You are on page 1of 32

9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan baik yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat
Djamarah (2008:13) bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Menurut Muhibbin (2010:90) belajar merupakan tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif. Sedangkan menurut
Yamin (2007:168) belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui
latihan dan pengalaman, seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-
kekuatan yang datang dari dalam dirinya atau oleh stimulus-stimulus yang datang
dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-
determinan individu dan determinan-determinan lingkungan.
9
10

Dari beberapa uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan, baik perubahan tingkah laku
maupun aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan. Perubahan ini dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti bertambah pengetahuannya kecakapan semakin kuatnya daya penerimaan
dan reaksinya serta aspek lain yang ada pada diri individu yang bersangkutan.
Bukti seseorang telah belajar adalah terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian hasil
belajar adalah sesuatu yang tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar akan tampak
pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut seperti, pengetahuan, pengertian,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau
budi pekerti, dan sikap.
Sedangkan menurut Slameto (2010:3-5) ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar Yaitu:
1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya
perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan
11

tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak
termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang akan terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
atau proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari yang
sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar dilakukan, makin
banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat
aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk
beberapa saat saja seperti berkeringat, keluar air mata, bersin dan sebagainya
tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan
belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkanapa
yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan
12

mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkan.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui sesuatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian tentang hasil belajar
adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu. Sementara, menurut
Dimyanti dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang menyangkut
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami
tindak belajar dan tindak mengajar oleh guru yang akan diaplikasikan ke dalam
bentuk angka.
13

Menurut Bloom dkk (dalam Mudjiono dan Dimyanti, 2006:26-30)
menggolongkan hasil belajar menjadi tiga ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu:
a. Pengetahuan atau ingatan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. evaluasi
2. Ranah afektif berkenaan den-ean sikap yang terdiri dari 5 aspek yaitu:
a. Penerimaan
b. Jawaban atau reaksi
c. Penilaian
d. Organisasi
e. lntemalisasi
3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan kemampuan bertindak.
a. Persepsi
b. Kesiapan
c. Gerakan terbimbing
d. Gerakan terbiasa
e. Gerakan kompleks
f. penyesuaian pola gerakan
14

g. kreatifitas
Diantara ketiga (3) kawasan tersebut, kemampuan kognitiflah yang sangat
sering dinilai karena kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan intelektual
siswa dalam menguasai materi pelajaran.

2.2 Pengertian Kesulitan Belajar Siswa
Pada dasarnya peserta didik adalah unik. Mengapa dikatakan unik? Itu
dikarenakan setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap
peserta didik itu tidaklah sama. Bukan hanya dari bagaimana mereka bertingkah
laku akan tetapi lebih dari pada itu, setiap siswa berbeda dalam menyerap materi
yang diajarkan oleh guru. Ada peserta didik yang memang mudah menyerap
materi yang diajarkan dan tidak sedikit juga ada siswa yang lambat dalam
memahami dan menyerap materi yang diajarkan tersebut.
Menurut Muhibbin, (2010:170) penyelenggaraan pendidikan di sekolah-
sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang
berkemampuan tinggi dan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan rendah
terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswi yang berkategori diluar rata-rata itu
tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan
kapasistasnya. Sehingga dari penjelasan tersebut kemudian timbul kesulitan
belajar yang dialami oleh anak-anak di luar rata-rata dan bahkan dialami juga oleh
anak-anak rata-rata yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat
tercapainya hasil belajar secara maksimal.
15

Pokok bahasan Ayat jurnal penyesuaian merupakan salah satu pokok
bahasan akuntansi yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman dalam
pengerjaannya. Tahap menganalisis transaksi merupakan salah satu tahap yang
sangat penting dalam akuntansi. Akan tetapi, pada tahap menganalisis tersebut
siswa masih merasa kesulitan dalam memahaminya sehingga berdampak pada
pencapaian hasil belajar yang tidak maksimal. Sesuai dengan pendapat Markus
(2004:15) bahwa kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran akuntansi sebagian
besar berasal pada karakteristik materi akuntansi yang sebagian besar terdiri dari
angka-angka yang cukup rumit sehingga siswa kesulitan dalam menjurnal,
menganalisis transaksi, serta memperkirakan pos-pos yang perlu digolongkan
jurnal-jurnal tertentu.
Mulyono (2007:6) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah
gangguan yang terjadi dalam suatu proses pembelajaran yang dikarenakan oleh
kurangnya pemahaman intelektual yang dimiliki oleh seseorang pembelajar
terhadap materi yang diberikan. Menurut Mulyadi (2010:6-7) Kesulitan belajar
mempunyai pengertian yang luas dan kedalamnya termasuk pengertian-pengertian
seperti:
1. Learning Disorder (ketergangguan belajar)
Adalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan
belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang
terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan.
Dengan demikian hasil belajarnya lebih rendah dari potensi yang dimiliki.

