You are on page 1of 20

BAB II

SEJARAH ASEAN

2.1 Latar Belakang Pembentukan ASEAN
Sejak jaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 SM, seluruh kawasan Asia
Tenggara merupakan daerah penyebaran rumpun budaya dan bahasa Melayu Austronesia,
yaitu berasal dari pusatnya sekitar Teluk Tonkin dan lembah sungai Mekong.
Kebudayaan dan bahasa Austronesia ini merupakan dasar tata kehidupan dan pergaulan
bangsa-bangsa di wilayah Asia Tenggara ini.
47
Tetapi mulai abad ke-16 mulailah malapetaka yang menimpa kawasan ini.
Bangsa-bangsa barat mulai berdatangan dan berebut pengaruh di kawasan ini. Mula-mula
mereka datang sebagai pedagang tetapi kemudian sebagai penjajah. Satu demi satu

Baru semenjak abad pertama masehi, sebagian besar Asia Tenggara mendapat
pengaruh dari luar. Unsur-unsur peradaban dan kebudayaan India, Hindu dan Budha
mulai masuk. Sedangkan wilayah Vietnam, Laos dan Kampuchea (Kamboja) banyak
mendapat pengaruhi dari peradaban dan kebudayaan China.
Berbagai kerajaan, besar dan kecil telah lahir, bangun dan berkembang yang pada
umumnya beragama Hindu dan Budha. Yang tersebar diantaranya kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit. Di Malaysia dan Brunei Darussalam berdiri kerajaan Islam sampai sekarang
ini, bahkan kerajaan Malaysia sekarang ini adalah gabungan kerajaan Islam tersebut.
Kedatangan Islam telah memperkaya hidup dan budaya Asia Tenggara, disamping agama
Hindu dan Budha.

47
T. May Rudi, Op.Cit., hal.94
kerajaan merdeka itu mereka taklukkan sehingga akhirnya seluruh Asia Tenggara, kecuali
Muangthai (sekarang disebut Thailand), menjadi daerah jajahan mereka.
Adapun yang menjadi alasan utama bangsa-bangsa Barat tersebut menjajah Asia
Tenggara yaitu :
48
1. Karena letaknya yang sangat strategis untuk pelayaran dan perniagaan

2. Kawasan ini memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah
3. Wilayah ini mempunyai penduduk yang cukup banyak sebagai calon
pembeli barang industri dunia barat (pasar yang potensial).
Imperialis Inggris menguasai Malaysia (1814), Singapura (1849), Burma
(Myanmar) pada tahun 1894, dan Kalimantan Utara (1880). Imperialism Perancis
menguasai Indocina (Kamboja,Vietnam dan Laos) sejak tahun 1896. Kerajaan Spanyol
menguasai Filipina sampai tahun 1898, kemudian pada tahun tersebut Amerika Serikat
mengalahkan Spanyol dan menduduki Filipina. Sedangkan seluruh Indonesia dikuasai
sepenuhnya oleh pemerintahan Kolonial Belanda sejak tahun 1908, meskipun sudah
banyak daerah Indonesia satu demi satu jatuh ketangan pemerintahan mereka sejak abad
ke-17. Pada tahun 1941 meletus Perang Dunia II di kawasan Pasifik. J epang menyerang
dan menduduki Pearl Harbour. Kemudian satu demi satu negara Asia Timur, Asia Selatan
dan Asia Tenggara jatuh ketangannya. Pada jaman pendudukan J epang ini pusat
pemerintahannya berada di Dalat (Saigon) sebuah kota di Vietnam.
Demikianlah apa yang terjadi dimana seluruh rakyat dan bangsa di Asia Tenggara
selama sekitar setengah abad mengalami penderitaan yang sama sebagai daerah jajahan

48
Ibid., hal. 95
bangsa Barat dan J epang. Selain persamaan karena mengalami penjajahan, ada beberapa
persamaan lain diantara kelima pendiri ASEAN tersebut yakni :
49
1. Negara yang sedang berkembang;

