You are on page 1of 11

1.

Sistem pengelolaan air limbah terpusat adalah sistem pengelolaan air limbah dengan menggunakan
suatu sistem jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat untuk
selanjutnya diolah.
Jaringan sistem pipa pengumpul terpusat (Off Site System) terdiri dari :
Conventional Sewer
jaringan penyaluran air limbah domestik yang terdiri dari pipa persil, pipa service, pipa lateral dan
pipa induk. Sistem ini melayani daerah pelayanan yang cukup luas.
Penerapan untuk sistem ini adalah :
- Pusat kota dengan kepadatan tinggi.
- Penduduk umumnya menggunakan air tanah, permeabilitas tanah rendah, air tanah sudah tercemar
dan lahan terbatas.
- Pendapatan penduduk tinggi sehingga mampu memikul biaya operasi dan pemeliharaan.
Shallow Sewer
Shallow sewer pada prinsipnya sama dengan conventional sewer, hanya pada pemasangan pipa
kemiringannya lebih landai.
Penerapan sistem ini adalah:
- daerah dengan kemiringan kurang dari 2 %.
- Luas satu unit pelayanan maksimum sekitar 4 unit luas daerah layanan retikulasi.
- Daerah pelayanan shallow sewer mempunyai luas maksimum 4 x 25 Ha = 100 Ha dengan
kepadatan penduduk rata-rata 160 jiwa/Ha
- Daerah pemukiman yang masyarakatnya mendapatkan pelayanan dari PDAM, permeabilitas tanah
rendah, air tanah sudah tercemar dan sulit memperoleh lahan untuk pembuatan prasarana sanitasi
setempat.
Small Bore Sewerage
penyaluran air limbah dengan menggunakan saluran berdiameter kecil. Sistem ini cocok
diterapkan untuk daerah pelayanan yang relatif lebih kecil dari jaringan saluran konvensional
sewerage. Sistem ini tepat untuk menangani pembuangan air limbah domestik di daerah kepadatan
penduduk tinggi, kemiringan tanah di daerah tersebut > 1%, rumah yang sudah dilengkapi dengan
tangki septik tetapi tidak mempunyai cukup lahan untuk bidang resapan


Kelebihan sistem pengelolaan air limbah terpusat yaitu :
menyediakan pelayanan yang terbaik
sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi
pencemaran terhadapa air tanah dan badan air dapat dihindari
memiliki masa guna yang lebih lama
dapat menampung semua air limbah

Kekurangan dari sisem pengelolaan air limbah terpusat yaitu:
memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan tinggi
menggunakan teknologi tinggi
tidak dapat dilakukan perseorangan
waktu yang, lama dalam perencanaan dan pelaksanaan
memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik

2. Sistem setempat (on site) merupakan sistem penyaluran air buangan yang dialirkan ke dalam suatu
tempat penampungan seperti tangki septik sebagai tempat pengolahan. Sistem ini biasanya digunakan
dalam skala kecil (keluarga), tetapi ada juga yang digunakan dalam skala besar (WC Umum).
Kriteria perencanaan untuk sistem setempat (on site) meliputi :
a. Kemampuan ekonomi rendah.
b. Pmakaian air kurang dari 120 liter/orang/hari.
c. Jumlah penduduk yang terlayani kurang dari 200 juwa/ha.
d. Pendapatan ekonomi penduduk rendah.
e. Persyaratan badan air penerima rendah.
Tabel 2.3 Jarak Minimum Bangunan dengan Tangki Septik dan Peresapan
No Jarak Tangki
Septik
Banguan
Peresapan
1 Bangunan
peresapan
1,5 m 1,5 m
2 Sumur 10,0 m 10,0 m
3 Pipa air bersih 3,0 m 3,0 m


Kelebihan sistem pengelolaan air limbah setempat yaitu :
Menggunakan teknologi sederhana
Memerlukan biaya yang rendah
Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakan sendiri
Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat
Kekurangan sistem pengelolaan air limbah setempat yaitu :
Tidak dapat diterapkan pada tiap daerah, bergantung pada sifat permeabilitas tanah, tingkat
kepadatan, dan lain-lain
Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah kamar mandi dan
air bekas mesin cuci
Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem pengelolaan air limbah adalah :
a. Kepadatan penduduk
Makin tinggi angka kepadatan penduduknya, teknologi yang dipakai juga akan semakin mahal
baik dalah investasi maupun operasi dan pemeliharaannya.
b. Sumber air yang ada
faktor penting dalam perencanaan pemakaan sewerage terutama yang diencanakan membawa
buangan padat disamping limbah airnya. Pemakaian sewerage lebih disarankan untuk daerah
yang mempunyai jaringan air bersih dengan pemakaian > 60 liter/orang/hari.
c. Permeabilitas tanah
Kisaran permeabilitas yang efektif adalah 2,7 x 10
-4
L/m
2
/dt 4,2 x 10
-3
L/m
2
/dt
d. Kedalaman muka air tanah
dipertimbangkan untuk menghindari kemungkinan pencemaran air tanah oleh fasilitas sanitasi
yang diperlukan.
e. Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan 1 % lebih memberikan biaya ekonomis dalam pembangunannya
dibandingkan dengan aerah yang datar.
f. Kemampuan membiayai
Adanya potensi peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan operasi dan
pemeliharaan




