You are on page 1of 34

Pelayanan klinik adalah pelayanan yang langsung

diberikan kepada pasien berupa pemeriksaan-


pemeriksaan termasuk pemeriksaan penunjang, untuk
penentuan diagnosa dan penentuan terapi serta
perawatan.
Pelayanan klinik ini dilakukan oleh para klinisi, terdiri
para staf medik (dokter), staf perawatan, farmasi dan
gizi.
Istilah klinisi (clinician) ini lebih banyak dikenakan
kepada para dokter (staf medik), walaupun pelayanan
klinik juga dilakukan oleh profesi lain (perawatan,
farmasi, gizi, fisioterapi dsb)
Pelayanan klinik (Clinical Services) :
Pelayanan Medik (Medical Care)
Pelayanan Penunjang medik (Diagnostic)
Pelayanan Perawatan (Nursing Care)
Pelayanan Obat (Pharmaceutical)
Pelayanan Gizi Klinik (Clinical Dietary)
Pelayanan fisioterapi
Pelayanan Dialisis
Dll

Pelayanan Terpadu di RS
Pasien
1
2
3
6
4
5 7
8
10
9
1
2
3
6
4
5
7
8
10
9
Pasien
Pelayanan terintegrasi berorientasi
Pasien
Pelayanan Klinik 1,2,3,4,5
Pelayanan Penunjang 6,7,8,9,10
Good Clinical Governance atau Clinical Governance
Merupakan suatu istilah yang baku. Istilah baku dalam
bahasa Indonesia belum ada yang diputuskan secara
resmi.
Namun demikian dapat dipakai Tata Kelola Pelayanan
Klinik (TkPK), dan Tata Pelayanan Klinik yang Baik
(TkPKB).

Kita dapat mengacu kepada istilah dalam dunia farmasi
yaitu Good Manufacturing Product (GMP) yang
secara resmi istilah dalam bahasa Indonesia dinyatakan
sebagai
Cara Pembuatan Obat yang Baik

disingkat CPOB


Tata Kelola Kegiatan Klinik yang Baik
Good Clinical Governance (GClG)

Adalah suatu istilah/terminologi baku yang
memberikan pengertian semua aktivitas untuk
memonitor, mengukur, mengevaluasi,
meningkatkan mutu pelayanan klinik terhadap
pasien.
Selain itu juga mempunyai pengertian
pengendalian (control).



Tata Kelola Klinik (Clinical Governance)
merupakan sebuah instrumen bagi rumah
sakit untuk mendapatkan akuntabilitas serta
standar yang tinggi bagi kesehatan pasien
serta secara terus menerus melakukan
peningkatan mutu pelayanan serta
lingkungan, dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil pelayanan klinis yang
terbaik (excellent).



Tata Kelola Klinik yang baik sebenarnya
bukanlah hal yang baru terutama bagi para
klinisi yaitu para profesional yang langsung
menangani pasien.

Mereka bekerja secara profesional dengan
persyaratan pendidikan yang khusus dan
cukup lama serta ada persyaratan untuk
mendapatkan sertifikat sebagai pengakuan
terhadap kemampuan profesionalnya.



Selain itu ada kewajiban untuk selalu
mengikuti perkembangan bidang
profesionalnya melalui pelatihan-pelatihan
dan pendidikan berkala/lanjutan,
untuk mendapatkan sertifikasi yang harus
diperbaharui secara berkala.

Pelayanan klinis yang dilaksanakan secara
profesional mengandung arti mengikuti atau
sesuai dengan suatu standar yang diakui pada
suatu saat dan tempat tertentu.


Harus diingat bahwa standar tersebut bisa
berubah karena ada suatu peningkatan sesuai
dengan perkembangan sains dan teknologi .
Pelaksanaan yang harus sesuai dengan suatu
standar mempunyai implikasi hukum
apabila dilakukan tidak sesuai atau dibawah
standar.
Penetapan standar dilakukan oleh organisasi
profesi sendiri yang kemudian diakui secara
hukum.