16

2. Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di
mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi
intelektualnya.
3. Learning Disfungtion (ketidakfungsian belajar)
Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik
meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental,
gangguan alat dria atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.
4. Under Achiever (pencapaian rendah)
Adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi
intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5. Slow Learner (lambat belajar)
Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan
waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memeliki taraf
potensi intelektual yang sama.
Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan
usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan
sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin
disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh yang mengalaminya, dan bersifat
sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya
(Mulyadi, 2010:6). Menurut Hammil, et al, 1981 (dalam Subini, 2011:14)
kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas
17

mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam
berhitung. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam aktivitas mendengarkan
Menurut Mulyadi (2010:34) indera yang terpenting untuk belajar di
sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian
ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh individu
menunjukkan persentase sebagai berikut:
1. indera rasa 1%
2. indera peraba 1%
3. indera pencium 1%
4. indera rungu 11%
5. indera penglihatan 83%
Berdasarkan angka persentase di atas, indera penglihatan dan indera rungu
memegang peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Kondisi tubuh dan
suasana lingkungan belajar memang harus diperhatikan ketika akan
melaksanakan proses pembelajaran.
b. Kesulitan bercakap-cakap (bahasa)
Djamarah (2008:79) mengatakan bahwa kemampuan anak dalam
berbahasa mempengaruhi kemampuan anak dalam belajar. Dalam realitas
sosial sering ditemukan anak yang mengalami kesulitan belajar karena
miskinnya penguasaan perbendaharaan kosakata. kurangnya penguasaan
kosakata menjadi penyebab sukarnya anak didik memahami kata-kata dan
18

kalimat yang terdapat dalam berbagai buku bacaan, koran, majalah, dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya
penguasaan bahasa oleh anak didik merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan anak kesulitan dalam belajar.
c. kesulitan membaca (dyleksia learning)
Menurut Subini (2011:53) membaca merupakan dasar utama untuk
memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Seseorang yang
mengalami kesulitan membaca akan kesulitan untuk memaknai symbol, huruf,
dan angka melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini tentu akan
berpengaruh pada saat anak membaca pemahaman. Senada dengan pendapat
di atas Steve Stahl, 2002 ( dalam Santrock, 2009:88) menyatakan bahwa jika
anak-anak tidak dapat mengenali kata-kata secara otomatis, maka pemahaman
mereka menjadi buruk. Jika mereka tidak dapat memahami teks, mereka
mungkin tidak akan termotivasi membacanya.
d. kesulitan menulis (dysgraphia learning)
Definisi menulis,menurut Abdurrahman (2003:224) yaitu antara lain:
1. menulis merupakan salah satu kompunen sistem komunikasi;
2. menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam
bentuk lambang-lambang bahasa grafis; dan
3. menulis dilakukan untuk keperluan komunikasi.
19

Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Kesulitan menulis
menunjuk pada ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-
simbol matematika. Subini (2011:60) mengatakan ciri utama yang paling
menonjol dari seseorang yang berkesulitan belajar menulis adalah
ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komponen tulisan dalam bentuk
teks.
e. kesulitan berhitung atau metematika (dyscalculia learning)
Selain membaca dan menulis, berhitung juga tidak kalah penting
kegunaannya dalam kehipupan sehari-hari. Menurut Mulyadi (2010:174)
ganggauan matematika (dyscalulia learning) adalah suatu ketidakmampuan
dalam melakukan keterampilan matematika yang dihadpkan untuk kapasistas
intelektualdan tingkat pendidikan seseorang. selain itu, Subini (2011:64)
mengatakan kesulitan menghitung merupakan suatu gangguan perkembangan
kemampuan aritmatika atau keterampilan matematika yang jelas
mempengaruhi pencapaian prestasi akademika atau mempengaruhi kehidupan
sehari-hari anak.
Sejalan dengan itu menurut Djamarah (2008:235) kesulitan belajar adalah
suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan
adanya ganggunan dalam belajar.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
merupakan suatu kondisi di mana siswa tidak dapat belajar akibat adanya
gangguan-gangguan sehingga berpengaruh terhadap kurangnya pemahaman
20

