You are on page 1of 2

Bab 2 = 1.Dasar teori, 2.

kegiatan yg dilakukan+program RS santun lansia dan posyandu


lansia (yg dijelasin bu asri) (2org)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah Kesehatan Lansia
Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks
bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Secara alami proses
menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia mengalami perubahan fisik dan mental, yang
mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Transisi demografi ke arah menua akan
diikuti oleh transisi epidemiologi ke arah penyakit degeneratif seperti rematik, diabetes,
hipertensi, jantung koroner, neoplasma. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2009
sebesar 30,46% artinya bahwa setiap 100 orang lanjut usia, sekitar 30 orang diantaranya
mengalami sakit.
Angka kesakitan penduduk lanjut usia perkotaan 27,20% lebih rendah dibandingkan lanjut
usia pedesaan 32,96%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk lanjut usia di
perkotaan relatif lebih baik dibandingkan lanjut usia di daerah pedesaan. Bila dilihat
perkembangannya, derajat kesehatan penduduk lanjut usia relatif tidak berbeda. Angka
kesakitan penduduk lanjut usia pada tahun 2005 sebesar 29, 98%, tahun 2007 sebesar
31,11%, dan tahun 2009 sebesar 30,46 %. Pola yang serupa terjadi baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Kebiasaan berobat serta cara berobat yang dilakukan seseorang, merupakan
salah satu faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah orang yang bersangkutan
telah memiliki perilaku hidup sehat. Berdasarkan Profil Penduduk Lanjut Usia 2009, ternyata
32,24% lanjut usia mencari pengobatan di puskesmas, Namun masih ada yang mengobati
sendiri dengan menggunakan obat modern 60,47% dan obat tradisional 10,87%. Berdasarkan
informasi berbagai sumber, gangguan yang sering menjadi masalah terhadap kemandirian
lanjut usia dikenal dengan istilah 14 i, yaitu immobilisasi (berkurangnya kemampuan
gerak), instabilitas postural (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), intellectual
impairment (gangguan intelektual), isolation (depresi), insomnia (susah tidur), inkontinensia
urine (mengompol), impotence (impotensi), immune deficiency (daya tahan tubuh yang
menurun), infection (infeksi), inanition (kurang gizi), irritable colon (gangguan saluran
cerna), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), impaction (konstipasi),
impairment of vision, hearing, taste, smell, communication, convalenscence, skin integrity
(gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan dan kulit), impecunity (berkurangya
kemampuan keuangan). Kemunduran fungsi tubuh dan kemunduran peran akan sangat
berpengaruh pada kemandirian lanjut usia. Besarnya populasi dan masalah kesehatan lanjut
usia ini belum diikuti dengan ketersediaan fasilitas pelayanan lanjut usia (care services) yang
memadai, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Menurut Kementerian Kesehatan,
sampai saat ini jumlah Puskesmas Santun Lanjut Usia dan rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan geriatri juga masih terbatas. Pelayanan geriatri di Rumah Sakit
sebagian besar berada di perkotaan, padahal 65,7% para lanjut usia berada di pedesaan. Dari
data Kementerian Sosial, jumlah penduduk lanjut usia yang terlayani melalui panti, dana
dekonsentarasi, Pusat Santunan Keluarga (Pusaka), jaminan sosial, organisasi sosial lainnya
sampai 2008 ini berjumlah 74,897 orang atau 3,09% dari total penduduk lanjut usia terlantar.
Karena keterbatasan fasilitas pelayanan, aksesibilitas penduduk lanjut usia kepada pelayanan
yang dibutuhkan untuk pemenuhan diri (self fullfilment) tidak

You might also like