Penjelasan Pasal 13 Ayat 3
Yang dimaksud dengan standar pelayanan Rumah Sakit
adalah pedoman yang harus diikuti dalam
menyelenggarakan Rumah Sakit antara lain Standar
Prosedur Operasional, standar pelayanan medis, dan
standar asuhan keperawatan
Yang dimaksud dengan standar prosedur operasional
(SPO) adalah suatu perangkat instruksi/langkah-
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses
kerja rutin tertentu.
SPO memberikan langkah yang benar dan terbaik
berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan
berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat
oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar
profesi
Pelayanan klinis tidak dapat berdiri sendiri walaupun
mempunyai kekhususan. Mutu pelayanan klinik yang
terbaik (excellent), juga hasil kontribusi dari pelayanan-
pelayanan yang lain: penunjang, birokrasi, dll.
Karena itu Tata Kelola Klinik/Clinical Governance
(ClG) tidak terlepas dan harus sejajar dengan Tata Kelola
Korporasi /Good Corporate Governance (GCG).
Organisasi yang baik memegang prinsip adanya suatu
integrasi dari semua cabang/lapisan manajemen, mulai
dari keuangan, berbagai pelayanan yang lain, sistem
pemeliharaan dan pengaturan birokratik (corporate) dan
tentunya termasuk juga pelayanan klinik.
PASIEN
INSTALASI
SMF INSTALASI INSTALASI
WAKIL
DIREKTUR
WAKIL
DIREKTUR
WAKIL
DIREKTUR
KOMITE
MEDIK
DIREKTUR
Budaya mutu & melayani
(quality & internal customer)
Tata Kelola Korporasi dan Tata Kelola Klinik di rumah
sakit harus diikuti/dipatuhi oleh semua pihak yang
terkait (stake holder) didalam rumah sakit.

Tata Kelola Klinik (Clinical Governance) adalah suatu
mekanisme yang komprehensif serta harus
mempunyai kekuatan (powerful) untuk menjaga serta
memastikan suatu standar pelayanan klinik yang
tinggi dalam organisasi rumah sakit.
Untuk mendapatkan keadaan tersebut ada
elemen-elemen yang harus dilaksanakan dan
diwujudkan dalam sebuah rumah sakit yaitu
1. Pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan (Education & Training)
2. Audit klinik (Clinical Audit)
3. Efektivitas klinik (Clinical effectiveness)
4. Manajemen resiko (Risk Management)
5. Penelitian dan pengembangan (Research and
Development)
6. Keterbukaan (Openness)


Clinical
governance
Clinical
audit
Clinical
effectiveness
Research
and
development
Openness
Risk
Management
Education
and
training
Tujuan
Misi
Rencana
strategis
Fungsi
operasi
Fungsi
manajemen
Indikator
Rencana Kerja &
Anggaran
Sasaran
Visi
Program Kerja Unit
Evaluasi
Laporan bulanan
TATA KELOLA
RUMAH SAKIT
Audit Klinik dimaksudkan suatu penilaian,
review dari suatu hasil kinerja klinik melalui
sebuah pengukuran dan membandingkan
dengan suatu standar.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh kelompok
profesional didalam rumah sakit sendiri
(Komite Medik) atau oleh suatu badan audit
diluar rumah sakit (audit eksternal) .


Audit Klinik
Audit Klinik dilakukan secara terus menerus
dan merupakan suatu proses berupa siklus
untuk meningkatkan secara terus menerus
kualitas pelayanan klinik.


CHECK
PLAN DO
ACTI ON
PLAN
evaluasi
Rumah sakit dikatakan mempunyai
kekhususan dengan adanya otoritas kembar
(dual authority) yaitu otoritas para klinisi
untuk melaksanakan pelayanan klinis sesuai
profesionalismenya.
Dan otoritas manajemen untuk melaksanakan
kegiatan manajerial.
Kedua otoritas tersebut harus dilakukan secara
baik.
Audit harus selalu dilakukan termasuk audit
klinik.
Mula-mula memang dianggap bahwa
pelayanan klinik adalah prerogatif dari para
klinisi, tetapi kemudian dalam suatu good
governance hal ini tidak mutlak lagi.
Walaupun demikian standar-standar
ditentukan sendiri oleh kelompok profesional
kemudian disahkan untuk ditaati bersama.


