You are on page 1of 20

1

Tuberculosis Anak

Pendahuluan
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam. Penularan terjadi melalui
udara (airborne spreading) dari droplet infeksi. Sumber infeksi adalah penderita tuberkulosis
paru yang membatukkan dahaknya, dimana pada pemeriksaan hapusan dahaknya umumnya
di temukan BTA positif.

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian
bawah yang menyerang jaringan paru atau atau parinkin paru oleh basil mycobacterium
tuberkulosis, dapat mengenai hampir semua organ tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan nodus
limfe, dll)dengan lokasi terbanyak diparu, yang biasanya merupakan lokasi primer.
Di Indonesia, tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Angka
kesakitan tuberkulosis anak merupakan parameter berhasil tidaknya pemberantasan
tuberkulosis di suatu daerah. Dan perlu diingat pula bahwa tuberkulosis anak merupakan
penyakit sistemik.
1

Anamnesis
Anamnesis yaitu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan yaitu berupa rekam medik
pasien. Dapat dilakukan pada pasiennya sendiri (auto) atau pada keluarga terdekat (allo).
Dalam kasus pasien batita, dapat digunakan allo anamnesis. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam anamnesis adalah sebagai pengambilan data pasien kemudian diikuti dengan keluhan
utama dan riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan kesehatan dan penyakit
dalam keluarga. Identitas: nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi
informasi (misalnya pasien, keluarga,dll). Seperti yang sudah diterangkan dalam skenario
juga didapatkan bahwa seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke Puskesmas dengan
2

keluhan batuk yang tidak kunjung sembuh sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai demam
ringan terutama pada malam hari dan nafsu makan serta berat badan menurun.
2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ini pun sebenarnya tidak terlalu spesifik untuk mendiagnosis karna
untuk mendiagnosis TBC secara pasti tidak cukup dari pemeriksaan ini. Pemeriksaan fisik
pertama yang bisa kita lakukan adalah
Inspeksi dengan memperhatikan wajah dan konjungtiva apakah pucat atau tidak
mungkin kita bisa tau bahwa status gizi anak itu sedang bagus atau tidak, memperhatikan
apakah sudah terjadi limfadenitis atau pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher dan
ketiak, amati toraks penderita selama inspirasi dan ekspirasi berulang karena pada keadaan
ini kita bisa bisa jumpai penyakit paru seperti efusi pleura, pneumototaks,dll.
Palpasi, mungkin pada hal TBC juga tidak terlalu spesifik tapi mungkin pada kasus
ini sendiri pun kita bisa Tentukan daerah pleura mana yang sedang terjadi inflamasi yaitu
dengan menemukan adanya rasa nyeri yang disampaikan pasien pada saat kita melakukan
penekanan pada sela iga pasien.
Perkusi, Mungkin kita bisa temukan kelainan dimana pada normalnya itu sendiri
paru memiliki suara sonor tapi jika pada pemriksaan kita temukan suara yang pekak berarti
kita mesti curiga bahwa mungkin pada jaringan paru tersebut sudah terjadi penggatian oleh
jaringan yang solid atau adanya cairan, misalnya pada efusi pleura, empiema, fibrosis paru
atau tumor paru.
2,3

Auskultasi, Cari kemungkinan terdapatnya suara-suara yang patologis pada paru
seperti wheezing, ronchi basah, stridor, dan lain sebagainya.
2




Pemeriksaan Penunjang
Uji mantoux atau Tuberkulin
3

Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-
satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji
Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan untuk
menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang yang terinfeksi
kuman TB lalu menjadi sakit TB. Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB,
kira-kira 2-8 minggu setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai
bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik,
bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada orang lain,
yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama
sekali tidak menimbulkan gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan
orang tersebut menjadi sakit TB.


Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman
TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis)
kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus
melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak
sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan
dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil
tetap harus ditulis sebagai 0 mm.


Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi
berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai
usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya
berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang
diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak
dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter
indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi),
artinya hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi dapat
terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak
menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat menurun akibat
mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang
4

terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang
kurang benar. Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.
3

Gambar 1. Uji tuberculin

Tes Darah
Biasanya, parameter yang diuji pada pemeriksaan darah adalah LED (laju
endap darah) dan kadar limfosit. Tetapi keduanya ini nilai diagnostiknya bahkan
lebih rendah daripada foto rontgen, sehingga hanya dapat digunakan sebagai data
pendukung. Nilai LED dan limfosit yang tinggi (di atas kadar normal) hanya
menunjukkan terjadinya infeksi di dalam tubuh. Akan tetapi, semua jenis infeksi juga
dapat meningkatkan nilai LED dan limfosit dalam darah.
3

Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
5

Uji Bakteriologi
Uji bakteriologi yang umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan sampel
dahak (tes dahak atau sputum test). Bila ditemukan adanya bakteri TB di dalam 2
sampel dari 3 sampel dahak seseorang, berarti orang tersebut dikatakan positif
mengidap TBC paru aktif. Pendambilan sampel dilakukan secara SPS, maksudnya
Sewaktu kunjungan pertama, esok Paginya, dan Sewaktu kunjungan berikut
(kedua). Selain diperiksa melalui mikroskop, sampel dahak juga dapat diperiksa
dengan cara dibiakkan dalam medium tertentu (tes kultur dahak). Tetapi tes ini
memakan waktu yang lama, sementara tes dahak yang biasa hanya memakan waktu
beberapa jam saja untuk mendapatkan hasilnya.
Namun tes dahak sangat sulit dilakukan pada anak-anak, karena mereka
cenderung menelan dahaknya. Kalaupun ingin melakukan pemeriksaan mikroskopis
BTA pada anak, caranya dengan menggunakan bilasan lambung anak. Tetapi cara ini
dinilai menyakitkan bagi anak, sehingga tidak digunakan untuk deteksi dini. Bagi
anak yang sudah mampu mengeluarkan dahaknya, maka tes dahak menjadi satu
keharusan.
3
Foto Rontgen
Untuk memperkuat diagnosis, diperlukan foto rontgen paru-paru. Tapi
masalahnya, gambar rontgen dari TBC paru pada anak umumnya tidak khas sehingga
menyulitkan interpretasi foto. Diperlukan orang yang benar-benar ahli, untuk
menghindari terjadinya overdiagnosis atau underdiagnosis. Pada orang dewasa,
kuman TBC membangun sarangnya pada paru-paru bagian atas, sehingga pada
gambar rontgennya akan terlihat adanya infiltrat pada daerah tersebut. Sedangkan
pada anak-anak, kuman TB membangun sarang di kelenjar getah bening yang
lokasinya berdekatan dengan jantung. Jika hanya difoto dari depan akan sulit melihat
adanya infiltrat, karena terutup oleh bayangan jantung. Oleh karena itu, untuk
memperkuat diagnosis, foto rontgen juga harus dilakukan dari arah samping.

Dengan begitu, gambaran paru-paru tidak diganggu oleh bayangan jantung.
Tetapi, lagi-lagi keberadaan infiltrat bukan mutlak menunjukkan anak mengidap
TBC. Anak yang sedang batuk dengan dahak yang banyak, meski tidak mengidap TB
bila difoto rontgen dadanya, bisa memberikan gambaran infiltrat. Oleh karenanya,
6

foto rontgen harus dilakukan pada saat anak dalam kondisi terbaik. Paling baik
memang setelah anak sembuh dari batuknya. Bila tidak memungkinkan, pilih waktu
ketika batuknya minimal. Sekali lagi, foto rontgen saja tidak dapat digunakan sebagai
alat untuk mendiagnosis TBC.