siswa baik yang berasal dari dalam ataupun dari luar diri siswa itu sendiri
sehingga tidak dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Menurut Subini (2011:42-47) gangguan belajar pada anak dapat dibedakan
menjadi, yaitu:
1. Kekacauan belajar (Learning disorder)
Kekacauan belajar adalah keadaan ketika proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Misalnya, si anak
menginginkan pelajaran santai tanpa banyak mengeluarkan energi seperti
jurusan IPS namun ia dipaksa memasuki jurusan yang pelajarannya lebih
berat seperti jurusan IPA.
2. Distractability
Pada dasarnya, anak dengan gangguan distractability sama dengan
gangguan belajar learning disorder. Anak dengan gangguan belajar
distracbility tidak dpat membedakan stimulus yang penting dan tidak
penting. Dalam hal ini, terkadang perhatiannya berbeda dengan apa yang
sedang dikerjakannya (melamun pada saat di kelas).
3. Learning disabilities
Learning disabilities adalah ketidakmampuan seseorang yang
mengacu pada gejala ketikaanak tidak mampu belajar sehingga hasil
belajarnya di bawah potensi intelektualnya. Biasanya, anak learning
disabilities selalu berusaha menghindari kegiatan belajar mengajar dengan
berbagai sebab sehingga hasil belajarnya menjadi di bawah tingkat
kecerdasan yang seharusnya dapat dicapai.

21

4. Learning disfunction
Learning disfunction adalah gejala yang menunjukkan ketika
proses belajar mengajar seseorang tidak berfungsi dengan baik meskipun
pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat
indera atau gangguan psikologis lainnnya. Misalnya, anak yang sudah
tekun tetapi tidak mampu menguasai bahan pelajaran dengan baik.
5. Under achiever
Under achiever adalah mengacu pada anak yang memiliki tingkat
potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah.
6. Lamban belajar (Slow learner)
Lamban belajar adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya
sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan
anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual sama. Kecerdasannya
berada sedikit di bawah rata-rata, yaitu IQ 80-90.
7. Gangguan berbahasa
Pada dasarnya, anak-anak dengan gangguan berbahasa,
mempunyai kemampuan verbal atau kecerdasan normal. Dalam
berkomunikasi yang baik perlu adanya keseimbangan fonologi, morfologi,
sintaksis, leksikon, semantk dan prakmatik.
8. Retardasi mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi ketika tingkat kecerdasan
anak berada di bawah rata-rata, yaitu sekitar IQ 50-70. Anak akan
22

mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
sebagaimana selayaknya anak seusianya.
9. Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran biasanya terlihat
melakukan usaha yang berlebihan untuk dapat mendengar. Biasanya anak
yang mengalami gangguan pendengaran bicaranya tidak akurat. bahkan
pada saat diskusi ia tampak kebingungan karena sulit menangkap apa yang
dibicarakan orang-orang sekelilingnya.
10. Gangguan tingkah laku
Gangguan tingkah laku adalah anak yang nakal, sulit diatur, sering
membolos, suka melawan, bahkan berperilaku antisosial. Anak yang
mempunyai gangguan tingkah laku biasanya mempunyai prestasi dibawah
taraf yang diperkirakan.
11. Hiperaktivitas
Anak dengan gangguan hiperaktivitas akan sukar mengontrol
aktivitas motoriknya. Anak dengan gangguan ini suka berpindah-pindah
tugas tanpa menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
12. Gangguan depresi
Depresi adalah gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengn
perasaan yang menurun seperti muram, sedih, atau perasaan tertekan.
Anak yang memiliki tanda-tanda depresi akan memperlihatkan kreativitas,
inisiatif, dan motivasi belajar yang menurun. Dengan demikian, dapat
menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak
menurun hari demi hari.
23

