You are on page 1of 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan
gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak,
kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa.
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi
dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya,
maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu
tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal
penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi
segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu
ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia
6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak
2
bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI
hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah
setempat (indigenous food). Rekomendasi WHO/UNICEF di atas sejalan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJPMN)
bidang Kesehatan, antara lain dengan memberikan prioritas kepada perbaikan
kesehatan dan gizi bayi dan anak. Sebagai tindak lanjut RPJPMN, Rencana Aksi
Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk Tahun 2005 2009
telah menyusun sejumlah kegiatan yang segera dilaksanakan.
Seluruh perbaikan gizi yang dilakukan diharapkan dapat menurunkan
masalah gizi kurang dari 27,3 % tahun 2003 menjadi 20 % pada tahun 2009, dan
masalah gizi buruk dari 8,0 % tahun 2003 menjadi 5 % pada tahun 2009.
Untuk mencapai target di atas, dilakukan sejumlah kegiatan yang
bertumpu kepada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi). Melalui penerapan perilaku Keluarga Sadar Gizi, keluarga
didorong untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6
bulan dan memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak
usia 6-24 bulan. Bagi keluarga mampu, pemberian MP-ASI yang cukup dan
bermutu relatif tidak bermasalah. Pada keluarga miskin, pendapatan yang rendah
menimbulkan keterbatasan pangan di rumah tangga yang berlanjut kepada
rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan anak.
3
Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu
MP-ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI kepada bayi
dan anak usia 6 24 bulan dari keluarga miskin. Secara umum terdapat dua jenis
MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan
yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal. Mengingat
pentingnya aspek sosial budaya dan aspek pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan pemberian MP-ASI maka MP-ASI yang akan diberikan pada tahun 2006
yaitu MP-ASI lokal atau disebut juga MP-ASI dapur ibu .
Pemberian MP-ASI lokal memerlukan keterlibatan dan kesiapan semua
pihak, oleh karena itu seluruh institusi dan petugas yang melaksanakan kegiatan
Pemberian MP-ASI lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain; ibu lebih
memahami dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI dari bahan pangan lokal
sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat
melanjutkan pemberian MP-ASI lokal secara mandiri; meningkatkan partisipasi
dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti PKK dan
Posyandu; memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
penjualan hasil pertanian; dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan
gizi.
Pemberian MP-ASI lokal diharapkan meningkatkan kegiatan kader dan
partisipasi masyarakat untuk datang ke Posyandu. Hal ini sangat penting dalam
upaya menggairahkan kegiatan Posyandu, karena MP-ASI lokal dapat dijadikan
sebagai entry point revitalisasi Posyandu. Oleh sebab itu pemberian MP-ASI
lokal harus melibatkan posyandu dan PKK desa/kelurahan.
4
ini harus memiliki pemahaman yang sama di dalam melaksanakannya.
Untuk memperoleh pemahaman yang sama diperlukan pedoman umum dan
petunjuk pelaksanaan.


B. Sasaran Penyuluhan
Seluruh ibu-ibu yang datang ke Posyandu Teratai 4 yang merupakan
jejaring dari Puskesmas Beruntung Raya, Banjarmasin.
C. Tujuan Penyuluhan
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan penyuluhan diharapkan
orang tua (ibu) menjadi tahu, mau, dan mampu memberikan MP ASI yang sesuai
dengan kebutuhan anaknya.
D. Tempat Pelaksanaan
Posyandu Teratai 4 Simpang Limau, Puskesmas Beruntung Raya,
Kelurahan Tanjung Pagar, Kota Banjarmasin.
E. Pelaksana
Dokter muda Fakultas Kedokteran UNLAM yang sedang menjalani stase
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
F. Metode
Ceramah dan sesi tanya jawab.
G. Media
Leaflet


