You are on page 1of 2

PROSES PEMBUATAN

STYRENE MONOMER
March 19, 2011 Leave a comment
Styrene adalah komponen arometic paling sederhana dengan sebuahrantai sisi tidak jenuh.
Styrene monomer murni memeliki bau yang enak. Bau yang tajam menusuk disebabkan oleh
adanya aldehid yang terbantuk karena kontak dengan udara. Nama lain dari styrene antara
lain : Phenil etilene, vinil benzene, styron, styrolene, dan cinnanmene. Styrene ditemui
sebagai impurities atau bahan samping pada beberapa proses. Styrene terbentuk dari hasil
decomposisi pirogenic komponen organic. Dari pemecahan petroleum, dari pembuatan atau
pengolahan gas alam dan ter batubara. Dan dari minyak yang dikondensasi dari carburetted
water gas. Bagaimanapun, kemurnian dari beberapa produk itu kecil dan industri
modernlebih memilih untuk menghasilkan styrene secara sintesis. Penelitian klasik Berthelot
tentang pirolisa telah menjadi cara teknikal yang sangat berarti untuk memproduksi styrene
sintesis secara komersil sekarang ini. Dia menunjukan, pada tahun 1851, bahwa hidro karbon
tertentu yang dilewatkan melalui tube yang panas menyala memberikan styrene dan indene.
Sintesis styrenenya pada tahun 1867 dengan melewatkan campuran benzene dan etilen
melalui tube yang panas menyala, dan dehidrogenasi berikutnya dari etibenzenenya pada
tahun 1969 dengan pirolisa untuk membentuk styrene sebagai produk penting.
Ethylbenzene adalah larutan organic tidak berwarna dengan rasa yang manis dan bau seperti
gasolin. Ethylbenzene paling banyak digunakan untuk membuat styrene ; larutan organic
yang digunakan sebagai bahan baku plastik. Ethylbenzene juga digunakan sebagai pelarut
untuk pelapis ( cat ), pembuatan karet, plstik pembungkus, dan juga sebagai bahan aditif atau
zat tambahan yang penting untuk gasolin
. Proses Oksidasi Ethylbenzene
Proses oksidasi ethylbenzene menghasilkan dua produk, yaitu styrene dan acetophenone.
Pada proses ini pertama pertama ethylbenzene dioksidasi menjadi acetophone pada suhu
115 145
0
C dan tekanan 50 Psig dengan menggunakan katalis mangan asetat, dimana reaksi
yang terjadi adalah:
C
6
H
5
C
2
H
5
+ O
2
C
6
H
5
COCH
3
+ H
2
O

Setelah mengalami proses oksidasi, kemudian diikuti dengan reduksi dari acetophone
menjadi pheniletil alcohol dengan menmbahkan gas hydrogen serta menggunakan katalis
copper-chrome-iron pada temperature 150
0
C dan tekanan 50 Psig, reaksi yang terjadi:

C
6
H
5
COCH
3
C
6
H
5
CH

( OH ) CH
3

Proses selanjutnya dengan proses dehidrasi dari alcohol menjadi styrene dengan
menggunakan katalis titania pada suhu 250
0
C, reaksi yang terjadi adalah :
C
6
H
5
CH

( OH ) CH
3
C
6
H
5
CH=CH
2
+ H
2
O
2. Proses Dehydrogenasi Ethylbenzene
Dehidrogenasi ethylbenzene adalah reaksi endotermik, artinya reaksi yang membutuhkan
panas agar reaksi dapat terjadi. Reaksi didalam reactor adalah sebagai berikut ;

C
6
H
5
C
2
H
5
C
6
H
5
CH=CH
2
+ H
2

C
6
H
5
C
2
H
5
+ H
2
C
6
H
5
CH
3
+ CH
4

Berhubung reaksi yang terjadi didalam reactor adalah reaksi endotermik maka yang
diperlukan sumber panas berupa steam superheated. Proses dehydrogenesi memakai katalis
tipe shell 105, yang merupakan campuran dari senyawa :

Fe
2
O
3

Cr
2
O
3

K
2
CO
3


Katalis berbentuk pellet dengan diameter 3/16 in atau 1/8 in. Fe
2
O
3
merupakan katalis untuk
reaksi dehydrogenesi ethylbenzene menjadi styrene. K
2
CO
3
merupakan katalis untuk reaksi
penghilangan unsure carbon, Tar, cokes dari permukaan katalis. Sedangkan Cr
2
O
3
fungsinya
untuk memeperpanjang umur katalis. Proses dehydrogenesi menggunakan suhu antara 800
950
0
K, tekanan antara 2,38 3 atm.

You might also like