2.2.1 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Fenomena kesulitan belajar seorang anak biasanya tanpak jelas dari
menurunnya kenerja akademik atau belajarnya. Menurut Abdurrahman (2003:13)
penyebab utama kesulitan belajar (Learning disabilities) adalah faktor internal,
yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama
problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain
berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat. Menurut Muhibbin Syah (2010:170-171) faktor-
faktor penyebab kesulitan belajar antara lain:
1. Faktor intern anak didik
a. ranah cipta (kognitif), antara lain seperti rendahnya kapasistas
intelektual/inteligensi anak didik.
b. ranah rasa (afektif), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c. Ranah karsa (psikomotor), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2. Faktor ekstern anak didik
a. lingkungan keluarga, contohnya; ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan masyarakat, contohnya; wilayah perkampungan kumuh
dan teman sepermainan yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya; kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk.
24

Koestoer (dalam Mulyadi, 2010:30-40) mengidentifikasikan kemungkinan
sebab kesulitan belajar menjadi empat kategori:
1. Kondisi-kondisi fisiologis yang permanen, meliputi:
a. Intelegensi yang terbatas;
Setiap golongan anak mempunyai kemampuan intelegensi yang
berbeda-beda, padahal kemampuan intelegensi tersebut sangat
berpengaruh terhadap belajar anak. Anak yang mempunyai
kemampuan intelegensi terbatas, kurang mampu menguasai konsep-
konsep yang abstrak dengan kecepatan sama seperti teman-temannya
yang mempunyai kemampuan integensi lebih tinggi.
b. Hambatan persepsi;
Barangkali seseorang dapat melihat dn mendengar secara lebih
jelas, tetapi ketika perangsang penglihatan dan pendengaran sampai
pada otaknya mengalami gangguanoleh mekanisme
penafsiran/persepsi images, sehingga salah penafsiran informasi yang
diperoleh.
c. Hambatan penglihatan dan pendengaran.
Indera yang terpenting dalam untuk belajar di sekolah adalah
penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan hasil yang penelitian
ternyata dalam kegiatan komunikasi penggunaan panca indera oleh
individu menunjukkan prosentase sebagai berikut:
1) Indera rasa 1 %
2) Indera Peraba 1%
3) Indera pencium 3,5%
25

4) Indera rungu 11%
5) Indera penglihatan 83%
2. Kondisi-kondisi fisiologis yang temporer, meliputi:
a. Masalah makanan;
Pada waktu tubuh seseorang bekerja secara efisien maka
diperlukan struktur yang baik seperti mata yang baik, otak yang sehat
dan pengisian bahan bakar atau makanan yang cukup dan bergizi untuk
membentuk tubuh. Anak yang kekurangan vitamin, protein atau
kekurangan substansi lain yang diperlukan, maka dampak negatifnya
akan merasa cepat capai, tidak dapat memusatkan perhatian kegiatan
belajar.
b. Kecanduan;
Kecanduan alkohol, ganja dan sejenisnya dapat menimbulkan
ketagihan. Pada mulanya kebiasaan itu kelihatan tidak berbahaya dan
gampang ditinggalkan, tetapi sebelum bahaya itu disadari, kuasa
kemauan sudah hilang sehingga kebiasan itu sudah tidak dapat
ditinggalkanlagi. Pada saat kecanduan, tidak dapat memusatkan
perhatian dan sulit memahami konsep-konsep baru.
c. Kelelahan;
Kondisi fiologis pada umumnya sangat mempengaruhi prestasi
belajar seseorng. Dalam kondisi kelelahan seseorang tidak dapat
menerima pelajaran, bahkan mudah mengantuk, sehingga prestasi
belajarnya rendah.
3. Pengaruh-pengaruh sosial yang permanen, meliputi:
26

a. Harapan orang tua terlalu tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan
anak;
Setiap orang tua mengharapkan anaknya berhasil dalam studi.
Meskipun kadang-kadang tanpa memperlihatkan kemampuan/taraf
intelegensi anak tersebut. Seorang yang belajar dalam tekanan orang
tua, sementara kemampuannya terbatas berakibat pada perilaku yang
menympang bagi anak itu sendiri.
b. Konflik keluarga
Pada dasarnya, setiap orang ingin hidup bahagia dalam keluarga
mereka. Dalam suasana bahagia, saling mencintai, dan penuh kasih
akan menciptakan rasa tenang, sehingga anak akan tumbuh secara
seimbang. Sebaliknya jika dalam keluarga penuh konflik akan
menyebabkan anak mengalami kecemasan dan akan menimbulkan
kesulitan belajar pada anak.
4. Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial yang temporer
a. Ada bagian-bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami;
Murid akan terdorong mempelajarai hal baru, jika telah memiliki
bekal yang merupakan prasyarat bagi pelajaran itu. Jika guru
mengabaikan hal ini bisa menimbulkan kesulitan belajar murid dan
murid akan frustasi terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam
menguasai materi pelajaran.