2. Penghasilan Bahan Mentah, kecuali Singapura;
3. Negara yang memerlukan modal asing dan tekhnologi canggih untuk
membangun ekonomi nasionalnya;
4. Negara yang bersifat agraris, (kecuali Singapura) dan industrinya
masih pada tahap permulaan dan lainnya.
Persamaan nasib ini kemudian menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan
dan setia kawan yang kuat di kalangan bangsa Asia Tenggara. Perasaan setia kawan ini
pulalah yang merupakan salah satu pendorong lahirnya ASEAN. Di laut yang sama yaitu
Selat Malaka dan Selat Sunda. Perairan ini merupakan urat nadi lalu lintas pelayaran dan
perdagangan dunia, juga merupakan pintu gerbang utama di sebelah barat. Selain itu
perairan Laut China Selatan adalah daerah perairan pokok yang dikelilingi oleh Negara-
negara Asia Tenggara. Karena itu pada hakikatnya merupakan daerah perairan bersama
bagi Negara-negara tersebut, bahkan tidak mengherankan jika sejak jaman bahari telah
terdapat saling pengaruh antara Negara-negara yang ada di kawasan ini.
ASEAN adalah singkatan dari Association Of South East Asian Nations yang
berarti Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara. ASEAN merupakan organisasi
regional (kawasan) yang dibentuk oleh pemerintahan lima Negara pendiri utama di
kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand
dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau sering juga disebut Deklarasi Bangkok
oleh kelima menteri luar negeri masing-masing Negara tersebut pada tanggal 8 Agustus

49
Syahmin AK, Masalah-Masalah Aktual Hukum Organisasi Internasional, Bandung : CV
ARMICO, 1988, hal. 210
1967 di Bangkok ibukota Thailand. Tanggal itu juga diperingati sebagai hari lahirnya
ASEAN.
50
1. Adam Malik dari Indonesia

Kelima menteri luar negeri tersebut adalah :
2. Tun Abdul Razak dari Malaysia
3. S. Rajaratnam dari Singapura
4. Thanat Koman dari Thailand
5. Narcisco Ramos dari Filipina

Dalam kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ASEAN tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan Asia Tenggara sebelumnya, terutama dalam
hubungan dua kerjasama, ASA dan Maphilindo. Oleh sebab itu untuk dapat mengetahui
latar belakang ASEAN, perlu kiranya untuk mengetahui pengalaman MAPHILINDO dan
ASA.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kerjasama regional pertama di Asia
Tenggara yang dibentuk oleh negara-negara Asia Tenggara sendiri tanpa ikut sertanya
negara lain di luar kawasan adalah Maphilindo dan ASA. Walaupun kedua kerjasama
regional ini masing-masing dibentuk atas dasar kepentingan negara yang hendak
membentuknya. ASA (Association Of South East Asia) misalnya, dibentuk pada tahun
1961 yang dengan tujuan untuk membendung pengaruh komunis dari Uni Soviet.
Kemudian tidak ketinggalan dengan Maphilindo, organisasi yang dibentuk sebenarnya
untuk mencegah lahirnya Negara imperialis Malaysia.

50
Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN Selayang
Pandang, J akarta, 1992, hal.1
Walaupun kedua kerjasama tersebut dibentuk, tapi sayang umurnya tidak
bertahan lama. Organisasi ASA hanya dapat bertahan selama enam tahun mulai dibentuk
pada tahun 1961 dan resmi dibubarkan pada tahun 1966, karena sengketa Sabah yang
dituntut Filipina terhadap Malaysia. Tidak begitu halnya dengan Maphilindo, bahkan
umurnya lebih pendek lagi, organisasi ini hanya berusia dua minggu lebih.
Pada mulanya ketika pemikiran untuk melanjutkan kerjasama regional di Asia
Tenggara mulai timbul terutama pada saat-saat mulai berakhirnya konfrontasi Indonesia
terhadap Malaysia, pihak Malaysia menginginkan ASA dapat dipertahankan dan jika
perlu memperluas keanggotaannya. Sebaliknya, Indonesia menyodorkan Maphilindo
untuk dijadikan dasar kerjasama regional yang akan datang.
Selain itu dalam menelusuri terbentuknya ASEAN, dianggap perlu pula untuk
mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi di Asia Tenggara sekitar tahun 1965-1966.
Peristiwa itu yang berkaitan erat dengan pembentukan ASEAN. Mungkin yang paling
erat kaitannya adalah munculnya Orde Baru di Indonesia menggantikan Orde Lama.
Dalam tampilnya Orde Baru, konfrontasi terhadap Malaysia diakhiri, dan dengan
demikian hubungan Indonesia dengan Malaysia yang berantakan sejak lahirnya Malaysia
tahun 1963 kembali normal.
51

