Professional Documents
Culture Documents
Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver
oil) yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan
lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil) seperti halnya minyak ikan lemuru
(Moeljanto, 1982 dalam Purbosari, 1999).
Minyak ikan lemuru mengandung asam lemak berikatan rangkap, misalnya Eicosa
Pentanoat Acid (EPA), dan Deocosa Hexaenoat Acid (DHA), dengan nama
populernya asam lemak omega-3.
Minyak ikan sangat berbeda dengan minyak lainnya, yang dicirikan dengan
(1) variasi asam lemaknya lebih tinggi dibandingkan dengan minyak atau lemak
lainnya, (2) jumlah asam lemaknya lebih banyak; (a) panjang rantai karbon
mencapai 20 atau 22, (b) lebih banyak mengandung jenis asam lemak tak jenuh
jamak (ikatan rangkap sampai dengan 5 dan 6), dan (c) lebih banyak mengandung
jenis omega-3 dibandingkan dengan omega-6. Asam lemak yang berasal dari ikan
pada prinsipnya ada 3 jenis yaitu jenuh, tidak jenuh tunggal dan tidak jenuh jamak.
Asam lemak tak jenuh tunggal mengandung satu ikatan rangkap dan asam lemak
tak jenuh jamak mengandung banyak ikatan rangkap per molekul.
Bila dibandingkan dengan minyak nabati dan minyak hewani lainnya, minyak
ikan mengandung asam lemak essensial atau asam lemak tidak jenuh. Minyak ikan
mengandung asam lemak tidak jenuh yang berkonfigurasi Omega 3. Kadar Omega
3 minyak ikan khususnya minyak ikan sardin, dapat bervariasi tetapi berkisar
antara 4,48% sampai dengan 11,80%. Kandungan Omega 3, tergantung jenis, umur
tersedianya makanan dan daerah penangkapan.
SLIDE 5 KANDUNGAN MINYAK IKAN
SLIDE 7
• Dari hasil penelitian, bagian tubuh ikan memiliki minyak dengan komposisi
Omega 3 yang berbeda-beda.Bagian kepala sekira 12%, tubuh bagian dada
28%, daging permukaan 31,2% dan isi rongga perut 42,1% (berdasarkan
berat kering).
SLIDE 11
Pada tahap penyaringan, minyak ikan yang diperoleh sebagai hasil samping
pengolahan tepung ikan atau ikan kaleng disaring terlebih dahulu dengan
penyaring kawat untuk memisahkan kotoran-kotoran visual seperti sisa daging dan
gumpalan protein. Minyak yang telah bebas dari kotoran visual ditentukan
kandungan asam lemak bebasnya (free fatty acid).
Deguming merupakan proses pemisahan getah dan lender yang terdiri Dri fosfatida,
protein, residu karbohidrat, air, dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak
bebas dalam minyak. Degumming dilakukan dengan penambahan NaCl 8% ke
dalam minyak ikan pada suhu 60oC selama 15 menit. Larutan NaCl yang
ditambahkan sebanyak 40% dari volume minyak yang dimurnikan dan selama
degumming dilakukan pengadukan. Sedangkan proses degumming dilakukan
dengan menambahkan NaOH 2-3% air atau larutan NaCl, atau menambahkan
larutan firofosfatida pada minyak, kemudian disentrifugasi pada suhu 30-50oC.
Getah fosfatida akan terpidahkan pada sentrifuse sebanyak 3,5% dari minyak asal.
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari mynak
atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stoc). Netralisasi dilakukan
dengan menambahkan larutan NaOH 1N ke dalam minyak yang sudah mengalami
proses degumming. LArutan NaOH 1N ditambahkan dalam minyak ikan pada suhu
60oC selama 15 menit. Jumlah NaOH yang ditambahkan ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
%NaOH = %FFA x 0,142
Sedangkan proses netralisasi dilakukan dengan menambahkan larutan alkali atau
pereaksi lainnya untuk membebaskan asam lemak bebas dengan membentuk
sabun dan membantu mengkoagulasikan bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Penambahan larutan alkali ke dalam minyak mentah akan menyebabkan reaksi
kimia maupun fisik (Stansbay, 1990 dalam Purbosari, 1999), yaitu
a) Alkali akan bereaksi denag asam lemak bebas dan membantu sabun.