27

b. Kurang adanya motivasi.
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk belajar. Adanya motivasi dapat mendorong belajar sebaliknya
kurang adanya motivasi akan memperlemah semangat belajar.
Sementara itu, menurut Oemar Hamalik (dalam Markus, 2004:25) faktor
penghambat dalam belajar dapat di golongkan menjadi empat macam, yaitu:
1. Faktor-faktor yang bersumber dari diri anak adalah sebagai berikut:
a. kesehatan yang terganggu
b. kecakapan mengikuti pelajaran
c. kebiasaan belajar
d. kurangnya penguasaan bahasa
2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah:
a. cara memberikan pelajaran
b. kurangnya bahan bacaan
c. bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampun
d. penyelenggaraan pengajaran terlalu padat
3. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga:
a. masalah broken home
b. rindu kampung
c. bertamu dan menerima tamu
d. kurangnya kontrol orang tua
4. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat:
a. gangguan dari jenis kelamin lain
28

b. bekerja disamping belajar di sekolah
c. aktif berorganisasi
d. tidak dapat membagi waktu, rekreasi,dan waktu senggang
e. tidak mempunyai teman belajar
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa yaitu faktor yang bersumber dari dalam
diri siswa (internal), meliputi: faktor fisiologi dan faktor psikologi dan faktor
yang bersumber dari luar diri siswa (Eksternal), meliputi: lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Markus Maas (2004) tentang
kesulitan siswa dalam belajar akuntansi disebabkan karena pelajaran akuntansi
dipandang kurang disenangi atau kurang menarik bagi siswa, karena pelajaran
akuntansi sangat sulit bila dibandingkan dengan pelajaran Ilmu Sosial lainnya.
Sementara itu, dari hasil penelitian Sopia Damayanti (2007:55) menyatakan
bahwa kesulitan siswa dalam belajar akuntansi disebabkan karena ketidaksiapan
siswa dalam belajar akuntansi. Sehingga dari penelitian terdahulu mengenai
kesulitan siswa dalam belajar akuntansi diduga berhubungan dengan penelitian
mengenai kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi yang akan
dilaksanakan ini.



29

2.2.3 Kriteria Gejala Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran, sudah menjadi harapan seorang guru untuk
melihat hasil belajar siswa yang maksimal. Karena dengan hasil belajar tersebut
dapat menjadikan patokan seorang guru berhasil atau tidaknya dalam mentransfer
ilmu pengetahuan kepada siswanya. Namun terkadang, meskipun guru sudah
mengusahakan pembelajaran secara maksimal masih juga ada siswa yang nilainya
di bawah rata-rata. Maka dari pada itu sudah selayaknya seorang guru mencari
tahu dan memecahkan permasalahan siswa tersebut. Berikut beberapa gejala
sebagai indicator adanya kesulitan belajar, antara lain (Djamarah, 2008:246-247):
1. menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompok anak di kelas.
2. Hasil belajar yang tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4. Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti berpura-pura,
acuh tak acuh, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.
5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya
ditunjukkan kepada orang lain.
6. Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial
mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi pada
kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk
sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya
menurun drastis.
30

Menurut Markus, 2004 (dalam Damayanti, 2007:17) ciri-ciri tingkah laku
kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
1. menunjukkan hasil belajar yang rendah.
2. hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Lambat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar.
4. Menunjukkan sikaf yang kurang wajar.
5. Menujukkan tingkah laku yang berlainan.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

2.2.4 Langkah-Langkah Mengatasi Kesulitan Belajar
Menurut Djamarah (2008:250-254) secara garis besar, langkah-langkah
yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar pada anak
didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
1) Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak
informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung
terhadap objek yang bermasalah. Dengan alat pengumpul data.
2) Pengolahan data
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data
adalah sebagai berikut; 1) identifikasi kasus; 2) membandingkan antar kasus;
3) membandingkan dengan hasil tes; dan 4) menarik kesimpulan.
3) Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.
31

4) Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan
dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan
program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan
kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5) Treatment
Treatment adalah perlakuan atau pemberian bantuan kepada anak didik
yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun
pada tahap prognosis.
6) Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah
diberikan berhasil dengan baik atau tidak.