51
M. Sabir, ASEAN Harapan dan Kenyataan, J akarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992, hal.30

Pada waktu yang bersamaan terjadi pula peristiwa lain dalam bentuk pertukaran
pemimpin di Filipina dari Presiden Macapagal kepada Presiden Marcos. Pada masa
Macapagal, hubungan Filipina dengan Malaysia menjadi tegang akibat sengketa Sabah.
Masalah itu sempat membekukan hubungan kedua Negara. Sebagai presiden terpilih yang
baru, Marcos melunakkan sikap Filipina terhadap Sabah. Hal itu dengan sendirinya ikut
memperbaiki dan memulihkan hubungan Filipina-Malaysia.
Peristiwa itu disusul pula dengan keluarnya Singapura dari federasi Malaysia. Hal
itu member suasana baru di kawasan Asia Tenggara yang sedang dilanda oleh kemelut
konfrontasi. Sebelumnya, sewaktu Singapura masih bergabung dengan Malaysia, ada
perbedaan dalam mengelola kebijaksanaan ekonomi yang akhirnya menjadi pendorong
bagi Singapura untuk keluar dari federasi itu. Tanpa pulihnya kembali hubunan
Singapura-Malaysia, kedudukannya malah akan terjepit antara dua Negara Melayu-
Malaysia dan Indonesia.
2.1.1 Motivasi Para Pendiri ASEAN
Negara Indonesia dengan politik luar negerinya yang bebas dan aktif senantiasa
melakukan kerjasama multilateral dan bilateral dengan tidak ingin masuk ke dalam salah
satu blok yang sedang melakukan konfrontasi. Artinya, tidak masuk ke dalam blok
manapun, blok komunis maupun blok kapitalis. Sebagai contoh ciri kerjasama luar negeri
yang dianut Indonesia adalah non-blok.
Pada masa orde baru kebijakan kerjasama Indonesia mengalami perubahan yang
dulunya menitikberatkan kerjasama multilateral menjadi kerjasama regional. Walaupun
Indonesia sudah pernah masuk dalam sebuah kerjasama regional yaitu Maphilindo.
Motivasi Indonesia terutama Orde Baru untuk masuk dalam kerjasama regional Asia
Tenggara adalah untuk mendapatkan kembali kepercayaan yang telah luntur dan
kredibilitas yang telah hancur akibat politik konfrontasi terhadap Malaysia yang terjadi
pada masa OrdeLama, dan pertimbangan keamanan untuk menyokong proses
pembangunan di dalam negeri.
52
Selain motivasi yang melatarbelakangi, ternyata Indonesia juga berperan penting
dalam membentuk ASEAN. Yaitu sebagai penggagas pentingnya kerjasama ASEAN,
walaupun Thailand adalah pendorong utama. Indonesia menginginkan adanya