5
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Definisi MP-ASI
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi,
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi
selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI
ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).
MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju
ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan
motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap
menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan
makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang.
B. Anjuran WHO tentang MP ASI
Dalam deklarasi Innoceni yang dilakukan antara perwakilan WHO dan
UNICEF pada tahun 1991, mendefinisikan bahwa pemberian makan bayi yang
optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir hingga usia 4-6
bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupan. Makanan tambahan yang
sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan. Selanjutnya WHO
menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang meninjau lebih dari 3000
6
makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi
yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif.
Pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan
besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah
lebih sempurna dibandingkan umur bayi < 6 bulan. Pemberian MP ASI dini sama
saja dengan membuka gerbang masuknya berbagai jenis kumas penyakit. Hasil
riset menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP- ASI sebelum berumur 6
bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk,pilek, dan panas dibandingkan
bayi yang mendapatkan ASI ekslusif.
Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih,sistem pencernaannya sudah relatif
sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti
asam lambung, pepsin,lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi
berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap menerima
kandungan dalam makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan
reaksi imun dan terjadi alergi. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan
melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Bahkan pada kasusu ekstrim
pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan
harus dilakukan pembedahan.
Selain itu pada tahun 2002, Morten El et Jama melakukan penelitian pada
3.253 orang di Denmark. Mereka yang disusui kurang dari 1 bulan IQ-nya lebih
rendah dari yang disusui setidaknya 7 hingga 9 bulan. Ini menunjukkan terdapat
korelasi antara lamanya pemberian ASI dan tingkat IQ.

7
C. Waktu Pemberian MP ASI
Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi
adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur
tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut :
- Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan pembentukan
enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum
sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa
yang dihasilkan oleh makanan padat.
- Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf otot
(neuromuskular) bayi belum cukup berkembang untuk mengendalikan gerak
kepala dan leher ketika duduk dikursi. Jadi, bayi masih sulit menelan makanan
dengan menggerakan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya,
karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum
susu.
- Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi , penyakit
seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).
- Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara pengenalan
makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang berkesinambungan.
- Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang berlebih di
awal masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko timbulnya
kanker, diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut.


8
D. Jenis-jenis MP-ASI
Beberapa Jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah:
1). Buah, terutama pisang yang mengandung cukup kalori. Buah jenis lain yang
sering diberikan pada bayi adalah : pepaya, jeruk, dan tomat sebagai sumber
vitamin A dan C.
2). Makanan bayi tradisional :
a). Bubur susu buatan sendiri dari satu sampai dua sendok makan tepung beras
sebagai sumber kalori dan satu gelas susu sapi sebagai sumber protein.
b). Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa bahan makanan, satu
sampai dua sendok beras, sepotong daging, ikan atau hati, sepotong tempe
atau tahu dan sayuran seperti wortel dan bayam, serta buah tomat dan air
kaldu.
3). Makanan bayi kalengan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam kaleng,
karton, karton kantong (sachet) atau botol : untuk jenis makanan seperti ini
perlu dibaca dengan teliti komposisinya yang tertera dalam labelnya (Lewis,
2003).
Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dianggap baik
adalah apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :
a). Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai diperkenalkan pada bayi
ketika usianya lebih dari 6 bulan dan kebutuhan bayi akan energi dan zat-zat
melebihi dari apa yang didapatkannya melalui ASI
9
b). Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan memberikan energi
protein dan zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
anak.
c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorganisme baik
pada saat disiapkan, disimpan maupun saat diberikan pada anak.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI dini
Banyak kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terhadap makna
pemberian ASI yang membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara
eksklusif kepada bayi meraka dalam periode 6 bulan pertama. Alasan umum
mengapa mereka memberikan MP-ASI secara dini meliputi rasa takut bahwa ASI
yang mereka hasilkan tidak cukup dan kualitasnya buruk. Hal ini dikaitkan
dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang terlihat encer dan menyerupai
air selain itu keterlambatan memulai pemberian ASI dan praktek membuang
kolostrum juga mempengaruhi alasan pemberian MP-ASI dini karena banyak
masyarakat di negara berkembang percaya kolostrum yang berwarna kekuningan
merupakan zat beracun yang harus dibuang.
Teknik pemberian ASI yang salah yang menyebabkan ibu mengalami
nyeri, lecet pada puting susu, pembengkakan payudara dan mastitis dapat
menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Serta kebiasaan yang keliru
bahwa bayi memerlukan cairan tambahan selain itu dukungan yang kurang dari
pelayanan kesehatan seperti tidak adanya fasilitas rumah sakit dan rawat gabung
dan disediakannya dapur susu formula akan meningkatkan praktek pemberian
MP-ASI predominan kepada bayi yang baru lahir di rumah sakit. Serta pemasaran
10
susu formula pengganti ASI yang menimbulkan anggapan bahwa formula PASI
lebih unggul daripada ASI sehingga ibu akan lebih tertarik pada iklan PASI dan
memberikan MP-ASI secara dini.

