 44,1 55,9 6,9 274
6 Singapura 3,3 34,1 65,9 7,8 625
7 Vietnam 7,2 38,5 61,5 9,3 77
8 Indonesia 2,3 54,4 45,6 6,2 49
9 Myanmar 2,3 7,5 92,5 0,7 2
10 Thailand 4,1 74,3 25,7 14,2 244
11 Bangladesh 3,3 31,4 68,6 7,4 14
12 Bhutan 5,5 82,5 17,5 13,0 217
13 India 4,2 32,4 67,6 4,4 40
14 Korea Utara - - - - -
15 Maladewa 13,7 61,2 38,8 13,8 470
16 Nepal 6,0 37,7 62,3 11,3 25
17 Sri Lanka 4,1 43,7 56,3 7,9 82
18 Timor Leste 13,9 82,9 17,1 11,9 93
Sumber : World Health Statistics 2011, WHO
PEMBIAYAAN KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008
Lampiran 6.9

You might also like