4. Karakteristik air limbah domestik



5. Master plan
penjabaran rencana induk / master plan mengenai 6 jenis
program pengembangan, yaitu:
Pengembangan Prasarana
Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan Pengaturan
Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan Peran Serta Masyarakat
Pengembangan Public Campaign

6. Peraturan terkait
Tangki septik dan SNI 03-2398-2002 Tata Cara Perencanaan Tangki Septik
Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
B.Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
C.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisis
Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
D.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan
Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air
E.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai
Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuagan Air Limbah ke Air atau
Sumber Air.
F.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
G.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 52 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Hotel
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
I.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
J.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
K.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup
L.Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
M.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan Strategis
Air Limbah


7. Comminutor adalah alat untuk menghancurkan atau memotong benda-benda kasar yang punya ukuran tertentu
yang ikut terbawa atau terapung dan lolos dari bar screen menjadi ukuran kecil tertentu atau hancur
sama sekali. Data perencanaan Comminutor dan fine screen

8. Pompa
Untuk menaikkan air buangan dari sumur pengumpul sehingga memudahkan pengaliran ke unit-unit
sistem pengolahan.

9. ALAT UKUR DEBIT AIR LIMBAH
Dua jenis alat pengukur aliran yang sering dipakai untuk aliran air kotor karena prinsip operasi yang
sederhana adalah :
Saluran (Flume)- Parshall Flume
Pada Parshall Flume penyempitan tidak terjadi secara mendadak seperti pada pelimpah, namun
bertahap. Penyempitan terdiri dari tiga bagian yang menyempit, bagian leher dan bagian yang
melebar. Dasar saluran bisa rata bisa juga dibuat menurun pada leher dan menaik pada bagian yang
melebar untuk mendapatkan aliran bebas (free flow).
Pelimpah (Weir)
Untuk jenis pelimpah, prinsip pengukurannya adalah bahwa ketinggian air yang dihitung dari dasar
penyempitan vertical saluran merupakan fungsi dari aliran itu
10. Grit Chamber
Tujuan penerapan Grit Chamber adalah untuk melindungi peralatan mekanis dari abrasi akibat partikel padat
dan keras, mengurangi endapan di dalam pipa, terutama di belokan pipa.
Tipe Grit Chamber yang biasa diterapkan di IPAL ada tiga,
Velocity Controlled Grit Chamber atau Horizontal Flow Grit Chamber dengan alat ukur Parshall
Flume;
Untuk tipe horisontal flow, kecepatan air yang mengalir dikontrol oleh dimensi bangunan tersebut,
adanya pintu air didepan bangunan dan weir di akhir bangunan (effluent).
Aerated Grit Chamber, ada aerasi untuk mengurangi pembusukan;
Tipe aerated terdiri dari aliran yang berbentuk spiral, dimana kecepatan spiral juga dipengaruhi oleh
dimensi bangunan dan kuantitas udara yang dimasukkan dalam bangunan tersebut.
Constant Level Short Term Grit Chamber.
Jenis yang dipasang bergantung pada maksud pembuatannya, apakah untuk air limbah yang tinggi beban
organiknya (biodegradable) ataukah untuk air limbah yang mayoritas berisi pasir yang cepat mengendap.