F. Masalah-masalah dalam pemberian MP ASI
Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi adalah meliputi pemberian
makanan prelaktal (makanan sebelum ASI keluar). Hal ini sangat berbahaya bagi
kesehatan bayi dan menggangu keberhasilan menyusui serta kebiasaan membuang
kolostrum padahal kolostrum mengandung zat-zat kekebalan yang dapat
melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi yang tinggi. Oleh karena
itu kolostrum jangan dibuang.
Selain itu pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6
bulan) dapat menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya gangguan
pencernaan/diare, dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti
kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang yang berakibat
menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat mengakibatkan anak menderita kurrang
gizi, seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI
Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja di daerah kota dan
semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI
dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman
tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja. Ibu kurang menjaga kebersihan
terutama pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih
banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang
11
tanpa tutup makanan/ tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari
pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti
diare ( mencret) dan lain-lain.

G. Faktor-faktor yang berhubungan dengan MP-ASI
1). Pengetahuan ibu
Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan. Jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi
ibu dan balitanya juga baik. Pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat
pengenalan informasi tentang pemberian makanan tambahan pada bayi usia
kurang dari enam bulan.Pengetahuan ibu tentang kapan pemberian makanan
tambahan, fungsi makanan tambahan, makanan tambahan dapat meningkatkan
daya tahan tubuh dan risiko pemberian makanan pada bayi kurang dari enam
bulan sangatlah penting. Tetapi bayak ibu-ibu yang tidak mengetahui hal tersebut
diatas sehingga memberikan makanan tambahan pada bayi usia di bawah enam
bulan tanpa mengetahui risiko yang akan timbul.
Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi
gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih kuat
mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan. Sehinga sulit
menerima informasi baru tentang gizi.
Dari hasil penelitian Ragil Marni, 1998 dilaporkan bahwa ibu dengan
pengetahuan gizi baik 70% memberikan kolostrum pada bayi dan ibu dengan
12
pengetahuan gizi kurang baik sebanyak 21, 7% yang memberikan kolostrum pada
bayi mereka.
Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang cara yang benar memilih
bahan makanan, mengolah dan mendistribusikannya. Seseorang dengan
pendidikan rendah belum tentu mampu menyusun makanan yang memenuhi
syarat gizi. Karena sekalipun pendidikan rendah jika rajin mendengarkan
informasi tentang gizi, maka pengetahuan gizi mereka akan lebih cepat baik.
2) Pendapatan
Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi
keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih
besar. Pendapatan menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika
dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan ibu untuk memberikan
makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya semakin baik
perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan tambahan juga mudah,
sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan makanan
tambahan lebih sukar.
Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-ASI
dini. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi pada masyarakat
golongan ekonomi menengah ke atas. Penghasilan keluarga yang lebih tinggi
berhubungan positif secara signifikan dengan pemberian susu botol pada waktu
dini dan makanan buatan pabrik (Zulfanetti, 1998).
Di samping itu, ibu dengan status ekonomi lebih rendah cenderung
terlambat memulai menyusui, membuang kolostrum dan memberikan makanan
13
pralaktal. Selanjutnya, menurut penelitian Zulfanetti di Jambi, ibu-ibu dengan
penghasilan keluarga Rp.260-000 Rp.360.000 yang memberikan MP-ASI berupa
susu formula sebesar 30%, 26% pada ibu-ibu dengan pendapatan keluarga sebesar
Rp.361.000-Rp.560.000, sedangkan ibu-ibu dengan pendapatan keluarga lebih
dari Rp.561.000 memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar 44%.
3) Pekerjaan
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan
kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana
dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan.
Faktor pekerjaan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan aktivitas ibu
setiap harinya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya yang menjadi alasan pemberian makanan tambahan pada bayi usia
kurang dari enam bulan. Pekerjaan ibu bisa saja dilakukan di rumah, di tempat
kerja baik yang dekat maupun jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering
memberikan makanan tambahan dini dengan alasan melatih atau mencoba agar
pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah terbiasa.
Pada penelitian Winikoff (1988) di empat negara menunjukkan bahwa
status ibu bekerja saja tidak dapat dipakai sebagai ukuran untuk menduga
penggunaan susu formula dan lamanya bayi disusui. Karakteristik pekerjaan,
14
apakah harus meninggalkan rumah atau tanpa meninggalkan rumah perlu
dipertimbangkan. Ibu yang bekerja meninggalkan rumah berhubungan positif
dengan penggunaan susu botol dan penyapihan dini.
Praktek pemberian makan pada bayi dari ibu bekerja di rumah sama
dengan pada ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja dengan meninggalkan
rumah 2 kali lebih besar kemungkinannya memperkenalkan susu botol pada
bayinya dalam waktu dini dibanding yang bekerja tanpa meninggalkan rumah dan
4 kali dibanding ibu yang tidak bekerja. Pertukaran jam kerja yang kaku, tidak
tersedianya tempat penitipan anak, jarak lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan
cuti melahirkan yang kurang mendukung menyebabkan ibu harus meninggalkan
bayinya selama beberapa jam sehingga sulit untuk menyusui on demand.
4) Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik indiviidu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pada beberapa hasil penelitian,
ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kelangsungan hidup
anak walaupun berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.
Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku. Selanjutnya
dikatakan bahwa untuk mengukur tingkat pendidikan ibu dapat dibagi dalam dua
kategori yaitu Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan.
Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memberikan
susu botol lebih dini dan ibu yang mempunyai pendidikan formal lebih banyak
15
memberikan susu botol pada usia 2 minggu dibanding ibu tanpa pendidikan
formal.
5) Petugas kesehatan
Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan di
bidang kesehatan atau orang mampu melakukan pekerjaan di bidang kesehatan.
Faktor petugas kesehatan adalah kualitas petugas kesehatan yang akhirnya
menyebabkan ibu memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi atau
tidak. Petugas kesehatan sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak
memberi makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.
Biasanya, jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada ibu
yang memiliki bayi usia kurang dari enam bulan, maka pada umumnya ibu mau
patuh dan menuruti nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan
diharapkan menjadi sumber informasi tentang kapan waktu yang tepat
memberikan makanan tambahan dan risiko pemberian makanan tambahan dini
pada bayi.