Gambaran radiologis paru sugestif TB :
1. Pembesaran kelenjar hilus atau para trakeal dengan/tanpa infiltrate
2. Atelektasis segmen/lober
3. Atelektasis, milier, kavitas, dan kalsifikasi.
3


Gambar 2. Gambaran radiologi TB paru





Differential Diagnosis
Bronkiolitis
7

Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang
merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan oleh
infeksi virus. Bronkiolitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah 2 tahun.


Etiologi
Penyebabnya adalah RSV (respiratory syncytial virus). Virus lainnya yang
menyebabkan bronkiolitis adalah parainfluenza, influenza dan adenovirus. Virus
ditularkan melalui percikan ludah. Meskipun pada orang dewasa RSV hanya
menyebabkan gejala yang ringan, tetapi pada bayi bisa menyebabkan penyakit yang
berat.
4

Faktor resiko terjadinya bronkiolitis:
Usia kurang dari 6 bulan
Tidak pernah mendapatkan ASI
Prematur
Menghirup asap rokok.
Manisfestasi Klinik
Gejalanya berupa: batuk, wheezing (bunyi nafas mengi), sesak nafas atau
gangguan pernafasan sianosis (warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigen),
takipneu (pernafasan yang cepat), retraksi interkostal (otot di sela iga tertarik ke dalam
karena bayi berusaha keras untuk bernafas), pernafasan cuping hidung (cuping hidung
kembang kempis), demam (pada bayi yang lebih muda, demam lebih jarang terjadi).
4

Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut perenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitiil, yang ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekuensi
pernafasan), nafas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang sianosis.



Etiologi
Virus adalah penyebab paling banyak pneumonia pada anak-anak akan tetapi
20-30 % penyebabnya merupakan bakteri. Banyak faktor yang bisa meningkatkan
resiko pneumonia seperti cacat kongenital, kekurangan sistem imun oleh karena suatu
8

penyakit atau obat, penyakit genetik seperti tracheoesophageal fistula, fibrosis cistik,
sel bulan sabit, reflux gastroesophageal, aspirasi benda asing, ventilasi mekanik, serta
lama diopname di rumah sakit.
Patogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus merupakan penyebab
pada kebanyakan kasus, seperti : adenovirus, respiratory syncytial, parainfluenza,
serta virus influenza. Pneumonia pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh
organisme yang berasal dari organ genital wanita sewaktu dia hamil, termasuk Group
B Streptococci, Moraxella catarrhalis merupakan penyebab yang tidak umum atau
jarang, Haemophillus influenza penyebab yang kasusnya semakin menurun karena
telah ditemukan vaksinnya, Mycobacterium tuberculosis, lung flukes penyebab
pneumonia pada anak-anak.
Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae penyebab paling umum
kasus pneumonia pada anak-anak di atas 6 tahun, Chlamydia pneumoniae
menimbulkan infeksi pada anak-anak (5-14 tahun), beberapa kasus pneumonia
disebabkan oleh kontak langsung dengan binatang, seperti : Francisella tularensis
(kelinci), Chlamydia psittaci (burung), Coxiella burnetti (domba), Salmonella
choleraesuis (babi).
4


Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul tergantung dari umur pasien, dan pathogen
penyebabnya, sedangkan pada anak-anak bisa tidak muncul gejala. Pada neonatus
sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi
yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu,
retraksi, sianosis, batuk,panas, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk ( non
produktif / produktif ), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding
dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non
produktif / produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua
kelompok umur, akan dijumpai adanya nafas cuping hidung.
4

Working Diagnosis
Tuberculosis Anak
9

Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di negara yang
berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa yang juga dapat
menjadi sumber infeksi.
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak dapat disebut sebagai penyakit tuberculosis
primerdan merupakan suatu penyakit sistemik.tuberkulosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentikan saat timbulnya gejala pertama, kadang-kadang
disertai dengan keluhan yang tidak diketahui sebabnya dan disertai infeksi saluran nafas.
Penyakit ini jika tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat
menimbulkan komplikasi yang berat dan reifeksi.
5

Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosa dan Mycobacterium Bovis. Basil tuberculosis tahan asam sehingga dapat
mencapai system gastrointestinal selain itu bakteri tuberkulosa juga bersifat dormant yaitu
dapat bangkit kembali jika ada stimulus.
Infeksi mycobacterium tbc dimulai dari inhalasi kuman ini melalui udara pernapasan dari
orang yang menderita TB paru. Ini diistilahkan dengan droplet infection.
Basil tuberkulosis dapat bertahan hidup selama beberapa minggu dalam sputum kering,
ekskreta lain dan mempunyai resistensi tinggi terhadap antiseptik, tetapi cepat menjadi inaktif
dengan cahaya matahari, sinar ultraviolet atau suhu lebih tinggi dari 60 'C.
5

Epidemiologi
Bayi dan anak-anak paling sering tertular oleh anggota rumah dewasa yang
merupakan anggota keluarga yang dekat. tapi tidak selalu sumber infeksi ini diketahui. Di
negara-negara maju, tbc sudah jarang, sementara di negara-negara berkembang insiden masih
tinggi. Terbanyak terdapat pada anak di bawah usia lima tahun. Walaupun tubuh kemasukan
kuman tbc, tidaklah berarti selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dan suatu
infeksi menjadi infeksi berbahaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Jumlah kuman,
virulensi kuman dan daya tahan tubuh.
1

Sementara daya tahan tubuh anak menurun pada keadaaan :
10

Anak yang menderita penyakit menahun
Anak dengan malnutrisi
Anak yang baru sembuh dari penyakit-penyakit virus berbahaya
Anak yang menderita pertussis
Anak yang baru mendapat vaksinasi cacar
Anak yang mendapat pengobatan dengan kortikosteroid
Walgreen menyatakan bahwa :
35 % infeksi berasal dari orang tua.
30 % infeksi berasal dari orang dewasa lain
35 % tidak diketahui sumber infeksinya.
Penularan biasanya melalui udara, sehingga sebagian besar fokus rimer terdapat dalam
paru. Penularan dapat pula per oral, biasanya akibat minum susu yang mengandung kuman
TBC (tipe bovin) yang sekarang sudah jarang. Tuberkulosis kongenital jarang dijumpai.
5,6

Batuk
Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan napas
tetap tebuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang menumpuk pada
jalan napas.Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh refleks batuk tetapi juga
gumpalan darah dan benda asing.Namun,sering terdapat batuk yang tidak bertujuan untuk
mengeluarkan lendir maupun benda asing,seperti batuk yang disebabkan oleh iritasi jalan
napas.Jalan napas dapat menjadi hiperaktif sehingga hanya dengan iritasi sedikit saja sudah
dapat menyebabkan refleks batuk .Daerah pada jalan napas yang peka terhadap rangsangan
batuk adalah laring,karina,trakea,dan bronkus utama.Selain pada jalan napas,daerah yang
juga dapat merangsang refleks batuk adalah pleura,membran timpani,dan terkadang iritasi
pada visera juga menimbulkan refleks batuk.
9

Mekanisme batuk memerlukan adanya penutupan glotis dan peningkatan tekanan
intratoraks.Batuk merupakan gejala yang paling sering ditemukan ada infeksi jalan napas
atas.Jika batuk tidak hilang selama tiga minggu sebaiknya diakukan pemeriksaan foto toraks
untuk menentukan kemungkinan adanya tuberkulosis,karsinoma bronkus atau penyakit paru
lain.Batuk juga terjadi pada perokok yang biasanya menganggap batuknya sebagai batuk
normal.Batuk termasuk elemen utama untuk membersihkan saluran napas dari dahak,dan
11

dahak merupakan stimulus terjadinya batuk.Oleh karena itu,pada pasien yang mempunyai
produksi dahak berlebihan,upaya penekanan batuk menjadi berbahaya karena dahak akan
menumpuk.Inflamasi mukosa dan iritasi pada sistem pendengaran menyebabkan releks batuk
menjadi lebih peka terhadap rangsangan.Batuk kering dan nonproduktif dapat sangat
menganggu.Batuk yang sangat berlebihan dapat menyebabkan penyebaran infeksi,cedera
pada jalan napas,pneumotoraks,patah tulang iga,hemoptisis,dan dapat memperberat gejala
gagal jantung.
9

Patofisiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang ditularkan melalui kuman yang dibatukkan
penderita tuberculosis ke udara dalam bentuk droplet nuclei. Didalam udara bebas kuman ini
dapat menetap selama 1-2 jam. Hal ini tergantung dari ada atau tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap yang ventilasinya
jelek kuman dapat bertahan hidup lebih lama. Bila orang sehat menghisap kuman yang
dibatukan oleh penderita TB maka kuman tersebut akan segera menempel pada jalan nafas
atau paru-paru.
Untuk selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai vocus primer. Tapi
kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari
trakheobronkeal beserta gerakan silia dengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui
luka dari kulit tetapi hal ini jarang terjadi. Pada stadium permulaan setelah pembentukan
Fokus primer atau terjasi beberapa kemungkinan, yaitu penyebaran melalui bronkogen,
penyebaran melalui limfogen, ataupun penyebaran melalui hematogen. Tetapi keadaan ini
hanya berlangsung beberapa saat. Penyebaran akan berhenti jika kuman yang masuk sedikit
dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap basil TB. Apabila jumlah
kumannya sangat banyak sedangkan daya tahan tubuh melemah akan berakibat timbulnya
tuberculosis milier.
5

Kelanjutan dari penyebaran tersebut dapat terjadi penyebaran infeksi primer ke
saluran getah bening dan kelenjar getah bening setempat ( local) sehingga terbentuklah suatu
kompleks primer. Infeksi primer dan komplek primer dinamakan tuberculosis primer. Dari
kelenjar limfe basil TB dapat menyebar melalui kelenjar limfe dan pembuluh darah ke organ
yang lain, terutama organ yang memiliki tekanan oksigen tinggi seperti hepar, ginjal, tulang,
otak dan bagian lain dari paru.
12

Basil TB ini dapat langsung menyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau
hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat menyebabkan TB aktif bertahun-tahun
kemudian. Tuberculosis juga dapat hilang melalui resolusi, kalsifikasi membentuk kompleks
Ghon, atau terjadi nekrosis dengan masa perkejuan yang dibentuk dari makrofag. Apabila
keju mencair maka basil dapat berkembang di ekstra sel sehingga dapat meluas di jaringan
paru dan terjadi pneumonia, lesi endotrakheal, pleuritis, dan dapat menyebar secara bertahap
menyebabkan lesi di organ-organ lainnya atau dikenal dengan TB milier.
5,6

Manifestasi Klinik
Gejala umum:
Penyakit TBC pada anak tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan sering tanpa gejala
dan baru diketahui adanya kelainan dengan pemeriksaan foto rontgen paru. Namun ada gejala
yang sering ditemukan pada anak penderita TBC, di antaranya:
Demam. Biasanya merupakan gejala awal, timbul pada sore dan malam hari disertai
keringat dan kemudian mereda. Demam dapat berulang beberapa waktu kemudian.
Lemah dan Lesu (malaise). Gejala ini ditandai dengan rasa tidak enak badan, pegal-
pegal, nafsu makan berkurang, badan bertambah kurus atau berat badan tidak naik.
Anak akan berpenampilan lesu dan kurang ceria.
Batuk. Batuk baru timbul bila telah terdapat gangguan di paru, awalnya dapat berupa
batuk kering, lama-kelamaan dapat berupa batuk berlendir. Batuknya tetap bertahan
lebih dari dua minggu walau telah mendapat pengobatan atau batuk sering berulang
lebih dari tiga kali dalam tiga bulan berturut-turut.
Pembesaran Kelenjar Getah Bening. Kelenjar getah bening yang meruapakan salah
satu benteng pertahanan terhadap serangan kuman, dapat membesar bila diserang oleh
kuman. Pada penderita TBC dapat ditemui pembesaran kelenjar getah bening di
sepanjang leher samping dan di atas tulang selangkangan.
Apabila gejala-gejala tersebut ada dan tidak hilang setelah diobati, sebaiknya waspada
akan adanya TBC pada anak, apalagi ada riwayat kontak (hubungan yang erat dan sering)
dengan penderita TBC dewasa.
5