11. Flow Equalization Basin
Flow Equalization Basin adalah peredam variasi aliran untuk mencapai aliran konstan atau hampir
konstan dan dapat diterapkan dalam beberapa situasi yang berbeda, tergantung pada karakteristik
dari sistem pengumpulannya.
Aplikasi utama dari flow equalization basin adalah :
Equalization aliran minimum yang mengalir pada saat musim kering untuk mengurangi aliran dan
beban puncak,
Equalization aliran puncak yang mengalir pada saat musim hujan dalam sistem pengumpulan air
buangan yang mengalami tambahan aliran yang masuk dan infiltrasi, atau
Equalization kombinasi sistem aliran air hujan dan aliran air buangan.
Manfaat utama yang dapat diambil dari aplikasi flow equalization basin menurut Metcal&Eddy
adalah:
Peningkatan pengolahan biologis, karena beban kejutan dihilangkan atau dapat diminimalkan, zat-zat
yang menghambat dapat diencerkan, dan pH dapat menjadi stabil.
Peningkatan kualitas efluen dan performa penebalan dari bak sedimentasi sekunder setelah pengolahan
biologis karena terjadi peningkatan konsistensi dalam beban padatan.
Pengurangan kebutuhan luas permukaan penyaringan efluen, peningkatan kinerja filter, dan siklus
filter backwash lebih seragam yang mungkin dikarenakan oleh beban hidrolik yang rendah.
Selain meningkatkan kinerja operasi dan proses pengolahan, flow equalization basin adalah pilihan
yang menarik untuk meningkatkan kinerja IPAL dari kelebihan beban.

Tangki equalization dalam sistem pengolahan dapat diletakkan secara in-line atau off-line.
Pada equalization in-line, 100 % air limbah langsung masuk ke dalam tangki equalization, yang kemudian
dipompa langsung untuk unit pengolahan lainnya (misalnya, unit pengolahan primer). Namun, untuk
equalization side-line atau offline, tangki tidak langsung menerima air limbah yang masuk. Sebaliknya,
bangunan pelimpah mengalihkan aliran berlebih dari air limbah yang masuk ke dalam tangki.

Gambar 1 Equalization Aliran Secara (a) in-line dan (b) off-line

CONTOH PERHITUNGAN

Penentuan laju aliran pemerataan kebutuhan volume dan efek pada massa tubuh pemuatan. Untuk data
konsentrasi debit dan BOD diberikan dalam tabel berikut, Tentukan (1) volume penyimpanan in-line yang
dibutuhkan untuk menyamakan debit, dan (2) pengaruh aliran rata-rata pada BOD loading rate mass

Penyelesaian
1. Tentukan volume tangki yang dibutuhkan untuk aliran rata-rata.
a. Langkah pertama adalah mengembangkan kurva volume akumulasi dari laju aliran air limbah
dalam satuan meter kubik. Kurva akumulasi volume diperoleh dengan mengubah laju aliran rata-
rata (q) selama setiap periode per jam ke meter kubik, dengan menggunakan rumus berikut, lalu
secara kumulatif dengan menjumlahkan nilai per jam untuk mendapatkan volume aliran kumulatif.
Volume (m
3
) = (q m3/s) x (3600 s/h) x (1 h)
Sebagai contoh, untuk tiga jam pertama dari data tabel:
Pada waktu periode M-1 :
V
M-1
= (0,275 m
3
/s) (3600 s/h) (1 h) = 990 m
3
Pada waktu periode M-2 :
V
M-2
= (0,220 m
3
/s) (3600 s/h) (1 h) = 792 m
3
Akumulasi aliran dinyatakan dalam m
3
, pada akhir setiap periode waktu ditentukan sebagai berikut:
Pada akhir waktu pertama periode M-1 :
V1 = 990 m
3

Pada akhir waktu pertama periode M-2 :
V1 = 990 + 792 = 1782 m
3
Aliran kumulatif untuk semua periode waktu dihitung dengan cara yang sama.
b. Langkah kedua yaitu mempersiapkan plot volume aliran kumulatif, seperti yang diperlihatkan pada
diagram berikut. Kemiringan garis yang ditarik dari titik asal ke titik akhir dari diagram massa
inflow merupakan rata-rata aliran untuk hari itu, yang dalam hal ini adalah sama dengan 0.307 m
3
/s.