Semua pelayanan termasuk pelayanan klinik
harus memberikan efektivitas (Efek positif)
terhadap penyembuhan dan pemulihan pasien
serta kesejahteraan pasien pada umumnya.
Efektivitas ini harus dilakukan dengan
melakukan review, pemantauan dan penilaian
terhadap pelayanan yang diberikan.
Efektivitas Klinik
Beberapa contoh misalnya :
Efektivitas terhadap suatu pengobatan dan
tindakan tertentu, walaupun sudah diakui dan
dimasukkan dalam suatu standar. Pelaksanaan
dapat dilakukan oleh suatu komite tersendiri
atau bersamaan dalam Komisi Audit, Komite
Medik.
Dapat dilakukan sendiri oleh rumah sakit atau
bersama-sama dengan lembaga ilmiah. Kegiatan ini
merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
pendidikan bersama-sama dengan fakultas
kedokteran.
Penelitian inilah yang kemudian dapat menjadi dasar
perubahan SOP atau Tata Laksana Pasien berdasarkan
suatu evidence base.
Rumah sakit dapat mengikuti hasil-hasil penelitian
yang ada dan menerapkannya sesuai dengan
kemajuan dan pengetahuan teknologi.

Penelitian dan Pengembangan
Pelaksanaan Tata Kelola Klinik (Clinical
Governance) harus dilakukan dalam suatu
iklim keterbukaan dan kerjasama yang baik
untuk mendapatkan suatu mutu pelayanan
klinik yang tinggi (excellent).
Keterbukaan juga tidak bisa dihindari dengan
akses masyarakat yang lebih luas dan kritis.
Keterbukaan
Namun demikian perubahan ke arah budaya
keterbukaan tidak gampang dan langsung
terjadi.
Tradisi para profesional yang mandiri dapat
merupakan hambatan karena budaya
profesional yang memang mandiri.
Barier struktural bisa juga terjadi karena
adanya pemisahan yang tajam antara
kewenangan profesi dan manajemen. Harus
ada yang menjembatani baik berupa badan,
komite dll.
Pelayanan mutu yang baik didasari (pondasi) atas
adanya
1. Kepemimpinan yang kuat (Leadership)
2. Komunikasi yang baik dan terbuka
(Communication)
3. Keterlibatan pasien (peran pasien) (Patient
Involvement)
Terutama dalam mengelola keluhan
4. Data-data yang akurat dan tepat waktu (High
Quality Data)
5. Rasa memiliki setiap yang terlibat terhadap Tata
Kelola Klinik yang baik (Good Clinical Governance)
(Ownership)

Selain Itu ditunjang oleh pilar-pilar yang terdiri dari
1. efektivitas pelayanan klinik (Clinical Effectiveness)
2. Manajemen resiko pelayanan klinik (Clinical Risk
Management)
3. Pengaturan dari dan oleh profesional (Professional Self
regulation)
4. Pengembangan profesional yang berkelanjutan
(Continuing Professional Development)
5. Penelitian dan pengembangan (Research & Development)


Tanggung
Jawab dan
kewajiban
setiap individu
Komisi
Pelaksana
Good Clinical
Governance
Manajemen
Komite
Medik
Peran serta
Pasien
Pembagian tanggung jawab
Terhada Tata Kelola Klinik
(Clinical Governance)
Kesimpulan
1. Good Clinical Governance (GClG) merupakan
suatu tuntutan yang harus dilaksanakan di
setiap rumah sakit dengan manajemen yang baik
dalam suatu organisasi khusus atau oleh Komite
Medik.
2. Manajemen rumah sakit harus mendukung
bahkan memprakarsai terbentuknya organsasi
yang menjamin adanya GClG.


3. Diperlukan suatu kepemimpinan yang kuat
baik dari pihak manajemen dan Komite Medik/
kelompok-kelompok SMF serta tumbuh
kerjasama tim (team work) yang baik.
4. Manajemen maupun Komite Medik harus
menumbuhkan budaya keterbukaan untuk
terlaksananya audit klinik/audit medik,
efektivitas klinik, manajemen resiko dan
penelitian dan pengembangan serta pendidikan
dan pelatihan.


Terima kasih

You might also like