Gejala spesifik:
13

1. TB kulit (scrofuloderma)
2. TB tulang seperti: gibbus (spondilitis), coccitis, pincang, bengkak
3. TB otak dan syaraf: meningitis TB, ensefalitis TB
4. TB mata: konjungtifitis fliktenuaris, tubercle choroid
5. Dan lain-lain
6

Komplikasi
Efusi Pleura
Efusi Pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura. Rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada. Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan
kedua lapisan pleura. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura
adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol
tinggi.
5
Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di
dada. Penyebab lainnya adalah:
Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam
rongga pleura
Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian
mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
Gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara
sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.
Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru
menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
Pneumonia
Infeksi pada cedera di dada
Pembedahan dada
Pecahnya kerongkongan
Abses di perut.
Etiologi
14

Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk
melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada
dan membungkus paru-paru). Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada
tekanan normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering
ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang
seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru
lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit
yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
Gagal jantung
Kadar protein darah yang rendah
Sirosis
Pneumonia
Blastomikosis
Koksidioidomikosis
Tuberkulosis
Histoplasmosis
Kriptokokosis
Abses dibawah diafragma
Emboli paru
Tumor
Lupus eritematosus sistemik
Pembedahan jantung
Cedera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).
Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
Manifestasi Klinis
15

Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat
tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang
beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.


Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Batuk
Cegukan
pernafasan yang cepat
nyeri perut.
6


Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah penimbunan udara atau gas di dalam rongga pleura.
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru
dan rongga dada.

Etiologi
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan
penyebabnya:

- Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika
pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga
disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut
bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia
20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga
dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi
dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis
kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
- Pneumotoraks traumatic
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus
(luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya
torakosentesis).
- Pneumotoraks karena tekanan
16

Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru
mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan
darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.
6

Manifestasi Klinis
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke
dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).
Gejalanya bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk
Sesak nafas
Dada terasa sempit
Mudah lelah
Denyut jantung yang cepat
Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Hidung tampak kemerahan
Cemas, stres, tegang
Tekanan darah rendah (hipotensi).
Penatalaksaan
Medikamentosa
Diberikan OAT (Obat Anti TB) dengan ketentuan sebagai berikut:
17


Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah
pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.
Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.
5

Artinya:
1. Tahap intensif selama 2 bulan diberikan INH (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z)
masing-masing tiap hari.
2. Tahap lanjutan selama 4 bulan diberikan INH (H) dan Rifampicin (R) masing-
masing tiap hari.

J enis dan Dosis Obat TB pada Anak

Table: dosis OAT Kombipak pada anak (Pedoman Nasional Penanggulangan TB edisi
pertama tahun 2007).
18


Table: dosis OAT KDT pada anak. (Pedoman Nasional Penanggulangan TB edisi pertama
tahun 2007).
Keterangan:
Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
Anak dengan BB 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum diminum.

Terapi Profilaksis
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan
penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan sistem
skoring. Bila hasil evaluasi dengan skoring system didapat skor < 5, kepada anak tersebut
diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak
tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah
pengobatan pencegahan selesai.
6


Monitoring
Pemantauan kemajuan anak dengan terapi TB dapat dilihat dengan:
1. Peningkatan berat badan
2. Anak lebih aktif
3. Ada perbaikan klinis seperti penurunan panas dan keluhan batuk
1