H. Pemberian makanan anak umur 0-24 bulan yang baik dan benar
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak, perkembangan dan
kemampuan bayi/anak menerima makanan, makanan bayi/anak umur 0-24 bulan
dibagi menjadi 5 tahap :
a Makanan bayi umur 0 4 bulan
b Makanan bayi umur 4 6 bulan
c Makanan bayi umur 6 9 bulan
16
d Makanan anak umur 9 12 bulan
e Makanan anak umur 12 24bulan
Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian
makanan bayi/anak perlu penanganan secara khusus.
a. Makanan bayi umur 0 4 bulan
1. Hanya ASI saja ( ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30
menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.
Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina
hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
2. Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna
kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang
tinggi.
3. Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara
lainnya, ASI diberikan 8 10 kali setiap hari.
b. Makanan bayi umur 4-6 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan, diberikan dari kedua payudara secara bergantian
2. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi
sudah memiliki reflek mengunyah. Contoh MP-ASI berbentuk halus antara lain :
bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang
17
dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang
lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2
kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat
diberikan jenis MPASI yang lainnya.
3. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MPASI, agar ASI
dimanfaatkan seoptimal mungkin. MP-ASI berbentuk cairan diberikan dengan
sendok, jangan sekali kali menggunakan botol dan dot. Penggunaan botol dan dot
berisiko selain dapat pula menyebabkan bayi/anak mencret itu dapat
mengakibatkan infeksi telinga.
4. Memberikan MP-ASI dengan botol dan dot untuk anak baduta sambil tiduran
dapat menyebabkan infeksi telinga tengah, apabila MP-ASI masuk keruang
tengah.
5. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit
menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit
dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan tersebut.
c. Bayi umur 6-9 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan
2. Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena itu, bayi
mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari. (cara membuat terlampir).
3. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi
sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin.
Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping
18
memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vit A dan zat gizi lain yang
larut dalam lemak.
4. Setiap kali makan, berikanlah MP-ASI bayi dengan takaran paling sedikit sbb :
Pada umur 6 bulan beri 6 sendok makan
Pada umur 7 bulan beri 7 sendok makan
Pada umur 8 bulan beri 8 sendok makan
- Pada umur 9 bulan beri 9 sendok makan
*Bila bayi meminta lagi, ibu bisa menambahnya.
d. Makanan bayi umur 9-12 bulan
1. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga, bentuk dan
kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati
bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
2. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang
bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah, dll. usahakan agar makanan
selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
3. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan.
Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran secara
berganti-ganti (terlampir). Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini
akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari.
e. Makanan anak umur 12-24 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang,
tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
19
2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurangkurangnya 3 kali sehari
dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu
tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan makanan.
Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam diganti
dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti dengan: daun
kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang ijo, bubur
sumsum, biskuit, dll.
4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