2.3 Ayat Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa dalam Akuntansi
2.3.1 Pengertian Akuntansi
Menurut Simamora (2002:8) Akuntansi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang proses pengukuran aktivitas ekonomi dalam satuan uang dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Senada dengan
pendapat tersebut, American Accounting Association (AAA) (dalam Handoko
dkk, 2005:3) juga merumuskan bahwa akuntansi adalah proses
mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi dalam
sebuah perusahaan sehingga dimungkinkan adanya penilaian dan pengambilan
keputusan bagi mereka yang menggunakan informasi. Selain itu, American
Institute of Certifiet Publik Accountang (AICPA) (dalam Handoko, 2005:3)
32

mengemukakan bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokkan, dan
pengikhtisaran menurut cara yag berarti dan dinyatakan dalam nilai uang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah
suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang proses pencatatan,
pengidentifikasian, pengelompokkan, mengukur, pengikhtisaran, dan setelah itu
dilakukan pelaporan informasi dan mengkomunikasikannya kepada pihak yang
berkepentingan.
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada akuntansi perusahaan jasa.
Di mana Menurut Handoko (2005:69) Perusahaan Jasa adalah Perusahaan
yang bergerak dibidang pelayanan kepada masyarakat dengan cara menjual
jasa. Misalnya: Usaha salon, usaha angkutan, usaha fotocopy, laundry,
bengkel, arsitek, konsultan, dan lain-lain.
Ciri-ciri perusahaan jasa:
1) yang dijual adalah jasa pelayanan, bukan barang/benda;
2) tidak terjadi transfer/pemindahan pemilikan barang dari penjual
kepada pembeli;
3) tidak terjadi pengembalian (retur) atas jasa yang diperjualbelikan;
4) tidak terdapat persedian jasa.
Terdapat empat karakteristik yang membedakan antara jasa
dengan barang (Adji dkk, 2007:227), antara lain:
1. Tidak berwujud (Intangible);
2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability);
3. Berubah-ubah (Variability);
33

4. Tidak dapat disimpan (Perishability).
Pemakai Akuntansi:
1. Pemakai intern perusahaan
Pemakai intern merupakan piha yang mengelola kegiatan usaha, yaitu
pemimpin perusahaan.
2. Pemakai ekstern perusahaan
Pemakai ekstern yang memakai informasi akuntansi adalah
1) Pemilik perusahaan (investor);
2) Kreditor;
3) Pemerintah;
4) Karyawan;
5) Masyarakat

2.3.2 Pengertian Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa
Apabila diperhatikan, saldo akun pada akhir priode belum
menunjukkan jumlah saldo yang sesungguhnya (riil). Akun pendapatan dan
beban juga belum menunjukkan jumlah pendapatan dan beban selama priode
yang bersangkutan. Hal itu terjadi karena selama berjalannya waktu telah
terjadi perubahan, tetapi perubahan itu belum dicatat. Saldo akun masih
bersifat sementara (Handoko, 2005:91).
Dalam praktik sehari-hari seringkali perusahaan mengalami
pendapatan yang diterima melebihi waktu priode akuntansi. Sedangkan beban
yang dikorbankan tidak bersamaan dengan prestasi yang diterima. agar
34

pendapatan yang diterima dan beban yang dikeluarkn sesuai dalam priode
yang bersangkutan di perlukan ayat jurnal penyesuaian. Jadi, yang dimaksud
dengan jurnal penyesuaian adalah proses pencatatan perubahan saldo dalam
akun sehingga menunjukkan saldo yang sesungguhnya.
Maksun dkk, (1994:76) Ayat Jurnal Penyesuaian merupakan salah satu
materi yang sangat besar artinya dalam menghasilkan laporan keuangan yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kesalahan dalam menjurnal akan
berpengaruh pada laba/rugi dan neraca dan kesalahan tersebut akan dibawa
sampai pada laporan keuangan.