52
Ibid., hal.32
keseimbangan antara Negara yang beraliansi dengan Negara adikuasa (ASA) dengan
negara-negara yang tergabung dalam gerakan non-blok.
Lain halnya dengan motivasi Filipina untuk ikut serta dalam kerjasama regional
ASEAN, yaitu ingin dikenal sebagai bagian dari masyarakat Asia Tenggara berhubungan
dengan kebanyakan Negara Asia Tenggara menyebutnya sebagai Amerika di Asia.
Thailand sebagai salah satu negara yang tergabung dalam kerjasama ASEAN mempunyai
motivasi yang luhur yaitu ingin mendamaikan negara-negara yang ada di Asia Tenggara
yang masih bersengketa.
Sedangkan Malaysia sebagai negara yang paling banyak didera konfrontasi dan
sengketa mempunyai motivasi yang lain untuk masuk ke dalam ASEAN, pada dasarnya
menganggap bahwa Indonesia dibawah pemerintahan Orde Baru lebih mudah dijinakkan
ketimbang pada masa pemerintahan Orde Lama dibawah Soekarno. Dan terakhir kalau
kita lihat motivasi Singapura yang merupakan negara yang melepaskan diri dari negara
federasi Malaysia, mereka menganggap bahwa apabila masuk dalam kerjasama ASEAN,
maka akan dapat memperbaiki hubungan dengan negara tetangganya. Serta ingin
mendapatkan keuntungan ekonomi dan keuangan yang sebenar-benarnya.
Dengan motivasi yang beraneka ragam tadi, tetapi dengan tekad yang tunggal
untuk membentuk kerjasama regional baru, kelima Negara Asia Tenggara itu berkumpul
di kota Bangkok, Thailand pada tanggal 5 Agustus 1967, untuk menyelesaikan tahap
akhir dari pembentukan ASEAN. Dalam pertemuan itu masalah pangkalan asing kembali
diperdebatkan. Seperti diketahui bahwa dala rancangan Indonesia yan dikenal dengan
gagasan SEAARC tercantum kalimat berikut : mempercayai bahwa pangkalan asing
adalah bersifat sementara dan tidak boleh dipergunakan langsung atau tidak langsung
untuk menumbangkan kemerdekaan nasional Negara-negara dan bahwa pengaturan
pertahanan kolektif seyogyanya jangan dipakai untuk melayani kepentingan khusus
negara besar. Namun Filipina mendesak agar kalimat tersebut dicoret dan ditiadakan
saja, karena dapat menyulitkan hubungan dengan Amerika Serikat yang mempunyai
Security Arrangement dengan Filipina. Filipina dalam hal ini didukung oleh Malaysia,
Singapura dan Thailand.
Adam Malik tidak dapat menerima usul itu dan dengan sungguh-sungguh
menyerukan kepada sidang agar kalimat tersebut tetap dipertahanakan berhubung kalimat
itu sangat penting artinya dalam kelangsungan hidup politik Orde Baru. Akhirnya dicapai
kesepakatan dengan menghapuskan bagian akhir yang berbunyi : dan bahwa pengaturan
pertahanan kolektif seyogianya jangan dipakai untuk melayani kepentingan khusus
negara besar.
Pada bagian lainnya hanya diadakan perubahan redaksional sehingga akhirnya
seperti tercantum dalam Deklarasi Bangkok sebagai berikut : menegaskan bahwa semua
pangkalan asing adalah bersifat sementara dan hanya akan bertahan selama masih
dikehendaki oleh Negara yang bersangkutan dan pangkalan-pangkalan asing itu tidak
dimaksudkan untuk menumbangkan kemerdekaan nasional negara-negara di kawasan itu
atau mengganggu proses lancarnya pembangunan nasional.
Dengan kompromi yang dicapai mengenai pangkalan asing itu masing-masing
pihak merasa puas. Bagi Indonesia yang non-blok hal itu sudah tentu merupakan
kebanggaan. Bagi Filipina dan Thailand yang masih menjadi anggota SEATO dan
mempunyai pangkalan asing di wilayahnya, dan bagi Malaysia dan Singapura yang
terkait dalam AMDA, pernyataan itu malah memperbaiki citranya sebagai Negara yang
bukan semata-mata antek barat di mata rakyatnya maupun dimata dunia umumnya.


2.2 Maksud dan Tujuan ASEAN
Maksud dan tujuan dibentuknya ASEAN seperti yag tercantum dalam Deklarasi Bangkok
adalah :
53
1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta
pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama
dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh
landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang
sejahtera dan damai;

2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan
menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara
Negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa;
3. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam
masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang
ekonomi, sosial, tekhnik, ilmu pengetahuan dan administrasi;
4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana
pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi,
tekhnik, dan administrasi;
5. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan
pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan
dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional. Perbaikan
sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf
hidup rakyat-rakyat mereka;

53
Op.Cit., Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, hal.1
6. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;
7. Untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan
organisasi-organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa
yang ada dan untuk menjajagi segala kemungkinan untuk saling
bekerjasama secara erat di antara mereka sendiri.
2.3 Struktur Organisasi ASEAN
2.3.1 Sebelum KTT I di Bali 1976
Untuk mencapai maksud dan tujuan ASEAN seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Disusunlah suatu struktur organisasi ASEAN yang pada saat ini telah
mengalami pengembangan dengan ketentuan deklarasi ASEAN yang merupakan dasar
pembentukan ASEAN tersebut.
Struktur organisasi ASEAN sebelum Konferensi Tingkat TInggi (KTT) I di Bali
tahun 1967 di dasarkan pada deklarasi Bangkok tanggal 8 Agustus 1967 adalah sebagai
berikut :
a. Sidang Tahunan Para Menteri. Sidang ini merupakan sidang tertinggi yang
dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri Negara-negara ASEAN secara
bergiliran menurut abjad. Apabila dipandang perlu, dapat pula diadakan
suatu sidang khusus para menteri luar negeri.
b. Panitia Tetap ASEAN (Standing Committee). Panitia tetap ASEAN ini
merupakan sebuah badan yang bersidang diantara dua sidang Menteri-
Menteri Luar Negeri ASEAN untuk menangani persoalan-persoalan yang
memerlukan keputusan para menteri. Badan ini dipimpin oleh Menteri
Luar Negeri dimana sidang tersebut akan diadakan pada tahun berikutnya
dan beranggotakan para duta besar negara-negara anggota ASEAN di
Negara tersebut
c. Komite-Komite Tetap dan Komite-Komite Khusus
d. Sekretariat Nasional ASEAN pada ibukota Negara-negara anggota
ASEAN