c. Langkah ketiga adalah menentukan volume penyimpanan yang diperlukan. Volume penyimpanan
yang diperlukan ditentukan dengan menggambar garis yang sejajar dengan rata-rata laju aliran
bersinggungan dengan titik rendah diagram massa inflow. Volume yang dibutuhkan diwakili oleh
jarak vertikal dari titik singgung ke thr garis lurus mewakili laju alir rata-rata. Dengan demikian,
volume yang diperlukan adalah sama dengan :
Volume tangki aliran rata-rata, V = 4110 m
3
(145,100 ft
3
)
(Metcalf & Eddy, 2004)
2. Tentukan efek dari tangki aliran rata-rata pada mass loading rate BOD. Meskipun ada metode
perhitungan alternatif, mungkin cara termudah untuk memulai perhitungan dari waktu periode dimana
tangki aliran rata-rata sedang kosong. Karena tangki kosong pada pukul 8.30 a.m., maka perhitungan
dimulai dari periode waktu ke 8-9.
a. Langkah pertama adalah untuk menghitung volume cairan dalam tangki equalisasi pada akhir setiap
periode waktu. Volume yang diperlukan diperoleh dengan mengurangi laju aliran rata-rata per jam
dinyatakan sebagai volume dari laju aliran inflow juga dinyatakan sebagai volume. Volume sesuai
dengan laju aliran menyamakan kedudukan untuk jangka waktu 1 jam adalah 0307 m
3
/s x 3600 s/h
= 1.106 m
3
. menggunakan nilai ini, volume penyimpanan dihitung dengan menggunakan ekspresi
berikut:
Vsc = Vsp + Vic Voc
Dimana : Vsc = volume tangki pada akhir dari waktu periode tersebut
Vsp = volume tangki pada akhir dari sebelum waktu periode tersebut
Vic = volume inflow selama waktu periode tersebut
Voc = volume outflow selama waktu periode tersebut
Dengan demikian, menggunakan nilai dalam tabel data, volume di tangki aliran rata-rata untuk
jangka waktu 8-9 adalah sebagai berikut:
Vsc = 0 + 1278 m
3
1106 m
3
= 172 m
3

Untuk jangka waktu 9-10:
Vsc = 172 m
3
+ 1476 m
3
1106 m
3
= 542 m
3

Volume penyimpanan pada akhir setiap periode waktu yang telah dihitung dengan cara yang sama
(lihat tabel perhitungan berikut)


b. Langkah kedua yaitu menghitung rata-rata konsentrasi yang meninggalkan tangki penyimpanan.
Menggunakan rumus berikut, dimana berdasarkan asumsi bahwa isi di dalam tangki equalisasi telah
tercampur dengan sempurna, maka rata-rata konsentrasi yang meninggalkan tangki penyimpanan
adalah:
Xoc = (Vic) (Xic) + (Vsp) (Xsp)
Vic + Vsp
Dimana: Xoc = rata-rata konsentrasi BOD pada outflow dari tangki penyimpanan selama jangka waktu
tertentu, g/m
3
(mg/L)
Vic = volume inflow air buangan selama jangka waktu tertentu, m
3

Xic = rata-rata konsentrasi BOD pada volume inflow air buangan, g/m
3

Vsp = volume air buangan pada tangki penyimpanan pada akhir dari waktu periode sebelumnya,
m
3

Xsp = konsentrasi BOD pada air buangan pada tangki penyimpanan pada akhir waktu
periode sebelumnya, g/m
3

Menggunakan kolom kedua pada data tabel perhitungan yang ada, konsentrasi effluen dapat
dihitung sebagai berikut:
Pada waktu periode 8-9:
Xoc = (1278 m
3
) (175 g/m
3
) + (0) (0) = 175 g/m
3

1278 m
3

Pada waktu periode 9-10:
Xoc = (1476 m
3
) (1200 g/m
3
) + (172 m
3
) (175 m
3
) = 197 g/m
3

(1476 + 172) m
3
Semua nilai konsentrasi dihitung dengan cara yang sama. Hasil perhitungan dapat dimasukan dalam
tabel.
c. Langkah ketiga adalah menghitung mass loading rate per jam dengan menggunakan rumus berikut:
mass loading rate, kg/h = (Xoc, g/m
3
) (q, m
3
/s) (3600 s/h)
(10
3
g/kg)
Sebagai contoh, pada waktu periode 8-9, mass loading rate adalah:
mass loading rate, kg/h = (175 g/m
3
) (0,307 m
3
/s) (3600 s/h) = 193 kg/h
(10
3
g/kg)
Setiap nilai per jam dihitung dan dimasukkan dalam tabel perhitungan.
d. Pengaruh aliran rata-rata dapat dilihat dari grafik terbaik dengan merencanakan unequalized per
jam dan menyamakan BOD mass loading. Rasio laju alir berikut, berasal dari data yang disajikan
dalam tabel diberikan dalam pernyataan masalah dan tabel perhitungan disiapkan pada langkah 2a,
juga membantu dalam menilai manfaat yang berasal dari aliran rata-rata:


Dimana in-line tangki rata-rata digunakan, penambahan pengurangan BOD mass loading rate dapat
diperoleh dengan meningkatkan volume tangki. Meskipun aliran ke fasilitas pengolahan disamakan
dengan contoh ini, aliran pemerataan yang akan digunakan, lebih realistis, di lokasi dengan
infiltrasi tinggi / inflow atau puncak aliran air.
(Metcalf & Eddy, 2004)

You might also like