2.3.3 Fungsi Jurnal Penyesuaian
Menurut Handoko (2005:92) Fungsi jurnal penyesuaian adalah sebagai
berikut:
a. Menetapkan saldo catatan akun buku besar pada akhir priode hingga
sesuai dengan saldo riil.
b. Menghitung pendapatan dan beban selama priode yang bersangkutan.

2.3.4 Akun yang Memerlukan Penyesuaian
Akun yang biasa memerlukan penyesuaian adalah (Handoko, 2005:92):
a. Akun perlengkapan;
Perlengkapan adalah bahan yang habis dipakai selama suatu priode
akuntansi. Seperti buku, pensil, kertas, tinta, dan sejenisnya. Perlengkapan
yang sudah dibeli sekaligus, tetapi pemakaiannya bertahap berdasarkan
35

kebutuhan, maka setiap akhir priode Akuntansi harus dihitung berapa yang
terpakai dan berapa sisa yang ditinggalkan.
Contoh: Pada tanggal 5 Januari 2011, dibeli perlengkapan secara tunai
seharga Rp 300.000,-. Akhir Januari 2011 perlengkapan masih bersisa
seharga Rp 75.000,-. Diminta: Buatlah Ayat Jurnal Penyesuaian per
Januari 2011
Jawab:
Beban Perlengkapan Rp 225.000,-
Perlengkapan Rp 225.000,-
b. Akun beban dibayar di muka (Piutang beban);
Beban dibayar di muka (Piutang beban) adalah Pembayaran beban untuk
jangka waktu yang akan datang hingga melampaui batas akhir priode
akuntansi. Pencatatan jurnal penyesuaian untuk akun ini terdapat dua
metode:
1. Metode harta
Contohnya pembayaran premi asuransi. Pada tanggal 2 April 2011
dibayar premi asuransi Rp 900.000,- untuk masa satu tahun. Premi
asuransi yang menjadi beban 9 bulan (2 April 31 Desember 2011)
Jumlah beban asuransi yang menjadi beban 9/12 x Rp 900.000,-=Rp
675.000,-. Jurnal penyesuaiannya adalah
Beban Asuransi Rp 675.000,-
Asuransi dibayar dimuka Rp 675.000,-
2. Metode beban
36

Contohnya pada pembayaran premi asuransi pada tanggal 2 April
2011, premi asuransi yang telah menjadi beban hanya 9 bulan. Akun
beban asuransi yang telah didebit Rp 900.000,-, harus dikredit Rp
225.000,- agar saldo debit Rp 675.000,-. Jumlah Rp 225.000,- dicatat
pada akun asuransi dibayar dimuka. Jurnal Penyesuaiannya adalah
Beban Asuransi Rp 225.000,-
Asuransi dibayar dimuka Rp 225.000,-
c. Akun aktiva tetap;
Keseluruhan aktiva tetap (kecuali tanah) akan disusutkan setiap akhir
priode. Contoh Aktiva tetap yang disusutkan adalah peralatan, kendaraan,
gedung, dan sejenisnya.
Contoh: Perusahaan menetapkan penyusutan peralatan kantor sebesar Rp
550.000,-. Jurnal Penyesuaiannya adalah
Beban Penyusutan Peralatan Rp 550.000,-
Akumulasi penyusutan Peralatan Rp 550.000,-
d. Akun pendapatan yang belum diterima (Piutang pendapatan);
Pendapatan yang belum diterima (accrual recievable) adalah pendapatan
yang seharusnya menjadi hak perusahaan, tetapi belum diterima hingga
akhir priode.
Contoh: Tanggal 31 Desember 2011 perusahaan belum menerima bunga
bank Rp 450.000,- untuk bulan Desember 2011. Jurnal penyesuaiannya
adalah
Piutang bunga Rp 450.000,-
Pendapatan Bunga Rp 450.000,-
37