Dalam perkembangan sampai tahun 1976 struktur seperti yang terurai di
atas ditambah dengan sidang para Sekretaris Umum Sekretariat ASEAN yang
tugasnya selain mempersiapkan sidang-sidang menteri, juga mengkoordinasi dan
membahas laporan-laporan komite-komite tetap dan komite-komite khusus.
2.3.2 Sesudah KTT I di Bali 1976
Susunan organisasi ASEAN setelah KTT ke I di Bali, mengalami revisi sebagai
berikut :
a. Sidang Kepala-Kepala Pemerintahan (Summit Meeting). Sidang Ini
merupakan otoritas atau kekuasaan tertinggi di ASEAN. Pertemuan ini
diadakan apabila dianggap perlu untuk memberikan pengarahan-
pengarahan pada ASEAN
b. Sidang Tahunan Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN (Annual
Ministerial Meeting). Peranan dan tanggung jawab sidang ini untuk
merumuskan garis kebijakan dan koordinasi kegiatan-kegiatan ASEAN
tetap diakui sesuai dengan Deklarasi Bangkok. Kemudian sidang tahunan
menteri luar negeri ASEAN ini akan memeriksa implikasi-implikasi dalam
bidang politik atas keputusan-keputusan ASEAN mengingat dalam semua
kegiatan atau aktivitas ASEAN selalu terdapat implikasi politik dan
diplomatik.
c. Sidang menteri-Menteri Ekonomi. Sidang ini diadakan 2 kali dalam satu
tahun yang tugasnya selain merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
koordinasi yang khususnya menyangkut masalah kerjasama ASEAN di
bidang ekonomi juga menilai hasil-hasil yang dilakukan oleh komite-
komite yang ada dibawahnya.
d. Sidang Menteri-Menteri Lainnya (Non-Ekonomi). Sidang ini merumuskan
kebijaksanaan seperti pendidikan, kesehatan, sosial, kebudayaan,
penerangan, perburuhan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sidang menteri-
menteri non-ekonomi masih belum melembaga dan diadakan apabila
dipandang perlu saja.
e. Panitia Tetap ASEAN (Standing Committee). Tugasnya sama seperti
sebelum KTT I di Bali. Dalam perkembangannya panitia ini dperluas
dengan sidang para Direktorat J enderal Sekretariat Nasional ASEAN dari
Negara-negara anggota, yang sebelumnya disebut Sekretaris Umum
sekretariat nasional ASEAN, yang bertugas mempersiapkan laporan untuk
bahan pertimbangan dan keputusan panitia tetap ASEAN.
f. Komite-Komite ASEAN.
Bentuk organisasi ASEAN akan terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan
perkembangan dunia. Otoritas/kekuasaan tertinggi di dalam ASEAN adalah pertemuan
Kepala Pemerintahan, yang bersidang setiap 3 tahun sekali sesuai keputusan KTT
ASEAN IV. Pertemuan ini akan menentukan arahan kerjasama ASEAN.
Sidang tahunan para menteri luar negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting-
AMM) mempunyai peran dan tanggung jawab untuk merumuskan garis kebijakan dan
koordinasi kegiatan-kegiatan ASEAN. Sidang tahunan ini juga memeriksa implikasi-
implikasi politis atas keputusan ASEAN mengingat dalam semua kegiatan ASEAN selalu
terdapat implikasi politis dan diplomatik. Dalam situasi khusus, para menteri luar negeri
dapat mengadakan pertemuan lebih dari sekali dalam setahun. Sementara itu segala
kegiatan yang dilakukan selama setahun, diantara dua sidang menteri luar negeri, menjadi
tanggung jawab panitia tetap (standing committee) ASEAN. Ketua panitia tetap ASEAN
secara bergilir dijabat oleh menteri luar negeri salah satu anggota ASEAN.
Di bidang ekonomi, pertemuan para menteri ekonomi (ASEAN Economic
Ministers-AEM) merupakan badan tertinggi dalam menentukan kebijakan dalam
kerjasama ekonomi ASEAN. Sidang pertemuan menteri ekonoimi tersebut diadakan
sekali dalam setahun. Disamping sidang para menteri ekonomi, masih terdapatnya
sidang-sidang para menteri pertanian dan kehutanan, para menteri energy, para menteri
lingkungan hidup, para menteri tenaga kerja, para menteri penerangan dan para menteri
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diadakan menurut keperluan. Disamping itu juga