F. Makanan bayi/anak waktu sakit
1. Pemberian ASI diteruskan seperti pada waktu bayi/anak tidak sakit.
2. Pada waktu bayi/anak sakit kebutuhan gizi meningkat. Di lain pihak bayi/anak
kurang nafsu makannya. Karena itu pemberian makanan harus benar-benar
diperhatikan terutama rasa, kekentalannya, dan suhu makanan. Makanan yang
lunak (bubur, mie, bihun, dll) dan hangat lebih disukai oleh bayi/anak yang
sedang sakit.
3. Cara pemberiannya sedikit demi sedikit dan lebih sering. Sangat baik diberikan
bubur yang diencerkan dengan kaldu ayam atau daging untuk merangsang nafsu
makan anak.
20
4. Setelah sembuh dari sakit, bayi/anak harus makan lebih banyak untuk pengganti
kehilangan/kerusakan sel-sel tubuh pada waktu sakit. Bentuk makanan dianjurkan
tetap lunak atau disesuaikan dengan kemampuan makan bayi/anak.

G. Makanan bayi/anak bila bekerja
1. Kalau ibu bekerja di luar rumah dan meninggalkan rumah lebih dari 6 jam
sehari, usahakan tetap menyusui sebelum dan sesudah pulang kerja.
2. Tinggalkan pesan pada pengasuh bayi/anak yang dapat dipercaya tentang cara
membuat dan menyiapkan makanan bayi/anak, serta cara dan waktu
pemberiannya.
3. Sebaiknya pesan ditulis dan ditempelkan pada dinding dapur atau ruang makan
yang mudah terlihat oleh pengasuh bayi/anak atau anggota keluarga yang lain.

H. Kebersihan makanan
Kebersihan MP-ASI perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.
MP-ASI yang kurang bersih karena tercemar debu dan binatang-binatang kecil
(lalat, kecoa, semut, tikus), kurangnya kebersihan ibu, serta kurangnya kebersihan
peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring, dsb, dapat
mengakibatkan diare atau cacingan pada bayi/anak.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap MP-ASI perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. MP-ASI harus disimpan dalam keadaan bersih dan tertutup.
21
2. Alat-alat makan seperti piring, mangkok, cangkir, dan sendok harus selalu
dalam keadaan bersih.
3. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun sebelum membuat MP-ASI dan saat
akan memberi makanan.