e. Akun beban yang masih harus dibayar (utang beban);
Beban yang masih harus dibayar (accrual payable) adalah beban yang
telah menjadi tanggungan dalam priode akuntansi, tetapi belum dibayar
hingga akhir priode akuntansi.
Contoh: pada tanggal 31 Januari 2011 ada seorang karyawan yang belum
mengambil gaji Rp 700.000,-. Artinya perusahaan masih berhutang gaji
kepada karyawan tersebut. Jurnal Penyesuaiannya adalah
Beban Gaji Rp 700.000,-
Utang Gaji Rp 700.000,-
f. Akun pendapatan diterima di muka (utang pendapatan).
Pendapatan diterima di muka (utang pendapatan) adalah penerimaan
pendapatan untuk beberapa waktu yang akan datang hingga melampaui
batas priode akuntansi. Oleh karena itu, perusahaan harus mencari jumlah
akun yang benar-benar menjadi pendapatan. Penyesuaian ini dapat
dilakukan dengan dua metode.
1. Metode utang
Dilakukan dengan cara mendebit akun kas dan akun pendapatan.
Contoh: Tanggal 4 April 2011 disewakan gedung untuk masa satu
tahun sebesar Rp 1.800.000,-. Jumlah penerimaan sewa hingga 31
Desember 2011 adalah 9/12 x Rp 1.800.000,-= Rp 1.350.000,-. Jurnal
Penyesuaiannya adalah
Sewa diterima dimuka Rp 1.350.000,-

Pendapatan sewa Rp 1.350.000,-

38

2. Metode Pendapatan
Dilakukan dengan cara mendebit akun kas dan mengkredit akun
pendapatan.
Contoh: Pada 3 April 2011 perusahaan menerima pendapatan sewa
gedung untuk masa satu tahun Rp 2.400.000,-. Akun sewa yang
menjadi pendapatan hingga 31 Desember 2011 Rp 1.800.000,-.
Dengan akun sewa yang telah dikredit Rp 2.400.000,-, akun
pendapatan sewa harus didebit Rp 600.000,-. Jurnal Penyesuaiannya
adalah:
Pendapatan sewa Rp 600.000,-
Sewa dibayar dimuka Rp 600.000,-

2.3 Kerangka Berfikir
Akuntansi merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran
ekonomi. Akuntansi merupakan bidang ilmu sosial yang syarat akan hitungan,
bersifat abstrak, dan tanpa rumus seperti halnya mata pelajaran hitung lainnya.
Pada prakteknya, siswa banyak mengalami kesulitan dalam belajar akuntansi
khususnya dalam menganalisis transaksi akuntansi pada materi ayat jurnal
penyesuaian. Secara umum kesulitan yang dialami siswa tersebut dapat bersumber
dari dalam diri siswa (internal) atau pun dari luar diri siswa (eksternal).
Dari berbagai sumber yang telah diuraikan di atas, kesulitan tersebut perlu
adanya penelitian yang lebih lanjut agar dapat diketahui lebih jelas penyebab
kesulitan siswa dalam menganalisis transaksi akuntansi. Untuk mengetahui
tingkat kesulitan dalam belajar akuntansi, siswa diberi lembar tes mengenai Ayat
39

Diberi
Jurnal Penyesuaian. Sementara itu, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan siswa kesulitan dalam menganalisis transaksi akuntansi akan
diberikan angket. Kemudian akan dianalisis faktor apa yang paling dominan,
selanjutnya akan dicari alternatif pemecahan masalah yang tepat dalam mengatasi
kesulitan siswa tersebut.
Dari uraian di atas, sebagai kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1. Kerangka Berpikir








S
I
S
W
A
Angket
Analisis
hasil
Penyebab kesulitan paling dominan
Pemecahan masalah (alternatif)
Analisis
hasil
Tes
40

Tabel 2. Indikator dan kisi-kisi instrumen penelitian
TES Faktor Kemampuan
Akademik
a. Pengetahuan akun-akun yang memerlukan
penyesuaian (C1)
b. Pengetahuan nama-nama akun
penyesuaian (C1)
c. Kemampuan dalam penjumlahan (C2)
d. Kemampuan dalam menempatkan pos-pos
akun penyesuaian D/K (C3)

ANGKET Faktor Psikologis






Faktor Lingkungan
Keluarga

Faktor Lingkungan
Sekolah





Faktor Lingkungan
Masyarakat
a. Intelegensi
b. Motivasi belajar
c. Kebiasaan belajar
d. Kecakapan belajar
e. Masalahan pendengaran dan penglihatan
f. Kesehatan mental

a. Broken home
b. Ekonomi keluarga

a. Cara guru menyampaikan pelajaran
b. Kelengkapan bahan bacaan
c. Penyelenggaraan pelajaran terlalu padat
d. Kondisi dan letak gedung
e. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan
kemampuan

a. Aktif berorganisasi
b. Teman sepermainan
c. Kondisi tempat tinggal

You might also like