dapat diadakan sidang gabungan antara para menteri luar negeri dan menteri ekonomi
(Joint Ministerial Meeting-J MM) bilamana perlu.
Komite-komite ekonomi terdiri dari :
1. Komite Keuangan dan Perbankan (Committee on Finance and
Banking-COFAB), berkedudukan di Thailand;
2. Komite Pangan, Pertanian dan Kehutanan (Committee on Food,
Agriculture and Foresty-COFAF), berkedudukan di Indonesia;
3. Komite Industri, Mineral dan Energi (Committee on Industry, Mineral
and Energy-COIME), berkedudukan di Filipina;
4. Komite Perhubungan dan Komunikasi (Committee on Transportation
and Communication-COTAC), berkedudukan di Malaysia;
5. Komite Perdagangan dan Pariwisata (Committee on Trade and
Tourism-COTT), berkedudukan di Singapura.
Sedangkan komite-komite non-ekonomi terdiri dari :
1. Komite Kebudayaan dan Penerangan (Committee on Culture and
Information-COCI), berkedudukan di Indonesia;
2. Komite Pembangunan Sosial (Committee On Social Development-
COSD), berkedudukan di Malaysia
3. Komite Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (Committee on Science and
Technology-COST), berkedudukan di Muangthai.
4. ASEAN Senior Officials on Drug Matters (ASOD);
5. ASEAN Senior Officials on Environment (ASOEN);
6. ASEAN Conference On Civil Service Matters (ACCSM).
Seiring berkembangnya waktu dan mengingat kegiatan ASEAN makin lama
semakin meningkat maka dirasakan perlu adanya sebuah sekretariat yang cukup ampuh.
Kemudian dengan atas dasar persetujuan negara anggota ASEAN pada KTT I di Bali,
secretariat ASEAN pun dibentuk dan mulai berfungsi sejak tanggal 7 J uni 1976 sebagai
badan administratif dan bertugas menyelaraskan, memperlancar dan memonitor segala
kegiatan ASEAN. Sejak terbentuknya, sekretariat ASEAN telah mengalami beberapa kali
perubahan struktur sesuai dengan perkembangan kerjasama ASEAN itu sendiri.
Sekretariat ASEAN ini diketuai oleh seorang Sekretaris J enderal yang diangkat oleh para
Menlu ASEAN secara bergilir untuk masa jabatan 2 tahun.
2.4 Keanggotaan ASEAN
Keanggotaan ASEAN terbuka bagi Negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat
bahwa Negara calon anggota dapat menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN
seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok. Di samping itu perlu adanya
kesepakatan oleh semua anggota ASEAN mengenai kenanggotaan baru. Sesuai dengan
ketentuan tersebut di atas, Brunai Darussalam secara resmi diterima menjadi anggota
ASEAN yang keenam pada tanggal 7 J anuari 1984, dalam sidang khusus menteri-menteri
luar negeri ASEAN di J akarta. Kemudian menyusul secara berturut-turut negara-negara
Asia Tenggara lainnya yaitu : Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja secara berturut-
turut tahun 1995, 1997 dan 1999. J adi kini ASEAN telah beranggotakan 10 negara di
kawasan Asia Tenggara. Dalam perkembangan selanjutnya Timor Leste yang
memisahkan diri dari Indonesia berkemungkinan akan diterima menjadi anggota ke-11.
Berdasarkan ketentuan yang termuat dalam Deklarasi Bangkok tanggal 8 Agustus
1967, setiap anggota ASEAN harus mendirikan sebuah Sekretariat Nasional. Sekretariat
Nasional ini bertugas melaksanakan tugas perhimpunan ASEAN atas nama Negara
masing-masing dan melayani sidang tahunan atau sidang khusus para menteri luar negeri,
sidang-sidang panitia dan komite-komite ASEAN.
2.5 Kerjasama-kerjasama ASEAN
2.5.1 Kerjasama di Bidang Ekonomi
Sejak KTT I di Bali tahun 1976, para menteri ekonomi ASEAN telah
meningkatkan kegiatan mereka. Dalam Deklarasi Kesepakatan ASEAN dinyatakan
bahwa dalam rangka kerjasama di bidang ekonomi beberapa program kegiatan telah
disetujui, yaitu antara lain :
1. Komoditi utama, terutama pangan dan energi
2. Kerjasama di bidang industri
3. Kerjasama di bidang perdagangan
4. Pendekatan bersama atas persoalan komoditi internasional dan persoalan
ekonomi di luar kawasan ASEAN
5. Mekanisme kerjasama ekonomi ASEAN.