I. Cara membuat MP-ASI
a. Makanan lumat halus
1. Pisang lumat halus
Bahan : 1 buah pisang masak
Cara membuatnya :
Pisang dicuci bersih
Kupas memanjang sebagian permukaan pisang
Keriklah pisang dengan menggunakan sendok kecil yang bersih
Kerikan pisang ditaruh dalam cangkir atau mangkuk kecil. Agar pisang tidak
berubah warna, berilah sedikit perasan jeruk nipis.
Dapat juga kerikan pisang diberikan langsung kepada bayi
Nilai gizi 100 g pisang : energi 99 Kal, vit A 146 SI, vit C 3 mg.
2. Pepaya lumat
Bahan : 1 potong pepaya
Cara membuatnya :
Kupas pepaya matang, buang bijinya dan cuci bersih dengan air matang.
Saring dengan menggunakan saringan kawat yang halus.
22
Taruh dicangkir atau mangkok kecil dan berikan kepada bayi dengan sendok
kecil.
Dapat juga pepaya dikerik seperti pada pisang lumat
Nilai gizi 100 g pepaya : energi = 56 Kal, vit.A = 146 SI Vit C : 78 mg
3. Air jeruk manis
Bahan : 1 buah jeruk yang manis
Cara membuatnya:
Cuci jeruk sampai bersih
Jeruk dibelah dua peras airnya
Taruh dalam cangkir atau mangkok kecil kemudian diberikan kepada bayi
dengan menggunakan sendok kecil.
Nilai gizi 50 gram jeruk : energi = 22 Kal, vit. A = 95 SI, vit. C = 25 mg
4. Tomat Saring
Bahan : 1 buah tomat masak
1 sendok the gula pasir diseduh
Cara membuatnya:
Tomat dicuci bersih dan direbus + menit dalam air mendidih
Setelah kulitnya pecah dan lemas diangkat dari panci
Tomat disaring dengan menggunakan saringan kawat halus
Tambahkan gula pasir secukupnya kedalamnya dan diaduk rata
Taruh dalam cangkir dengan menggunakan sendok kecil.
Nilai gizi 75 gram tomat : energi = 5 Kal, vit. A = 1125 SI, vit.C = 30 mg
5. Bubur susu
23
Bahan :
2 sendok makan tepung beras (20 gr)
2 sendok teh gula pasir (10 gr)
1 gelas susu segar atau 2 sendok makan penuh susu tepung
Cara membuatnya:
tepung beras dan gula pasir dilarutkan dalam susu
letakkan diatas api kecil, biarkan hingga masak sambil diaduk
Nilai gizi (bubur susu dengan susu segar) : energi = 174 Kal, protein =4,6 gr,
vit. A = 130 SI
Nilai gizi (bubur susu dengan susu tepung) : energi = 213 Kal, protein = 4,6 gr,
vit.A = 314 SI
b. Makanan lunak (nasi tim bayi)
1. Dari bahan segar
Bahan:
2 sendok makan peres beras
1 potong tempe atau tahu atau kacang kacangan atau ikan atau satu butir telur
ayam
10 lembar daun bayam atau sayuran hijau lain
2-3 gelas air, 1 sendok makan minyak kelapa atau 2 sendok makan santan
garam secukupnya
Cara membuatnya :
24
masukkan air yang telah dicampur minyak kelapa atau air yang telah
dicampur santan ke dalam panci berisi beras, tahu atau tempe atau lauj-pauk
lain, tambahkan garam secukupnya
masaklah bahan-bahan sambil diaduk sampai matang
masukkan daun bayam atau daun kangkung atau sayuran hijau lain yang
sudah diris halus
setelah sayuran matang, angkat makanan dari api
dinginkan
makanan siap diberikan kepada bayi.
2. Dari makanan keluarga
Bahan:
5 sendok makan nasi
1 potong lauk-pauk yang tersedia hari itu, misalnya tempe goreng atau tahu
goreng atau ikan goreng atau telur. Jangan berikan lauk yang pedas
sayuran yang tersedia hari itu, misalnya sayur bening, sayur tumis atau
sayuran bersantan
kuah sayur bening atau kuah sayur bersantan yang cukup untuk
menghaluskan nasi.
Cara membuatnya:
taruh nasi, lauk-pauk dan sayur dalam keadaan masih hangat dalam piring
kecil atau mangkok
tuangkan kuah sayur bening atau kuah sayur bersantan sedikit demi sedikit ke
dalam piring atau mangkok
25
campurkan dan lembutkan semua makanan tersebut denmgan sendok
makanan siap diberikan kepada bayi.





















26
BAB III
KESIMPULAN

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan
gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak,
kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Usia 0-24
bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga
kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi,
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi
selain dari ASI. MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu
menuju ke makanan yang semi padat. Makanan tambahan yang sesuai baru
diberikan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan. Pemberian makan setelah bayi
berusia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini
disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan umur
bayi < 6 bulan. Pemberian MP ASI dini sama saja dengan membuka gerbang
masuknya berbagai jenis kumas penyakit. Hasil riset menunjukkan bahwa bayi
yang mendapatkan MP- ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang
diare, sembelit, batuk,pilek, dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI
ekslusif.
27
Pada pelaksanaannya, MP-ASI banyak dipengaruhi faktor lain seperti
pengetahuan, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kinerja petugas kesehatan.
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak, perkembangan dan
kemampuan bayi/anak menerima makanan, makanan bayi/anak umur 0-24 bulan
dibagi menjadi 5 tahap : a. makanan bayi umur 0 4 bulan, b. makanan bayi umur
4 6 bulan, c. makanan bayi umur 6 9 bulan, d. makanan anak umur 9 12
bulan, e. makanan anak umur 12 24bulan.
















28
DAFTAR PUSTAKA

Albar Husein. 2004. Makanan Pendamping ASI, Cermin Dunia Kedokteran,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Sulawesi Selatan.

Depkes. 2006. Makanan Pendamping Air Susu Ibu(MP-ASI), Direktorat Gizi
Masyarakat, Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes. 2006. Pedoman umum pemberian makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) lokal , Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jendral Kesehatan
Masyarakat, Jakarta.

Notoatmodjo S. 2011. Kesehatan masyarakat ilmu & seni edisi revisi 2011.
Rineka Cipta, Jakarta.

You might also like