19

Pencegahan
BCG diberikan pada usia 0-3 bulan secara intrakutan. Imunisasi BCG tidak bisa
mencegah dari penyakit TB, akan tetapi bisa mencegah dari penyakit TB berat seperti TB
milier dan meningitis TB. Bila ibu atau anggota keluarga yang dekat menderita penyakit
TBC, maka imunisasi BCG pada bayi yang baru lahir perlu diberikan segera setelah lahir.
Namun bila tidak ada anggota keluarga yang terkena, maka imunisasi BCG dapat diberikan
sesuai dengan jadwal pemberian posyandu atau puskesmas, yaitu pada usia dua bulan. Vaksin
BCG sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah anak lahir. Ini mengingat prevalensi
penyakit tuberkulosis di Indonesia masih tinggi dan kekebalan terhadap penyakit itu tidak
diturunkan dari ibu karena jenisnya adalah imunitas seluler.


Imunisasi BCG memang tidak menjamin seratus persen terbebas dari kemungkinan
tertular penyakit ini, karena daya kekebalan vaksin BCG untuk mencegah TBC hanya 20
persen. Walau demikian imunisasi tetap perlu diberikan karena tetap bermanfaat untuk
memperkecil kemungkinan tertular dan memperingan gejala bila terjangkit penyakit TBC.
1

Karena manfaat vaksin BCG untuk pencegahan penyakit tuberkulosis pada anak
rendah, maka pencegahan utama agar anak tidak terkena TBC adalah jangan kontak dengan
penderita TBC dewasa. TBC pada anak tidak lepas hubungannya dengan penyakit TBC pada
orang dewasa. Ini karena penularan TBC pada anak berasal dari orang dewasa yang
menderita TBC. Dengan demikian pemberantasan TBC pada orang dewasa sangat penting.
Pada anak yang menderita TBC tidak bisa menularkan TBC, karena di dalam dahaknya tidak
mengandung kuman TBC.


Selain itu faktor lingkungan dan daya tahan tubuh yang baik dapat membantu
mencegah terjangkitnya seseorang terhadap penyakit TBC. Sinar matahari yang cukup,
sirkulasi udara yang baik akan mencegah pertumbuhan dan bahkan dapat melemahkan kuman
TBC. Kuman ini tidak tahan sinar matahari dan ultra violet. Daya tahan tubuh yang baik, gizi
yang cukup akan meningkatkan kemampuan badan dalam menangkis serangan kuman TBC.
1



20

Kesimpulan
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan batuk
yang tidak kunjung sembuh sejak 2 minggu menderita Tuberculosis Paru Anak. Pasien perlu
di berikan pengobatan khusus untuk TBC,dan perlu di kaji ulang bagaimana pasien bisa
terkena penyakit tersebut. Apa bila salah satu keluarga dari pasien terutama keluarga dekat,
ada yang menderita TBC, maka orang tersebut juga harus di obati.
Daftar Pustaka
1. Widoyono. Tuberkulosis paru. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
& Pembanterasannya. Penerbit Erlangga:2008.
2. Gleadle J. Tuberkulosis. At A Glance;Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Erlangga
Medical Series:2007.
3. Mantondang C.S., Wahidiyat I., Sastroasmoro S. Dada. Diagnosis Fisis Pada Anak.
2
nd
ed. CV Sagung Seto. Jakarta. 2009.
4. Behrman R E, Kliegman R M. Esensi pediatric Nelson. Edisi ke -5. Jakarta: EGC;
2010. h.431-49.
5. Hassan R, Alatas H. Tuberkulosis pada anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol
II. 11
th
ed. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia:2007.h. 573-84.
6. Grossman M. Tuberkulosis. Buku Ajar Pediatri Rudoplh. Vol.I. 20
th
ed. Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC : 2006.h. 688-97.
7. Sloane Ethel.Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta:EGC;2003.h.265-269.
8. Ganong William F.Buku ajar fisiologi kedokteran.Ed 22.Jakarta : EGC ; 2008.h.672-
688.
9. Djojodibroto Darmanto.Respirologi.Jakarta : EGC ; 2009.h.25-57.

You might also like