2.5.1.1 Sektor Perdagangan dan Pariwisata
Kegiatan-kegiatan sektor ini telah mencapai banyak hasil yang nyata. Sejak bulan
J anuari 1978 telah berlaku perjanjian Preferensi Perdagangan. Perjanjian tersebut telah
disahkan oleh kelima negara anggota ASEAN pada tahun 1977.
Selama ini pengurangan tarif pada umumnya berkisar antara 10%-20%.
Pengurangan sebesar ini dirasakan sangat kurang dan mulai tahun 1981 diharapkan semua
negara ASEAN dapat melaksanakan pengurangan sampai 20%-25% untuk komoditi yang
tercantum dalam PTA.
Dalam upaya meningkatkan ekspor, diusahakan kerjasama dengan pemerintah
Belanda dan Pasar Bersama Eropa. Selanjutnya pada tahun 1981 telah dibuka ASEAN
Trade Promotin Centre di Rotterdam yang didahului oleh suatu ASEAN Food Fair.
Dalam rangka mengingkatkan ekspor ke J epang dan untuk menggalakkan
investasi serta arus wisata J epang ke Negara-negara ASEAN, dengan kerjasama
pemerintahan Jepang, telah didirikan ASEAN Promotion Centre Of Trade, Investment and
Tourism di Tokyo.
Dalam sector pariwisati ini sendiri telah diusulkan sebuah proyek mengenai
ASEAN sebesar 25% potongan tarif biasa dalam rangka kerjasama dengan perusahaan-
perusahaan penerbangan ASEAN.
2.5.1.2 Sektor Pangan, Pertanian dan Kehutanan
Sesuai dengan kesepakatan ASEAN, salah satu program kerjasama ASEAN yang
sangat penting adalah dalam bidang pangan. Sebagi kelanjutan kerjasama dalam bidang
pangan tersebut, pada tanggal 4 Oktober 1979 para Menteri Luar Negeri ASEAN telah
menandatangani ASEAN Security Reserver Agreement. Cadangan tersebut mengutamakan
beras dan dititikberatkan untuk keperluan darurat tanpa terlalu mempersoalkan masalah
harga. J umlah penyangga beras yang telah disepakati dalam Food Security Reserve
tersebut dibagi di antara keenam Negara ASEAN.
2.5.1.3 Sektor Industri, Pertambangan dan Energi
Pada tahun 1978 telah diselesaikan suatu Draft Basic Agreement In ASEAN
Industrial Projects (Konsep Persetujuan Dasar tentang Proyek-Proyek Industri ASEAN).
Kemudian perjanjian tersebut ditandatangani oleh Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN
pada tahun 1980. Dalam hubungan ini, pada tahap pertama telah disepakati pendirian
sebuah proyek industry ASEAN di tiap-tiap Negara anggota yakni :
1. Proyek Pupuk Urea di Indonesia
2. Proyek Pupuk Urea di Malaysia
3. Proyek Super Fosfat di Filipina
4. Proyek Mesin Diesel di Singapura
5. Proyek Abu Soda di Thailand
2.5.1.4 Sektor Keuangan dan Perbankan
Pada tahun 1981 atas usaha ASEAN Banking Council (Dewan Perbankan
ASEAN) telah dibentuk ASEAN Finance Coorporation dengan Modal US $100 juta.
J umlah ini dibagi rata antara negara-negara ASEAN.
ASEAN Swap Arrangement (Rencana Swap ASEAN) adalah persetujuan yang
ditandatangani pada tanggal 5 Agustus 1977. Badan ini memungkinkan salah satu Negara
anggota yang menghadapai masalah likuiditas untuk menukarkan mata uangnya ke dalam
US $ 100 juta, kemudian dinaikkan menjadi US $ 200 juta melalui persetujuan tambahan
yang ditandatangani pada tanggal 26 September 1978


2.5.1.6 Bidang Sosial Budaya
Di dalam Deklarasi Kesepakatan ASEAN (Declaration Of ASEAN Concord)
khususnya untuk bidang sosial budaya ditetapkan kerangka kerjasama sebagai berikut :
Sosial
1. Kerjasama dalam bidang pembangunan sosial, dengan penekanan pada
kesejahteraan golongan berpendapatan rendah dan penduduk pedesaan,
melalui perluasan kesempatan kerja yang produktif dengan pembayaran
yang wajar.
2. Bantuan bagi ikut sertanya secara aktif semua aktor dan lapisan
masyarakat ASEAN, terutama kaum wanita dan pemuda, dalam usaha
pembangunan.
3. Intensifikasi dan perluasan kerjasama yang telah ada dalam
menanggulangi masalah perkembangan penduduk di dalam wilayah
ASEAN dan dimana mungkin, menyusun teori strategi baru dalam
bekerjasama dengan badan-badan internasional yang bersangkutan.
4. Intensifikasi kerjasama antar Negara anggota sebagaimana juga dengan
badan-badan internasional yang berhubungan dengan itu dalam
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan pengedaran
obat bius secara tidak sah.
Kebudayaan dan Penerangan
1. Perkenalan ASEAN dan Negara-negara anggotanya melalui sekolah-
sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
2. Bantuan kepada cendekiawan, penulis, artis, dan wakil mass media
ASEAN untuk memungkinkan mereka memainkan peranan yang lebih
aktif dalam memupuk rasa kepribadian dan persahabatan regional
3. Menyebarluaskan pengkajian masalah-masalah Asia Tenggara melalui
kerjasama yang lebih erat antara lembaga-lembaga nasional.
Pendidikan dan Beasiswa
Beberapa tahun belakangan ini kegiatan ASEAN di bidang pendidikan sangat
besar. Diantara kegiatan yang sangat menarik adalah di bidang pemberia beasiswa kepada
para siswa dan mahasiswa dari Negara-negara ASEAN. Institute Tekhnologi Asia di
Bangkok setiap tahun menerima mahasiswa dari Negara-negara ASEAN untuk
mempelajari dan mendalami satu bidang tertentu atas biaya pemerintah Amerika Serikat.
Dalam hal ini pemerintah Singapura setiap tahun menawarkan beasiswa kepada
Negara-negara ASEAN lainnya. Untuk periode 1981-1982 telah ditawarkan sebanyak
93macam latihan khusus. Diantara latihan yang dberikan adalah penglolaan jasa
pelabuhan udara, kesehatan dan keselamatan kerja industri, komunikasi bahari dan lain-
lain.
Negara-negara ASEAN untuk tahun 1980-1981 memanfaatkan beasiswa untuk
belajar di Universitas di Negara-negara ASEAN sendiri dan J epang atas biaya yang
diberikan oleh ASEAN-Japan Scholarship Fund (Dana Beasiswa ASEAN-J epang). J uga
ada beasiswa yang diberikan oleh Negara Belgia.
Bantuan Negara ketiga
Perhatian Negara ketiga terhadap ASEAN makin lama semakin besar. Perhatian
itu antara lain berupa bantuan-bantuan yang diberikan oleh J epang, Australia, Amerika
Serikat, dan Masyarakat Eropa.
2.5.1.7 Kerjasama dengan Pihak Swasta
Para Menteri Ekonomi ASEAN telah menyetujui suatu kebijaksanaan untuk
meningkatkan peran serta pihak swasta ASEAN dalam kerjasama ASEAN. Kamar
dagang dn Industri ASEAN (ASEAN Chamber Of Commerce and Industri-CCI) adalah
suatu badan swasta ASEAN yang menghimpun dan mengkoordinasikan kerjasama sektor
swasta ASEAN.
Dalam hubungan ini ASEAN-CCI telah mengambil prakarsa bagi pendirian
proyek industri komplementasi ASEAN dan industri ASEAN, ASEAN Industrial Joint
Venture. Kini telah mulai pula diadakan kontak dengan kelompok kerja Pangan, Pertanian
dan Kehutanan (Working Group On Food, Agriculture dan Foresty).

You might also like